SKRIPSI
Oleh
Dili Mas’Arul
NPM. 1611060389
1
PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU
SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF
PADA FERMENTASI NATA PINNATA
SKRIPSI
Oleh
Dili Mas’Arul
NPM : 1611060389
2
ABSTRAK
Sumber nitrogen yang lazim digunakan pada fermentasi nata berasal dari pupuk ZA
anorganik ataupun urea. Hal tersebut berpotensi membahayakan kesehatan jika
dikonsumsi oleh manusia. Langkah antisipasi untuk mencegahnya adalah dilakukan
pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitrogen alternatif. Tujuan
penelitian ialah untuk mengetahui pengaruh jenis sumber nitrogen, konsentrasi sumber
nitrogen dan pengaruhnya terhadap kualitas dan karakteristik nata pinnata. Penelitian
ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sumber nitrogen
yang berbeda, yaitu variabel P0 (kontrol), P1 (konsentrasi 10% ZA foodgrade), P2
(konsentrasi 10% ekstrak kecambah kacang hijau), dan P3 (konsentrasi 20% ekstrak
kecambah kacang hijau). Setiap perlakuan diulangi tiga kali. Parameter yang diamati
meliputi karakteristik fisik (hasil rendemen dan ketebalan nata) serta analisis kimia
(kadar air dan kandungan selulosa nata pinnata). Analisa organoleptik dilakukan pada
perlakuan dengan hasil terbaik dari proses fermentasi nata. Metode analisis data yang
digunakan uji karakteristik kimiawi yang meliputi kadar air dan kadar serat, sedangkan
uji organoleptik meliputi rasa, aroma, tekstur dan warna nata dilakukan analisis dengan
metode deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau
dengan konsentrasi 10% menghasilkan rendemen yang berbeda tidak nyata
dibandingkan dengan penggunaan pupuk ZA food grade. Sumber nitrogen paling
optimal digunakan pada penelitian ini ialah konsentrasi 10% pada perlakuan P1 dengan
menghasilkan rerata rendemen yaitu 84,1%. Hasil rerata uji organoleptik menunjukkan
pada perlakuan P2 lebih disukai oleh panelis pada uji rasa bernilai 6,7; uji aroma
bernilai 4,53; dan uji aroma bernilai 4,83. Hasil rerata uji tekstur pada perlakuan P3
lebih disukai oleh panelis yaitu dengan nilai 6,2 dari skala angka 1-10.
Kata kunci: ekstrak kecambah kacang hijau, fermentasi nata pinnata, sumber
nitrogen alternatif
iii
SURAT PERNYATAAN
kesadaran bahwasanya skripsi yang ditulis ini tidak memuat karya atau bagian karya
orang lain, terkecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka
Penulis
(Dili Mas’Arul)
iv
MOTTO
ُ ِإنَّ َمٓا َأمۡ ُر ٓۥهُ ِإ َذٓا َأ َرا َد َشۡئًا َأن يَقُو َل لَهۥُ ُكن فَيَ ُك
﴾٨٢﴿ ون
Fenomena kebetulan, teori sains dan hukum alam ialah cara Tuhan untuk tetap anonim.
(Albert Einstein)
v
PERSEMBAHAN
limpahan rahmat, hidayah serta karunianya yang selalu diberikan kepada umatnya,
khususnya kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis skripsi ini. Dengan penuh
rasa syukur dan mengharapkan ridho Allah SWT, saya persembahkan karya tulis ini
teruntuk kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Soleman dan Ibu Siti Masitoh yang senantiasa
materi yang tiada batasnya sebagai bukti dari kasih sayang keduanya.
2. Untuk keempat saudaraku, Teteh Siti Kholisoh, Kakak Kusnawan, Kakak Sholihin,
Kakak Imam Muddin, serta Adikku Ahmad Safrudin, terimakasih atas semua
pengorbanan, dukungan dan juga motivasinya. Kalian adalah bukti nyata atas doa-
3. Keluarga besar Bapak Antonius dan ibu, beserta anaknya Michael Reygan yang
sudah menjadi keluarga keluarga kedua dan menjadi bagian yang takkan pernah
vi
RIWAYAT HIDUP
bersaudara dari Bapak Soleman dan Ibu Siti Masitoh. Pendidikan pertama ditempuh
oleh penulis yaitu, Madrasah Ibtidaiyah Mathlaul Anwar (MIMA) Banyumas hingga
lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan menengah pertama di
SMPN 1 Candipuro hingga lulus pada tahun 2012, sampai akhirnya melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMAN 1 Sidomulyo hingga lulus pada tahun 2015.
Pada tahun 2016, penulis terdaftar di Jurusan Pendidikan Biologi UIN Raden Intan
Lampung. Selanjutnya penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Lampung.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
PINNATA”. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah SWT limpahkan rahmat-
Nya kepada sosok mulia Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau. Penulis menyusun skripsi ini sebagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak sekali masukan dari
berbagai pihak khususnya dosen pembimbing skripsi, sehingga kesulitan yang dihadapi
dapat terselesaikan sesuai kemampuan. Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
2. Bapak Dr. Eko Kuswanto, M. Si. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Biologi UIN
Raden Intan Lampung yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan untuk
viii
4. Ibu Aulia Ulmillah, M. Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyan dan Keguruan
yang telah memberikan pelajaran dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menempuh pendidikan .
7. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu-persatu, akan tetapi telah banyak
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
dan saran yang membangun dari pembaca akan sangat penulis harapkan untuk
Penulis
Dili Mas’Arul
NPM. 1611060389
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK................................................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................... IV
MOTTO.................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Penegasan Judul.................................................................................. 1
1.2 Alasan Memilih Judul......................................................................... 3
1.3 Latar Belakang.................................................................................... 3
1.4 Identifikasi masalah............................................................................ 10
1.5 Batasan masalah................................................................................. 11
1.6 Rumusan masalah............................................................................... 11
1.7 Tujuan penelitian................................................................................ 12
1.8 Manfaat penelitian.............................................................................. 12
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................. 36
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian......................................................... 36
3.3 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 47
3.4 Definisi Operasional Penelitian.......................................................... 40
3.5 Instrumen Penelitian........................................................................... 41
3.6 Teknik Analisis Data.......................................................................... 43
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.............................................................................................. 61
5.2 Saran..................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kandungan gizi kacang hijau dan tauge per 100 gram...........................
Tabel 2.2 Komposisi nutrisi nira aren.....................................................................
Tabel 2.3 Perkiraan luas areal tanaman dan produksi aren dalam bentuk
gula dan nira per provinsi di Indonesia...................................................
Tabel 2.4 Perbandingan kandungan nutrisi nata yang diolah dari nira aren
dengan nata dari air kelapa, nata dari nira ..............................................
Tabel 3.1 Konsentrasi sumber nitrogen ..................................................................
Tabel 4.1 Hasil uji kadar air dan kadar selulosa pada nata pinnata........................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
memahami makna yang terdapat di dalam judul skripsi ini, maka penulis akan
dari beberapa sumber, berikut ini pengertian dari istilah yang digunakan pada
2. Ekstrak berarti sediaan yang diperoleh dari jaringan hewan atau tumbuhan
4. Sumber mengandung makna tempat keluar (air atau zat cair); sumur: asal
pembentukan selulosa.
1
Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). h.
912
2
Ibid., h. 98
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Nira, diakses tanggal 20 September 2020
4
Ibid., h. 475
1
5. Nitrogen merupakan salah satu nutrien yang diperlukan untuk membantu
6. Kata alternatif berarti suatu pilihan di antara dua atau bahkan beberapa
8. Nata de pinnata atau yang lebih dikenal dengan istilah nata pinnata
nama nata de coco. Proses fermentasi nata dari air kelapa sudah menjadi hal biasa
kelapa sebagai bahan dasarnya akan sulit bersaing dengan industri nata de coco
5
Amalina Qurratu Ayun, “Aplikasi Sumber Nitrogen Organik Pada Proses Fermentasi Nata de
Coco Serta Kajian Sanitasi dan Hygiene” (Institut Pertanian Bogor, 2017). h. 1
6
Kamus Bahasa Indonesia. h. 912
7
Ibid. h. 408
8
Mody Lempang, “Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren” Info Teknis EBONI, 14.1 (2017), h.
23.
2
yang sudah ada. Oleh karena itu, bagi pengusaha yang hendak berwirausaha di
komoditas aren, memiliki luas areal perkebunan aren mencapai 84.587 Ha dengan
jumlah produksi sebesar 173.376 ton9. Salah satu produk olahan yang berasal dari
nira aren adalah gula merah aren. Gula merah aren memiliki kekurangan, yaitu
masa penyimpanan yang singkat (2 – 6 minggu), kurang praktis dan kurang sesuai
dengan gaya hidup saat ini. Salah satu inovasi produk olahan dari nira aren adalah
nata pinnata.
Nata merupakan produk olahan pangan hasil dari fementasi pada medium
Acetobacter xylinum harus diperhatikan. Agar diperoleh energi yang cukup untuk
Pada nira aren segar mengandung kadar air berkisar antara 80 – 85% dan
mikroorganisme yang berperan dalam aktivitas fermentasi asam asetat pada nira
aren. Terdapat empat isolat bakteri asam asetat (BAA) yang diisolasi dari nira
9
Otik Nawansih, dkk. “Optimalisasi Bahan Baku dan Kapasitas Kerja Alat Granulator pada
Proses Pembuatan Gula Semut Aren,” Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Lampung, 2017, ISBN 978-602-70530-6-9, h. 161.
10
Musdawati Parma S., “Pengaruh Pemberian Sumber Nitrogen Dan Bibit Bakteri Acetobacter
Xylinum Terhadap Kualitas Hasil Nata De Tala”. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 3 (2017), h. 95
3
isolat tersebut tergolong ke dalam famili Acetobacteriaceae. Keadaan tersebut
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengisolasi strain bakteri asam asetat
industri, namun strain lokal Indonesia belum banyak dikenal. Sarkono (2010)
telah mengisolasi strain bakteri asam asetat dari cairan fermentasi nata dan buah
tropis.12 Salah satu isolat potensial yang didapatkan yaitu koloni bakteri yang
selnya ketika pada lingkungannya tersedia sumber karbon yang melimpah (60-
optimal produksi selulosa oleh A. xylinum adalah pada kisaran pH 4-6, dan suhu
28-300C. produksi selulosa juga dipengaruhi oleh kondisi bakteri yang digunakan
dalam produksi selulosa, seperti umur bakteri dalam inokulum dan jumlah
inokulm yang digunakan sebagai starter dalm produksi selulosa. Oleh karena itu,
berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu strain bakteri penghasil selulosa itu
sendiri dan faktor lingkungan sehingga selulosa yang dihasilkan dapat maksimal.13
sebagai sumber nitrogen. Potensi adanya cemaran logam dan sifatnya sebagai
11
Yunita, dkk. Potensi air nira aren (Arenga pinnata Merr.) sebagai sumber isolat bakteri asam
asetat (BAA). BIOLEUSER, 1(3):134-138 ISSN: 2597-6753 h. 134
12
Sarkono, dkk. Optimasi Kondisi Fermentasi Untuk Produksi Selulosa Bakteri Oleh Strain Slk-
1 Dalam Media Dasar Air Kelapa. Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya dalam Upaya
Peningkatan Daya Saing Bangsa. (Program S3, Program Studi Ilmu Biologi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta) h. 490
13
Daniel, Efektifitas Umur dan Konsentrasi. Starter A. Xylinum dalam Pembentukan Pelikel
Nata de soya. FTP UNIBRA Malang.h. 49
4
bahan kimia non-food grade menyebabkan penggunaan ZA dibatasi.14 Meski
menghasilkan nata dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Penelitian
penelitian yang menggunakan sumber nitrogen dari pupuk anorganik, seperti urea
dan ZA. Sumber nitrogen alami dari tumbuhan terutama Familia Papilionaceae
Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) memiliki kandungan gizi yang
memiliki kandungan nutrisi yang baik. Pada 100 gram kacang hijau terkandung
energi sebesar 345 kalori, protein 22,85%; karbohidrat 62,90%; lemak 1,20%;
kalsium 125 mg, fosfor 320 mg, serta terkandung vitamin C 6 mg. 16 Kandungan
kacang hijau. Kacang hijau yang telah disaripati menggunakan blender, kemudian
14
Amalina Qurratu Amalina Qurratu Ayun. h. 1
15
M. Souisa, dkk. Pengaruh Acetobacter xylinum dan Ekstrak Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.) terhadap Produksi Nata dari Substrat Limbah Cair Tahu. Biota Vol. XI
(1): 27-33, Februari 2006 ISSN 0853-8670 h. 28
16
Muhammad Arief Setiawan, dkk. “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan NPK Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.),” BERNAS Agricultural Research
Journal, 14.3 (2018), h. 133.
5
memasuki tahap ekstraksi dengan cara perebusan. Pada saat berada di suhu
nutrien lainnya dapat memungkinkan zat nitrogen menjadi residu beracun bagi
makhluk hidup.
media.19 Tentu hal ini sesuai dengan kandungan nitrogen di dalam kecambah
kacang hijau yang berkisar 20,5 – 21%. Dengan demikian proses fermentasi nata
dapat berjalan optimal dari kandungan nutrisi yang terpenuhi tanpa menghasilkan
sendiri dikenal memiliki hasil alam berupa nira aren, kolang-kaling, ijuk dan lidi,
serta batangnya yang menghasilkan sagu sebagai bahan pokok makanan di daerah
17
Hastuti, dkk. “Pemanfaatan Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Sebagai Sumber Nitrogen
Alternatif dalam Pembuatan Nata de Lerry,” Prosiding SNST ke-8, 2017, h. 1.
18
Mody Lempang, “Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren.” h. 99
19
Hastuti, dkk. h. 1
6
dapat tumbuh sedalam 6-8 meter. Pohon aren sangat efektif untuk menahan tanah
di lereng bukit dan pegunungan. Pohon aren dengan perakaran yang melebar
﴾ ٣٠﴿ق ُغ ۡلبٗ ا
َ ﴾ َو َحدَٓاِئ٢٩﴿ ونا} َون َۡخاٗل ۡ َ﴾ َو ِعنَبٗ ا َوق٢٧﴿فََأ ۢنبَ ۡتنَا} فِيهَا َح ٗبّا
ٗ ُ﴾ َوز َۡيت٢٨﴿}ضبٗ ا
﴾٣٢﴿ ﴾ َّم ٰتَعٗ ا لَّ ُكمۡ َوَأِل ۡن ٰ َع ِم ُكۡ}م٣١﴿َو ٰفَ ِكهَ ٗة َوَأ ٗبّا
Allah SWT. telah mengumpamakan Rasulullah SAW. sebagai tumbuhan. Hal ini
tidak ada, maka dipastikan sumber makanan akan tiada. Tumbuhan yang
Hubungan Surah ‘Abasa ayat 24-32 dengan ayat lain dalam Al Qur’an yang
7
}ت ِر ۡز ٗقا
ِ ض فِ ٰ َر ٗشا} َوٱل َّس َمٓا َء بِنَٓاءٗ َوَأن َز َل ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓاءٗ فََأ ۡخ َر َج بِِۦه ِمنَ ٱلثَّ َم ٰ َر
َ ٱلَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم ٱَأۡل ۡر
Artinya : “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit. Lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi
Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 22)
ض َم ۡه ٗدا َو َسلَكَ لَ ُكمۡ فِيهَا ُسبُاٗل َوَأنزَ َل ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓاءٗ فََأ ۡخ َر ۡجنَا بِ ِٓۦه َأ ۡز ٰ َو ٗجا ِّمن
َ ٱلَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم ٱَأۡل ۡر
﴾٥٤﴿ ت ُأِّلوْ لِي ٱلنُّهَ ٰى َ ِوا َو ۡٱرع َۡو ْا َأ ۡن ٰ َع َم ُكمۡۚ ِإ َّن فِي ٰ َذل
ٖ َك أَل ٓ ٰي ْ ُ﴾ ُكل٥٣﴿ ات َشتَّ ٰى
ٖ َنَّب
Artinya : “Dia yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang
telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari
langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-
jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan
gembalakanlah binatang-binatang ternakmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang berakal.” (QS. Thaha : 53-54)
Dari kedua ayat tersebut memberikan isyarat bahwa interaksi tumbuhan
dengan makhluk hidup lain seperti hewan dan manusia. Untuk itu dalam
ekosistem memberi kedudukan pada tumbuhan sebagai produsen dan hewan atau
merubah energi dari matahari berupa cahaya menjadi energi kimia tidak dapat
dilakukan oleh organisme lain. Perubahan itu hanya dapat dilakukan oleh
Peristiwa transformasi energi ini adalah fenomena alam yang patut untuk
23
Imron Rossidy, Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif al-Quran (Malang : UIN
Malang Press, 2008) h. 146-147
8
sungguh pentingnya pelesterian alam termasuk tumbuhan. Atas dasar itulah
masalah, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap nira aren.
Penelitian ini akan menguji pengaruh pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau
1. Pemanfaatan nira aren menjadi produk olahan Nata Pinnata diharapkan akan
menambah nilai jual dari produk yang dihasilkan dari nira aren.
dengan masalah tersebut. Maka judul penelitian tersebut dipilih sebagai solusi
fermentasi nata.
kecambah kacang hijau yang berkisar 20,5 – 21%.. Proses fermentasi nata
kandungan nitrogen yang terdapat pada ekstrak kecambah kacang hijau dapat
24
Edria, Pengaruh Penambahan Kadar Gula dan Kadar Nitrogen terhadap Ketebalan, Tekstur dan
Warna Nata De Coco. Repository IPB.h. 46-47
25
Hastuti, dkk. h. 1
9
1.3 Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat mengidentifikasi
1. Potensi adanya cemaran logam berbahaya dan sifatnya sebagai bahan kimia
nitrogen yang aman digunakan dalam proses fermentasi produk nata terhadap
Acetobacter xylinum. Nira aren dapat diperoleh dari petani di Desa Tanjung
2. Bibit Acetobacter xylinum diperoleh dari pabrik industri nata de coco di Desa
10
3. Kecambah kacang hijau yang dimanfaatan sebagai sumber nitrogen alternatif
dalam proses fermentasi nira aren menjadi nata pinnata. diperoleh dari pasar
Ekstrak kecambah kacang hijau diperoleh melalui proses ekstraksi pada saat
1. Bagi peneliti
Pendidikan Biologi.
11
b. Dapat mengetahui pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai
2. Bagi Universitas
dalam kampus mengenai pemanfaatan nira aren yang diolah menjadi nata
pinnata.
3. Bidang Pendidikan
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan kaya akan zat gizi sebagai cadangan makanan untuk embrio selama proses
perkecambahan. Biji kacang hijau berbentuk polong bulat memanjang dengan ukurn 6-
15 cm. Berdasarkan kualitasnya, kacang hijau terbagi menjadi dua macam yaitu kacang
hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan
tepung, sedangkan kacang hijau berbiji kecil digunakan untuk pembuatan tauge.
Kandungan gizi yang terdapat pada kacang hijau dan tauge per 100 gram berat kering
Tabel 2.1 Kandungan gizi kacang hijau dan tauge per 100 gram
Kandungan gizi Jumlah
Kalori 345,00 kal
Protein 22,00 g
Lemak 1,20 g
Karbohidrat 62,90 g
Kalsium 125,00 mg
Fosfor 320,00 mg
Zat Besi 6,70 mg
Vitamin A 157,00 SI
26
Maria Magdalena M. (2016). Pengaruh penggunaan jus kecambah kacang hijau sebagi sumber
nitrogen alternative terhadap karakteristik nata de besusu. Skripsi. Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. h. 23
27
Mades Fifendy, Nur Annisah, “Kualitas Nata De Citrullus Dengan Menggunakan Berbagai
Macam Stater”, Jurnal Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang, Vol. 4 No. 2 (Desember 2012.
13
Vitamin B1 0,64 mg
Vitamin C 6,00 mg
Air 10 g
Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji kacang-kacangan
yang disemaikan atau melalui perkecambahan. Kecambah yang dibuat dari biji kacang
hijau disebut tauge.28 Penentuan kadar protein pada kacang hijau dilakukan dengan
menggunakan metode Kjeldahl, yang terdiri dari 3 tahap yaitu : tahap destruksi, tahap
Sampel ditimbang 1 gram, masukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, kemudian
dipanaskan dengan permulaan api yang kecil setelah beberapa saat, perlahan api
kemudian dibesarkan sehingga suhu menjadi naik. Destruksi dapat dihentikan pada saat
kemudian didinginkan, setelah itu diencerkan dengan aquades sebanyak 200 mL.
Setelah homogen dan dingin diambil menggunakan pipet sebanyak 5 mL, masukkan ke
perubahan warna larutan menjadi ungu. Labu destilat dipasang dan dihubungkan dengan
kondensor, lalu ujung kondensor dibenamkan dalam cairan penampung. Uap dari cairan
yang mendidih akan mengalir melalui kondensor menuju Erlenmeyer penampung yang
28
Afraini Sartika Manullang. Pengaruh Konsentrasi Fruktosa Dan Starter Acetobacter Xylinum
Terhadap Kualitas Nata De Citrullus (Citrullus lanatus). Skripsi. Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas
Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia. h. 9
14
berisi 20 mL larutan H3BO3 2%. Hasil destilat dipipet sebanyak 100 mL, kemudian
ditambahkan indikator Bromkresol Green sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan larutan
baku H2SO4 0,046 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari
hijau menjadi ungu. Dilakukan titrasi blanko dengan perlakuan yang sama tanpa
menggunakan sampel.29
metode biuret. Keberadaan senyawa protein pada kecambah kacang hijau didasarkan
pada perubahan warna hijau menjadi warna ungu. Terjadinya perubahan warna ungu
disebabkan karena terputusnya ikatan peptide pada senyawa protein antara gugus asam
amino yang satu dengan gugus asam amino yang lainnya. Lalu dilanjutkan dengan
terperangkapnya atau terjadinya ikatan kompleks antara ion logam Cu2+ dengan gugus
selisih yang beragam. Hal ini terjadi karena kandungan protein digunakan selama proses
digunakan untuk pembentukan struktur baru sejalan dengan bertambahnya umur dalam
tahapan perkecambahan.31 Kecambah kacang hijau lebih baik nilai gizinya daripada
29
Dirga, dkk. Analisis Protein Pada Tepung Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus Aureus L.)
yang Dikecambahkan Menggunakan Media Air, Air Cucian Beras dan Air Kelapa. Journal of Science
and Applicative Technology – Institut Teknologi Sumatera h. 30
30
Nuning Martianingsih, dkk. Analisis Kandungan Protein Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus
Radiatus L.) Terhadap Variasi Waktu Perkecambahan. Jurnal Ampibi 1(2) hal. ( 38-42 ) h. 40
31
Alviani, Karina., D. Pengaruh Kosentrasi Gula Kelapa dan Starter Acetobacter xylinum
Terhadap Kualitas Fisik dan Kimiawi Nata de Leri. Skripisi. Fakultas Sains dan teknologi.
