Anda di halaman 1dari 16

ASPAL

1. La Ode Muhammad Kemal Welendo


2. Al hilal hamdi
3. Muh.Fahmi Dwi Iriawan Haris
4. Fahmi muhammad
5. Muhammad Najmiardi
LATAR BELAKANG
 Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat,yang terdiri dari hydrocarbons
atau turunannya, terlarut dalam trichloro-ethylenedan bersifat tidak mudah menguap serta lunak secara
bertahap jika dipanaskan.Aspal berwarna hitam atau kecoklatan, memiliki sifat kedap air dan adhesive
(British Standart, 198 ).
 Aspal merupakan bahan pengikat pada kontstruksi perkerasan jalan yang berasal dari sisa penyulingan
minyak bumi. Karena minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
cadangannya semakin menipis sehingga mempengaruhi ketersediaan aspal. Di sisi lain, kebutuhan aspal
tidak mencukupi jumlah permintaan, maka pada tahun – tahun yang akan datang akan terjadi kelangkaan
aspal. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan bahan – bahan
yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Selain itu aspal juga berfungsi sebagai perekat agregat
dalam campuran aspal beton, sehingga menjadikannya sangat penting dipertahankan kemampuannya
terhadap kelekatan, titik lembek dan kelenturannya. Penambahan aditif pada aspal menjadi alternatif yang
dapat digunakan untuk mempertahankan maupun meningkatkan daya rekatnya, titik lembek, maupun
kelenturanya
 (Rianung, 2007). Pada dasarnya aspal merupakan bahan komposit yang biasa digunakan dalam proyek-
proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara dan tempat parkir. Ini terdiri dari aspal dan agregat
mineral yang dicampur bersama, kemudian ditetapkan dalam lapisan yang dipadatkan sehingga
digolongkan material pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman, 2003). Aspal sendiri memiliki
beberapa kelemahan diantaranya seperti mengalami deformasi (perubahan bentuk) permanen disebabkan
adanya tekanan terlalu berat oleh muatan truk yang berlebihan dan tingginya frekuensi lalu lintas
kendaraan dijalan raya., keretakan-keretakan maupun kerusakan dapat juga disebabkan karena tererosi
akibat kikisan air, ini semua terjadi pada campuran.aspal (Brown, 1990). Alternatif yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu dengan meningkatkan sifat fisik dan mekanik aspal.
TUJUAN ASPAL
 Tujuan Umum dari perencanaan campuran perkerasan aspal adalah untuk menetapkan
satu penggabungan gradasi agregat yang ekonomis (dalam batas spesifikasi proyek) dan
bitumen (aspal) yang akan menghasilkan campuran dengan :
 Bitumen atau aspal yang cukup untuk menjamin keawetan perkerasan.
 Stabilitas permukaan aspal yang memadai sehingga memenuhi kebutuhan lalu lintas
tanpa adanya distorsi atau terjadi pemindahan.
 Tersedianya Rongga yang memadai di dalam total campuran padat sehingga masih
memungkinkan adanya sedikit tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas tanpa
flushing, bleeding/kelebihan aspal, dan hilangnya stabilitas, namun cukup rendah untuk
mencegah masuknya udara dan kelembaban yang dapat merusak permukaan beraspal.
 Cukup mudah dikerjakan untuk dapat melaksanakan penghamparan campuran aspal
secara efisien tanpa mengalami segregasi.
 Dapat menghasilkan campuran yang menghasilkan lapis perkerasan aspal yang sesuai
dengan persyaratan dalam pemilihan lapis perkerasan pada tahap perencanaan.
 Batas atas pada stabilitas campuran aspal untuk mengurangi terjadinya retak.
 Batas atas dan bawah pada Marshall kuosien untuk menjamin fleksibilitas dan membatasi
deformasi dari campuran beraspal akibat lalu lintas
 Maksimum ketebalan film aspal yang mungkin untuk mengurangi kecepatan oksidasi
bitumen dan meningkatkan durabilitas.
PENGERTIAN ASPAL
 Aspal merupakan material yang berwarna hitam sampai coklat tua
dimana pada temperatur ruang berbentuk padat sampai semi padat.
JIka temperatur tinggi aspal akan mencair dan pada saat temperatur
menurun aspal akan kembali menjadi keras (padat) sehingga aspal
merupakan material yang termoplastis. Aspal sendiri tersusun dari
sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk
padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak
bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).
 Bitumen (The Asphalt Institute, 1993) adalah suatu campuran dari
senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses
pemanasan, atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang
disertai dengan derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat
berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat, dan campuran
tersebut dapat larut dalam Karbondisulfida (CS2).
 Berdasarkan cara memperolehnya aspal dapat dibedakan atas aspal
alam dan aspal buatan. Aspal alam adalah aspal yang tersedia di
alam seperti aspal danau di Trinidad dan aspal gunung seperti aspal
gunung seperti aspal di Pulau Buton. Aspal buatan adalah aspal
yang diperoleh dari proses destilasi minyak bumi (aspal minyak) dan
batu bara.
JENIS – JENIS ASPAL
 Jenis aspal yang umum digunakan pada campuran aspal panas adalah aspal minyak. Aspal
minyak dapat dibedakan atas :

1. Aspal keras (aspal semen), digunakan untuk bahan pembuatan AC, aspal yang digunakan
dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang memenuhi persyaratan aspal
keras.

2. Aspal dingin/cair, digunakan untuk keperluan lapis resep pengikat ( prime coat ) digunakan
aspal cair jenis MC – 30, MC – 70, MC – 250 atau aspal emulsi jenis CMS, MS. Untuk keperluan
lapis pengikat ( tack coat ) digunakan aspal cair jenis RC – 70, RC – 250 atau aspal emulasi jenis
CRS,RS.

3. Aspal emulasi, adalah aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke
dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi sehingga diperoleh partikel aspal
yang bermuatan listrik positif ( kationik ), negative ( anionik ) atau tidak bermuatan listrik (
nonionic ).

4. Aspal buatan, dibuat dari proses pengolahan minyak bumi, jadi bahan baku yang dibuat untuk
aspal pada umumnya adalah minyak bumi yang banyak mengandung aspal.

Sedangankan menurut Sukirman (2003) aspal adalah material yang pada temperatur
ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Banyaknya aspal dalam
campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran atau 10-15%
berdasarkan volume. Aspal modifikasi adalah aspal yang dibuat dengan mencampur aspal keras
dengan suatu bahan tambah. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai modifikasi aspal
yaitu polimer. Penggunaan polimer sebagai bahan untuk memodifikasi aspal terus berkembang
di dalam dekade terakhir (PeiHung, 2000).
SIFAT – SIFAT ASPAL
 Aspal merupakan bahan yang larut dalam Karbon Disulfida yang mempunyai sifat tidak tembus air dan
mempunyai sifat adesi atau daya lekat sehingga umum digunakan dalam campuran perkerasan jalan
dimana aspal sebagai bahan pengikatnya. Dan aspal yang dipakai dalam konstruksi jalan mempunyai sifat
fisis yang penting, antara lain : kepekatan (consistency), ketahanan lama atau ketahanan terhadap
pelapukan oleh karena cuaca, derajat pengerasan, dan ketahanan terhadap pengaruh air. Berikut sifat –
sifat aspal :
*) Sifat aspal adalah coloidal antara asphaltens dengan maltene
 *) Daya tahan (durabilitas) daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya
akibat penbgaruh cuaca selama masa pelayanan jalan
 *) Sifat adhesi dan kohesi
 Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara
agregat dengan aspal.
 Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap pada tempatnyasetelah
terjadi pengikatan.

 *) Kepekaan terhadap temperature


Aspal merupakan bahan yang termoplastis, artinya akan menjadi keras dan kental jika temperatur rendah
dan menjadi cair (lunak) jika temperatur tinggi. Akibat perubahan temperatur ini viscositas aspal akan
berubah seiring dengan perubahan elastisitas aspal tersebut. oleh sebab itu aspal juga disebut bahan yang
bersifat visko elastis. Kepekaan terhadap suhu perlu diketahui untuk dapat ditentukan suhu yang baik
campuran aspal di campur dan dipadatkan.
 *) Kekerasan aspal
 Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya). Aspal pada proses
pencampurandipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal. Pada proses
pelaksanaan terjadi oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi getas (Viskositas bertambah tinggi).
Peristiwa tersebut berlansung setelah masa pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami
oksidasi dan polimerisasi yan besarnya dipengaruhi ketebalan aspal menyelimuti agregat. Semakin tipis
lapisan aspal yang menyelimuti agregat, semakin tinggi tingkat kerapuhan yang terjadi.
KARAKTERISTIK ASPAL
 Aspal memilik beberapa karasteristik yaitu :
1. Aspal Beton
Menurut Sukirman (2003), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki
oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan, kelenturan atau fleksibilitas, ketahanan
terhadap kelelahan ( fatique resistance ), kekesatan permukaan atau ketahanan
geser ( skid resistance ), kedap air dan kemudahan pelaksanaan ( workability ).
Durabilitas lapis keras jalan adalah kemampuan untuk mencegah terjadinya perubahan
pada bitumen, kehancuran agregat, dan mengelupasnya selaput aspal pada batuan
agregat. Faktor eksternal yang mempengaruhi durabilitas adalah cuaca, air,
suhu udara dan keausan akibat gesekan dengan roda kendaraan . Kelenturan atau
fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan
(konsolidasi/ settlement ) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi
retak. Penurunan terjadi akibat dari re petisi beban lalu lintas ataupun akibat beban
sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli.
 Workability
Kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan.
Kemudahan pelaksanaan menentukan tingkat effisensi pekerjaan. Faktor
kemudahan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas
aspal, kepekatan aspal terhadap perubahan temperatur dan gradasi serta kondisi agregat.
2. Aspal Porus
Diana (2004) menyebutkan karakteristik yang diisyaratkan untuk campuran aspal porus
adalah: density, stabilitas, flow, rongga di dalam campuran (voids in mixture), Marshall
Quotient (MQ), permeabilitas, dan keawetan (durability).
CONTOH ASPAL

 1. Aspal Jalan
CONTOH ASPAL

 2. Aspal cair
CONTOH ASPAL

 3. Aspal alam
CONTOH ASPAL

 4. Aspal semen keras


CONTOH ASPAL

 5. Aspal emulsi
PROSES PEMBUATAN ASPAL
1. Persiapan Bahan Baku
Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk
lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-
batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut
diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai
dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional
Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch,
dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di
simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing
Plant).
2. Bahan Baku Aspal
 Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan yang
lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan tahan terhadap
perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan
minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri.


3. Filler.

Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang
berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan karena
kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri
atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang
sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas
dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-
1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 %
terhadap beratnya.
 4. Bin dingin ( coold bin ) adalah bak tempat menampung
material agregat dari tiap – tiap fraksi mulai dari agregat
halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal panas ( hot mix ). Bagian
pertama dari AMP ( Aspal Mixing Plant ) bin dingin, yaitu
tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang,
agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari
minimum 3 sampai 5 bak penampung ( bin ). Masing – masing
bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat
tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga
keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan
rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya,
dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin. Dengan
demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan
mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket)
yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin. Jika
pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak
boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.
 5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
 Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan
telah diproses di unit stone crusher yang kemudian
disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai
dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai
atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan
belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer
tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air
harus seminim mungkin karena kalau tidak akan
berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya.
Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara
membakar agregat di dalam kilen yang berputar
dengan suhu ±1500 C proses pembakaran dengan
menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran
ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ±
80 ton/jam.
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai