ASPAL
Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan
sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan aspal
memiliki beberapa kelebihan di banding dengan bahan-bahan lain, diantaranya
harganya yang relatif lebih murah dari pada beton, kemampuannya dalam mendukung
beban berat kendaraan yang tinggi, sifat kenturnya mendukung kenyamanan
pengendara dan dapat dibuat dari bahan-bahan dalam negeri yang tersedia.
Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar prasarana
transportasi di Indonesia. Oleh karena itu, campuran aspal membutuhkan perkuatan
dengan bahan tambah sebagai modifikasi untuk mendukung kekuatan, kelenturan
plastis, jumlah rongga udara, ketehanan terhadap gaya luar, dan cuaca.
Pada aspal, baik dari alam maupun hasil residu penyulingan minyak,
mempunyai andil dalam mendukung keberhasilan pembangunan. Posisi aspal sangat
strategis ditinjau dari pemakaiannya yaitu sebagai pelapis, pengikat, pemelihara,
penunjang, peningkat, pembangunan jalan, dan juga pengganti jembatan. Oleh karena
itu, aspal merupakan sala satu indikator untuk menilai hasil pembangunan.
Aspal sudah dikenal sebelum awal eksploitasi ladang minyak sebagai produk
asal alam, yang disebut dalam hal ini adalah aspal asli. Bitunie adalah produk alami
tidak lagi digunakan dalam industri. Bitumen diperoleh sebagai produk sampingan dari
penyulingan minyak bumi dapat digunakan sebagai atau mengalami proses fisik dan
kimia yang mengubah komposisi dalam rangka untuk memberi sifat tertentu. Proses
yag paling umum adalah proses oksidasi dan pencampuran dengan polimer yang
berbeda.
2. GEOLOGI
Kata “aspal” identik dengan jalan raya yang mulus. Secara ilmiah aspal
merupakan bitumen yang secara umum merupakan sekelompok material yang Aspal
terbagi menjadi dua jenis yaitu aspal minyak dan aspal alam. Aspal minyak diperoleh
dari prnyulingan minyak bumi dengan berbagai kadar, bolume lebih besar ekonomis
dari pada aspal alam. Adanya variasi kadar ini memungkinkan pakainya aspal
diberbagai industri, sehingga kedudukan aspal alam banyak diganti oleh aspal minyak.
Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi
didekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam bentuk batuan
sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal disebabkan adanya pengaruh tektonik
terhadap minyak bumi yang diduga semula terkandung dalam batuan induk kemudian
berimigrasi melalui dasar dan bergimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping
dan batu pasir. Mineral aspal membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori, celah
batuan, atau deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam
berbagai porsi.
terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat dilebur (fusible) dan mencair
(soluble) dalam karbon bidulfide (hidrokarbon, sulfur, oksigen, dan klor).
Tabel 1. Estimasi cadangan aspal Buton pada daerah konsesi PT. Sarana Karya.
No. Lokasi Cadangan Kadar Aspal
(ton) (%)
1. Waisiu 100.000 ± 35
2. Kabungka 60.000.000 15-35
3. Winto 3.200.000 25-35
4. Wariti 600.000 ± 30
5. Lawele 100.000.000 15-30
3.1. EKSPLORASI
Kegiatan eksplorasi aspal butom dilakukan dengan dua cara, yaitu eksplorasi
seismik dan elektrik.
a. Eksplorasi Seismik
Di lakukan untuk menganilisis tebal tanah penutup. Eksplorasi dilaksanakan
sepanjang 12 garis pengukuran, dengan regu pencatat berada sekitar 500 meter dari titik
tenbak untuk dapat menyelidiki samapai kedalaman 100 meter.
Arah lapisan napal untuk lapisan aspal 34 derajat NE dan kemiringan 26 derajat
NU, sekitar 10 m dibawah lapisan aspal. Kecepatan gelombang antara batu aspal dan
napal tidak dapat dihitung dengan analisis, sehingga garis batas antara keduamya
hampir tidak diketahui. Tebal tanah penutup 7m atau kurang tidak dapat diketahui.
Kecepatan gelombang seismik dalam tanah penutup sekitar 400-600 m/detik.
b. Eksplorasi Geolistrik
Dikerjakan dengan dua cara yaitu horizontal atau vertical. Cara vertikal dipakai
untuk menyelidiki variasi vertikal dari tanah dan batuan. Kesalahan kecil akibat tidak
teraturnya permukaan tanah tidak dapat dihindarkan. Variasi dari revistisitas arah
vertikal digambarkan sebagai resistivity log.
Cara horizontal digunakan untuk menyelidiki variasi horizontal dari batuan aspal
yaitu dengan memindahkan serial elektroda secara horizontal yang diatur pada interval
yang sama (2,5 dan 10 meter) menurut prinsip wanner melalui pengukuran berulang
kali. Risistivitas yang tercaatat menunjukkan kandungan bitumen. Batu aspal
berbitumen lebih tinggi akan mempunyai nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi pula.
Tetapi hubungan kuantitatif antara kandungan bitumen dan resistivitas tak dapat
diketahui dalam penyelidikan eksplorasi oleh karenanya nilai resistivitas dibagi menjadi
dua golongan.
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk aspal bitumen di atas 10%.
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk aspal berbitumen di bawah 10%.
Nilai batas resistivitas antara kandungan bitumen yang tinggi dan rendah perlu
dikoreksi setelah hasil analisis kandungan bitumen diketahui. Pada umumnya tanah
alluvial, tanah penutup, dan napal lauk yang kelihatan mencolok mempunyai
resistivitas kurang dari 50 Ohm-M. Dengan demikian material penutup mudah
dibedakan dengan batu aspal ditinjau dari resistivitasnya.
3.2. PENAMBANGAN
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di kabungka yang
dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara
mengupas tanah penutup kemudian batu aspalnya dieksploitasi dengan peledakan,
pengecilan ukuran pemilihan kadar dan pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-
15% dengan hasil pencampuran berkisar 6,5-7%.
Lapisan aspal Buton yang refleksinya batuan induk (batuan induknya pasir)
digali dengan Bulldozer (Ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan
peledakan hasil galian aspal buton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi
tiga macam ukuran disaring dalam bentuk curah. Aspal buton curah diangkut palabuhan
banabung untuk di muat kekapal/tongkang dengan alat muat ship loader/conveyor dan
kemudian dikirim kedaerah yang memerlukan di Indonesia.
3.3. PENGOLAHAN
a. Pengolahan Aspal Minyak
Pada tahun 1881-1901 berbagai percobaan dilakukan untuk menemukan
konversi dari suatu residu minyak menjadi produk setengah padat, tetapi hasilnya
belum memenuhi persyaratan untuk pelapis jalan baru pada tahun 1902 aspal minyak
dapat diterima oleh pasar dengan jumlah yang cukup besar kurang lebih 90% terutama
setelah penemuan minyak dicalifornia yang menghasilkan residu padat dan setengah
padat dengan sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah pertama
dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkan dari fraksi yang lebih
ringan dan dan lebih volatile hasil residu tergantung dari pada jumlah fraksi ringan
yang dapat dipisahkan pada temperature sekitar 700 derajat F. Proses aspal dikenal
sebagai aspal minyak, sedangkan dari proses penguapan diperoleh aspal uap. Penemuan
tabung kontinu atau pipa still pada tahun 1912 telah memudahkan produk residu secara
kontinu dalam operasinya penemuan tersebut juga memungkinkan untuk mengelola
jenis minyak yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan produk dari proses ini dikenal
dengan straight reduced atau straight non aspalt. Munculnya proses continuous cracking
pada tahun 1923 menyebabkan aspal panas menjadi faktor penentu untuk pengaspalan
jalan atau industri dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup dengan
hanya menggunakan fraksi kecil dari minyak mentah pada taraf catalytic carcking.
Setelah itu teknik baru oksidasi terus berkembang misalnya dengan perubahan bejana
peniupan horizontal menjadi vertikal, peniupan bertekanan tinggi, pengontrol
temperature yang lebih baik dan pemakaian katalisator. Produknya sekarang dikenal
sebagai air-blow aspalt dengan berbagai tipe dan kadar. Aspal tiup telah dikembangkan
dengan mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam bentuk emulsi.
Pengembangan diseuaikan dengan kondisi pasar berdasarkan fungsi dan pemakaiannya.
3.2. PENAMBANGAN
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di kabungka yang
dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara
mengupas tanah penutup kemudian batu aspalnya dieksploitasi dengan peledakan,
pengecilan ukuran pemilihan kadar dan pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-
15% dengan hasil pencampuran berkisar 6,5-7%.
Lapisan aspal Buton yang refleksinya batuan induk (batuan induknya pasir)
digali dengan Bulldozer (Ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan
peledakan hasil galian aspal buton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi
tiga macam ukuran disaring dalam bentuk curah. Aspal buton curah diangkut palabuhan
banabung untuk di muat kekapal/tongkang dengan alat muat ship loader/conveyor dan
kemudian dikirim kedaerah yang memerlukan di Indonesia.
3.3. PENGOLAHAN
e) Viskoelastisitas aspal
Viskoelastisitas adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang sifatnya
akan berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat viskoelstis
aspal adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa pencampuran aspal dengan
agregat harus dilakukan agar mendapatkan campuran yang homogen dimana semua
permukaan agregat dapat di selimuti oleh aspal secara merata dan aspal mampu masuk
ke dalam pori-pori agregat untuk membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk
mengetahui pada temperatur pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentika.
Aspal merupakan senyawa yang kompleks, terdiri dari karbon (82-88%), hidrogen
(8-11%), sulfur (0-6%), oksigen (0-1,5%), dan nitrogen (0-1%). Sifat-sifat material
penyusun aspal adalah sebagai berikut:
Kegunaan
Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas
(water proofing, protect terhadap erosi)
Sebagai bahan pelapis dan perkat agregat.
Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakkan
diatas lapis pondasi sebelum lapisan berikutnya.
Lapis pengikat (tack coat)adlah lapis aspal cair yang diletakkan diatas jalan yang
telah beraspal sebelum lapis berikutnya di hampar, berfungsi pengikat diantara
keduanya.
Sebgai pengisi ruang yang kosong antara agregat keduanya.
Sebgai pengisi ruang yang kosong antara agregat yang kasar, agregat halus, dan
filter.
5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
5.1 Perkembangan Dan Pemasokan Dan Permintaan
Perkembangan
Salah satu contoh perkembangan aspal di Indonesia adalah aspal buton atau
biasa juga di sebut Asbuton merupakan material lokal yang membanggakan Indonesia.
Pemanfaatan material lokal dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
merupakan langkah awal menuju kemandirian bangsa melalui swasembada bahan
konstruksi. Sampai saat ini terdapat 23 perusahaan produsen Asbuton yang tergabung
dalam Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) dengan kapasitas total
sekitar 865.100 ton/tahun. Namun memanfaatkan Asbuton tidaklah mudah karena perlu
kajian, penelitian, dan pengembangan terlebih dahulu dengan saksama. Hal inilah yang
menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia.
Pemasokan
Asbuton memiliki potensi yang besar untuk memasok material aspal nasional dan
intrenasional karena Indonesia memiliki potensi Asbuton sebesar 694 juta ton. Tetapi
hingga saat ini pemenuhan kebutuhan aspal nasional masih di dominasi impor karena
penggunaan asbuton masih belum maksimal, Penggunaan Asbuton sebagai bahan
pengikat pada perkerasan jalan ternyata tidak semudah penggunaan aspal minyak yang
sudah dikenal oleh para pelaksana jalan. Meski hasil penelitian selama ini menunjukkan
bahwa penggunaan Asbuton sebagai bahan pengikat pada perkerasan jalan sudah
berhasil baik, namun tidak mudah untuk diaplikasikan secara luas pada kegiatan
pembangunan dan pemeliharaan jalan. Asbuton seakan terpinggirkan sebab pemerintah
dan kontraktor lebih suka menggunakan aspal minyak yang diimpor dari negara lain.
Permintaan
Jembatan di jingsu china,jalan tol,jalan provinsi shanghai,dan jalan provinsi anhui,china
merupakan kerjasama antara cina dan Indonesia. Negara kita memasok permintaan
aspal dari china sekaligus juga kerjasama dan menambah pendapatan negara dan perlu
diperhatikan kesiapan untuk mengolah Asbuton menjadi produk yang sesuai dengan
permintaan konstruksi jalan. Sehingga Asbuton dapat mulai digunakan untuk jalan
desa, kabupaten/kota, dan provinsi di Indonesia, tentunya untuk kebutuhan jangka
panjang negara.
5.2 Prospek
Menindak lanjuti hasil rpat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Januari 2021 lalu,
mengungkapkan kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau kesiapan industry aspal
buton dan juga infrastruktur pendukung, seperti pembangunan akses dan
pelabuhan,serta tata kelola izin usaha pertambangan (IUP). Apabila hingga tahun 2025
terjadi peningkatan kapasitas Asbuton sebesar 33%, maka Asbuton akan mampu
memenuhi kebutuhan aspal nasional sebesar 49,36%. Sisanya, sebesar 37,08%
kebutuhan aspal akan diisi oleh Aspal Minyak Pertamina dan 13,61% akan diisi oleh
Aspal Minyak Impor.Dan pada tahun ini, diharapkan pemanfaatan Asbuton sebagai
produk dalam negeri dapat meningkat sehingga bisa menaikan nilai tingkat komponen
dalam negeri (TKDN) 30%-89%.
6. PENUTUP
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan akan
membeku\mengental apabila di dinginkan, berwarna hitam atau cokelat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, yang terbuat dari kompoisi
carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.Bersama dengan agregat, aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Aspal terbuat dari minyak mentah,
melalui proses penyulingan atau dapat di temukan dalam kandungan alam sebagai
bagian dari komponen alam yang di temukan bersama material lain.