Universitas Islam negeri. Malang. h.84
15
nilai gizi kacang hijau. Hal tersebut dikarenakan kecambah telah mengalami proses
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang siap dimanfaatkan oleh embrio
karbohidrat diubah menjadi dekstrin atau bagian yang lebih kecil, yaitu dalam bentuk
mikromolekul asam amino.33 Kadar protein kacang hijau terjadi kenaikan selama
perkecambahan, tetapi setelah diuji secara statistik tidak berbeda nyata. Perkecambahan
amino esensial yang merupakan penyusun protein yang diperlukan untuk proses
sehingga apabila selama perkecambahan terjadi peningkatan jumlah enzim maka protein
karbohidrat dan lemak. Pada proses perkecambahan terjadi beberapa kandungan pati
diubah menjadi bagian yang lebih kecil yaitu glukosa dan maltosa. Molekul protein
dipecah menjadi asam amino sehingga dalam kecambah terjadi kenaikan konsentrasi
asam amino.35
32
Ninin Andrini. Pengaruh Konsentrasi Larutan Tauge (Phaseolus radiatus) Dan Penambahan
Gula Merah Terhadap Kualitas Nata De Coco Dan Nata De Srikaya. Skripsi. UIN Alauddin Makassar. h.
15
33
M. Fifendy,., Putri, D. H., & Maria, S. S. Pengaruh penambahan touge sebagai sumber
nitrogen terhadap mutu nata de kakao. Jurnal Sainstek, 3(2), 165–170. h. 8
34
Nurul Akmal, dkk. Pengaruh Penggunaan Tauge (Phaseolus radiatus) Sebagai Sumber
Nitrogen Alternatif Dalam Pembuatan Nata de Coco. Jurnal Biology Education, 8(2). h. 56
35
Wenny Surya Murtius, dkk. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 25, No.1, h. 105
16
2.3 Tanamana Aren (Arenga pinnata Merr.)
Arenga pinnata Merr. atau aren merupakan salah satu jenis tumbuhan palma yang
menghasilkan buah, pati (tepung) dan nira. Air nira adalah hasil asimilasi dari proses
menuju buah nira melalui jaringan floem yang secara alami diubah menjadi gula
(glukosa) dan berbentuk cairan nira. Nira aren dipanen dengan cara penyadapan atau
penderesan tandan bunga jantan pohon aren.37 Pada gambar 2.1 memperlihatkan pohon
aren yang mulai disadap untuk diambil niranya, untuk bunga yang satunya masih belum
Tanaman Aren mulai berbunga pada umur 12 sampai 16 tahun, tergantung pada
ketinggian tempat tumbuh dan sejak itu aren akan dapat disadap niranya dari tandan
bunga jantan selama 3 sampai 5 tahun. Sesudah itu pohon aren tidak akan produktif lagi
36
Hesty Heryani, Keutamaan Gula Aren & Strategi Pengembangan Produk, ed. oleh Pusat
Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Unlam (Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 2016). h.
1
37
Mody Lempang, “Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren.” h. 23
17
dan kemudian akan mati. Pada tanaman aren yang sehat setiap tandan bunga jantan bisa
menghasilkan nira sebanyak 900-1.800 liter/tandan, sedangkan pada tanaman aren yang
pertumbuhannya kurang baik hanya rata-rata 300-400 liter/tandan. Pada beberapa dalam
setahun dapat disadap sampai 4 tandan bunga/pohon, dan setiap tandan bunga dapat
disadap 3-5 bulan38. Berikut adalah hasil nira yang telah disadap oleh petani nira yang
Pemanfaatan nira aren untuk menghasilkan ragam produk merupakan salah satu
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan nilai jual hasil alam dari tanaman aren.
Produk-produk nira dapat digolongkan dalam dua jenis kelompok, yaitu hasil yang
diperoleh dari proses fermentasi dan juga hasil yang bukan proses fermentasi. Salah satu
produk nira yang mengalami proses fermentasi adalah nata, selain itu cuka dan alkohol.
Nata berasal dari bahasa spanyol yang dalam bahasa inggris berarti cream. Nata
merupakan jenis makanan penyegar atau pencuci mulut (food dessert) yang digemari
oleh konsumen Jepang karena dianggap berkhasiat mencegah terjadinya kanker usus
38
Suparti, Yanti, Aminah Asngad, “Pemanfaatan Ampas Sirsak (Annona muricata) Sebagai
Bahan Dasar Pembuatan Nata Dengan Penambahan Gula Aren”, Jurnal MIPA, Vol.17 No.1 ( Januari
2007), h.6
18
dan sebagian besar produk nata diimpor dari Filipina. Khasiatnya dalam mencegah
kanker usus erat kaitannya dengan sifat kimia nata yang termasuk makanan rendah
kalori. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa hasil dari
proses fementasi nira aren diperoleh rendemen produksi nata pinnata antara 23,83%
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hasil produksi dari komoditas nira
aren dapat diolah menjadi nata pinnata. Selama ini, nira aren hanya dimanfaatkan
sebagai bahan baku gula aren ataupun minuman beralkohol. Petani hanya mengetahui
proses pemanfaatan nira aren menjadi olahan tersebut melalui proses turun-temurun.
Tanpa bekal ilmu pengetahuan yang cukup, petani hanya berasumsi bahwa nira aren
memiliki rasa manis yang berarti mengandung gula di dalamnya. Sementara itu, nira
tubuh.
proses pengolahan nata. Bakteri Acetobacter xylinum dapat membentuk nata dalam
medium fermentasi yang digunakan harus sesuai dengan syarat tumbuh bakteri tersebut.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah ketersediaan nutrien yang dibutuhkan oleh
terjadinya proses fementasi harus mengandung nutrisi yang lengkap, karena nutrisi
pembuatan nata.40
39
Mody Lempang, “Rendemen dan Kandungan Nutrisi Nata Pinnata yang Diolah dari Nira
Aren,” Jurnal Hasil Hutan, 24.2 (2006), h. 134.
40
Musdawati Parma S., h. 106
19
Pembentukan nata memerlukan starter sebanyak 10 – 20% volume media. Jumlah
starter yang sesuai akan menghasilkan pertumbuhan bakteri secara optimum. Faktor-
faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata antara lain medium dan kondisi
Acetobacter xylinum adalah sumber karbon dari gula pasir sebanyak 10% volume
medium, pH antara 3,5 – 7,5; sumber nitrogen dari ekstrak kecambah berkisar antara 20
media fermentasi dan digunakan oleh bakteri untuk membentuk asam glukonat.42
Pohon aren dapat disadap dua kali dalam satu hari dengan menghasilkan nira
sebanyak 3 – 10 liter atau sebanyak 900 – 1600 liter nira per tahun/batang. Nira aren
mengandung berbagai zat gizi, antara lain karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa
manis pada nira disebabkan oleh kandungan karbohidratnya mencapai 11,18%. Hasil
Analisa komposisi kimia nira aren segar disajikan dalam tabel berikut. 43
41
Hastuti, dkk. “Pemanfaatan Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Sebagai Sumber Nitrogen
Alternatif dalam Pembuatan Nata de Lerry,” Prosiding SNST ke-8, 2017, h. 1–2.
42
Syarifah Aini, Fatkhun Nur. Penambahan Ekstrak Jeruk Nipis dan Konsentrasi Inokulum
Terhadap Karakteristik Nata de Soya dari Limbah Cair Industri Tahu Kabupaten Klaten. Jurnal Kimia
Riset, 4(2), h. 134
43
Hastuti, dkk. h. 2
20
2.4 Potensi Aren Sebagai Sumber Pangan
Di Indonesia, aren tumbuh di 26 provinsi dengan luas areal 61.924 ha. Aren
tumbuh di daerah dengan curah hujan yang relatif tinggi dan merata sepanjang tahun.
Terdapat 16 provinsi yang memiliki tanaman aren dengan areal yang luas yaitu Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Maluku. Dewasa ini, luas areal
tanaman aren mencapai 70.000 ha tanpa merinci per provinsi. Di Papua juga ditemukan
44
Rindengan Barlina, dkk. h. 39
45
Ibid. h. 39
21
Jika diperhatikan, jumlah produksi gula jauh lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah produksi nira aren. Perbandingan hingga mencapai 1 : 10.000 yang artinya
pemanfaatan nira aren sebagai potensi sumber pangan belum optimal. Hal ini bisa
terjadi karena rendahnya hasil produksi gula aren dari pengolahan nira aren. Setiap 10
liter nira aren yang diolah untuk dijadikan gula aren hanya menghasilkan 1 kg gula
aren.46 Itu berarti setiap liter nira yang diolah menjadi gula aren hanya mampu
Sedangkan produksi nata pinnata dengan penggunaan bahan baku nira yang baik,
bahan tambahan yang tepat, peralatan dan pengolahan yang hygenis, hasil rendemen
pengolahan nata dapat mencapai 94,22%.47 Hal ini jelas menunjukkan potensi besar nira
aren untuk dimanfaatkan sebagai media fermentasi nata. Dengan demikian petani nira
aren untuk mengolah hasil nira menjadi salah satu sumber pangan bisa terwujud.
Sehingga secara tidak langsung upaya pelestarian tanaman aren sebagai tanaman
46
Kornelia Webliana. “Potensi dan Pemanfaatan Tanaman Aren (Arenga Pinnata) Di Hutan
Kemasyarakatan Aik Bual Kabupaten Lombok Tengah,” Agrohita Jurnal Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 5.1 (2020), 25–35
<https://doi.org/10.31604/jap.v5i1.1725>. h. 32
47
Mody Lempang, “Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren.” h. 32
22
2.5 Produksi Nata Pinnata
Bahan baku yang baik untuk produksi nata pinnata adalah nira aren yang baru
diperoleh dari petani nira aren yang masih terasa manis dan belum mengalami
fermentasi. Nira yang sudah mengalami fementasi selama 10 – 48 jam akan digunakan
sebagai bahan pembuatan alkohol. Nira aren yang digunakan sebagai bahan baku
produksi nata pinnata tidak boleh menggunakan bahan pengawet kimiawi maupun
alami. Nira aren yang menggunakan bahan pengawet akan berpengaruh terhadap
perkembangan dan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum.48 Hal tersebut jelas akan
sumber nutrisi dan mengatur keasaman media tumbuh Acetobacter xylinum. Gula pasir
diperlukan sebagai sumber karbohidrat atau karbon dan pupuk ZA sebagai sumber
diperlukan untuk mengatur kondisi keasaman media yang optimal bagi pertumbuhan
bakteri tersebut. Aktivitas pembentukan nata hanya terjadi pada kisaran pH 3,5-7,5;
akan tetapi pH optimal sekitar 4.49 Bahan yang dapat digunakan sebagai media untuk
pembutan nata adalah air kelapa sehingga dikenal dengan dengan nata de coco. Selain
itu bahan lainya adalah sari nanas (nata de pina), kedelai (nata de soya), singkong (nata
48
Duma, Tri Hasono, “ Pengaruh Media Stater Dari Daging Nanas, Bonggol Nanas Dan Kulit
Nanas Terhadap Kualitas Nata De Coco”. Jurnal Biosain, Vol. 2 No. 1 ( Maret 2016), h. 18.
49
A. Suparlan Isya Syamsu, Sirajul Firdaus, Ali Imran, “ Pembuatan Nata De Rice Dari Air
Cucian Beras Dalam Beberapa Konsentrasi Dengan Bakteri Acetobacter xylinum”. Jurnal Kesehatan,
Vol. 7 No.1 ( Juli 2015), h. 87
50
M. Faiz Al Laily, Hapsari Titi Palupi. Mempelajari Pemanfaatan Air Cucian Beras (Leri) Pada
Proses Pembuatan Nata de Leri. eknologi Pangan: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi
Pertanian, 10(1), h. 36
23
Sebagai makhluk hidup, nutrisi dan lingkungan kehidupan Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum yang mengubah nutrisi di dalam media fermentasi menjadi nata.
Ketersediaan unsur nitrogen merupakan salah satu faktor utama yang berperan penting
xylinum.
Pupuk ZA atau urea merupakan sumber nitrogen yang biasa digunakan dalam
proses fermentasi nata. Hanya saja unsur nitrogen yang diperoleh dari pupuk anorganik
tersebut bukan sebagai bahan makanan dan berpotensi membahayakan kesehatan jika
dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu pemanfaatan sumber nitrogen alternatif yang aman
untuk dikonsumsi sebagai pengganti nitrogen anorganik (ZA atau urea). Penambahan
sumber nitrogen dalam fermentasi nata pinnata sangat diperlukan karena sumber
protein yang terkandung sangat sedikit.51 Adapun sumber nitrogen organik yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber nitrogen organik adalah ekstrak kecambah kacang hijau.
yang digunakan terhindar dari kontaminasi. Sumber kontaminan tersebut dapat berupa
udara bebas maupun terkena kontak langsung dengan manusia. Selain itu, perlu
diperhatikan pula unsur nutrien yang dibutuhkan oleh bakteri tersebut selama proses
fermentasi nata. Proses fermentasi nata sangat dipengaruhi oleh starter (mother liquor)
yang digunakan sebagai bibit. Fermentasi menggunakan alat nampan sebagai tempat
51
Fifi Alfiana Nur, dkk. Pemanfaatan Kecambah Kacang Hijau dan Kecambah Kacang Kedelai
Sebagai Sumber Nitrogen dalam Pembuatan Nata de Pinnata Dari Nira Aren (Arenga Pinnata
Merr.). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 7(1), 105-116. h. 106.
24
liter dengan perlakuan variasi konsentrasi ektrak kecambah kacang hijau 10% dan 20%.
Unsur nitrogen merupakan unsur utama protein yaitu sekitar 16% dari berat protein. 52
sebagai sumber nitrogen. ZA yang digunakan untuk memproduksi nata de coco padahal
bukan diperuntukkan untuk produk pangan (non-foodgrade), sehingga hal ini menjadi
perhatian dalam masalah kesehatan mutu dalam memproduksi pangan berupa nata.
ammonium sulfat (ZA) tercantum dalam peraturan SNI No. 02-1760-2005 Persyaratan
kandungan nitrogen untuk ammonium sulfat maksimal adalah 20,8%. Sedangkan dalam
syarat mutu nata dalam kemasan menurut SNI No. 01-4317-1996 ditentukan bahwa
kandugan logam pada produk nata de coco dalam kemasan harus dibatasi.53
Untuk cemaran timbal (Pb) maksimal adalah 0,2 mg/kg; tembaga (Cu) maksimal
adalah 2.0 mg/kg dan untuk timah (Sn) maksimal adalah 40 mg/kg. Residu logam berat
yang berasal dari ZA inilah yang diduga akan terperangkap di dalam lapisan
ekstrapolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri nata, sehingga tidak hilang pada saat
logam berat hasil fermentasi nata yang menggunakan ZA sebagai sumber nitrogen
menjadi perhatian penulis dalam melakukan penelitian sebagai upaya memilih bahan
organik, yaitu berupa ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitogen alternatif
52
Ibid., h. 106
53
Amalina Qurratu Ayun. h. 1
54
Ibid., h. 1
25
2.6 Metabolisme Pembentukan Selulosa
Acetobacter xylinum adalah bakteri yang berperan dalam proses pembuatan nata
karbon, nitrogen, mineral, dan vitamin. penggunaan gula dalam proses pembuatannya
berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber nitrogen dapat diperoleh dari penambahan
urea, sedangkan sumber vitamin dan mineral dapat diperoleh dari media fermentasi.55
mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan
cairan (nata tidak terbentuk di dalam medium fermentasi). Nata dikenal sebagai salah
satu produk makanan fermentasi yang berbentuk gelatin seperti agar-agar atau kolang-
kaling yang dapat dipakai sebagai bahan pengisi es krim, pencampur fruit cocktail, dan
yoghurt. Bahan utama pembuatan nata de coco adalah air kelapa. Selain air kelapa, ada
beberapa bahan lain yang dapat digunakan dalam pembuatan nata, antara lain ialah nira
Selulosa mikrobial atau biasa disebut juga sebagai selulosa bakterial merupakan
bentuk selulosa yang dihasilkan oleh bakteri. Acetobacter xylinum (disebut juga sebagai
efektif dan telah banyak diaplikasikan dalam proses produksi bahan pangan, termasuk
dalam pembuatan proses fermentasi nata. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif,
55
Mulia Aria Suzanni, dkk. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Nanas (Ananas Comosus) Dan Waktu
Fermentasi Pada Pembuatan Nata De Coco Dari Limbah Air Kelapa. Serambi Engineering, Volume V,
No. 2, April 2020. h. 1044
56
Fatimah, dkk. “Pengaruh Konsentrasi Gula Pasir dan Gula Aren pada Pembuatan Nata de
Coco,” Jurnal Teknologi Agro-Industri, 6.2 (2019), h. 142.
26
obligat aerob, dan tidak tahan panas. Klasifikasi bakteri Acetobacter xylinum adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Class : Alpha Proteobacteria
Ordo : Rhodospirillales
Familia : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum57
kelompok bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi gula, gula alkohol,
dan etanol untuk memproduksi asam asetat sebagai produk akhir utama, sehingga
berbagai macam gula dapat digunakan sebagai substrat bagi bakteri untuk menghasilkan
selulosa. Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang tahan dalam kondisi suasana
asam dan dapat tumbuh pada lingkungan dengan pH samapai sekitar 3. pH ideal untuk
pertumbuhan sel selulosa yang dihasilkan oleh bakteri tersebut antara pH 4,0 – 5,0.59
57
Amalina Qurratu Amalina Qurratu Ayun. h. 4
58
http://blog.ub.ac.id/s12017/files/2013/12/a.-xylinum.jpg
59
Hesty Heryani, Keutamaan Gula Aren & Strategi Pengembangan Produk, ed. oleh Pusat
Pengelolaan Jurnal dan Penerbitan Unlam (Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 2016). h.
1
27
Mekanisme pembentukan selulosa bakteri Acetobacter xylinum terdiri dari tiga
substrat yang akan diubah oleh enzim diguanylate cyclase yang terdapat pada bakteri
Acetobacter xylinum. Tahap ketiga adalah reaksi polimerisasi. Reaksi ini merupakan
reaksi pembentukan selulosa bakteri nata de coco dengan unit ulangnya adalah
air.60 Selanjutnya untuk lebih jelas memahami mekanisme pembentukan selulosa selama
menyusun (polimerisasi) zat gula (glukosa) menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat
60
Ibid. h. 4
61
https://d3i71xaburhd42.cloudfront.net/7b5fc2767dafcb6ca1c27722bd13bc35e8bfd2ae/18-
Figure2.1-1.png
28
atau selulosa. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh dalam media, akan dihasilkan jutaan
lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
Gula pasir merupakan salah satu bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
nata de coco. Gula pasir ialah sumber karbohidrat berupa disakarida (sukrosa) yang
dimanfaatkan oleh bakteri Acetobacter xylinum sebagai sumber energi. Gula pasir
selulosa yang disebut nata. Selain gula pasir, gula aren merupakan salah satu sumber
dihasilkan oleh A. xylinum. Selulosa yang terbentuk dalam media berupa benang-benang
yang bersama dengan polisakarida membentuk jaringan yang terus menebal menjadi
lapisan nata. Semakin tinggi konsentrasi gula dan sumber nitrogen, semakin tinggi
kadar serat kasar pada nata. Penambahan konsentrasi sumber nitrogen menghasilkan
nata dengan nilai derajat putih yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.64
Penambahan gula tidak memberikan pengaruh terhadap derajat putih nata yang
disebabkan oleh ion-ion dari hidrolisa ammonium sulfat bereaksi dengan gula pada nata
yang memberikan warna lebih gelap. Penambahan gula tidak memberikan pengaruh
terhadap derajat putih nata. Penambahan gula dan sumber nitrogen tidak berpengaruh
terhadap warna dan aroma pada nata. Akan tetapi penambahan gula dan sumber
62
Indah Putriana dan Siti Aminah. Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik Nata de
Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07 Tahun 2013 h. 31
63
Fatimah, dkk. h. 142
64
Agus Budiyanto, dkk. “Analisis Parametrik Dan Non Parametrik Pengaruh Konsentrasi
Sukrosa dan Amonium Sulfat Terhadap Mutu Nata de Melon,” Informatika Pertanian, 24.1 (2015), 101–
108. h. 106
29
nitrogen menghasilkan nata dengan rasa yang relatif lebih disukai dibandingkan denga
perlakuan lainnya.
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Gula aren memiliki keunggulan dan sifat
khas yang tidak dimiliki oleh gula pasir yang selama ini digunakan dalam fermentasi
nata. Keunggulan gula aren tersebut antara lain memiliki kandungan sukrosa sebesar
84%, gula pereduksi 0,53%; protein 2,28%; kalsium 1,37%; dan posfor 1,37%.
