KESETIMBANGAN GAYA
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS BOSOWA
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang di beri judul adalah “KEAETIMBANGAN GAYA”.
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampuh mata kuliah.
Akhir kata semoga tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
terutama bagi saya selaku penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1 Latar belakang masalah...................................................................................3
1.2 Rumusan masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Dasar Teori.......................................................................................................4
2.2 Kesetimbangan Benda.....................................................................................4
2.3 Pusat Gravitasi...............................................................................................12
2.4 Sistem Kesetimbangan..................................................................................14
2.5 Kesetimbangan dan Tegangan pada balok.....................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................19
3.1 KESIMPULAN............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Menjelaskan tentang syarat-syarat kesetimbangan benda
Menjelaskan pengertian statika dalam syarat benda setimbang
Menjelaskan tentang sistem kesetimbangan
Salah satu akibat dari bekerjanya sesuatu gaya adalah berubahnya dimensi
atau bentuk benda yang menderita gaya itu. Akibat lainnya adalah berubahnya
keadaan bergerak benda tersebut. Gerak sesuatu benda dapat dianggap merupakan
gerak benda itu sebagai keseluruhan, yaitu gerak translasi dan gerak rotasi. Pada
umumnya suatu gaya tunggal yang bekerja pada sebuah benda mengakibatkan
perubahan baik pada gerak translasinya maupun pada gerak rotasinya. Tetapi bila
yang bekerja itu beberapa gaya serentak, mungkin akibatnya saling meniadakan,
sehingga tidak menghasilkan perubahan pada gerak translasi maupun pada gerak
rotasi, sehinnga tidak menghasilkan perubahan pada gerak translasi maupun gerak
rotasinya. Bila demikian maka dikatakan benda itu dalam kesetimbangan. Ini
berarti benda tersebut sebagai satu keseluruhan tetap diam atau bergerak menurut
garis lurus dengan kecepatan konstan.
Benda dalam keadaan setimbang karena beberapa gaya yang berada pada
bidang datar beraksi pada benda tersebut, jumlah vektor gaya-gaya tersebut
haruslah nol. Ini adalah syarat kesetimbangan pertama.
Syarat kedua untuk kesetimbangan benda berhubungan dengan tidak
adanya benda untuk berputar: jumlah momen gaya-gaya yang bereaksi pada
benda, dihitung terhadap suatu sumbu, haruslah nol. Lebih lanjut benda tidak
perlu benar-benar terpasak pada suatu sumbu yang dipilih. Supaya benda dalam
keadaan setimbang benda haruslah tidak berkecenderungan untuk berputar
terhadap suatu sumbu, sehingga jumlah momen haruslah nol, tidak peduli sumbu
mana yang dipilih. Meskipun pemilihan sumbu sembarang, tentu saja haruslah
dipergunakan sumbu yang sama.
Untuk sementara ini syarat kedua untuk kesetimbangan kita pandang
sebagai hubungan empiris. Kita gunakan itu karena secara eksperimen ternyata
benar. Syarat ini akan muncul sebagai hal umum dari prinsip dinamika tentang
gerak berputar dari suatu benda tegar, suatu prinsip yang diturunkan dari hukum-
hukum newton.
Bila gaya-gaya dinyatakan dalam komponen-komponennya, momen gaya
tersebut terhadap suatu sumbu dapat diperoleh dengan menghitung momen dari
komponen-komponen secara terpisah, masing-masing dengan lengan momen yang
bersangkutan, dan menjumlahkan hasilnya. Ketika sebuah benda diam, tidak
berarti tidak ada gaya yang bekerja pada benda itu. Minimal ada gaya gravitasi
bumi yang bekerja pada benda tersebut (arah gaya gravitasi menuju pusat bumi
alias ke bawah). Newton dalam hukum II Newton mengatakan bahwa jika
terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda maka benda itu akan
mengalami percepatan alias bergerak lurus. Ketika sebuah benda diam, gaya total
= 0. Pasti ada gaya lain yang mengimbangi gaya gravitasi, sehingga gaya total =
0. Yaitu gaya gravitasi adalah gaya normal.
Syarat-syarat keseimbangan
Syarat pertama
Dalam hukum II Newton, kita belajar bahwa jika terdapat gaya total yang
bekerja pada sebuah benda (benda dianggap sebagai partikel tunggal), maka
benda akan bergerak lurus, di mana arah gerakan benda = arah gaya total. Kita
bisa menyimpulkan bahwa untuk membuat sebuah benda diam, maka gaya total
harus = 0. Gaya total = Jumlah semua gaya yang bekerja pada benda.
Gaya itu besaran vektor (besaran yang punya nilai dan arah). Dengan
berpedoman pada koordinat kartesius (x, y, z) dan sesuai dengan kesepakatan
bersama, jika arah gaya menuju sumbu x negatif (ke kiri) atau sumbu y negatif (ke
bawah), maka gaya tersebut bernilai negatif. Kita cukup menulis tanda negatif di
depan angka yang menyatakan besar gaya.
Keterangan gambar :
F = gaya tarik
Fg = gaya gesek
N = gaya normal
w = gaya berat
m = massa
g = percepatan gravitasi
Benda ini dikatakan berada dalam keadaan diam, karena jumlah semua gaya yang
bekerja pada-nya = 0. Sekarang coba kita tinjau setiap gaya yang bekerja pada
benda.
Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama. Arah
kedua gaya ini berlawanan. Arah gaya tarik ke kanan atau menuju sumbu x positif
(bernilai positif), sebaliknya arah gaya gesekan ke kiri atau menuju sumbu x
negatif (bernilai negatif). Karena besar kedua gaya sama (ditandai dengan panjang
panah) dan arahnya berlawanan, maka jumlah kedua gaya ini = 0.
Pada komponen vertikal (sumbu y), terdapat gaya berat (w) dan gaya normal (N).
Arah gaya berat tegak lurus menuju pusat bumi atau menuju sumbu y negatif
(bernilai negatif), sedangkan arah gaya normal berlawanan dengan arah gaya berat
atau menuju sumbu y positif (bernilai positif) . Karena besar kedua gaya ini sama
sedangkan arahnya berlawanan maka kedua gaya saling melenyapkan.
Benda pada contoh di atas berada dalam keadaan seimbang alias diam, karena
gaya total atau jumlah semua gaya yang bekerja pada benda, baik pada sumbu
horisontal maupun sumbu vertikal = 0.
Contoh 2 :
Untuk membantumu memahami hal ini, coba letakkan sebuah buku di atas
meja. Selanjutnya, berikan gaya pada kedua sisi buku itu, seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Ketika kita memberikan gaya pada kedua sisi buku, itu
sama saja dengan kita memutar buku. Tentu saja buku akan berputar alias
berotasi. Dalam hal ini buku tidak berada dalam keadaan seimbang lagi.
Berdasarkan contoh 2 ini, bisa dikatakan bahwa untuk membuat sebuah benda
tetap diam, syarat 1 saja belum cukup. Kita masih membutuhkan syarat tambahan.
Catatan :
Pada contoh 2 di atas, sebenarnya pada benda itu dikerjakan torsi. Torsi = gaya
(F) x lengan gaya (l). Panjang lengan gaya (l) diukur dari sumbu rotasi benda
tersebut. Dalam hal ini, yang membuat benda berputar adalah torsi total. Jika kita
menganggap tidak ada gaya gesekan pada benda di atas, maka torsi total adalah
jumlah torsi yang ditimbulkan oleh kedua gaya itu. Arah rotasi benda searah
dengan putaran jarum jam, sehingga kedua torsi bernilai negatif (tidak saling
melenyapkan).
Syarat Kedua
Dalam dinamika rotasi, kita belajar bahwa jika terdapat torsi total yang bekerja
pada sebuah benda (benda dianggap sebagai benda tegar), maka benda akan
melakukan gerak rotasi. Dengan demikian, agar benda tidak berotasi (baca : tidak
bergerak), maka torsi total harus = 0. Torsi total = jumlah semua torsi yang
bekerja pada benda. Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
Contoh 1 :
Gambar di atas disederhanakan sehingga yang kita tinjau hanya komponen gaya,
lengan gaya dan torsi yang bekerja pada benda.
Catatan :
Gaya yang diakibatkan oleh benda bermassa pada papan jungkat-jungkit
sebenarnya merupakan gaya berat (w). Gurumuda menulis F saja biar dirimu bisa
langsung nyambung dengan persamaan torsi.
Pada kesetimbangan dimana salah satu dari gaya-gaya yang beraksi pada
suatu benda adalah berat benda itu sendiri, maka perlu diketahui momen gaya
tersebut terhadap sumbu tertentu. Hasilnya bahwa momen selalu dapat dihitung
dengan benar dengan anggapan seluruh gaya gravitasi beraksi pada suatu titik
yang disebut pusat gravitasi. Lebih lanjut titik ini indentik dengan pusat massa.
Setiap partikel dari materi suatu benda ditarik oleh bumi, dan gaya tunggal
yang kita sebut berat adalah resultan dari semua gaya-gaya tarikan ini. Arah gaya
pada masing-masing partikel menuju ke pusat bumi, tetapi jarak ke pusat bumi
sangat besar sehingga untuk maksud-maksud yang praktis gaya-gaya dapat
dianggap sejajar satu dengan yang lainnya. Maka berat suatu benda adalah
resultan dari gaya-gaya sejajar yang banyak sekali jumlahnya. Berat total W dari
sebuah benda adalah
W = W1+W2+ ......
Setiap berat dari partikel juga mempunyai andil terhadap momen total
yang beraksi pada benda. Dengan menghitung momen terhadap titik O, kita lihat
momen yang bersangkutan dengan partikel 1 adalah W1X1. Momen untuk
partikel 2 adalah W2X2, dan seterusnya, dan momen gaya total adalah
Bila pusat gravitasi sejumlah benda telah ditentukan, maka pusat gravitasi
dari kombinasi benda-benda tersebut dapat dihitung dengan W1, W2, dan
sebagainya, adalah berat dari benda-benda dan X1 dan Y1, X2 dan Y2, dan
sebagainya, adalah kordinat pusat gravitasi masing-masing benda.
Bila kita perhatikan benda tegar, salah satu gaya yang perlu diperhatikan
adalah berat benda, yaitu gaya gravitasi yang bekerja pada benda tersebut. Untuk
menghitung torsi dari gaya berat tersebut, gaya berat dapat dipertimbangkan
terkonsentrasi pada sebuah titik yang disebut pusat gravitasi.
Perhatikan benda berbentuk sembarang pada bidang xy. Benda kita bagi-
bagi menjadi partikel-partikel dengan massa m1, m2, …yang mempunyai
koordinat (x1, y1) , (x2, y2) ,…pusat massanya dapat dinyatakan sebagai
m1 + m2 + m3 + …
m1g
pg m2g
W = Mg
Setiap partikel memberikan kontribusi torsi terhadap titik pusat dan ini
sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh gaya tunggal, yaitu gaya berat dikalikan
dengan lengan gayanya. Titik dimana gaya berat bekerja disebut pusat gravitasi.
e) Pilih titik tertentu untuk menghitung torsi dari gaya-gaya yang ada
terhadap titik tersebut. Pemilihan titik tersebut sembarang, tetapi harus
memudahkan penyelesai
Beban yang bekerja pada balok dapat berupa gaya maupun momen yang
terletak pada bidang yang merupakan sumbu longitudinal balok. Gaya dipahami
bekerja tegaklurus sumbu longitudinal, dan bidang yang mengandung beban
diasumsikan sebagai bidang simetri dari balok.
Efek pembebanan
Efek-efek gaya dan momen yang bekerja pada balok adalah (a)
memberikan tekukan (deflection) tegaklurus sumbu longitudinal batang, dan (b)
menghasilkan tegangan normal maupun geser pada setiap penampang melintang
batang yang tegaklurus sumbu batang. Defleksi balok akan didiskusikan pada bab
9, 10, dan 11.
Sumbu netral
Titik potong permukaan netral dengan penampang melintang balok yang
tegaklurus terhadap sumbu memanjangnya disebut sumbu netral (neutral axis).
Semua serat yang terletak disebelah sumbu netral dalam kondisi tarik dan
disebelah lainnya dalam kondisi tekan.
Momen tekuk
Jumlah aljabar momen-momen gaya luar pada suatu sisi dari setiap
penampang melintang balok terhadap suatu sumbu yang melewati penampang
disebut momen tekuk pada penampang.
NA
y
Ketika aksi dalam balok masih dalam batas elastis, sumbu netral
melewati centroid atau pusat penampang melintang. Dengan demikian, momen
inersia I yang muncul dalam persamaan diatas untuk tegangan normal adalah
momen inersia luasan penampang-melintang.
Modulus penampang
Pada serat terluar balok nilai koordinat y sering dinyatakan dengan
simbol c. Dalam kasus ini tegangan tekuk dapat dinyatakan dengan
Mc M
σ= σ=
I atau I /c (8.2)
Rasio I/c disebut modulus penampang dan biasanya dinyatakan dengan simbol Z.
Satuannya adalah m3. Dengan demikian tegangan tekuk maksimum dapat
dinyatakan dengan
M
σ=
Z (8.3)
Formula ini lebih praktis karena nilai Z pada umumnya telah tersedia khususnya
untuk berbagai bentuk standar logam.
Asumsi
Pada derivasi pernyataan diatas diasumsikan bahwa penampang bidang
balok adalah tegaklurus terhadap sumbu longitudinalnya pada saat terjadi
pembebanan dengan gaya maupun momen. Selanjutnya diasumsikan bahwa balok
adalah lurus pada saat awalnya dan mempunyai penampang melintang seragam
dan modulus elastisitasnya untuk tarikan dan tekanan adalah sama. Juga, serat-
serat dalam balok tidak mengalami tegangan yang melebihi batas proporsional.
Gaya geser
Jumlah aljabar gaya-gaya vertikal pada satu sisi penampang melintang
balok disebut gaya geser pada penampang tersebut. Konsep ini telah didiskusikan
pada bab 6.
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa semua benda diam
memiliki gaya sama dengan nol. Benda dalam keadaan diam dipengaruhi oleh
gaya gravitasi ke bawah dan gaya normal ke atas. Sehingga kedua gaya tersebut
saling berlawanan. Dan kedua gaya itu selalu sama besar yang menyebabkan
keadaannya menjadi setimbang.
DAFTAR PUSTAKA