Anda di halaman 1dari 10

1.

Implementasi Dalam Diri Sendiri


Implementasi dalam diri sendiri tercermin di dalam pengendalian
diri. Bagaimana kta mampu menjadi seoang pemimpin yaitu memimpin diri
kita kearah yang lebih baik dan untuk hal-hal ang positif. Banyak remaja
sekarang yang mencari jalan keluar dengan cara bunuh diri. Hal itu sangat
disayangkan. Semestinya dengan selalu mers bersyukurlah maka hal itu
dapat diatasi, sehingga dalam menghadapi suatu permasalahan tidak dengan
jalan yang disalahkan oleh agama.
2. Implementasi Dalam Keluarga
Dalam kehidupan berumah tangga, banyak kasus pertengkaran dan
perang antar sesama saudara. Hal inilah yang terjadi di bali, warisan
meupakan yang menjadi penybab utama. Tentunya orang tua atau orang
yang dituakanlah yang memiliki peranan pentig dalam hal ini. Orang tua
haruslah bersikap seperti pemimpin, dimana diperlukan sosok pemimpin
yang adil terhadap anak-anaknya, dalam artian tidak membedakan anak si
A atau si B. Musyawarah antara anak dengan orang tuanya yaitusi ayah,
sangatlah penting.dengan musyaarah akan memberikan solusi terhadap
beberapa permasalahan yang ada khususnya dalam pembagaian warisan.
Namuan yang sangat disayangkan mengapa hanya warisan harta yang
diperebutkan? Padahal orang tua atau leluhur yang mempunyai warisan
budaya yang sangat kental didalam keagamaan yang nantinya dapat
mengajegkan dan membuat Bali terkenal di mancanegara, kenpa tidak hal
itu yang dilestarikan dan dikembangkan? Banyak hal yang belum kita
ketahuidan bagaimana nenek moyang kta membuatnya. Mestinya antara
anak dan orang tua sama-sama saling menghargai satu sama lainnya. Baik
orang tua atau si bapak harus mampu menjadi penengah dan penuntun bagi
anak-anaknya dan si anak juga harus mampu untuk selalu bersyukur dan
menghargai bagaimana menjadi seorang ayah.
3. Implementasi Alam Masyarakat
Subak adalah organisasi yang mengatur pertanian di Bali.
Organisasi ini sudah ada kurang lebih 10 abad yang lalu. Banyak bukti yang
menyatakan hal itu. Beberapa prasastinya adalah Prasasti Kintamani,
Prasasti Tengkulak, dan lainnya. Serunya organisasi ini masih ada di Bali
sampai sekarang. Dimana telah diadaptasi dengan kemajuan teknologi
jaman sekarang. Di Prasasti itu, semua hal tentang pertanian, mulai dari
tanah, perairan, pemupukan, bagi hasil samapai pajakpun telah diatur.
Konsep yang dianut oleh Subak adalah konsep Tri Hita Karana, yaitu 3
hubungan manusia dengan alam, tuhan dan manusia sendiri. Di konsep ni
menuju ke hubungan manusia dengan alam , subak selain mengurus
petanian tanah mereka juga mengurus kelestarian hutan sebagai salah satu
sumber air dan merupkan tempat penting pemburuan raja mereka. Setiap
Subak memiliki Pekaseh, sebagai pemimpinnnya. Pekash ini merupakan
jabatan yang turun temurun di beberapa daeah di Bali. Sebutan lain adalah
Sedahah, merupakan pimpinan kelompok subak yang berada di satu sumber
air yang sama.
Sebagai contoh yang lain seorang pemuka agama mempengaruhi
umatnya agar makin tumbuh niatnya melakukan ajaran agama yang
dianutnya serta menghormati umat yang berbeda agama. Demikian juga,
kekuasaan diperlukan untuk mengkoordinasikan berbagai potensi agar
semua pihak dapat berperan ssuai dengan fungsi dan profesinya untuk
menyukseskan kepentingan bersama. Dapat dibayangkan jika tidak ada
pengusa, betapa kacaunya kehidupan bersama dalam suatu negara.
Penguasa mengabdi kepada yang dikuasai berdasarkan Dharma atau
kebenaran.
Namun, perkembangan politik sekarang ini di Indonesia sangatlah
berbeda dengan yang diharapkan, sebenarnya politik itu bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat, tetapi malah kebalikannya, masyarakat
semakin terpuruk akibat politik kotor yang dilakukan oleh para pejabat
pemerintah. Dalam hubungannya ini, politik yang dilakukan para pejabat
tersebut adalah “politik tanpa prinsip”. Maksudnya adalah politik yang
menyimpang dari keadilan dan kebenaran, yang menyebabkan masyarakat
menjadi menderita. Sesungguhnya politik yang kotor itu tidak ada, namun
poltik itu menjadi kotor akibat sifat-sifat manusia yang lebih mementingkan
indrawi daripada kesejahteraan bersama. Jadi dalam hal ini,
dibutuhkanseorang pemimpin yang dapat mengayomi masyarakat dengan
baik. Pemimpin seperti itu dapat dianalogikan sebagai pohon beringin yang
rindang yang dapat meneduhi masyarakat dari panasnya sinar matahari.
Namun, pada kenyataannya di Indonesia para pemimpin tidak meneduhi
masyarakatnya, tetapi meneduhi dirinya sendiri atau bahkan dia yang
berteduh di masyarakat. Politik yang baik adalah politik yang berlandaskan
Dharma dan berakar dari keterbukaan dari pemimpintersebut terhadap
masyarakat.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih pemimpin yang
arif bjaksana sangatlah diinginkan, namus sering kita lihat bahwa
masyarakat sekarang ini cenderung memilih pemimpin karena uang yang
didapatkannya. Mereka tidak memperhatikan akibat yang ditimbulkan jika
memilih pemimpin tersebut yang akhirnya pemimpin yang dipilihnya
membuat masyarakat menjadi semakin menderita. Masyarakat hanya akan
menuduh pemimpin itu saja yang menyebabkan penderitaan, padahal
masyarakat yang memilihnya, jadi masyarakat kut bertanggungjawab dalam
pendeitaan yang mereka dapatkan . bercermin dari masalah tersebut, di
Nusa Penida ada sebuah desa yang memiliki kesadaran akan berpolitik. Di
desa ini terjadi pemilihn Kepala Desa yang rata-rata ktiga calon yang
dicalonkan sifat-sifatnya diketahui oleh masyarakat disana. Jadi pada saat
itu, masyarakat berkumpul di balai banjar untuk menghalangi oknum-
oknum yang ingin menyuap masyarakat dengan uang. Masyarakat di sana
pun tidak mau menerima uang tersebut dan akhirnya masyarakat memilih
salah satu calon yang memang bersih dari penyuapan dan memiliki sifat
yang bijaksana. Jadi dari contoh tersebut, kita sebagai masyarakat
hendaknyasebelum memilih seorang pemimpin , mengetahui sifat-sifat
yang dimiliki oleh pemimpin tersebut, kita jangan menjual harga diri kita
dengan uang yang tidak seberapa dengan penderitaan kelak yang akan
didapatkan.
4. Implementasi Dalam Bernegara
Sebagai seorang pemimpin kita harus belajar berbagi dan tida segan
meminta orng lain untuk membantu. Untuk mencapai maksud itu maka kita
harus mampu berbicara yang baik. Berbicara adalah tindakan
mengebangkan gagasan menjadi wacana. Tindakan wacana itulah yang kita
sebut berkomunikasi yang bertujuan untuk mencpai saling pemahaman.
Secara alamiah cara efektif untuk mmberi pemahaman adalah dengan cara
terlebih dahulu memahami orang lain. Berbicara yang baik, bukan semata
tentang apa yang kita katakan, tetapi menyangkut keseluruhan aspek wicara
termasuk bagaimana, kepada siapa dan kapan kita melakukannya. Dengan
kemampuan berkomunikasi yang baik tentunya sakan sangat membantu
seorang pemimpin organisasi (politik maupun kemasyarakatan) untuk
merangkul sumber daya utama organisasi yaitu para anggota organisasi
tersebut. Bahkan kemudian bergerak bersama mereka mencapai tujuan
organisasi.kalau kata-kata kita adalah resultante dari pikiran maka kita akan
mengasah diri dan mengisi pikiran dengan hal-hal yang positif sehingga
kata-kata yang keluar dari mulut adalah kata-kata yang baik dan bermutu.
Berbagai upaya sering dilakukan untuk memuluskan obsesinya guna
menduduki jabatan. Upaya yang sering dilakukan (misalnya dalam
pemilihankepala daerah) adalah dengan pemberian janji-janji kosong yang
sulit atau bahkan mustahil dapat dilaksanakan, adanya politik uang, dan
penggunaan jalan kekerasan terhadap lawan politiknya ataupun masyarkat
pemilih, yang semuanya ini turut mengambil andil dan memberi kesan
buruk untuk politik. Dalam menjalankan kepemimpinannya pun tidak akan
mungkin tercpai keadilan karena pemimpinnya seperti ini cenderung
memanfaatkan kesempatan untuk mengembalikan modal yang
dikeluarkannya guna mencapai posisi sebagai eorang pemimpin, sehingga
segala kerjanya bukanlah untuk memuaskan kesejahteraan bagi masyarakat
yang dipipinnya, melainkan kesejahteraan pribadi. Calon pemimpin yang
baik tentunya mencerminkan sifat-sifat pemimpin seperti dalamberbagai
konsep kepemimpinan Hindu dalam kesehariannya, bukan hanya ketika
mendekati masa pemilihan.
Salah satu upaya pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya
adalah dengan menjamin HAM warganya. Berhasil menjamin HAM berarti
mensejahterakan rakyat dan juga berarti menyenngkan rakyatnya.
Penjaminan HAM secara normatif telah tercantum dalam naskah Uesco
Recommendation yang disepakati pada pertemuannya di Paris antara
tanggal 17 Oktober sampai ke 23 November 1974. Dalam naskah
rekomendasi ini ditemukan pernyataan relevan dengan pembahasan kita kali
ini, bahwa “negara-negara anggota PBB wajib mengambil langkah-langkah
untuk menjamin terintegrasikannya asas-asas Deklarasi Umum Hak-Hak
Asasi Manusia sebagai bagian dari perkembangan kepribadian setiap
anak....” . salah satu HAM yang dibicarakan kali ini adalah hak memperoleh
pendidikan. Manakala layanan pendidikan juga dibilang sebagai hak-hak
asasi, maka orientasi kebijakan yang harus diambil oleh pemerintah
mestilah berbeda dengan kebijakan peerintah yang relevan dengan
persoalan hak-hak sipil dan hak-hak politik dalam kehidupan bernegara.
Pemerintah semestinya mengupayakan konisi atau fasilitas yang
memungkinkan warga masyarakat merealisasikan hak-hak asasinya. Seperti
yany tercantum dalam Kekawin Ramayana III, 54, yang menyatakanbahwa
seorang pemimpin yang baik menurut ajaran hindu haruslah memperhatikan
masalah kesejahteraan para pengikutnya. Jika pemimpin sudah mampu
menegakkan HAM warganya berarti pemimpin tersebut sudah mampu
mensejahterakan rakyatnya, hal ini juga berarti seorang pemimpin sudah
mampu melaksanakan Dharmanya.
Pemilu adalah cerminan negara kita adalah negara yang demokratis.
Indonesia telah beberpa kali melakukan pemilu. Pemilu terakhir adalah pada
bulan April 2014. Ada dua calon presiden dan wakil pesiden yang
diusulkan,dan masing-masing memiliki visi dan misi masing-masing . akan
tetapi banyak prtanyaan dari masyarakat, “ seandainya para calon trsebut
terpilih , bisakah mereka merealisasikan visi dan misinya atau hanya visi
dan misi tersebut digunakan agar mendapat dukungan dari masyarakat? Jika
kaitkan dengan ajaran agama hindu tentang kepemimpinan, seharusnya para
calon presiden dan wakil presiden tersebut setia terhadap ucapan dan
tindakannya agar tidak ditinggalkan oleh rakyatnya dan tetap di hormati.
Setia akan ucapannya karena itu semua rakyat akan segan terhadap raja atau
pemimpinnya. Misalnya misi dari seorang calon pemimpin adalah
mewujudkan kesejahteraan sosial dan memperkuat ekonomi kerakyataan,
maka ebagai pemimpin berusahalah untuk merealisasikan misi tersebut.
Setelah para calon tersebut terpilih janganlah bersikap sewenang-wenang
terhadap rakyat dan sok berkuasa. Seorang pemimpin tidak boleh bertindak
sesuka hatinya ketika ia memegang kekuasaan. Berdasarkan semua hukum-
hukum yang harus dipedomani oleh seorang pemimpin, disimpulkan dalam
Dharma yang mengadung pengertian segala sesuatu yang mendukung orang
untuk mendapatkan kerahayuan. Dalam Kekawin Ramayana,Bhismaparwa
dan lain-lain dijumapai uraian dharma sebagai pedoman raja dalam
memimpin negaranya.
Sistem kepemimpinan sekarang seperti partai-partai politik yang
memakai kepemimpinan kolektif sangatlah cocok menerapkankonsep Tri
Hita Karana, karena setiap pengurus diharapkan bisa menjaga hubungan
antar manusia ,menjaga hubungan dengan wilayah atau tempat mereka
berada dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
kepemimpinana kolektif harminisasi hubungan,kerja sama,gotong royong
antar pengurus harus selalu dijaga degan tetap menjunjung tinggi moralitas
dan spiritualitas.sehingga semua merasa bekerja untuk kebesaran partai
bukan untuk pribadi atau satu kelompok. Pengurus yang selalu angkuh dan
melihat dirinya paling berperan atau menentukan dalam kepengurusan
kolektif akan selalu menjadi racun, sehingga mengakibatkan hancurnya
kepengurusan kolektif tersebut.
5. Implementasi Dalam Kesenian
Permainan Gebug Ende adalah salah satu pelestarian dari latihan
perang-perangan prajurit karangasem zaman dahulu. keakraban di antara
pemain sangat terlihat pada saat permainan selesai. Tidak ada kata
permusuhan antar pemain. Setelah selesi bermain para pemain menjadi
saling mengenal satu sama lain. Dan jika diantara lawan mereka terluka
maka mereka akan saling mengobati, ini menandakan tidakadanya dendam
antara pemain. Jika kita kaitkan dengan dunia perpolitikan di Indonesia
misalkan saja pemilu. Kita sering lihat setelah salah satu calon presiden dan
wakil presiden dari salah satu partai politik terpilih maka para
pendukungcalon yang tidak terpilih akan melakukan pembrontakan dan
tidak mau menerima kekalahan sehingga terjadi kerusuhan. Pemilu kita
ibaratkan dengan perang dalam memproleh jabatan. Agar tidak terjadi
kerusuhan setelah pemilu tersebut seharusnya mereka ber[erang dalam
suasan kesucian , untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan umat.
Kita berperang tidak ada yang kalah kita semua menang. Karena yang kita
cari adalah membahagiakan semua pihak, bukan untuk kepentingan
kelompok semata, seperti itulah seharusnya kita berfikir agar tidak terjadi
kerusuhan.seperti halnya pada Gebug Ende, dalam permainan mereka tidak
saling dendam, mereka malah menjadi semakin akrab.
Implementasi dalamkesenian yang masih populer di Bali adalah
kesenian gamelan dan tarian yang ada di Bali. Para pendahulu tau nenek
moyang Bali sebenarnya tidak mewarisi kesenian ini sejak dahulu kala.
Banyak orang-orang di zaman kali ini tak memperdulikan tenang hal itu.
Yang mana masuknya budaya asing menjadi trend sekarang ini. Dengan
berlatih tari misalnya,dengan lah itu akan membuat seseorang akan
bertambah energik disamping itu melatih dan memberanikan diri untuk
tampil di hadapan orang banyak. Dengan belajar tari juga akan menambah
karisma dan keperayaan diri seseorang bagaimana layaknya seorang
pemimpin. Pregina (penari) dalam semangat ngayah (bekerja tanpa pamrih)
mempersembahkan tarian sebagai wujud bhakti kepada Ida Hyang Widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), bhakti dan pengabdian sebagai wujud
kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri. Hal lainnya juga
kita lihat kelompok gamelan yang di Bali dikenal dengan sebuatan sekaa
Gong, di sana juga terdapat konsep kepemimpinan. Tanpa kelengkapan dari
pemain gamelan maka gamelan tersebut tidak akan menghasilkan suara
yang merdu, di sanalah di perlukan kekompakan para pemain, loyalitas dan
kebersamaan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa adanya atau dukungan
seorang teman.
Hal lain yang kita juga mengenal istilah kekawin. Kebanyakan
remaja sekarang kurang peduli terhadap hal itu. Padahal kekawin memiliki
makna yang sangat penting,karena disana juga dijelaskan mengenai veda
yang berisikan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Para remaja
sekarang kebanyakan tidak sadar bahwa dengan belajar mekekawin akan
dapat menumbuhkan rasa bhakti kehadapan beliau,menumbuhkan sikap
dan pemikiran positif bahkan dengan jalan mekekawin merupakan salah
satu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Implementasi Kasus Judi
Judi dilarang dalam agama hindu.kitab Manawa Dhrmasastra Buku
IX (Atha Nawo dhyayah) sloka 221, 222, 223, 225, 226, 227 dan 228 dengan
jelas menyebutkan adanya larangan itu. Sloka 223 membedakan antara
perjudian dengan pertaruhan.bila objeknya benda-benda tak berjiwa
dinamakan perjudian, sedangkan bila objeknya mkhluk hidup disebut
pertaruhan. Benda tak berjiwa misalnya uang,mobil, tanah, rumah dan
sebagainnya.makhluk hidup misalnya binatang peliharaan,manusia, bahkan
istri sendiri. Seperti yang dilakukan panca pandawa dalam epos Mahabarata
ketika Dewi Drupdi dijadikan objek pertaruhan melawan Korawa.
Para pejudi dan peminum minuman keras digolongkan sebagai
orang-orang sramana kota (sloka 225) disebut pencuri-pencuri tersamar
(sloka 226) yang mengganggu ketentraman hidup orang yang baik-baik.
Judi menimbulkan pencurian (sloka 222) permusuhan (sloka 227) dan
kejahatan (sloka 228) .para penguasa khusunya di bali diharapkan
memahami benar tentang jenis-jenis judi agar tidak terkecoh dengan dalih
pelaksanaan adat dan upacara agama. Ada kegiatan penggalian dana dengan
mengadakn tajen, ada kegiatan di pur dilengkapi dengan tajen, dan kbiasaan
meceki pada waktu melek di acara menjelang pengabenan, bahkan pada
hari-hari raya seperti Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi, dan lain-lain
(Puja, 2009). Tajen merupakan salah satu bentuk judi di Bali, yang
belakangan yang dijadikan jargon politik, bahkan dinyatakan sebagai
budaya Bali sehingga layak dilestarikan, disayangkan oleh banyak pihak.
Semestinya banyak hal yang lebih berharga dan bermanfaat dapat dijadikan
komoditas politik, bukan hanya program untuk kepentingan sesaat, apalagi
hanya untung menggalang dukungan. Akibatnya tajen yang sudah tiarap
kini kembali mendapat angin segar. Bali hendaknya jangan dijadikan pulau
tajen dan prostitusi,sebab akan brdampak luas, baik terhadap tatanan sosial,
spiritual maupun lingkungan (titib , 2008).
Peran pemerintah dalam mengatasi judi haruslah ditingkatkan.salah
satua alasan masyarakat berjudi adalah karena kurangnya fasilitas hiburan
atau rekreasi. Oleh karena itu berjudi adalah makelecan (kelecan artinya
hiburan). Untuk menjaga kesehatan rohani masyarakat, salah satu upaya
mungkin dapat ditempuh misalnya pemerintah menyediakan fasilitas
hiburan atau rekreasi yang sehat ,antara lain fasilitas olah raga. Jarang sekali
di desa-desa ada lapanan voli, sepak bola, bulu tangkis, meja pingpong dan
lain-lain yang dikelola oleh pemerintah. Masyarakat yang ingin berenang di
sungai atau dilaut airnya pun sudah tercemar limbah atau sampah.
Pemerintah agar berupaya mengalihkan keinginanan masyarakat encari
hiburan dari berjudi kepada bentuk hiburan lain yang sehat. Paa hari-hari
raya misalnya diadakan pertandingan olah raga antar banjar, desa. Bentuk
olah raga yang dipilih yang murah meriah misalnya tarik tambang, lomba
lari karung, naik pedana. Di Buleleng dulu ada tradisi yang sangat baik yaitu
pada hari Galungan ada perlombaan magoak-goakan, magebeg-gebegan,
yang sangat meriah dan mengundang gelak tawa kegirangan. Di Klungkung,
Gianyar dan Karangasem ada permainan ayunan jantera yang ramai
dikunjungi oleh anak-anak, tua, muda pada hari-hari raya. Bentuk hiduran
zaman sekarang yang mahal dan mewah belum tentu membawa
kegembiraan dan kesehatan rohani.
7. Implementasi Pada Saat Agni Hortra
Agni Hortra adalah pemujaan atau persembahan kepada Hyang Agni
yang dalam Agni Hortra atau “ agni Hotra” dalam suatu acara atau prosesi
Agama Hindu sebagaimana disebutkan dalam Agstya Parwa, yaitu
persembahan berupa minyak dari biji-bijian (kranatila), madu kayu cendana
(sri wrksa), menteg susu dan sebagainya.
Pada waktu itu masyarakat di Bali amat sejahtera karena hasil bumi
melimpah. Pohon kelapa menghasilkan buah sampai 200 butir sekali petik,
jerami atap tembok penyengker pekarangan ditumbuhi oleh embong dan
embong itu berbuah yang lebat sama lebatnya dengan buah padi di sawah
yang subur.
Tetapi sekali tempo terjdi kebakaran karena api Agni Hotra terlalu
besar yang menyebabkan sebagian dari bangunan istana ikut terbakar, maka
sejak kejadian itulah Raja menghentikan Acara Agni Hotra, lalu di ganti
dengan api takep, pasepan atau dupa sebagai sarana upacara yadnya.
Demikian disebutkan Agni Hotra sebagai perantara pemujaan
manusia berhubungan dengan tuhan dan dengan Dewa-Dewa yang sampai
saat ini tetap di laksanakan dengan sarana dupa dalam berbagai upacara
yadnya.
Ritual Agni Hotra merupakan ritual yang sangat penting dalam
menjalankan ajaran weda. Seperti yang telah dikatakan dalam kitab
Sarascamusccaya bahwa seseorang tidak akan berhasil sebelum melakukan
ritual Agni Hortra. Seperti Agi Hortra yang dilaksanakan pada tanggal 26
Desember 2009, di Gedung Kesenian Gede Manik Singarja, yang dipimpin
oleh seorang Yogi ternama yaitu Shri Sivarudra Balayogi, hal tersebut
merupakan bentuk ritual yang mempunyi makna yang sangat besar yaitu
untuk keseimbangan dan kedamaian umat di seluruh dunia. Di sana
dilakukan pemujn kehadapan beliau Hyang Ganapati (Sri Ganesha) dan
kehadapan Hyang Guru Tunggal yaitu Bhatara Siwa agar pikiran menjadi
hening dan ketentraman bhatin. Karena tanpa keheningan pikiran atau
manah maka tidak akan bisa menjalankan dengan baik swadharma sebagai
manusia.

Anda mungkin juga menyukai