Sedangkan gula pasir mengandung sukrosa 72%; bula pereduksi 3,7%; protein 0,06%;
Keunggulan yang dimiliki oleh gula aren inilah yang menyebabkan dapat
meningkatkan rendemen nata de coco. Adanya pencampuran antara gula pasir dan gula
aren mempunyai efek yang sinergis dalam pembentukan nata, yaitu dapat meningkatkan
rendemen nata yang sangat nyata.66 Penelitian tersebut membuktikan adanya potensi
nira aren sebagai medium fermentasi nata. Pemanfaatan nira aren sebagai alternatif
bahan baku pengolahan nata diharapkan dapat memberikan hasil rendemen dan
oleh Acetobacter xylinum dan sifat fisiologis dalam pembentukan nata dipengaruhi oleh
sumber nitrogen, serta derajat keasaman media, temperature, dan udara (oksigen)
menjadi faktor penting. Gula pasir maupun gula aren merupakan sumber karbon untuk
65
Fatimah, dkk. h. 145
66
Ibid. h. 145
30
dalam medium mempengaruhi aktivitas metabolisme bakteri Acetobacter xylinum dan
di dalam tubuhnya. Sama halnya seperti makhluk heterotrof lainnya, bakteri A. xylinum
memperoleh sumber energi dari hasil fotosintesis tumbuhan. Pohon aren menyimpan
energi hasil fotosintesis berupa buah dan nira yang dihasilkan. Sumber energi yang
dimaksud ialah air nira yang mengandung glukosa dan fruktosa. Kedua molekul gula
tersebut merupakan pecahan paling sederhana dari senyawa yang bernama karbohidarat.
Gula sebagai sumber energi mikroba dapat menghasilkan asam asetat bersama
dengan terbentuknya selulosa yang membungkus sel bakteri. Oleh sebab itu, di dalam
pengolahan nata de coco dari air kelapa umumnya dilakukan penambahan gula pasir
sebanyak 70 gr/liter air kelapa (7%). Akan tetapi, nira aren yang masih segar dan belum
banyak mengalami fermentasi kadar gulanya masih tinggi yaitu sekitar 10%.68
Proses fermentasi nata dari nira aren segar yang rasanya masih manis memberikan
sebuah hasil penelitian yang menarik. Sebaliknya apabila nira aren sudah mengalami
fermentasi selama 10 jam atau lebih dimana nira sudah memiliki rasa asam, maka
Hasil alam di tanah Indonesia memiliki keberagaman yang luar biasa. Salah
satunya ialah nira aren yang memiliki kandungan nutisi yang cukup lengkap untuk
dijadikan sebagai medium fermentasi nata. Kandungan nutrisi hasilnya pun tidak
berbeda jauh dengan nutrisi nata lainnya. Baik itu hasil fermentasi yang diolah dari air
67
Ibid. h. 145
68
Lempang, “Produksi Nata Pinnata dari Nira Aren.” h. 142
69
Ibid., h. 138
31
kelapa atau dari nira kelapa, maupun kandungan nutrisi kolang kaling. Perbandingan
hasil fermentasi nata pinnata yang menggunakan ZA sebagai sumber nitrogen dengan
nata dari air kelapa, nata dari nira kelapa dan kolang kaling dapat dilihat pada tabel
berikut.70
Tabel 2.4 Perbandingan kandungan nutrisi nata yang diolah dari nira aren dengan nata
dari air kelapa, nata dari nira kelapa dan kolang kaling
Kandungan Kolang - Nata dari air Nata dari nira Nata dari nira
nutrisi kaling kelapa kelapa aren
1 2 3 4 5
Kadar air 93,75 97,70 89,84 97,42
Protein 0,09 - - 0,156
Vitamin C - - - 0,003
Vitamin B3 - 0,017 - -
Serat kasar 0,95 - 0,08 – 1,05 0,828
Lemak - 0,20 - 0,028
Kadar abu 1,00 - 0,51 – 0,67 0,093
Kalsium - 0,012 - 0,012
Posfor - 0,002 - 0,044
Keterangan : tanda minus (-) = data tidak tersedia/kandungan unsur tidak
diukur
Hal yang perlu diketahui ialah, Tabel 2.4 pada kolom nata dari nira aren
nitrogen. Tabel tersebut dapat dijadikan rujukan dalam menentukan hasil penelitian ini.
Kandungan nutrisi pada tabel kolom nata dari nira aren dapat dijadikan pembanding
dalam penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil tersebut akan diketahui
aren dan gula pasir dalam proses fermentasi nata de coco dapat memberikan hasil
rendemen yang optimal. Hasil rendemen nata sebesar 76%, dimana lebih besar
dibandingkan dengan pembuatan nata menggunakan gula pasir yang hanya didapatkan
70
Ibid., h. 143
32
rendemen sebesar 50%.71 Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak kecambah kacang hijau, semakin tinggi rendemen nata yang
diperoleh.
Rendemen nata de lerry pada medium dengan sumber nitrogen dari ekstrak
kecambah kacang hijau jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber nitrogen yang
berasal dari ZA atau urea. Rendemen tertinggi dihasilkan oleh perlakuan penggunaan
ekstrak kecambah kacang hijau 100%, yaitu 86,9%. Rendemen terendah dihasilkan oleh
Rendemen hasil perlakuan sumber nitrogen ZA atau urea hanya sebesar 14,456%.
Penambahan berat dan tebal nata disebabkan karena aktivitas bakteri Acetobacter
penambahan tebal nata, semakin betambah pula berat nata yang diperoleh.73
Maka dari itu, menarik untuk disimak mengetahui hasil dari penelitian yang akan
dilakukan pada bulan Maret 2021. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh
dari pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitrogen alternatif
71
Andra Tamimi, Sumardi HS, Yusuf Hendrawan, “Pengaruh Penambahan Sukrosa Dan Urea
Terhadap Karakteristik Nata De Soya Asam Jeruk- In Press”. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, Vol.3
NO. 1(2015), h.8
72
Suratmiyati, Akhmad Mustofa, Linda Kurniawati, “ Pemanfaatan Limbah Leri Beras (Hitam,
Merah, Putih) Untuk Pembuatan Nata De Leri Dengan Faktor Lama Fermentasi”. Jurnal Teknologi
Pangan, h. 7
73
Hastuti, 2015. Pengaruh Lama Fermentasi & Jenis Sumber Nitrogen terhadap
Produktivitas & Sifat Fisik Nata de Lontar. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta h.
25
33
2.8 Kerangka Berpikir
Nata ialah produk olahan hasil fermentasi bakteri A. xylinum. Olahan fermentasi
Masyarakat pada umumnya mengenal ZA sebagai zat kimia yang digunakan sebagai
pupuk dan bukan sebagai bahan tambahan dalam pengolahan makanan. Penelitian ini
memanfaatkan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitrogen alternatif pada
fermentasi nata pinnata. Dalam penelitian ini penambahan ekstrak kecambah kacang
hijau dilakukan ketika substrat nira aren yang telah disaring. Kemudian direbus secara
bersamaan dengan bahan lainnya yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian latar
belakang dapat disusun kerangka berfikir yang disajikan dalam bentuk bagan sebagai
berikut.
34
2.9 Hipotesis Penelitian
Sebagai langkah awal mengetahui hasil dari penelitian, maka perlu
35
BAB III
METODE PENELITIAN
nata pinnata dengan pemanfaatan ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber
1. Pendekatan Penelitian
Acetobacter xylinum, nira aren, kecambah kacang hijau, gula pasir, asam
2. Jenis Penelitian
36
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data diperoleh melalui mengukur parameter kualitas
nata. Nilai ketebalan nata yang didapat merupakan rerata dari ketebalan
antara bobot nata dengan bobot media. Perhitungan rendemen nata dilakukan
kadar selulosa. Nata hasil fermentasi lalu ditimbang 100 gram kemudian
dioven dengan suhu 800C sampai diperoleh berat bersih serat selulosa,
37
b. Kualitas Organoleptik Nata
indrawinya. Alat indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi adalah
merupakan sebuah alat bantu berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
dalam uji coba ini adalah panelis konsumen. Sedangkan panelis konsumen
terdiri dari 30 orang yang tergantung pada target pemasaran suatu komoditi
disebut skala hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak
suka, tidak suka, sangat tidak suka dan lain-lain. Skala hedonik dapat
78
Chondro Suryono, dkk. Uji Kesukaan dan Organoleptik Terhadap 5 kemasan dan
Produk Kepulauan Seribu Secara Deskriptif. Jurnal Pariwisata. Vol. 5 No. 2 September 2018 h. 96
38
Dalam analisis datanya, skala hedonik ditransformasikan ke dalam skala
angka menurut tingkat kesukaan. Dengan data ini nantinya dapat dilakukan
analisis statistik.79 Uji hedonik dilakukan pada waktu pagi pukul 10.00 WIB
Proses analisis data angket yang memiliki jawaban lebih dari dua jawaban
adalah dengan memberi nilai pada setiap pilihan. 80 Setiap panelis diberikan
angket seperti di bawah ini. Selanjutnya data yang telah diperoleh diolah
Nama : Umur :
Petunjuk pengujian
Penilaian
1= 2= 3= 4= 5= 6= 7= 8= 9=
Perlakuan amat sangat tidak agak netral agak suka sangat amat
sangat tidak suka tidak suka suka sangat
tidak suka suka
suka
79
Ibid, h. 97
80
Ibid, h. 97
39
Tekstur nata
P0
P1
P2
P3
Rasa nata
P0
P1
P2
P3
Warna nata
P0
P1
P2
P3
Aroma nata
P0
P1
P2
P3
40
sebanyak 13 nampan. Adapun perlakuan konsentrasi sumber nitrogen yang
sebagai berikut.
penelitian ini adalah kecambah berusia 24 jam, memiliki akar dan sudah
81
Maria Melina M. h. 30
41
volume air berkurang 50%, menjadi yang tersisa 1 liter ekstrak kecambah
panas ke dalam nampan yang telah disediakan, lalu tutup dengan kertas
koran. Jika medium sudah dingin tambahkan starter sebanyak 20% dari
kamar. Selama proses fermentasi tidak boleh ada goncangan dan suhu
pinnata siap dipanen. Alur proses produksi nata pinnata lembaran seperti
P0 / P1 / P2 / P3
82
Niarda Arifiani, dkk. “Peningkatan kualitas nata de cane dari limbah nira tebu metode
Budchips dengan penambahan ekstrak tauge sebagai sumber nitrogen,” Bioteknologi, 12.2 (2015),
29–33 ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658, h. 30
42
Nira panas + nutrisi dalam baki
fermentasi
dicuci bersih menggunakan air bersih. Bau asam dihilangkan dengan cara
direbus dengan air yang mendidih. Nata pinnata yang sudah bersih
analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis Anova untuk one
factor between subject. Pada penelitian ini data yang dianalisis meliputi data
pengukuran ketebalan nata, data pengukuruan rendemen nata dan data hasil uji
organoleptik. Sedangkan data yang diperoleh dari kuisioner yang telah diisi oleh
43
kemudian diuji karakteristik kimiawi yang meliputi kadar air dan kadar serat,
sedangkan uji organoleptik meliputi rasa, aroma, tekstur dan warna nata dilakukan
83
Nuning Martianingsih, dkk. h. 39
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nata pinnata merupakan produk hasil fermentasi yang berasal dari nira
aren yang dilakukan oleh bakteri A. xylinum. Produk nata yang dihasilkan dapat
Rendemen nata ialah hasil berat basah nata yang diperoleh dari berat nata dari
proses fermentasi dibanding volume total media dikali dengan 100%. Perhitungan
dari proses fermentasi oleh bakteri A. xylinum. Hasil perhitungan nilai rendemen
A B C
45
Berdasarkan gambar 4.1, hasil rendemen nata pinnata diperoleh rerata yang
berbeda pada setiap perlakuan. Nilai rerata rendemen nata pinnata dengan hasil
terbaik diperoleh pada perlakuan P1 dengan sumber nitrogen yang berasal dari
pupuk ZA food grade dengan persentase sebesar 84,1%; sedangkan nilai rerata
rendemen nata pinnata dengan hasil terendah diperoleh pada perlakuan kontrol
berasal dari ekstrak kecambah kacang hijau 10% (P2) menghasilkan rendemen
kacang hijau 20% (P3) menghasilkan rendemen sebesar 60,8%. Pada perlakuan
sumber nitrogen yang menunjukkan bahwa proses fermentasi pada media menjadi
dengan sumber nitrogen berasal dari ekstrak kecambah kacang hijau. Hasil ini
ekstrak kecambah kacang hijau menghasilkan berat basah nata lebih rendah
dibanding penggunaan ZA food grade, akan tetapi kandungan kadar air dan kadar
46
nutrisi selama proses fermentasi tidak mencukupi, maka mengakibatkan berat dan
ketebalan nata semakin rendah yang akan mempengaruhi hasil rendemen nata
seperti yang terjadi pada perlakuan P0. Sumber nitrogen merupakan faktor
yang penting bagi pertumbuhan sel dan pembentukan enzim pada bakteri.
bakteri A. xylinum. Apabila nata yang sudah terbentuk tidak segera dipanen, maka
juga bergantung pada kondisi dan lama fermentasi, ketinggian media di dalam
terhadap ketebalan dan rendemen nata. Semakin dangkal media dalam wadah,
fermentasi juga akan meningkatkan rendemen dan ketebalan nata karena memiliki
sirkulasi udara yang lebih baik sehingga pertumbuhan bakteri A. xylinum menjadi
optimum.86
terhindar dari sinar matahari langsung, memiliki sirkulasi udara yang baik, serta
85
Niarda Arifiani, dkk. h. 31
86
KD. Alviani. h. 27
47
4.2 Pengukuran Ketebalan Nata Pinnata
Ketebalan nata merupakan lapisan selulosa yang dihasilkan dari proses
1.8 1.8
1.5
1
0.7 0.6 0.6
0.5
0
P0 P1 P2 P3
Pengulangan setiap perlakuan (A, B, C)
A B C
Pada Gambar grafik 4.2 dapat diketahui perbedaan ketebalan nata yang
0% (P0) mempunyai rerata ketebalan nata sebesar 0,63 cm; konsentrasi 10% ZA
food grade (P1) mempunyai rata-rata ketebalan nata sebesar 2,46 cm; konsentrasi
10% ekstrak kecambah (P2) mempunyai rerata ketebalan nata sebesar 2,1 cm;
serta pada konsentrasi 20% ekstrak kecambah (P3) mempunyai rerata ketebalan
berasal dari ZA food grade memiliki nilai rata-rata ketebalan yang tinggi jika
dibandingkan dengan sumber nitrogen yang berasal dari ekstrak kecambah. Pada
48
dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Ketebalan nata merupakan lapisan
ketebalan nata yang dihasilkan antar perlakuan. Pada perlakuan sumber nitrogen
dengan konsentrasi 0% (P0) mempunyai rerata ketebalan nata sebesar 0,63 cm;
konsentrasi 10% ZA food grade (P1) mempunyai rata-rata ketebalan nata sebesar
2,46 cm; konsentrasi 10% ekstrak kecambah (P2) mempunyai rerata ketebalan
nata sebesar 2,1 cm; serta pada konsentrasi 20% ekstrak kecambah (P3)
berasal dari ZA food grade memiliki nilai rata-rata ketebalan yang tinggi jika
dibandingkan dengan sumber nitrogen yang berasal dari ekstrak kecambah. Pada
dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Pertambahan berat dan tebal nata
87
Priyantini Widiyaningrum, dkk. 237
49
4.3 Kadar Air dan Kandungan Selulosa Nata Pinnata
Perhitungan kadar air dan kadar selulosa nata pinnata dilakukan dengan
menimbang sampel sebanyak 100 gram, kemudian dioven pada suhu 800C sampai
60
50
40
30
20
10
0
P0 P1 P2 P3
Pengulangan setiap perlakuan (A, B, C)
A B C
Gambar 4.3 Grafik kandungan kadar air dan selulosa hasil fermentasi
nata pinnata
Gambar grafik 4.3 menunjukkan hubungan kandungan kadar air dan serat
selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi nata pinnata. Hasil penelitian di
atas menunjukkan hasil berupa persantase kadar air dan kadar selulosa dari proses
fermentasi nata pinnata. P1 merupakan hasil fermentasi dengan hasil terbaik yang
berasal dari ekstrak kecambah kacang hijau. Pada perlakuan dengan pemberian
50
sumber nitrogen yang berasal dari ekstrak kecambah kacang hijau antara P2 dan
P3 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Perbedaan hasil fermentasi nata
memiliki tingkat efektivitas terbaik. Adapun nutrisi yang tidak tersedia pada
ekstrak kecambah kacang hijau, ialah unsur mineral seperti kalsium, natrium, dan
zat besi. Unsur mineral sendiri diperlukan selama proses fermentsi nata
penyerapan air yang tinggi. Air yang terdapat di dalam serat nata berasal dari
mediumnya. Pada saat pembentukan serat selulosa oleh bakteri A. xylinum air
gel.89 Kandungan air di dalam nata pinnata pada penelitian ini berkisar antara
29,3 % hingga 38,3%. Pada Gambar 4.3 menunjukkan grafik hubungan antara
88
Alwani Hamad dan Kristiono. “Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen Terhadap
Hasil Fermentasi Nata de Coco”. Momentum, 9(1). 2013. h. 63
89
Siti Kholifah, h. 44
51
4.4 Uji Organoleptik Nata Pinnta
Data kualitatif pada penelitian terdiri dari uji rasa, aroma, warna, dan
tekstur nata yang diperoleh dengan cara melakukan uji organoleptik. Uji
telah disediakan.
1. Uji rasa
Pada penilaian uji rasa nata pinnata dilakukan dengan cara mengisi kuisioner
setelah panelis mencoba produk nata. Hasil penilaian panelis terhadap rasa nata
6.6 6.7
6.4
6.4
6.2
6 6.06
5.93 5.96
5.8 5.9
5.8
5.6 5.73
5.4
5.2
P0 P1 P2 P3
Penilaian terhadap rasa di pagi dan sore hari
PAGI SIANG
Gambar 4.4 Grafik rerata tanggapan panelis terhadap rasa nata pinnata
Grafik 4.4 menunjukkan bahwa rerata tanggapan panelis terhadap rasa dari
nata pinnata yang paling tinggi terdapat pada nata dengan perlakuan P2 yang
memiliki nilai 6,7 dan 6,4. Hasil rerata pada uji hedonik rasa nata pinnata
menunjukkan produk nata yang lebih disukai oleh panelis ialah perlakuan P2
52
tidak begitu signifikan, sedangkan perlakuan P2 memiliki perbedaan yang cukup
signifikan.
Pada penelitian ini perlakuan kontrol memperoleh rerata sebanyak 5,8 dan
memperoleh rerata sebesar 6,7 dan 6,4; sedangkan pada perlakuan P3 memperoleh
rerata sebesar 5,9 dan 6,06. Berdasarkan data yang diperoleh tingkat rerata
tanggapan panelis terendah terdapat pada perlakuan P1 untuk waktu pagi hari,
sementara untuk waktu sore hari tingkat terendah rerata tanggapan panelis
Rasa nata yang baik menurut standar SNI adalah hambar atau tidak berasa
apapun setelah dilakukan proses perebusan nata. Tanggapan panelis yang paling
tinggi terdapat pada perlakuan P2, hal tersebut dikarenakan pemanfaatan ekstrak
semakin banyak asam asetat yang dihasilkan maka rasa dari nata cenderung asam
2. Uji aroma
Uji aroma pada nata pinnata diuji dengan indra penciuman yang dilakukan oleh
9 untuk mengetahui tanggapan panelis terhadap aroma dari nata pinnata. Hasil uji
90
Z. Raihan. Analisis Kadar Etanol Nira Aren (Arenga Pinnata Merr) dari Kecamatan
Montasik Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan Variasi Waktu Simpan Menggunakan Kromatografi
Gas . (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry). h. 59.
53
Hasil uji aroma nata pinnata
5
4.5
4.53 4.5
4
Rerata penilaian panelis
PAGI SIANG
Gambar 4.5 Grafik rerata tanggapan panelis terhadap aroma nata pinnata
Gambar grafik 4.5 menunjukkan perolehan nilai aroma yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan P2 sebesar 4,53 di waktu pagi hari dan sebesar 4,5 di
waktu sore hari uji dilakukan. Sedangkan penilaian terendah terdapat pada
perlakuan P3 yang dilakukan pengujian pagi hari dengan nilai 3,7; sementara
penilaian terendah terdapat pada perlakuan P0 yang dilakukan pengujian sore hari
memiliki nilai 3,83. Pada saat setelah proses pemanenan nata perlu segera
dilakukan proses perendaman dengan menggunakan air tawar dan rutin harus
diganti setiap sehari sekali agar aroma asam pada nata dapat berkurang. Setelah
dan P2 mempunyai rerata yang tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh jumlah
konsentrasi sumber nitrogen pada fermentasi nata memiliki nilai yang optimal
91
M. Fifendy, Putri D.H. dan Maria S.S. 2011. Pengaruh penambahan touge sebagai
sumber nitrogen terhadap mutu nata de kakao. Jurnal Sainstek 3(2): h. 165-170.
54
sumber nitrogen yang berlebih mengakibatkan proses metabolisme bakteri A.
3. Uji warna
Pada uji warna dari nata pinnata dilakukan dengan cara pengisian kuisioner
tanggapan panelis terhadap warna nata yang disajikan pada grafik di bawah
ini.
5.7
5.7 5.7 5.7
5.6
5.6
5.5
5.5 5.5
5.4
5.3
P0 P1 P2 P3
Penilaian terhadap warna di pagi dan sore hari
Pagi SIANG
Gambar 4.6 Grafik rerata hasil tanggapan panelis terhadap warna nata
pinnata
10% ekstrak kecambah kacang hijau memperoleh nilai tertinggi pada uji
organoleptik terhadap rasa baik yang dilakukan pagi atau pun sore hari, yaitu
92
A. Hamad dan Kristiono. h. 63
55
memiliki nilai yang sama 5,83. Sedangkan perlakuan pada P0 dan P1 memperoleh
nilai paling rendah, yaitu 5,5 di pagi hari. Namun kemudian pada waktu sore hari
peningkatan yang tidak signifikan menjadi bernilai 5,7. Sementara itu pada
perlakuan P3 hasil uji warna pada waktu pagi dan sore hari memiliki nilai sama,
yaitu 5,7.
hasil pada perlakuan kontrol dan perlakuan lainnya menunjukkan warna nata yang
penilaian yang diberikan oleh responden lebih baik yang menunjukkan tingkat
kesukaan para panelis tehadap produk nata pinnata dengan pemanfaatan ekstrak
kecambah sebagai sumber nitrogen. Menurut Saragih (2004) nata yang baik
memiliki ciri-ciri warna yang putih bersih, tampak licin, dan agak mengkilap,
sedangkan nata dengan kualitas yang rendah memiliki ciri warna yang kusam dan
berlendir.93
2. Uji tekstur
Pada uji tekstur, panelis diminta untuk mengkonsumsi nata pinnata yang
93
A. Hamad, dan Kristiono. h. 62
56
Hasil uji tekstur nata pinnata
Rerata tanggapan panelis 6.4
6.2
6.16 6.2
6
5.8 5.9
5.8
5.6 5.7
5.6
5.4 5.53 5.5
5.2
5
P0 P1 P2 P3
Penilaian terhadap tekstur di pagi dan sore hari
PAGI SIANG
Gambar 4.7 Grafik rerata penilaian panelis terhadap tekstur nata pinnata
tekstur nata pinnata, hasil tertinggi uji hedonik yang dilakukan pagi hari terdapat
pada perlakuan P2 dengan nilai 5,8; sedangkan hasil uji hedonik yang dilakukan
sore hari terdapat pada perlakuan P3 dengan nilai 6,2 yang hanya memiliki selisih
0,04 dari perlakuan P2 dengan nilai 6,16. Penilaian tekstur yang dilakukan pada
pagi hari paling rendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 5,5; sedangkan
penilaian tekstur yang dilakukan pada sore hari paling rendah terdapat pada
terbentuk dengan tekstur yang baik dan kenyal karena dipengaruhi oleh kerapatan
jaringan selulosa. Semakin rapat jaringan selulosa yang dihasilkan, maka prosuk
nata memiliki tingkat kekenyalan yang cukup alot dan semakin alot. Sedangkan
apabila kandungan jaringan selulosa yang dihasilkan rendah, maka produk nata
57
semakin mudah untuk dikunyah. Serat kasar yang terbentuk dalam olahan nata
merupakan hasil dari perombakan gula pada media fermentasi yang diubah
membentuk prekursor pada membran sel. Prekursor yang telah terbentuk ini
luar jaringan sel. Penambahan sukrosa yang terdapat pada gula putih dapat
yang artinya semakin tinggi kandungan serat dalam nata maka semakin kenyal
pula tekstur nata. Akan tetapi apabila ketersediaan nutrisi pada media yang di
dalamnya terdapat inokulum dengan yang tidak sebanding, maka nutrisi tersebut
94
Siwi Saptarina, h. 51
95
A.Hamad, N. A., dkk. Pengaruh penambahan sumber karbon terhadap kondisi fisik
nata de coco, 12(2), 2011. h. 74
58
4.5 Pengolahan Nata Pinnata Lembaran Menjadi Produk dalam Kemasan
Lembaran hasil fermentasi nata pinnata yang telah direndam selama 3 hari
Irisan nata pinnata tersebut kemudian ditiriskan selama 3 jam, dicuci dan direbus
sambil ditiriskan. Irisan nata kemudian dibuat olahan dengan mencampur gula
putih sebanyak 100 gram sebagai perasa. Penambahan gula putih hanya dilakukan
secukupnya agar tidak terlalu mempengaruhi rasa original nata pinnata pada saat
Olahan nata dibuat dengan cara mencampur bahan dalam panci perebus,
yang terbuat dari cup plastik. Untuk pengemasan dalam cup plastik, olahan nata
yang dimasukkan ke dalam cup dapat dapat dilakukan dalam keadaan dingin dan
langsung ditutup dengan penutup cup. Nata pinnata kemasan cup kemudian
dan renyah pada saat dikonsumsi. Penyimpanan nata dalam ruang pendingin akan
memberikan rasa yang lebih segar dan juga dapat memperlambat laju kerusakan
59
Pemotongan nata pinnata Perebusan nata pinnata
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
berikut:
fermentasi nata pinnata adalah konsentrasi 10% dari volume total media
fermentasi nata.
perlakuan P1 ZA food grade dengan kadar 10% sebagai sumber nitrogen pada
hasil terbaik pada perlakuan P2 dengan ekstrak tauge kadar 10% diperoleh rata-
rata sebesar 76,9%. Hasil rendemen nata pinnata yang terendah ialah pada
4. Hasil uji organoleptik yang dilakukan pada pagi dan sore hari terhadap rasa
diperoleh rata-rata tertinggi pada perlakuan P2 dengan nilai 6,7 dan 6,4;
4,53 dan 4,5; terhadap warna diperoleh rata-rata tertinggi pada perlakuan P2
61
dengan nilai 4,83 dan 4,83; serta terhadap tekstur diperoleh rata-rata tertinggi
5.2 Saran
sebagai berikut:
ekstrak kecambah kacang hijau sebagai sumber nitrogen alternatif pada proses
62
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, N., Ridhwan, M., Maulidia, F., & Irdalisa, I. (2020). Pengaruh Penggunaan
Tauge (Phaseolus radiatus) Sebagai Sumber Nitrogen Alternatif Dalam
Pembuatan Nata de Coco. Jurnal Biology Education, 8(2).
Alfiana, F., Sukainah, A., & Mustarin, A. (2021). Pemanfaatan Kecambah Kacang
Hijau dan Kecambah Kacang Kedelai Sebagai Sumber Nitrogen dalam Pembuatan
Nata de Pinnata Dari Nira Aren (Arenga Pinnata Merr.). Jurnal Pendidikan
Teknologi Pertanian, 7(1), 105-116.
Al Laily, M. F., Palupi, H. T. (2019). MEMPELAJARI PEMANFAATAN AIR
CUCIAN BERAS (Leri) PADA PROSES PEMBUATAN NATA DE
LERI. Teknologi Pangan: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi
Pertanian, 10(1), 35-40.
Alviani, K. D. (2016). Pengaruh konsentrasi gula kelapa dan starter acetobacter
xylinum terhadap kualitas fisik dan kimiawi Nata de Leri (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Amiarsi, Dwi, Abdullah Bin Arif, Agus Budiyanto, Wahyu Diyono, (2015) “Analisis
Parametrik Dan Non Parametrik Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Dan Amonium
Sulfat Terhadap Mutu Nata De Melon,” Informatika Pertanian, 24.1, 101–108
Andrini, N. (2019). Pengaruh Kosentrasi larutan tauge (Phaseolus radiatus) dan
Penambahan gula merah terhadap Kualitas Nata de coco dan Nata de
srikaya (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Arifiani, N., Sani, T. A., Utami, A. S. (2015). Peningkatan kualitas nata de cane dari
limbah nira tebu metode Budchips dengan penambahan ekstrak tauge sebagai
sumber nitrogen. Bioteknologi, 12(2), 29–33.
Ayun, Amalina Qurratu, “Aplikasi Sumber Nitrogen Organik Pada Proses Fermentasi
Nata De Coco Serta Kajian Sanitasi Dan Hygiene” (Institut Pertanian Bogor, 2017)
Barlina, Rindengan. Suzanne Liwu, Engelbert Manaroinsong. (2020) “Potensi dan
Teknologi Pengolahan Komoditas Aren Sebagai Produk Pangan dan Nonpangan,”
Jurnal Litbang Pertanian, 39.1, 35–47
Dirga. Asyhari, Nurisyah. Dwi Djayanti, Agus. Analisis Protein Pada Tepung
Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus Aureus L.) Yang Dikecambahkan
Menggunakan Media Air, Air Cucian Beras dan Air Kelapa. Journal of Science
and Applicative Technology – Institut Teknologi Sumatera
Duma, D., & Harsono, T. (2016). Pengaruh Media Starter Dari Daging Nanas, Bonggol
Nanas Dan Kulit Nanas Terhadap Kualitas Nata De Coco. Jurnal Biosains, 2(1),
17-21.
Fatimah, F., Hairiyah, N., & Rahayu, R. Y. (2019). Pengaruh Konsentrasi Gula Pasir
dan Gula Aren pada Pembuatan Nata de Coco. Jurnal Teknologi Agro-
Industri, 6(2), 141-146.
Hastuti, Maya Andriyani, Atang Wiedyastanto, Danuta Savitskaya Gisyamadia,
Margono, (2017) “Pemanfaatan Ekstrak Kecambah Kacang Hijau Sebagai Sumber
Nitrogen Alternatif Dalam Pembuatan Nata De Lerry,” Prosiding Snst Ke-8
Hermila, M. (2020). Pengaruh Penambahan Tepung Kecambah Kacang Hijau
(Phaseolus radiates L) Terhadap Mutu Organoleptik Kue Semprong dan Analisis
Mineral (K Dan Ca) Sebagai Pangan Fungsional Penderita Hipertensi (Doctoral
dissertation, Universitas Perintis Indonesia)
Heryani, Hesty.(2018). Keutamaan Gula Aren & Strategi Pengembangan Produk, Ed.
Oleh Pusat Pengelolaan Jurnal Dan Penerbitan Unlam (Banjarmasin: Lambung
Mangkurat University Press)
Hikmah, Badi’atul. (2018). Manfaat Tumbuhan Bagi Manusia : Studi Sains Atas Surah
‘Abasa : 24 – 32, Skripsi (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel)
Herawaty,. N, Moulina,. M, A. 2015. Kajian Variasi Konsentrasi Sukrosa Terhadap
Karakteristik Nata Timun Suri (Cucumis Sativus L.). AGRITEPA, Vol. II, No.1.
Hastuti, 2015. Pengaruh Lama Fermentasi & Jenis Sumber Nitrogen terhadap
Produktivitas & Sifat Fisik Nata de Lontar. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta
Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008)
Kornelia Webliana, Dwi Sukma Rini, (2020) “Potensi Dan Pemanfaatan Tanaman Aren
(Arenga Pinnata) Di Hutan Kemasyarakatan Aik Bual Kabupaten Lombok
Tengah,” Agrohita Jurnal Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Tapanuli Selatan, 5.1, 25–35
Lempang, Mody. (2017) “Produksi Nata Pinnata Dari Nira Aren,” Info Teknis Eboni,
14.1
Magdalena Melina, M. (2016). Pengaruh penggunaan jus kecambah kacang hijau sebagi
sumber nitrogen alternative terhadap karakteristik nata de besusu. Skripsi.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Manullang, A. S. (2019). PENGARUH KONSENTRASI FRUKTOSA DAN STARTER
Acetobacter xylinum TERHADAP KUALITAS NATA DE CITRULLUS (Citrullus
lanatus) (Doctoral dissertation, Institut Kesehatan Helvetia).
Martianingsih, Nuning. Wahi Sudrajat, Hittah. Darlian, Lili. (2016). Analisis
Kandungan Protein Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.) Terhadap
Variasi Waktu Perkecambahan. Jurnal Ampibi 1(2) hal. ( 38-42 )
Murtius, W. S., Asben, A., Fiana, R. M., & Nisa, I. K. (2021). Penggunaan Tauge yang
Berbeda Sebagai Sumber Nitrogen Pada Pembuatan Nata de Yam. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas, 25(1), 104-113.
Nawansih, Otik. (2017). “Optimalisasi Bahan Baku Dan Kapasitas Kerja Alat
Granulator Pada Proses Pembuatan Gula Semut Aren,” Prosiding Seminar
64
Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung
Noviyant, N., Hermanto, H., & Parwiyanti, P. (2019). PENGARUH JENIS SUMBER
NITROGEN PADA FERMENTASI NATA DE COCO (Doctoral dissertation,
Sriwijaya University).
Raihan, Z. (2020). Analisis Kadar Etanol Nira Aren (Arenga Pinnata Merr) dari
Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan Variasi Waktu Simpan
Menggunakan Kromatografi Gas (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry).
Safitri, M. P., Caronge, M. W., & Kadirman, K. (2018). Pengaruh Pemberian Sumber
Nitrogen Dan Bibit Bakteri Acetobacter xylinum Terhadap Kualitas Hasil Nata De
Tala. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 3(2), 95-106.
Rossidy, Imron. (2008) Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif al-Quran
(Malang : UIN Malang Press)
Saptarina, Siwi, “Pengaruh Variasi Konsentrasi Gula Jawa Terhadap Ketebalan, Warna,
Aroma, Tekstur Dan Rasa Nata de Tomato” (Universitas Sanata Dharma, 2017)
Setiawan, Muhammad Arief, Elfin Efendi, Rita Mawarni. “Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik dan NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Vigna radiata L.),” BERNAS Agricultural Research Journal, 14.3 (2018), 133-
144
Souisa, M.G., Sidharta, dan F. Sinung. 2006. Pengaruh Acetobacter xylinum dan
Ekstrak Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) terhadap Produksi Nata dari Substrat
Limbah Cair Tahu. Biota Fakultas Biologi, Universitas Atmajaya, Yogyakarta
Suratmiyati, A. M., & Kurniawati, L. (2017). Pemanfaatan Limbah Leri Beras (Hitam,
Merah, Putih) Untuk Pembuatan Nata De Leri Dengan Faktor Lama
Fermentasi. Jitipari (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI), 1(2).
Suryono, Chondro. Ningrum, Lestari. Dewi, Triana Rosalina (2018). Uji Kesukaan dan
Organoleptik Terhadap 5 kemasan dan Produk Kepulauan Seribu Secara
Deskriptif. Jurnal Pariwisata. Vol. 5 No. 2 September 2018
Suzanni, M. A., Munandar, A., & Saudah, S. (2020). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Nanas (Ananas Comosus) Dan Waktu Fermentasi Pada Pembuatan Nata De Coco
Dari Limbah Air Kelapa. Jurnal Serambi Engineering, 5(2).
Tim Penyusun Tafsir Ilmi, Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Sains, 4 ed. (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2018)
Widiyaningrum, P., Mustikaningtyas, D., & Priyono, B. (2017). Evaluasi Sifat Fisik
Nata De Coco dengan Ekstrak Kecambah sebagai Sumber Nitrogen. In Prosiding
Seminar Nasional & Internasional.
Yunita. Sari Ismail, Yulia. Wahyuni Maha, Feni. (2017). Potensi air nira aren (Arenga
pinnata Merr.) sebagai sumber isolat bakteri asam asetat (BAA). BIOLEUSER,
1(3):134-138 ISSN: 2597-6753
65
66
L
A
N
Lampiran 1. Perhitungan kandungan kadar air dan kadar selulosa nata pinnata
Rata-
A B C
rata
P0 64 61 60 61,7
P1 68 70 74 70,7
P2 66 68 65 66,3
P3 63 66 68 65,7
100 – 61,7
Rerata kadar air P0 = x 100 %=¿ 38,3% rerata kadar selulosa P1 = 100 –
100
100 – 70,7
Rerata kadar air P1 = x 100 %=¿ 29,3% rerata kadar selulosa P1 = 100 –
100
100 – 66,3
Rerata kadar air P2 = x 100 %=¿ 33,7% rerata kadar selulosa P2 = 100 –
100
100 – 65,7
Rerata kadar air P3 = x 100 %=¿ 34,1% rerata kadar selulosa P2 = 100 –
100
38,1% = 65,7gram
68
Lampiran 2. Hasil Uji Anova One Way
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
2. Uji Homogenitas
ANOVA
Rendemen
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
583 3 294 273 .080
Groups
Within Groups 433 8 317
Total 557 11
69
B. Uji anova terhadap ketebalan nata pinnata
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
2. Uji Homogenitas
ANOVA
ketebalan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
424 3 341 426 .000
Groups
Within Groups 370 8 .296
Total 394 11
70
Lampiran 3. Data mentah hasil uji organoleptik nata pinnata terhadap rasa
Nama : Umur :
Petunjuk pengujian
Penilaian
1= 2= 3= 4= 5= 6= 7= 8= 9=
Perlakuan amat sangat tidak agak netral agak suka sangat amat
sangat tidak suka tidak suka suka sangat
tidak suka suka
suka
Tekstur nata
P0
P1
P2
P3
Rasa nata
P0
P1
P2
P3
Warna nata
P0
P1
P2
P3
Aroma nata
P0
P1
P2
P3
71
Penilaian (pagi) Penilaian (sore)
No Nama panelis Keterangan
P0 P1 P2 P3 P0 P1 P2 P3
1 Sherly Indah Sari 7 4 4 4 7 4 4 4
2 Rahmanita 8 4 8 9 8 4 8 8
3 Diah Kurniawati 6 6 7 9 6 7 8 8
4 Ira Risnawati 5 6 9 8 5 6 9 8
5 Arina Khuzainiar 5 6 8 7 4 7 8 8
6 Yulia Sibarani 6 7 9 8 6 8 9 8
7 Anis Rianurhasanah 4 6 8 7 6 6 8 8
Mia Rosana
8 6 3 3 3 7 3 4 4
Octaviani
9 Indah PS. 6 5 5 1 7 5 5 1 1 = amat
10 Risna Apriliani 5 7 4 2 5 7 4 5 sangat
tidak suka
11 Titiana Nurjani N. 7 5 4 3 7 5 5 5 2 = sangat
Wahyuni Ayu tidak suka
12 6 8 5 5 6 8 5 5 3 = tidak
Lestari
suka
13 Fauziayah Amani 8 6 4 4 8 6 6 4 4 = cukup
14 Qory Cahya Safitri 5 5 5 5 5 5 5 5 tidak suka
5 = netral
15 Ladika Anathia 7 6 5 4 7 6 5 4 6 = cukup
suka
16 Putri Fadhilah Ulfah 5 6 5 4 5 6 5 4 7 = suka
17 Rani Defla 3 6 8 9 3 7 8 9 8 = sangat
suka
18 Enny Tamara 6 7 9 9 6 7 9 9 9 = amat
sangat suka
19 Ayu Septiani 4 7 8 7 4 8 8 8
20 Sherly Putri DP. 7 6 6 5 7 6 5 5
21 Taufik Isnanto 7 5 5 5 7 5 5 5
22 Ajeng Dewi Anita S. 5 3 5 4 5 3 5 4
23 Liani Putri 7 6 8 9 7 6 8 8
24 Indah A. 6 4 4 4 6 4 5 4
25 Raden Ayu Kartini 8 7 8 8 8 7 8 9
26 Filian Yunita Sari 6 6 6 5 6 7 6 6
27 Muhammad Surya 5 5 5 6 5 5 5 6
72
28 Dedi Munandar 4 7 7 7 5 7 7 7
29 Andi 6 6 6 5 6 6 6 5
30 Arif Pamenang 4 7 7 8 4 8 8 8
Jumlah 174 172 185 174 182 179 191 182
Lampiran 4. Data mentah hasil uji organoleptik nata pinnata terhadap aroma
73
20 Sherly Putri DP. 3 5 5 4 3 6 5 5
21 Taufik Isnanto 4 3 6 6 4 3 6 5
22 Ajeng Dewi Anita S. 4 4 5 4 4 4 5 6
23 Liani Putri 2 3 4 5 2 4 6 4
24 Indah A. 5 3 2 2 5 3 2 2
25 Raden Ayu Kartini 3 4 3 1 3 4 3 3
26 Filian Yunita Sari 2 5 5 4 2 5 5 4
27 Muhammad Surya 6 4 5 3 6 4 5 3
28 Dedi Munandar 3 5 5 5 3 5 5 5
29 Andi 4 5 5 4 4 5 5 4
30 Arif Pamenang 4 5 5 3 4 5 5 3
Jumlah 118 117 136 110 115 122 135 119
74
Lampiran 5. Data mentah hasil uji organoleptik nata pinnata terhadap warna
19 Ayu Septiani 7 5 8 7 7 5 8 7
20 Sherly Putri DP. 6 5 5 4 6 5 5 4
21 Taufik Isnanto 6 5 7 7 6 5 7 7
22 Ajeng Dewi Anita S. 5 4 6 4 5 4 6 4
23 Liani Putri 7 6 7 8 7 6 7 8
24 Indah A. 6 3 3 3 6 3 3 3
25 Raden Ayu Kartini 7 5 5 5 7 5 5 5
75
26 Filian Yunita Sari 3 5 5 5 3 5 5 5
27 Muhammad Surya 5 4 7 6 5 4 7 6
28 Dedi Munandar 5 6 6 6 5 6 6 6
29 Andi 7 6 6 6 7 6 6 6
30 Arif Pamenang 6 7 7 7 6 7 7 7
Jumlah 165 165 175 171 167 165 175 171
Lampiran 6. Data mentah hasil uji organoleptik nata pinnata terhadap tekstur
76
16 Putri Fadhilah Ulfah 6 6 5 4 6 6 5 4
17 Rani Defla 7 9 7 7 7 9 7 7
18 Enny Tamara 4 8 9 8 4 8 9 8
19 Ayu Septiani 8 8 8 7 8 8 8 8
20 Sherly Putri DP. 8 5 6 5 8 6 6 6
21 Taufik Isnanto 6 5 7 8 4 7 7 8
22 Ajeng Dewi Anita S. 6 5 6 5 6 6 7 6
23 Liani Putri 6 1 2 4 6 2 2 4
24 Indah A. 5 4 3 3 5 5 5 5
25 Raden Ayu Kartini 8 5 7 8 8 6 8 8
26 Filian Yunita Sari 5 6 7 6 5 7 8 8
27 Muhammad Surya 4 4 7 6 4 6 8 7
28 Dedi Munandar 4 7 7 7 4 7 7 7
29 Andi 5 6 6 6 2 6 6 6
30 Arif Pamenang 7 7 7 7 7 7 7 7
Jumlah 174 166 176 168 169 178 185 186
77
Lampiran 7. Dokumentasi proses fermentasi nata pinnata
Gambar Keterangan
78
Penuangan bibit bakteri Acetobacter xylinum Hasil rendemen fermentasi nata pinnata
79
Pengukuran hasil terbaik rendemen nata pinnata untuk di oven menghitung kadar air dan
selulosa
Proses di oven hasil fermentasi Kisaran suhu dan lama proses oven
Hasil oven fermentasi nata pinnata Hasil oven fermentasi nata pinnata
80
Lampiran 8. Dokumentasi proses pengolahan hasil fermentasi nata pinnata
81
Lampiran 9. Dokumentasi uji organoleptik hasil olahan nata pinnata
82
83
84
85