Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BAHAN GALIAN INDUSTRI

ASPAL

Diampu Oleh: Enni Tri Wahyuni,ST.M,T

Disusun Oleh: Freti Fiona Wulandari | 4521046094

UNIVERSIAS BOSOWA MAKASSAR


1. PENDAHULUAN

Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan
sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan aspal
memiliki beberapa kelebihan di banding dengan bahan-bahan lain, diantaranya
harganya yang relatif lebih murah dari pada beton, kemampuannya dalam mendukung
beban berat kendaraan yang tinggi, sifat kenturnya mendukung kenyamanan
pengendara dan dapat dibuat dari bahan-bahan dalam negeri yang tersedia.
Jalan raya dengan perkerasan aspal merupakan sebagian besar prasarana
transportasi di Indonesia. Oleh karena itu, campuran aspal membutuhkan perkuatan
dengan bahan tambah sebagai modifikasi untuk mendukung kekuatan, kelenturan
plastis, jumlah rongga udara, ketehanan terhadap gaya luar, dan cuaca.
Pada aspal, baik dari alam maupun hasil residu penyulingan minyak,
mempunyai andil dalam mendukung keberhasilan pembangunan. Posisi aspal sangat
strategis ditinjau dari pemakaiannya yaitu sebagai pelapis, pengikat, pemelihara,
penunjang, peningkat, pembangunan jalan, dan juga pengganti jembatan. Oleh karena
itu, aspal merupakan sala satu indikator untuk menilai hasil pembangunan.
Aspal sudah dikenal sebelum awal eksploitasi ladang minyak sebagai produk
asal alam, yang disebut dalam hal ini adalah aspal asli. Bitunie adalah produk alami
tidak lagi digunakan dalam industri. Bitumen diperoleh sebagai produk sampingan dari
penyulingan minyak bumi dapat digunakan sebagai atau mengalami proses fisik dan
kimia yang mengubah komposisi dalam rangka untuk memberi sifat tertentu. Proses
yag paling umum adalah proses oksidasi dan pencampuran dengan polimer yang
berbeda.
2. GEOLOGI
Kata “aspal” identik dengan jalan raya yang mulus. Secara ilmiah aspal
merupakan bitumen yang secara umum merupakan sekelompok material yang Aspal
terbagi menjadi dua jenis yaitu aspal minyak dan aspal alam. Aspal minyak diperoleh
dari prnyulingan minyak bumi dengan berbagai kadar, bolume lebih besar ekonomis
dari pada aspal alam. Adanya variasi kadar ini memungkinkan pakainya aspal
diberbagai industri, sehingga kedudukan aspal alam banyak diganti oleh aspal minyak.
Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi
didekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam bentuk batuan
sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal disebabkan adanya pengaruh tektonik
terhadap minyak bumi yang diduga semula terkandung dalam batuan induk kemudian
berimigrasi melalui dasar dan bergimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping
dan batu pasir. Mineral aspal membentuk suatu danau yang mengisi pori-pori, celah
batuan, atau deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan mineral dalam
berbagai porsi.
terbentuk dari campuran hidrokarbon yang dapat dilebur (fusible) dan mencair
(soluble) dalam karbon bidulfide (hidrokarbon, sulfur, oksigen, dan klor).

