Namaku Dili Mas’Arul, lebih sering menyebut sebagai Dimas Arul dalam pembuatan
akun sosial media. Selain lebih simpel, nama Dimas Arul terdengar lebih gaul dari namaku
yang sebenarnya. Aku merupakan alumni SMAN 1 SIDOMULYO tahun 2016 yang berasal
dari jurusan IPA. Meski berasal dari jurusan IPA, aku menyadari jurusan Bahasa Indonesia
bias membantuku dalam merpresentasikan motto hidup yang tercipta setelah aku mulai
berkarya, yaitu “MELALUI KARYA AKU BERTERIAK LANTANG KEPADA DUNIA.
MELAUI TULISAN AKU KIASKAN PERASAAN YANG TAK DAPAT DIUNGKAPKAN
LEWAT LISAN.” Motto hidupku ini jelas tergambar dalam sub judul ‘Sang Pemimpi(n)’
pada novel Filosofi Sholat yang menceritakan seorang pemuda yang memiliki impian untuk
menjadi seorang pemimpin di negeri ini meski dia sadar betul jika impiannya untuk menjadi
seorang pemimpin mungkin hanyalah sebuah mimpi. Di dalam novel ini, mengisahkan
perjalan hidupku yang begitu kritis terhadap kebijakan pemerintah. Ingin rasanya aku menjadi
seorang presiden untuk menerapkan kebijakan yang sesuai dengan pemikiranku. Beruntunglah
aku yang bisa mengenal dunia sastra, dengannya diriku dapat melampiaskan keluh kesah di
dada tanpa harus khawatir disangka gila seperti mereka duga. Oleh karenanya, melalui
tu‘lisan’ karya sastra yang aku ciptakan bayak terselip kiasan yang menggambarkan curahan
hati yang selama ini banyak aku pendam dalam kesendirian.
Selain karya sastra yang akan dikembangkan aku juga ingin mewujudkan karya ilmiah
yang berjudul ‘Solusi Pengolahan Limbah Plastik’ dalam mengatasi permasalah sampah
plastik di negeri ini. Oleh karenanya, karya sastra yang aku tulis banyak mengandung istilah
ilmiah yang didapatkan dari mata pelajaran yang aku dapatkan selama bersekolah di SMA
yang tidak bisa dipungkiri ialah diriku berasal dari jurusan IPA.
Berikut kumpulan karya sastra yang telah tercipta oleh diriku. Pada bagian pertama aku
akan menceritakan sinopsis dari novel Filosofi Sholat. Dari judulnya, aku terinspirasi dari film
yang berjudul Filosofi Kopi yang mengisahkan perjalan hidup seorang pria …….. pada
awalnya aku sempat ragu untuk menggunakan judul yang hampir sama dengan judul film
tersebut. Hingga akhirnya aku harus menggunakan judul novel ‘Filosofi Sholat’, karena aku
meyakini filosofi dari ibadah sholat lebih berarti dibandingkan nilai filosofi dari sebuah kopi.
Judul : Filosofi Sholat
Prolog :
Ketika Tuhan memerintahkan suatu kewajiban kepada umat manusia, tentu di dalamnya
mengandung berbagai manfaat yang pastinya akan berguna baik sewaktu masih di dunia
ataupun di akhirat kelak. Salah satunya ialah kewajiban ibadah sholat. Seperti halnya dokter
yang memberikan resep obat untuk dikonsumsi yang diberikan kepada seorang pasien untuk
kesembuhan penyakit yang diderita oleh si pasien. Begitulah perumpamaan ibadah sholat
yang sejatinya diwajibkan kepada manusia, Tuhan memberikannya bukanlah untuk mendapat
pengakuan dari manusia bahwasanya dialah Tuhan Yang Maha Pencipta, Maha Segala,
melainkan sebagai media perantara yang diberikan oleh Tuhan agar manusia sentiasa sadar
dan percaya bahwa manusia membutuhkan segala kasih sayang-Nya dan sebagai bentuk rasa
bersyukur manusia atas kehidupan yang diberikan kepadanya.
Jika kita percaya kepada dokter bahwa obat mampu menyembuhkan raga, tentu kita harus
lebih percaya dan yakin bahwa Tuhan menyertakan khasiat yang terkandung di dalam
kewajiban ibadah sholat. Bayangkan saja, ketika dokter mewajibkan pasien untuk
mengonsumsi obat 1-3x dalam sehari, tuhan menginginkan kesembuhan untuk manusia
dengan kewajiban untuk menghadap-nya 5x dalam sehari untuk meminta rekomendasi dalam
menghadapi berbagai masalah yang diidapnya. Seperti halnya obat yang menyembuhkan,
ibadah sholat juga membersihkan jiwa sebagaimana mandi membersihkan raga
Dalam novel ini, berkisahkan seorang anak muda yang terus dibayangi tentang memaknai
definisi waktu. Baginya yang seorang individualis dan anti sosial, dia tidak tahu kapan harus
membagi waktu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Sampai akhirnya dia menemukan
jawabannya dari sebuah acara televisi yang di bawakan oleh ustadz … yang menjelaskan
bahwa hidup ini terkadang membutuhkan waktu sendiri, tapi harus tetap diingat ialah manusia
merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Untuk itu, manusia harus belajar
dari makna sholat yang sesungguhnya. Karena di dalam ajaran sholat tersebut mengandung
makna yang luar biasa, salah satunya yaitu manusia bisa memahami kapan waktu untuk
sendiri, dan kapan waktu untuk bersama orang lain. Seperti di ketahui, dalam ibadah sholat
ada yang diperintahkan secara berjamaah/bersama-sama dan juga secara sendiran.
