Semen
Disusun Oleh :
Teknik Lingkungan
Depok
2019
1
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setiap pembangunan membutuhkan bahan-bahan material yang
berkualitas baik agar bangunan awet dan tahan terhadap kerusakan. Salah satu
bahan material yang sangat penting dan sering digunakan dalam setiap
pembangunan adalah semen. Semen adalah bahan perekat untuk merekatkan bahan-
bahan bangunan lainnya. Oleh karena itu, semen merupakan zat yang memilki sifat
adhesif dan kohesif. Sifat ini merupakan sifat yang digunakan sebagai bahan
pengikat yang dipakai bersama dengan batu kerikil dan pasir. Semen mampu
mengikat bahan lainnya ditentukan oleh kandungan kimia dalam semen. Umumnya
semen mengandung bahan kimia seperti silikat, kapus, besi II oksida, dan magnesit.
Dengan demikian, dalam membuat suatu bangunan, sangat penting untuk
mempelajari sifat bahan yang akan dipakai, dalam hal ini adalah semen. Memilih
jenis semen dengan kualitas yang baik dengan memperhatikan komposisi kimia
yang ada serta bagaimana proses pembuatan semen penting untuk dipelajari
sehingga akan lebih mudah menentukan semen apa yang cocok digunakan untuk
bangunan yang akan dibuat dan perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Semen?
2. Bagaimana proses manufaktur Portland Cement?
3. Apa saja komposisi kimiawi semen?
4. Bagaimana proses hidrasi semen?
5. Apa saja jenis-jenis semen?
6. Apa saja material dalam semen? (GGBS, Fly Ash, Silica Fume)
Universitas Indonesia
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definition
Semen adalah serbuk atau tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya
yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata ataupun membuat
tembok (KBBI, 2008). Istilah semen berasal dari bahasa Latin,
yaitu caementum yang artinya bahan perekat. Semen sudah dikenal pada
zaman Mesir kuno pada abad ke 5. Pada saat itu semen dibuat dari kalsinasi
atau pembakaran batu kapur yang digunakan untuk membangun piramida dan
bangunan besar lainnya. Sedangkan bangsa Romawi dan Yunani kuno
membuat semen menggunakan slag vulkanik yang berasal dari gunung berapi.
Slag vulkanik dicampur dengan kapur gamping (Quicklime) serta gypsum yang
kemudian disebut sebagai Pozzolan Cement (Rahadja, 1990).
Semen merupakan suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang akan
mengalami proses pengerasan pada pencampurannya dengan air ataupun
larutan asam. Bahan dasar semen terdiri dari tiga macam, yaitu clinker/terak
semen sebanyak 70% sd 95% (hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika,
pasir besi dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu kapur,
pozzolan, abu terbang).
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO),
serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990).
Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan
tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen
dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai
Universitas Indonesia
4
bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir. Semen dapat dibagi atas dua
kelompok, yaitu:
o Semen Non Hidraulis
Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau
tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah
lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat
dengan memanaskan limestone pada suhu 850oC. CaCO3 dari limestone akan
melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime (CaO). CaCO3
+ H2O Ca(OH)2 + CO2 Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan
Ca(OH)2 dalam butiran yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras
dalam air tetapi dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara
membentuk CaCO3 kembali.
o Semen Hidraulis
Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka
semen tersebut bersifat:
- Dapat mengeras bila dicampur air 5
- Tidak larut dalam air
- Dapat mengeras walau didalam air
Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen khusus
dan sebagainya.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), terdapat beberapa jenis semen
seperti portland cement, super mansonry cement, oil well cement, semen putih,
semen hidrofobik, waterproofed cement, semen alumina, portland pozzolan
cement, dan portland composite cement yang dibagi menjadi 5 tipe.
2.2 Manufacture of Portland Cement
Berdasarkan SNI nomor 15-2049-2004, semen portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (clinker) portland terutama yang
terdiri dari kalsium silikat ( . ) yang bersifat hidrolis dan digiling
atau di aduk bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat ( . ) dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain. Hidrolis yaitu sangat senang bereaksi dengan air,
Universitas Indonesia
5
senyawa yang bersifat hidrolis akan bereaksi dengan air secara cepat. Semen
portland bersifat hidrolis karena di dalamnya terkandung kalsium silikat
( . ) dan kalsium sulfat ( . ) yang bersifat hidrolis dan
sangat cepat bereaksi dengan air. Rekasi semen dengan air berlangsung secara
irreversible, yaitu artinya hanya dapat terjadi satu kali dan tidak bisa kembali
lagi ke kondisi seperti semula.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari
berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.
Keempat oksida utama tersebut diatas di dalam semen berupa senyawa C3S,
C2S, C3A dan C4AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap
produk semen, tergantung pada komposisi bahan bakunya.
Bagaimanakah jika semen dicampur oleh air dan apakah proses yang terjadi?
Bila semen bersentuhan dengan air, maka proses hidrasi berlangsung dalam
arah keluar dan arah ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian
luar dan inti semen yang belum terhidrasi dibagian dalam secara bertahap akan
terhidrasi, sehingga volume mengecil.
Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh karena
itu sangat perlu diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor air
semennya, karena faktor ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. Bila
kurang semen dan terlalu banyak air akan menyebabkan segregration dan
bleeding, selain itu perbandingan yang tepat antara semen dan air akan
berpengaruh dalam kemudahan pekerjaan.
Senyawa Kimia Pada Semen Portland
Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen
portland, yaitu: Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S, Trikalsium
Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di singkat menjadi C3A, Tertrakalsium
aluminoferrit (4CaO. AL2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/mengunci
ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat
semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi. Persenyawaan ini
dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa
C3S jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14.
Senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh
terhadap semen setelah umur 7 hari. C2S memberikan ketahanan terhadap
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
besar, yaitu sekitar 850 joule/gram. Pada udara lembab, sebagian besar
kekuatan di dapatkan dalam satu atau dua hari, tetapi kekuatannya relative
rendah. Kandungan C3A di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 7 –
15 %.
d. Hidrasi Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF)
Pada tahap awal, Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF) akan bereaksi dengan
gypsumndan kalsium hidroksida yang akan menghasilkan kalsium sulfo-
aluminat hidrat dan kalsium sulfo-ferrit hidrat yang kristalnya berbentuk
jarum. Tetrakalsium-aluminoferrit bereaksi dengan air secara cepat dan
menghasilkan pengikatan dalam beberapa menit, dengan mengeluarkan panas
hidrasi sekitar 420 joule/gram. Kandungan C4AF dalam semen bervariasi
sekitar 5 – 10 %, rata – rata 8%.
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2 → 6CaO.Al2O3.FeO3.12H2O
tetrakalsium alumina-ferrit + air + kalsium hidroksida →kalsium
aluminoferrit hidrat
2.5 Type of Cement
Ada beberapa tipe dan kegunaan dari semen yang telah banyak digunakan di
dunia konstruksi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Seperti yang telah
kita ketahui, semen adalah bahan yang mempunyai
sifat adhesiv dan cohesive digunakan sebagai bahan pengikat (bonding
material) yang dipakai bersama sama dengan kerikil dan pasir. Secara garis
besar semen dibagi :
• Non Hidraulis : semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil
dalam air.
• Hidraulis : semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan padatan
yang stabil dalam air (jenis ini yang paling banyak digunakan adalah Semen
Portland)
Universitas Indonesia
12
Semen jenis ini memiliki nama lain Portland yang merupakan semen bubuk
yang berwarna abu kebiruan. Kegunaannya antara lain untuk penggunaan
umum seperti rumah dan bangunan tinggi. Berbahan dasar batu kapur atau
gamping yang diolah dengan dalam suhu tinggi.
Jenis semen ini memiliki beberapa tipe :
a. Semen Portland type I
Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar
disekitar Anda karena paling banyak digunakan oleh masyarakat luas
dan beredar di pasaran. Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus untuk
hidrasi panas dan kekuatan tekan awal. Kegunaan Semen Portland Type
I diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah permukiman, gedung
bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik Semen Portland Type I ini
cocok digunakan di lokasi pembangunan di kawasan yang jauh dari
pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.
b. Semen Portland type II
Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan
kadar asam sulfat dalam air dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh
karena itu, keadaan tersebut mempengaruhi kebutuhan semen yang
berbeda. Kegunaan Semen Portland Type II pada umumnya sebagai
material bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah rawa, dermaga,
saluran irigasi, dan bendungan. Karakteristik Semen Portland Type
II yaitu tahan terhadap asam sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan
hidrasi panas yang bersifat sedang.
c. Semen Portland type III
Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi
tanpa persyaratan khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi
syarat konstruksi bangunan dengan persyaratan khusus. Karakteristik
Semen Portland Type III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal
yang tinggi pada permulaan setelah proses pengikatan terjadi, lalu
kemudian segera dilakukan penyelesaian secepatnya. Jenis semen
Portland type III digunakan untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi,
Universitas Indonesia
13
jalan beton atau jalan raya bebas hambatan, hingga bandar udara dan
bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan asam sulfat.
Ketahananya Portland Type III menyamai kekuatan umur 28 hari beton
yang menggunakan Portland type I.
d. Semen Portland type IV
Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang
dalam penggunaannya membutuhkan panas hidrasi rendah. Jenis
semen portland type IV diminimalkan pada fase pengerasan sehingga
tidak terjadi keretakkan. Kegunaan Portland Type IV digunakan untuk
dam hingga lapangan udara
e. Semen Portland type V
Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi
bangunan yang membutuhkan daya tahan tinggi terhadap kadar asam
sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20 persen. Kegunaan Semen Potrtland
Type V dirancang untuk memenuhi kebutuhan di wilayah dengan kadar
asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut atau pantai, serta
kawasan tambang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini
diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air, hingga
pembangkit tenaga nuklir.
2. Semen campuran
Tipe semen jenis campuran yaitu
a. Portland Composite Cement (PCC)
Kegunaan Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan
pengikat untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton pra
cetak, beton pra tekan, paving block, plesteran dan acian, dan
sebagainya. Karakteristik Portland Composite Cement (PCC) lebih
mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan tidak mudah retak.
Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum, dan
bahan anoraganik.
b. Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)
Kegunaan super portland pozzolan composite cement diantaranya
adalah sebagai konstruksi beton massa, konstruksi di tepi pantai dan
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
2.6 Other Types of Cementitious Materials : GGBS, Fly Ash, Silica Fume
Teradapat beberapa jenis material lain berbahan semen, diantaranya
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya apabila terjadi
kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah. Pada
umumnya, bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika,
oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand)
dan pasir besi (iron sand).
Universitas Indonesia
18
1. Pasir Silika (silica sand). Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar
SiO2 dalam tanah liat yang rendah.
2. Pasir Besi (iron sand). Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar
Fe2O3 yang biasanya dalam bahan baku utama masih kurang.
Bahan tambahan semen :
• Gypsum
Di dalam proses penggilingan terak ditambahkan bahan tambahan Gipsum
sebanyak 4-5%. Gipsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan bahan
yang harus ditambahkan pada proses pengilingan klinker menjadi semen.
Fungsi gypsum adalah mengatur waktu pengikatan daripada semen atau yang
dikenal dengan sebutan retarder
• Abu Terbang (Fly Ash)
Universitas Indonesia
19
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
o Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat
kalsium dan bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa
tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru bersifat
perekat pada bebatuan.
o Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak (clinker) portland terutama yang terdiri dari kalsium
silikat ( . ) yang bersifat hidrolis dan digiling atau di aduk
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat ( . ) dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain.
o Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama
mengandung kapur, silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu
menjadi unsur-unsur pokok semennya.
o Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO,
SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, yang merupakan oksida dominan.
Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari
berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.
o Hidrasi semen adalah proses reaksi antara semen dan air. Reaksi ini
terjadi antara silikat dan alumina pada semen dengan air. Dengan
adanya air, senyawa silikat dan alumina tersebut membentuk produk
hidrasi yang berupa massa yang keras dan kuat.
o Proses hidrasi menentukan kekuatan semen akhir. Reaksi hidrasi yang
terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa
utama dari semen
o Secara garis besar semen dibagi menjadi semen yang tidak dapat
mengeras dalam air atau tidak stabil dalam air (Non Hidraulis) dan
semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan padatan yang
stabil dalam air (Hidraulis).
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pangaribuan, Bonardo. 2012. “Cement Manufacturing Process”, Holcim
Indonesia, Jakarta.
Rahadja, Hasan. 1990. Produksi Teknologi Semen. Padang: Indonesia Cement
Institute.
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-pembuatan-
semen.html diakses Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul 19.04 WIB
http://eprints.polsri.ac.id/3153/3/BAB%20II.pdf diakses Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul
19.11 WIB
https://www.lamudi.co.id/journal/macam-jenis-semen-dan-fungsi/ diakses
Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 16.45 WIB
https://cienties.com/2018/07/06/tipe-tipe-semen-dan-kegunaannya/ diakses
Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.02 WIB
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-
pembuatan-semen.html diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.10 WIB
http://krakatausemenindonesia.com/blastfurnaceslag diakses Minggu, 6 Oktober
2019 pukul 17.14 WIB
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-
pembuatan-semen.html diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.19 WIB
https://www.silicafume.org/general-silicafume.html diakses Minggu, 6 Oktober
2019 pukul 17.21 WIB
https://kbbi.web.id/semen diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.27 WIB
https://bisakimia.com/2016/09/29/apa-saja-komposisi-semen/ diakses Minggu, 6
Oktober 2019 pukul 17.33 WIB
https://www.academia.edu/8462881/Senyawa_Kimia_Pada_Semen_Portland
diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.39 WIB
https://www.scribd.com/document/241456838/Hidrasi-Semen diakses Minggu, 6
Oktober 2019 pukul 17.42 WIB
https://www.academia.edu/29438915/Teknologi_Bahan_Bangunan_Semen
diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.48 WIB
Universitas Indonesia
22
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-
SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/PRODUKSI_SEMEN.pdf diakses
Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.53 WIB
Universitas Indonesia