2.1. Mula Jadi Dan Mineralogi


Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen
merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis
permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton) atau
aspal minyak (aspal yang berasl dari minyak bumi).Berdasarkan konsitensinya, aspal
dapat disklasifikasikan menjadinaspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebgai bahan
pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat
padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang
sangat kompleks dan secara kimia belum berkarakteriasasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik
dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekil. Atom-atom selain
hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan
beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hidrogen, 6%
belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa
molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal
mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa diaspal adalah senyawa
polar.
a. Aspal Minyak
Sumber aspal ini berasal dari kaling minyak (refinery bitumen). Aspal apa yang
di hasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil) dikena sebagai residual
bitumen, straight bitumen atau steam refined bitumen. Istilah refinery bitumen
merupakan nama yang tepat dan umum digunakan.
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses
destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga
suhu 350 derajat C dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak
seperti gas oline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil.
b. Aspal Alam
Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak bumi
didekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam bentuk batuan
sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal alam disebabkan adanya pengaruh tektonik
terhadap minyak bumi yang diduga semula terkandung dalam batuan induk kemudian
berimigrasi melalui dasar dan mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batu gamping
dan pasir. Secara teoritis, aspal alam terbentuk perlahan lahan dari fraksionasi alam
minyak bumi didekat permukaan material aspal membentuk suatu danau yang mengisi
pori-pori, celah batuan, atau deposit yang mengandung campuran aspal alam dan bahan
mineral dan berbagai porsi.
Di alam, batuan aspal berkadar bitumen sesuai dengan aslinya, seperti:
• Batuan aspal kapur yang merupakan natural limestone rock aspalt dengan kadar
9-12% dan pertimbangan material pengotor bebas.
• Batuan aspal yang merupakan natural sandstone rock aspalt terkadar 7% sisanya
bebas dari tanah liat atau material yang lain.
• Batuan aspal terproses yang terdiri atas natural sandstone aspalt yang tercampur
dengan beberapa bagian semen aspal.

2.2. Potensi Dan Cadangan


Berdasarkan data PT. Sarana Karya, potensi aspal buton (absuton) sejumlah
sekitar 184 juta ton dengan kadar aspal 15-35%. Secara umum keterdapatan aspal buton
terletak hanya antara 1,5-10 meter dibawah permukaan tanah. Lokasi aspal buton ini
terdapat pada lima daerah yang dianggap ekonomis yaitu Waisiu, Kabungka, Winto,
Wariti, dan Lawale ( tabel 1), meliputi area seluas 70.000 Ha yang membujur dari
Teluk Sampolawa Di sebelah selatan sampai Teluk Lawele diselah utara dalam suatu
graben di selatan. Saat ini aspal buton dikelolah oleh PT. Sarana Karya dengan kuasa
pertambangan eksploitasi aspal mulai berlaku tanggal 1 januari 1991 s/d 1 januari 2001
dengan wilayah konsesi seluas 8.000 Ha dengan produksi kurang dari 500 ribu ton per
tahun. Produk aspal buton yang dihasilkan oleh PT. Sarana Karya meliputi aspal buton
biasa (ukuran maksimum 12,7 mm) dan aspal buton halus (lolos saringan 4,7 mm).

Tabel 1. Estimasi cadangan aspal Buton pada daerah konsesi PT. Sarana Karya.
No. Lokasi Cadangan Kadar Aspal
(ton) (%)

1. Waisiu 100.000 ± 35
2. Kabungka 60.000.000 15-35
3. Winto 3.200.000 25-35
4. Wariti 600.000 ± 30
5. Lawele 100.000.000 15-30

Data cadangan berdasarkan hasil pengumpulan data-data pembiran hasil


eksplorasi yaitu sebesar 184 juta ton, sedangkan jumlah produksi dari tahun 1926
sampai 2002 sekitar 4,9 juta ton, hal ini menunjukkan bahwa sisa cadangan relatif
masih cukup besar.
Sebagai contoh pada penampang lapangan galababi di daerah winto terlihat
jelas endapan aspal yang berupa aspal yang berupa lensa-lensa dimana keterdapatannya
tidak menyambung dan ketebalan lapisan aspalnya pun bervariasi antara 2-13 m.
Ketebalan lapisan tanah penutup relatif sangat tipis sekitar 1m-6m.
Penambangan yang dilakukan baru mencapai kedalaman 2-10m, sehingga dapat
diperkiraan masih cukup tebal lapisan endapan aspal yang belum di tambang, kondisi
ini diperlihatkan penampang vertikal hasil pemboran dan penambangan yang masih
menyisakan cadangan aspal yang relatif besar.
Potensi cadangan alam dipulau Butan saat ini berjumlah 5,72 ton dengan kadar
bitumen 20-30%. Mengingat jumlah cadangan tersebut untuk memasok kebutuhan
aspal di Indonesia yang saat ini lebih dari 500 ribu ton sangat tidak mungkin oleh
karena itu cadangan yang masih ada dapat dimanfaatkan sebagai pelapis permukaan
jalan dan pengikat agregat sebagai aspal hot mix. Konsumen diarahkan ke Indonesia
kawasan timur yang mempunyai jarak yang tidak terlalu jauh sehingga pengangkutan
tidak memerlukan ongkos tinggi.
3. PERTAMBANGAN

Pulau Buton merupakan tambang aspal terbesar didunia dengan depositi


tambang diperkirakan sebesar tak kurang dari 750 juta ton. Aspal buton pada saat ini di
Indonesia sebagain besar masih diaplikasikan sebagai produk pengganti (subtusi)
sekaligus produk pelengkap dari aspal minyak (komplementer) dari aspal minyak.
Seperti diketahui bahwa produk aspal minyak di Indonesia hampir seluruhnya di impor,
sehingga untuk mengurangi ketergantungan aspal impor tersebut Pemerintah melalui
Dapartemen PU mensyaratkan pemakaian aspal Buton ini sekitar 10%-30% perlu
diketahui bahwa aspal Buton ini mempunyai keunggulan untuk mengurangi biaya
pemakaian aspal minyak sekitar 20%-30% dan untuk meningkatan kualitas jalan dan
mutu konstruksi, karena aspal buton memiliki kamampuan untuk meningkatkan titik
lembek dan kelekatan campuran, sehingga dengan menggunakan campuran aspal buton
dan aspal minyak akan diperoleh mutu jalan yang tinggi tetapi dengan harga yang
murah karna harga aspal buton lebih murah dibanding dengan aspal minyak. Adapun
produk yang tersedia untuk asbuton campuran ada 3 (tiga) macam yaitu: PRA-
CAMPUR, Butir B5/20 dan Butir B50/30, Pra campur merupakan aspal modifikasi
mutu tinggi dengan campuran aspal minyak 90% dan aspal buton ekstraksi sebanyak
10%, Buton B5/20 merupakan campuran aspal aspal panas B50/30 merupakan
campuran aspal panas yang menghemat aspal minyak sebesar 30%.

3.1. EKSPLORASI
Kegiatan eksplorasi aspal butom dilakukan dengan dua cara, yaitu eksplorasi
seismik dan elektrik.
a. Eksplorasi Seismik
Di lakukan untuk menganilisis tebal tanah penutup. Eksplorasi dilaksanakan
sepanjang 12 garis pengukuran, dengan regu pencatat berada sekitar 500 meter dari titik
tenbak untuk dapat menyelidiki samapai kedalaman 100 meter.
Arah lapisan napal untuk lapisan aspal 34 derajat NE dan kemiringan 26 derajat
NU, sekitar 10 m dibawah lapisan aspal. Kecepatan gelombang antara batu aspal dan
napal tidak dapat dihitung dengan analisis, sehingga garis batas antara keduamya
hampir tidak diketahui. Tebal tanah penutup 7m atau kurang tidak dapat diketahui.
Kecepatan gelombang seismik dalam tanah penutup sekitar 400-600 m/detik.
b. Eksplorasi Geolistrik

