BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jalan adalah sarana transportasi umum yang sangat vital fungsinya. Jalan
merupakan sarana penghubung satu tempat ke tempat lain. Dengan adanya jalan,
suatu daerah akan terhubung dengan dareah lain, baik itu daerah perkotaan atau
daerah terpelosok sekalipun. Tanpa adanya jalan, akan banyak deaerah terisolisasi
karena relasi antar daerah tidak terjalin. Membahas tentang jalan, tentulah tidak
lepas kaitannya dengan aspal. Aspal merupakan bahan penting dalam pembuatan
jalan. Di Indonesia sendiri, menurut Kementrian Pendidikan dan Budaya, pada
tahun 2016, terdapat lebih sekitar 13.453 desa sangat tertinggal dan 33.592 daerah
tertinggal. Dan dikutip dari Liputan6 bahwa setidaknya ada 122 daerah tertinggal.
Dan pilunya, dari data tersebut daerah saya Hulu sungai Utara juga termuat.
Mengetahui fakta memilukan tersebut, tentu saya tidak bisa tinggal diam. Saya
menyadari memang sarana transportasi di Hulu Sungaii Utara belum bisa
dikatakan memadai karena banyak desa-desa kecil yang belum memiliki sarana
tranpsortasi yang memadai
Selain masalah sarana trasportasi, sampah plastik juga menjadi masalah
tidak hanya di daerah HSU, tapi di seluruh daerah di Indonesia bahkan dunia. Hal
ini disebabakan karena kurangnya penanganan atau penanggulangan dari pihak
pemertintah maupun masyarakat terhadap sampah plastik. Dengan 2 masalah
tersebutlah, saya bermaksud untuk mencoba membantu menanggulanginya
dengan menggabungkan 2 unsur masalah tersebut ke dalam 1 solusi, yaitu
membuat aspal dengan bahan tambah plastik, dengan harapan semoga bisa ikut
berkontribusi dalam membangun daerah saya HSU dari ketertinggalan atau
bahkan untuk bangsa dan negara.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana membuat aspal dengan campuran plastik PET
b. Bagaimana pengaruh kekuatan aspal jika ditambah dengan tambahan plastik
PET
c. Berapa kadar plastik yang sesuai untuk mencapai kekuatan maksimum aspal
3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana membuat aspal dengan campuran plastik PET
b. Mengetahui bagaimana pengaruh kekuatan aspal jika ditambah dengan bahan
tambahan plastik PET
c. Mengetahui berapa kadar yang sesuai untuk mencapai kekuatan maksimum
aspal
4. Hipotesis
Aspal yang ditambah dengan dengan Plastik jenis PET akan memiliki
kelenturan dan kekuatan yang lebih tinggi ketimbang dengan aspal biasa. Hal
itu dikarenakan plastik jenis ini memiliki sifat lunak, transparan, fleksibel, serta
1
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
kuat dan dimensinya stabil. Selain itu kedap air juga. Dengan demikian
diharapkan aspal yang di campur dengan bahan Plastik PET akan memiliki sifat
serupa ssehingga menambah kualitas aspal.
5. Manfaat Penelitian
a. Memberikan pemahaman bagaimana membuat aspal yang bagus dengan
campuran limbah plastik PET
b. Memberikan pemahaman bagaimana pengaruh penambahan plastik PET pada
aspal.
c. Memberi salah satu solusi dalam memanfaatkan limbah plastik
2
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Aspal
Aspal adalah suatu bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive),
tahan air, serta viskoelastis (padat dan elastis) yang terdiri dari campuran
bitumen dan mineral. Bitumen merupakan bahan yang berwarna cokelat hingga
hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam CCL4
(karbon tetraklorida) dengan sempurna dan tidak larut dalam air. Namun Aspal
biasa sering disebut dengan bitumen atau dikenal juga dengan sebutan Tar. Aspal
berasal dari alam atau dari pengolahan minyak bumi. (wikipedia, 2015)
Aspal memiliki fungsi sebagai pengikat agregat agar tidak lepas dari
permukaan jalan akibat lalu lintas, sebagai bahan pelapis dan perekat agregat,
bahan pelapis dan perekat agregat, sebagai lapis pengikat (aspal cair yang
diletakan di atas jalan yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar)
dengan aspal sebelumnya, dan sebagai pengisi ruang kosong antar agregat kasar,
agregat halus, dan fillernya. Filler sendiri umumnya dapat berupa semen
portland, kapur, abu batu, dan abu terbang (fly ash). (anak teknik,2010)
Jenis aspal secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan
proses pembentukannya. Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas
aspal alam dan aspal minyak. Aspal alam yaitu aspal yang disuatu tempat di
alam, dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit
pengolahan. Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di
pulau buton, dan di danau seperti di Trinidiad
Sedangkan aspal minyak merupakan aspal yang diperoleh dari residu
penyulingan minyak bumi. Jenis residunya yaitu residu asphaltic base crude oil
yang banyak mengandung aspal, parafin base crude oil, atau mix base crude oil.
Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan residu jenis asphaltic base crude
oil
Berdasarkan prosesnya, aspal di bedakan menjadi aspal cair dan aspal
padat. Aspat cair adalah aspal yang brbentuk cair pada suhu ruang (200C - 250C).
Aspal ini merupakan aspal yang di cairkan dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah , bensin, dan solar. Sejenis
dengan aspal cair ada pula aspal emulsi. Aspal ini lebih cair daripada aspal cair.
Di dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Aspal cair berfungsi
sebagai sprayer untuk finishing pembuatan jalan aspal.
Adapun aspal padat merupakan aspal yang berbentuk padat atau semi
padat pada suhu ruang dan menjadi cair seketika ketika dipanaskan. Aspal padat
dikenal juga dengan semen aspal. Oleh karena itu semen aspal harus dipanaskan
terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
Ket (1998) menyatakan bahwa terdapat 5 klsifikasi nilai penetrasi pada
semen aspal yang bervariasi secara konsisten pada suhu kamar dari padat ke
semi-cair, yaitu 40-50, 60-70, 80-100, 120-150, dan 200-300. Nilai ini
menunjukkan tingkat kekerasan material dimana penetrasi 40-50 merupakan
3
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
yang paling keras dan penetrasi 200-300 merupatan paling lembut. Semakin
tinggi nilai penetrasi aspal, berarti semakin meningkat pula ketahanan terhadap
penigkatan suhu (lapangan). Bila di wilayah yang mengalami musim dingin
dapat digunakan Penetrasi 200-300. Di Indonesia, bahan aspal yang digunakan
dalam pembuatan jalan raya adalah semen aspal yang bernilai penetrasi 60-70
dan 80-100 karena suhu rerata perkerasan aspal Indonesia relatif lebih tinggi. (W
Ritonga, 2015)
Perkerasan pada jalan aspal disebut dengan perkerasan lentur (flexible
pavement). Perkerasan lentur yait perkerasan dengan bahan pengikat aspal yang
sering disebut campuran aspal panas atau hot mix. Perkerasan lentur
diperuntukan untuk jalan aspal atau aspal beton (aspahlt Concrete). Di Indonesia
aspal beton dikenal dengan Laston ( lapisan aspal beton).
Pemakaian tipe perkerasan lentur semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya pengembangan suatu daerah. Lapisan perkerasan ini terdiri dari
lapisan pondasi bawah (base), lapisan podasi atas (binder course), dan lapisan
permukaan (wearing course). Apabila diperlukan, dapat juga ditambah lapis
penutup/lapis aus di atas lapisan permukaan guna mencegah masuknya air dan
memberikan kesan kesat pada permukaan jalan. ( M.R. Herliansyah, 2013)
1.1 Lapisan Aspal Beton (Laston)
Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri
dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus
dan filler, sedangkan aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis
aspal beton harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 40/50, 60/70 dan
80/100 yang seragam, tidak mengandung air bila dipanaskan sampai suhu
175°C tidak berbusa dan memenuhu persyaratan sesuai dengan yang
ditetapkan.
Pembuatan Lapis Aspal Beton (Laston) dimaksudkan untuk
mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara (binder) pada
perkerasan jalan yang mampu memberikan sumbangan daya dukung yang
terukur serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi
konstruksi dibawahnya.Ada tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki
oleh aspal beton sebagai berikut
1) Tahan terhadap tekanan (stability)
Yaitu kemampuan dari suatu perkerasan jalan menerima beban lalu
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti 15 gelombang, alur dan
bleeding. Jalan yang melayani volume lalu lintas yang tinggi dan dominan
terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan suatu perkerasan jalan dengan
stabilitas yang tinggi.
2) Keawetan (durabilty)
Keawetan adalah kemampuan beton aspal untuk menerima repetisi
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda
kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh
cuaca dan iklim, seperti udara, air atau perubahan temperatur.
4
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
3) Kelenturan (flexibility)
Kelenturan adalah kemapuan dari beton aspal untuk menyesuaikan
diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari
pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat
repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah
timbunan yang dibuat di atas tanah asli.
