Anda di halaman 1dari 2

Nama : Farid Abdul Aziz

NIM : 2020630035

1. Diri sendiri sebagai Manusia Individu

Individu berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya “yang tak terbagi” yang artinya
adalah suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan terbatas. Individu adalah seseorang yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam
lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian tersendiri. Manusia sebagai
individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya
untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya .
Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda satu dengan yang lainnya, begitu juga
dengan saya. Saya mempunyai kepribadian yang terkadang ceria, aktif dan semangat. Tetapi,
terkadang saya juga dapat menjadi pribadi yang pendiam tergantung situasi mood saya,
sebagai makhluk individu saya sadar bahwa tidak semua orang dapat suka dengan kepribadian
yang saya miliki. Maka dari itu saya berusaha menjadi individu yang lebih baik lagi dengan
cara berusaha menghilangkan sifat-sifat buruk yang saya miliki.

2. Diri sendiri sebagai Individu dalam Keluarga

Keluarga adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang memiliki ikatan atau
hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu
tersebut. Di dalam keluarga saya, saya merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Saya
mempunyai seorang adik perempuan yang sedang menempuh kuliah di Unira dan dua orang
adik laki-laki yang masih duduk dibangku SMK dan SD. Didalam keluarga saya biasanya ada
aturan keluarga yang dibuat oleh kepala keluarga/Bapak dan harus dijalanin oleh anggota
keluarganya. Di dalam keluarga saya pun ada beberapa aturan yang dibuat dan harus ditaati.
Beberapa aturan yang ada dikeluarga saya adalah :

a. Tidak boleh bertengkar satu sama lain 


b. Pulang malam hari paling lambat jam 10 untuk anak laki-laki dan jam 8 untuk anak
perempuan
c. Selalu izin jika mau berpergian atau telat pulang
d. Saling membantu satu sama lain 
e. Tidak boleh main HP saat waktunya tidur 

Didalam keluarga saya selain mempunyai beberapa aturan, ada pula pembagian tugas yang
diberikan kepada masing-masing anggota keluarga. Tugas saya dan adik laki-laki saya di
dalam keluarga biasanya adalah membantu membersihkan rumah dan halaman rumah atau
pekerjaan kasar lainnya, tugas adik perempuan saya adalah untuk mencuci baju dan piring,
Selain itu biasanya saya juga mengajari adik saya pelajaran yang dia tidak mengerti. Di dalam
keluarga saya berusaha untuk menjadi seseorang yang berguna dan dapat membanggakan
orang tua saya. Karena bagi saya keluarga adalah hal yang paling berharga. Keluarga
merupakan tempat dimana kita dapat berbagi beban dan masalah yang sedang kita hadapi. 

3. Diri sendiri sebagai Individu dalam lingkungan tempat tinggal

Manusia adalah makhluk sosial sehingga Kita tidak dapat hidup   sendiri, Tetapi kita hidup
bermasyarakat. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan
kehidupan, norma-norma, adat-istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Saya
sebagai makhluk sosial harus dapat saling menghargai dan menghormati antar tetangga atau
kepada masyarakat lainnya. Agar dapat tercipta suasana yang rukun, tentram dan damai di
lingkungan tempat tinggal saya. Di dalam lingkungan tempat tinggal, saya biasanya
mengunjungi teman sekampung saya untuk mempererat tali silaturrahmi. Dan apabila
diadakan perlombaan saya ikut serta dalam memeriahkan perlombaan tersebut. Sebagai
individu dalam lingkungan tempat tinggal saya, saya mempunyai tugas untuk menjaga
kerukunan dan saling menghargai antar masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
4. Diri sendiri sebagai Individu dalam lingkungan kampus

Dalam kehidupan kampus, setiap mahasiswa saling berinteraksi satu sama lain. hal ini terlihat
dari adanya organisasi-organisasi kampus, ukm-ukm, dan bentuk kegiatan lainnya yang
memusatkan kepada hubungan komunikasi. Melalui kegiatan-kegiatan di atas setiap
mahasiswa mencoba untuk menyesuaikan diri dan menyesuaikan identitas diri mereka.
Sebagai individu di lingkungan kampus saya memiliki tugas untuk menjaga nama baik
kampus dan berperan aktif dalam kegiatan yang ada. saya juga harus dapat beradaptasi, saling
menghargai  dan tolong-menolong antar sesama agar tercipta suasana yang nyaman di
lingkungan kampus saya.

PERMASALAHAN SOSIAL

Pemilihan kepala desa sebagai wadah untuk menampung aspirasi politik masyarakat desa
sekaligus sarana pergantian pemerintahan desa, Pilkades diharapkan mampu memenuhi
keinginan dan harapan masyarakat desa untuk mengangkat calon yang layak sebagai kepala
desa, pemilihan kepala desa untuk saat ini sangat sulit terselenggara dengan lancar dan
berkualitas karena adanya beberapa kepentingan, diantara kepentingan politik ditambah
adanya anggaran dana desa yang cukup besar yang diberikan pemerintah pusat kepada setiap
desa yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga menimbulkan perselisihan dalam pemilihan
kepala desa. Adanya berbagai kecurangan yang muncul dalam mengiringi Pilkades selama ini
antara lain disebabkan adanya bakal calon melanggar persyaratan yang telah ditentukan,
proses pemilihan dan penghitungan suaranya yang tidak jujur dan adil, serta panitia pemilihan
yang bertindak tidak adil dan memihak kepada salah satu calon, beberapa persoalan tersebut
seringkali memicu kericuhan dalam pemilihan kepala desa.

Pemilihan Kepala Desa dan penyelesaian perselisihan yang sudah diatur dalam UU No. 6
Tahun 2014 Tentang Desa yang memberikan kewenangan kepada Bupati/Walikota untuk
menyelesaiakan perselisihan pemilihan kepala desa, jabatan Bupati/Walikota adalah jabatan
politik dan setiap 5 (lima) tahun membutuhkan suara untuk maju kembali, diberikannya
wewenang Bupati/Walikota untuk menyelesaikan perselisihan pemilihan kepala desa bisa
mengganggu demokrasi di Indonesia. Seharusnya penyelesaian perselisihan Pilkades
diselesaikan oleh Yudikatif, dan merivisi UU Desa untuk memberikan kewenangan kepada
yudikatif untuk menyelesaikan perselisihan pemilihan kepala desa, atau dibuatkan suatu
“peradilan khusus” sebagai lembaga di luar Yudikatif asalkan diberikan payung hukum dari
pembuat undang-undang untuk menyelesaikan sengketa pemilihan kepala desa, karena
Penyelesaian perselisihan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di luar eksekutif lebih efektif
karena tidak adanya kepentingan politik atau intervensi dalam penyelesaian Perselisihan
Pemilihan Kepala Desa, dan dalam penyelenggaraan pemilihan kepala desa, sebaiknya
dibentuk lembaga pengawasan, semacan panitia pengawas pemilih, supaya ada lembaga
independen yang mengawasi pelaksanaan pemilihan kepala desa secara netral.

Anda mungkin juga menyukai