Dikerjakan dengan dua cara yaitu horizontal atau vertical. Cara vertikal dipakai
untuk menyelidiki variasi vertikal dari tanah dan batuan. Kesalahan kecil akibat tidak
teraturnya permukaan tanah tidak dapat dihindarkan. Variasi dari revistisitas arah
vertikal digambarkan sebagai resistivity log.
Cara horizontal digunakan untuk menyelidiki variasi horizontal dari batuan aspal
yaitu dengan memindahkan serial elektroda secara horizontal yang diatur pada interval
yang sama (2,5 dan 10 meter) menurut prinsip wanner melalui pengukuran berulang
kali. Risistivitas yang tercaatat menunjukkan kandungan bitumen. Batu aspal
berbitumen lebih tinggi akan mempunyai nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi pula.
Tetapi hubungan kuantitatif antara kandungan bitumen dan resistivitas tak dapat
diketahui dalam penyelidikan eksplorasi oleh karenanya nilai resistivitas dibagi menjadi
dua golongan.
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk aspal bitumen di atas 10%.
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk aspal berbitumen di bawah 10%.

Nilai batas resistivitas antara kandungan bitumen yang tinggi dan rendah perlu
dikoreksi setelah hasil analisis kandungan bitumen diketahui. Pada umumnya tanah
alluvial, tanah penutup, dan napal lauk yang kelihatan mencolok mempunyai
resistivitas kurang dari 50 Ohm-M. Dengan demikian material penutup mudah
dibedakan dengan batu aspal ditinjau dari resistivitasnya.
3.2. PENAMBANGAN
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di kabungka yang
dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara
mengupas tanah penutup kemudian batu aspalnya dieksploitasi dengan peledakan,
pengecilan ukuran pemilihan kadar dan pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-
15% dengan hasil pencampuran berkisar 6,5-7%.
Lapisan aspal Buton yang refleksinya batuan induk (batuan induknya pasir)
digali dengan Bulldozer (Ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan
peledakan hasil galian aspal buton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi
tiga macam ukuran disaring dalam bentuk curah. Aspal buton curah diangkut palabuhan
banabung untuk di muat kekapal/tongkang dengan alat muat ship loader/conveyor dan
kemudian dikirim kedaerah yang memerlukan di Indonesia.

3.3. PENGOLAHAN
a. Pengolahan Aspal Minyak
Pada tahun 1881-1901 berbagai percobaan dilakukan untuk menemukan
konversi dari suatu residu minyak menjadi produk setengah padat, tetapi hasilnya
belum memenuhi persyaratan untuk pelapis jalan baru pada tahun 1902 aspal minyak
dapat diterima oleh pasar dengan jumlah yang cukup besar kurang lebih 90% terutama
setelah penemuan minyak dicalifornia yang menghasilkan residu padat dan setengah
padat dengan sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah pertama
dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkan dari fraksi yang lebih
ringan dan dan lebih volatile hasil residu tergantung dari pada jumlah fraksi ringan
yang dapat dipisahkan pada temperature sekitar 700 derajat F. Proses aspal dikenal
sebagai aspal minyak, sedangkan dari proses penguapan diperoleh aspal uap. Penemuan
tabung kontinu atau pipa still pada tahun 1912 telah memudahkan produk residu secara
kontinu dalam operasinya penemuan tersebut juga memungkinkan untuk mengelola
jenis minyak yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan produk dari proses ini dikenal
dengan straight reduced atau straight non aspalt. Munculnya proses continuous cracking
pada tahun 1923 menyebabkan aspal panas menjadi faktor penentu untuk pengaspalan
jalan atau industri dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup dengan
hanya menggunakan fraksi kecil dari minyak mentah pada taraf catalytic carcking.
Setelah itu teknik baru oksidasi terus berkembang misalnya dengan perubahan bejana
peniupan horizontal menjadi vertikal, peniupan bertekanan tinggi, pengontrol
temperature yang lebih baik dan pemakaian katalisator. Produknya sekarang dikenal
sebagai air-blow aspalt dengan berbagai tipe dan kadar. Aspal tiup telah dikembangkan
dengan mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam bentuk emulsi.
Pengembangan diseuaikan dengan kondisi pasar berdasarkan fungsi dan pemakaiannya.

b. Pengolahan Batuan Aspal

Untuk memudahkan pengangkutan batuan aspal terutama pengaspalan dan


pelayanan terhadap pemakai diperlukan pengecilan ukuran dan kadar tertentu. Untuk
memproduksi aspal buton perusahaan telah memiliki 1 unit pemecah batu aspal jenis
hummer mill buatan Jaques, Australia dengan kapasitas giling 250 ton/jam
menghasilkan tiga macam ukuran dengan hasil pecahan dengan penggilingan.

3.2. PENAMBANGAN
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di kabungka yang
dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan dilakukan dengan cara
mengupas tanah penutup kemudian batu aspalnya dieksploitasi dengan peledakan,
pengecilan ukuran pemilihan kadar dan pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-
15% dengan hasil pencampuran berkisar 6,5-7%.
Lapisan aspal Buton yang refleksinya batuan induk (batuan induknya pasir)
digali dengan Bulldozer (Ripping) dan yang batuan induknya kapur digali dengan
peledakan hasil galian aspal buton diangkut ke crushing plant untuk dipecah menjadi
tiga macam ukuran disaring dalam bentuk curah. Aspal buton curah diangkut palabuhan
banabung untuk di muat kekapal/tongkang dengan alat muat ship loader/conveyor dan
kemudian dikirim kedaerah yang memerlukan di Indonesia.

3.3. PENGOLAHAN

a. Pengolahan Aspal Minyak


Pada tahun 1881-1901 berbagai percobaan dilakukan untuk menemukan
konversi dari suatu residu minyak menjadi produk setengah padat, tetapi hasilnya
belum memenuhi persyaratan untuk pelapis jalan baru pada tahun 1902 aspal minyak
dapat diterima oleh pasar dengan jumlah yang cukup besar kurang lebih 90% terutama
setelah penemuan minyak dicalifornia yang menghasilkan residu padat dan setengah
padat dengan sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah pertama
dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkan dari fraksi yang lebih
ringan dan dan lebih volatile hasil residu tergantung dari pada jumlah fraksi ringan
yang dapat dipisahkan pada temperature sekitar 700 derajat F. Proses aspal dikenal
sebagai aspal minyak, sedangkan dari proses penguapan diperoleh aspal uap. Penemuan
tabung kontinu atau pipa still pada tahun 1912 telah memudahkan produk residu secara
kontinu dalam operasinya penemuan tersebut juga memungkinkan untuk mengelola
jenis minyak yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan produk dari proses ini dikenal
dengan straight reduced atau straight non aspalt. Munculnya proses continuous cracking
pada tahun 1923 menyebabkan aspal panas menjadi faktor penentu untuk pengaspalan
jalan atau industri dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup dengan
hanya menggunakan fraksi kecil dari minyak mentah pada taraf catalytic carcking.
Setelah itu teknik baru oksidasi terus berkembang misalnya dengan perubahan bejana
peniupan horizontal menjadi vertikal, peniupan bertekanan tinggi, pengontrol
temperature yang lebih baik dan pemakaian katalisator. Produknya sekarang dikenal
sebagai air-blow aspalt dengan berbagai tipe dan kadar. Aspal tiup telah dikembangkan
dengan mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam bentuk emulsi.
Pengembangan diseuaikan dengan kondisi pasar berdasarkan fungsi dan pemakaiannya.
b. Pengolahan Batuan Aspal

Untuk memudahkan pengangkutan batuan aspal terutama pengaspalan dan


pelayanan terhadap pemakai diperlukan pengecilan ukuran dan kadar tertentu. Untuk
memproduksi aspal buton perusahaan telah memiliki 1 unit pemecah batu aspal jenis
hummer mill buatan Jaques, Australia dengan kapasitas giling 250 ton/jam
menghasilkan tiga macam ukuran dengan hasil pecahan dengan penggilingan.

4. PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASINYA


Dalam perkerasan jalan terutama untuk pekerasan lentur, material aspapl adalah
material yang sangat penting sebagai pengikat antara agregat. Aspal atau bitumen
merupakan material berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viiskoelastis sehingga
akan melunak dan mencair bila terdapat cukup pemanasan atau sebaliknya. Sifat
viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap
pada tempatnya selama proses produksi dan masa pelayanannya.
Persyaratan aspal sendiri adalah aspal yang berasal dari minyak bumi,
mempunyai sifat sejenis dengan kadar parafine dalam aspal tidak melebihi 2% tidak
mengandung air dan tidak berbusa jika dipanaskan sampai suhu 75 DerajatC.

4.1. Prosedur Pengujian


 Pengujian Terhadap Aspal

Adapun macam-macam pengujian aspal, diantaranya adalah sebagai berikut:


a). Uji Penetrasi
Pengujian tersebut bertujuan untuk menentukan angka penetrasi aspal yang akan
menjadi acuan spesifikasi pada karakteristik lainnya.
b)..Uji Daktilitas
Uji daktilitas aspal adalah suatu uji kualitatif yang secara tidak langsung dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat adhesiveness atau diklitas aspal keras. Aspal
dengan nilai diklitas yang rendah adalah aspal yang memiliki gaya adesi yang kurang
baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai diklitasi yang tinggi.
c). Uji Titik Lembek Aspal
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat suhu dimana aspal mulai
lembek akibat suhu udara sehingga dalam perencanaan jalan dapat diperkirakan bahwa
aspal yang digunakan masih tahan dengan suhu dilokasi perencanaan jalan tersebut.
d). Uji Viskositas
Uji viskositas bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan aspal.
e). Kehilangan Berat Aspal
Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui presentase kehilangan berat
aspal
.
f). Uji Titik Nyala Dan Titik Bakar Aspal
Pengujian titik nyala dilakukan untuk memperkirakan temperatur maksimum
dalam pemanasan aspal sehingga dalam praktik dilapangan pemanasan aspal sehingga
dalam praktik di lapangan pemanasan aspal tidak boleh melebihi titik nyala dan titik
bakarnya. Dalam percampuran aspal diusahakan untuk tidak melebihi titik nyala karena
bila dipanaskan melebihi titik nyala, aspal menjadi keras dan getas.

g). Uji Kearutan Dengan CCI4


Pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kemurnian aspal dengan
menggunakan larutan CCI4
h). Uji Berat Jenis Aspal
Pada pengujian tersebut dihasilkan berat jenis aspal yang akan digunakan dalam
analisis campuran, yaitu pada formula berat jenis maksimum campuran presentase
rongga terisi aspal.

Dikarenakan terbatasnya waktu serta alat yang mendukung sehingga percobaan


yang dilakukan pada praktikum ini hanya pengujian penetrasi, berat jenis, daktilitas,
titik lembek, titik nyala dan titik bakar, dan kelarutan bitumen.

 Standar Pengujian Aspal


Dalam pengujian aspal terdapat beerapa macam standar yang digunakan untuk
masing-masing proses pengujian. Standar-standar pengujian seperti terlihat pada tabel
1.2
Tabel 1.2 Spesifikasi Agregat untuk Beton Aspal Secara Umum
No. Pengujian AASTHO ASTM SK.SNI PA
1. Uji penetrasi T-49-68 D-571 M-08-1989-F
2. Uji titik lembek T-53-74 D-36-70
aspal
3. Uji titik nyala dan T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F
titik bakar
4. Uji daktilitas T-54-74 D-113-69 M-08-1989-F
5. Uji kelarutan aspal T-44-70 D-165-42
dengan CCL4
6. Uji berat jenis aspal T-228-68 D-70-72
7. Uji kehilangan T-47-74 D-6-69 0304-
berat 76
8. Uji kelekatan T-82-84
agrgat terhadap
aspal
9. Uji viskositas T-22-68 D-7-72 03011-
76
10. Uji oemulihan aspal T-70-90 M-21-1995-03
dengan alat
penguap putar
11. Uji kehilangan T-79-88 SNI-06-2440-
berat minyak dan 1991
aspal dengan cara A
12. Uji aspal cair M-81-90 S-03-1995
dengan penguap
cepat
13. Uji aspal cair M-82-75 S-02-1995
dengan penguap
sedang
14. Uji aspal elmusi M-208-87 S-01-1995
kationik

4.2 sifat dan kegunaan


 Sifat
Sifat dan bahan penyusunan aspal. Aspal banyak digunakan dalam konstruksi
perkerasan jalan karena memiliki sifat sebagai pengikat dan pengisi rongga udara
antara agregat sebagai berikut (Sukirman, 1993)
a) Mempunyai daya tahan (durability).
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akiat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari
campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal factor
pelaksanaan dan sebagainya.
b) Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur
penuyusan dari dirinya sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas yang
tinggi. Sedangkan Adhesi menyatakan kemampuan aspal untuk berikatan dengan
agregat pada tempatnya setelah berikatan
c) Kepekaan terhadap temperatur
Kepekaan aspal terhadap temperatur adalah sensitivitas perubahan sifat
viskoelastis aspal akibat perubahan temperatur, sifat ini dinyatakan sebagai indeks
penetrasi aspal (IP).
d) Kekerasan aspal
Aspal pada prosres pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang
telah disiapkan pada proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal
menjadi getas (viskositas bertambah tinggi).

e) Viskoelastisitas aspal
Viskoelastisitas adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang sifatnya
akan berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat viskoelstis
aspal adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa pencampuran aspal dengan
agregat harus dilakukan agar mendapatkan campuran yang homogen dimana semua
permukaan agregat dapat di selimuti oleh aspal secara merata dan aspal mampu masuk
ke dalam pori-pori agregat untuk membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk
mengetahui pada temperatur pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentika.

Aspal merupakan senyawa yang kompleks, terdiri dari karbon (82-88%), hidrogen
(8-11%), sulfur (0-6%), oksigen (0-1,5%), dan nitrogen (0-1%). Sifat-sifat material
penyusun aspal adalah sebagai berikut:

1. Asphaltene, merupakan senyawa komplek aromatis yang berwarna hitam atau


coklat amorf, bersifat termopslatis dan sangat polar, dengan perbandingan
komposisi untuk H/C yaitu 1/1, memiliki berat molekul besar antara 1000 sd
100.000, dan tidak larut dalam menentukan sifat reologi bitumen, dimana
semakin tinggi asphaltene, maka bitumen akan semakin keras dan semakin
kental, sehingga titik lembeknya akan semakin tinggi, dan menyebabkan haarga
penetrasinya semakin rendah.
2. Resin, merupakan senyawa yang berwarna coklat tua dan berbentuk solid atau
semi solid dam sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H, dan sedikit
atom O,S, dan N, untuk perbandingan H/C yaitu 1.3-1.4, memiliki berat molekul
antara 500-50.000, serta larut dalam n-heptan.
3. Aromatis, senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental bersifat non
polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh dengan berat molekul 300-2.000,
terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-56% dari total bitumen.
4. Saturate, senyawa ini berbentuk cairan kental bersifat non polar, dan memiliki
berat molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari bercabang, alkil
naften dan aromatis komposisi 5-20% dari total bitumen.

 Kegunaan
 Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas
(water proofing, protect terhadap erosi)
 Sebagai bahan pelapis dan perkat agregat.
 Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakkan
diatas lapis pondasi sebelum lapisan berikutnya.
 Lapis pengikat (tack coat)adlah lapis aspal cair yang diletakkan diatas jalan yang
telah beraspal sebelum lapis berikutnya di hampar, berfungsi pengikat diantara
keduanya.
 Sebgai pengisi ruang yang kosong antara agregat keduanya.
 Sebgai pengisi ruang yang kosong antara agregat yang kasar, agregat halus, dan
filter.
5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
5.1 Perkembangan Dan Pemasokan Dan Permintaan
 Perkembangan

Salah satu contoh perkembangan aspal di Indonesia adalah aspal buton atau
biasa juga di sebut Asbuton merupakan material lokal yang membanggakan Indonesia.
Pemanfaatan material lokal dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
merupakan langkah awal menuju kemandirian bangsa melalui swasembada bahan
konstruksi. Sampai saat ini terdapat 23 perusahaan produsen Asbuton yang tergabung
dalam Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI) dengan kapasitas total
sekitar 865.100 ton/tahun. Namun memanfaatkan Asbuton tidaklah mudah karena perlu
kajian, penelitian, dan pengembangan terlebih dahulu dengan saksama. Hal inilah yang
menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia.

 Pemasokan

Asbuton memiliki potensi yang besar untuk memasok material aspal nasional dan
intrenasional karena Indonesia memiliki potensi Asbuton sebesar 694 juta ton. Tetapi
hingga saat ini pemenuhan kebutuhan aspal nasional masih di dominasi impor karena
penggunaan asbuton masih belum maksimal, Penggunaan Asbuton sebagai bahan
pengikat pada perkerasan jalan ternyata tidak semudah penggunaan aspal minyak yang
sudah dikenal oleh para pelaksana jalan. Meski hasil penelitian selama ini menunjukkan
bahwa penggunaan Asbuton sebagai bahan pengikat pada perkerasan jalan sudah
berhasil baik, namun tidak mudah untuk diaplikasikan secara luas pada kegiatan
pembangunan dan pemeliharaan jalan. Asbuton seakan terpinggirkan sebab pemerintah
dan kontraktor lebih suka menggunakan aspal minyak yang diimpor dari negara lain.
 Permintaan
Jembatan di jingsu china,jalan tol,jalan provinsi shanghai,dan jalan provinsi anhui,china
merupakan kerjasama antara cina dan Indonesia. Negara kita memasok permintaan
aspal dari china sekaligus juga kerjasama dan menambah pendapatan negara dan perlu
diperhatikan kesiapan untuk mengolah Asbuton menjadi produk yang sesuai dengan
permintaan konstruksi jalan. Sehingga Asbuton dapat mulai digunakan untuk jalan
desa, kabupaten/kota, dan provinsi di Indonesia, tentunya untuk kebutuhan jangka
panjang negara.

5.2 Prospek
Menindak lanjuti hasil rpat koordinasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Januari 2021 lalu,
mengungkapkan kunjungan tersebut bertujuan untuk meninjau kesiapan industry aspal
buton dan juga infrastruktur pendukung, seperti pembangunan akses dan
pelabuhan,serta tata kelola izin usaha pertambangan (IUP). Apabila hingga tahun 2025
terjadi peningkatan kapasitas Asbuton sebesar 33%, maka Asbuton akan mampu
memenuhi kebutuhan aspal nasional sebesar 49,36%. Sisanya, sebesar 37,08%
kebutuhan aspal akan diisi oleh Aspal Minyak Pertamina dan 13,61% akan diisi oleh
Aspal Minyak Impor.Dan pada tahun ini, diharapkan pemanfaatan Asbuton sebagai
produk dalam negeri dapat meningkat sehingga bisa menaikan nilai tingkat komponen
dalam negeri (TKDN) 30%-89%.

6. PENUTUP
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan akan
membeku\mengental apabila di dinginkan, berwarna hitam atau cokelat tua, pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, yang terbuat dari kompoisi
carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.Bersama dengan agregat, aspal merupakan
material pembentuk campuran perkerasan jalan. Aspal terbuat dari minyak mentah,
melalui proses penyulingan atau dapat di temukan dalam kandungan alam sebagai
bagian dari komponen alam yang di temukan bersama material lain.

Anda mungkin juga menyukai