Anda di halaman 1dari 33

KONSTRUKSI PERKERASAN

Disusun oleh :

AHMAD DYHIA

MUH. ABDUH RAHIM AMIN ILYAS

MUH. FACHRIL FIRDAUS

PANDE MADE LATRA FEBRYANTHA


BAB I

1.1 Latar Belakang

Sebagai mana yang kita ketahui bahan konstruki bangunan jalan adalah
aspal. semua masyarakat tahu akan material pembuat jalan seperti aspal. Akan
tetapi tidak semua material bangunan jalan itu terbuat dari aspal. mengenai
aspal . aspal memiliki berbagai macam jenis dan memiliki struktur dari material
tersebut dimana kita sebagai pengguna jalan harus tahu dan paham akan
material yang digunakan.

1.2 Permasalahan

Banyak permasalahan jalan yang menggunaka material aspal adalah


keretakan dan lain lain dan itu bias di cegah dan ada cara untuk menanganinya .

1.3 Makud dan Tujuan

Tujuan dari makalah Ini adalah ingin menshering apa yang kita tahu akan
bahan material bangunan tentang jalan.
BAB II

2.1. PENGERTIAN dan DEFINISI

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive),


berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga
disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang
dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal
dari aspal alam (aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak
bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal
padat, dan aspal cair.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal
akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal
merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak
jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal
adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif,
biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan
sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium.
Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya
kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung
5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa
polar.

2.2. JENIS ASPAL

Aspal Alam :- Aspal Gunung (Rock Asphalt)


ex : Aspal P. Buton
- Aspal Danau (Lake Asphalt)
ex : Aspal Bermudez, Trinidad

Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton,


dan ada pula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam
terbesar di dunia terdapat di Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki
aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal
Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan
telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton
merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang
ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1) Produk asbuton
yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton
halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt.2) Produk asbuton yang telah
dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau proses kimiawi

Aspal Buatan :Aspal Minyak


Merupakan hasil destilasio minyak bumi 
Berdasarkan jenis bahan dasarnya

 Asphaltic base crude oil


 Bahan dasar dominan aspaltic
 Parafin base crude oil
 Bahan dasar dominan parafin
 Mixed base crude oil
 Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin

Berdasarkan bentuknya

 Aspal keras/panas (Asphalt cemen)

Aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang
berbentuk padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya).
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
    -  AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50 
    -  AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
    -  AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
    -  AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume
lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu
lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.

 Aspal dingin / Cair (Cut Back Asphalt)

Aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang
berbentuk cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair 
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya,
aspal cair dibedakan atas :
1.  RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC 
merupakan curback asphal  yang paling cepat menguap.        
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2.  MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah  (Kerosine). MC
merupakan cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3.  SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut back
asphal yang paling lama menguap.
SC Cut back asphalt  digunakan sebagai:
- Prime  coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600 (makin
kental)
ex :  
RC 30 – 60              MC 30 – 60                SC 30 – 60
RC 70 – 140            MC 70 – 140              SC 70 - 140

 Aspal emulsi (emulsion asphalt)

Aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin
dan cair.
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi.
*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-)
Annion.
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator.
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan
listrik.
*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik
Disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus
listrik posirif.
2. Anionik,
Disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negative.
3. Nonionik,
Merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi
anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas 
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan   pengemulsi
sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk  
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,   
Digunakan Sebagai Prime coat

 Aspal Buton

Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton,
Indonesia. Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan
mineral lainnya dalam bentuk bantuan. Karena aspal buton merupakan
bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas  B10, B13, B20,
B25, dan B30 (Aspal Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen
rata-rata 10%).

Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan


*) Sebagai Bahan Pengikat:
    Memeberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara aspal
itu sendiri
*) Bahan Pengisi
    Mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada antara
agregat itu sendiri.

Langkah langkah pembuatan jalan aspal

pembersihan dan perataan lahan

Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah maupun
pepohonan kemudian diratakan. untuk membersihkan lahan dan menggali
maupun mengurug tanah
Excavator

setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah


dengan menggunakan alat bulldozer
bulldozer untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump truk.

Penghamparan material pondasi bawah


Penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali menggunakan alat
transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan
menggunakan alat tandem roller

Tandem roller

pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat


penghamparan lapis pondasi atas, dan lapir permukaan. Pada saat
penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urugan
dengan alat teodolit dan perlengkapanya.

Penghamparan lapis asphalt

setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah


penghamparan asphalt yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih dahulu
sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat asphalt finisher

setelah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah
diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah
pemadatan dengan buldozer hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang
direncanakan

pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataanjalan raya


dengan alat peneumatic roller
jalan raya sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut:

Kelebihan jalan aspal

 Jalan lebih halus, mulus dan tidak bergelombang sehingga enak dalam
berkendara.
 Warna hitam aspal memepengaruhi psikologi pengendara menjadi lebih
teduh dan nyaman.
 Untuk penggunaan pada jalan dengan lalu lintas kendaraan ringan, jalan
aspal lebih murah dibanding konstruksi jalan beton.
 Proses perawatan lebih mudah karena tinggal mengganti pada area jalan
aspal yang rusak saja, dengan cari menggali dan mengganti dengan
yang baru pada area jalan yang rusak.

Kekurangan jalan aspal

 Tidak tahan terhadap genangan air, sehingga memerlukan saluran


drainase yang baik untuk proses pengeringan jalan aspal pasca hujan
atau banjir.
 Pada struktur tanah yang buruk harus dilakukan perbaikan tanah terlebih
dahulu sebelum ditumpangi oleh konstruksi jalan aspal.
BAB III

Masalah:

 Menurut Manual Pemeliharaan 1alam No : 03/MN/B/1983 yang


dikeluarkan oleh Direktorat 1enderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat
dibedakan at as :

1  Retak (cracking)
2  Distorsi (distortion)
3  Cacat permukaan (disintegration)
4  Pengausan (polished aggregate)
5  Kegemukan (bleeding orflushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas (utility cut depression)

Retak (cracking) dan penyebabnya Retak yang terjadi pada lapisan


permukaan jalan dapat dibedakan atas:
Retak halus (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sarna dengan 3 mm,
penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian
perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat
meresapkan air ke dalam lapis permukaan. Untuk pemeliharaan dapat
dipergunakan lapis latasir, atau buras. Dalam tahap perbaikan sebaiknya
dilengkapi dengan perbaikan sistem drainase. Retak rambut dapat berkembang
menjadi retak kulit buaya.

  Retak kulit buaya (alligator cracks), lebar celah lebih besar atau sarna dengan
3 mm. Saling merangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang
kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di
bawah lapis permukaan kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan
jenuh air (air tanah baik). Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak
luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini
disebabkan oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat
dipikul oleh lapis an permukaan tersebut. Retak kulit buaya untuk sementara
dapat dipelihara dengan mempergunakan lapis burda, burtu, ataupun lataston,
jika eelah~ 3 mm. Sebaiknya bagian perkerasan yang telah mengalami retak kulit
buaya akibat air yang merembes masuk ke lapis pondasi dan tanah dasar
diperbaiki dengan eara dibongkar dan membuang bagian-bagian yang basah,
kemudian dilapis kembali dengan bahan yang sesuai. Perbaikan harus disertai
dengan perbaikan drainase di sekitarnya. Kerusakan yang disebabkan oleh
beban lalulintas harus diperbaiki dengan memberi lapis tambahan. Retak kulit
buaya dapat diresapi oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan
lubang-lubang akibat terlepasnya butir-butir.

  Retak pinggir (edge cracks), retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang


yang mengarah ke bahu jalandan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh
tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya
penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar
tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya
retak pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak
lapis permukaan.Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran
aspal cair dan pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu jalan diperlebar
dan dipadatkan. Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat
diperbaiki dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan
bertambah besar disertai dengan terjadinya lubang-Iubang.

Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint cracks), retak memanjang


yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat
disebabkan dengan kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk dari pada
di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material
bahu atau perkerasanjalan, atau akibat lintasan trucklkendaraan berat di bahu
jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.

Retak sambungan jalan (lane joint cracks), retak memanjang yang terjadi pad a


sambungan 2lajur lalulintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan
kedua lajur. Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan campuran aspal
cair dan pasir ke dalam celah-celah yang terjadi. Jika tidak diperbaiki, retak
dapat berkembang menjadi lebar karen a terlepasnya butir-butir pada tepi retak
dan meresapnya air ke dalam lapisan.

Retak sambungan pelebaranjalan (widening cracks), adalah retak memanjang


yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan
pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian
pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh ikatan antara
sambungan yang tidak baik. Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah
yang timbul dengan campuran aspal cair dengan pasir. Jika tidak diperbaiki, air
dapat meresap masuk ke dalam lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-
butir dapat lepas dan retak bertambah besar.

Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal, atau


membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay)yang menggambarkan
pol a retakan di bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada
perkerasan lama tidak diperbaiki secara baik sebelum
pekerjaan overlay dilakukan. Retak refleksi dapat pula terjadi jika gerakan
vertikal/horozontal di bawah lapis tambahan sebagai akibat peru bah an kadar air
pada jenis tanah yang ekspansif.Untuk retak memanjang, melintang, dan digonal
perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair
dan pasir. Untuk retak berbentuk kotak perbaikan dilakukan dengan
membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.

Retak susut (shrinkage cracks), retak yang saling bersambungan membentuk


kotakkotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume
pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah, atau
perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar. Perbaikan dapat
dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir dan
melapisi dengan burtu.

 Retak selip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan


sabit. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis
permukaan dengan lapis di bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan
oleh adanya debu, minyak, air, atau bend a non-adhesif lainnya, atau akibat tidak
diberinya tack coat sebagai bahan pengikat di antara kedua lapisan. Retak selip
pun dapat terjadi akibat terlau banyaknya pasir dalam campuran lapisan
permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapis permukaan. Perbaikan dapat
dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dan menggantikannya
dengan lapisan yang lebih baik.

Solusi;
Solusi pertama

Dipisah antara saluran drainase jalan dan saluran pembuangan air kotor
pemukiman mungkin sulit  diterapkan karena selain keterbatasan juga umumnya
masalah tersebut terjadi pada daerah terbangun yang cukup padat. Untuk desain
pembanguan drainase jalan atau perbaikan drainase jalan perlu memperhatikan
kondisi tata guna lahan disekitarnya. Konsekuensinya jika melakukan perbaikan
drainase jalan di kawasan padat, perlu dipertimbangkan untuk membuat yang
lebih dalam, termasuk sistem inlet-nya untuk mereduksi aliran sampah ikut
masuk ke dalam drainase.

2. Sekarang jalan-jalan baru dibuat dari bahan beton.

Untuk mengatasi masalah air, memang akhirnya solusinya dengan beton.


Musuh utama aspal adalah air, sedangkan air buat beton adalah teman. Dengan
air, semen bisa mengeras dan merekat. Kalau di Sipil, ada istilah proses
pematangan semen bereaksi dengan air sehingga menjadi beton yang kuat.
Proses ini secara konvensional memerlukan waktu dua minggu lebih. Jadi pada
selama itu, beton itu harus dalam keadaan basah, agar proses pematangannya
baik. Kalau airnya kurang, kekuatan beton menjadi kurang.

Untuk jalan-jalan yang sering kebanjiran, solusinya adalah menggunakan jalan


beton. Walaupun menurut saya pribadi itu ironis. Kenapa bukan sistem
drainasenya yang diperbaiki, tapi malah jalannya yang dibeton. Perbaikan
drainase, selain membuat jalan menjadi lebih awet juga membuat lingkungan
menjadi bebas banjir. Jalan dibeton memang jadi awet tapi tetap saja kebanjiran.
Ironi kan?

Sebenarnya dengan memperbaiki sistem drainase banjirnya bisa hilang, jalannya


tetap baik. Ini lebih baik. Tapi mungkin pemerintah punya pendapat yang lain ya.
Untuk masalah drainase ini bukan tanggung jawab bina marga. Di situ ada dinas
pengairan, tata kota, dan lain-lain. Artinya, untuk urusan drainase di kota itu
sudah urusan multi-instansi. Nah, kalau sudah banyak yang terkait seperti ini
susah. Kelemahan birokrasi kita adalah masalah koordinasi antar instansi.
Kalau kita tinjau lagi, beton itu bagus, tahan banjir, bahkan relatif murah biaya
pemeliharaannya. Lamanya proses pembuatan jalan dengan beton menjadi
masalah, khususnya di jalan-jalan di kota padat seperti Bandung ini.

Pembuatan jalan menggunakan aspal mulai dari penghamparan sampai siap


untuk dilewati kendaraan hanya membutuhkan waktu sekitar dua-tiga jam. Tapi
kalau jalan beton, normalnya secara teori dapat lebih dari dua minggu.
Penambahan zat adiktif pada beton agar prosesnya berjalan lebih cepat pun
hanya mempercepat satu minggu. Akibatnya, selama itu jalan akan ditutup.
Macet akan bertambah. Inilah kendalanya. Jadi untuk betonisasi, pemda harus
mikir dua kali juga. Jangan sampai ada social cost akibat kemacetan yang
bertambah karena penutupan jalan dan pengalihan lalu lintas.

Jadi, kembali lagi. Mengapa bukan penyebab kerusakan jalan yang diperbaiki,
yaitu perbaikan drainase jalan dan ditingkatkan kontrol kualitas pekerjaan dan
material.

3. Perkerasan Jenis

Perkerasan jalan artinya campuran antara agregat serta bahan ikat yg digunakan
buat melayani beban lalu lintas. Agregat yang umumnya dipakai pada
perkerasan jalan ialah batu pecah, batu belah, batu kali serta yang akan terjadi
samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yg digunakan diantaranya
semen, aspal dan tanah liat.Jenis Perkerasan Jalan Raya

Umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang
tersusun dari bawah ke atas,menjadi berikut :

Lapisan tanah dasar (sub grade)

Lapisan pondasi bawah (subbase course)

Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan bagian atas / epilog (surface course)

Ada beberapa jenis / tipe perkerasan yaitu:

Flexible pavement (perkerasan lentur).

Rigid pavement (perkerasan kaku).

Composite pavement (adonan rigid serta flexible pavement).

Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Lapisan perkerasan jalan berfungsi buat menerima beban lalu-lintas dan


menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasarJenis Perkerasan
Jalan Raya

Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar ialah lapisan tanah yang berfungsi menjadi daerah
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya. dari Spesifikasi, tanah dasar ialah lapisan paling atas asal timbunan
badan jalan setebal 30 centimeter, yg memiliki persyaratan eksklusif sesuai
manfaatnya, yaitu yg berkenaan menggunakan kepadatan serta daya dukungnya
(CBR).

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yg dipadatkan Jika tanah aslinya
baik, atau tanah urugan yang didatangkan berasal daerah lain atau tanah yg
distabilisasi dan lain lain.

dilihat berasal muka tanah orisinil, maka lapisan tanah dasar dibedakan
atas :Jenis Perkerasan Jalan Raya

Lapisan tanah dasar, tanah galian.

Lapisan tanah dasar, tanah urugan.

Lapisan tanah dasar, tanah orisinil.

Kekuatan serta keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung asal


sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.

umumnya masalah yang menyangkut tanah dasar adalah menjadi berikut :

Perubahan bentuk permanen (deformasi permanen) dampak beban kemudian


lintas.

Sifat mengembang dan menyusutnya tanah dampak perubahan kadar air.Jenis


Perkerasan Jalan Raya
Daya dukung tanah yang tidak merata dampak adanya perbedaan sifat-sifat
tanah pada lokasi yg berdekatan atau akibat kesalahan aplikasi contohnya
kepadatan yang kurang baik.

Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah artinya lapisan perkerasan yg terletak pada atas lapisan
tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.

Lapis pondasi bawah ini berfungsi menjadi :

Bagian asal konstruksi perkerasan buat menyebarkan beban roda ke tanah


dasar.

Lapis peresapan, supaya air tanah tak berkumpul di pondasi.

Lapisan buat mencegah partikel-partikel halus berasal tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.

Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.

Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari imbas cuaca terutama hujan.

Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas artinya lapisan perkerasan yang terletak pada antara lapis
pondasi bawah dan lapis permukaan.

Lapisan pondasi atas ini berfungsi menjadi :

Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang berasal beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

Bantalan terhadap lapisan bagian atas.


Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini wajib relatif bertenaga dan awet
sehingga bisa menahan beban-beban roda.

dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal
antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak
angkut bahan ke lapangan.

Lapisan bagian atas (Surface Course)

Lapisan permukaan ialah lapisan yang bersentuhan eksklusif menggunakan


beban roda kendaraan.

Lapisan bagian atas ini berfungsi menjadi :

Lapisan yg eksklusif menahan akibat beban roda tunggangan.

Lapisan yang eksklusif menahan gesekan dampak rem kendaraan (lapisaus).

Lapisan yang mencegah air hujan yg jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tadi.

Lapisan yang membuatkan beban ke lapisan bawah, sebagai akibatnya bisa


dipikul sang lapisan di bawahnya.

bila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis epilog / lapis aus (wearing
course) pada atas lapis permukaan tadi.

Fungsi lapis aus ini artinya sebagai lapisan pelindung bagi lapis bagian atas buat
mencegah masuknya air dan buat memberikankekesatan (skid resistance)
bagian atas jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban kemudian
lintas.
Perkerasan Kaku

Perkerasan jalan beton semen atau secara awam dianggap perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen menjadi lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak terdapat) di atas tanah dasar. pada konstruksi perkerasan
kaku, plat beton acapkali diklaim menjadi lapis pondasi sebab dimungkinkan
masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yg berfungsi sebagai lapis
permukaan.

Perkerasan beton yg kaku serta mempunyai modulus elastisitas yang tinggi,


akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yg cukup luas sehingga
bagian terbesar asal kapasitas struktur perkerasan diperoleh asal plat beton
sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan
diperoleh berasal tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.

karena yg paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yg menanggung


beban, maka faktor yang paling diperhatikan pada perencanaan tebal
perkerasan beton semen artinya kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam
kekuatan asal tanah dasar serta atau pondasi hanya berpengaruh mungil
terhadap kapasitas struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah Bila digunakan pada bawah plat beton sebab beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yg terjadi pada tanah
dasar dan buat menyediakan lantai kerja (working platform) buat pekerjaan
konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah merupakan :

Menyediakan lapisan yg seragam, stabil dan permanen.

Meningkatkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction


= k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).

Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak di plat beton.

Menyediakan lantai kerja bagi alat-indera berat selama masa konstruksi.

Menghindari terjadinya pumping, yaitu munculnya butir-butiran halus tanah


beserta air pada wilayah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, dampak lendutan atau gerakan vertikal plat beton sebab beban
kemudian lintas, sesudah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.

Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan menggunakan


perkerasan lentur yg telah usang dikenal serta lebih sering dipergunakan,
dilakukan sesuai keuntungan serta kerugian masing-masing jenis perkerasan
tersebut.

Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen

berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku,


perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis sebagai berikut
:
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan buat kendali
retak.

Perkerasan beton semen biasa menggunakan sambungan menggunakan


tulangan plat buat kendali retak. buat kendali retak digunakan wire mesh diantara
siar dan penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.

Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri


asal baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif relatif poly (0,02 % asal
luas penampang beton).

di waktu ini, jenis perkerasan beton semen yang terkenal dan poly dipergunakan
pada negara-negara maju artinya jenis perkerasan beton bertulang menerus.

Perkerasan Komposit

Perkerasan komposit ialah adonan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)


dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) pada atasnya, dimana kedua
jenis perkerasan ini bekerja sama pada memilkul beban lalu lintas. buat ini maka
perlu terdapat persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar memiliki kekakuan
yg cukup dan dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton pada
bawahnya.

Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat ketenangan yg lebih baik bagi


pengendara dibandingkan menggunakan konstruksi perkerasan beton semen
sebagai lapis permukaan tanpa aspal
4. Material Perkerasan Jalan Tanah

material perkerasan jalan tanah, dikenal dengan soil stabilizer, menggunakan


ROTEC, semen sebagai bahan pengikat, air dan tanah (soil) itu sendiri di lokasi
yang ada, dicampur dengan semen serta sangat minim penggunaan sirtu,
bahkan dapat dibangun sama sekali tanpa membutuhkan sirtu. Jenis tanah yang
ada menentukan itu setelah dilakukan research.

Metode perkerasan jalan, tentu membutuhkan material yang dapat diandalkan


untuk melakukan pekerjaan itu dengan baik. Pengerasan jalan dapat dilakukan
dengan mencampur agregat dan bahan pengikat, digunakan untuk menahan
beban lalu lintas kendaraan yang akan melewatinya.

Beberapa agregat yang lazim digunakan untuk perkerasan jalan sirtu


diantaranya bebatuan pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping dari
peleburan baja. Sedangkan material perkerasan jalan untuk bahan ikat yang
sering digunakan antara lain aspal, semen dan tanah liat (soil).

Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi pembangunan prasarana jalan


dengan beberapa material perkerasan jalan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian:

a. Flexible Pavement
Konstruksi perkerasan lentur dikenal dengan flexible pavement, yakni sistim
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-
lapisan material perkerasan bersifat memikul, menyebarkan beban lalu lintas ke
tanah dasar.

b. Rigid Pavement

Konstruksi perkerasan kaku atau rigid pavement, yakni metoede perkerasan


jalan menggunakan campuran semen (Portland Cement) sebagai bahan
pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton tersebut.

c. Composite Pavement

Konstruksi perkerasan komposit atau composite pavement, yaitu konsep


perkerasan kaku, dikombinasikan dengan perkerasan lentur, bahkan dapat
dibalik (vice versa) berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku ataupun
perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.

Perbedaan antara perkerasan lentur dengan perkerasan kaku dapat dilihat pada
tabel berikut, disadur dari buku karya Sukirman S (1992), dikutip dari jurnal yang
pernah diterbitkan oleh Universitas Sumatera Utara untuk memberi pemahaman
yang lebih baik atas artikel bertajuk material perkerasan jalan ini.
Bahan material perkerasan jalan terbaru yang semakin populer di berbagai
negara guna memperkuat pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia
diperkenalkan oleh SoilIndo yakni ROTEC, semen digunakan sebagai bahan
pengikat.

Untuk membangun jalan dengan baik dapat dilakukan dengan campuran tanah,
ROTEC, semen, air dan bisa didukung dengan minim penggunaan sirtu,
tentunya dipastikan setelah melakuka reserch atas kualitas tanah (soil).

Produk perkerasan jalan organik ramah lingkungan, di Indonesia diperkenalkan


dan dipopulerkan melalui situs resmi SoilIndo, yang dapat diakses melalui
pranala tertaut. Telah diaplikasikan dengan baik pada jalan di perkebunan kelapa
sawit di Sumatera dan Kalimantan Tengah, serta lokasi tambang dan lahan
properti di berbagai kota.

Bagi pengunjug situs Website yang tiba pada halaman ini, mencari informasi
yang lebih lengkap tentang materi perkerasan jalan, kami rekomendasikan untuk
mengunjungi situs tertaut. File presentasi ditaukan lebih rinci.

Hubungi nomor telepon respon cepat yang disematkan untuk memperoleh


informasi yang lebih lengkap tentang soil stabilization, pembangunan
infrastruktur jalan yang tangguh, biaya hemat dan dapat
dikerjakan dengan cepat.
5. Agregat

Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa sekumpulan
batu pecah, kerikil, pasir baik berupa hasil alam atau lainnya. Agregat
merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan beton yang
membentuk suatu semen hidrolis. Agregat yang digunakan dalam campuran
beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat
dapat dibedakan berdasarkan ukurannya.

a. Jenis Jenis Agregat


1. Agregat Halus
Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat
kasar sehingga menjadikan ikatan lebih kuat yang mempunyai Bj
1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur
lebih besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih
banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan keras, dan bervariasi.
Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat
besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil alam,
sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang
dihasilkan dari pecahan dan pemisahan butiran dengan cara
penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.
Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir
dengan partikel butir lebih kecil dari 5 mm atau lolos saringan
No.4 dan tertahan pada saringan No.200.
2. Agregat Kasar

Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci).

Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan partikel
butir lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.

b. Klasifikasi Agregat
1. Agegat berat
Agregat berat merupakan agregat untuk membuat beton dengan
berat isi >2400 kg/m3 yang bertujuan untuk menahan radiasi yang
berbahaya bagi manusia. Untuk membuat beton tersebut
biasanya menggunakan batu barite (BaSO4) dengan berat isi
4,15-4,45 t/m3, dan butirannya seberat 6,80-7,60 t/m3.

2. Agregat normal
Agegat normal ini yaitu jenis agregat dengan berat isi antara 300-
1800 kg/m3. Kegunaan dari beton normal yaitu untuk membuat
beton tanpa persyarat khusus, biasanya agregat yang dipakai
pada umumnya berupa jenis batuan beku, batuan malihan, dan
batuan endapan.

3. Agregat ringan
Agregat ringan dapat berasal dari sumber daya alam atau hasil
dari olahan manusia. Sumber daya alam yang besar adalah
material vulkanik. Buatan atau sintetis, agregat yang diproduksi
oleh proses termal di pabrik-pabrik. Agregat ringan mempunyai
berat 1100 kg/m3 atau kurang dari berat tersebut. Tujuan dari
agregat ringan untuk membuat beton dengan tujuan khusus.
Agregat ringan ini berupa batu tulis, terak pecah, tanah foamed,
batu apung dan yang berupa hasil olahan manusia seperti bola
plastik ± 6 m, polyethylene terpthalate (PET) yg telah dioalah dari
limbah plastik, kedua agregat ringan tersebut telah diteliti dan
layak digunakan sebagai agregat ringan.
BAB IV

4.1. KESIMPULAN

Material bangunan jalan seperti aspal memiliki suatu komposisi serta struktur
tertentu sehingga memiliki karakteristik tertentu .baik dalam hal kekuatan
maupun ketahanan hingga berapa lama . dan dalam pemasangan aspal di jalan
menggunakan berbagai macam alat berat. Lalu aspal memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan .

4.2. SARAN

Untuk di jembatan aspal sangat cocok digunakan karena komponennya lebih


ringan ketimbang beton, sedangkan untuk di jalan raya aspal memiliki kelibihan
dengan permukaannya yang lebih rata katimbang beton yang memiliki
permukaan tidak sehalus aspal.

DAFTAR PUSTAKA
dangzt iman. 2014. Jenis- Jenis Aspal.
http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis-aspal.html

dangzt iman. 2014. Komposisi, Kandungan secara fisik, Fungsi, dan Sifat-sifat
Aspal. http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/komposisi-kandungan-secara-fisik-
fungsi-dan-sifat-sifat-aspal.html

 Endarwati setyaningrum.  2011. JENIS KERUSAKAN PADA PERKERASAN


LENTUR.http://hanyasebatascatatan.blogspot.com/2011/12/terusan-2.html

Mr.moera.2014. Nama-nama Alat Berat Pembuat Jalan Raya dan


Prosesnya.http://www.kaskus.co.id/thread/52e22ce80d8b4612298b463e/nama-
nama-alat-berat-pembuat-jalan-raya-dan-prosesnya

Pt arti sentral global . 2014. Langkah langkah proses pembuatan jalan aspal .
http://www.alatberat.com/blog/langkah-langkah-proses-pembuatan-jalan-aspal/

Sipil, media. 2009-2014.Perbandingan jalan beton dan aspal.


http://www.ilmusipil.com/perbandingan-jalan-beton-dan-aspal

Sipil, media. 2009-2014 . Proses pembuatan jalan raya.


http://www.ilmusipil.com/proses-pembuatan-jalan-raya

Sugeng . 2013. Contoh susunan makalah yang baik dan benar .


http://dilihatya.blogspot.com/2014/05/contoh-susunan-makalah-yang-baik-
dan.html

Wikipedia bahasa Indonesia. 2013. Aspal . http://id.wikipedis


a.org/wiki/Aspal

Anda mungkin juga menyukai