Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, diharapkan selama masa pelayanan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Bahan dan material pembentuk lapisan
perkerasan jalan adalah agregat sebagai material utama yang berpengaruh
terhadap daya dukung lapisan permukaan jalan dan aspal sebagai bahan
pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.
Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu
berkisar antara 90 - 95 % berdasarkan prosentase beratnya. Daya dukung dan
stabilitas lapisan permukaan jalan ditentukan dari sifat-sifat, bentuk butir,
dan gradasi agregatnya. Namun untuk mendapatkan agregat yang memenuhi
syarat sulit dilakukan jika agregat diambil langsung dari alam (quarry).
Sehingga untuk mendapatkan bentuk butiran agregat yang diharapkan yaitu
minimal mendekati gradasi yang memenuhi untuk campuran aspal diperlukan
pengolahan material dari alam (quarry) lebih lanjut dengan menggunakan
alat/mesin pemecah batu (stone crusher).
Pada pekerjaan crushing ini, biasanya diperlukan beberapa kali pekerjaan
pemecahan batu alam dari quarry antara lain pemecahan tahap pertama,
tahap kedua dan tahap pemecahan selanjutnya jika ternyata diperlukan.
Kekuatan dan keawetan suatu konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung
dari kualitas agregat, daya dukung tanah tersebut serta jenis aspal yang
digunakan sebagai bahan utama untuk mengikat material-material tersebut
hingga didapatkan suatu perkerasan yang awet, tahan lama, kuat dan kesat.
Dua jenis perkerasan yang biasa digunakan yaitu perkerasan lentur yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya dan perkerasan kaku yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikat agregat. Adapun agregat sebagai
komponen utama dari perkerasan jalan raya ini terdiri dari agregat kasar dan
agregat halus yang mempunyai proporsi masing-masing sesuai dengan
spesifikasi yang digunakan. Agregat kasar merupakan agregat yang terdiri dari
batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kering, kuat, awet, dan bebas dari
bahan lain yang akan mengganggu, serta agregat halus merupakan pasir alam
atau pasir buatan yang bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan
merupakan butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan yang
kasar.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan ini terdapat permasalahan penting,yaitu:
1. Apa saja bahan perkerasan jalan?
2. Apa persyaratan aspal sebagai bahan pembuatan jalan?
3. Bagaimanakah alternatif agregat dalam campuran aspal?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk menjelaskan persyaratan aspal sebagai bahan pembuatan jalan
2. Untuk mengetahui bahan yang berkualitas dalam pembuatan aspal\
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan agregat
sebagai bahan perkerasan lentur jalan raya AC-WC (Asphalt Concrete-
Wearing Course) dengan variasi campuran 0%, 10%, 30% dan 50% dilihat
dari parameter Marshall.

1.4 BATASAN MASALAH


Yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Material yang digunakan adalah batu pecah sebagai agregat kasar dan
agregat halus.
2. Agregat kasar yang pipih adalah berupa batu pecah tertahan di saringan Ø
9,5 mm dan Ø 12.5 mm yang berasal dari PT. Syabangun Bumi Tirta,
Tarahan, Kabupaten Lampung Selatan.
3. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal shell 60/70.
4. Kadar aspal yang digunakan adalah kadar aspal rencana (pb)
5. Portland cement digunakan sebagai bahan pengisi (filler).
6. Spesifikasi yang digunakan adalah Bina Marga 2010 dengan jenis
perkerasan lentur AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) bergradasi
halus pada gradasi ideal.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan bahan dan metode
DMF (Design Mix Formula) yang digunakan untuk campuran aspal.
2. Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait dalam proses produksi
aspal beton mengenai penggunaan bahan agregat pipih sebagai campuran
dalam aspal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ASPAL


Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna
hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen.Aspal dapat diperoleh di alam
ataupun merupakan residu dari pengilangan minyak bumi.Aspal merupakan
material yang paling umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena
itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal. (Silvia Sukirman,2003) Aspal
adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat,
dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan
agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan
jalan.Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4–10%
berdasarkan berat campuran, atau 10 – 15% berdasarkan volume campuran.

2.2 JENIS ASPAL


Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal
minyak.Aspal alam yaitu aspal yang didapat di suatu tempat dialam, dan dapat
digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan.Aspal alam
atau asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya
dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di dalam alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari
rendah sampai tinggi. Sedangkan aspal minyak yaitu aspal yang merupakan residu
pengilangan minyak bumi.Jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka
aspal dibedakan atas aspal padat, aspal cair, dan aspal emulsi.

a. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang
dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal nama semen aspal (asphalt
cement). Oleh karena itu semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan pengikat agregat.

b. Aspal cair (cutback asphalt) adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruangan. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair

3
dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar.Bahan
pencair membedakan aspal cair menjadi :
1. Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair
bensin. RC merupakan aspal cair yang paling cepat menguap.
2. Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair
minyak tanah (kerosene).
3. Slow curing cut back asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair solar
(minyak diesel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat menguap.

c. Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air dan
bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih
cair daripada aspal cair.Di dalam aspal emulsi, butir – butir aspal larut dalam air.
Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
1. Rapid Setting (RS), yaitu aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi
sehingga pengikatan yang terjadi cepat, dan aspal cepat menjadi padat atau keras
kembali.
2. Medium Setting (MS)
3. Slow Setting (SS), yaitu jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras. Dari
ketiga bentuk aspal, semen aspal adalah bentuk yang paling banyak digunakan.

Di indonesia, ada beberapa jenis aspal yang digunakan untuk perkerasan


jalan sebagai berikut:
a) Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal asli dari sumber material langsung.Ada yang
berasal dari gunung dan ada juga dari danau.Pemakaian aspal alam
sendiri, harus melalui proses ekstraksi terlebih dahulu, kemudian
dicampur dengan minyak pelunak.

4
Ada dua jenis aspal alam sebagai berikut:
 Aspal Gunung
Aspal jenis ini terdapat diindonesia berupa bebatuann dengan
kandungan kadar aspal 12% - 35% dari massa keseluruhan. Lokasi
material aspal ini terletak dipulau buton yang gunung aspalnya
dikenal dengan nama asbuton.

 Aspal Danau
Aspal yang berasal dari danau, banyak ditemukan dipulau
Trinidad dan Venezuela. Aspal danau memiliki tingkat penetrasi
rendah dan titik lembek yang cukup tinggi karena mengandung

5
mineral dan zat kimia lainnya.
Oleh sebab itu, penggunaan aspal danau biasanya dicampur dengan
aspal keras agar mendapatkan tingkat penetrasi yang sesuai.

b) Aspal Buatan
Aspal buatan adalah aspal yang berasal dari penyulingan minyak
mentah menjadi bitumen. Bitumen adalah produk sampingan dari proses
penyulingan minyak bumi mentah.
Minyak mentah sendiri merupakan komposisi dari hidrokarbon.Produk
utama yang dihasilkan dari minyak mentah adalah minyak tanah, solar,
bahan bakar beroktan tinggi, dan bensin.Ketika bahan-bahan  bakar ini
disuling dari minyak mentah, menyisakan bitumen. Sedangkan proses
penghilangan kotoran dari bitumen ini  menghasilkan  aspal murni.

Ada tiga jenis aspal buatan sebagai berikut:


 Aspal Cair
Jenis aspal cair diperoleh dari pelarutan aspal keras dengan
6
minyak melalui proses destilasi. Aspal ini dapat dibuat dengan kadar-
kadar tertentu sesuai keinginan.
Aspal cair dibedakan menjadi tiga jenis yaitu aspal cair cepat mantap
(rpid curing) yang bahan pelarutnya cepat menguap, aspal cair mantap
sedang (medium curing) yang pelarutnya tidak begitu cepat menguap,
dan aspal cair lambat mantap (slow curing) yang bahan pelarutnya
lambat menguap dengan bahan pelarut solar.

 Aspal Keras
Aspal keras adalah hasil residu dari proses destilasi sederhana
dari fraksi ringan, yang terkandung dalam minyak bumi.
Residu ini dihasilkan dari destilasi hampa pada suhu 480o C atau
bervariasi, tergantung dari sumber minyak mentah yang digunakan.

 Aspal Emulsi
Berasal dari proses emulsi aspal keras yang mana proses
tersebut adalah proses pemisahan dan pendisperian partikel aspal
keras didalam air yang sudah mengandung emulsifier.
Jenis emulsifier yang digunakan akan mempengaruhi jenis dan
kecepatan pengikat aspal emulsi yang nantinya akan dihasilkan.
Hasilnya ada tiga jenis aspal emulsi yaitu, aspal emulsi non ionic
7
(bersifat netral), aspal emulsi kationic (memiliki ion positif), dan aspal
emulsi anionic (memiliki ion negative).

c) Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi adalah pencampuran aspal dengan bahan
tambah.Bahan tambah yang sering digunakan adalah polymer.
Penambahan bahan polymer pada aspal berfungsi untuk meningkatkan sifat
fisik campuran aspal dan sifat rheologinya.

Aspal jenis ini dibedakan menjadi dua jenis.

 Aspal Polymer Plastomer


Jenis polymer plastomer yang banyak digunakan adalah EVA

8
(Ethylene Vinyle Acecate), polyethylene dan polypropylene.

 Aspal Polymer Elastomer


Aspal ini sering digunakan pada aspal keras, karena dapat
memperbaiki sifat rheology aspal yang meliputi penetrasi, kekentalan,
titik lembek dan elastisitas aspal keras.
Jenis polymer yang umum digunakan pada aspal ini adalah SBS
(Styrene Butadiene Sterene), SBR (Styrene Butadiene Rubber), SIS
(Styrene Isoprene Styrene).
Penambahan tersebut dilakukan melalui uji lab untuk mencegah efek
negative pada kandungan aspal.

9
2.3 FUNGSI ASPAL SEBAGAI MATERIAL PERKERASAN JALAN

Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai:


1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan
antara sesama aspal.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir agregat dan pori – pori yang ada
di dalam butir agregat itu sendiri. Penggunaan aspal pada perkerasan jalan
dapat melalui dicampurkan pada agregat sebelum dihamparkan (pra
hampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat
yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat–agregat yang lebih halus
(pasca hampar), seperti perkerasan penetrasi makadam atau pelaburan.
Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses pembentukan perkerasan yaitu
proses pencampuran prahampar, dan pascahampar itu berbeda. Pada proses
prahampar aspal yang dicampurkan dngan agregat akan membungkus atau
menyelimuti butir – butir agregat, mengisi pori antar butir, dan meresap
kedalam pori masing – masing butir.

2.4 PENGUJIAN ASPAL SEBAGAI SYARAT

Pengujian yang dilakukan untuk menentukan sifat fisis dan kimiawi aspal
antara lain pengujian kekerasan aspal, pengujian titik nyala dan titik bakar,
pengujian daktilitas, pengujian titik lembek.
a. Pengujian Kekerasan Aspal Pengujian kekerasan aspal dilakukan dengan
pengujian penetrasi, yaitu dengan menggunakan jarum penetrasi berdiameter
1 mm dan beban 50 gram. Berat jarum dan beban menjadi 100 gram. Nilai
penetrasi dilakukan pada temperatur temperatur 25C dibaca pada arloji
pengukur, dalam satuan 0,1 mm.

b. Pengujian Titik Nyala dan Titik bakar Pengujian titik nyala dan titik bakar
berguna untuk mengetahui temperatur dimana aspal mulai menyala, dan
temperatur dimana aspal mulai terbakar. Data ini dibutuhkan sebagai
informasi penting dalam proses pencampuran demi keselamatan dalam
bekerja.Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar Pengujian dilakukan
dengan mencetak contoh semen aspal di dalam cawan cleveland yang
terbuat dari kuningan. Cawan diletakkan di atas pelat pemanas dan
dimasukkan termometer pengukur tempeatur.Temperatur dimana aspal

10
terlihat menyala singkat merupakan temperatur titik nyala, dan temperatur
diamana aspal mulai menyala selama minimal 5 detik dinamakan titik bakar.

c. Pengujian Daktilitas Pengujian daktilitas dibutuhkan untuk mengetahui sifat


kohesi dan plastisitas aspal. Pemeriksaan dilakukan dengan mencetak aspal
dalam cetakan dan meletakkan contoh aspal ke dalam tempat
pengujian.Tempat pengujian berisi cairan dengan berat jenis yang mendekati
berat jenis aspal.Nilai daktilitas aspal adalah panjang contoh aspal ketika
putus pada saat dilakukan penarikan.Menurut RSNI S-01-2003 untuk aspal
pen 80-100 batas jarak putus aspal pada pengujian daktilitas Min.100cm.

d. Pemeriksaan Titik Lembek Pemeriksaan kepekaan aspal terhadap temperatur


dilakukan melalui pemeriksaan titik lembek. Titik lembek adalah temperatur
dimana aspal mulai menjadi lembek, yang ditunjukkan oleh jatuhnya
lempengan contoh aspal akibat beban kelereng baja diatasnya. Data ini
dibutuhkan selama proses pelaksanaan beton aspal di lapangan.Pemeriksaan
Titik Lembek Aspal Daya tahan atau durabilitas aspal adalah kemampuan
aspal mempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa
pelayanan jalan.Aspal yang baik adalah aspal yang tidak mudah menjadi
rapuh dan kehilangan sifat plastisnya akibat perubahan temperatur.Sifat ini
dapat diperkirakan dari pemeriksaan Thin Film Oven Test (TFOT) atau
pengujian efek panas dan udara pada aspal Rolling Thin Film Oven Test
(RFTOT).

2.4.1 Jenis Semen Aspal


Semen aspal dapat dibedakan berdasarkan nilai penetrasi atau
viskositasnya.Berdasarkan nilai penetrasinya, AASHTO membagi semen
aspal kedalam 5 kelompok jenis aspal, yaitu aspal 40-50, aspal 60-70, aspal
85-100, aspal 120-150, dan aspal 200-300.
Secara umum, aspal merupakan bahan ramah lingkungan yang dipergunakan
khususnya untuk pekerjaan perkerasan jalan.
Secara spesifik, aspal adalah senyawa kimia hidrokarbon, sulfur, oksigen
dan kalor yang terbentuk melalui proses produksi  dan hasil penyulingan
minyak bumi.
Ketergantungan akan aspal sebagai bahan baku konstruksi jalan
menghasilkan berbagai macam campuran aspal.

11
2.4.2 Tekstur Aspal
Berbeda dengan beton yang kaku, aspal termasuk dalam bahan perkerasan
yang bersifat lentur dan elastis.Hal ini dikarenakan bahan aspal memiliki
titik leleh yang stabil namun memiliki titik lebur yang rendah.Artinya
adalah, aspal dapat diatur pada suhu tertentu sehingga dapat dilelehkan
dengan mudah selama pembuatan jalan.Pada saat yang sama, aspal memiliki
titik lebur rendah yang tidak akan membuat jalan yang sudah mengeras
menjadi meleleh kembali atau berubah bentuk di bawah suhu tinggi.Hal
inilah yang membuat aspal untuk bahan perkerasan jalan sangat efektif
digunakan.Aspal berfungsi sebagai bahan pengikat dan pelapis permukaan
tanah melalui pencampuran fraksi-fraksi agregat pada size tertentu.Pada
prakteknya, aspal sebagai pengikat tiap fraksi agregat menjadi satu kesatuan
yang tidak terlepas dari permukaan jalan.Aspal sebagai pengikat,
mendominasi  pada perkerasan jalan, karena sifatnya yang dapat mencair
pada suhu tententu.

12
2.5 Syarat Aspal sebagai Bahan Perkerasan Jalan
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan haruslah
mempunyai:
1. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal rriempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini
merupakan sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan, dan
lain sebagainya.
2. Adhesi dan kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Kohesi adalah
kemampuan aspal untuk mempertahankan agregat tetap di tempatnya
setelah terjadi pengikatan.
3. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras
atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair
jika temperatur bertambah. Aspal yang cair dapat masuk ke pori - pori
agregat pacta penyemprotan / penyiraman lapis perkerasan. Jika temperatur
mulai turon, aspal akan mulai mengeras dan mengikat aspal pada
tempatnya.
4. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran, dipanaskan dan dicampur dengan
agregat. Agregat dapat dilapisi aspal dengan penyemprotan / penyiraman
aspal panas ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses
pelaburan. Terjadi proses oksidasi selama proses pelalcsanaan,
menyebabkan aspal menjadi getas.
Peristiwa perapuhan tems berlangsung setelah masa pelaksanaan
selesai. Selama pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang
besarnya dipengaruhi pula oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.
Agregat Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi
kulit bumi yang keras dan penyal ( solid ). Agregat merupakan komponen
utama dari lapisan 0 atau 75% - 85% agregat berdasarkan persentase
volume.

13
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Aspal

Kelebihan aspal:

1. Jalan lebih halus


Berbeda dengan jalan beton yang kehalusan jalan sangat bergantung pada
proses pengecoran, jalan aspal lebih mudah untuk dibuat halus tanpa adanya
gelombang sehingga pengguna jalan dapat lebih nyaman dan aman ketika
berkendara.
2. Harga lebih ekonomis
Pembuatan jalan aspal mengeluarkan biaya yang lebih murah dibanding
dengan pembuatan jalan beton.
3. Menghasilkan kebisingan lebih rendah
Dibandingkan dengan beton, suara yang dihasilkan dari roda kendaraan
ketika bergesekan dengan jalan aspal lebih kecil dan tidak bising. Hal ini
membuat aspal sangat cocok diterapkan di jalan raya sehingga suara jalan
tidak akan mengganggu fokus pengendara.
4. Lebih mudah diperbaiki
Apabila aspal rusak, perbaikan hanya dilakukan pada area yang rusak
dengan menambalnya. Dibandingkan dengan beton, proses perawatan lebih
mudah dan hasilnya juga lebih rapi, karena pada konstruksi beton perbaikan
dilakukan dengan cara menumpang pada konstruksi jalan sebelumnya yang
mengakibatkan permukaan bergelombang dan tidak rata.
5. Warna lebih teduh
Warna hitam pada aspal memberikan efek teduh pada pengendara. Hal ini
dirasa lebih baik daripada suasana yang ditimbulkan warna beton yang
cenderung keras dan gersang.
6. Waktu pembuatan lebih cepat
Proses pembuatan aspal lebih cepat daripada beton yang membutuhkan
waktu lama sampai mencapai kekuatan tertentu agar dapat dilewati
pengendara. Masa pengawetan aspal hanya sekitar satu sampai dua hari,
sedangkan beton membutuhkan waktu 1-3 minggu.

Kekurangan Aspal:

1. Kurang tahan lama


Mungkin kita sering melihat jalan-jalan yang rusak pada saat musim hujan.
Inilah salah satu kekurangan aspal, yaitu tidak tahan terhadap genangan air.
Aspal juga lemah terhadap cuaca panas. Suhu yang terlalu tinggi dapat
melemahkan pengikat aspal sehingga daya rekatnya berkurang. Apabila pada
14
kondisi ini aspal diberikan beban yang cukup berat, maka bagian permukaan
aspal akan lebih cepat rusak. Tidak hanya itu, suhu yang terlalu dingin juga
dapat menimbulkan keretakan pada aspal. Inilah sebabnya, perlu dilakukan
perawatan untuk meningkatkan daya tahan aspal. Jalan aspal yang terpasang
dengan benar hanya bisa bertahan maksimal 20 tahun, sedangkan beton bisa
bertahan sampai 30 tahun.
2. Bergantung pada kondisi tanah
Apabila kondisi tanah buruk dan tidak rata, perlu dilakukan perbaikan tanah
terlebih dahulu sebelum ditumpangi konstruksi aspal.
3. Membutuhkan banyak perawatan
Dibandingkan dengan beton, aspal membutuhkan waktu perawatan yang
lebih banyak dari waktu ke waktu untuk mencegah kerusakan. Misalnya,
menutup kembali jalan aspal setiap 3 tahun sekali.
4. Memerlukan sistem drainase
Untuk mengatasi kelemahan aspal terhadap genangan lain, dibutuhkan
pembuangan air atau sistem drainase yang baik agar lapisan aspal tetap kuat.

2.7 Penyebab Kerusakan Aspal

Aspal jalan yang sering cepat rusak bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti

(1) Kadar aspal tidak sesuai Job Mix Formula, yaitu komposisi material penyusun
aggregat aspal yang dibuat di laboratorium sebelum pelaksanaan di lapangan
mulai. Misalnya jika dalam JMF menyebutkan kadar aspal yang harus dipakai min
6,2% maka kadar aspal yang digunakan di lapangan harus 6,2% juga.

(2) Suhu penghamparan aspal di lapangan tidak sesuai spesifikasi, biasanya terjadi
karena jarak AMP (Asphalt mixing plant) dengan lokasi pengaspalan terlalu jauh.
Suhu aspal yang normal pada saat dituangkan di asphalt finisher adalah 135-150
derajat celcius.

(3) LPA dan LPB belum keras tetap dipaksakan dilakukan pengaspalan. Lpa
adalah lapis pondasi atas yang terletak tepat di bawah aggregat aspal sedangkan
Lpb adalah lapis pondasi bawah yang terletak di bawah lpa dan diatas tanah dasar.
Seringkali dalam pelaksanaan di lapangan lebih mengutamakan percepatan tanpa
memperhatikan kualitas pekerjaan.

(4) Aggregat aspal di atas tanah timbunan yang belum padat.

15
(5) Jumlah passing pemadatan kurang.

(6) Komposisi abu batu yang berpengaruh pada kualitas kerekatan, dan

(7) Kurangnya pemadatan menggunakan alat berat. Pemadatan aspal biasa


menggunakan 2 alat yaitu tandem roller dan PTR (pneumatic tire roller).

2.8 Jenis Kerusakan Aspal

Adapun jenis – jenis retakan di aspal jalan yang sering terjadi, adalah

(1) Retak Kulit Buaya (alligator cracks), yaitu kerusakan jalan berupa retak yang
memiliki celah cukup lebar. Kemungkinan terjadi akibat bahan perkerasan jalan
yang kurang baik, tanah dasar lapisan di bawah permukaan kurang stabil yang
mungkin terjadi akibat tidak dilakukannya survey terhadap kondisi tanah sebelum
dilakukannya perkerasan jalan.

(2) Retak Pinggir (edge cracks) yaitu kerusakan jalan berupa retak yang terjadi
pada daerah pinggir badan jalan. Kemungkinan yang menjadi penyebab kerusakan
ini adalah bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik, pelapukan permukaan,
air tanah pada badan perkerasan jalan, tanah dasar di bawah permukaan kurang
stabil. Selain itu retak ini kemungkinan juga terjadi akibat akar tanaman yang
tumbuh di sekitar badan jalan.

(3) Retak halus/rambut.

2.9 dampak kerusakan

1. aspal sering berlubang menyebabkan genangan air saat hujan.bagi


pengendara yang tidak memperhatikan aspal berlubang tersebut akan berdampak
buruk bagi keselamatan.

2. membuat permukaan menjadi tidak rata dan mengganggu pemakai jalan saat
berkendara

3. berdampak buruk bagi kelangsungan hidup pemakai jalan karena


menghambat aktifitas yang sedang dilakukan.seiring berjalannya waktu aspal yang
rusak tersebut akan mengakibatkan hal hal yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan.

16
2.10 Campuran Pada Aspal

Agregat sebagai campuran dalam aspal:

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan,


yaitu 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat
berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.

Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan
kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan adalah:

 gradasi
 kebersihan
 kekerasan
 ketahanan agregat
 bentuk butir
 tekstur permukaan
 porositas
 kemampuan untuk menyerap air
 berat jenis, da
 daya kelekatan terhadap aspal.

17
Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.
Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan
memegang peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras.
Menurut BS 812 : Part 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:

 Rounded 
 Irregular
 Flaky 
 Angular
 Elonggated 
  Flakyy & Elonggated

Klasifikasi Agregat
 Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang. 
 Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm. 

18
 Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan
atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran
butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm)
 Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)

Jenis Agregat berdasarkan proses pengolahannya


 Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di
alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses
erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses
pembentukannya.
 Agregat melalui proses pengolahan. Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit,
dan sungai‐sungai sering ditemui agrega yang masih berbentuk batu gunung, dan
ukuran yang besar‐besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu
sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
 Agregat Buatan.  Agregat yang yang merupakan merupakan mineral
filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan
pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, pemakaian aspal untuk perkerasan jalan dilakukan


dengan memenuhi persyaratan untuk kekuatan structural, drainase permukaan dan
gesekan permukaan.

Tujuan utama dari campuran aspal ini adalah penyediaan kekuatan structural agar
penyebaran beban dapat merata di seluruh lapisan jalan.

Beban yang terlibat adalah beban dinamis atau statis, yang diteruskan ke subbase
dasar melalui jalur lapisan agregat.

Jalan dengan permukaan aspal berbasis granular hanya diperuntukkan bagi jalan
dengan lalu lintas rendah. 

Gambar berikut menunjukkan penampang melintang tipikal perkerasan lentur.

Aplikasinya pada jalan dengan tingkat lalu lintas rendah akan menjadi cukup
ekonomis.
Efek rebound dari lapisan atas bitumen membantu dalam ketahanan terhadap efek
dinamis yang tinggi karena lalu lintas yang padat.

20
Properti rebound tercermin dari kekakuan dan karakteristik fleksibilitas dari
lapisan atas aspal.

Ketika dilihat dari bawah ke atas, karakteristik fleksibilitas akan meningkat.

Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai,


Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
sesama aspal.
Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir agregat dan pori – pori yang ada di
dalam butir agregat itu sendiri. Penggunaan aspal pada perkerasan jalan dapat
melalui dicampurkan pada agregat sebelum dihamparkan (pra hampar), seperti
lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan
ditutupi oleh agregat–agregat yang lebih halus (pasca hampar), seperti perkerasan
penetrasi makadam atau pelaburan. Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses
pembentukan perkerasan yaitu proses pencampuran prahampar, dan pascahampar
itu berbeda. Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dngan agregat akan
membungkus atau menyelimuti butir – butir agregat, mengisi pori antar butir, dan
meresap kedalam pori masing – masing butir.
Syarat Aspal sebagai Bahan Perkerasan Jalan ada beberapa diantaranya
seperti daya tahan aspal, Adhesi dan kohesi,Kepekaan terhadap temperature dan
Kekerasan aspal

3.2 Saran

 Untuk mengidentifikasi syarat syarat aspal sebagai bahan perkerasan jalan


dengan jenis,fungsi dan lainnya agar lebih terperinci.
 Menjelaskan apasaja jenis aspal yang ada di Indonesia beserta bahan yang
digunakan sebagai campuran aspal.
 Mengetahui penyebab,jenis dan dampak kerusakan aspal sehingga dapat di
tanggulangi dengan baik.
 Dalam pembelajaran dapat mengetahui apa yang tidak dijelaskan oleh guru
tersebut.
`

21
DAFTAR PUSTAKA

Aspal sebagai bahan perkerasan jalan :


https://fretswilsonlosa.blogspot.com/2018/10/aspal-untuk-bahan-
perkerasan-jalan.html
https://sanggapramana.wordpress.com/2010/07/26/aspal-sebagai-bahan-
perkerasan/
Jenis Jenis aspal :
http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis-aspal.html
http://arafuru.com/material/jenis-jenis-aspal-dan-kegunaannya.html
fungsi aspal:
https://www.kajianpustaka.com/2019/03/fungsi-sifat-jenis-dan-
analisis.html
kelebihan dan kekurangan aspal:
https://indonusa-conblock.com/kelebihan-dan-kekurangan-aspal/

22
23

Anda mungkin juga menyukai