Jika diperhatikan, Allah lebih menyukai manusia melakukan kegiatan yang dikerjakan
secara bersama-sama. Hal ini dapat kita ketahui dari perintah sholat yang mana dalam
pelaksanaannya dibedakan menjadi dua jenis hukum, yaitu wajib dan sunnah. Meski pun
Allah swt. menganjurkan lebih banyak sholat sunnah untuk dikerjakan secara sendiri, namun
Dia tetap menilai ketaqwaan manusia dari ketaatannya mengerjakan sholat yang diwajibkan
kepadanya. Akhirnya, sang pemuda memahami definisi waktu yang sungguhnya dan
mengetahui bahwasanya hidup sendiri hanyalah menjadi momen untuk introspeksi diri,
selebihnya harus digunakan untuk bersosialisasi yang merupakan salah satu kunci meraih
kesuksesan yang diidamkan.
Di dalam novel ini, saya membagi alur cerita menjadi 8 subjudul yaitu Bertema(n)kan
Kesendirian, Dimensi Waktu, Esensi Berbagi, Tema Kehidupan : D.U.I.T., Sholat sebagai
Obat, Pengamalan dan Pegalaman, Tiada Pilihan Ketiga, serta Sang Pemimpi(n). Berikut
adalah sinopsis dari kedelapan subjudul novel yang judulnya terinspirasi dari film Filosofi
Kopi yang mudah-mudahan memberi gambaran kepada Bapak/Ibu sehingga memberi
kesempatan kepada saya untuk berkuliah di Unila jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia agar
saya dapat menciptakan karya lainnya.
Bertema(n)kan Kesendirian
Dalam kehidupan ini, seakan teman silih berganti datang dan pergi. Begitulah apa yang Dimas
rasa, seorang anak yang memiliki kepribadian anti sosial yang lebih sering menghabiskan
waktu untuk sendiri. Meski telah berulang kali mencoba melawan kepribadiannya yang anti
sosial, selalu saja ia menemui jalan buntu. Setiap kali bersosialisasi dengan teman-temannya,
dia merasa menjadi orang asing. Bagaimana tidak, di saat teman-temannya membicarakan hal
yang ‘kurang penting’ baginya, selalu saja dia merasa terasingkan akibat tidak mampu berbaur
dengan lingkungan yang dirasanya ‘kurang penting’.
Di saat dirinya selalu merasa menjadi anak yang paling ‘terdidik’ dibandingkan dengan
teman-teman yang lainnya, rupanya Tuhan ingin menegur Dimas lewat ujian yang
menimpanya. Ketika dirinya terkena musibah akibat kecelakaan, hanya satu teman dari
Dimensi waktu
D.U.I.T.
Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini pastilah memiliki tujuan hidup yang hendak dicapai,
baik itu dalam segi materi maupun nonmateri. Bagi sebagian orang, tujuan hidup di dunia ini
tidak lain ialah meraih kebahagian dunia dengan mengumpulkan materi berupa uang, emas
dan harta berharga lainnya. Bagi Dimas, tujuan hidupnya yaitu ingin menjadi sosok berguna
bagi nusa dan bangsa. Agar tujuan hidupnya dapat tercapai, ia menerapakan prinsip kehidupan
yang diajarkan sang ibu kepadanya, yaitu Doa, Usaha, Iktiar (berupaya sekuat tenaga) dan
Ikhlas menerima apa pun hasilnya, serta Tawakkal (berserah diri) atas doa, usaha, dan ikhtiar
yang dilakukannya dalam meraih impian serta ikhlas menerima apapun hasilnya.
Dikisahkan dalam novel ini sosok Dimas senantiasa dibayangi oleh perasaan ragu dan
bimbang yang selalu mengusik ketenangan jiwanya.
Sang Pemimpi(n)
Judul : CINTAJWID
Oleh Dili Mas’Arul
Ketika pertama kali berjumpa denganmu
Aku bagaikan berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dibarengi menahan nafas sesaat
Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati ( )نdi antara idgham billagunnah
Nampak secara nyata, namun tak dianggap ada
Aku ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti idzhar, jelas dan terang
Bila nun mati bertemu ta’ disebut ikhfa, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta
Cintaku padamu laksana mad wajib muttasil, panjang terbentang sampai akhir hayat nanti
Setelah kau terima cintaku, hatiku rasanya bagaikan qalqalah qubro
Terpental terbang melayang sampai ke awang
Hingga akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti iqlab
Ditandai dengan dua hati yang melebur jadi satu
Sayangku padamu kelak akan seperti mad thobi’i dalam Al-Qur’an
Jumlahnya tiada yang bisa memastikan
Semoga dalam hubungan kita nanti seperti idham bilaghunnah
Judul : Perbedaan
Oleh Dili Mas’Arul
Biru pilihanku, merah pilihanmu
Al-Qur’an tuntunanku, Injil panduanmu
Masjid tempatku bersujud, gereja tempatmu mengadu
Biarlah itu semua melekat pada diri
Tanpa harus ditendensi
Sunda margaku, Jawa sukumu
Karedok inginku, gudeg favoritmu
Biarlah itu semua menjadi jati diri
Bukan pemisah silaturahmi
Perbedaan bukan alasan
Menjadi perkara keberagaman
Tuhan menciptakan perbedaan bukan tanpa alasan
Agar tercipta kedamaian
Manusia hanyalah ciptaan
Tanpa harus merubah perbedaan
Selain novel dan puisi, aku pun meluapkan emosi melalui karya meme yang banyak
dipengaruhi dari karya sastra sebelumnya. Berikut kumpulan meme hasil karya dari pikiran
dan perasaanku: