Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KESETIMBANGAN GAYA

Dosen Pengampuh : Hedianto, ST.MT

Freti Fiona Wulandari


4521046094

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS BOSOWA
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang di beri judul adalah “KEAETIMBANGAN GAYA”.
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampuh mata kuliah.
Akhir kata semoga tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
terutama bagi saya selaku penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1 Latar belakang masalah...................................................................................3
1.2 Rumusan masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Dasar Teori.......................................................................................................4
2.2 Kesetimbangan Benda.....................................................................................4
2.3 Pusat Gravitasi...............................................................................................12
2.4 Sistem Kesetimbangan..................................................................................14
2.5 Kesetimbangan dan Tegangan pada balok.....................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................19
3.1 KESIMPULAN............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Berlakang Masalah

Syarat-syarat kesetimbangan adalah suatu benda diam yang memiliki


jumlah gaya yang sama dengan 0 atau tidak bergerak sama sekali ataupun juga
bergerak dengan keadaan yang setimbang. Dengan disusunnya makalah ini kita
dapat mengetahui tentang syarat-syarat kesetimbangan yang dialami suatu benda
dalam suatu system kesetimbangan.

1.2. Rumusan Masalah


 Apakah syarat-syarat kesetimbangan pada benda?
 Bagaimanakah benda diam itu?

1.3. Tujuan
 Menjelaskan tentang syarat-syarat kesetimbangan benda
 Menjelaskan pengertian statika dalam syarat benda setimbang
 Menjelaskan tentang sistem kesetimbangan

Silabus : Prinsip dasar statika struktur (Hukum Newton). Penyusunan dan


penguraian gaya dalam suatu bidang atau ruang. Hukum Kesetimbangan statika.
Tumpuan dan reaksi tumpuan. Konstruksi rangka batang. Diagram momen dalam
dan gaya dalam. Karakteristik besaran energi. Deformasi. Tegangan dan regangan.
Tegangan karena gaya normal, geser, momen lentur dan puntir. Distribusi
tegangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DASAR TEORI

Salah satu akibat dari bekerjanya sesuatu gaya adalah berubahnya dimensi
atau bentuk benda yang menderita gaya itu. Akibat lainnya adalah berubahnya
keadaan bergerak benda tersebut. Gerak sesuatu benda dapat dianggap merupakan
gerak benda itu sebagai keseluruhan, yaitu gerak translasi dan gerak rotasi. Pada
umumnya suatu gaya tunggal yang bekerja pada sebuah benda mengakibatkan
perubahan baik pada gerak translasinya maupun pada gerak rotasinya. Tetapi bila
yang bekerja itu beberapa gaya serentak, mungkin akibatnya saling meniadakan,
sehingga tidak menghasilkan perubahan pada gerak translasi maupun pada gerak
rotasi, sehinnga tidak menghasilkan perubahan pada gerak translasi maupun gerak
rotasinya. Bila demikian maka dikatakan benda itu dalam kesetimbangan. Ini
berarti benda tersebut sebagai satu keseluruhan tetap diam atau bergerak menurut
garis lurus dengan kecepatan konstan.

2.2 KESETIMBANGAN BENDA

Benda dalam keadaan setimbang karena beberapa gaya yang berada pada
bidang datar beraksi pada benda tersebut, jumlah vektor gaya-gaya tersebut
haruslah nol. Ini adalah syarat kesetimbangan pertama.
Syarat kedua untuk kesetimbangan benda berhubungan dengan tidak
adanya benda untuk berputar: jumlah momen gaya-gaya yang bereaksi pada
benda, dihitung terhadap suatu sumbu, haruslah nol. Lebih lanjut benda tidak
perlu benar-benar terpasak pada suatu sumbu yang dipilih. Supaya benda dalam
keadaan setimbang benda haruslah tidak berkecenderungan untuk berputar
terhadap suatu sumbu, sehingga jumlah momen haruslah nol, tidak peduli sumbu
mana yang dipilih. Meskipun pemilihan sumbu sembarang, tentu saja haruslah
dipergunakan sumbu yang sama.
Untuk sementara ini syarat kedua untuk kesetimbangan kita pandang
sebagai hubungan empiris. Kita gunakan itu karena secara eksperimen ternyata
benar. Syarat ini akan muncul sebagai hal umum dari prinsip dinamika tentang
gerak berputar dari suatu benda tegar, suatu prinsip yang diturunkan dari hukum-
hukum newton.
Bila gaya-gaya dinyatakan dalam komponen-komponennya, momen gaya
tersebut terhadap suatu sumbu dapat diperoleh dengan menghitung momen dari
komponen-komponen secara terpisah, masing-masing dengan lengan momen yang
bersangkutan, dan menjumlahkan hasilnya. Ketika sebuah benda diam, tidak
berarti tidak ada gaya yang bekerja pada benda itu. Minimal ada gaya gravitasi
bumi yang bekerja pada benda tersebut (arah gaya gravitasi menuju pusat bumi
alias ke bawah). Newton dalam hukum II Newton mengatakan bahwa jika
terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda maka benda itu akan
mengalami percepatan alias bergerak lurus. Ketika sebuah benda diam, gaya total
= 0. Pasti ada gaya lain yang mengimbangi gaya gravitasi, sehingga gaya total =
0. Yaitu gaya gravitasi adalah gaya normal.

Misalnya terdapat sebuah benda yang terletak


di atas permukaan meja. Benda ini sedang diam. Pada benda bekerja gaya berat
(w) yang arahnya tegak lurus ke bawah alias menuju pusat bumi. Gaya berat tuh
gaya gravitasi yang bekerja pada benda. Gaya yang mengimbangi gaya gravitasi
adalah gaya Normal (N). Arah gaya normal tegak lurus ke atas, berlawanan
dengan arah gaya gravitasi. Besar gaya normal = besar gaya gravitasi, sehingga
gaya total = 0. Ingat ya, kedua gaya ini bukan aksi reaksi karena gaya gravitasi
dan gaya normal bekerja pada benda yang sama. Dua gaya disebut aksi reaksi jika
bekerja pada benda yang berbeda.

Benda dalam ilustrasi di atas dikatakan berada dalam keseimbangan statis.


Pemahaman dan perhitungan mengenai gaya-gaya yang bekerja pada benda yang
berada dalam keadaan seimbang sangat penting, khususnya bagi para ahli
perteknikan (arsitek dan insinyur). Dalam merancang sesuatu, baik gedung,
jembatan, kendaraan, dll, para arsitek dan insinyur juga memperhitungkan secara
saksama, apakah struktur suatu bangunan, kendaraan, dll, mampu menahan gaya-
gaya tersebut. Benda sekuat apapun bisa mengalami perubahan bentuk (bengkok)
atau bahkan bisa patah jika gaya yang bekerja pada benda terlalu besar.

Syarat-syarat keseimbangan

 Syarat pertama

Dalam hukum II Newton, kita belajar bahwa jika terdapat gaya total yang
bekerja pada sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel tunggal), maka
benda akan bergerak lurus, di mana arah gerakan benda = arah gaya total. Kita
bisa menyimpulkan bahwa untuk membuat sebuah benda diam, maka gaya total
harus = 0. Gaya total = Jumlah semua gaya yang bekerja pada benda.

Persamaan Hukum II Newton :

Ketika sebuah benda diam, benda tidak punya percepatan


(a). Karena percepatan (a) = 0, maka persamaan di atas berubah menjadi :
Jika gaya-gaya bekerja pada arah horisontal saja (satu dimensi), maka kita
cukup menggunakan persamaan 1. Huruf x menunjuk sumbu horisontal pada
koordinat kartesius (koordinat x, y, z). Jika gaya-gaya bekerja pada arah vertikal
saja (satu dimensi), maka kita cukup menggunakan persamaan 2. Huruf y
menunjuk sumbu vertikal pada koordinat kartesius.

Apabila gaya-gaya bekerja pada bidang (dua dimensi), maka kita


menggunakan persamaan 1 dan persamaan 2. Sebaliknya jika gaya-gaya bekerja
dalam ruang (tiga dimensi), maka kita menggunakan persamaan 1, 2 dan 3.

Gaya itu besaran vektor (besaran yang punya nilai dan arah). Dengan
berpedoman pada koordinat kartesius (x, y, z) dan sesuai dengan kesepakatan
bersama, jika arah gaya menuju sumbu x negatif (ke kiri) atau sumbu y negatif (ke
bawah), maka gaya tersebut bernilai negatif. Kita cukup menulis tanda negatif di
depan angka yang menyatakan besar gaya.

Keterangan gambar :

F = gaya tarik
Fg = gaya gesek

N = gaya normal

w = gaya berat

m = massa

g = percepatan gravitasi

Benda ini dikatakan berada dalam keadaan diam, karena jumlah semua gaya yang
bekerja pada-nya = 0. Sekarang coba kita tinjau setiap gaya yang bekerja pada
benda.

Gaya yang bekerja pada komponen horisontal (sumbu x) :

Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama. Arah
kedua gaya ini berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau menuju sumbu x positif
(bernilai positif), sebaliknya arah gaya gesekan ke kiri atau menuju sumbu x
negatif (bernilai negatif). Karena besar kedua gaya sama (ditandai dengan panjang
panah) dan arahnya berlawanan, maka jumlah kedua gaya ini = 0.

Gaya yang bekerja pada komponen vertikal (sumbu y) :

Pada komponen vertikal (sumbu y), terdapat gaya berat (w) dan gaya normal (N).
Arah gaya berat tegak lurus menuju pusat bumi atau menuju sumbu y negatif
(bernilai negatif), sedangkan arah gaya normal berlawanan dengan arah gaya berat
atau menuju sumbu y positif (bernilai positif) . Karena besar kedua gaya ini sama
sedangkan arahnya berlawanan maka kedua gaya saling melenyapkan.

Benda pada contoh di atas berada dalam keadaan seimbang alias diam, karena
gaya total atau jumlah semua gaya yang bekerja pada benda, baik pada sumbu
horisontal maupun sumbu vertikal = 0.

Contoh 2 :

Amati gambar di bawah

Pada benda ini juga bekerja gaya berat dan gaya


normal, seperti benda pada contoh 1. Tapi gurumuda tidak menggambar
komponen gaya berat dan gaya normal, karena kedua gaya itu saling
melenyapkan. Pada kedua sisi benda dikerjakan gaya seperti yang tampak pada
gambar. Besar kedua gaya sama, tetapi berlawanan arah. Apakah benda akan tetap
dalam keadaaan seimbang alias diam ? tentu saja tidak… benda akan berotasi.

Untuk membantumu memahami hal ini, coba letakkan sebuah buku di atas
meja. Selanjutnya, berikan gaya pada kedua sisi buku itu, seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Ketika kita memberikan gaya pada kedua sisi buku, itu
sama saja dengan kita memutar buku. Tentu saja buku akan berputar alias
berotasi. Dalam hal ini buku tidak berada dalam keadaan seimbang lagi.

Berdasarkan contoh 2 ini, bisa dikatakan bahwa untuk membuat sebuah benda
tetap diam, syarat 1 saja belum cukup. Kita masih membutuhkan syarat tambahan.

Catatan :
Pada contoh 2 di atas, sebenarnya pada benda itu dikerjakan torsi. Torsi = gaya
(F) x lengan gaya (l). Panjang lengan gaya (l) diukur dari sumbu rotasi benda
tersebut. Dalam hal ini, yang membuat benda berputar adalah torsi total. Jika kita
menganggap tidak ada gaya gesekan pada benda di atas, maka torsi total adalah
jumlah torsi yang ditimbulkan oleh kedua gaya itu. Arah rotasi benda searah
dengan putaran jarum jam, sehingga kedua torsi bernilai negatif (tidak saling
melenyapkan).

 Syarat Kedua

Dalam dinamika rotasi, kita belajar bahwa jika terdapat torsi total yang bekerja
pada sebuah benda (benda dianggap sebagai benda tegar), maka benda akan
melakukan gerak rotasi. Dengan demikian, agar benda tidak berotasi (baca : tidak
bergerak), maka torsi total harus = 0. Torsi total = jumlah semua torsi yang
bekerja pada benda. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :

Persamaan Hukum II Newton untuk gerak rotasi :

Ketika sebuah benda diam (tidak berotasi),


benda tidak punya percepatan sudut (alfa). Karena percepatan sudut = 0, maka
persamaan di atas berubah menjadi :

Contoh 1 :

Amati gambar di bawah. Dua benda, masing-masing bermassa m 1 dan m2


diletakkan di atas papan jungkat-jungkit (m1 = m2). Lengan gaya untuk gaya berat
m1 = l1, sedangkan lengan gaya untuk gaya berat m2 = l2 (l1 = l2). Papan jungkat-
jungkit tidak bergerak alias berada dalam keadaan seimbang, karena m 1 = m2 dan
l1 = l2. Arah rotasi itu sengaja gurumuda gambar, untuk menunjukkan kepada
dirimu bahwa jungkat-jungkit juga bisa berotasi.

Gambar di atas disederhanakan sehingga yang kita tinjau hanya komponen gaya,
lengan gaya dan torsi yang bekerja pada benda.

Sekarang kita tinjau


torsi yang bekerja pada papan jungkat-jungkit di atas. Jika kita menganggap gaya
F1 bisa menyebabkan papan jungkat jungkit bergerak ke bawah, maka arah
putaran papan (sebelah kiri) berlawanan dengan arah gerakan jarum jam. Karena
arah putaran berlawanan dengan jarum jam, maka Torsi 1 (bagian kiri) bernilai
positif.

Demikian juga, apabila kita menganggap gaya F2 bisa menyebabkan papan


berputar maka arah putaran papan (bagian kanan) searah dengan putaran jarum
jam. Karena arah putaran papan searah dengan gerakan jarum jam, maka torsi 2
bernilai negatif. Tanda positif dan negatif ini cuma kesepakatan saja…

Catatan :
Gaya yang diakibatkan oleh benda bermassa pada papan jungkat-jungkit
sebenarnya merupakan gaya berat (w). Gurumuda menulis F saja biar dirimu bisa
langsung nyambung dengan persamaan torsi.

Torsi 1 dan torsi 2 sudah kita


kupas tuntas. Kita oprek persamaan syarat kedua agar benda tetap dalam keadaan
seimbang :

2.3 PUSAT GRAVITASI

Pada kesetimbangan dimana salah satu dari gaya-gaya yang beraksi pada
suatu benda adalah berat benda itu sendiri, maka perlu diketahui momen gaya
tersebut terhadap sumbu tertentu. Hasilnya bahwa momen selalu dapat dihitung
dengan benar dengan anggapan seluruh gaya gravitasi beraksi pada suatu titik
yang disebut pusat gravitasi. Lebih lanjut titik ini indentik dengan pusat massa.
Setiap partikel dari materi suatu benda ditarik oleh bumi, dan gaya tunggal
yang kita sebut berat adalah resultan dari semua gaya-gaya tarikan ini. Arah gaya
pada masing-masing partikel menuju ke pusat bumi, tetapi jarak ke pusat bumi
sangat besar sehingga untuk maksud-maksud yang praktis gaya-gaya dapat
dianggap sejajar satu dengan yang lainnya. Maka berat suatu benda adalah
resultan dari gaya-gaya sejajar yang banyak sekali jumlahnya. Berat total W dari
sebuah benda adalah

W = W1+W2+ ......

Setiap berat dari partikel juga mempunyai andil terhadap momen total
yang beraksi pada benda. Dengan menghitung momen terhadap titik O, kita lihat
momen yang bersangkutan dengan partikel 1 adalah W1X1. Momen untuk
partikel 2 adalah W2X2, dan seterusnya, dan momen gaya total adalah

W1X1 + W2X2 + ...... = WX

Bila pusat gravitasi sejumlah benda telah ditentukan, maka pusat gravitasi
dari kombinasi benda-benda tersebut dapat dihitung dengan W1, W2, dan
sebagainya, adalah berat dari benda-benda dan X1 dan Y1, X2 dan Y2, dan
sebagainya, adalah kordinat pusat gravitasi masing-masing benda.

Sifat simetris sering sangat berguna dalam menentukan letak pusat


gravitasi. Maka pusat gravitasi suatu bola yang serba sama, kubus, keping
lingkaran, atau keping persegi panjang terletak pada pusat geometriknya. Maka
untuk silinder atau kerucut terletak pada sumbu simetrinya, dan seterusnya.

Bila kita perhatikan benda tegar, salah satu gaya yang perlu diperhatikan
adalah berat benda, yaitu gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut. Untuk
menghitung torsi dari gaya berat tersebut, gaya berat dapat dipertimbangkan
terkonsentrasi pada sebuah titik yang disebut pusat gravitasi.
Perhatikan benda berbentuk sembarang pada bidang xy. Benda kita bagi-
bagi menjadi partikel-partikel dengan massa m1, m2, …yang mempunyai
koordinat (x1, y1) , (x2, y2) ,…pusat massanya dapat dinyatakan sebagai

m1x1 + m2x2 + m3x3 + …

m1 + m2 + m3 + …

m1g

pg m2g

W = Mg

Setiap partikel memberikan kontribusi torsi terhadap titik pusat dan ini
sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh gaya tunggal, yaitu gaya berat dikalikan
dengan lengan gayanya. Titik dimana gaya berat bekerja disebut pusat gravitasi.

(m1g1 + m2g2 + m3g3 + …) xpg = m1g1x1 + m2g2x2 + m3g3x3 + …

2.4 SISTEM KESETIMBANGAN

Di dalam menyelesaikan suatu sistem kesetimbangan di bawah pengaruh


beberapa gaya, ada beberapa prosedur yang perlu diikuti.
a) Tentukan objek/benda yang menjadi pusat perhatian dari sistem
keseimbangan.

b) Gambar gaya gaya eksternal yang bekerja pada obyek tersebut.

c) Pilih koordinat yang sesuai, gambar komponen-komponen gaya dalam


koordinat yang telah dipilih tersebut.

d) Terapkan sistem keseimbangan untuk setiap komponen gaya.

e) Pilih titik tertentu untuk menghitung torsi dari gaya-gaya yang ada
terhadap titik tersebut. Pemilihan titik tersebut sembarang, tetapi harus
memudahkan penyelesai

2.5 KESETIMBANGAN DAN TEGANGAN PADA BALOK

Beban yang bekerja pada balok dapat berupa gaya maupun momen yang
terletak pada bidang yang merupakan sumbu longitudinal balok. Gaya dipahami
bekerja tegaklurus sumbu longitudinal, dan bidang yang mengandung beban
diasumsikan sebagai bidang simetri dari balok.

 Efek pembebanan
Efek-efek gaya dan momen yang bekerja pada balok adalah (a)
memberikan tekukan (deflection) tegaklurus sumbu longitudinal batang, dan (b)
menghasilkan tegangan normal maupun geser pada setiap penampang melintang
batang yang tegaklurus sumbu batang. Defleksi balok akan didiskusikan pada bab
9, 10, dan 11.

 Tipe tekukan (bending)


Jika kopel (couples) diberikan pada ujung-ujung balok dan tidak ada
gaya yang bekerja pada batang, maka tekukan disebut tekukan murni (pure
bending). Misalnya, pada Gb. 8-1 porsi balok diantara dua gaya dengan arah
kebawah merupakan sasaran atau subjek tekukan murni. Tekukan yang dihasilkan
oleh gaya-gaya yang tidak membentuk kopel disebut tekukan biasa (ordinary
bending). Batang yang dikenai tekukan murni hanya mempunyai tegangan normal
dan tidak terjadi tegangan geser pada batang; batang yang dikenai tekukan biasa
mempunyai baik tegangan normal maupun geser yang bekerja pada batang.
P P
a a

 Sifat aksi balok


Suatu balok dapat dibayangkan sebagai susunan sejumlah tak terhingga
serat atau batang tipis memanjang (longitudinal). Setiap serat diasumsikan beraksi
secara independen terhadap yang lain, yaitu, tidak ada tekanan lateral atau
tegangan geser diantara serat. Balok seperti ditunjukkan pada, misalnya, akan
tertekuk kebawah.

 Sumbu netral
Titik potong permukaan netral dengan penampang melintang balok yang
tegaklurus terhadap sumbu memanjangnya disebut sumbu netral (neutral axis).
Semua serat yang terletak disebelah sumbu netral dalam kondisi tarik dan
disebelah lainnya dalam kondisi tekan.

 Momen tekuk
Jumlah aljabar momen-momen gaya luar pada suatu sisi dari setiap
penampang melintang balok terhadap suatu sumbu yang melewati penampang
disebut momen tekuk pada penampang.

 Tekukan elastis balok


Ringkasan berikut berlaku hanya jika seluruh serat dalam balok beraksi
dalam rentang elastisitas bahan.

 Tegangan normal dalam balok.


Untuk setiap balok yang mempunyai suatu bidang simetri memanjang
dan dikenai momen tekuk M pada suatu penampang melintangnya, tegangan
normal yang bekerja pada serat memanjang pada jarak y dari sumbu netral balok
diberikan dengan
My
σ=
I

dimana I menyatakan momen inersia penampang melintang terhadap sumbu


netral. Penurunan atau derivasi persamaan ini akan dijabarkan dalam contoh 1.
Tegangannya bervariasi dari nol pada sumbu netral balok sampai maksimum pada
serat terluar balok. Tegangan ini juga disebut tekukan (bending), lenturan
(flexural), atau tegangan serat (fiber stresses

NA
y

Ketika aksi dalam balok masih dalam batas elastis, sumbu netral
melewati centroid atau pusat penampang melintang. Dengan demikian, momen
inersia I yang muncul dalam persamaan diatas untuk tegangan normal adalah
momen inersia luasan penampang-melintang.

 Modulus penampang
Pada serat terluar balok nilai koordinat y sering dinyatakan dengan
simbol c. Dalam kasus ini tegangan tekuk dapat dinyatakan dengan
Mc M
σ= σ=
I atau I /c (8.2)
Rasio I/c disebut modulus penampang dan biasanya dinyatakan dengan simbol Z.
Satuannya adalah m3. Dengan demikian tegangan tekuk maksimum dapat
dinyatakan dengan
M
σ=
Z (8.3)
Formula ini lebih praktis karena nilai Z pada umumnya telah tersedia khususnya
untuk berbagai bentuk standar logam.

 Asumsi
Pada derivasi pernyataan diatas diasumsikan bahwa penampang bidang
balok adalah tegaklurus terhadap sumbu longitudinalnya pada saat terjadi
pembebanan dengan gaya maupun momen. Selanjutnya diasumsikan bahwa balok
adalah lurus pada saat awalnya dan mempunyai penampang melintang seragam
dan modulus elastisitasnya untuk tarikan dan tekanan adalah sama. Juga, serat-
serat dalam balok tidak mengalami tegangan yang melebihi batas proporsional.

 Gaya geser
Jumlah aljabar gaya-gaya vertikal pada satu sisi penampang melintang
balok disebut gaya geser pada penampang tersebut. Konsep ini telah didiskusikan
pada bab 6.

 Tegangan geser pada balok


Untuk suatu balok yang dikenai gaya geser V pada penampang melintang
tertentu, terjadi tegangan geser τ baik horisontal maupun vertikal. Besarnya
tegangan geser vertikal pada suatu penampang melintang adalah sedemikian
sehingga tegangan-tegangan ini mempunyai resultan gaya sebesar V. Pada
penampang melintang balok seperti ditunjukkan pada Gb. 8-3, simetri bidang
vertikal mempunyai gaya-gaya dan sumbu netral yang melalui pusat penampang.
Koordinat y diukur dari sumbu netral. Momen inersia luasan penampang
melintang terhadap sumbu netral dinyatakan dengan I. Tegangan geser pada
seluruh serat dengan jarak y0 dari sumbu netral dinyatakan dengan formula
V c
Ib ∫y0
τ= yda
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa semua benda diam
memiliki gaya sama dengan nol. Benda dalam keadaan diam dipengaruhi oleh
gaya gravitasi ke bawah dan gaya normal ke atas. Sehingga kedua gaya tersebut
saling berlawanan. Dan kedua gaya itu selalu sama besar yang menyebabkan
keadaannya menjadi setimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Kesetimbangan Gaya. http:\\www.google.co. Gudang ilmu fisika gratis ; syarat-


yarat kesetimbangan, http:\\www.google.com

Anda mungkin juga menyukai