4) Ketahanan terhadap kelelehan (fatigue resistance)
Ketahanan terhadap kelelehan adalah suatu kemampuan dari beton
aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa
terjadinya kelelehan berupa alur dan retak.
5) Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance)
Kekesatan atau tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton
aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda
kendaraan sehingga roda kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip. Selain
itu agregat yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan yang
kasar, tetapi juga harus mempunyai daya tahan untuk permukaannya tidak
mudah menjadi licin akibat repetisi kendaraan.
6) Kedap air (impermeable)
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat
dimasuki oleh air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan
udara dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan aspal, dan
pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan agregat. Tingkat
impermebilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat
durabilitasnya.
7) Mudah dilaksanakan (workability)
Workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipampatkan. Faktor yang mempengaruhi tingkat
kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas
aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur gradasi serta kondisi
agregat.
5
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
6
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
7
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
8
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
2. Plastik PET
Plastik jenis PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol
plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol
jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol jenis ini direkomendasikan
hanya untuk sekali pakai karena jika sering dipakai akan mengakibatkan lapisan
polimer botol mengeluarkan zat karsinogenik penyebab kanker. (Raggne in
health, 2015).
Plastik PET merupakan plastik thermoplast, yaitu plastik yang dapat
dicetak berulang ulang dengan adanya panas (dapat didaur ulang). Polyethylene
terephthalate mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik.
Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110°C. PET
mempunyai kombinasi sifat-sifat: kekuatan (strength) yang tinggi, kaku
(stiffness), dimensinya stabil, tahan bahan kimia dan panas, serta mempunyai
sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya serap uap air yang rendah,
demikian juga daya serap terhadap air. Dengan sifatnya itu diharapkan dengan
memodifikasi aspal dengan campuran polyethylene terephthalate bisa
menambah kualitas aspal. (Eliza,2015)
9
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
BAB 3
METODE PENELITIAN
Data penelitian diambil dari data hasil uji yang telah dilakukan sebelumnya.
Batasan penelitian meliputi : Jenis botol plastik yang digunakan adalah botol plastik
dengan kode 1 pada bagian bawah botol (Polyethylene Terepthalate) dengan kadar
bervariasi dari 0,15% sampai dengan 0,60% dari berat agregat. Jenis aspal yang
digunakan adalah dengan penetrasi 60/70, agregat campuran bergradasi tipe IV; abu
batu digunakan sebagai filler. Penggunaan kadar aspal bervariasi dari 5% sampai
dengan 7% dari berat agregat 1200 gram.
Ada dua teknik pencampuran plastik dalam campuran beraspal, yaitu
1) Cara basah, (wet process), yaitu suatu cara pencampuran dimana plastik
dimasukkan ke dalam aspal panas dan diaduk dengan kecepatan tinggi sampai
homogen. Cara ini membutuhkan tambahan dana cukup besar antara lain bahan
bakar, mixer kecepatan tinggi sehingga aspal modifikasi yang dihasilkan
harganya cukup besar bedanya dibandingkan dengan aspal konvensional.
2) Cara kering (dry process), yaitu suatu cara dimana plastik dimasukkan ke dalam
agregat yang dipanaskan pada temperatur campuran, kemudian aspal panas
ditambahkan. Cara ini bisa lebih murah dibandingkan cara basah, lebih mudah
hanya dengan memasukkan plastik ke dalam agregat panas, tanpa membutuhkan
peralatan lain untuk mencampur. (Eliza,2015)
Untuk penelitian ini digunakan cara kering dan alur penelitian sebagai berikut
10
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
Start
Persiapan
Bahan
Pemeriksaan
Bahan
TIDAK
Memenuhi Spesifikasi
YA
Pengujian Marshall
End
12
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009
PKM : Penelitian Aspa modifikasil dengan Plastik PET
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia,2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal
2. Anak Teknik,2010
http://poda-hentak.blogspot.co.id/2012/02/aspal-dan-jenis-aspal.html
3. W.Ritonga, 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52155/3/Chapter%20II.pdf
4. M.R. Herliansyah, 2013
http://muse-enterprise.blogspot.co.id/2012/04/jenis-jalan-dan-
perbandingannya-aspal.html
5. Raggne in health, 2015
https://raggne.wordpress.com/2015/05/11/arti-kode-kemasan-plastik-pete-
hdpe-pvc-ldpe-pp-ps/
6. Eliza,2015
http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/I45-Eliza_397-404_.pdf
7. Anonim,2014
http://e-journal.uajy.ac.id/8433/4/TS314000.pdf
13
Bagas Dwi Cahyo
1610811110009