Anda di halaman 1dari 13

Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Tuturan, tulisan, dan pilihan kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan
tulisan seseorang. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan barulah dapat secara
tepat mengungkapkan gagasan yang disampaikan dan dapat secara tepat pula dipahami
oleh pendengar atau pembaca, sehubungan dengan itu penuturan atau penulisan kata selalu
harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula
mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam pemilihan kata dan penggunaan kata yang
tepat.

Menggunakan kata yang tepat untuk berbahasa tidak semudah membalikkan


telapak tangan. Buktinya dewasa ini masih banyak orang-orang di berbagai kalangan dan
lapisan masyarakat yang masih melakukan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan kata.
Tidak perlu jauh memandang negara-negara orang nan jauh di sana. Kita sebut saja
Indonesia, negara kita. Meskipun negara sendiri, sejak kecil sampai dewasa berdomisili,
tapi tetap saja ada individu ataupun kelompok yang belum bisa bertutur kata sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Maka dari itu, kami selaku tim penulis akan
mengemukakan beberapa aspek penting tentang penggunaan kata sesuai dalam bab-bab
pada makalah ini.

1.2 Tujuan
a) Mengerti tentang kata dasar
b) Mengerti tentang kata turunan
c) Mengerti tentang kata mubazir
d) Mengerti tentang kata denotatif dan konotatif

1.3 Rumusan Masalah


a) Apa itu kata dasar ?
b) Apa itu kata turunan ?
c) Apa itu kata mubazir ?
d) Apa itu kata denotatif dan kata konotatif ?

1.4 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam pngukuran sudut yang di bahas meliputi
a) Kata dasar
b) Kata turunan
c) Kata mubazir
d) Kata denotatif dan kata konotatif

1
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

1.5 Manfaat
a) Memberi pemahaman para pembaca mengenai penggunaan kata dasar, kata turunan,
kata mubazir, kata denotatif dan kata konotatif, serta kata baku dan kata tidak baku.
b) Menjadi pegangan dalam pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia tentang
penggunaan kata dasar, kata turunan, kata mubazir, kata denotatif dan kata konotatif.

2
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kata Khusus dan Kata Umum
Salah satu jenis atau golongan kata dalam Bahasa Indonesia yaitu kata umum dan
kata khusus. Kata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup luas, dan masih bisa
diperinci serta dijabarkan lebih lanjut. Sedangkan kata khusus adalah kata yang memiliki
ruang lingkup sempit dan terbatas. Perhatikan Contoh Kalimat Berikut ini.
a. Sinta membawa barang-barang kesukaannya ketika piknik. (kata umum)
b. Lia menjinjing belanjaan yang dia beli dari pasar. (kata khusus)

Pada contoh kalimat di atas, kata membawa merupakan contoh kata umum,
sedangkang kata menjinjing merupakan contoh kata khusus. Kata membawa dan
menjinjing pada kedua kalimat tersebut sebenarnya memiliki makna yang sama, akan tetapi
makna kata membawa lebih bersifat umum, sedang kata menjinjing lebih bersifat khusus.

Kata membawa tidak bisa memberikan gambaran yang jelas, tetapi kata menjinjing
bisa memberikan gambaran yang jelas, yakni membawa sesuatu yang ada dalam wadah
menggunakan satu tangan dan terletak di samping kiri atau kanan. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel yang berisi beberapa contoh kata umum dan kata khusus di bawah ini.

Kata umum : Hewan peliharaan


Kata khusus : Kucing, anjing, kelinci, marmut, hamster, ikan

Kata umum : Mencintai


Kata khusus : Menyayangi, mengasihi

Kata umum : Menetap

3
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

Kata khusus : Bersarang, tinggal, menghuni

Kata umum : Sependapat


kata khusus : Setuju, sepakat

Kata umum : Indah


Kata khusus : Cantik, menawan, menakjubkan

Dari contoh-contoh di atas, terlihat bahwa kata khusus lebih bisa memberikan kejelasan
dari pada kata umum. Bisa disimpulkan bahwa kata khusus merupakan penjabaran dari
kata umum.

Perhatikanlah kalimat kalimat di bawah ini !


Ayah melihat adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit.
Ayah menengok adiknya yang sedang dirawat di rumah sakit.
Ayah melirik adiknya yang sedang sakit di rumah sakit.
Kalimat di atas memiliki makna umum yaitu, melihat, dan kata khusus, seperti menengok,
dan melirik. Pada kalimat pertama, kata umum masih bisa digunakan sesuai dengan
konteks kalimat di atas. Sedangkan pada kalimat ketiga, kata khusus melirik tidaklah sesuai
dengan konteks kalimat tersebut. Kata khusus yang sesuai adalah menengok pada kalimat
kedua.

Mari kita ambil contoh lain.


Pak Ujang membawa karung beras yang sangat berat.
Pak Ujang memikul karung beras yang sangat berat.
Pak Ujang menjinjing karung beras yang sangat berat.

Kata khusus dari kata umum membawa yang tepat sesuai dengan konteks di atas adalah
memikul. Sedangkan menjinjing tidaklah tepat digunakan dalam konteks kalimat tersebut.
Oleh karena itu, penggunaan kata khusus memiliki cakupan yang lebih sempit dan hanya
bisa dipakai dalam kalimat tertentu, sehingga pemilihan kata atau diksi sangat diperlukan.
(Anonim 1)
.
2.2 Kata Turunan
Kata Turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata-kata yang telah
berubah bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata-kata tersebut telah diberi
imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan-akhiran
(konfiks). Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal, bermain, berkelahi, bercanda,
catatan, gemetar, dan lain-lain.

Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan ; awalan, sisipan dan
akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh ; catatan (kata dasar
[catat], mendapat akhiran [-an]), berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-]), gemetar
(kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])

4
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

Kata turunan berupa gabungan singkatan dan imbuhan yang dirangkai


menggunakan tanda hubung. Contoh ; mem-PHK-kan, mem-PTUN-kan.

Kata turunan berupa gabungan kosa kata asing dan imbuhan yang dirangkai
menggunakan tanda hubung. Contoh ; me-recall, di-upgrade

Kata turunan juga dapat berupa gabungan bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang
huruf awalnya huruf kapital. Kata turunan ini, penulisannya dirangkai menggunakan tanda
hubung (-). Contoh ; pro-Indonesia, non-Indonesia, pan-Afrika

Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh ; sebar luaskan, bertepuk
tangan, garis bawahi

Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan mendapatkan awalan
dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkai dengan imbuhannya.
Contoh ; menyebarluaskan, pertanggungjawaban, melipatgandakan, mencampuradukan
Kata turunan yang salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh ; adipati, adikuasa, aerodinamika, antarkota,
antarprovinsi, antibiotik, antiteroris, audiogram
Contoh kalimat turunan :
1. Kakak dan adik bermain di halaman sangat gembira
2. Ibu membuat kue sangat enak
3. Ketika saya mau tidur saya diajak bercanda oleh adik
4. Ibu menanam bunga banyak sekali di halaman rumah
5. Ketika sore saya bersepeda di depan rumah
6. Saya ingin menyebarluaskan berita ini
7. Saya berlari ketika di kejar anjing (Anonim 2)

2.3 Kata Mubazir


Dalam penggunaan bahasa, keefektifan selain dapat dicapai melalui pemilihan kata
yang tepat, dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian kata yang mubazir. Kata
mubazir yang dimaksud di sini adalah kata yang kehadirannya tidak terlalu diperlukan,
sehingga jika dihilangkan, tidak mengganggu informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu,
dalam penggunaan bahasa sebaiknya kita berlaku hemat. Menurut Arifin dan Tasai (2008:
101), Yang dimaksud dengan kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu.

Adapun pengertian lain dari kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-
kata yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi

5
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

mubazir, yaitu menjadi berlebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau tulisan
sebaiknya dihindari karena menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat
antara lain pada pemakaian kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya,
sebab dan karena, sangat dan sekali.

Menurut Arifin dan Tasai (2008: 101), jenis kata-kata mubazir sebagai berikut.

1. Pengulangan Subjek
Pengefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek. Contoh
a) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b) Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.


b) Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang.

2. Pemakaian Superordinat Pada Hiponim Kata


Pengefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponim kata. Contoh
a) Ia memakai baju warna merah.
b) Di mana engkau menangkap burung pipit itu ?

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Ia memakai baju merah.


b) Di mana engkau menangkap pipit itu?

3. Kesinoniman dalam Satu Kalimat


Pengefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat. Contoh

a) Kita perlu menjaga kesehatan agar supaya terhindar dari penyakit.


b) Bank Sumitomo adalah merupakan salah satu bank terbesar di Jepang.
c) Beberapa kota besar di Indonesia umumnya sudah tercemar polusi udara, seperti
misalnya Jakarta dan Surabaya.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Kita perlu menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit.


Kita perlu menjaga kesehatan supaya terhindar dari penyakit.
6
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

b) Bank Sumitomo merupakan salah satu bank terbesar di Jepang.


Bank Sumitomo adalah salah satu bank terbesar di Jepang.

c) Beberapa kota besar di Indonesia umumnya sudah tercemar polusi udara, seperti
Jakarta dan Surabaya.
Beberapa kota besar di Indonesia umumnya sudah tercemar polusi udara, misalnya
Jakarta dan Surabaya.

4. Penjamakan Kata-Kata yang Berbentuk Jamak


Pengefektifan kalimat dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-
kata yang berbentuk jamak. Contoh

a) Para hadirin dipersilakan memasuki ruangan.


b) Para tamu-tamu menikmati hiburan yang disajikan tuan rumah.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Hadirin dipersilakan memasuki ruangan.


b) Tamu-tamu menikmati hiburan yang disajikan tuan rumah.

Pendapat Arifin dan Tasai tersebut sejalan dengan Chaer (2011: 37) yang
mengemukakan bahwa Ada kata-kata yang kalau dihilangkan tidak akan mengganggu
makna atau arti kalimat tersebut. Kata-kata yang dapat dihilangkan, antara lain.

1. Kata-kata hari, tanggal, bulan, tahun, pukul atau jam.


a) Seminar itu akan berlangsung hingga hari Selasa mendatang.
b) Terhitung sejak tanggal 1 Maret 2012 ia diangkat menjadi calon pegawai negeri.
c) Setiap bulan Oktober, Balai Bahasa menyelenggarakan Bulan Bahasa.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Seminar itu akan berlangsung hingga Selasa mendatang.


b) Terhitung sejak 1 Maret 2012 ia diangkat menjadi calon pegawai negeri.
c) Setiap Oktober, Balai Bahasa menyelenggarakan Bulan Bahasa.

2. Kata dari dan daripada yang tidak perlu.


a) Pidato dari Presiden akan disiarkan ulang nanti malam.
b) Tugas dan fungsi daripada DPR adalah menyusun undang-undang, bukan mengurus
pembangunan sarana pendidikan.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

7
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

a) Pidato Presiden akan disiarkan ulang nanti malam.


b) Tugas dan fungsi DPR adalah menyusun undang-undang, bukan mengurus
pembangunan sarana pendidikan.

3. Tidak menggunakan kata penanda jamak (seperti semua, banyak, beberapa, sekalian,
dan para) bersama-sama sekaligus dengan bentuk ulang yang menyatakan jamak.
a) Banyak pohon-pohon bertumbangan ketika terjadi angin ribut semalam.
b) Sebagian barang-barang makanan yang diimpor itu sudah kadaluarsa.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Pohon-pohon bertumbangan ketika terjadi angin ribut semalam.


Banyak pohon bertumbangan ketika terjadi angin ribut semalam.
b) Sebagian barang makanan yang diimpor itu sudah kadaluarsa.

4. Menghilangkan kata hipernim (superordinat) dari kata yang menjadi hiponimnya


(superordinatnya).
a) Sayuran diangkut ke kota menggunakan kendaraan truk.
b) Di pasar ibu membeli ikan tongkol dan buah mangga.

Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.

a) Sayuran diangkut ke kota menggunakan truk.


b) Di pasar ibu membeli tongkol dan mangga. (Anonim 3)

2.4 Kata Denotoaif dan Kata Konotatif


A. Kata Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar
ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya atau makna asli dari kata tersebut.
Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering
juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalanya, bermakna
memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna makan seperti itu
adalah makna denotatif.
Contoh:
1. Mas parto membeli susu sapi.
2. Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal.
3. Andi makan roti.
4. Irma menulis surat di meja belajar.
5. Yuma minum susu.

8
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada


acuan atau makna dasarnya.
Contoh:
1. Merah : warna seperti warna darah.
2. Ular : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna denotasi adalah
makna sebenarnya yang apa adanya sesuai dengan indera manusia. Kata yang
mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak mengandung makna yang
rancu walaupun masih bersifat umum. Makna yang bersifat umum ini maksudnya adalah
makna yang telah diketahui secara jelas oleh semua orang.
Berikut ini beberapa contoh kata lain yang mengandung makna denotatif:
1. Dia adalah wanita cantik
Kata cantik ini diucapkan oleh seorang pria terhadap wanita yang berkulit putih,
berhidung mancung, mempunyai mata yang indah dan berambut hitam legam.

2. Tami sedang tidur di dalam kamarnya.


Kata tidur ini mengandung makna denotatif bahwa Tami sedang beristirahat dengan
memejamkan matanya (tidur).

B. Kata Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial,
sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam makna konotatif untung atau pukul. Makna konotasi bisa bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil
mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban
(konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu
denotatif atau konotatif.
Contoh
1. Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam =
wts).
2. Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir).

Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya


yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh
Makna dasar (denotasi) Makna tambahan (konotasi)
Merah warna berani/dilarang
Ular binatang menakutkan/berbahaya

9
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan,
memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan
pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa
tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
1. Konotasi positif
Contoh
Suami istri
Tunanetra
Pria
2. Konotasi negatif
Contoh
Laki bini
Buta
Laki-laki
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai
nilai rasa, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan
tidak memiliki konotasi, tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan
negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya
referen kata itu sebagai sebuah perlambang.
Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai rasa
yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan
bernilai rasa negatif. Misalnya, burung garuda karena dijadikan lambang negara
republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang
bernilai rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang
buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka
lambang yang tidak baik.
Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang
satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan
norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata babi, di daerah-
daerah yang penduduknya mayoritas beragama islam, memiliki konotasi negatif karena
binatang tersebut menurut hukum islam adalah haram dan najis. Sedangkan di daerah-
daerah yang penduduknya mayoritas bukan islam seperti di pulau Bali atau pedalama
Irian Jaya, kata babi tidak berkonotasi negatif.
Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata
ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti cerewet tetapi sekarang
konotasinya positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang
berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif. (Anonim 4)

10
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

11
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah tentang Penggunaan Kata ini maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pentingnya pemilihan kata yang tepat dalam penggunaan kata dalam
menulis suatu kalimat atau bahkan untuk berbicara. Karena ketepatan pilihan kata yang
diambil sangat menentukan kualitas tulisan dan pembicaraan.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca ataupun
penulis agar dapat lebih memahami tentang penggunaan kata, khususnya untuk
penggunaan kata dasar, kata turunan, kata mubazir, kata denotatif dan kata konotatif, dan
kata baku dan tidak baku. Kami menyadari bahwa kami selaku penulis masih jauh dari kata
baik, masih banyak kekurangan yang kami miliki pada makalah ini. Oleh karena itu
diharapkan para pembaca sekalian agar tidak hanya mencari materi tentang penggunaan
kata dari makalah ini saja. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi pengembangan lebih jauh untuk makalah ini. Semoga
pula untuk selanjutnya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah bobot materi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

12
Ilmu Ukur Tanah (HSKK 228)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1
http://www.kelasindonesia.com/2015/06/pengertian-dan-contoh-kata-umum-dan-khusus-
dalam-kalimat-terlengkap.html

http://web-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-dan-contoh-kata-umum-
dan.html

Anonim 2
http:ridhoapriansah0.blogspot.com.html

Anonim.3
http://nuansa-nuansabahasaindonesia.weebly.com/esai-konten/kata-mubazir

Anonim 4
http://wwwbasah.blogspot.co.id/2015/09/makalah-denotatif-dan-konotatif.html

13

Anda mungkin juga menyukai