BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Tuturan, tulisan, dan pilihan kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan
tulisan seseorang. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan barulah dapat secara
tepat mengungkapkan gagasan yang disampaikan dan dapat secara tepat pula dipahami
oleh pendengar atau pembaca, sehubungan dengan itu penuturan atau penulisan kata selalu
harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula
mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam pemilihan kata dan penggunaan kata yang
tepat.
1.2 Tujuan
a) Mengerti tentang kata dasar
b) Mengerti tentang kata turunan
c) Mengerti tentang kata mubazir
d) Mengerti tentang kata denotatif dan konotatif
1
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
1.5 Manfaat
a) Memberi pemahaman para pembaca mengenai penggunaan kata dasar, kata turunan,
kata mubazir, kata denotatif dan kata konotatif, serta kata baku dan kata tidak baku.
b) Menjadi pegangan dalam pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia tentang
penggunaan kata dasar, kata turunan, kata mubazir, kata denotatif dan kata konotatif.
2
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kata Khusus dan Kata Umum
Salah satu jenis atau golongan kata dalam Bahasa Indonesia yaitu kata umum dan
kata khusus. Kata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup luas, dan masih bisa
diperinci serta dijabarkan lebih lanjut. Sedangkan kata khusus adalah kata yang memiliki
ruang lingkup sempit dan terbatas. Perhatikan Contoh Kalimat Berikut ini.
a. Sinta membawa barang-barang kesukaannya ketika piknik. (kata umum)
b. Lia menjinjing belanjaan yang dia beli dari pasar. (kata khusus)
Pada contoh kalimat di atas, kata membawa merupakan contoh kata umum,
sedangkang kata menjinjing merupakan contoh kata khusus. Kata membawa dan
menjinjing pada kedua kalimat tersebut sebenarnya memiliki makna yang sama, akan tetapi
makna kata membawa lebih bersifat umum, sedang kata menjinjing lebih bersifat khusus.
Kata membawa tidak bisa memberikan gambaran yang jelas, tetapi kata menjinjing
bisa memberikan gambaran yang jelas, yakni membawa sesuatu yang ada dalam wadah
menggunakan satu tangan dan terletak di samping kiri atau kanan. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel yang berisi beberapa contoh kata umum dan kata khusus di bawah ini.
3
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
Dari contoh-contoh di atas, terlihat bahwa kata khusus lebih bisa memberikan kejelasan
dari pada kata umum. Bisa disimpulkan bahwa kata khusus merupakan penjabaran dari
kata umum.
Kata khusus dari kata umum membawa yang tepat sesuai dengan konteks di atas adalah
memikul. Sedangkan menjinjing tidaklah tepat digunakan dalam konteks kalimat tersebut.
Oleh karena itu, penggunaan kata khusus memiliki cakupan yang lebih sempit dan hanya
bisa dipakai dalam kalimat tertentu, sehingga pemilihan kata atau diksi sangat diperlukan.
(Anonim 1)
.
2.2 Kata Turunan
Kata Turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata-kata yang telah
berubah bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata-kata tersebut telah diberi
imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan-akhiran
(konfiks). Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal, bermain, berkelahi, bercanda,
catatan, gemetar, dan lain-lain.
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan ; awalan, sisipan dan
akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh ; catatan (kata dasar
[catat], mendapat akhiran [-an]), berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-]), gemetar
(kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
4
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
Kata turunan berupa gabungan kosa kata asing dan imbuhan yang dirangkai
menggunakan tanda hubung. Contoh ; me-recall, di-upgrade
Kata turunan juga dapat berupa gabungan bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang
huruf awalnya huruf kapital. Kata turunan ini, penulisannya dirangkai menggunakan tanda
hubung (-). Contoh ; pro-Indonesia, non-Indonesia, pan-Afrika
Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh ; sebar luaskan, bertepuk
tangan, garis bawahi
Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan mendapatkan awalan
dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkai dengan imbuhannya.
