Anda di halaman 1dari 54

EFEK PROMOSI EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK

(Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT


KELINCI JANTAN

(Skripsi)

Oleh
INDAH YUSNI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRAK

EFEK PROMOSI EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK


(Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT
KELINCI JANTAN

Oleh

INDAH YUSNI

Saat ini kerontokan rambut menjadi masalah bagi setiap orang dan obat untuk
mengatasi hal tersebut belum memuaskan, dimana rambut merupakan mahkota
bagi setiap orang dan menunjang penampilan bagi pria atau wanita. Sehingga
upaya dalam mengatasai hal tersebut terus dilakukan.Bahan alam yang
diperkirakan dapat digunakan sebagai penyubur rambut adalah daun cocor bebek
(Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.), dimana daun ini mengandung sebagian besar
senyawa yang diduga memiliki khasiat sebagai penyubur rambut. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah daun cocor bebek dapat mempengaruhi
pertumbuhan rambut, dengan parameter panjang dan massa rambut. Dalam
penelitian ini menggunakan 4 kelinci dengan masing-masing kelinci dicukur 6
daerah (2cm x 2cm). Daerah K yaitu kontrol normal (diolesi dengan aquadest),
K(+) diolesi dengan 0,1 gram minoxidil 2%, dan pada daerah P1, P2, P3, dan P4
berturut-turut diolesi dengan 0,1 gram ekstrak cocor bebek konsentrasi 25%, 50%,
75%, dan 100% selama 21 hari pada pagi dan sore. Panjang rambut diukur pada
hari ke-7, 14, dan 21, sementara massa rambut diukur pada hari ke-22. Hasil
analisis statistik dengan menggunakan ANOVA kemudian dilanjutkan dengan
BNT (Beda Nyata Terkecil) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun cocor bebek
dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dan ekstrak dengan konsetrasi 100%
menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan rambut lebih cepat dibandingkan
dengan perlakuan lain. Hal ini karena ekstrak etanol daun cocor bebek memiliki
beberapa senyawa yang dapat mengingkatkan pertumbuhan rambut dan
menghambat 5α-reduktase.

Kata Kunci: Alopesia androgenik, Cocor bebek (Kalanchoe pinnata [Lam]


Pers.), kelinci, kerontokan rambut, minoxidil, pertumbuhan rambut.
EFEK PROMOSI EKSTRAK ETANOL DAUN COCOR BEBEK
(Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) TERHADAP PERTUMBUHAN RAMBUT
KELINCI JANTAN

Oleh

INDAH YUSNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara

oleh pasangan Bapak Zulkarnain dan Ibu Kasturi yang

dilahirkan pada tanggal 30 Juni 1996.

Penulis mengawali pendidikannya dari Taman Kanak-

Kanak Aisyah Bustanul Athfal Metro pada tahun 2001-

2002. Dilanjutkan dengan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 4 Metro Timur

pada tahun 2002 – 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama Negeri 4 Metro 2008 – 2011. Pada tahun 2011-2014 penulis

melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Metro.

Penulis terdaftar menjadi mahasiswi jurusan Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung di tahun 2014 melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Pergururuan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi

mahasiswa, penulis pernah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi

Akademik (PPA) pada tahun 2015 dan 2017. Penulis juga pernah menjadi asisten

dosen untuk praktikum mata kuliah Biologi Umum Fakultas Pertanian, Biologi

Umum Jurusan Biologi, Botani Umum Fakultas Pertanian, Embriologi Hewan,

Mikrobiologi, Struktur Perkembangan Tumbuhan, dan Ornitologi. Selain itu

vi
penulis aktif dalam dalam berorganisasi di bidang Pengembangan Sains dan

Lingkungan Hidup (PSLH) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Unila

pada tahun 2015-2016, Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO)

FMIPA Unila sebagai Bendahara Bidang Kaderisasi dan Kepemimpinan pada

tahun 2015-2016, dan sebagai Bendahara Umum HIMBIO FMIPA Unila pada

tahun 2016-2017.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sulusuban ,Kecamatan

Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, terhitung sejak

bulan Januari hingga Februari 2017. Penulis juga melaksanakan Kerja Praktik di

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung pada bulan

Juli sampai Agustus 2017 dengan judul laporan “Uji Cemaran Mikroba Pada

Sampel Pangan Es dan Suplemen Makanan di Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan (BBPOM) Bandar Lampung”.

Terakhir penulis melaksanakan penelitian akhir dengan judul “Efek Promosi

Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.)

Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan” di bawah bimbingan Bapak

Drs. M. Kanedi, M.Si., Dra. Martha L. Lande, M.P., dan Dr. Nuning Nurcahyani,

M.Sc.

vii
MOTTO

“Bagiku hasil itu penting, namun proses dan ilmu yang didapatkan dengan
kejujuran, jauh lebih penting”.

Semakin banyak yang kamu baca, semakin banyak yang kamu tahu.
Semakin banyak kamu tahu, akan semakin sering kamu belajar”.

“Untuk mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu
bermimpi, jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya”.
(Anatole France)

“Tanamlah kebaikan sebanyak mungkin, maka kebaikan akan datang


kepadamu”.

”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya


memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat,
maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya
maka wajib baginya memiliki ilmu”.
(HR. Turmudzi)
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat, Ridho, dan Karunia-Nya yang tak henti-hentinya Dia berikan,

Kupersembahkan karya kecilku ini sebagai cinta kasihku, tanda bakti, serta rasa
terima kasihku yang terdalam kepada orang-orang yang
telah berjasa dalam hidupku.

Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa selalu mengucapkan namaku dalam
do’a, memberikan kasih dan saying, dan pengorbanan untuk keberhasilanku.

Adik-adikku yang selalu senantiasa menghibur dan membuat diriku


lebih belajar menjalani hidup.

Bapak dan Ibu dosen yang selalu memberikan ilmu dengan tulus dan ikhlas.

Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan selalu menemani


di saat susah maupun senang.

Alamamter Tercinta
SANWACANA

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan terhadap Allah

SWT, kerena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat menyelesaikan

skripsi berjudul “Efek Promosi Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek

(Kalanchoe Pinnata [Lam] Pers.) Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci

Jantan”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang tuaku Bapak Zulkarnain dan Ibu Kasturi yang tak henti-hentinya

memberikan do’a, kasih sayang, pengorbanan, dan nasihat yang sangat berarti.

2. Adik-adikku tersayang Indra Yunada. Indy Yurika, dan Fitra Ramadhan yang

selalu memberikan semangat, do’a, dan canda tawa.

3. Bapak Drs. M. Kanedi, M. Si., selaku pembimbing I yang telah sabar

membimbing, memberikan saran, ilmu, serta nasihat selama perkuliahan

maupun penyusunan skripsi.

4. Ibu Dra. Martha Lulus Lande, M. selaku pembimbing 2 yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh

kesabaran, memberikan saran, serta nasihat yang amat berharga.

x
5. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Pembahas, Pembimbing

Akademik, serta Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan bimbingan

dan arahan selama penulis melakukan studi di jurusan Biologi, memberikan

kritik dan koreksi yang bermanfaat bagi penulis.

6. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung.

7. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Bapak Ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas bimbingan

dan ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan studi di Jurusan

Biologi.

9. Teman spesial saya Jefry Afriandi A,Md. Pt., terimakasih atas do’a, dukungan,

motivasi, canda tawa, dan kasih sayang kepada penulis.

10. Teman seperjuangan penelitian Titin Aprilia dan Indria Ratna terimakasih atas

kerjasama, canda tawa dan suka duka selama penelitian ini.

11. Teman-teman tersayang Sarti, Mitha, Davina, Tara, Fesya, Mia, terimakasih

atas canda tawa, kebersamaan, dukungan, kritik, saran, dan sudah memberikan

kenangan indah selama perkuliahan.

12. Teman-teman keluarga besar Biologi 2014 terimakasih atas dukungan dan

kebersamaannya selama ini.

13. Teman seatap yang senantiasa memberikan semangat, keceriaan, dan mengerti

penulis selama penyusunan skripsi ini.

14. Almamater tercinta.

xi
Semoga Allah SWT mambalas kasih sayang kepada semua pihak yang telah

membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan didalam penulisan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi

sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kita semua.

Bandar Lampung, 20 November 2017

Penulis,

Indah Yusni

xii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ................................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................. viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ix

SANWACANA ..................................................................................................... x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 4
E. Hipotesis ................................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6


A. Rambut
1. Definisi Rambut .................................................................................. 6
2. Anatomi Rambut ................................................................................. 6
3. Siklus Rambut ..................................................................................... 9

xiii
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut ......................... 10
5. Abnormalitas pada Pertumbuhan Rambut ........................................ 13
6. Pengobatan Alopesia ......................................................................... 15
B. Tanaman Cocor Bebek ............................................................................ 17
1. Klasifikasi Cocor Bebek ................................................................... 17
2. Penamaan Cocor Bebek .................................................................... 18
3. Morfologi Tanaman Cocok Bebek ................................................... 18
4. Penyebaran Tanaman Cocor Bebek .................................................. 19
5. Kandungan Cocor Bebek .................................................................. 19
6. Manfaat Cocor Bebek ....................................................................... 20
C. Kelinci ..................................................................................................... 20
D. Pengertian Ekstraksi ................................................................................ 22

III. METODE KERJA ...................................................................................... 24


A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 24
B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 24
1. Alat Penelitian ................................................................................... 24
2. Bahan Penelitian ................................................................................ 25
C. Rancangan Penelitian .............................................................................. 26
D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 29
1. Penyediaan Bahan Uji ...................................................................... 29
2. Pembuatan Ekstrak Cocor Bebek ..................................................... 29
3. Pencukuran Rambut Kelinci Jantan .................................................. 30
4. Pemberian Perlakuan ........................................................................ 30
E. Parameter Penelitian ............................................................................... 31
F. Analisis Data ........................................................................................... 31
G. Diagram Alir ........................................................................................... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 33


A. Hasil Pengamatan ................................................................................... 33
1. Panjang Rambut ................................................................................ 33
2. Massa Rambut .................................................................................. 34
B. Pembahasan ........................................................................................... 34

V. KESIMPULAN ........................................................................................... 44

VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 45

VII. LAMPIRAN ................................................................................................ 50

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil pengukuran panjang rambut kelinci setelah diberi ekstrak etanol daun

cocor bebek ................................................ .................................................. 33

Tabel 2. Hasil pengukuran massa rambut kelinci setelah diberi ekstrak etanol daun

cocor bebek.................................................................................................... 34

Tabel 3. Hasil Pengukuran panjang rambut kelinci ................................................... 51

Tabel 4. One Way ANOVA rerata panjang rambut kelinci hari ke-7 ........................ 56

Tabel 5. One Way ANOVA rerata panjang rambut kelinci hari ke-14 ...................... 60

Tabel 5. One Way ANOVA rerata panjang rambut kelinci hari ke-21 ...................... 62
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Anatomi Rambut .................................................................................. 7

Gambar 2. Struktur Batang Rambut ....................................................................... 8

Gambar 3. Sikulus Pertumbuhan Rambut .............................................................. 9

Gambar 4. Rumus struktur minoxidil ................................................................... 15

Gambar 5. Cocor Bebek ....................................................................................... 19

Gambar 6. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) ........................................................ 22

Gambar 7. Daerah Pengolesan Ekstrak Cocor Bebek .......................................... 27

Gambar 8. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 32

Gambar 9. Rata-Rata Panjang Rambut Kelinci Perminggu ................................. 36

Gambar 10. Rata-Rata Massa Rambut ................................................................. 38

Gambar 11. Pencucian Daun Cocor Bebek .......................................................... 62

Gambar 12. Pengeringan Daun ............................................................................ 62

Gambar 13. Penggilingan Daun Cocor Bebek ..................................................... 62

Gambar 14. Penyaringan ...................................................................................... 62

Gambar 15. Alat Rotary Evaporator .................................................................... 63

Gambar 16. Ekstrak Daun Cocor Bebek .............................................................. 63

Gambar 17. Pengukuran Rambut Kelinci ............................................................ 63

Gambar 18. Minoxidil .......................................................................................... 63

Gambar 19. Pencukuran Rambut Kelinci ............................................................. 64

Gambar 20. Penimbangan .................................................................................... 64


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kerontokan rambut menjadi masalah bagi setiap orang dan obat untuk

mengatasi hal tersebut belum memuaskan, dimana rambut merupakan

mahkota bagi setiap orang dan menunjang penampilan bagi pria atau wanita.

Selain itu rambut memiliki peran penting pada manusia , yaitu memberikan

perlindungan dan sebagai proteksi terhadap suhu panas dan dingin. Selain itu,

rambut juga berfungsi melindungi kulit terhadap pengaruh-pengaruh buruk,

pendorong penguapan keringat, dan sebagai indera peraba yang sensitif,

seperti bulu mata untuk melindungi mata dari keringat, dan pengatur suhu

(Harahap, 2000).

Menurut Harrison dan Bergefeld (2009), kondisi fisiologis,stress emosional

maupun fisik, gangguan hormonal, nutrisi dan obat dapat mempengaruhi

pertumbuhan rambut yang dapat menstimulasi terjadinya gangguan pada

rambut berupa rambut yang tipis, mudah patah, berkurangnya pigmen rambut,

kerontokan bahkan kebotakan. Oleh karena itu perwatan rambut tidak cukup

hanya dengan menggunakan shampo yang hanya bersifat pembersih, namun

perlunya pemeliharaan dan perawatan agar sehat dan indah.


2

Berbagai bahan kosmetik telah banyak di pasaran untuk menjaga atau

mengatasi rambut rontok bahkan kebotakan pada rambut. Baik yang berasal

dari bahan sintetik atau pun nonsintetik. Namun pada penggunaannya dapat

menimimbulkan efek samping, sehingga untuk mengatasi hal tersebut bahan

alami kembali diminati oleh masyarkat (Harrison dan Bergefeld, 2009). Selain

itu penggunaan bahan herbal telah diterima secara luas di Negara maju dan

berkembang, tidak hanya pada bahan pengobatan saja, namun juga pada

bidang kosmetik. Hal tersebut didukung oleh kekayaan alam Indonesia yang

melimpah, terutama dari segi keanekaragaman flora.

Tanaman cocor bebek (Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) merupakan tanaman

yang mudah ditemukan di Indonesia dan dapat tumbuh dengan mudah. Secara

tradisional tanaman ini digunakan untuk mengobati wasir, mengurangi

pembengkakan, penurun demam, menghentikan perdarahan, antiradang

(Suhono dan tim LIPI, 2010).

Menurut Devbhulti, Gupta, Bose, (2008); Pal, Sen, Nag, (1999) daun cocor

bebek mengandung senyawa alkaloid, fenol, flavonoid, asam askorbat, tanin,

anthocyanin, triterpen glikosida, bufadienolides, saponin, isoflavon, steroid, β-

sitosterol, kalium oksalat, asam malat, oleana, zat besi, seng, kumarin,

sitosterols, quinines, karotenoid, tokoferol, lektin, dan vitamin C.

Mengacu pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa tanaman herbal yang

dalam penggunaannya dapat mempercepat pertumbuhan rambut. Hasil

beberapa penelitan membuktikan bahwa daun bunga sepatu memiliki potensi

yang tinggi untuk merangngsang pertumbuhan rambut, karena daun sepatu


3

kaya akan flavonoid, alkaloid, steroid, polifenol, glikosida, steroid, triterpen,

dan tannin (Khandare, Raygude, Bodhankar, 2012; Bhaskar, Nithya, Vidya,

2011).

Di antara tanaman yang mengandung flavonoid, isoflavonoid, steroid,

triterpen,glikosakarida, β-sitosterol, steroid dan saponin yang belum diteliti

untuk pertumbuhan rambut diantaranya adalah cocor bebek. Cocor bebek

diketahui mengandung bahan -bahan yang menurut (Semwal, Agrawal,Singh,

Sharma, 2011) dapat dikategorikan sebagai pemicu pertumbuhan rambut,

sehingga diduga ekstrak daun cocor bebek berpengaruh terhadap pertumbuhan

rambut.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Membuktikan pengaruh ekstrak etanol daun cocor bebek (Kalanchoe

pinnata [Lam] Pers.) terhadap pertumbuhan rambut pada kelinci jantan.

b. Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun cocor bebek (Kalanchoe

pinnata [Lam] Pers.) dari konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% yang paling

efektif dalam mempercepat pertumbuhan rambut kelinci jantan.


4

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai salah

satu bahan alami yang terbuat dari ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe

pinnata [Lam] Pers.) untuk mengatasi pertumbuhan rambut.

D. Kerangka Pemikiran

Berbagai penelitian sebelumnya mengenai cocor bebek telah banyak

dilakukan, namun pengaruh cocor bebek terhadap pertumbuhan rambut belum

di teliti sehingga perlu dilakukannya penelitian, karena daun cocor bebek

mengandung senyawa alkaloid, fitoserol, fenol, flavonoid, asam askorbat,

tanin, anthocyanin, glikosida, bufadienolides, saponin, isoflavonoid, steroid,

β-sitosterol, kalium oksalat, asam malat, oleana, zat besi, kumarin, sitosterols,

quinines, karotenoid, tokoferol dan lektin ( Devbhulti, Gupta, Bose, 2008 ;

Pal, Sen, Nag, 1999).

Mengingat bahwa senyawa isoflavon merupakan salah satu senyawa yang

dapat menurunkan enzim 5- α reductase dan dari senyawa-senyawa yang

terkandung dalam daun cocor bebek terdapat sebagian besar senyawa yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut.

Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa flavonoid dan terpenoid

memiliki aktivitas yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut dengan

memperkuat dinding kapiler pembuluh darah kecil yang menyuplai folikel

rambut, meningkatkan sirkulasi darah untuk menyehatkan folikel rambut


5

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan rambut . Kandungan isoflavon,

steroid memiliki aktivitas seperti estrogen dan dapat menurunkan kadar

testoteron (Grant dan Sahmin, 2012). Sehingga cocor bebek layak untuk

dibuktikan, karena kerontokan adalah masalah kontemporer bagi setiap orang

dan obatnya banyak yg belum memuaskan terutama bahan alami yang aman.

E. Hipotesis

Konsentrasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.)

berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan rambut dan massa rambut

kelinci jantan.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Rambut

1. Definisi Rambut

Rambut merupakan keratin yang mengeras yang tumbuh hampir di seluruh

permukaan kulit yangg kecepatan tumbuhnya berbeda beda pada setiap

orang dan dibagian tubuh yang berlainan (Corwin, 2000). Menurut

Tranggono dan Fatma (2007) rambut yang tumbuh di kepala dan tubuh

kita jelas berbeda, sehingga terdapat beberapa jenis rambut:

a. Rambut yang panjang dan kasar di kepala.

b. Rambut yang kasar tetapi pendek berupa alis di mata.

c. Rambut yang agak kasar tapi tidak sepanjang rambut di kepala, yaitu

pada ketiak dan sekeliling alat kelamin pada orang yang sudah balig.

d. Rambut yang halus pada pipi, dahi, lengan, punggung, dan betis.

2. Anatomi Rambut

Secara anatomi, rambut tumbuh pada bagian epidermis kulit. Komponen

rambut terdiri dari keratin, asam nukleat, karbohidrat, sistin, sistein, asam

lemak, arginin, sistrulin, dan enzim (Rook dan Dawber, 1991). Rambut
7

terdiri dari dua bagian yaitu batang rambut dan akar rambut, terlihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Anatomi Rambut (Mitsui, 1992).

a. Batang Rambut

Batang Rambut merupakan bagian rambut yang tertanam di dermis

yang dan berada di atas permukaan kulit. Jika batang rambut

dipotong melintang maka akan terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam,

yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Kutikula rambut, terdiri dari keratin yang pipih dan saling

bertumpuk seperti sisik ikan. Lapisan ini keras dan berfungsi

melindungi rambut dari kekeringan.

2. Korteks rambut merupakan lapisan yang terdiri dari pigmen dan

rongga rambut. Lapisan ini berada diantara kutikula dan medulla.

3. Medula rambut, terdiri dari tiga atau empat lapis sel berbentuk

kubus berisikan keratohialin, butir-butir lemak, dan rongga udara.


8

Gambar 2. Struktur batang rambut ((Mitsui, 1992).

b. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian yang berada di bawah lapisan dermis

hingga lapisan subkutan. Akar rambut dikelilingi oleh pembuluh darah

dimana memberikan makanan. Akar rambut terdiri dari dua bagian,

yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Umbi rambut merupakan bagian rambut yang akan terbawa jika

rambut dicabut.

2. Papila rambut merupakan bagian yang tertinggal di dalam kulit

meskipun rambut dicabut sampai akarnya, sehingga akan terus

terjadi pertumbuhan rambut.


9

3. Siklus Rambut

Setiap helai rambut memiliki fase pertumbuhan yang berbeda terlihat pada

Gambar 3. Lama fase pertumbuhan rambut juga bergantung pada usia dan

tempat tumbuhnya rambut.Siklus ini terbagi menjadi tiga fase yaitu fase

anagen (periode pertumbuhan), fase katagen ( periode terhentinya

pertumbuhan), dan fase telogen (periode istirahat) (Mitsui, 1992).

Gambar 3. Siklus pertumbuhan rambut (Mitsui, 1992)

a. Fase Anagen

Merupakan Fase pertumbuhan aktif rambut, dimana papila dermal

meluas dan membelah secara aktif sehingga rambut akan memanjang

dan mencapai sub dermal. Fase anagen berlangsung antar 2 sampai 6

tahun dengan laju pertumbuhan antara 0,03 mm sampai 0,045 mm

perhari (Mitsui, 1992).

b. Fase Katagen

Fase peralihan dimulai ketika melanosit dalam umbi rambut berhenti

memproduksi melanin. Selanjutnya pembelahan pada sel matriks


10

rambut berkurang dan terhenti. Kemudian makrofag yang mengelilingi

memakan bagian utama folikel, sehingga akar rambut menyusut kearah

otak penegak rambut. Lama fase ini yaitu berkisar 2 sampai 3 minggu

(Mitsui, 1992).

c. Fase Telogen

Faes telogen merupakan fase dimana papila dermal membentuk sepeti

bola dan berada di dekat ujung folikel rambut. Selanjutnya mulai

tumbuh rambut pengganti yang secara alami mendorong rambut yang

lebih tua, sehingga disebut kerontokan rambut. Durasi fase ini

berlangsung singkat atau lama tergantung dari kondisi kesehatan

seseorang (Mitsui, 1992).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

a. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik meliputi sirkulasi darah ke folikel dan hormon, dimana

rambut tidak akan tumbuh tanpa adanya suplai darah yang cukup untuk

mengisi folikel rambut dengan metabolit yang diperlukan. Menurut

(Rook and Dawber, 1991) hormon yang berperat dalam pertumbuhan

rambut adalah hormon androgen, estrogen, dan tirosin.

Hormon estrogen memperpanjang durasi fase anagen, namun

memperlambat pertumbuhan rambut ketika fase anagen. Hormon

tirosin dapat mempercepat fase anagen dan kortison justru

memperlambat aktivitas anagen.


11

Hormon androgen merupakan hormon yang dapat mempercepat

pertumbuhan rambut dan diameter rambut. Namun androgen juga

dapat menurunkan pertumbuhan rambut pada penderita alopesia

andogenik (Rook and Dawber, 1991).

Perubahan pada hormon testosetron menjadi 5α-dihidrotestosteron

(DHT) pada folikel rambut bergantung pada keberadaan enzim 5α-

reduktase. Testosteron dapat menurunkan pertumbuhan rambut. Hal

ini disebabkan karena meningkatnya hormon testosteron (Rook and

Dawber, 1991).

b. Faktor Ekstrinsik

Faktor ini meliputi kondisi lingkungan , yaitu perubahan cuaca,

paparan sinar UV, sinar-X, radioaktif, dan iritasi zat kimia, penutup

atau penekan rambut. Sehingga jika terjadi terus-menerus akan

menyebabkan kulit mengalami degenerasi kronik pada sel-sel

epidermis yang menyebabkan kulit kepala menjadi kasar, terjadi

depigmentasi, gangguan kretanisasi, dan kerontokan rambut (Ditjen

POM, 1985).

Pertumbuhan rambut dapat dipengaruhi oleh faktor nutrisi. Menurut

Dalimartha dan Soedibyo (1998) berikut adalah nutrisi yang berperan

dalam pertumbuhan rambut:


12

1. Protein

Protein merupakan zat dasar pembangun rambut, karena rambut

mengandung sekitar 98% protein, namun kelebihan protein juga

dapat menyebabkan rambut tidak sehat.

2. Vitamin

Pertumbuhan rambut juga dipengaruhi oleh vitamin antara lain

vitamin A, B kompleks, C, dan E.

 Vitamin A pada rambut berfungsi untuk menjaga kulit kepala

agar tetap sehat dan rambut menjadi lembut. Vitamin A di

dalam tubuh berasal dari makanan dari hewan melalui retinol

dan berasal dari tumbuhan melalui beta karoten .

 Vitamin B kompleks penting untuk mempertahankan sirkulasi

di dalam kulit kepala dan memproduksi melanin sehingga dapat

mempertahankan warna rambut.

 Vitamin C berguna untuk kelenturan, kekuatan rambut, dan

menjaga rambut agar tidak rusak dan tidak bercabang.

 Vitamin E diperlukan untuk menjaga kesehatan rambut dan

kuku dan sebagai antioksidan rambut. Dapat membantu

regenerasi rambut baru dan melancarkan peredaran darah

dikulit kepala.
13

3. Mineral

Zat besi (Fe), yodium, tembaga (Cu), seng (Zn), selenium, dan

silika merupakan mineral penting untuk menjaga kesehatan

rambut.

 Yodium menjaga agar rambut tidak rusak.

 Seng penting untuk pembentukan protein di dalam rambut.

 Silikia dapat mempertahankan struktur rambut dan apabila

terjadi defisiensi akan menyebabkan kerontokan rambut.

 Zat besi dan tembaga memudahkan darah dalam mengangkut

oksigen dan zat makanan ke seluruh jaringan termasuk rambut

dan kulit kepala.

5. Abnormalitas pada Pertumbuhan Rambut

Kerontokan pada rambut merupakan salah satu masalah pada rambut.

Kerontokan pada rambut sekitar 50-100 helai perhari dapat dikatakan

normal. Namun jika kerontokan terjadi terus menerus dapat menyebabkan

kebotakan atau alopesia. Menurut Martodiharjo (1991) terdapat 3 jenis

alopesia diantaraya adalah sebagai berikut:

a. Alopesia areata

Alopesia areata merupakan hilangnya rambut pada salah satu atau

beberapa bagian pada daerah kepala, sehingga terlihat botak pada

rambut bagian tertentu saja. Kerontokan rambut terjadi tanpa ada

gejala sebelumnya, sehingga dapat rontok merontokkan seluruh rambut


14

kepala. Alopesia totali merupakan gangguan perumbuhan rambut

yang menyebabkan kebotakan pada seluruh kulih kepala. Alopesia

universal merupakan kebotakan pada pertumbuhan rambut secara

menyeluruh dengan tiba-tiba.

b. Alopesia androgenik (AGA)

Alopesia androgenik merupakan kebotakan yang disebabkan karena

pemendekan fase anagen dan meningkatnya pergantian rambut ke fase

telogen. Gejala ini terjadi pada umur tiga puluhan dengan kehilangan

rambut secara terus menerus, terutama pada bagian korteks dan frontal.

Folikel rambut membentuk rambut yang pendek, semakin halus dan

berwarna pucat. Hal tersebut dapat disebabkan karena peningkatan

usia, genetik, stres emosional, dan faktor hormonal.

Kerontokan rambut secara AGA disebabkan karena adanya enzim 5α-

reductase yang mengubah testoseteron menjadi DHT

(dihydroxytestosteron). Enzim 5α-reductase terdiri dari dua tipe yaitu

tipe I yang terdapat di new scalp, kulit, dan hati. Sedangkan tipe II

terdapat di kulit kelamin, hati, dan prospat. DHT

(dihydroxytestosteron) terbentuk dari berikatannya enzim 5α-reductase

dengan reseptor di folikel rambut sehingga menyebabkan kerontokan

rambut dan pada akhirnya dapat terjadi kebotakan (Prager, 2002).

c. Effluvium Telogen

Effluvium telogen merupakan rontoknya rambut telogen pada masa

dini dengan jumlah yang banyak. Biasanya kerontokan ini terjadi


15

selama 2-4 bulan secara berangsur dan bersifat sementara dan tidak

parah. Menurut Ernawati (1986); Embing (1972) faktor yang dapat

menyebabkan effluvium telogen adalah demam tinggi, defisiensi

vitamin dan protein, stres, trauma pasca operasi, pasca melahirkan, dan

malaria.

6. Pengobatan Alopesia

Beberapa obat untuk alopesia tersedia dalam bentuk tropikal dan sebagian

dapat dikonsumsi secara oral.

a. Minoxidil

Gambar 4. Rumus struktur minoxidil (Sumber: Galichet, 2007)

Minoxidil adalah derivat piperidinopirimidin yang merupakan

vasodilator untuk pengobatan hipertensi. Minoxidil digunakan secara

tropikal untuk mengembalikan pertumbuhan rambut pada alopesia

areta, alopesia androgenik, alopesia totalis, dan alopesia universal.

Diduga dapat memperbaiki diameter dan proliferasi rambut,

memperpanjang fase anagen, vasodilator untuk meningkatkan aliran

darah ke folikel rambut, dan menurunkan produksi sel T, sehingga


16

pertumbuhan rambut dapat kembali normal. Dosis yang digunakan

adalah 5% atau 2% setiap hari selama dua sampai empat bulan.

Dimana jika penggunaannya dihentikan, maka rambut baru yang

tumbuh akan gugur kembali. Selain itu efek samping dari minoxidil

secara tropikal adalah alergi pada kulit, vertigo, edema, dan lemas

(McEvoy, 1999).

b. Finasterid

Finasterid digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan rambut pada

pria yang mengalami alopesia androgenetik. Penggunaannya

dilakukan secara oral. Mekanisme kerjanya dengan menekan kerja

enzim 5α-reduktase tipe II yang mengubah testosteron menjadi bentuk

aktifnya dihidrotestosteron (DHT). Produksi DHT yang berlebihan

dapat menyebabkan kebotakan. Dosis oral yang digunakan adalah 1

mg/hari selama 3 bulan. Finasterid tidak boleh digunakan pada anak-

anak, karena dapat menyebabkan keracunan dan pada wanita hamil

dapat menyebabkan abnormalitas pada organ genital (McEvoy, 1999).

c. Ditranol

Ditranol adalah senyawa iritan yang telah diuji secara klinis untuk

pengobatan AA. Ditranol merupakan senyawa antron yang memiliki

efek terhadap psoriasis. Mekanisme kerja ditranol terhadap

pengobatan AA belum diketahui, namun berdasarkan penelitian

ditranol memberikan respon positif pada 25% penderita AA (McEvoy,

1999).
17

d. Kortikosteroid

Merupakan obat imunosupresor dengan mekanisme kerja menghambat

produksi interleukin 1, interleukin 2, interferon tipe gamma. Terdapat

tiga jenis kortikosteroid untuk pengobatan AA yaitu kortikosteroid

sistemik, tropikal, dan intra-lesional. Kortikosteroid sistemik akan

mengembalikan pertumbuhhan rambut secara normal. Biasanya dalam

penggunaannya digunakan kombinasi dengan kortikosteroid tropikal

dan intra-lesional. Kortikosteroid tropikal yang digunakan adalah

flusinolon dan halsinonid. Kortikosteroid intra-lesional telah terbukti

lebih efektif meningkatkan pertumbuhan rambut pada penderita AA

(Rook and Dawber, 1991).

B. Tanaman Cocor Bebek

1. Klaisifikasi Cocor Bebek

Klasifikasi ilmiah menurut Steenis (1997) yaitu :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Rosales

Suku : Crassulaceae

Marga : Kalanchoe

Jenis : Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.


18

2. Penamaan Cocor Bebek

Indonesia merupakan negara yang luas dengan beragam bahasa dan

budaya, sehingga di setiap daerah memiliki penamaan cocor bebek yang

berbeda-beda. Adapun perbedaan nama daerah untuk tanaman cocor

bebek yaitu: yaitu sosor bebek (Jawa Tengah), daun ancar bebek

(Madura), mamala (Halmahera), buntiris (sunda), daun sejuk (Melayu),

didingin banen (Aceh), rau kufri (Ternate), kabi-kabi (Tidore) (Efrizal,

2007). Menurut Efrizal (2007) Kalanchoe pinnata memiliki nama sinonim

Brophyllum pinnatum, Brophyllum calycinum, B.Germinans, Cotyledon

calycina, C. Calculata, C.pinnata, Crassula pinnata,Crassuvia floripedia,

Verea pinnata, Sedum madagascariense.

3. Morfologi Tanaman Cocok Bebek

Kalanchoe pinnata merupakan tanaman herba yang berasal dari

Madagaskar. Tanaman ini memiliki batang yang lunak dan beruas,daun

tebal berdaging dan banyak mengandung air. Daunnya berwarna hijau,

bunga majemuk, buah kotak, dan akar tunggang berwarna kuning keputih-

putihan. Selain itu tanaman ini memiliki tinggi sekitar 1 meter (Bangun,

2012).

Menurut Gembong (2000) daun cocor bebek merupakan daun tunggal,

dengan bentuk daun lonjong atau bundar panjang dengan panjang

mencapai 5-20 cm dan lebar 2,5-15 cm. Pangkal daun membundar dan
19

ujung daun tumpul. Bagian pinggir daunnya beringgit sesuai dengan

Gambar 5.

Gambar 5. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) (Dokumentasi


pribadi, 2017)

4. Penyebaran Tanaman Cocor Bebek

Cocor bebek banyak tumbuh di daerah tropis. Tumbuh liar di pinggir

jalan, di pekarangan rumah, di kebun, di tanah berbatu, di daerah panas

dan kering. Tanaman ini tersebar luas karena dijadikan tanaman hias

(Bangun, 2012).

5. Kandungan Cocor Bebek

Tanaman cocor bebek mengandung senyawa aktif, diantaranya adalah

alkaloid, tritrpen, lipid, flavonoid, glikosida, bufadienolida, fenol,asam

organik, saponin, isoflavin, tanin, kalium oksalat, zat besi, vitamin, dan

fitoserol (Afzal, Kazmi, Khan, Singh, Cauchan, Brisht, 2012). Tanaman

ini kaya dengan kandungan kimia sperti zat asam apel, zat asam lemon,
20

vitamin C, kaemferol-3-glucoside, quercitin-3-diarabinoside (Haryanto,

2009).

6. Manfaat Cocor Bebek

Menurut Afzal, Kazmi, Khan, Singh, Cauchan, Brisht (2012) Daun cocor

bebek memiliki aktifitas sebagai analgesik, proteksi jantung, anti-

hipertensi, antimikroba, anti-inflamasi, anti-fungi, anti-diabetik,anti-

oksidan, anti-asma. Secara tradisional tanaman ini digunakan untuk

mengobati wasir, mengurangi pembengkakan, penurun demam,

menghentikan perdarahan, antiradang (Suhono dan tim LIPI, 2010).

C. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)

Klasifikasi ilmiah menurut (Lebas, Couder, Rouvier, DeRochambeau. 1986) :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Bangsa : Lagomorpha

Suku : Leporidae

Marga : Oryctolagus

Jenis : Oryctolagus cuniculus


21

Kelinci merupakan salah satu hewan yang sering digunakan dalam berbagai

penelitian biologi dan medis, hal ini dikarenakan kelinci memiliki gen yang

relatif mirip dengan manusia, dan mudah dipelihara di berbagai iklim ( Jack,

2015). Pada percobaan ini digunakan kelinci sebagai hewan percobaan,karena

kelinci merupakan hewan mamalia yang memiliki pertumbuhan rambutnya

yang tepat.

Kelinci yang saat ini banyak diternakkan, dahulu berasal dari kelinci liar yang

telah mengalami proses domestikasi. Jenis kelinci ini sangat mudah

ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kelinci lokal merupakan kelinci

untuk produksi daging komersial. Kelinci ini memiliki pertumbuhan yang

cepat, karena itu cocok untuk diternakkan sebagai penghasil daging komersial

dan kelinci percobaan di laboratorium (Sarwono, 2007).

Kelinci lokal (Oryctolagus cuniculus) seperti pada Gambar 6, memiliki tubuh

yang di kelilingi oleh bulu yang lembut dan lebat, biasanya berwarna tubuh

yang bervariasi mulai dari putih, hitam, abu-abu, dan kuning kecoklatan.

Bobot badan kelinci ini dapat mencapai 4,5-5,5 kg. Ciri-ciri menonjol dari

Oryctolagus cuniculus terletak pada warnanya yang putih bersih, dengan mata

merah atau hitam, dan telinga tegak dan menghadap kedepan dengan warna

merah muda, atau berwarna hitam atau kemerah-merahan. Panjang rata-rata

tubuh kelinci mencapai 50-60 cm bahkan lebih, dan mampu menghasilkan 6-

10 kelinci anakan. Usia indukan jantan dan betina bereproduksi yaitu minimal

5-6 bulan. Kumis pada kelinci hampir menyerupai kucing, yaitu sangat halus
22

dan tumbuh di sekitar bagian hidung kelinci, yaitu pada bagian kanan dan kiri

hidungnya. Kelinci memiliki ekor yang pendek 2-4 cm (Brown, 1978).

Gambar 6. Kelinci Oryctolagus cuniculus (Dokumentasi pribadi, 2017)

D. Pengertian Ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000) ekstrak adalah sediaan sediaan yang diperoleh

dengan mengekstrak senyawa kimia dari simplisa nabati dan hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut disiapkan.

Ekstrak dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode tergantung dari

tujuan ekstraksi, jenis pelarut, dan senyawa yang diinginkan. Salah satu

metode ekstraksi adalah metode maserasi. Maserasi merupakan metode

ekstraksi paling sederhana dengan merendam bahan dalam suatu pelarut.

Metode maserasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya perlakuan relatif

mudah dan menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak tanpa merubah


23

susunan kimia senyawa-senyawa di dalamnya karena pemanasan (Pertiwi,

2009).

Metode maserasi dipilih juga karena senyawa terkandung di dalam cocor

bebek dapat larut dalam etanol. Selain itu maserasi dilakukan tanpa adanya

tahap pemanasan langsung sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan

komponen senyawa-senyawa daun cocor bebek yang tidak tahan panas

(Parmadi dan Ubaidillah, 2016).


24

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi FMIPA Universitas

Lampung, Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumental Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Lampung, dan Perumahan Palem Permai Gedong Meneng

Bandar Lampung pada bulan Juli sampai Oktober 2017.

B. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

a. Kandang kelinci digunakan sebagai tempat tinggal kelinci jantan.

b. Wadah pakan dan minum kelinci digunakan untuk meletakkan pellet

dan minum kelinci.

c. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang rambut pada

kelinci.

d. Neraca analitik digunakan untuk menimbang daun cocor bebek dan

bahan lainnya.

e. Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume.

f. Erlenmeyer digunakan untuk menampung hasil filtrat ekstrak.


25

g. Beaker glass digunakan untuk maserasi ekstrak.

h. Corong pisah digunakan untuk menyaring ekstrak dan memindahkan

filtrate.

i. Cawan petri digunakan untuk mencampurkan ekstrak dengan CMC.

j. Wadah gel digunakan untuk meenyimpan ekstrak jadi.

k. Batang pengaduk untuk mengaduk gel.

l. Spatula digunakan untuk mengaduk ekstrak.

m. Rotary evaporator digunakan untuk menguapkan pelarut.

n. Mesin penggiling digunakan untuk menggiling daun cocor bebek.

o. Sarung tangan dan masker digunakan saat penelitian agar steril.

p. Pisau cukur digunakan untuk mencukur rambut.

q. Tisu dan kapas digunakan untuk membersihkan daerah pengolesan

pada kelinci.

r. Almunium foil digunakan untuk menutup beaker glass dan erlenmayer.

s. Kertas saring

t. Karton digunakan untuk menempelkan bulu kelinci saat pengukuran.

u. Spidol digunakan untuk memberi tanda ppada punggung kelinci.

v. Kamera untuk dokumentasi.

2. Bahan Penelitian

a. Daun cocor bebek digunakan sebagai bahan ekstrak diambil dari

desa.Banjar Rejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur.

b. Kelinci jantan umur 4-5 bulan dengan berat 1,5 - 2 kg dibeli dari

peternakan di desa Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung.


26

c. Minoxidil 2% yang digunakan merupakan produk dari Regrou Forte,

for men (PT. Surya Dermato Medica Laboratories, Surabaya,

Indonesia.

d. CMC (Carboxy Methyl Cellulose) dibeli dari apotik enggal, Tanjung

Karang Pusat, Bandar Lampung.

e. Alkohol 96% digunakan sebagai pelarut pada proses maserasi.

f. Air sumur digunakan sebagai minum kelinci jantan.

g. Aquades digunakan untuk mencuci daun cocor bebek.

h. Kloroform digunakan untuk membius kelinci saat mencukur rambut.

i. Bandotan, kangkung, sawi, wortel digunakan sebagai pakan kelinci

jantan.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap seperti Gambar 7.

dengan faktor utama adalah ekstrak daun cocor bebek dengan konsentarasi

25%, 50%, 75%, 100% dengan perbandingan kontrol normal dan kontrol

positif selama 21 hari dengan pemberian sehari 2x dan diamati pada hari ke 7,

14, 21, serta ditimbang masa rambut pada hari ke-21.


27

Kepala Kepala

K P1 P4 P3

K(+) P3 K(+) P2

P1 K
P2 P4

Ekor Ekor

Kelinci 1 Kelinci 2

Kepala Kepala

P1 P4 P2 K(+)

P2 K P3 K

K(+) P3 P4 P1

Ekor Ekor

Kelinci 3 Kelinci 4

Gambar 7. Daerah pengolesan ekstrak cocor bebek (K.pinnata [Lam]Pers.)


pada punggung kelinci jantan.
28

Keterangan:

K = Kontrol normal, bagian rambut punggung kelinci yang sudah

dicukur diolesi dengan aquades.

K(+) = Kontrol positif, perlakuan yang diolesi dengan minoxidil 2%.

P1 = Perlakuan 1, bagian rambut punggung kelinci yang sudah

dicukur diolesi dengan ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata

[Lam.] Pers.) dengan konsetrasi 25%.

P2 = Perlakuan 2, bagian rambut punggung kelinci yang sudah

dicukur diolesi dengan ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata

[Lam.] Pers.) dengan konsetrasi 50%.

P3 = Perlakuan 3, bagian rambut punggung kelinci yang sudah

dicukur diolesi dengan ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata

[Lam.] Pers.) dengan konsetrasi 75%.

P4 = Perlakuan 4, bagian rambut punggung kelinci yang sudah

dicukur diolesi dengan ekstrak daun cocor bebek (K. pinnata

[Lam.] Pers.) dengan konsetrasi 100%.

Jumlah kelinci jantan yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan

menggunakan rumus empiris Federer: (n-1) (t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan

jumlah perlakuan dan n merupakan jumlah hewan uji setiap perlakuan

(Pratisto, 2009). Pada penelitian ini terdapat 6 perlakuan, setelah dihitung

menggunakan persamaan diatas maka tiap perlakuan masing-masing terdiri

dari 4 kelinci jantan.


29

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Hewan Uji

Penelitian ini menggunakan 4 ekor kelinci jantan sehat berusia 4-5 bulan

dengan berat berkisar antara 1,5-2 kg. Hewan uji didapatkan dari

peternakan kelinci di desa Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung.

Sebelum dilakukan perlakuan, kelinci diaklimatisasi terlebih dahulu

selama 7 hari di dalam kandang ukuran 100 cm x 150 cm di tempat

berlangsungnya penelitian, yaitu Perumahan Palem Permai Gedong

Meneng, Bandar Lampung. Pada satu kandang tersebut terdapat 2 kelinci

jantan. Selama aklimatisasi kelinci diberi pakan berupa sayuran, pur, dan

rumput-rumputan, serta minum..

2. Pembuatan Ekstrak Cocor Bebek

Daun cocor bebek ( Kalanchoe pinnata [Lam] Pers.) didapatkan dari desa

Banjar Rejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur. Daun cocor bebek

yang digunakan adalah 800 gram.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi

basah. Dimana daun yang diperoleh dicuci bersih menggunakan air,

mengalir agar bersih dari kotoran yang terdapat pada daun. Kemudian

dicuci kembali menggunakan aquades. Selanjutnya daun dikering

anginkan. Selanjutnya daun digiling menggunakan blender dan direndam

dengan pelarut etanol 96% 1,5 liter selama 3 hari dan diaduk sesekali.

Setelah itu difiltrasi menggunakan kertas saring. Filtrasi yang didapatkan


30

kemudian dilanjutkan tahap evaporasi menggunakan rotary evaporator

dengan suhu 50oC hingga didapatkan ekstrak kental. Selanjutnya untuk

mengetahui massa (mg) dalam 1 ml ekstrak cocor bebek, ekstrak dijemur

di bawah cahaya matahari dengan wadah cawan peteri dan ditutup dengan

kain hitam agar terhindar dari kotoran, hingga diproleh ekstrak dalam

bentuk pasta. Ekstrak tersebut dicampurkan dengan aquades, dan 2 gr

CMC setiap konsentrasi hingga homogen.

3. Pencukuran Rambut Kelinci Jantan

Rambut pada bagian punggung kelinci dicukur bersih menggunakan pisau

cukur. Kemudian punggung kelinci yang sudah dicukur, diberi tanda

dengan membuat kotak dengan ukuran (2cm x 2cm) menggunakan

sepidol. Pada satu kelinci jantan dibuat 6 kotak dengan jarak masing

masing kotak 2cm.

4. Pemberian Perlakuan

Punggung kelinci jantan pada bagian K diolesi dengan aquadest. Bagian

K(+) diolesi 0,1 gram gel minoxidil 2% yang telah dicampur CMC 2 gram.

Pada bagian P1 diolesi dengan 0,1 gram ekstrak dengan konsentrasi 25%

yang telah dicampurkan 12,5 ml ekstrak cocor bebek, 37,5 ml aquadest,

dan 2 gram CMC. Bagian P2 diolesi dengan 0,1 gram ekstrak dengan

konsentrasi 50% yang telah dicampurkan dengan 25 ml ekstrak cocor

bebek, 25 ml aquadest, dan 2 gram CMC. Pada P3 diolesi 0,1 gram

ekstrak dengan konsentrasi 75% yang telah dicampurkan dengan 37,5 ml


31

ekstrak cocor bebek, 12,5 ml aquadest, dan 2 gram CMC. Pada bagian P4

diolesi 0,1 gram ekstrak dengan konsentrasi 100% yang telah dicampurkan

dengan 50 ml ekstrak cocor bebek dan 2 gram CMC.

E. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu:

1. Rerata panjang rambut kelinci

Pengukuran dilakukan dengan mengambil 10 helai rambut kelinci dari

setiap perlakuan pada hari ke-7, 14, dan 21. Kemudian diukur

menggunakan jangka sorong.

2. Rerata masa rambut kelinci

Pengukuran massa rambut kelinci dilakukan dengan mencukur rambut

setiap kotak perlakuan pada hari ke-21. Kemudian ditimbang

menggunakan neraca analitik.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh, dianalisis dengan metode statistik ANOVA (Analisis

Varian) pada taraf 5% untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok

perlakuan. Jika hasil ANOVA signifikan, maka dilakukan uji lanjut dengan

metode BNT (Beda Nyata Terkecil), sehingga dapat diketahui perbedaan

nyata perbandingan antara pemberian minoxidil 2% pada kontrol positif,

pemberian aquades pada kontrol negatif, pemberian ekstrak cocor bebek 25%,

50%, 75%, dan 100%.


32

G. Diagram Alir

Untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penelitian maka dibuat alur

penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 8.

4 ekor kelinci diaklimatisasi selama 7 hari dan diberi pakan dan


minum

Proses ekstraksi daun cocor bebek hingga berbentuk gel

Pencukuran bagian punggung kelinci 2cm x 2cm setiap kotak


sebanyak 6 kotak

Pengolesan pada setiap kotak

K(0) K(+) P1 P2 P3 P4

Pengamatan panjang sampel 10 bulu pada hari ke-7, ke-14 dan ke-
21, serta pencukuran dan penimbangan massa bulu setelah 21 hari
perlakuan

Analisis Data

Gambar 8. Diagram alir penelitian


V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Ekstrak etanol daun cocor bebek memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan panjang rambut dan massa rambut, dimana peningkatan

aktivitas pertumbuhan rambut terjadi seiring dengan meningkatnya

konsentrasi pada ekstrak.

2. Ekstrak cocor bebek dengan konsentrasi 100% memiliki aktivitas terhadap

pertumbuhan rambut lebih besar dibandingkan dengan K(+) minoxidil.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan konsentrasi yang berbeda

agar dapat dibandingkan hasilnya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai adakah efek samping

dalam pemakaiannya.
45

DAFTAR PUSTAKA

Afzal, M., Kazmi, I., Khan, R., Singh, R., Chauchan, M., Brisht, T. 2012.
Brophyllum pinnatum : A Review, Internasional Journal of Research in
Biological Sciences, 2 (4): 143-149.

Atun, S. 2009. Potensi Senyawa Isoflavon Dan Derivatnya Dari Kedelai (Glycine
Max. L) Serta Manfaatnya Untuk Kesehatan. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian (Hlm. 33-41). 16 Mei 2009. UNY. Yogyakarta

Bangun, A. 2012. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Indonesia Publishing


House. Bandung. Hlm 394-395.

Bhaskar, A., Nithya, V., Vidhya, V. 2011. Phytochemical screening and in vitro
antioxidant activities of the ethanolic extract of Hibiscus rosa sinensis L.
Annals of Biological Res, 2(5): 653-661.

Brown, M. 1978. Exhibition and Pet Rabbits. Spur Publications, London.

Candra, F. 2013. Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Mutu Teh Herbal Dari
Daun Sukun (Artocarpus altilis) yang dihasilkan. (Skripsi) Universitas
Andalas. Teknologi Pertanian. Sumatera Barat.

Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. (Skripsi). EEG. Jakarta.

Dalimartha dan Seodibyo. 1998. Perawatan Rambut Dengan Tumbuhan Obat dan
Diet Suplemen (Skripsi). PT Penebar Swadaya. Bogor.

Devbhuti, D., Gupta, J.K., and Bose, A. 2008. Phytochemical and acute toxicity
study on Bryophyllum calycinum SALISB. Acta Poloniae Pharmaceutica-
Drug Research, 65(4):501-504.
46

Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan


RI. Jakarta. 34-35.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama.(Skripsi). Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hlm 3-5, 10-11.

Efrizal. 2007. Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Penghambat Enzim α-


Glukosidase dari Daun Kalanchoe pinnata Pers. Secara In Vitro dan In
Vivo.(Tesis). Universitas Indonesia. Depok.

Embing, F.J.G. 1972.Textbook of Dermatology Second Ed. Black well Scientific


Publication, vol.2: 16-19

Ernawati, K. 1986. Kelainan pada rambut. Simposium Kesehatan Kulit dan


Kelamin; 17-20. Yogyakarta

Galichet, L. C. 2004. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. Pharmaceutical


Press. London.

Gembong, T. 2000. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press.Yogyakarta.

Glover, A., and Assinder, S.J. 2006. Acute exposure of adult male rats to dietary
phytoestrogen reduces fecundity and alters epididymal steroid hormon
receptor expression (Journal). Jour. Endoc. 189: 565-573.

Grant, P., Shamin, R. 2012. An Update on Plant Derived Anti-Androgens,


International jurnal of Endocrinology Metabolism, 10(2):497-502.

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit I. Hipokrates. Jakarta.

Harrison, S., Bergfeld, W. 2009. Diffuse Hair Loss: Its Triggers and Management.
Ceveland Clinic Journal of Medicine, 76(6):361-367.

Haryanto, S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Palmall. Yogyakarta.


Hlm 491-493.
47

Jack, C. 2015. Kelinci. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelinci. Diakses pada


tanggal 22 Juni 2017 pukul 19.58 WIB.

Jain, R., Neetesh, K.J., Namrata, S., Gnanachandran, A.K., Gokulan, P.D. 2011.
Development and Evaluation Of Polyherbal Ointment For Hair Growth
Activity. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical, 3 (2):
180-182.

Khandare, A.D., Raygude, K.S., Bodhankar, S. 2012. Effect of hydroalcoholic


extract of Hibiscus rosa sinensis Linn. leaves in experimental colitis in
rats. Asian Pac J Trop Biomed, 2(5): 337-344.

Koswara S. 2006. Isoflavon, senyawa multi manfaat dalam kedelai.


http://www.ebookpangan.com/artikel/isoflavon,zatmultiman
faatdalamkedelai. Diakses pada 30 September, pukul 21:07 WIB.

Lebas, F., P. Couder, R. Rouvier, & H. DeRochambeau. 1986. The Rabbit


Husban- dry, Health and Production. Food and Agri- culture Organisation
of the United Nations. Rome.

Lund, T.D., Munson, D.J., Haldy, M.E., Setchell, K.D.R., Lephart, E.D., Handa,
R.J. 2004. Equol is a novel anti-androgen that inhibits prostate growth and
hormone feedback. Biol Reprod, 70:1188-1195.

Marchaban, J. C., Soegiharto, dan F.E. Kumarawati. 2007. Uji Aktifitas Daun
Randu (Ceiba pentandra Gaertn.) Sebagai Penumbuh Rambut. UGM.
Yogyakarta

Martodiharjo, S.1991. Pengobatan kerontokan rambut. Majalah Ilmu penyakit


kulit dan kelamin. (Skripsi).11-25

McEvoy, G.K. 1999. AHFS Drug Information 1999. American Society of Health-
System Pharmacits. Bethesda.

Messenger, A., dan Rundegren, J. 2004. Minoxidil Mechanisms Of Action On


Hair Growth. British Journal of Dermatology. 186-194.

Mitsui. T. 1992. New Cosmetic Science (Skripsi). Elsevier Sceience B.V.


Amsterdam.
48

Naim, M. 1973. A new isoflavone from soybeans. Phytochemistry.Jakarta. 12 :


169-171.

Ohnemus, U., Uenalan M. 2006. The Hair Follicle as an Estrogen Target and
Source. The Endrocrine Sociaty. 27(6):677-706.

Okwu, D.E., and Nnamdi, F.U. 2012. Two novel flavonoids from Bryophyllum
pinnatum and their antimicrobial Activity. Pharmceutical Chemistry
Journal. 3(2):1-10.

Pal, S., Sen, T., and Nag Chaudhari, A.K. 1999. Neuro psycho pharmacological
profile of the methanolic fraction of Bryophyllum Pinnatum leaf extract.
Journal of Pharmacy and Pharmacology; 51:313-318.

Parmadi, A dan F. Ubaidillah. 2016. Uji Efek Tonikum Variasi Dosis Ekstrak
Etanol Buah Pare (Momordica charantia L.) Pada Mencit Jantan (Mus
musculus L.). Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 7(1): 4

Pertiwi, I. 2009. “Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap
Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium”. (Skripsi)
Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta.

Prastisto, A. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Pt. Elex Media
Komputindo. Jakarta.

Prager, N., Bickett, K., Frensh, N., and Marcovici, G. 2002. A randomized
Double-Blind, Placebo-Controlled Trial To Determine The Effectiveness
of Boanically Derived Inhibitor of 5-Alpha-Redustase In The Treatment of
Androgenetic Alopecia. J Alt Compl Med. 8: 143-152.

Robinson, T. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan tinggi. ITB Press. Bandung.

Rook, A dan R. Dawber. 1991. Disease of The Hair and Scalp (2nd ed) (Skripsi).
Blackwell Scientific Pub. London.

Sarwono, B. 2007. Kelinci Potong dan Kelinci Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta.
49

Semwal, S.M., Agrawal, K.K., Singh, K., Tandon, S., dan Sharma, S. 2011.
Alopecia: Beralih ke Pengobatan Herbal. Jurnal Penelitian Farmasi Dan
Opini, 1 (4): 101-104.

Suhono, B. dan tim LIPI. 2010. Ensiklopedia Flora.(Skripsi). PT Kharisma Ilmu.


Bogor. Hal. 123-115.

Steenis,V. 1997. Flora. Cetakan ke-2. Jakarta. Pradnya Paramita.

Tranggono dan Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik


(Skripsi). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai