Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA JAKABARING


KOTA MADYA PALEMBANG SUMATERA SELATAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pemerintah Kota Palembang terus berupaya meningkatkan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat guna
mewujudkan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan sarana dan prasarana tersebut meliputi berbagai macam
bangunan gedung, jalan, jembatan, dan bangunan jalan.
Salah satu pembangunan prasarana adalah pembangunan
Rusunawa (Rumah Susun Sewa). Pada tahun 2018 mendatang,
diadakanlah Asian Games 2018, dimana Kota Palembang menjadi
tuan rumah. Maka dari itu, pembangunan Rusunawa ini digunakan
sebagai tempat penginapan sementara bagi para atlet yang berlaga di
ajang Asian Games 2018. Setelah selesai Asian Games 2018, gedung
Rusunawa diserahterimakan kepada pemerintah daerah untuk
digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat yang membutuhkan
hunian layak.
Gedung ini direncanakan lima lantai. Konstruksi gedung ini
menggunakan beton bertulang, struktur pondasinya menggunakan
tiang pancang, dan struktur rangka atapnya menggunakan rangka atap
baja.
Sebagai calon lulusan pendidikan DIII Politeknik Negeri
Sriwijaya Jurusan Teknik Sipil, selain memahami teori di bangku
kuliah, mahasiswa juga diharapkan dapat merencanakan dan
menghitung sebuah konstruksi bangunan gedung dengan menerapkan
semua disiplin ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan. Oleh
karena itu, diambil Perencanaan Gedung Rusunawa Jakabaring ini
untuk dihitung dan direncanakan ulang sebagai Laporan Akhir.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud pembangunan Rusunawa adalah untuk menambah
fasilitas prasarana selama Asian Games 2018 berlangsung. Sedangkan
tujuan dari pembangunan gedung ini sebagai tempat penginapan
sementara bagi para atlet dan sebagai tempat tinggal masyarakat yang
membutuhkan hunian layak.
Tujuan dari Laporan Akhir ini adalah untuk merealisasikan
kurikulum Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya agar
dapat mengetahui, memahami, dan dapat mempelajari permasalahan
di bidang teknik sipil pada konsentrasi bangunan gedung, terutama
dalam merencanakan dan menghitung sebuah bangunan gedung
sehingga kelak dapat bermanfaat menambah pengalaman dan
pengetahuan sebagai bekal untuk masa depan.

3. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah


Perencanaan struktur yang merupakan salah satu pekerjaan yang
rumit karena konsentrasi bangunan gedung memiliki pokok bahasan
yang kompleks dan ruang lingkup pekerjaan yang luas, maka penulis
membatasi ruang lingkup permasalahan, yaitu perencanaan struktur
atas dan bawah bangunan serta manajemen proyek.

4. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan laporan ini disusun menjadi beberapa bab,
pada setiap bab terdiri dari bagian yang akan diuraikan lagi.
Sistematika Laporan Akhir ini terdiri dari :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, tujuan dan maksud,
ruang lingkup dan pembatasan masalah, metode pengumpulan data
dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan metode, cara dan peraturan yang dipakai
dalam perhitungan konstruksi bangunan gedung.
BAB III. PERHITUNGAN KONSTRUKSI
Bab ini menguraikan tentang perhitungan-perhitungan dalam
perencanaan perhitugan konstruksi.
BAB IV. PENGELOLAHAN PROYEK
Bab ini menguraikan rencana kerja dan syarat-syarat dari
gedung tersebut, daftar harga satuan bahan dan upah, perhitungan
volume pekerjaan, rencana anggaran biaya (RAB), rekapitulasi RAB,
Network Planning (NWP), Barchart dan Kurva S.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini berisikan hasil seluruh pembahasan yang berupa
kesimpulan yang dapat ditarik selama pembuatan laporan akhir,
termasuk juga saran-saran yang dapat diberikan setelah menyelesaikan
Laporan Akhir ini.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum
Perencanaan adalah langkah penting sebelum dilaksanakannya
proyek. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai menyusun,
mengatur, atau mengorganisasikan suatu hal sehingga menghasilkan
output (hasil) yang sesuai dengan rencana. Perencanaan dari suatu
konstruksi bangunan harus memenuhi berbagai syarat konstruksi yang
telah ditentukan yaitu kuat (kokoh), bentuk yang serasi dan dapat
dilaksanakan dengan biaya yang ekonomis tetapi tidak mengurangi
mutu dari konstruksi tersebut, sehingga dapat digunakan sesuai
dengan fungsi yang diinginkan. Adapun tahapan perencanaan adalah
sebagai berikut :
- Pra Rencana (Preliminary Design)
Terdiri dari gambar-gambar yang merupakan outline dari bagan
dan perkiraan biaya bangunan.
- Rencana
Tahap rencana terdiri dari gambar perencanaan bentuk arsitek
bangunan dan perencanaan kontruksi bangunan.

2. Dasar-dasar Perencanaan
Penyelesaian perhitungan dan perencanaan bangunan
berpedoman kepada peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia,
diantaranya:
a. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung
(SNI 03-2847-2002). Pedoman ini digunakan sebagai acuan
dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan struktur beton
dengan ketentuan minimum untuk hasil struktur yang aman dan
ekonomis. Pedoman ini memuat persyaratan umum serta
ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur beton
untuk bangunan gedung.
b. Struktur Beton Bertulang, oleh Istimawan Dipohusodo. Buku ini
berisi dasar-dasar pengertian sistem struktur beton bertulang dan
perilaku serta kekuatan komponen struktur beton bertulang.
c. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, oleh W.C. Vis dan
Gideon Kusuma. Buku ini membahas mengenai dasar-dasar
perencanaan beton bertulang.
d. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
(SKBI-1.3.53.1987), oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Pedoman ini digunakan untuk menentukan beban yang diizinkan
untuk merencanakan bangunan rumah serta gedung. Ketentuan
ini memuat beban-beban yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan bangunan.
e. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, berdasarkan SK
SNI T-15-1991-03, oleh W.C. Vis dan Gideon Kusuma. Buku
ini berisi penjelasan mengenai grafik dan tabel yang digunakan
dalam perhitungan struktur beton bertulang.
f. Analisa dan Desain Pondasi oleh Joseph E.Bowles dan
Suhardjito Pradoto. Buku ini membahas pengertian-pengertian
umum dan cara perhitungan pondasi.
Untuk menyelesaikan perhitungan struktur gedung dalam
pembahasan ini penulis menggunakan beberapa cara yaitu antara lain :
- Untuk perhitungan pelat menggunakan cara koefisien momen.
- Untuk perhitungan portal akibat beban mati dan beban hidup
menggunakan metode elemen hingga program SAP 2000 v14.
- Untuk perhitungan tangga menggunakan metode cross.
- Untuk perhitungan penulangan beton (kolom, balok, sloof, pelat
dan tangga) menggunakan metode USD (Ultimate Stress
Design).
- Untuk perhitungan pondasi menggunakan prinsip-prinsip
mekanika tanah.
- Dalam perhitungan penulangannya menggunakan metode USD
(Ultimate Stress Design, SK SNI-03-2847-2002).

3. Perhitungan Struktur Atas


Adapun bahasan perhitungan struktur atas dalam perencanaan
gedung ini, yaitu:
a. Atap
b. Pelat
c. Tangga
d. Portal (Kolom dan Balok)
4. Perhitungan Struktur Bawah
Adapun bahasan perhitungan struktur bawah dalam perencanaan
gedung ini, yaitu :
a. Sloof
b. Pondasi

5. Manajemen Proyek
Adapun bahasan manajemen proyek dalam perencanaan gedung
ini, yaitu :
- Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
- Daftar Harga Satuan Pekerjaan Bahan dan Upah Pekerja
- Volume pekerjaan
- Analisa Harga Satuan
- Rencana Anggaran Biaya (RAB)
- Net Work Planning (NWP)
- Barchart dan Kurva S

C. METODE PERENCANAAN
1. Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Menentukan judul Laporan Akhir.
- Pembuatan proposal penyusunan Laporan Akhir.
- Studi pustaka terhadap materi desain untuk menentukan garis
besarnya. Dengan mengumpulkan dan mengolah data yang
diperoleh dari literatur, diktat dan catatan.
- Menentukan kebutuhan data yang meliputi gambar arsitektur
dan data tanah pada proyek yang ditinjau.
- Menentukan jadwal pembuatan Laporan Akhir.
Persiapan di atas harus dilakukan secara cermat untuk
menghindari pekerjaan yang berulang, sehingga tahap pengumpulan
data menjadi optimal.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan Laporan Akhir menerapkan beberapa metode
pengumpulan data diantaranya :
a) Metode Literatur
Metode Literatur yaitu penulis mencari bahan-bahan
penulisan dari buku yang erat kaitannya dengan permasalahan
yang sedang dihadapi dalam perhitungan, dan berpedoman pula
kepada peraturan-peraturan yang berlaku.
b) Metode Wawancara
Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan dengan
mewancarai narasumber, agar mendapat masukan-masukan
berupa penjelasan mengenai masalah yang ditinjau, serta
memperoleh data yang diperlukan.
c) Konsultasi dengan dosen pembimbing.

3. Tahap Perencanaan
Tahapan ini memberikan gambaran mengenai langkah awal
sampai dengan akhir penyusunan Laporan Akhir. Pengembangan
penjelasannya ada pada diagram berikut :
Mulai

Peraturan-peraturan : Studi
- PPPURG-1987 Pustaka/Literatur
- SNI 03-2847-2002 Beban :
- SNI 03-1726-2002 1. Beban Mati
Hitung Pembebanan 2. Beban Hidup
3. Beban Angin
Kombinasi Pembebanan :
- 1,4 D Desain Struktur Atas :
- 1,2 D + 1,6 L
- 1,2 D + 1,6 L + 0,8W 1. Atap
2. Pelat
3. Tangga
4. Portal (Balok dan Kolom)

Desain Struktur Bawah:


Sloof dan Pondasi

Gambar

Pengelolaan Proyek

RAB NWP Barchart & Kurva S

Kesimpulan

Gambar 1.1 Diagram Perencanaan Gedung


4. Teori Perhitungan
a) Atap
Rangka atap adalah suatu bagian dari struktur gedung
yang berfungsi sebagai tempat meletakkan penutup atap,
sehingga dalam perencanaan pembebanan tergantung dari jenis
penutup atap yang digunakan. Rangka atap yang digunakan
adalah rangka atap baja ringan konvensional.
Beban-beban yang bekerja, yaitu :
- Beban Mati (WD). Beban mati pada rangka atap yaitu
beban sendiri kuda-kuda, beban penutup atap, dan beban
gording.
- Beban Hidup (WL). Beban hidup pada rangka atap yaitu
beban pekerja dan beban air hujan.
- Beban Angin

b) Pelat
Pelat adalah suatu lantai beton yang system pendukungnya
(berupa balok) berada disisi kiri dan kanannya. Pelat beton ini
sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan
gedung, pelat ini berfungsi sebagai unsur pengaku horizontal
yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok
portal. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat
beton bertulang dalam suatu struktur bangunan dipakai pada
lantai dan atap. Pada pelat yang ditumpu oleh balok pada
keempat sisinya, terbagi dua berdasarkan geometrinya, yaitu :
- Pelat satu arah (One Way Slab)
Pelat satu arah adalah pelat yang ditumpu hanya
pada kedua sisinya yang berlawanan saja dan beban-beban
ditahan oleh pelat dalam arah yang tegak lurus terhadap
balok-balok penunjang. (Dipohusodo, 1996)
𝐿𝑦
Pelat dikatakan satu arah apabila ≥ 2, dimana Ly
𝐿𝑥

adalah panjang sisi panjang dan Lx adalah panjang sisi


pendek.
- Pelat dua arah (Two Way Slab)
Pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh balok
pada keempat sisinya dan beban-beban ditahan oleh pelat
dalam arah yang tegak lurus terhadap balok-balok
penunjang. (Dipohusodo, 1996)
𝐿𝑦
Pelat dikatakan satu arah apabila ≤ 2, dimana Ly
𝐿𝑥

adalah panjang sisi panjang dan Lx adalah panjang sisi


pendek.

Gambar 1.2 Pelat

Langkah-langkah perencanaan pelat:


1) Penentuan tebal minimum pelat. Penentuan tebal
pelat satu arah tergantung pada beban atau momen
lentur yang bekerja. (Dipohusodo, 1996)
2) Menghitung beban mati pelat, termasuk beban
sendiri pelat dan beban hidup serta menghitung
kombinasi (Wu).
3) Menghitung momen rencana (Mu) baik dengan cara
tabel atau analisis.
4) Perkirakan tinggi efektif (deff)
5) Menghitung Kperlu
6) Menentukan rasio penulangan (ρ) dari tabel
7) Hitung As yang diperlukan
8) Memilih tulangan pokok yang akan dipasang beserta
tulangan suhu dan susut dengan menggunakan tabel.
9) Jumlah luas penampang tulangan pokok tidak boleh
kurang dari jumlah luas penampang tulangan susut
dan suhu.

c) Tangga
Tangga adalah suatu kontruksi yang menghubungkan
antara tempat satu dengan tempat yang lain dengan elevasi yang
berbeda. Tangga secara umum terdiri dari anak tangga dan pelat
tangga. Anak tangga terdiri dari 2 bagian :
1) Antrade
Antrade adalah bagian anak tangga pada bidang
horizontal yang merupakan bidang pijak telapak kaki.
2) Optrade
Optrade adalah bagian dari anak tangga pada bidang
vertikal yang merupakan selisih antara dua anak tangga
yang berurutan. Syarat utama untuk tangga adalah sudut
kemiringan tidak lebih dari 45%, yaitu :
- Antrede minimum 25 cm.
- Optrede maksimum 17 – 20 cm.
- Sebagai patokan : 2 optrade + 1 antrede = 58 – 75
cm (1 langkah).
- Lebar tangga : 80-100 cm untuk rumah tinggal dan
120-200 cm untuk tempat umum.

d) Portal
Portal adalah suatu system yang terdiri dari bagian-bagian
struktur yang paling berhubungan dengan fungsi menahan beban
sebagai satu kesatuan lengkap. Sebelum merencanakan portal
terlebih dahulu kita harus mendimensi portal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendimensian
portal adalah sebagai berikut :
- Pendimensian balok
- Pendimensian kolom
- Analisa pembebanan
- Menentukan gaya-gaya dalam
Dalam menghitung dan menentukan besarnya momen
yang bekerja pada suatu struktur bangunan, kami menggunakan
bantuan program computer yaitu SAP 2000 v14.
Portal ditinjau pada arah melintang dan arah memanjang.
Perhitungan portal ini dapat menggunakan SAP 2000 v14.
Dimana langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan program SAP 2000 v14 sebagai berikut :
1) Buat model struktur portal akibat beban mati dan beban
hidup.
2) Input data perencanaan
- Dimensi kolom
- Dimensi balok
- Dimensi ring balok
- Mutu beton (fc’)
3) Input nilai beban mati dan beban hidup
- Akibat beban merata
- Akibat beban terpusat
4) Input Load Combination (beban kombinasi), yaitu 1,2
beban mati + 1,6 beban hidup.
5) Input nilai reduksi kekuatan
- Lentur = 0,8
- Geser = 0,6
- Lentur + aksial (sengkang)= 0,65
- Lentur + aksial (spiral) = 0,70
6) Analisa struktur.
7) Run analisa.

