Anda di halaman 1dari 15

FISIKA DASAR 4

GELOMBANG

OLEH KELOMPOK 3 :

NI KADEK DWI SINTA LESTARI (1613021011/II A)


ANAK AGUNG MELA ANDANI (1613021016/II A)
MAHARANI ARY WAHYUNI PUTRI (1613021032/II A)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017

I. Gelombang Stasioner dan Persamaan Umumnya


Gelombang Stasioner / Gelombang Berdiri / Gelombang Diam adalah
hasil pertemuan antara gelombag datang dengan gelombang pantul yang memiliki
frekuensi dan amplitudo yang sama. Gelombang stasioner merupakan perpaduan
dua gelombang yang mempunyai frekuensi, cepat rambat, dan amplitudo yang
sama besar namun merambat dalam arah yang berlawanan. Singkatnya,
gelombang stasioner merupakan perpaduan atau super posisi dari dua gelombang
yang identik namun berlawanan arah. Salah Satu contohnya yaitu gelombang tali
dimana ujung tali di goyangkan dan ujung yang satunya tetap, suatu gelombang
yang kontinu akan merambat ke ujung yang tetap dan dipantulkan kembali,
dengan terbalik. Sementara tali terus di getarkan maka aka ada gelombang yang
merambat di kedua arah, dan gelombang yang merambat ke ujung tetap akan
berinterferensi dengan gelombang pantulan yang kembali. Jika tali digetarkan
dengan frekuensi yang tepat, kedua gelombang akan berinterferensi sedemikian
sehingga akan dihasilkan gelombang berdiri dengan amplitudo besar. Gelombang
ini disebut gelombang “berdiri” karena tampak tidak merambat. Tali hanya
berosilasi ke atas ke bawah dengan pola yang tetap. Titik interferensi distruktif, di
mana tali tetap diam (tidak ada getaran) disebut simpul. Sedangkan titik-titik
interferensi konstruktif dimana tali berosilasi dengan amplitudo maksimum
disebut perut. Simpul dan perut tetap di posisi tertentu untuk frekuensi tertentu.
Gelombang berdiri dapat terjadi pada lebih dari satu frekuensi.

Frekuensi getaran paling rendah yang


menghasilkan gelombang berdiri
menghasilkan pola yang ditunjukkan pada
bagian (a) gelombang berdiri yang
ditunjukkan pada bagian b dan c dihasilkan
tepat pada 2 dan 3 kali frekuensi rendah
dengan menganggap tegangan tali sama.
Tali juga dapat bergetar dengan empat loop
pada empat kali frekuensi terendah dan
seterusnya. Frekuensi dimana gelombang
berdiri di hasilkan adalah frekuensi alami
atau frekuensi resonan tali, dan pola gelombang berdiri yang berbeda yang
ditunjukkan pada gambar merupakan mode resonan getaran yang berbeda. Karena
walaupun gelombang berdiri merupakan hasil interferensi dua gelombang yang
merambat kearah yang berlawanan, gelombang ini juga merupakan contoh benda
yang bergetar pada resonansi. Pada saat gelombang berdiri terjadi pada tali, maka
tali itu akan bergetar pada tempatnya, dan pada saat frekuensinya sama dengan
frekuensi resonansi maka hanya diperlukan sedikit usaha untuk menghasilkan
amplitudo besar. Gelombang berdiri merepresentasikan fenomena yang sama
dengan resonansi pada pegas atau pendulum yang bergetar.

Besar amplitudo gelombang stasioner akan berubah -ubah di antara nilai


maksimum dan minimumnya. Titik yang amplitudonya maksimum disebut perut
dan titik dengan amplitude minimum disebut simpul. Gelombang stasioner ada
dua yaitu gelombang stasioner pada ujung tetap dan ujung bebas.

Persamaan umum gelombang berdiri untuk yang memiliki fase yang sama
adalah 2 A cos kx sin  t , dan untu gelombang yang memiliki fase yang berbeda
adalah 2 A sin kx cos  t .

II. Dawai

Pada saat kita memetik senar gitar atau dawai dapat membenuk berbagai
frekuensi atau pola getaran seperti gambar dibawah ini.

Frekuensi terendah disebut frekuensi dasar,


berhubungan dengan satu perut (loop). Dan
sebagaimana pada gambar diatas, panjang seluruhnya
berhubungan dengan setengah panjang gelombang.

Dengan demikian l = 1 , dimana 1 merupakan

panjang gelombang dasar. Frekuensi alami lainnya


disebut nada atas, yaitu ketika frekuensinya merupakan
kelipatan bilangan bulat dari dasar, frekunsi ini juga disebut dengan harmoni.
Dengan frekuensi dasar disebut sebagai harmoni pertama. Mode berikutnya
setelah dasar memiliki dua loop dan diebut harmoni kedua nada atas pertama,
panjang tali l berhubungan dengan satu panjang gelombang lengkap: l = 2 untuk

harmoni ketiga dan keempat l = 3 dan l = 2 4 , berturut turut dan seterusnya

pada umumnya dapat dituliskan sebagai :

L= , dimana n = 0,1,2,…..

Bilangan bulat n memberi indeks harmoni : n=0 untuk dasar n=1 untuk
harmonikedua dan seterusnya. Untuk n maka akan di dapat

n , n = 0,1,2,……

Untuk menemukan frekuensi , maka :

= = 0

dengan fn = frekuensi nada ke-n (Hz)


v = cepat rambat bunyi dalam gas/ udara di pipa (m/s)
L = panjang pipa (m)

Dimana = v/2L merupakan frekuensi dasar. Yaitu, setiap frekuensi resonan

merupakan kelipatan bilangan bulat (2x, 3x dan seterusnya ) dari frekuensi dasar.
Karena gelombang berdiri ekivalen dengan dua gelombang yang merambat
dengan arah yang berlawanan, konsep kecepatan gelombang tetap masuk dan

dinyatakan dengan persamaan v = dalam bentuk tegangan F pada tali dan

massanya persatuan panjang (m/L) yaitu v = .

III. Pipa Organa


Pipa organa dibedakan menjadi dua jenis yaitu pipa organa terbuka ( pipa
organa yang kedua ujungnya terbuka ) dan pipa organa tertutup ( pipa organa yang
salah satuna ujungnya tertutup).
1. Pipa organa terbuka
Pipa organa mengasilkan bunyi dengan nada tertentu saat ditiup. Pada pipa
organa terbuka maupun tertutup kolom udara dapa
beresonansi, atau bergetar. Pada salah satu lubang
pipa organa kita tiup dengan sekuat-kuatnya kita
anggap melalui lobang A dan diarahkan pada lobang
C, sehingga bibir C bergetar, maka udarapun bergetar.
Gelombang getaran udara merambat ke atas dan oleh
lubang sebelah atas gelombang bunyi dipantulkan ke
bawah dan bertemu dengan gelombang bunyi yang
datang dari bawah berikutnya, sehingga terjadilah
interferensi. Maka dalam kolom udara dalam pipa organa timbul pola gelombang
longitudinal stasioner. Karena bagian atas pipa terbuka, demikian pula celah C,
maka tekanan udara ditempat tersebut tentulah sama dan sama dengan tekanan
udara luar, jadi tekanan di tempat tersebut timbulah perut.
Pola nada yang terjadi pada pipa organa adalah :
 Nada dasar (f0)
Pada nada dasar memiliki 2 perut dan 1 simpul. Ini berarti pipa
organa bergetar dengan nada terendah yang disebut dengan nada
dasar organa. Frekuensi dilambangkan dengan f0. Panjang
gelombang pipa organa dari nada dasar, nada atas pertama, dan
nada atas kedua sama seperti panjang gelombang pada dawai.
 Nada atas pertama
Nada atas pertama memiliki 2 simpul dan 1 perut diantara 2 perut,
dikatakan udara dalam pipa organa bergetar dengan nada atas
pertama dan dilambangkan dengan f1. Pada pola tersebut sepanjang
kolom udara dalam pipa terjadi 1 gelombang.
 Nada atas kedua
Nada kedua (f2) pada pipa organa terbuka terdiri atas 4 perut dan 3
simpul. Pada pola tersebut dalam pipa organa terbuka tersebut

terjadi 1 gelombang.

Maka panjang gelombang ke-n adalah n = maka frekuensi pipa

organa terbuka didapat persamaan fn = = (n+1) .


dengan fn = frekuensi nada ke-n (Hz)
v = cepat rambat bunyi dalam gas/ udara di pipa (m/s)
Perbandingan frekuensi setiap nada memenuhi : f0 : f1 : f2….= 1 : 2 : 3
2. Pipa organa tertutup
Berbeda dengan pipa organa terbuka. Pola gelombang pada pipa tertutup
dengan pipa organa terbuka juga berbeda. Gelombang longitudinal stasioner yang
terjadi pada bagian ujung tertutup merupakan simpul dan pada bagian ujung terbuka
terjadi perut.
Dari gambar atas, panjang gelombang
nada dasar, nada atas pertama, nada atas kedua
beruru-uru 4L, 4/3L dan 4/5L. secara umum
diperoleh dari :

n =
Sehingga frekuensi nadanya memenuhi
persamaan :
fn = = (2n + 1 )

dengan fn = frekuensi nada ke-n (Hz)


v = cepa ramba buni dalam gas/ udara di pipa (m/s)
yang n = 0,1,2…yaitu bilangan yang menyatakan nada dasar, nada atas
pertama, nada atas kedua dan seterusnya.
Perbandingan frekuensi setiap nada memenuhi :
f0 : f1 : f2….= 1 : 3 : 5
yang menunjukkan bahwa frekuensi nada atas merupakan kelipatan
bilangan ganjil dari frekuensi nada dasarnya.
IV. Gelombang Stasioner pada ujung bebas dan terikat
1. Kasus Ujung Bebas
Misalkan suatu ujung tali terikat longgar pada sebuah tiang, dan
ujung lainnya digetarkan sehingga menghasilkan gelombang. Seperti pada gambar
disamping, menunjukkan gelombang pantul yang timbul setelah gelombang
dating mencapai ujung bebas. Jika persamaan gelombang datangnya adalah
yd  A sin ( t  kx) maka persamaan gelombang pantulnya adalah

y p  A sin   t  kx  .
Interferensi antara gelombang datang dengan gelombang pantul
menghasilkan gelombang berdiri yang persamaannya dapat ditentukan melalui
penjumlahan persamaan gelombang datang dan gelombang pantulnya sebagai
berikut :

y yd  y p
=

= A sin   t  kc   A sin  t  kx 

= A  sin   t  kx   sin   t  kx  

Karena

sin A  sin B  2 sin 1


2
 A  B  cos 1 2  A  B  , maka :

y = 2 Asin

= 2 A cos kx sin  t (pers. 1)

Bila digambarkan menggunakan persamaan 1, maka gelombang


berdiri pada kasus ujung bebas digambarkan sebagai berikut :

Pada gambar
diatas titik P adalah perut
dimana amplitudo
gelombang bernilai
maksimum dan titik S adalah simpul dimana amplitudo gelombang bernilai
minimum atau nol. Untuk titik sebarang y yang berjarak x dari ujung bebas,
maka persamaan 1 diinterpretasikan bahwa amplitudo gelombang ditentukan
melalui persamaan :

AQ  2 A cos kxQ

Sesuai dengan karakteristik gelombang berdiri, terlihat bahwa


amplitudo gelombang berbeda untuk setiap kedudukan yang berbeda. Kedudukan
simpul dan perut dapat terlihat dari gambar diatas.

Terlihat pada gambar, perut gelombang terjadi pada kedudukan

x p  0, 1  , 3  , .... atau x pn   n  1 1 
2 2 2

Dengan x pn adalah kedudukan perut ke-n. sebaliknya simpul


gelombang terjadi pada kedudukan

xsn  1  , 3  , 5  , .... atau xsn   2n  1 1 


4 4 4 4

Dengan xsn adalah kedudukan simpul ke-n dan n = 1,2,3, …

2. Kasus Ujung Terikat

Pada kasus ujung terikat,


persamaan yang terbentuk akan berbeda
karena saat pemantulan terjadi
pembalikan fase yang menyebabkan
persamaan gelombang pantulnya bernilai minus (-). Persaman gelombang

datangnya adalah yd  A sin ( t  kx) , sedangkan gelombang pantulnya adalah

yd   A sin ( t  kx) . Interferensi antara gelombang datang dan gelombang

pantulnya akan membentuk gelombang berdiri yang persamaannya adalah sebagai


berikut :
y = yd  y p
= A sin   t  kc  A sin  t  kx 
= A  sin   t  kx   sin   t  kx  
Karena sin A  sin B  2 sin 1 2  A  B  cos 1 2  A  B  , maka :

y = 2 Asin

= 2 A sin kx cos  t (pers. 2)

Bila persamaan 2 digambarkan,akan menghasilkan gelombang


berdiri seperti pada gambar.

Dari gambar terlihat bahwa titik pada ikatan ( x  0 ) selalu


merupakan simpul.dari persamaan 2 dapat diinterpretasikan bahwa untuk titik
sembarang Q yang berjarak x dari ujung terikat, amplitudo gelombang bias
ditentukan dengan persamaan :

y  2 A sin kx

Kedudukan perut dan simpul pada kasus


ujung terikat terlihat pada gambar. Untuk perut
gelombang terjadi pada kedudukan :

x p  1  , 3  , 5  , .... atau x pn   2n  1 1 
4 4 4 4

Dengan x pn adalah kedudukan perut ke-n. Dan simpul gelombang terjadi pada
kedudukan

xsn  0, 1  ,  , 3  , .... atau xsn   n  1 1 


2 2 2

Dengan xsn adalah kedudukan simpul ke-n dan n = 1,2,3, …

V. Resonansi
Bayangkan sebuah dawai gitar teregang antara 2 jepitan dan kita
mengirimkan gelombang sinusoidal kontinu dengan frekuensi tertentu sepanjang
dawai, misalnya menuju kekanan. Ketika gelombang mencapai ujung kanan,
geombang tersebut memantul dan mulai merambat kembali ke kiri, begitu
seterusnya saling memantulkan ketika mencapai ujung. Maka akan terjadi banyak
gelombang yang merambat saling berpapasan, yang saling berinterferensi satu
sama lain.

Untuk frekuensi tertentu, interferensi menghasilkan sebuah pola


gelombang tegak dengan simpul dan perut seperti pada gambar. Gelombang
berdiri seperti dapat dihasilkan ketika resonansi, dan dawai dikatakan beresonansi
pada frekuensi tertentu dinamakan frekuensi
resonan. Jika dawai berosilasi pada suatu frekuensi
berbeda dengan frekuensi resonan, gelombang
berdiri tidak akan terbentuk. Kemudian interferensi
dari gelombang menjalar kekanan dan kekiri hanya
menghasilkan osilasi yang kecil dari dawai.

Anggaplah sebuah dawai teregang antara 2 jepitan


yang dipisahkan dengan jarak L. untuk menemukan
penyataan frekuensi resonan dawai, kita harus
mencata bahwa sipul berada pada setiap ujung dawai, karena tiap ujung adalah
terikat dan tidak bergetar. Pola pada gambar a, menunjukkan dawai pada kedua
perpindahan ekstremnya (yang satu garis lurus dan yang satu garis putus-putus,
membentu satu loop tunggal). Hanya ada satu perut dan yang berada pada tengah-
tengah dawai. Dijelaskan bahwa setengah panjang gelombang membentangi


panjang L (panjang dawai). Sehingga untuk pola ini  L . Pada pola gambar b,
2
memiliki 3 simpul dan 2 perut. Untuk gelombang tersebur, panjang gelombangnya
adalah   L . Pada pola gambar c, gelombang tersebut memiliki 4 simpul dan 3

3
perut dan membentuk tiga loop, panjang gelombangnya adalah L.
2
Soal – soal

1. Jika senar biola bergetar pada 440 Hz sebagai frekeunsi dasarnya, berapa
frekuensi empat harmoni pertama ?

Dik : f0 = 440 Hz
Dit : f3 =?

Jawab :

fn = n+1f0

f3 = (3 + 1)440 Hz

= 4.440 Hz

= 1.760 Hz

2. Jika dua nada atas yang berurutan pada senar yang bergetar mempunyai
frekuensi 280 Hz dan 350 Hz, berapa frekuensi dasarnya ?

Dik : fn = 280 Hz dan 350 Hz

Dit : f0 ?

Jawab

Maka didapatkan bahwa nada atas yang berurutan adalah nada atas ketiga
dan nada atas keempat
Memakai rumus perbandingan

f0 =

f0 = 70 Hz
3. Seutas senar gitar panjangnya 90 cm dan memiliki massa 3,6 gram.Dari
jembatan ketiang penopang (=L) sepanjang 60 cm, dan senar diberi
tegangan 520 N. berapa frekuensi dasar dan dua nada atas yang pertama ?
Dik : l = 90 cm = 0,9 m
L = 60 cm = 0,6 m
F = 520 N
m = 3,6 gram = 36 x 10-4
Dit : f0 dan f1 f2 ?
Jawab :

f0 = f 0 =

f0 =300 Hz
maka f1 dan f2
fn = (n +1) fo
f1 = (1+1) 300 Hz
= 2.300 Hz
= 600 Hz
f2 = 3. 300 Hz
= 900 Hz

4. Seutas senar gitar tertentu diharapkan bergetar pada 200Hz, tetapi terukur
bergetar pada 205 Hz . berapa persen tegangan senar harus dirubah untuk
mendapatkan nilai yang diharapkan ?
Pembahasan :
Diketahui :
f = 200 Hz
f’ = 205Hz
L=L

Ditanya : x 100% = ….

Dijawab:

Dianggap bahwa f = f0 , maka f0 = , = 2L

V = f0 x = 200 Hz x 2L = 400Hz L

FT =

FT = = 160000 m Hz2L

V’ = fi’ x =205Hz x 2L = 410Hz L

FT’ =

FT’ = 2
= 168100 m Hz2L

x 100% = x 100%

= x 100%

= 4,8185603807 %
= 4,82 %
Daftar Pustaka

Giancoli, D.C. 1991. Fisika Edisi Kelima. USA : Hall Internasional


Halliday, D. Resnick. Fisika Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Sudiarta, I Nyoman dkk. 2016. Buku Pintar Belajar Fisika X. Jakarta:Sagufindo
Kinarya.
Nuriman, Iqro. 2014. Bahan Ajar “Gelombang Bunyi”. Banten: SMKN 1
Rengkasbitung

Anda mungkin juga menyukai