Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS INDONESIA

ASPHALT CONCRETE DAN BITUMINOUS


CONCRETE

Paper Properti Material

KELOMPOK 3

Disusun Oleh :

Khalisa Gina (1806149873)

Luthfiah Aulia Ali (1806149886)

Miftahil Alawiyah (1806149904)

Untuk Mata Kuliah Properti Material

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan paper ini yang berjudul Asphalt
Concrete dan Bituminous Concrete. Penulisan paper ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu nilai dalam mata kuliah Properti Material, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan paper ini. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan paper ini masih banyak kekurangan baik dalam segi bahasa, penulisan,
maupun isi materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan
saran yang membangun agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kembali kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan paper ini.

Depok, November 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman sekarang, manusia memiliki aktivitas yang beragam dan
dengan mobilitas yang tinggi pula. Untuk membantu aktivitas dan mobiltas
tersebut, diperlukan adanya suatu system transportasi yang memberikan
pelayanan efektif dan efisien. System transportasi tersebut harus didukung pula
oleh kualitas sarana dan prasarana jalan yang memadai dan sesuai standar. Salah
satu prasarana jalan tersebut adalah sistem perkerasan jalan. Sistem perkerasan
jalan yang akan dibahas dalam paper ini meliputi asphalt concrete (aspal beton)
dan bituminous concrete (bitumen).
Aspal dan bitumen merupakan bahan yang sama-sama digunakan dalam
pembuatan perkerasan jalan. Perbedaan mendasar dari kedua bahan ini adalah
aspal berasal dari hasil pengolahan minyak bumi, sedangkan bitumen berasal dari
alam, sehingga bitumen sendiri dijadikan sebagai salah satu bahan dalam
pembuatan aspal beton. Aspal beton (asphalt concrete) sendiri menurut Asphlat
Institute, 1996, merupakan campuran yang terdiri dari aspal keras sebagai bahan
pengikat dan agregat-agregat kasar, halus, dan pengisi, dengan cara percampuran
dan pemadatan dalam kondisi panas dan suhu tertentu. Materi pengisi (filler) yang
sering digunakan antara lain adalah semen Portland, abu batu, kapur atau karang
yang dipecah.
Aspal beton (asphalt concrete) banyak dipilih sebagai bahan perkerasan
jalan, dikarenakan sifatnya yang stabil dan fleksibilitasnya yang baik pula. Untuk
menjamin kualitas dari aspal beton agar tetap sesuai standar perkerasan jalan,
diperlukan adanya metode pengujian. Metode pengujian tersebut terdiri dari uji
penetrasi, specific gravity, daktilitas, viskositas, titik nyala, dan titik lembek.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu asphalt concrete dan bituminous concrete?
2. Apa perbedaan asphalt concrete dan bituminous concrete?
3. Bagaimana klasifikasi asphalt concrete?
4. Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia asphalt concrete?
5. Bagaimana pengujian asphalt concrete?
6. Apa saja kandungan asphalt concrete?
7. Bagaimana fungsi dan aplikasi asphalt concrete sebagai bahan perkerasan
jalan?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui dan mempelajari secara keseluruhan mengenai asphalt
concrete (aspal beton) dan bituminous concrete
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi definisi asphalt concrete dan bituminous concrete
b. Mengidentifikasi perbedaan antara asphalt concrete dan bituminous
concrete
c. Mengetahui dan mengidentifikasi klasifikasi asphalt concrete
d. Mengetahui dan mempelajari sifat fisika dan kimia dari asphalt concrete
e. Mempelajari pengujian-pengujian dalam asphalt concrete dan bitumionous
concrete
f. Mengidentifikasi kandungan yang terdapat dalam asphalt concrete
g. Mempelajari fungsi dan pengaplikasian dari asphalt concrete

1.4 Ruang Lingkup Materi


Berdasarkan pada rumusan masalah, maka ruang lingkup pembahasan
materi yang akan dibahas dalam paper ini terbagi menjadi tujuh bagian, dimana
dari setiap bagian tersebut, akan dijelaskan penjabaran materinya berdasarkan
referensi dari jurnal dan beberapa sumber website yang valid.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asphalt Concrete dan Bituminous Concrete


Aspal adalah bahan Hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan Visioelastis. Aspal sering juga
disebut Bitumen merupakan bahan pengikat pada Campuran beraspal yang
dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal
dari aspal alam (Aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari
minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan
menjadi Aspal padat, dan aspal cair.
Aspal merupakan suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementitious) yang akan melembek
dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian besar BITUMEN
yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam
atau dari hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan
bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya. Aspal adalah jenis bahan baku
yang terutama digunakan dalam pembangunan jalan. Bahkan, seperti yang
disebutkan sebelumnya, aspal dapat didaur ulang dan merupakan bahan jalan
yang paling umum digunakan karena daya tahan dan biaya yang rendah. Jalan
aspal lebih disukai karena hemat biaya dan sangat tahan lama
asalkan pemeliharaan jalan aspal dilakukan tepat waktu.
Bitumen adalah bahan semen yang ditemukan dalam berbagai
bentuk. Bitumen adalah bahan baku alami, dan hampir sebagian besar pekerjaan
konstruksi jalan membutuhkan jenis bahan baku ini. Ini adalah pengikat cair
yang memastikan aspal menjadi cukup kuat dan menyatu. Ketika
Anda membangun jalan menggunakan bitumen , lapisan bitumen diterapkan
pada permukaan jalan. Lapisan semprotan aspal kemudian ditutup dengan
agregat. Agregat kemudian ditutup lagi dengan semprotan bitumen. Bitumen,
menurut pengertian The Asphalt Institute ialah suatu campuran dari senyawa-
senyawa hidrokarbon yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan,
atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang-kadang disertai dengan
derivatnya yang bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah
padat atau padat, yang campuran itu dapat larut dalam Karbondisulfida ( CS2 ).
Tetapi, bitumen tidak larut secara sempurna dalam pelarut – pelarut organis CS2
dan CCL4.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal
sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis.
Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan.
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon
jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon
sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga
menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.

Aspal dipilih untuk konstruksi jalan karena mempunyai sifat pekat


(consistency), tahan terhadap pelapukan yang disebabkan oleh cuaca, derajat
pengerasan dan ketahanan terhadap air. Aspal mempunyai sifat visco-elastis
dan tergantung dari waktu pembebanan. Aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun.
Kandungan aspal terdiri dari 80% karbon, 10% hydrogen, 6% belerang dan
sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel dan vanadium.
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat
ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama-sama material lain.
2.2 Perbedaan Asphalt Concrete dan Bituminous Concrete
Aspal mengacu pada pengikat cair yang digunakan untuk menahan
Aspal. Aspal dan Bitumen digunakan saat membuat jalan lalu lintas. Bitumen
Sealed road mengandung lapisan bitumen yang disemprotkan di atasnya dan
kemudian ditutup dengan agregat dan kemudian diulang untuk memberikan
kursi lapis kedua. Aspal umumnya diproduksi di pabrik yang mencampur,
mengeringkan dan memanaskan agregat, pasir dan bitumen menjadi campuran
campuran.
Aspal umumnya merupakan produk yang terbuat dari campuran batu, kerikil
dan pasir. Untuk menahan benda ini digunakan semen aspal. Membuat jalan
dengan Aspal adalah untuk jangka waktu yang lebih lama, tidak perlu
mengganti jalan Aspal karena sangat tahan lama dan kuat. Jalan aspal sangat
mahal dalam hal biaya tetapi memberikan hasil yang tahan lama.

Ada dua cara membangun jalan satu adalah Aspal dan yang lainnya adalah
Bitumen. Bitumen adalah nama yang salah digunakan untuk menggambarkan
Aspal. Bitumen umumnya merupakan produk berbasis minyak dan juga dapat
disebut produk semi padat hidrokarbon. Bitumen diperoleh selama proses
pemurnian dari memisahkan gas minyak bumi, bensin dan solar dari minyak
mentah.

Perbedaan Utama Antara Aspal Dan Aspal:


 Aspal pada dasarnya adalah produk yang mengacu pada kombinasi kerikil dan
bitumen untuk pembangunan jalan sedangkan di sisi lain Bitumen adalah
produk alami yang digunakan untuk konstruksi jalan.
 Aspal adalah campuran produk yang digunakan untuk pembuatan jalan
sementara Bitumen adalah komponen tunggal dari Aspal.
 Bitumen adalah Binder cair yang digunakan untuk menahan produk Aspal
bersama-sama sementara di sisi lain Aspal adalah nama campuran yang terdiri
dari berbagai barang yang digunakan untuk pembuatan jalan
 Berikut ini adalah perbedaan antara bitumen dan aspal
Aspal Bitumen

Trotoar aspal tahan lama; dengan Trotoar bitumen kurang tahan


kedalaman lapisan 25-40 mm dan lama; dengan kedalaman lapisan 10-
rentang hidup 20+ tahun. 20 mm dan umur 5-10 tahun.

Permukaan yang terbuat dari aspal lebih Fragmen yang longgar di trotoar aspal
halus dan lebih tahan selip, memastikan membuat pengalaman berkendara
keselamatan pengemudi dan kebisingan lebih ribut dan dapat melemahkan
yang minimal. ban, akibatnya menyebabkan masalah
keselamatan.

Mengurangi gesekan antara ban dan Resistensi gesekan yang lebih tinggi
mobil; yang berarti penghematan bahan dari perkerasan aspal berarti lebih
bakar yang lebih baik dan meminimalkan sedikit efisiensi dalam pemanfaatan
emisi karbon dioksida. energi.

Aspal adalah material yang tidak tembus Paparan terhadap pencucian bitumen
cahaya, oleh karena itu trotoar tidak dapat menyebabkan penurunan
bocor. Oleh karena itu, mereka memiliki kualitas tanah dan air tanah.
peluang lebih kecil untuk menyusup dan
mencemari air tanah

Kurang sensitif terhadap suhu Trotoar rentan terhadap suhu tinggi,


dibandingkan dengan perkerasan yang dapat membuatnya licin dan
aspal. Dampak negatif hanya terlihat lembut.
pada suhu yang sangat tinggi atau
rendah.

Instalasi relatif lebih mahal. Murah untuk menginstal dibandingkan


dengan aspal.

Hemat biaya. Permukaan aspal tidak Mereka membutuhkan perawatan


memerlukan perawatan rutin seperti rutin, terutama saat melapisi trotoar
Aspal Bitumen

permukaan aspal, melainkan pemeriksaan dengan volume lalu lintas yang lebih
rutin secara berkala sudah cukup. besar. Jadi tidak hemat biaya dalam
jangka panjang.

2.3 Klasifikasi Asphalt Concrete


2.4 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Asphalt Concrete
2.5 Metode Pengujian Asphalt Concrete
2.6 Kandungan dalam Asphalt Concrete
Dalam pembuatan asphalt concrete atau aspal beton, diperlukan bahan-
bahan yang penyusun yang terdiri dari agregat (agregat kasar dan agregat halus),
pengisi (filler), dan aspal keras.
a. Agregat
Agregat merupakan sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir
atau mineral lainnya, yang berasal dari hasil alam maupun buatan. Fungsi
dari agregat dalam campuran aspal beton adalah sebagai kerangka yang
memberikan stabilitas dalam. Agregat sebagai komponen utama dari lapisan
aspal beton yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase
berat atau 75% – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia
Sukirman, 2003). Pemilihan jenis agregat yang sesuai dalam aspal beton
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: gradasi, kekuatan, bentuk butir,
tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia.
Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas
suatu perkerasan jalan (beton aspal). Agregat dalam aspal beton dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1. Agregat Kasar
Agregat kasar merupakan batuan yang tertahan di saringan 2,36
mm, atau sama dengan saringan standar ASTM No. 8. Dalam campuran
aspal beton, agregat kasar sangat penting dalam membentuk kinerja
karena agregat kasar dapat membentuk interlocking antar agregat. Selain
itu, agregat kasar juga untuk memberikan kekuatan pada campuran dan
memperluas mortar, sehingga campuran menjadi lebih ekonomis. Contoh
Berikut ini merupakan Tabel 2.1 yang berisi tentang ketentuan untuk
agregat kasar pada aspal beton.
T
abel
2.1
Stand
ar
Agre
gat
Kasar
untuk
Aspal
Beto
n

2. A
gregat Halus
Agregat halus yaitu batuan yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm)
dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm). Fungsi utama agregat
halus dalam aspal beton adalah memberikan stabilitas dan mengurangi
deformasi permanen dari campuran melalui interlocking dan gesekan
antar partikel. Agregrat halus ini terdiri dari butiran-butiran batu pecah
atau pasir alam atau campuran dari keduanya. Standar dari agregat halus
untuk aspal beton adalah sebagai berikut :

T
abel
2.2
Stand
ar
Agre
gat
Halus
untuk
Aspal
Beto
n

b. Pengisi atau filler


Mineral pengisi (filler) yaitu material yang lolos saringan No.200
(0,075 mm). Filler berfungsi untuk mengurangi jumlah rongga dalam
campuran aspal beton, namun jumlah filler harus dibatasi pada suatu batas
yang menguntungkan. Apabila terlalu tinggi kadar filler, maka dapat
menyebabkan campuran aspal beton menjadi keras dan akibatnya akan
mudah retak akibat beban lalu lintas, pada sisi lain kadar filler yang terlalu
rendah, dapat menyebabkan campuran menjadi lembek pada temperatur yang
relatif tinggi.
c. Aspal
Aspal merupakan bahan utama dalam pembuatan asphalt concrete
atau aspal beton ini. Selain aspal adapula bitumen yang sering digunakan
juga dalam bahan perkerasan jalan. Perbedaan mendasarnya adalah aspal
berasal dari hasil pengolahan minyak bumi, sedangkan bitumen berasal dari
alam, sehingga bitumen sering digunakan sebagai agregat dalam pembuatan
aspal beton atau asphalt concrete. Namun, bitumen juga dapat digunakan
sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan dan disebut sebagai bituminous
concrete. Secara umum, aspal dan bitumen adalah sama-sama digunakan
sebagai bahan perkerasan jalan dan memiliki sifat seta karakteristik yang
sama, hanya asal pembuatan nya saja yang berbeda.

Sebagai hasil dari pengolahan minyak bumi, aspal dalam aspal beton
mengandung berbagai senyawa di dalamnya. Secara kuantitatif, biasanya 80%
massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen
dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Zat-zat tersebut
dikelompokkan menjadi senyawa-senyawa berikut ini :
1. Asphaltenes
Merupakan salah satu komponen penyusun aspal yang berwarna coklat tua,
bersifat padat, keras, berbutir dan mudah terurai dan tidak larut dalam n-
heptan.. Asphaltenes berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen,
dimana semakin tinggi asphaltenes, maka bitumen atau aspal akan semakin
keras dan semakin kental, sehingga titik lembeknya akan semakin tinggi, dan
menyebabkan harga penetrasinya semakin rendah (Nuryanto, 2008).
2. Maltenes
Memiliki rumus kimia C6H6O6, Maltenes terbagi menjadi tiga komponen
penyusun yaitu saturate, aromatis, dan resin. Dimana masing-masing
komponen memiliki struktur dan komposisi kimia yang berbeda, dan sangat
menentukan dalam sifat rheologi bitumen atau aspal
a. Resin
Merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk padat atau
semi padat dan sangat polar, tersusun oleh atom C dan H, dan sedikit
atom O, S, dan N, memiliki berat molekul antara 500–50.000, serta larut
dalam n-heptan.
b. Aromatis
Senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non
polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat molekul
antara 300–2.000, terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-
65% dari total bitumen atau aspal
c. Saturate
Senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan memiliki
berat molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari campuran
hidrokarbon lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis, komposisinya 5-
20% dari total bitumen atau aspal.

2.7 Fungsi dan Aplikasi dari Asphalt Concrete


Aspal beton atau asphalt concrete memiliki fungsi berdasarkan pada
jenis lapisan aspal beton itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
1. Aspal beton yang berfungsi sebagai lapisan aus
Disebut juga dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete – Wearing Course)
dengan tebal minimum AC – WC adalah 4 cm. Lapisan ini adalah lapisan
yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan dan dirancang untuk
tahan terhadap perubahan cuaca, gaya geser, tekanan roda ban kendaraan
serta memberikan lapis kedap air untuk lapisan dibawahnya.
2. Aspal beton yang berfungsi sebagai lapisan pengikat
Disebut juga dengan nama AC-BC (Asphalt Concrete – Binder Course)
dengan tebal minimum AC – BC adalah 5 cm. Lapisan ini untuk membentuk
lapis pondasi jika digunakan pada pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan
jalan.
3. Aspal beton yang berfungsi sebagai lapisan pondasi
Disebut juga dengan nama dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt
Concrete-Base) dengan tebal minimum AC-Base adalah 6 cm. Lapisan ini
tidak berhubungan langsung dengan cuaca tetapi memerlukan stabilitas untuk
memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan

Pengaplikasian asphalt concrete (aspal beton) adalah dalam hal


perkerasan jalan, di mana pada setiap bagian penyusunya terdapat syarat-syarat
khusus atau standar dalam pengaplikasiannya. Bahan penyusun aspal beton
adalah agregat, aspal atau bitumen, dan filler. Untuk aspal itu sendiri terdapat
standar-standar yang perlu diperhatikan. Standar tersebut didapatkan dengan uji
laboratorium yang meliputi penetrasi, specific gravity, daktilitas, viskositas, titik
lembek, dan titik nyala. Selain itu, adapula kualitas dari aspal yang perlu
diperhatikan juga. Terdapat beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh aspal
untuk menjamin kinerja campuran yang memuaskan yaitu rheologi aspal, sifat
kohesif , sifat adhesi dan sifat durability.
a. Rheologi
Aspal memiliki dua sifat rheology yaitu thermoplastic dan visco-elastic.
Thermoplatic berarti kekentalan aspal turun bersamaan dengan
meningkatnya panas dan sebaliknya meningkat seiring dengan menurunnya
suhu. Visco-elastic berarti ketika gaya bekerja/diaplikasikan struktur aspal
mengalami distorsi sebagai mana aliran. Distorsi adalah pergerakan yang
dapat kembali/membaik lagi dan dijelaskan sebagai tingkah laku elastis.
b. Kohesi
Kemampuan untuk mempertahankan ikatan antara sesama bentuk/senyawa
(aspal). Kemampuan daya kohesi suatu aspal dengan tingkat penetrasi
tertentu diukur dengan alat uji daktilitas pada temperatur rendah (suhu
ruang).
c. Adhesi
Kemampuan untuk mempertahankan ikatan antar bentuk/senyawa dengan
senyawa lainnya (aspal dengan agregat). Kemampuan daya adhesi aspal
didekati dengan Marshall Retained Strength Index.
d. Durabilitas
Kemampuan untuk mempertahankan secara baik kualitas rheology, kohesi
dan adhesi dari aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat durabilitas
aspal adalah Oxidative hardening, Evavorative hardening dan Exudative
hardening Sumber : Shell Bitumen Handbook, 1990

Dalam penggunaan aspal yang didasarkan kepada kondisi temperatur,


terdapat prinsip dasar yang diterangkan oleh (Krebs dan Walker, 1971) dalam hal
pemilihan jenis aspal yaitu, aspal dengan penetrasi rendah sebaiknya digunakan
untuk daerah yang beriklim panas demi menghindari pelunakan (softening)
ataupun bleeding pada musim panas dan aspal dengan penetrasi tinggi dapat
digunakan pada daerah beriklim dingin demi mencegah aspal menjadi lebih kaku
dan mudah pecah (brittle) pada musim dingin.
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://blacktoppaving.ca/difference-between-asphalt-and-bitumen/

https://www.kajianpustaka.com/2019/03/fungsi-sifat-jenis-dan-analisis.html

https://differencebetween.co/difference-between-asphalt-and-bitumen/

Anda mungkin juga menyukai