Anda di halaman 1dari 6

BAB I

KESETIMBANGAN GAYA-GAYA PADA TUMBUHAN

1.1. Konsep Kesetimbangan Pada Fisika


Ketika kita berjalan, sadarkah jika kita selalu mengayunkan
tangan? Atau mengapa tumbuhan yang tumbuh di lereng sungai tidak
jatuh? Mengapa demikian? Hal tersebut berkaitan dengan apa yang
dinamakan dengan kesetimbangan. Dalam ilmu fisika, suatu benda
dikatakan setimbang apabila resultan gaya-gaya dan resultan torsi
(momen gaya) yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol.
Coba kita perhatikan permainan jungkat jungkit.
Pada permainan jungkat jungkit, papan akan berada dalam
keadaan setimbang ketika momen gaya yang bekerja pada dua sisinya
sama besar papan tetap dalam keadaan diam, tidak bergerak dan tidak
berotasi. Jika poros papan digeser sehingga momen gaya antara kedua
benda tidak sama , maka papan akan berotasi. Untuk membuat sistem
kembali setimbang, berat beban harus disesuaikan sehingga jumlah
resultan gaya sehingga resultan torsi yang bekerja pada sistem tersebut
sama dengan nol.
Gambar 1.1 Permainan Jungkat Jungkit (sumber : http://dunia-fisika-
pendidikan.blogspot.co.id)

Dalam sistem yang tersusun dari partikel, benda dianggap sebagai satu
titik materi. Semua gaya eksternal yang bekerja pada sistem tersebut
dianggap bekerja pada titik materi tersebut sehingga gaya tersebut hanya
menyebabkan gerak translasi dan tidak menyebabkan gerak rotasi. Oleh
karena itu kesetimbangan yang berlaku pada sistem partikel hanyalah
kesetimbangan translasi. Seperti dinyatakan dalam hukum II Newton bahwa
gaya yang berkerja pada suatu benda dinyatakan dengan persamaan F = m a.
Jika percepatan suatu benda sama dengan nol, maka jumlah resultan gaya
yang bkerja pada benda tersebut adalah nol, atau ∑F = 0. Sehingga syarat
kesetimbangan partikel secara matematis dinyatakan sebagai:

∑F = 0 (1.1)

Dalam bidang (X,Y), jika benda dalam keadaan setimbang, maka berlaku:

∑Fx = 0 dan ∑Fy = 0 (1.2)


dengan
∑Fx : resultan gaya pada komponen sumbu x
∑Fy : resultan gaya pada komponen sumbu y

Sebuah benda selain dapat melakukan gerak translasi, juga dapat


melakukan gerak rotasi. Mengapa benda dapat berotasi? Pada gerak
translasi, benda yang mula-mula diam kemudian bergerak lurus
disebabkan oleh adanya resultan gaya yang bekerja pada benda itu.
Benda dapat berotasi terhadap sumbunya juga disebabkan oleh gaya,
yaitu gaya yang bekerja pada benda dan menghasilkan momen gaya
atau torsi, simbolnya (baca: tau).
Torsi adalah jarak dari sumbu rotasi ke titik kerja gaya dikali
komponen gaya yang tegak lurus dengan jarak itu. Jika dituliskan
dalam persamaan, torsi dapat dinyatakan sebagai berikut :
(1.3)
Atau
(1.4)

dengan
: torsi (Nm)
: jarak dari sumbu ke titik kerja gaya (m)
: gaya yang bekerja pada benda tegar yang berotasi (N)
: komponen gaya yang tegak lurus terhadap garis dari sumbu ke
titik kerja gaya (N)
: sudut yang diapit oleh vektor dan vektor

Gambar 1.2 Aturan Sekrup Putar Kiri

Vektor searah dengan arah gerak keluar atau masuk paku skrup
ketika diputar dari ujung vektor ke ujung vektor (Gambar 1.2).
Atau menggunakan kaidah tangan kanan: arah jari menunjukkan arah
rotasi, sedangkan arah ibu jari menunjukkan arah torsi (Gambar 1.3).

arah rotasi

Gambar 1.3 Kaidah tangan kanan (penjelasan)

Suatu benda dikatakan setimbang jika resultan gaya-gaya yang bekerja


sama dengan nol dan resultan torka juga sama dengan nol. Syarat
inilah yang harus dipenuhi suatu benda agar mencapai kesetimbangan.

1.2. Kesetimbangan Pada Tumbuhan

Titik tumpu W

Gambar 1.4 Pohon yang tumbuh miring. Gaya berat W ditumbulkan


karena gravitasi. (gambar diambil dari : pohonbonsai.com)
Tumbuhan yang ada di sekitar kita tidak selalu tumbuh tegak ke atas.
Terkadang ada tumbuhan yang condong ke kanan, agak melengkung,
atau bahkan terlihat hampir tumbang tetapi tetap bisa berdiri kokoh.
Hal ini terkait dengan konsep kesetimbangan dalam fisika. Pohon
yang tumbuh tegak maupun yang tumbuh miring sama-sama memiliki
gaya berat yang arahnya ke bawah.
Pada Gambar 1.4, terlihat bahwa gaya yang bekerja pada pohon
yang miring adalah gaya berat yang arahnya ke bawah (W). Gaya
tersebut terletak pada titik berat pohon. Selain itu, ranting-ranting
pohon juga memiliki gaya yang arahnya ke bawah. Sistem pada pohon
yang miring dapat dianalogikan seperti sistem pada jungkai jungkit.
Titik tumpu pada pohon terlihat seperti pada Gambar 1.4. Gaya yang
bekerja adalah gaya pada pohon dan gaya pada akar. Terlihat bahwa
jarak antara titik tumpu dan gaya W dengan jarak antara titik tumpu
dan gaya pada akar memiliki perbedaan yang cukup jauh. Supaya
pohon tidak tumbang, maka gaya yang bekerja pada akar harus jauh
lebih besar daripada gaya yang bekerja pada pohon. Pohon yang
miring harus memiliki resultan gaya dan resultan torsi sama dengan
nol supaya dapat tetap berdiri tegak.

Gambar 1.5 Pohon yang simetris (sumber : pohonbonsai.com)


Pohon yang tegak (tidak miring) juga harus memenuhi konsep
kesetimbangan supaya tidak tumbang. Meskipun pohon tersebut tegak,
gaya-gaya antara ranting sebelah kanan pohon dan sebelah kiri pohon
pasti tidak sama, kecuali pohon tersebut simetris sisi kanan dan
kirinya. Jika pohon tersebut simetris, maka gaya yang dihasilkan antar
ranting sisi kanan dan kiri sama besar. Resultan gaya dan resultan torsi
yang dihasilkan selalu sama dengan nol antara sisi kanan dan sisi kiri
pohon.

Anda mungkin juga menyukai