Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Jambi merupakan kategori kota yang padat penduduk. Terhitung mulai bulan
januari hingga Juni 2015 jumlah pendatang di Kota Jambi sebanyak 3411 jiwa. Jumlah
penduduk yang padat di Kota Jambi akan menimbulkan kerusakan lingkungan akibat
limbah plastik akibat konsumsi dari masyarakat Jambi terhadap lingkungan sekitar
(Tribun Jambi,2015).

Sarana dan Prasarana yang baik sangat dibutuhkan bagi kota yang padat penduduk,
khususnya dibagian jalan. Semua jalan di Kota Jambi menggunakan aspal minyak yang
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Aspal merupakan salah
satu komponen penting dalam pembangunan infrastruktur maupun rehabilitasi jalan,
karena aspal adalah komponen bahan pelapis perkerasan jalan, Namun dengan
berjalannya waktu harga aspal semakin meningkat dan ketersediaan aspal mulai
terbatas, seiring dengan berkurangnya cadangan minyak bumi serta konsumsi aspal
yang semakin bertambah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibuat alternatif
bahan campuran aspal dengan plastik.

Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh
setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jambi rata-rata
semua pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut
akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak
dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak
dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan.

Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia
yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah plastik ini sangatlah sulit untuk
diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan
kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna (Macklin, 2009).
Dampak yang diakibatkan oleh sampah plasik ini sangat banyak, antara lain:
tercemarnya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah. Racun-racun dari partikel
plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan pengurai di dalam tanah
seperti cacing. Plastik tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan, plastik akan
mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah, juga menurunkan kesuburan tanah
karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara.

Dengan jumlah sampah plastik yang melimpah di Kota Jambi dapat dijadikan bahan
tambahan dalam aspal, dimana akan mengurangi limbah plastik yang beredar di Kota
Jambi. Penambahan aditif pada aspal menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk
mempertahankan maupun meningkatkan daya rekatnya, titik lembek, maupun
kelenturanya (Rianung, 2007).

Aspal sendiri memiliki beberapa kelemahan diantaranya seperti mengalami deformasi


(perubahan bentuk) permanen disebabkan adanya tekanan terlalu berat oleh muatan
truk yang berlebihan dan tingginya frekuensi lalu lintas kendaraan dijalan raya.,
keretakan-keretakan maupun kerusakan dapat juga disebabkan karena tererosi akibat
kikisan air, ini semua terjadi pada campuran aspal (Brown, 1990). Alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan meningkatkan sifat fisik dan
mekanik aspal. Salah satunya dengan aspal polimer. Aspal polimer adalah suatu
material yang dihasilkan dari modifikasi antara polimer alam atau polimer sintetis
dengan aspal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah menentukan komposisi aspal sintetis yang optimum
dari campuran limbah plastik untuk mengetahui karakteristik aspal sintetis yang
dihasilkan yang karakteristiknya cocok untuk jalan di Kota Jambi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui komposisi aspal sintetis yang optimum terhadap standar
karakteristik aspal sintetis dari campuran limbah plastik di Kota Jambi.

2. Membuat aspal sintetis sebagai alternatif penganti aspal alam.

1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang dihasilkan dengan adanya pembuatan proposal ini
adalah :
1. Mengetahui dan memahami adanya manfaat lain dari limbah plastik yang bisa
menjadi bahan baku aspal.
2. Mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah plastik yang selama
ini mencemari lingkungan.
3. Meringankan tugas pemerintah kota dalam menjalankan tugas dibidang
kebersihan lingkungan dengan mengurangi limbah plastik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Permana, R (2015) melakukan peneilitian pengujian aspal pen 60/80 dan modifikasi
terhadap sifat reologi aspal dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada prinsipnya penggunaan limbah plastik sebagai bahan pengganti polimer
dalam aspal pen 60/80 cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari semua hasil
percobaan reologi aspal plastik yang mendekati hasil reologi aspal polimer,
2. Penambahan limbah plastik terhadap aspal pen 60/80 memberikan perubahan
terhadap sifat reologi aspal, seperti :
a. Penambahan plastik ke dalam aspal murni pen 60/80 mengakibatkan
menurunnya nilai penetrasi
b. Penambahan plastik ke dalam aspal murni pen 60/80 mengakibatkan naiknya
nilai titik lembek aspal yang membuat aspal menjadi lebih tahan terhadap
perubahan suhu dan cuaca.
c. Penambahan plastik ke dalam aspal murni pen 60/80 mengakibatkan naiknya
nilai viskositas yang mengakibatkan kesulitan dalam pengerjaan aspal
dilapangan (workability).
3. Dengan mempertimbangkan persyaratan kinerja aspal bahwa kinerja fisik
ditentukan berdasarkan parameter-parameter viskositas, penetrasi dan titik
lembek, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum penambahan plastik ke
dalam aspal dapat meningkatkan kinerja aspal.

Rahmawati melakukan Penelitian menggunakan limbah plastik jenis Polipropilena


(PP) sebagai pengganti sebagian agregat untuk campuran Lapis Aspal Beton (Laston)
dalam kadar 0%, 2%, 5% dan 10% dengan menggunakan aspal 5%, 6% dan 7%.
Penggunaan PP pada jenis ini memberikan pengaruh pada campuran Laston terhadap
berbagai karakteristik Marshall, yakni untuk nilai stabilitas, kelelehan, cenderung
mengalami peningkatan, sedangkan nilai VFA cenderung mengalami penurunan.
Al-Hadidiy (2009) melakukan penelitian tentang evaluasi perkerasan jalan dengan
memodifikasi aspal yang ditambahkan polipropilena. Salah satu kesimpulan dari
penelitian ini adalah dengan penambahan polipropilena pada aspal dapat meningkatkan
stabilitas campuran bahan perkerasan jalan.

Tapkin (2006) telah melakukan studi tentang pengaruh serat polipropilena terhadap
performa aspal. Dari studi tersebut didapatkan penambahan serat polipropilena
terhadap aspal dapat meningkatkan angka stabilitas.

Menurut Sukirman, S (1992) konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan


yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipampatkan. Lapisan-lapisan tersebut
befungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di
bawahnya, yang biasanya terbuat dari material yang lebih lemah. Masih menurut
Sukirman, S (2003) bahwa lapis aspal beton (Laston) digunakan untuk jalan-jalan
dengan beban lalu lintas berat, laston juga dikenal dengan nama AC (Asphalt
Concrete).

Komposisi Laston terdiri dari :


1) aspal, adalah bahan padat atau semi padat dan merupakan senyawa hydrocarbon
yang berwarna coklat gelap atau hitam pekat dan terdiri dari asphalt enese dan
maltenese yang memiliki fungsi sebagai bahan ikat antara agregat untuk
membentuk suatu campuran yang kompak.
2) batuan yang bergradasi rapat (dense graded), yaitu merupakan campuran agregat
kasar dan halus dalam porsi yang berimbang, sehingga dinamakan juga agregat
yang bergradasi baik (well graded). Campuran agregat yang bergradasi rapat atau
baik mempunyai pori sedikit, mudah dipampatkan, dan mempunyai stabilitas
tinggi. Tingkat stabilitas ditentukan dari ukuran butir agregat terbesar yang ada.
(Sukirman, S, 1992)

Menurut Syarief, et al., (dalam Nurminah, M., 2002) bahan pembuat plastik dari
minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh
bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan
dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstrusi). Plastik merupakan polimer yang
mempunyai keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, tidak karatan dan bersifat
termoplastis serta dapat diberi warna.

Menurut Erliza dan Sutedja (dalam Nurminah,M.,2002), plastik dapat dikelompokkan


atas dua tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang
dapat dilunakkan berulang kali dengan menggunakan panas, antara lain polyethylene,
polypropylene, polystyrene, dan polyvinil chloride. Sedangkan termoset adalah plastik
yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan urea
formaldehid (Nurminah,M., 2002).

Suroso,T.W (2004) menjelaskan bahwa suatu cara meningkatkan titik lembek aspal
adalah dengan menambahkan plastik. Dari hasil penelitiannya, penambahan plastik ke
dalam aspal meningkatkan titik lembek aspal yang juga otomatis menurunkan nilai
penetrasi aspal sehingga tidak mudah terpengaruh oleh perbedaan temperatur,
menaikkan nilai stabilitas dan Marshall Quotient.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Suroso, T.W (2004), dengan kadar plastik 3%;
3,5% dan 4 %, ternyata plastik dapat meningkatkan mutu campuran beraspal. Menurut
Nugrohojati,E.S (2002), menjelaskan bahwa adanya plastic diyakini dapat
meningkatkan kekakuan campuran HRA. Dalam penelitiannya, dengan kadar additive
0,3 % pada kadar aspal 6,8% dan 7,3% campuran mempunyai nilai stabilitas yang lebih
tinggi daripada campuran dengan kadar additive 0,2 % pada kadar aspal yang sama.
BAB 3
LANDASAN TEORI

3.1 Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai
coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh bila
dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya (ASTM, 1994).

Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu campuran dari senyawa
hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari
kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang bersifat non
logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat, dan campuran
tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2).

Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara
lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh
karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap pengaruh air.

Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis aspal, yaitu :


A. Aspal minyak
Aspal minyak adalah kumpulan bahan-bahan sisa dari proses destilasi minyak bumi di
pabrik kilang minyak. Bahan sisa ini doproses secara ekonomis untuk dapat
menghasilkan produk-produk yang dapat dijual. Residu padat dan bahan cair lain
dicampur, biasanya akan dipaket dalam empat kelas, yaitu kelas Penetrasi (Pen 40/50,
Pen 60/70, Pen 80/70 dan Pen 80/100). Pada penelitian ini menggunakan aspal
Pertamina Pen 60/70.

b. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi adalah aspal minyak ditambah dengan bahan tambah atau additive
untuk meningkatkan kinerja dari aspal. Bahan tambah yang digunakan bisa dari
asbuton yang diproses, elastomer alam (latex) maupun elastomer sintetis. Aspal
modifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal minyak ditambah dengan
limbah plastik.

Berbagai upaya telah dilakukan agar kualitas jalan mampu mendukung kondisi
lingkungan dan tuntutan dari pengguna jalan agar jalan mempunyai stabilitas dinamis
yang lebih tinggi. Maka dilakukan penggunaan bahan aspal modifikasi dengan
menggunakan limbah plastik.

3.2 Agregat
Agregat adalah partikel-partikel butiran mineral yang digunakan dengan kombinasi
berbagai jenis bahan perekat membentuk massa beton atau sebagai bahan dasar jalan,
backfill, dan lainnya (Atkins, 1997). Sifat-sifat agregat galian yang dihasilkan,
tergantung dari jenis batuan asal. Ada 3 jenis batuan asal, yaitu batuan beku, sedimen
dan metamorf.

Agregat sebagai bahan bangunan, dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu


anorganik dan organik dan dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu agregat alam dan
buatan. Agregat anorganik alam, seperti : tanah yang bersifat trass / pozolan, pasir dan
batu alam, batu apung, serat asbes, sedang anorganik buatan, meliputi : terak tanur
tinggi, A.L.W.A. (Artificial Light Weight Aggregate), fly ash dan sisa bakaran batu
bara.

Dalam perencanaan, secara umum sifat-sifat teknis beton aspal, adalah :


a. Stabilitas (Stability)
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk (deformasi) seperti gelombang, alur atau bleeding. Kebutuhan
akan stabilitas sebanding dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan
memakai jalan tersebut. Jalan dengan pelayanan volume lalu lintas tinggi dan
kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan dengan Stabilitas yang tinggi.
Stabilitas dapat diperoleh dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel, dan
daya ikat yang baik antara aspal dan agregat.
b. Keawetan (Durability)
Keawetan adalah kemampuan bahan perkerasan untuk menahan keausan akibat
pengaruh cuaca, yaitu air dan perubahan suhu, ataupun keausan akibat dari gesekan
roda kendaraan, yang dapat mengakibatkan :
1) perubahan pada bahan pengikat (bitumen) dan mengelupasnya selaput bitumen
dari agregat dan kehancuran agregat
2) faktor yang dapat mempengaruhi durabilitas adalah VIM (Voids in Mix) kecil
sehingga lapisan menjadi kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran
3) terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuh
c. Kelenturan (Flexibility)
Kelenturan adalah kemampuan bahan lapis perkerasan untuk dapat mengikuti
(menyesuaikan) deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
terjadinya retak dan perubahan volume. Sifat fleksibelitas yang tinggi dapat diperoleh
dengan cara : penggunaan agregat dengan gradasi senjang sehingga diperoleh VMA
yang besar, menggunakan aspal lunak (penetrasi tinggi), dan penggunaan aspal yang
cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
d. Kekesatan (Skid Resistance)
Kekesatan adalah sifat kekesatan yang diberikan oleh permukaan bahan perkerasan
dalam melayani arus lalu lintas yang lewat tanpa terjadinya slip baik di waktu hujan
(basah) maupun di waktu kering. Kekesatan dinyatakan dalam koefisien gesek antara
permukaan jalan dengan roda kendaraan. Besarnya nilai koefisien gesek dipengaruhi
oleh penggunaan : agregat dengan permukaan kasar, kadar aspal yang tepat sehingga
tidak terjadi bleeding, agregat berbentuk kubus, agregat kasar yang cukup.

e. Kelelahan (Fatique Resistance)


Kelelahan adalah ketahanan dari bahan perkerasan beton aspal dalam menerima beban
berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur (rutting) dan retak. Faktor yang
dapat mempengaruhi adalah : VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah dapat
menyebabkan kelelahan yang lebih cepat, VMA dan kadar aspal yang tinggi dapat
menyebabkan lapis permukaan beton aspal menjadi fleksibel, sehingga alur menjadi
lebih cepat terbentuk.
f. Kemudahan dikerjakan (Workability)
Kemudahan dikerjakan maksudnya adalah sifat mudahnya bahan lapis perkerasan
untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan
yang diharapkan. Workability dipengaruhi oleh : agregat yang bergradasi baik lebih
mudah dilaksanakan dari pada agregat dengan bergradasi lain, temperatur campuran
yang dapat mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang bersifat thermoplastic, dan
kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi dapat menyebabkan pelaksanaan lebih
sulit.
g. Kedap (Impermeability)
Kedap adalah sifat kemampuan bahan perkerasan untuk tidak dapat dengan mudah
dilalui oleh air atau udara. Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan proses
penuaan campuran beton aspal dan pengelupasan selimut aspal (film) dari permukaan
agregat. Bahan perkerasan dapat dibuat kedap air dengan cara : memperkecil VIM kecil
dan memperbesar kadar aspal, atau menggunakan gradasi agregat yang rapat (dense
graded).

BAB 4

HIPOTESIS
Penambahan plastik dalam bahan baku pembuatan aspal dengan cara kering maupun
cara basah diperkirakan akan menghasilkan karakteristik campuran beraspal yang lebih
baik dari aspal biasanya.

BAB 5

METODE PENELITIAN

5.1 Umum
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum, dengan
menggunakan metode pengujian eksperimen berdasarkan pada pedoman perencanaan
campuran beraspal panas dengan metode Marshall menurut American Association of
State Highway and Transportation Official (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum
Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010. Seperti telah disampaikan di bab 1 bahwa
jenis campuran beraspal panas yang dipilih untuk penelitian ini adalah limbah plastik.
Pengujian-pengujian yang dilakukan meliputi :

a. Pengujian agregat meliputi :Gradasi, Berat Jenis, Kekekalan (Sulfate


Soundness Test), Bentuk butiran (Particle Shape), Sand Equivalent Test , dan
Keausan (Los Angeles Abrasion)
b. Pengujian aspal meliputi : viskositas, Penetrasi, Titik Lembek, Titik Nyala,
Daktilitas, Kelarutan dalam Tetrachlorethylene (CCl4), Kehilangan berat,
Penetrasi setelah kehilangan berat, dan Berat Jenis serta uji kelekatan terhadap
agregat
c. Selanjutkan mempersiapkan bahan, yaitu menyaring agregat untuk kebutuhan
perencanaan campuran rencana (Job Mix Formula)
d. Membuat benda uji Marshall
e. Pengujian benda uji Marshall dengan tujuan mendapatkan sifat-sifat seperti :
Stabilitas, Flow, VIM (Void In The Mix), VFA (Void Filled With Asphalt),
VMA (Void Mix Aggregate) dan Marshall Quotient (MQ)
f. Selanjutnya menghitung tebal film aspal, dust proportion (DP) dan indeks
kekuatan sisa (IKS). Penelitian ini menggunakan dua jenis aspal, yaitu Aspal
Petamina Pen 60/70 dan BNA Blend 75/25.

Secara skematis, pelaksanaan penelitian ini dapat disampaikan dalam bentuk diagram
alir yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Mulai

Persiapan Alat dan


Bahan
Pengujian Bahan

Pengujian Properti Pengujian Properti


Aspal Meliputi : Agregat
- Viskositas - Gradasi
- Penetrasi - Berat Jenis
- Titik Lembek - Kekekalan
- Titik Nyala - Kepipihan dan
- Kehilangan berat kelonjongan
- Berat jenis - Sand Equivalent
- Uji kekekalan Test
terhadap agregat - Keausan
- Angularitas

Hasil Pengujian
Memenuhi Spesifikasi

Pemilihan Gradasi Agregat


Campuran Limbah Plastik

Pencampuran Agregat dengan Aspal Plastik

Pengujian Marshall :

- Stabilitas
- Flow
Pembuatan benda uji campuran agregat dan plastik
dengan aspal dengan variasi suhu penampuran dan
suhu pemadatan :

- Sesuai standar
- Di atas suhu standar
- Dibawah suhu standar

Masing-masing 6 benda uji

Analisis Data :

- Analisis Gradasi Agregat


- Analisis Pengujian Marshall (Tahap 1, 2 dan 3
- Analisis Tebal Aspal

Hasil

Pembahasan Hasil Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 5.1 Diagram alir penelitian

5.2 Penyiapan Bahan Penelitian

Bahan baku untuk campuran beton aspal campuran panas yang dipakai dalam
penelitian ini, dari :

a. Aspal minyak Pen 60/70 dan BNA Blend 75/25 (Buton Natural Asphalt) Alur
produksi BNA Blend adalah sebagai berikut :
b. Agregat : Potongan Limbah Plastik (yang sudah dipotong-potong), Pasir dari, batu
pecah dan abu batu
c. Bahan pengisi (filler) yang digunakan adalah dari Semen Portland.

5.3 Peralatan Penelitian

Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan uji di


Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Jambi yang sesuai dengan Acuan
Normatif sebagai berikut :

SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles

SNI 06-2432-1991 : Metode pengujian daktilitas bahan aspal

SNI 06-2433-1991 : Metode pengujian titik nyala dan titik bakar aspal

SNI 06-2434-1991 : Metode pengujian titik lembek aspal

SNI 06-2456-1991 : Metode pengujian penetrasi bahan sintesis

SNI 03-6723-2002 : Spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal

SNI 03-6399-2000 : Tata cara pengambilan contoh aspal

SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi agregat halus untuk campuran beraspal

SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian Campuran beraspal panas dengan alat Marshall

5.4 Pengujian dan Persyaratan Bahan

Pengujian dan persyaratan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010, Departemen Pekerjaan
Umum.

JADWAL PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

No Tahapan Maret April Mei Juni


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Tugas Akhir
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
Penyusunan Naskah TA
3
Bab 1-5 (revisi/ update
Penyusunan
proposal) Bab 6 (Hasil Penelitian dan Pembahasan)
a) Detail desain
penelitian (data
primer dan
4
b) Pelaksanaan
sekunder)
penelitian (data
primer dan
c) sekunder)
Input dan reduksi data
d) Analisa data dan
Penyusunan
5 pembahasan
Bab 7
6 Seminar Hasil TA
7 Ujian pendadaran
(Kesimpulan
8 Revisi/ finalisasi naskah TA
dan Saran)
Bimbingan Tugas Akhir
1 Bimbingan 1 x
2 Bimbingan 2 x
3 Bimbingan 3 x
4 Bimbingan 4 x
5 Bimbingan 5 x
6 Bimbingan 6 x
7 Bimbingan 7 x
8 Bimbingan 8 x x

DAFTAR PUSTAKA

Rahmati, A (2015) Pengaruh Penggunaan Limbah Plastik Poliprena Sebagai Pengganti


Agregat Pada Campuran Laston Terhadap Karakteristik Marshall (105M)
Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Granit, Bandung.

Sulaksono, S., 2001, Rekayasa Jalan, Penerbit Institut Teknologi Bandung.

Surdia,T dan Saito, S., 2005, Pengetahuan Bahan Teknik Penerbit PT.Pradnya
Paramita Jakarta.

Suroso, T.W., 2004, Pengaruh Penambahan Plastik Cara basah dan Cara Kering
terhadap Kinerja Campuran Beraspal, Puslitbang Jalan dan Jembatan

Tapkin, S., (2007). The effect of polypropylene fibers on asphalt performance.


Building and Environment, Vol. 43, No. 6 : 1065-1071

Al-Hadidy, A.I dan Qiu, T.Y., (2009). Mechanistic approach for polypropylene-
modified flexible pavements, Construction and Building Materials, Vol. 30:1133-1140

Anda mungkin juga menyukai