PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang
dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal nama semen aspal (asphalt
cement). Oleh karena itu semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan pengikat agregat.
b. Aspal cair (cutback asphalt) adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruangan. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair
3
dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.Bahan
pencair membedakan aspal cair menjadi :
1. Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair
bensin. RC merupakan aspal cair yang paling cepat menguap.
2. Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair
minyak tanah (kerosene).
3. Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair solar
(minyak diesel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat menguap.
c. Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air dan
bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih
cair daripada aspal cair.Di dalam aspal emulsi, butir – butir aspal larut dalam air.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
1. Rapid Setting (RS), yaitu aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi
sehingga pengikatan yang terjadi cepat, dan aspal cepat menjadi padat atau keras
kembali.
2. Medium Setting (MS)
3. Slow Setting (SS), yaitu jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras. Dari
ketiga bentuk aspal, semen aspal adalah bentuk yang paling banyak digunakan.
4
Ada dua jenis aspal alam sebagai berikut:
Aspal Gunung
Aspal jenis ini terdapat diindonesia berupa bebatuann dengan
kandungan kadar aspal 12% - 35% dari massa keseluruhan. Lokasi
material aspal ini terletak dipulau buton yang gunung aspalnya
dikenal dengan nama asbuton.
Aspal Danau
Aspal yang berasal dari danau, banyak ditemukan dipulau
Trinidad dan Venezuela. Aspal danau memiliki tingkat penetrasi
rendah dan titik lembek yang cukup tinggi karena mengandung
5
mineral dan zat kimia lainnya.
Oleh sebab itu, penggunaan aspal danau biasanya dicampur dengan
aspal keras agar mendapatkan tingkat penetrasi yang sesuai.
b) Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang berasal dari penyulingan minyak
mentah menjadi bitumen. Bitumen adalah produk sampingan dari proses
penyulingan minyak bumi mentah.
Minyak mentah sendiri merupakan komposisi dari hidrokarbon.Produk
utama yang dihasilkan dari minyak mentah adalah minyak tanah, solar,
bahan bakar beroktan tinggi, dan bensin.Ketika bahan-bahan bakar ini
disuling dari minyak mentah, menyisakan bitumen. Sedangkan proses
penghilangan kotoran dari bitumen ini menghasilkan aspal murni.
Aspal Keras
Aspal keras adalah hasil residu dari proses destilasi sederhana
dari fraksi ringan, yang terkandung dalam minyak bumi.
Residu ini dihasilkan dari destilasi hampa pada suhu 480o C atau
bervariasi, tergantung dari sumber minyak mentah yang digunakan.
Aspal Emulsi
Berasal dari proses emulsi aspal keras yang mana proses
tersebut adalah proses pemisahan dan pendisperian partikel aspal
keras didalam air yang sudah mengandung emulsifier.
Jenis emulsifier yang digunakan akan mempengaruhi jenis dan
kecepatan pengikat aspal emulsi yang nantinya akan dihasilkan.
Hasilnya ada tiga jenis aspal emulsi yaitu, aspal emulsi non ionic
7
(bersifat netral), aspal emulsi kationic (memiliki ion positif), dan aspal
emulsi anionic (memiliki ion negative).
c) Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi adalah pencampuran aspal dengan bahan
tambah.Bahan tambah yang sering digunakan adalah polymer.
Penambahan bahan polymer pada aspal berfungsi untuk meningkatkan sifat
fisik campuran aspal dan sifat rheologinya.
8
(Ethylene Vinyle Acecate), polyethylene dan polypropylene.
9
2.3 FUNGSI ASPAL SEBAGAI MATERIAL PERKERASAN JALAN
Pengujian yang dilakukan untuk menentukan sifat fisis dan kimiawi aspal
antara lain pengujian kekerasan aspal, pengujian titik nyala dan titik bakar,
pengujian daktilitas, pengujian titik lembek.
a. Pengujian Kekerasan Aspal Pengujian kekerasan aspal dilakukan dengan
pengujian penetrasi, yaitu dengan menggunakan jarum penetrasi berdiameter
1 mm dan beban 50 gram. Berat jarum dan beban menjadi 100 gram. Nilai
penetrasi dilakukan pada temperatur temperatur 25C dibaca pada arloji
pengukur, dalam satuan 0,1 mm.
b. Pengujian Titik Nyala dan Titik bakar Pengujian titik nyala dan titik bakar
berguna untuk mengetahui temperatur dimana aspal mulai menyala, dan
temperatur dimana aspal mulai terbakar. Data ini dibutuhkan sebagai
informasi penting dalam proses pencampuran demi keselamatan dalam
bekerja.Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar Pengujian dilakukan
dengan mencetak contoh semen aspal di dalam cawan cleveland yang
terbuat dari kuningan. Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan
dimasukkan termometer pengukur tempeatur.Temperatur dimana aspal
10
terlihat menyala singkat merupakan temperatur titik nyala, dan temperatur
diamana aspal mulai menyala selama minimal 5 detik dinamakan titik bakar.
11
2.4.2 Tekstur Aspal
Berbeda dengan beton yang kaku, aspal termasuk dalam bahan perkerasan
yang bersifat lentur dan elastis.Hal ini dikarenakan bahan aspal memiliki
titik leleh yang stabil namun memiliki titik lebur yang rendah.Artinya
adalah, aspal dapat diatur pada suhu tertentu sehingga dapat dilelehkan
dengan mudah selama pembuatan jalan.Pada saat yang sama, aspal memiliki
titik lebur rendah yang tidak akan membuat jalan yang sudah mengeras
menjadi meleleh kembali atau berubah bentuk di bawah suhu tinggi.Hal
inilah yang membuat aspal untuk bahan perkerasan jalan sangat efektif
digunakan.Aspal berfungsi sebagai bahan pengikat dan pelapis permukaan
tanah melalui pencampuran fraksi-fraksi agregat pada size tertentu.Pada
prakteknya, aspal sebagai pengikat tiap fraksi agregat menjadi satu kesatuan
yang tidak terlepas dari permukaan jalan.Aspal sebagai pengikat,
mendominasi pada perkerasan jalan, karena sifatnya yang dapat mencair
pada suhu tententu.
12
2.5 Syarat Aspal sebagai Bahan Perkerasan Jalan
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan haruslah
mempunyai:
1. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal rriempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini
merupakan sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan, dan
lain sebagainya.
2. Adhesi dan kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah
kemampuan aspal untuk mempertahankan agregat tetap di tempatnya
setelah terjadi pengikatan.
3. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras
atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair
jika temperatur bertambah. Aspal yang cair dapat masuk ke pori - pori
agregat pacta penyemprotan / penyiraman lapis perkerasan. Jika temperatur
mulai turon, aspal akan mulai mengeras dan mengikat aspal pada
tempatnya.
4. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran, dipanaskan dan dicampur dengan
agregat. Agregat dapat dilapisi aspal dengan penyemprotan / penyiraman
aspal panas ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses
pelaburan. Terjadi proses oksidasi selama proses pelalcsanaan,
menyebabkan aspal menjadi getas.
Peristiwa perapuhan tems berlangsung setelah masa pelaksanaan
selesai. Selama pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang
besarnya dipengaruhi pula oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.
Agregat Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi
kulit bumi yang keras dan penyal ( solid ). Agregat merupakan komponen
utama dari lapisan 0 atau 75% - 85% agregat berdasarkan persentase
volume.
13
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Aspal
Kelebihan aspal:
Kekurangan Aspal:
Aspal jalan yang sering cepat rusak bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti
(1) Kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula, yaitu komposisi material penyusun
aggregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan
mulai. Misalnya jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min
6,2% maka kadar aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2% juga.
(2) Suhu penghamparan aspal di lapangan tidak sesuai spesifikasi, biasanya terjadi
karena jarak AMP (Asphalt mixing plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh.
Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di asphalt finisher adalah 135-150
derajat celcius.
(3) LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan. Lpa
adalah lapis pondasi atas yang terletak tepat di bawah aggregat aspal sedangkan
Lpb adalah lapis pondasi bawah yang terletak di bawah lpa dan diatas tanah dasar.
Seringkali dalam pelaksanaan di lapangan lebih mengutamakan percepatan tanpa
memperhatikan kualitas pekerjaan.
15
(5) Jumlah passing pemadatan kurang.
(6) Komposisi abu batu yang berpengaruh pada kualitas kerekatan, dan
Adapun jenis – jenis retakan di aspal jalan yang sering terjadi, adalah
(1) Retak Kulit Buaya (alligator cracks), yaitu kerusakan jalan berupa retak yang
memiliki celah cukup lebar. Kemungkinan terjadi akibat bahan perkerasan jalan
yang kurang baik, tanah dasar lapisan di bawah permukaan kurang stabil yang
mungkin terjadi akibat tidak dilakukannya survey terhadap kondisi tanah sebelum
dilakukannya perkerasan jalan.
(2) Retak Pinggir (edge cracks) yaitu kerusakan jalan berupa retak yang terjadi
pada daerah pinggir badan jalan. Kemungkinan yang menjadi penyebab kerusakan
ini adalah bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik, pelapukan permukaan,
air tanah pada badan perkerasan jalan, tanah dasar di bawah permukaan kurang
stabil. Selain itu retak ini kemungkinan juga terjadi akibat akar tanaman yang
tumbuh di sekitar badan jalan.
2. membuat permukaan menjadi tidak rata dan mengganggu pemakai jalan saat
berkendara
16
2.10 Campuran Pada Aspal
Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan
kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:
gradasi
kebersihan
kekerasan
ketahanan agregat
bentuk butir
tekstur permukaan
porositas
kemampuan untuk menyerap air
berat jenis, da
daya kelekatan terhadap aspal.
17
Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.
Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan
memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras.
Menurut BS 812 : Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:
Rounded
Irregular
Flaky
Angular
Elonggated
Flakyy & Elonggated
Klasifikasi Agregat
Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
18
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan
atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran
butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm)
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan utama dari campuran aspal ini adalah penyediaan kekuatan structural agar
penyebaran beban dapat merata di seluruh lapisan jalan.
Beban yang terlibat adalah beban dinamis atau statis, yang diteruskan ke subbase
dasar melalui jalur lapisan agregat.
Jalan dengan permukaan aspal berbasis granular hanya diperuntukkan bagi jalan
dengan lalu lintas rendah.
Aplikasinya pada jalan dengan tingkat lalu lintas rendah akan menjadi cukup
ekonomis.
Efek rebound dari lapisan atas bitumen membantu dalam ketahanan terhadap efek
dinamis yang tinggi karena lalu lintas yang padat.
20
Properti rebound tercermin dari kekakuan dan karakteristik fleksibilitas dari
lapisan atas aspal.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
23