PENDAHULUAN
Sarana dan Prasarana yang baik sangat dibutuhkan bagi kota yang padat penduduk,
khususnya dibagian jalan. Semua jalan di Kota Jambi menggunakan aspal minyak yang
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Aspal merupakan salah
satu komponen penting dalam pembangunan infrastruktur maupun rehabilitasi jalan,
karena aspal adalah komponen bahan pelapis perkerasan jalan, Namun dengan
berjalannya waktu harga aspal semakin meningkat dan ketersediaan aspal mulai
terbatas, seiring dengan berkurangnya cadangan minyak bumi serta konsumsi aspal
yang semakin bertambah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibuat alternatif
bahan campuran aspal dengan plastik.
Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh
setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jambi rata-rata
semua pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut
akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak
dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak
dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan.
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia
yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah plastik ini sangatlah sulit untuk
diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan
kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna (Macklin, 2009).
Dampak yang diakibatkan oleh sampah plasik ini sangat banyak, antara lain:
tercemarnya tanah, air tanah, dan makhluk bawah tanah. Racun-racun dari partikel
plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan pengurai di dalam tanah
seperti cacing. Plastik tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan, plastik akan
mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah, juga menurunkan kesuburan tanah
karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara.
Dengan jumlah sampah plastik yang melimpah di Kota Jambi dapat dijadikan bahan
tambahan dalam aspal, dimana akan mengurangi limbah plastik yang beredar di Kota
Jambi. Penambahan aditif pada aspal menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk
mempertahankan maupun meningkatkan daya rekatnya, titik lembek, maupun
kelenturanya (Rianung, 2007).
1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang dihasilkan dengan adanya pembuatan proposal ini
adalah :
1. Mengetahui dan memahami adanya manfaat lain dari limbah plastik yang bisa
menjadi bahan baku aspal.
2. Mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh limbah plastik yang selama
ini mencemari lingkungan.
3. Meringankan tugas pemerintah kota dalam menjalankan tugas dibidang
kebersihan lingkungan dengan mengurangi limbah plastik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Permana, R (2015) melakukan peneilitian pengujian aspal pen 60/80 dan modifikasi
terhadap sifat reologi aspal dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada prinsipnya penggunaan limbah plastik sebagai bahan pengganti polimer
dalam aspal pen 60/80 cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari semua hasil
percobaan reologi aspal plastik yang mendekati hasil reologi aspal polimer,
2. Penambahan limbah plastik terhadap aspal pen 60/80 memberikan perubahan
terhadap sifat reologi aspal, seperti :
a. Penambahan plastik ke dalam aspal murni pen 60/80 mengakibatkan
menurunnya nilai penetrasi
b. Penambahan plastik ke dalam aspal murni pen 60/80 mengakibatkan naiknya
nilai titik lembek aspal yang membuat aspal menjadi lebih tahan terhadap
perubahan suhu dan cuaca.
c. Penambahan plastik ke dalam aspal murni pen 60/80 mengakibatkan naiknya
nilai viskositas yang mengakibatkan kesulitan dalam pengerjaan aspal
dilapangan (workability).
3. Dengan mempertimbangkan persyaratan kinerja aspal bahwa kinerja fisik
ditentukan berdasarkan parameter-parameter viskositas, penetrasi dan titik
lembek, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum penambahan plastik ke
dalam aspal dapat meningkatkan kinerja aspal.
Tapkin (2006) telah melakukan studi tentang pengaruh serat polipropilena terhadap
performa aspal. Dari studi tersebut didapatkan penambahan serat polipropilena
terhadap aspal dapat meningkatkan angka stabilitas.
Menurut Syarief, et al., (dalam Nurminah, M., 2002) bahan pembuat plastik dari
minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh
bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan
dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstrusi). Plastik merupakan polimer yang
mempunyai keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, tidak karatan dan bersifat
termoplastis serta dapat diberi warna.
Suroso,T.W (2004) menjelaskan bahwa suatu cara meningkatkan titik lembek aspal
adalah dengan menambahkan plastik. Dari hasil penelitiannya, penambahan plastik ke
dalam aspal meningkatkan titik lembek aspal yang juga otomatis menurunkan nilai
penetrasi aspal sehingga tidak mudah terpengaruh oleh perbedaan temperatur,
menaikkan nilai stabilitas dan Marshall Quotient.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Suroso, T.W (2004), dengan kadar plastik 3%;
3,5% dan 4 %, ternyata plastik dapat meningkatkan mutu campuran beraspal. Menurut
Nugrohojati,E.S (2002), menjelaskan bahwa adanya plastic diyakini dapat
meningkatkan kekakuan campuran HRA. Dalam penelitiannya, dengan kadar additive
0,3 % pada kadar aspal 6,8% dan 7,3% campuran mempunyai nilai stabilitas yang lebih
tinggi daripada campuran dengan kadar additive 0,2 % pada kadar aspal yang sama.
BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1 Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai
coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh bila
dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya
terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya (ASTM, 1994).
Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu campuran dari senyawa
hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal dari
kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan derivatnya yang bersifat non
logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat, dan campuran
tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2).
Aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, antara
lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh
karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap pengaruh air.
b. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi adalah aspal minyak ditambah dengan bahan tambah atau additive
untuk meningkatkan kinerja dari aspal. Bahan tambah yang digunakan bisa dari
asbuton yang diproses, elastomer alam (latex) maupun elastomer sintetis. Aspal
modifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal minyak ditambah dengan
limbah plastik.
Berbagai upaya telah dilakukan agar kualitas jalan mampu mendukung kondisi
lingkungan dan tuntutan dari pengguna jalan agar jalan mempunyai stabilitas dinamis
yang lebih tinggi. Maka dilakukan penggunaan bahan aspal modifikasi dengan
menggunakan limbah plastik.
3.2 Agregat
Agregat adalah partikel-partikel butiran mineral yang digunakan dengan kombinasi
berbagai jenis bahan perekat membentuk massa beton atau sebagai bahan dasar jalan,
backfill, dan lainnya (Atkins, 1997). Sifat-sifat agregat galian yang dihasilkan,
tergantung dari jenis batuan asal. Ada 3 jenis batuan asal, yaitu batuan beku, sedimen
dan metamorf.
BAB 4
HIPOTESIS
Penambahan plastik dalam bahan baku pembuatan aspal dengan cara kering maupun
cara basah diperkirakan akan menghasilkan karakteristik campuran beraspal yang lebih
baik dari aspal biasanya.
BAB 5
METODE PENELITIAN
5.1 Umum
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum, dengan
menggunakan metode pengujian eksperimen berdasarkan pada pedoman perencanaan
campuran beraspal panas dengan metode Marshall menurut American Association of
State Highway and Transportation Official (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum
Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010. Seperti telah disampaikan di bab 1 bahwa
jenis campuran beraspal panas yang dipilih untuk penelitian ini adalah limbah plastik.
Pengujian-pengujian yang dilakukan meliputi :
Secara skematis, pelaksanaan penelitian ini dapat disampaikan dalam bentuk diagram
alir yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Mulai
Hasil Pengujian
Memenuhi Spesifikasi
Pengujian Marshall :
- Stabilitas
- Flow
Pembuatan benda uji campuran agregat dan plastik
dengan aspal dengan variasi suhu penampuran dan
suhu pemadatan :
- Sesuai standar
- Di atas suhu standar
- Dibawah suhu standar
Analisis Data :
Hasil
Kesimpulan
Selesai
Bahan baku untuk campuran beton aspal campuran panas yang dipakai dalam
penelitian ini, dari :
a. Aspal minyak Pen 60/70 dan BNA Blend 75/25 (Buton Natural Asphalt) Alur
produksi BNA Blend adalah sebagai berikut :
b. Agregat : Potongan Limbah Plastik (yang sudah dipotong-potong), Pasir dari, batu
pecah dan abu batu
c. Bahan pengisi (filler) yang digunakan adalah dari Semen Portland.
SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles
SNI 06-2433-1991 : Metode pengujian titik nyala dan titik bakar aspal
SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian Campuran beraspal panas dengan alat Marshall
Pengujian dan persyaratan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan
Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010, Departemen Pekerjaan
Umum.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, S., 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Granit, Bandung.
Surdia,T dan Saito, S., 2005, Pengetahuan Bahan Teknik Penerbit PT.Pradnya
Paramita Jakarta.
Suroso, T.W., 2004, Pengaruh Penambahan Plastik Cara basah dan Cara Kering
terhadap Kinerja Campuran Beraspal, Puslitbang Jalan dan Jembatan
Al-Hadidy, A.I dan Qiu, T.Y., (2009). Mechanistic approach for polypropylene-
modified flexible pavements, Construction and Building Materials, Vol. 30:1133-1140