Contoh ; menyebarluaskan, pertanggungjawaban, melipatgandakan, mencampuradukan
Kata turunan yang salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh ; adipati, adikuasa, aerodinamika, antarkota,
antarprovinsi, antibiotik, antiteroris, audiogram
Contoh kalimat turunan :
1. Kakak dan adik bermain di halaman sangat gembira
2. Ibu membuat kue sangat enak
3. Ketika saya mau tidur saya diajak bercanda oleh adik
4. Ibu menanam bunga banyak sekali di halaman rumah
5. Ketika sore saya bersepeda di depan rumah
6. Saya ingin menyebarluaskan berita ini
7. Saya berlari ketika di kejar anjing (Anonim 2)
Adapun pengertian lain dari kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-
kata yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi
5
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
mubazir, yaitu menjadi berlebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau tulisan
sebaiknya dihindari karena menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat
antara lain pada pemakaian kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya,
sebab dan karena, sangat dan sekali.
Menurut Arifin dan Tasai (2008: 101), jenis kata-kata mubazir sebagai berikut.
1. Pengulangan Subjek
Pengefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek. Contoh
a) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.
c) Beberapa kota besar di Indonesia umumnya sudah tercemar polusi udara, seperti
Jakarta dan Surabaya.
Beberapa kota besar di Indonesia umumnya sudah tercemar polusi udara, misalnya
Jakarta dan Surabaya.
Pendapat Arifin dan Tasai tersebut sejalan dengan Chaer (2011: 37) yang
mengemukakan bahwa Ada kata-kata yang kalau dihilangkan tidak akan mengganggu
makna atau arti kalimat tersebut. Kata-kata yang dapat dihilangkan, antara lain.
7
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
3. Tidak menggunakan kata penanda jamak (seperti semua, banyak, beberapa, sekalian,
dan para) bersama-sama sekaligus dengan bentuk ulang yang menyatakan jamak.
a) Banyak pohon-pohon bertumbangan ketika terjadi angin ribut semalam.
b) Sebagian barang-barang makanan yang diimpor itu sudah kadaluarsa.
8
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
B. Kata Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial,
sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam makna konotatif untung atau pukul. Makna konotasi bisa bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil
mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban
(konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu
denotatif atau konotatif.
Contoh
1. Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam =
wts).
2. Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir).
9
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan,
memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan
pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa
tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
1. Konotasi positif
Contoh
Suami istri
Tunanetra
Pria
2. Konotasi negatif
Contoh
Laki bini
Buta
Laki-laki
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai
nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan
tidak memiliki konotasi, tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan
negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya
referen kata itu sebagai sebuah perlambang.
Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai rasa
yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan
bernilai rasa negatif. Misalnya, burung garuda karena dijadikan lambang negara
republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang
bernilai rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang
buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka
lambang yang tidak baik.
Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang
satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan
norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata babi, di daerah-
daerah yang penduduknya mayoritas beragama islam, memiliki konotasi negatif karena
binatang tersebut menurut hukum islam adalah haram dan najis. Sedangkan di daerah-
daerah yang penduduknya mayoritas bukan islam seperti di pulau Bali atau pedalama
Irian Jaya, kata babi tidak berkonotasi negatif.
Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata
ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti cerewet tetapi sekarang
konotasinya positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang
berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif. (Anonim 4)
10
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
11
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah tentang Penggunaan Kata ini maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pentingnya pemilihan kata yang tepat dalam penggunaan kata dalam
menulis suatu kalimat atau bahkan untuk berbicara. Karena ketepatan pilihan kata yang
diambil sangat menentukan kualitas tulisan dan pembicaraan.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca ataupun
penulis agar dapat lebih memahami tentang penggunaan kata, khususnya untuk
penggunaan kata dasar, kata turunan, kata mubazir, kata denotatif dan kata konotatif, dan
kata baku dan tidak baku. Kami menyadari bahwa kami selaku penulis masih jauh dari kata
baik, masih banyak kekurangan yang kami miliki pada makalah ini. Oleh karena itu
diharapkan para pembaca sekalian agar tidak hanya mencari materi tentang penggunaan
kata dari makalah ini saja. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi pengembangan lebih jauh untuk makalah ini. Semoga
pula untuk selanjutnya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah bobot materi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
12
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1
http://www.kelasindonesia.com/2015/06/pengertian-dan-contoh-kata-umum-dan-khusus-
dalam-kalimat-terlengkap.html
http://web-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-dan-contoh-kata-umum-
dan.html
Anonim 2
http:ridhoapriansah0.blogspot.com.html
Anonim.3
http://nuansa-nuansabahasaindonesia.weebly.com/esai-konten/kata-mubazir
Anonim 4
http://wwwbasah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-denotatif-dan-konotatif.html
13