Anda di halaman 1dari 23

Makalah Properti Material

Semen

Disusun Oleh :

Clarissa Sahra Akila (1806200526)

Cindy Yurika (1806200633)

Rara Amelia Saripudin (1806149002)

Adam Mulia Setiawan (1706042693)

Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Depok

2019
1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................2


1.1 Latar Belakang ......................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Definition ..............................................................................................3
2.2 Manufacture of Portland Cement ..........................................................4
2.3 Chemical Composition of Cement ........................................................6
2.4 Hydration of Cement .............................................................................9
2.5 Type of Cement ...................................................................................11
2.6 Other Types of Cementitious Materials:GGBS,Fly Ash,Silica Fume 15
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................21

Universitas Indonesia
2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setiap pembangunan membutuhkan bahan-bahan material yang
berkualitas baik agar bangunan awet dan tahan terhadap kerusakan. Salah satu
bahan material yang sangat penting dan sering digunakan dalam setiap
pembangunan adalah semen. Semen adalah bahan perekat untuk merekatkan bahan-
bahan bangunan lainnya. Oleh karena itu, semen merupakan zat yang memilki sifat
adhesif dan kohesif. Sifat ini merupakan sifat yang digunakan sebagai bahan
pengikat yang dipakai bersama dengan batu kerikil dan pasir. Semen mampu
mengikat bahan lainnya ditentukan oleh kandungan kimia dalam semen. Umumnya
semen mengandung bahan kimia seperti silikat, kapus, besi II oksida, dan magnesit.
Dengan demikian, dalam membuat suatu bangunan, sangat penting untuk
mempelajari sifat bahan yang akan dipakai, dalam hal ini adalah semen. Memilih
jenis semen dengan kualitas yang baik dengan memperhatikan komposisi kimia
yang ada serta bagaimana proses pembuatan semen penting untuk dipelajari
sehingga akan lebih mudah menentukan semen apa yang cocok digunakan untuk
bangunan yang akan dibuat dan perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Semen?
2. Bagaimana proses manufaktur Portland Cement?
3. Apa saja komposisi kimiawi semen?
4. Bagaimana proses hidrasi semen?
5. Apa saja jenis-jenis semen?
6. Apa saja material dalam semen? (GGBS, Fly Ash, Silica Fume)

Universitas Indonesia
3

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definition
Semen adalah serbuk atau tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya
yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata ataupun membuat
tembok (KBBI, 2008). Istilah semen berasal dari bahasa Latin,
yaitu caementum yang artinya bahan perekat. Semen sudah dikenal pada
zaman Mesir kuno pada abad ke 5. Pada saat itu semen dibuat dari kalsinasi
atau pembakaran batu kapur yang digunakan untuk membangun piramida dan
bangunan besar lainnya. Sedangkan bangsa Romawi dan Yunani kuno
membuat semen menggunakan slag vulkanik yang berasal dari gunung berapi.
Slag vulkanik dicampur dengan kapur gamping (Quicklime) serta gypsum yang
kemudian disebut sebagai Pozzolan Cement (Rahadja, 1990).
Semen merupakan suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang akan
mengalami proses pengerasan pada pencampurannya dengan air ataupun
larutan asam. Bahan dasar semen terdiri dari tiga macam, yaitu clinker/terak
semen sebanyak 70% sd 95% (hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika,
pasir besi dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu kapur,
pozzolan, abu terbang).
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO),
serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990).
Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan
tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen
dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai

Universitas Indonesia
4

bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir. Semen dapat dibagi atas dua
kelompok, yaitu:
o Semen Non Hidraulis
Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau
tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah
lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat
dengan memanaskan limestone pada suhu 850oC. CaCO3 dari limestone akan
melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime (CaO). CaCO3
+ H2O Ca(OH)2 + CO2 Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan
Ca(OH)2 dalam butiran yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras
dalam air tetapi dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara
membentuk CaCO3 kembali.
o Semen Hidraulis
Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka
semen tersebut bersifat:
- Dapat mengeras bila dicampur air 5
- Tidak larut dalam air
- Dapat mengeras walau didalam air
Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen khusus
dan sebagainya.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), terdapat beberapa jenis semen
seperti portland cement, super mansonry cement, oil well cement, semen putih,
semen hidrofobik, waterproofed cement, semen alumina, portland pozzolan
cement, dan portland composite cement yang dibagi menjadi 5 tipe.
2.2 Manufacture of Portland Cement
Berdasarkan SNI nomor 15-2049-2004, semen portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak (clinker) portland terutama yang
terdiri dari kalsium silikat ( . ) yang bersifat hidrolis dan digiling
atau di aduk bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat ( . ) dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain. Hidrolis yaitu sangat senang bereaksi dengan air,

Universitas Indonesia
5

senyawa yang bersifat hidrolis akan bereaksi dengan air secara cepat. Semen
portland bersifat hidrolis karena di dalamnya terkandung kalsium silikat
( . ) dan kalsium sulfat ( . ) yang bersifat hidrolis dan
sangat cepat bereaksi dengan air. Rekasi semen dengan air berlangsung secara
irreversible, yaitu artinya hanya dapat terjadi satu kali dan tidak bisa kembali
lagi ke kondisi seperti semula.

Proses Pembuatan Semen Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


1. Proses basah
Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan
bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan
karena masalah keterbatasan energi BBM.
2. Proses kering Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan
blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini
meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

Universitas Indonesia
6

o Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer


dan roller meal.
o Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk
mendapatkan campuran yang homogen.
o Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :
bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
o Proses pendinginan terak.
o Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena
pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut,
besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor,
dan kapur bebas.
2.3 Chemical Composition of Cement
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi satu massa
yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan,
semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan
mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Hidraulis berarti
semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu bahan massa. Bahan baku
yang digunakan untuk pembuatan semen portland adalah batuan alam yang
mengandung oksida-oksida kalsium, silika, alumina dan besi sebagai
pembentuk senyawa potensial semen portland.
Bagaimana sifat semen?
Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 µm dan
mempunyai berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.
Apa saja komposisi dari semen?
Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama
mengandung kapur, silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi
unsur-unsur pokok semennya. Komposisi kimia semen portland pada
umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, yang merupakan oksida

Universitas Indonesia
7

dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari
berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.
Keempat oksida utama tersebut diatas di dalam semen berupa senyawa C3S,
C2S, C3A dan C4AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap
produk semen, tergantung pada komposisi bahan bakunya.
Bagaimanakah jika semen dicampur oleh air dan apakah proses yang terjadi?
Bila semen bersentuhan dengan air, maka proses hidrasi berlangsung dalam
arah keluar dan arah ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian
luar dan inti semen yang belum terhidrasi dibagian dalam secara bertahap akan
terhidrasi, sehingga volume mengecil.
Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh karena
itu sangat perlu diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor air
semennya, karena faktor ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. Bila
kurang semen dan terlalu banyak air akan menyebabkan segregration dan
bleeding, selain itu perbandingan yang tepat antara semen dan air akan
berpengaruh dalam kemudahan pekerjaan.
Senyawa Kimia Pada Semen Portland
Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen
portland, yaitu: Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S, Trikalsium
Aluminat (3CaO. AL2O3) yang di singkat menjadi C3A, Tertrakalsium
aluminoferrit (4CaO. AL2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat/mengunci
ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat
semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi. Persenyawaan ini
dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen. Senyawa
C3S jika terkena air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas. Panas
tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras sebelum hari ke-14.
Senyawa C2S lebih lambat bereaksi dengan air dan hanya berpengaruh
terhadap semen setelah umur 7 hari. C2S memberikan ketahanan terhadap

Universitas Indonesia
8

serangan kimia (chemical attack) dan mempengaruhi susut terhadap pengaruh


panas akibat lingkungan.
Kedua senyawa utama tadi membutuhkan air sekitar 21%-24% dari beratnya
untuk bereaksi. Senyawa C3S membebaskan kalsium hidroksida hampir tiga
kali dari yang dibebaskan oleh C2S. Jika kandungan C3S lebih banyak maka
akan terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal yang tinggi dan panas
hidrasi yang tinggi, sebaliknya jika kandungan C2S lebih banyak maka akan
terbentuk semen dengan kekuatan tekan awal yang rendah dan ketahanan
terhadap serangan kimia yang tinggi.
Senyawa ketiga, C3A, bereaksi secara exothermic dan beraksi sangat cepat,
memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama. C3A
bereaksi dengan air yang jumlahnya sekitar 40% dari beratnya. Karena
persentasinya dalam semen yang kecil (sekitar 10%), maka pengaruhnya pada
jumlah air untuk reaksi menjadi kecil. Unsur ini sangat berpengamh pada nilai
panas hidrasi tertinggi, baik pada saat awal maupun pada saat pengerasan
berikutnya yang sangat panjang. Semen yang mengandung unsur C3A lebih
dari 10% tidak akan tahan terhadap serangan sulfat.
Prinsip dasar pemilihan semen yang akan digunakan sebagai bahan campuran
beton yang tahan terhadap serangan sulfat adalah berapa banyak kandungan
senyawa C3A-nya. Semen yang tahan sulfat harus memiliki kandungan C3A
tidak lebih dari 5%. Semen yang kandungan C3A-nya tinggi, jika terkena sulfat
yang terdapat pada air atau tanah akan mengeluarkan C3A yang bereaksi
dengan sulfat dan mengambang sehingga mengakibatkan retak-retak pada
betonnya (Cokrodimuldjo, 1992).
Untuk struktur drainase yang kandungan sulfatnya lebih tinggi dari normal,
harus digunakan bahan campuran beton yang tahan terhadap serangan sulfat.
Semen yang akan digunakan harus memiliki kandungan C3A sekitar 0.10%-
0.20% (ACI 318-83:2-7). Semen portland Tipe II biasanya mengandung C3A
lebih kecil dari 8% (ASTM C-150). Untuk struktur yang benar-benar akan
terekspos serangan sulfat, sebaiknya digunakan semen Tipe V, dimana
kandungan C3A maksimumnya sekitar 5% (ACI.318-83:2-7). Senyawa
keempat, yakni C4AF, kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan

Universitas Indonesia
9

semen atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan kecil.


Komposisi kandungan senyawa yang dibutuhkan dalam semen portland
menurut standar ASTM C-150 dapat dilihat pada Penjelasan Hidrasi pada
semen.
2.4 Hydration of Cement
Hidrasi semen adalah proses reaksi antara semen dan air. Reaksi ini terjadi
antara silikat dan alumina pada semen dengan air. Dengan adanya air, senyawa
silikat dan alumina tersebut membentuk produk hidrasi yang berupa massa
yang keras dan kuat. Proses hidrasi semen memerlukan air sebanyak 20% dari
berat semen.
Proses Hidrasi sangat penting karena proses ini menentukan kekuatan semen
akhir. Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-
masing senyawa utama dari semen Portland, antara lain Dikalsium Silikat
(C2S), Trikalsium Silikat (C3S), Trikalsium Aluminat (C3A), dan
Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF). Trikalsium Aluminat (C3A) adalah
senyawa utama yang paling reaktif. Adapun untuk mengatur kecepatan reaksi
yang diinginkan dapat ditambahkan gypum sebagai pengendali reaktifitas
senyawa Trikalsium Aluminat (C3A).
Mekanisme reaksi hidrasi senyawa semen Portland:
a. Hidrasi Trikalsium Silikat (C3S) dan Dikalsium Silikat (C2S)
Reaksi yang dihasilkan Kalsium Silikat dengan air adalah Kalsium Silikat
akan terhidrasi menjadi Kalsium Silikat Hidrat (CSH) dan kalsium
Hidroksida (CaOH)2. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) adalah silikat di dalam
Kristal yang tidak sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering
disebut Tobermorite Gel. Adanya Kalsium Hidroksida (CaOH)2 akan
membuat pasta semen bersifat basa dengan pH=12,5. Hal ini dapt
menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat tetapi dapat
mencegah baja mengalami korosi.
• Reaksi Trikalsium Silikat (C3S) dengan air (H2O)
2(3CaO.SiO2) + 6H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 (dalam
bentuk rumus oksida) 2C3S + 6H → CSH gel + 3CH (dalam notasi
pendek). Bila dicampurkan dengan air, pengikatan C3S dan air akan

Universitas Indonesia
10

menghasilkan pengerasan dari pasta semen dalam beberapa jam, dan


selanjutnya akan mendapatkan sebagian besar kekuatannya (sekitar
70%) pada minggu pertama setelah pengikatan, dengan mengeluarkan
panas sekitar 500 joule/gram. Kandungan C3S di dalam semen
Portland semen biasa bervariasi antara 40 – 55 %, dengan rata – rata
sekitar 48%.
• Reaksi Dikalsium Silikat (C2S) dengan air (H2O)
2(2CaO.SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2 (dalam
bentuk rumus oksida) 2C2S + 4H → CSH gel + CH (dalam notasi
pendek) Bila dicampurkan dengan air, C2S berhidrasi denngan jumlah
panas yang rendah, sekitar 250 joule/gram, namun pasta yang
mengeras mendapatkan kekuatannya secara relative lambat selama
beberapa minggu dan malahan bulan, untuk mencapai kekuatan akhir
yang kemungkinan bisa sama dengan yang dihasilkan oleh C3S.
kandungan C2S di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 15 –
35 %, dengan rata – rata 25%.
b. Hidrasi Trikalsium Aluminat (C3A)
Hidrasi C3A dengan air akan menghasilkan kalsium alumina hidrat (3CaO.
Al2O3. 3H2O) yang mana kristalnya berbentuk kubus di dalam semen karena
adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit berbeda. Mula-mula C3A
akan bereaksi dengan gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya
berbentuk jarum dan biasa disebut ettringite namun pada akhirnya gypsum
bereaksi semua, baru terbentuk kalsium alumina hidrat (CAH). Penambahan
gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini
disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-
permukaan Kristal C3A
3CaO. Al2O3 + 10 H2O + CaSO4.2H2O → 3CaO.Al2O3.CaSO4.12H2O
trikalsium aluminat + air + gypsum → ettringete
3CaO.Al2O3 + 12H2O + Ca(OH) 2 →3CaO.Al2O3.Ca(OH) 2.12H2O
trikalsium aluminat + air + kalsium hidroksida → kalsium aluminat hidrat
c. Trikalsium Aluminat murni bereaksi dengan air dan menghasilkan
pengikatan dalam waktu yang cepat, disertai dengan pengeluaran panas yang

Universitas Indonesia
11

besar, yaitu sekitar 850 joule/gram. Pada udara lembab, sebagian besar
kekuatan di dapatkan dalam satu atau dua hari, tetapi kekuatannya relative
rendah. Kandungan C3A di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 7 –
15 %.
d. Hidrasi Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF)
Pada tahap awal, Tertrakalsium Aluminoferrit (C4AF) akan bereaksi dengan
gypsumndan kalsium hidroksida yang akan menghasilkan kalsium sulfo-
aluminat hidrat dan kalsium sulfo-ferrit hidrat yang kristalnya berbentuk
jarum. Tetrakalsium-aluminoferrit bereaksi dengan air secara cepat dan
menghasilkan pengikatan dalam beberapa menit, dengan mengeluarkan panas
hidrasi sekitar 420 joule/gram. Kandungan C4AF dalam semen bervariasi
sekitar 5 – 10 %, rata – rata 8%.
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2 → 6CaO.Al2O3.FeO3.12H2O
tetrakalsium alumina-ferrit + air + kalsium hidroksida →kalsium
aluminoferrit hidrat
2.5 Type of Cement
Ada beberapa tipe dan kegunaan dari semen yang telah banyak digunakan di
dunia konstruksi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Seperti yang telah
kita ketahui, semen adalah bahan yang mempunyai
sifat adhesiv dan cohesive digunakan sebagai bahan pengikat (bonding
material) yang dipakai bersama sama dengan kerikil dan pasir. Secara garis
besar semen dibagi :

• Non Hidraulis : semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil
dalam air.
• Hidraulis : semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan padatan
yang stabil dalam air (jenis ini yang paling banyak digunakan adalah Semen
Portland)

Secara kegunaannya, semen dibagi menjadi 3 ,yaitu :

1. Semen abu-abu/semen biasa

Universitas Indonesia
12

Semen jenis ini memiliki nama lain Portland yang merupakan semen bubuk
yang berwarna abu kebiruan. Kegunaannya antara lain untuk penggunaan
umum seperti rumah dan bangunan tinggi. Berbahan dasar batu kapur atau
gamping yang diolah dengan dalam suhu tinggi.
Jenis semen ini memiliki beberapa tipe :
a. Semen Portland type I
Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar
disekitar Anda karena paling banyak digunakan oleh masyarakat luas
dan beredar di pasaran. Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi
bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus untuk
hidrasi panas dan kekuatan tekan awal. Kegunaan Semen Portland Type
I diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah permukiman, gedung
bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik Semen Portland Type I ini
cocok digunakan di lokasi pembangunan di kawasan yang jauh dari
pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.
b. Semen Portland type II
Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan
kadar asam sulfat dalam air dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh
karena itu, keadaan tersebut mempengaruhi kebutuhan semen yang
berbeda. Kegunaan Semen Portland Type II pada umumnya sebagai
material bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah rawa, dermaga,
saluran irigasi, dan bendungan. Karakteristik Semen Portland Type
II yaitu tahan terhadap asam sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan
hidrasi panas yang bersifat sedang.
c. Semen Portland type III
Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi
tanpa persyaratan khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi
syarat konstruksi bangunan dengan persyaratan khusus. Karakteristik
Semen Portland Type III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal
yang tinggi pada permulaan setelah proses pengikatan terjadi, lalu
kemudian segera dilakukan penyelesaian secepatnya. Jenis semen
Portland type III digunakan untuk pembuatan bangunan tingkat tinggi,

Universitas Indonesia
13

jalan beton atau jalan raya bebas hambatan, hingga bandar udara dan
bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan asam sulfat.
Ketahananya Portland Type III menyamai kekuatan umur 28 hari beton
yang menggunakan Portland type I.
d. Semen Portland type IV
Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang
dalam penggunaannya membutuhkan panas hidrasi rendah. Jenis
semen portland type IV diminimalkan pada fase pengerasan sehingga
tidak terjadi keretakkan. Kegunaan Portland Type IV digunakan untuk
dam hingga lapangan udara
e. Semen Portland type V
Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi
bangunan yang membutuhkan daya tahan tinggi terhadap kadar asam
sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20 persen. Kegunaan Semen Potrtland
Type V dirancang untuk memenuhi kebutuhan di wilayah dengan kadar
asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut atau pantai, serta
kawasan tambang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini
diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air, hingga
pembangkit tenaga nuklir.
2. Semen campuran
Tipe semen jenis campuran yaitu
a. Portland Composite Cement (PCC)
Kegunaan Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan
pengikat untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton pra
cetak, beton pra tekan, paving block, plesteran dan acian, dan
sebagainya. Karakteristik Portland Composite Cement (PCC) lebih
mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan tidak mudah retak.
Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum, dan
bahan anoraganik.
b. Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)
Kegunaan super portland pozzolan composite cement diantaranya
adalah sebagai konstruksi beton massa, konstruksi di tepi pantai dan

Universitas Indonesia
14

tanah rawa yang harus memiliki ketahanan terhadap sulfat, tahan


hidrasi panas sedang, pekerjaan pasangan dan plesteran. Beberapa jenis
bangunan yang menggunakan produk ini diantaranya perumahan, jalan
raya, dermaga, irigasi, dan sebagainya. Semen ini merupakan pengikat
hidrolis seperti halnya PCC namun terdiri dari campuran terak, gypsum,
dan pozzolan
c. Special Blended Cemeny (SBC)
Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau
semen campur karena khusus dirancang dalam pembangunan jembatan
terbesar yang menghubungkan Surabaya dengan Madura yang dikenal
dengan Jembatan Suramadu. Karakteristik special blended
cement tentu memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan pada air laut
seperti halnya jembatan Suramadu yang berdiri diatas laut.
d. Super Masonry Cement (SMC)
Kegunaan Super Masonry Cement (SMC) diantaranya sebagai bahan
baku genteng beton, tegel, hollow brick, dan paving block. Selain itu,
digunakan hanya pada kisaran konstruksi bangunan rumah atau irigasi
dengan struktur beton paling besar K225. Tipe ini pertama kali
diperkenalkan di USA.
e. Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate Resistance)
Lain rumah, lain pula material yang digunakan untuk sumur bumi.
Karakteristik Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR yang tahan
terhadap sulfat tinggi ini merupakan jenis yang dibuat untuk kegunaan
khusus di kedalaman dan temperatur tertentu yang bisa disesuaikan dan
kecepatan pengerasan dikurangi. Diantara proyek yang menggunakan
material ini yaitu sumur minyak bumi di bawah permukaan bumi dan
laut
f. Semen Thang Long PCB40
Karakteristik semen thang long PCB40 yang memiliki daya tahan tinggi
terhadap sulfat sesuai untuk konstruksi bangunan bawah tanah dan air.
Tak hanya itu, semen ini juga memeiliki daya tahan terhadap
penyerapan air, erosi lingkungan, dan tahan lama. Jenis ini juga hemat

Universitas Indonesia
15

digunakan karena kekuatannya. Iklim Vietnam sangat pas untuk


penggunaan jenis semen ini.
g. Semen Thang Long PC50
Kegunaan semen thang long PC50 yang banyak digunakan untuk
proyek-proyek besar dan rumit sehingga membutuhkan jenis semen
dengan spesifikasi tinggi. Standarisasi yang setara Asia, Eropa, bahkan
Amerika ini diaplikasikan untuk jembataan hingga pembangkir listrik.
Karakteristik semen thang long PC50 diantaranya memiliki ketahanan
tinggi terhadap sulfat sehingga bisa pula digunakan di bawah tanah dan
air.
3. Semen putih
Kegunaan semen putih diaplikasikan untung lapisan keramik hingga dekorasi
interior dan eksterior bangunan. Contoh semen putih yaitu Semen Acian Putih/
Mortar TR30. Katarekteristik semen acian putih atau mortar TR30 ialah
memiliki daya rekat yang tinggi dan dapat menghasilkan permukaan acian yang
lebih halus. Oleh karena itu, tidak mudah retak, dan terkelupas. Waktu
pengerjaannya juga cenderung lebih cepat. Kegunaan semen acian putih adalah
untuk untuk finishing seperti diantaranya plesteran, acian, pasangan keramik

2.6 Other Types of Cementitious Materials : GGBS, Fly Ash, Silica Fume
Teradapat beberapa jenis material lain berbahan semen, diantaranya

a. Granulated Blast Furnace Slag


GBFS/GBS Granulated Blast Furnace Slag/Granulated Blastfurnace Slag
berbentuk butiran/pasir merupakan residu pembakaran pada tanur (furnace)
dari proses pemurnian baja atau produk samping dari pabrik baja seperti PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk. dan anak perusahaannya PT Krakatau Posco.
Unsur pembentuk GBFS adalah kapur, silika dan alumina
memiliki komposisi kimia tidak berbeda
dengan bahan mineral alami termasuk bahan hidrasi seperti Semen
Portland. Sering juga dipakai sebagai campuran Semen Portland dalam
pembuatan beton, mortar, grouts dan lain-
lain. Campuran produk semen ini disebut sebagai Semen Blended atau
Semen Mix

Universitas Indonesia
16

b. Ground Granulated Blast Furnace Slag


GGBFS/GGBS Ground
Granulated Blast Furnace Slag/
Ground Granulated Blastfurnace
Slag adalah GBFS yang sudah
dihaluskan yang memiliki sifat
cementitious layaknya semen yang
dapat berfungsi sebagai bahan perekat agregat. Pada kehalusan yang baik,
GGBFS/GGBS menunjukkan kualitas perekatan yang sama dengan Semen
Portland. Oleh karenanya dapat menggantikan fungsi Semen Portland
dengan rasio perbandingan massa tertentu. Berbagai level pengganti
GGBFS dimulai 10% sampai lebih dari 70%.
c. Silica Fume

Silica fume adalah produk sampingan dari


menghasilkan logam silikon atau paduan
ferrosilicon. Salah satu kegunaan yang paling
bermanfaat untuk asap silika adalah beton.
Karena sifat kimia dan fisiknya, ini adalah
pozzolan yang sangat reaktif. Beton yang
mengandung silika fume dapat memiliki
kekuatan yang sangat tinggi dan bisa sangat tahan lama. Silica fume tersedia
dari pemasok campuran beton dan, bila ditentukan, ditambahkan secara
sederhana selama produksi beton. Menempatkan, menyelesaikan, dan
menyembuhkan beton silika-fume memerlukan perhatian khusus pada
bagian kontraktor beton.

Bahan-bahan pembentuk semen diantaranya :

Bahan Baku Semen

1. Batu Kapur (Limer Stone)

Universitas Indonesia
17

Batu Kapur merupakan sumber


utama senyawa Kalsium. Batu
kapur murni umumnya merupakan
kalsit atau aragonit yang secara
kimia keduanya dinamakan
CaCO3. Kalsium karbonat
(CaCO3) di alam sangat banyak
terdapat di berbagai tempat.
Kalsium karbonat berasal dari pembentukan geologis yang pada umumnya
dapat dipakai untuk pembuatan semen Portland sebagai sumber utama senyawa
Ca. Batu kapur murni biasanya berupa Calspar (kalsit) dan aragonite. Senyawa
Karbonat dan Magnesium dalam batu Kapur umumnya berupa dolomite
(CaMg(CO3)2. Dalam prose s pembuatan Semen, CaCO3 akan berubah
menjadi oksida Kalsium (CaO) dan dolomite berubah bentuk menjadi kristal
oksida magnesium (MgO) bebas/Periclase.

2. Tanah Liat (Tanah Liat)

Tanah Liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O)


merupakan bahan baku semen yang
mempunyai sumber utama senyawa silikat
dan aluminat dan sedikit senyawa besi.
Tanah liat memiliki berat molekul 796,40
g/gmol dan secara umum mempunyai warna
cokelat kemerah-merahan serta tidak larut dalam air. Dalam jumlah amat kecil
kadang-kadang juga didapati senyawa-senyawa alkali (Na dan K) yang dapat
mempengaruhi mutu semen.

Bahan Baku Penunjang

Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya apabila terjadi
kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah. Pada
umumnya, bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika,
oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand)
dan pasir besi (iron sand).

Universitas Indonesia
18

1. Pasir Silika (silica sand). Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar
SiO2 dalam tanah liat yang rendah.
2. Pasir Besi (iron sand). Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar
Fe2O3 yang biasanya dalam bahan baku utama masih kurang.
Bahan tambahan semen :

• Gypsum
Di dalam proses penggilingan terak ditambahkan bahan tambahan Gipsum
sebanyak 4-5%. Gipsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan bahan
yang harus ditambahkan pada proses pengilingan klinker menjadi semen.
Fungsi gypsum adalah mengatur waktu pengikatan daripada semen atau yang
dikenal dengan sebutan retarder
• Abu Terbang (Fly Ash)

Abu terbang adalah bagian dari sisa


pembakaran batubara pada boiler pembangkit
listrik tenaga uap yang berbentuk partikel
halus amorf dan bersifat Pozzolan yang dapat
bereaksi dengan kapur pada suhu kamar
dengan media air membentuk senyawa yang bersifat mengikat.

Universitas Indonesia
19

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
o Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat
kalsium dan bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa
tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru bersifat
perekat pada bebatuan.
o Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak (clinker) portland terutama yang terdiri dari kalsium
silikat ( . ) yang bersifat hidrolis dan digiling atau di aduk
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat ( . ) dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain.
o Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama
mengandung kapur, silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu
menjadi unsur-unsur pokok semennya.
o Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO,
SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, yang merupakan oksida dominan.
Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari
berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.
o Hidrasi semen adalah proses reaksi antara semen dan air. Reaksi ini
terjadi antara silikat dan alumina pada semen dengan air. Dengan
adanya air, senyawa silikat dan alumina tersebut membentuk produk
hidrasi yang berupa massa yang keras dan kuat.
o Proses hidrasi menentukan kekuatan semen akhir. Reaksi hidrasi yang
terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa
utama dari semen
o Secara garis besar semen dibagi menjadi semen yang tidak dapat
mengeras dalam air atau tidak stabil dalam air (Non Hidraulis) dan
semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan padatan yang
stabil dalam air (Hidraulis).

Universitas Indonesia
20

o Secara kegunaan semen dibagi menjadi semen abu-abu/semen biasa,


semen campuran, dan semen putih.
o GBFS/GBS Granulated Blast Furnace Slag/Granulated Blastfurnace
Slag berbentuk butiran/pasir merupakan residu pembakaran pada
tanur (furnace) dari proses pemurnian baja atau produk samping dari
pabrik baja.
o GGBFS/GGBS Ground Granulated Blast Furnace Slag/ Ground
Granulated Blastfurnace Slag adalah GBFS yang sudah dihaluskan
yang memiliki sifat cementitious layaknya semen yang dapat
berfungsi sebagai bahan perekat agregat
o Silica fume adalah produk sampingan dari menghasilkan logam
silikon atau paduan ferrosilicon. Salah satu kegunaan yang paling
bermanfaat untuk asap silika adalah beton.
o Bahan baku membuat semen lainnya adalah batu kapur dan tanah liat.
Bahan penunjang membuat semen adalah pasir silika dan pasir besi,
sedangkan bahan tambahan membuat semen adalah gipsum dan abu
terbang (fly ash).

Universitas Indonesia
21

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Pangaribuan, Bonardo. 2012. “Cement Manufacturing Process”, Holcim
Indonesia, Jakarta.
Rahadja, Hasan. 1990. Produksi Teknologi Semen. Padang: Indonesia Cement
Institute.

https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-pembuatan-
semen.html diakses Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul 19.04 WIB
http://eprints.polsri.ac.id/3153/3/BAB%20II.pdf diakses Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul
19.11 WIB
https://www.lamudi.co.id/journal/macam-jenis-semen-dan-fungsi/ diakses
Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 16.45 WIB
https://cienties.com/2018/07/06/tipe-tipe-semen-dan-kegunaannya/ diakses
Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.02 WIB
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-
pembuatan-semen.html diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.10 WIB
http://krakatausemenindonesia.com/blastfurnaceslag diakses Minggu, 6 Oktober
2019 pukul 17.14 WIB
https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-bahan-baku-dan-proses-
pembuatan-semen.html diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.19 WIB
https://www.silicafume.org/general-silicafume.html diakses Minggu, 6 Oktober
2019 pukul 17.21 WIB
https://kbbi.web.id/semen diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.27 WIB
https://bisakimia.com/2016/09/29/apa-saja-komposisi-semen/ diakses Minggu, 6
Oktober 2019 pukul 17.33 WIB
https://www.academia.edu/8462881/Senyawa_Kimia_Pada_Semen_Portland
diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.39 WIB
https://www.scribd.com/document/241456838/Hidrasi-Semen diakses Minggu, 6
Oktober 2019 pukul 17.42 WIB
https://www.academia.edu/29438915/Teknologi_Bahan_Bangunan_Semen
diakses Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.48 WIB

Universitas Indonesia
22

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-
SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/PRODUKSI_SEMEN.pdf diakses
Minggu, 6 Oktober 2019 pukul 17.53 WIB

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai