Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Umum
Syaiful (2009) yang berjudul Perendaman Pada Campuran Beton
Aspal Terhadap Nilai Stabilitas Marshall menunjukan bahwa variasi
perendaman sangat berpengaruh terhadap sifat campuran beton aspal terhadap
nilai stabilitas Marshall, nilai kelelehan plastis uji statistik didapat ada
sedikit pengaruh akibat dari variasi perendaman dari waktu 2 jam sampai
dengan 72 jam, hal ini ditunjukan dengan F dihitung < F tabel pada taraf
probalitias 0,005
Yulienda (2017) yang berjudul Pengaruh Rendaman Air Rawa
Terhadap Karakteristik Campuran Superpave Dengan Bahan Ikat Starbit E-55
Dan Pen 60/70 menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengaruh rendaman air
rawa semakin lama dapat merusak beton aspal campuran Superpave. Hasil
pengujian Marshall menunjukkan nilai Stabilitas dan Marshall Quotient
mengalami perubahan penurunan yang signifikan akibat perubahan kualitas
terhadap pembebanan akibat rendaman air rawa. Nilai Index of Retained
Strength mengalami perbedaan penurunan yang signifikan 7% pada aspal Pen
60/70 dan 5,9% pada aspal Starbit E-55. Nilai Indirect Tensile Strength aspal
Starbit E-55 mengalami penurunan 31% dan 37% pada aspal Pen 60/70. Hasil
analisis permeabilitas menunjukkan adanya perubahan penurunan yang tidak
berbeda secara signifikan. Nilai cantabro mengalami perbedaan secara
signifikan yaitu naik 69% pada aspal Starbit E-55 dan 73% pada aspal Pen 60/70.
Putra (2018) yang berjudul Pengaruh lama rendaman air sungai terhadap
karakteristik campuran AC – WC dengan bahan ikat starbit E-60 dan pen 60/70
menunjukan Hasil perbandingan perendaman air sungai Mahakam
menunjukkan adanya penurunan pada nilai Indirect Tensile Strength (ITS)
pada campuran dengan bahan ikat Starbit E-60 dan Pen 60/70. pengaruh
rendaman air sungai Mahakam, campuran dengan bahan ikat starbit E-60 lebih
tahan menahan kuat tarik yang disebabkan oleh beban kendaraan dari pada
campuran dengan bahan ikat Pen 60/70.
Muaya dkk. (2015) yang berjudul Pengaruh Terendamnya Perkerasan
aspal oleh air laut yang ditinjau terhadap karakteristik marshall menunjukan
Perbandingan perendaman antara air tawar dengan air laut disertai dengan variasi
suhu, waktu, dan kadar garam. Terdapat penurunan pada nilai stabilitas dan nilai
marshall quotient dalam waktu 24 jam lalu terjadi peningkatan nilai kelelehan
(flow).
Wicaksono (2017) yang berjudul Analisis dampak rendaman air laut
terhadap nilai struktural pada campuran asphalt concrete – binder course (AC-
BC) menunjukan koefisien kekuatan cenderung mengalami penurunan seiring
lamanya rendaman terhadap campuran perkerasan, hal ini dikarenakan nilai Smix
yang dipengaruhi oleh jumlah agregat dan binder, karena air laut memiliki kadar
garam rata-rata 3,5 % dalam tiap liternya belum juga unsur-unsur yang
terkandung didalamnya yang akan berpengaruh pada Smix dan juga nilai
koefisien kekuatan relatif.

2.1. Perkerasan Lentur Jalan Raya


Menurut sukirman (1992) Perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi
perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban
lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.
Susunan konstruksi perkerasan terdiri dari :
1. Lapis permukaan (surface course)
Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan antara lain:
a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda
b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan kerusakan akibat
cuaca.
c. Sebagai lapisan aus (wearing course).
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk
lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung
lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan,
umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-
besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Beberapa jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia antar lain:
 AC (Asphalt Concrete) atau Laston (lapis aspal beton)
Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal
keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.
 HRS (Hot Rolled Sheet) atau Lataston (lapis tipis aspal beton)
Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup
yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal
keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam
keadaan panas pada suhu tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm.
 Laburan Batu Dua Lapis
Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara
berurutan. Tebal maksimum 35 mm.
 Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)
Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi
seragam. Tebal maksimum 20 mm.
 Laburan Aspal (BURAS)
Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan
ukuran butir maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8 inch.
 Hot Rolled Asphalt (HRA)
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada suhu tertentu.
 Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)
Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler
(bila diperlukan) yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
 Lapis Penetrasi Makadam (LAPEN)
Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis perkerasan
yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka
dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya
dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis
permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
 HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau Latasir (lapis tipis aspal pasir)
Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup yang
terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
2. Lapis pondasi atas (base course)
Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah). Fungsi lapis pondasi antara lain:
a. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda,
b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan
untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan
pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam / bahan setempat (CBR > 50%, PI < 4%)
dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil
pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
3. Lapis pondasi bawah (subbase course)
Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda.
b. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
c. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar
terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa
harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR > 20%, PI < 10%) yang
relatif lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.
Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam
beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap
kestabilan konstruksi perkerasan.
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan
konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat- sifat dan daya dukung
tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu
akibat beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya,
atau akibat pelaksanaan.
Campuran Beraspal Panas Campuran beraspal panas (hotmix) adalah suatu
kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal
berfungsi sebagai bahan pengikat antar partikel agregat. Sebagai salah satu
material konstruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen
kecil. Umumnya hanya 4%-10% berdasarkan volume, namun mempunyai fungsi
yang sangat penting, yaitu:
1. Sebagai bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan antara
rongga aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antar butirbutir agregat dan pori-pori yang ada
dari agregat itu sendiri.
3. Membuat jalan kedap air.
4. Menambah stabilitas.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang
diletakan di tanah dasar yang telah dipadatkan. Secara umum lapisan tersebut
antara lain lapisan permukaan, lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah.
Lapisan permukaan (surface course) berfungsi sebagai:
a. Lapisan perkerasan penahan beban roda, lapisan yang mempunyai stabilitas
tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan.
b. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh tidak meresap langsung ke
lapisan dibawahnya dan melelehkan lapisan-lapisan tersebut.
c. Lapisan aus (wearing course), lapisan yang langsung menerima gesekan
akibat rem kendaraan sehingga menjadi aus.
d. Lapisan yang mendistribusikan beban ke lapisan dibawahnya, sehingga dapat
dipikul oleh lapisan yang lebih baik.
Gradasi agregat yang digunakan adalah Laston dengan jenis campuran
lapis aus (AC-WC) bergradasi kasar yang berpedoman kepada Spesifikasi Baru
Campuran Beraspal Panas Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga 2018.

2.2. Aspal (Bitumen)


Menurut ASTM D8 Aspal adalah suatu bahan atau bentuk padat atau
setengah padat berwarna hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat yang akan
melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar
bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari
alam atau dari hasil pemurnian minyak bumi atau merupakan campuran dari
bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya.
Menurut The Asphalt Institute (bitumen) adalah suatu campuran dari
senyawa-senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam yang dapat bersifat gas, cairan,setengah padat
atau padat yang campuran itu dapat larut dalam karbon sulfida jadi aspal dapat
didefinisikan sebagai campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral, yang
banyak digunakan pada konstruksi lapisan perkerasan lentur (flexible pavement),
jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat karena
mempunyai daya lekat yang kuat, sifat adhesive, kedap air dan mudah dikerjakan.
Umumnya persentase aspal hanya 4-10% terhadap volume campuran,
namun mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu:
1. Aspal sebagai bahan pengikat, agar agregat tidak lepas dan tidak mudah
terkelupas akibat beban lalu lintas sehingga aspal dapat memberikan ikatan
yang kuat antara aspal dan agregat.
2. Aspal sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan
pori-pori dari agregat.
3. Aspal membuat jalan kedap air untuk melindungi lapisan perkerasan
dibawahnya dari pengaruh air.
Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan, maka secara umum
aspal harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Aspal homogen dan tidak terlalu bervariasi
2. Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan
3. Aspal harus memberikan lapisan yang elastis atau tidak getas sehingga
perkerasan tidak mudah retak.
4. Aspal aman saat pengerjaan terutama dari bahaya kebakaran
5. Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk akibat penuaan
6. Aspal mempunyai adhesi (kelekatan) yang baik terhadap agregat yang dilapisi
7. Aspal mudah dikerjakan
8. Aspal sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan
9. Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar agregat sehingga
perkerasan cukup kedap terhadap air
10. Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran beraspal.
Karateristik aspal tersebut menjadi latar belakang adanya ketentuan yang
diatur dalam spesifikasi. Beberapa ketentuan dan pengujian aspal berikut
bertujuan untuk menjamin tercapainya karateristik aspal yang dibutuhkan:
1. Pengambilan sampel aspal untuk bahan uji
2. Pengujian penetrasi
3. Pengujjian titik lembek
4. Pengujjian daktilitas
5. Pengujian titik nyala dan titik bakar
Sifat fisis aspal yang terutama untuk dipakai dalam konstruksi adalah
a. kepekatan (konsistensi)
b. Ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca.
c. Derajat pengerasan.
d. Ketahanan terhadap pengaruh air
Dalam praktek mutu dan kegunaan aspal, pada umumnya ditentukan oleh
ke empat sifat tersebut, meskipun bahwa ratio maltene distribution, terhadap
ketahanan lama tidak diabaikan.
Metode atau prosedur pengujjian-pengujian yang disebutkan diatas, diatur
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk tiap jenis pengujian.
2.3. Agregat
Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras
dan padat. ASTM mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang terdiri dari
mineral padat, berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95%
agregat berdasarkan persentase berat, atau 75-85% agregat berdasarkan prosentase
volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan dari sifat agregat
dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat merupakan bahan
utama yang turut menahan beban yang diderita oleh bagian perkerasan jalan,
begitu pula dalam pelaksanaan perkerasan, dimana digunakan bahan pengikat
aspal, sangat dipengaruhi oleh mutu agregat. Pemilihan agregat yang akan
digunakan harus memperhatikan ketersediaan bahan di lokasi, jenis konstruksi,
gradasi, ukuran maksimum, kebersihan, daya tahan, bentuk, tekstur, daya lekat
agregat terhadap aspal dan berat jenisnya.
2.4. Pengujian Marshall
Pengujian dengan Marshall bertujuan untuk menentukan ketahanan dan
kekuatan (Stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow). Evaluasi Hasil Pengujian
Marshall
1. Stabilitas
Untuk mengetahui karakteristik campuran yang memenuhi kriteria perlu
dilakukan evaluasi hasi pengujian Marshall, salah satunya nilai Stabilitas.
Stabilitas merupakan kemampuan perkerasan untuk menerima suatu beban sampai
terjadi kelelehan.
2. Kelelehan (flow)
Nilai kelelehan yang diperoleh dari uji Marshall adalah nilai batas kekuatan
Stabilitas dari benda uji yang telah mengalami kehancuran antara komponen
bahan pada benda uji. Setelah diketahui nilai Stabilitas dan kelelehan (flow) perlu
diketahui nilai Marshall Quotient yang merupakan hasil bagi keduanya.

Anda mungkin juga menyukai