e) Balok
Balok merupakan batang horizontal dari rangka struktur
yang memikul beban tegak lurus sepanjang batang tersebut.
Biasanya terdiri dari dinding, pelat atau atap dan menyalurkan
pada tumpuan atas struktur bawahnya.
Perencanaan balok ini dilakukan untuk menentukan balok
anak dan balok induk yang akan digunakan dalam suatu struktur
gedung. Langkah-langkah perencanaan balok :
1) Menentukan mutu beton serta dimensi balok.
2) Menghitung pembebanan yang terjadi, seperti :
- Bebah hidup
- Bebam mati
- Beban sendiri balok
- Beban sambungan plat
3) Menghitung beban ultimate.
4) Menghitung momen dan gaya geser.
5) Menghitung momen lentur maksimum.
6) Menentukan tulangan geser rencana.

f) Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal. (Dipohusodo,
1994). Prosedur perhitungan struktur kolom, yaitu :
1) Tentukan pembebanan dan mutu beton.
2) Menentukan beban desain kolom maksimum.
3) Menentukan momen desain kolom maksimum untuk ujung
atas dan ujung bawah.
4) Menentukan nilai kontribusi tetap terhadap deformasi.
5) Menentukan modulus elastisitas.
6) Menghitung nilai kekakuan kolom dan balok.
7) Menghitung nilai eksentrisitas.
8) Menentukan Ψa dan Ψb.
9) Menghitung angka kelangsingan kolom.
10) Menghitung perbesaran momen.
11) Menghitung desain penulangan.
12) Menentukan tulangan yang dipakai.
13) Memeriksa beban terpusat ultimate (Pu) terhadap beban
seimbang.
14) Memeriksa kekuatan penampang.

g) Sloof
Sloof merupakan salah satu strukur bawah suatu bangunan
yang menghubungkan pondasi dan berfungsi sbagai penerima
beban dinding diatasnya. Hal-hal yang dilakukan dalam
perencangan dan perhitungan sloof, yaitu :
1) Penentuan dimensi sloof.
2) Penentuan pembebanan sloof.
- Berat sloof
- Berat dinding
3) Perhitungan momen (menggunakan program SAP 2000
v14).
4) Perhitungan penulangan.
5) Menghitung nilai As.
6) Menentukan diameter tulangan yang dipakai (Dipohusodo,
Tabel A-4-P).
7) Mengontrol jarak tulangan sengkang.
8) Untuk menghitung tulangan tumpuan diambil 20 % dari
luas tulangan atas. Dengan tabel A-4 (Dipohusodo, 1996)
di peroleh diameter tulangan pakai.
9) Cek apakah tulangan geser diperlukan.

h) Pondasi
Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen
pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi sebagai
elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah. (Dipohusodo,
1996)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
jenis pondasi :
- Keadaan tanah pondasi
- Jenis konstruksi bangunan
- Kondisi bangunan disekitar pondasi
- Waktu dan biaya penegerjaan
Secara umum dalam perencanaan pondasi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Tegangan kontak pada tanah tidak melebihi daya dukung
tanah yang diizinkan.
- Settlement (penurunan) dari struktur masih termasuk
dalam batas yang diijinkan. Jika ada kemungkinan yang
melebihi dari perhitungan awal, maka ukuran pondasi
dapat dibuat berbeda dan dihitung secara sendiri-sendiri
sehingga penurunan yang terjadi menjadi persamaan.
Pada proyek ini pondasi yang digunakan adalah pondasi
dalam tiang pancang. Adapun langkah-langkah perhitungan
pondasi tiang meliputi :
1) Analisis dan penentuan parameter tanah.
2) Pemilihan jenis pondasi.
3) Analisa beban yang bekerja pada pondasi.
4) Estimasi dimensi pondasi.
5) Perhitungan daya dukung pondasi.
6) Perhitungan penulangan tiang pancang dan pondasi.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk


Rumah dan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum.
Dipohusodo, Istimawan, 1996. Struktur Beton Bertulang, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Joseph E. Bowles, 1997. Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002, Badan Standarisasi Nasional,
Bandung.
Vis, W.C dan Gideon Kusuma. 1994. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang,
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai