Pengajar
Disusun Oleh
TAHUN 2019/202
ASPAL / BITUMEN
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1. Pengertian
Sehari harikita kuat dengan istilah “ASPAL” atau “ASPHALT” dan istilah
Bitumen, atau gabungan dari dua kata itu menjadi “Aspal Bitumen”
Istilah tersebut memang belum jelas betul. Tetapi menurut beberapa buku,
pengertian dari istilah-istilah tersebut ialah:
Dari diagram penyulinga minyak bumi untuk mendapat aspal, dapat kira
lihat, berbagai jeis produk aspal yaitu
Jenis aspal ini didapat dengan cara menyemburkan udara kedalam bejana
berisi aspal panas yang suhunya k.l. antara 200 a 260.
Semen aspal atau asphalt cement. Biasanya disingkat dengan tanda AC,
adalah jenis aspal yang cocok untuk dipakai sebagai bahan pelapis jalan
(paving asphalt). Jenis biasanya memiliki angka penetrasi antara 40 sampai
300 (harga penetrasi maksimum).
Aspal lembek atau aspal cair, ini dibuat dari Asphalt Cement yang dicampur
lagi dengan bahan pencair dari minyak bumi juga yang mudah menguap
sehingga bila telah diudara terbuka aspal ini akan mengeras karena menguap
bahan pelarutnya. Karena itu jenis aspal ini disebut juga CUT-BACK
Asphalt.
Merupakan campuran dari Asphalt Cement dan pelarut Nphtha atau jenis
minyak gas lainnya yang memiliki kemampuan menguap tinggi/cepat.
Aspal Emulsi adalah suatu gabungan antara air, Asphalt Cement dan bahan
untuk emulsi. Asphalt cement tidak akan larut dalam air, oleh karena itu
untuk agar aspal tadi dapat terbagi merata dalam air dalam bentuk butir-
butir yang kecil, (bentuk emulsi) maka perlu dipakai suatu bahan pembantu,
yang biasanya dari jenis sabun.
Jenis sabun ini bukan sabun yang biasa, melainkan sabun khusus yang
terbuat dari damar kayu atau dari protein.
a. Rapid setting emulsion, dan emulsi aspal sedemikian diberi tanda “RS”.
c. Untuk yang pecahnya lambat, atau sifat emulsinya lebih stabil, diberi
sebutan “Slow Setting” dengan “SS”.
Teruntuk jalan dibuat terutama dari hasil penyulingan ter kasar yang didapat
dari hasil pembuatan kokas, atau penyulingan batu bara.
Cara mendapatkan ter untuk jalan dari ter kasar, juga hamper seperti batu
bara membuat aspal yaitu dengan cara penyulingan bertingkat.
Penggunaannya.
RT-2 dan -3, biasanya dipakai sebagai bahan penutup / pelapis (laburan
permukaan).
RT-10 dan -11 Dipakai sama seperti RT-8 dan -9, ditambah untuk
perbaikan-perbaikan dalam campuran panas.
Sifat Fisis aspal yang terutama untuk dipakaio dalam konstruksi jalan ialah:
1. Kepekatan (konsistensi)
2. Ketahanan lama, atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca
3. Derajat pengerasan
4. Ketahanan terhadap pengaruh air.
Karena hal yang kedua tersebut diatas ini, lebih ada pengertian yang sama
serta penting hubungannya dengan sifat konsistensi, maka hal ini akan
dibicarakan terlebih dahulu.
Cara ini disebut “Furol Viskosity” adalah suatu cara uji yang, spesifik untuk
mengukur viskositet bahan-bahan aspal.
2. Viskositet Kinematik
Karena perbedaan kepekaan suhu dari jenis-jenis semen aspal untuk jalan,
maka ada tambahan cara uji viskositet, yang dilakukan pada suhu◦C
(275◦F).
3. Pengujian Penetrasi
Telah dipakai sejak lama, untuk megukur kepekatan aspal biasanya
dipakai cara uji penetrasi, yang caranya ialah mengukur kedalamannya
masuknya suatu jarum yang ukurannya tertentu , dengan berat 100 gram,
dalam waktu 5 detik. Angka kedalaman masuknya jarum satuan 1/100
cm (0,1mm)
4. Pengujian Cara Kambangan (Float Test0
Aspal yang lebih pekat atau lebih kental dari grade 3000, tak dapat diuji
dengan cara uji viskositet yang biasa misalnya dengan pakai visikometer
furol. Demikian pula bila angka penetrasinya lebih dari 300, tidak dapat
di uji penentrasinya dengan penetrometer.Jadi memang ada suatu jarak
ukur / rentangan (range) bagi sifat kepekatan/kekentalan/konsistensi ini
yang tidak dapat diukur dengan alat-alat uji yang biasa.
1.4.2.2 Ketahanan Lama, Atau Ketahanan Terhadap Cuaca
a. Titik Lembek
Cara sederhana dan langsung dalam penentuan titik lembek ialah dengan
cara pakai cincin dan bola saja untuk penentuan titik lembek seperti
tercantum dalam ASTM D-30-70 atau AASHTO T-53-74 Gb.1.2f.
Aspal yang memiliki titik lembek tinggi, untuk angka penetrasi tertentu
ada suhu 25◦C, akan kurang peka terhadap pengaruh suhu.
b. Oksidasi dan Penguapan
Oksidasi merupakan perusakan secara kimia terhadap aspal akibat
serangan oksigen dari udara. Penguapan terdiri dari penguapan senyawa
hidrokarbon yang ringan dari dalam aspal. Pengaruh dari peristiwa itu
mengakibatkan aspal akan mengeras, yang dapat di uji dengan cara
penetrasi atau menguji kekentalannya (visikositetnay)
c. Pengaruh Suhu
Derajat oksidasi dan penguapan, akan dipercepat bisa suhu dinaikan.
Cara menduga derajat reaksi secara organic dan fisik, biasanya dengan
memperkirakan bahwa tiap kenaikan 10◦C reaksinya akan berlipat dua
kali.
d. Pengaruh Luas Permukaan
Makin luas bidang permukaan suatu aspal akan makin cepat ia mengeras
dengan demikian pula kecepatan oksidasi dan penguapan, tergantung
dari luas permukaan aspal itu yang berhubungan dengan udara.
e. Pengaruh Sinar Matahari
Diketahui bahwa sinar matahari juga punya perngaruh terhadap
ketahanan lama. Sinar dengan gelombak pendek atau sinar actinic,
merusak / merobah molekul aspal menjadi air dan senyawa yang larut
dalam air.
f. Pengaruh Kimia
Telah dikemukakan dalam sifat kimia, bahwa senyawa-senyawa yang
tergantung dalam aspal itu sendiri terutama senyawa, dalam kelompok
“maltene”, dapat mempengaruhi sifat ketahanan terhadap
gesekan/abrasi. Aspal yang memiliki angka perbandingan distirbusi
maltene (maltene distribution ratio) lebih besar Dari 1,5 akan kurang
tahan pengaruh gesekan.
g. Aspal yang Dibuat Dengan Proses Kraking (Cracked Asphalt)
Telah disinggung dimuka, bahwa aspal dihasilkan dengan cara
cracking,(sebagai misalnya Blown Asphalt), akan lebih cepat rusak
karena pengaruh cuaca sebab dalam aspal ini, banyak mengandung
senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh.
Bila suatu campuran cairan yang terdiri dari Naphtha, kerosene dan minyak
lumas encer, kita laburkan pada suatu permukaan, maka cairan Naphtha
akan menguap terlebih dahulu, dan setelah itu, akan menguap cairan
kerosene dan kemudian paling akhir atau paling lambat menguapnya adalah
minyak lumas
Rate of Curing ini dipengaruhi oleh :
a. Suhu sekeliling
b. Luas permukaan penguapan, atau perbandingan antara luas permukaan
dan volumenya
c. Kecepatan angin yang melalui permukaan
Sifat tahan lama aspal untuk hamparan jalan tergantung sekali pada
kemampuannya untuk adapt melekat baik kepada butir aggregat yang
dicampurkan dengannya, dalam suasana basah (ada air). Kehilangan daya
lekat aspal terhadap aggregat , akan mengakibatkan rusaknya hamparan
jalan tersebut.
Beberapa sifat fisis lainnya yang perlu diketahui dan atau sering dilakukan
pengujiannya ialah
Berat jenis aspal (tanpa campuran) biasanya berkisar antara 1.04 sampai
1.02 pada suhu 15◦C. Angka tertinggi dicapai untuk bitumen yang keras,
dan yang rendah untuk bitumen cair. Karena aspal bitumen ini memiliki
pemuaian, maka berat jenisnya dapat di pengaruhi pula oleh suhu, akibat
perobahan suhu yang menyebabkan perobahan volume.
1.4.3.2 Ductility (Keliatan)
Untuk mendapat gambaran apakah suatu jenis aspal pada penggunanya nenti
akan mengalami retak-retak, dilakukan uji keliatan (Duktility dengan cara
menarik benda coba yang terbuat dari aspal dengan kecepatan 5cm permenit
pada suhu 25◦C. Penampang benda cobanya 1cm2. Ductility merupakan
angka perpanjangan dari benda coba akibat penarikan, sampai putus,
dinyatakan dalam cm.
Maksud pengujian ini ialah untuk menentukan pada suhu mana aspal itu
akan menyala, untuk menjaga pada suhu mana aspal tersebut dipanasi
tanpa berbahaya.
Uji ini dengan maksud untuk memisahkan bahan-bahan lain yang dapat
dipisahkan dari aspal misalnya jenis pelarut yang berbeda penguapannya.
Disamping itu pengujian kadar air, dapat juga dilakukan dengan cara
penyulingan ini.
1.4.4 Pengujiannya Bagi Aspal Emulsi (Lihat ASTMD 224).
Ada beberapa ngujian bagi aspal emulsi, untuk mengetahui sifat serta mutu
dan kemampuannya sebagai bahan perekat ialah :
Penggunaan aspal dalam kehidupan manusia, telah cukup lama, yang pada
waktu itu Sebagian besar dipakai untuk pembuatan bangunan,perapat air,
dan juga untuk mengawetkan bahan lain.Perkembangan selanjutnya adalah
untuk penggunaan konstruksi jalan, yang merupakan pemakaian terbesar.
Alat pengolahan dapat berupa suatu unit pengolahan yang tetap, atau unit
yang berjalan (dipakai setempat, sewaktu jalan itu dibuat) atau diolah
langsung diatas jalan yang akan dibuat.
Mesin dapat dibagi menjadi sub kelompok atau sub klas pengerjaan, yaitu :
Secara garis besarnya jenis pekerjaan campuran aspal dalam kelompok ini
ada 2 macam, yaitu :
Beton adalah susunan butir aggregate yang direkat menjadi satu menjadi
suatu masa yang padat. Macam-macam dibedakan terutama oleh jenis bahan
perekat yang dipergunakan.
Dua pembagian macam beton yang umum dikenal ialah : aspal beton dan
beton semen Portland, atau jenis semen hidrolis lainnya ; ditinjau dari jenis
bahan perekat yang dipakai.
keterangan :
1) Zona kritis ; Kadar abu dalam daerah ini yang dipakai, tanpa ada dasar
pengalaman atau bukti campuran yang telah dibuat di lab.
2) Zona antara ; Kadar abu di daerah ini kadang-kadang dipakai Juga
untuk surface, leveling, base dan binder mixes.
pengertianan istilah :
a) macadam : Susunan agregat kesar yang seragam.
b) open graded : Susunan aggregat yarg mengandung sedikit atau tanpa
filler. sehingga hasil pemadatan menghasilkan rongga yang relatif
besar.
c) Coarse graded : menggunakan aggregat yang tertinggal diatas 8 mesh.
d) Dense graded : Susunan aggregat yang terdiri dari butir-butir melaIui
ukuran yang maksimum sampai ukuran terkecil termasuk butir fiIter,
yang cukup jumlahnya sehingga rongga pada susunan butir padat itu,
besarnya k.1. sama dengan besar butir filler. (lebih keci] 200 mesh).
e) fine graded : Menggunakan aggregat yang tembus ayakan 8 mesh.
f) stone sheet : Lapisan yang mengandung 25 % aggregat kasar.
g) sand sheet : Lapisan terbuat dari pasir, pakai atau tanpa butir filler, yg
susunan butir pasirnya tanpa diatur atau dikontrol.
Sand sheet asphalt = campuran aspal dengan pasir dibuat di unit pengolahan
atau ditempat. Pemakaiannya untuk dasar atau lapisan muka jalan.
h) fine sheet : Lapisan terbuat dari aggregat butiran tembus 8 mesh.
i) Asphalt base course : Pondasi jalan yang dibuat dari aggregat, dengan
perekat aspal.
j) Asphalt binder course : Lapisan antara base course dan surface course,
biasanya terbuat dari aspal beton dengan aggregat kasar mengandung
sedikit atau tanpa butir filler (tembus 200 mesh).
k) leveling course : Lapisan dengan berbagai ketebalan, dibuat untuk
meratakan permukaan jalan atau dapat disebut juga lapisan perata.
l) surface course : Lapisan bagian paling atas dari suatu jalan. Disebut
juga lapisan aus.
m) asphalt mastic : Campuran aspal dan mineral dengan perbandingan
sedemikian rupa sehingga masih dapat dituang baik dalam keadaan
panas atau dingin, yang kemudian dapat dipadatkan dengan cara pakai
sendok atau alat semacam, agar permukaannya rata.
n) subbase course : Lapisan yang berada dibawah asphalt base course.
Bila lapisan ini merupakan Iapisan tanah yang telah padat, dapat juga
d. Aggregat harus bersih dari Iumpur atau tanah. kadar lumpur tidak
boleh ada, atau juga tidak boleh mengandung butiran tanah yang
mengeras (misalnya butiran serpih/shale).
cara uji untuk kadar lumpur ini disebut "Sand Equivalent test", seperti
tercantum dalam AASHO T 176.
Aggregat gabungan untuk berbagai tujuan campuran dengan perekat
aspal menurut The Asphalt Institute harus memiliki angka Sand
Equivalent sbb :
Aggregat gabungan untuk aspal beton untuk surface and binder course
50 + Aggregat gabungan untuk aspal beton yang diolah oleh unit
pengolahan (plant mix) untuk lapisan surface and binder course 45 +
Aggregat yang dicampur dengan aspal (campuran setempat) untuk
lapisan surface and base course. 35 +
Aggregat gabungan untuk dicampur dengan aspal emulsi untuk
campuran penutup (seal mix) 40 +
Aggregat untuk campuran dengan aspal atau tanpa aspal, bagi lapisan
base-course. 30 +
Untuk lapisan subbase tanpa aspal. 25 +
e. Gesekan internal.
Gesekan internal dalam aggregat adalah sifat yang menahan terjadinya
gerakan yang terjadi antara butir akibat pengaruh gaya luar. Tahanan
gesekan ini terjadi akibag adanya sifat mengunci satu sama lain antara
butir. Hal ini terja di apabila bentuk butir aggregat itu sedemikian,
sehingga bila butir butir itu terkumpuI, akan terjedi saling kunci
mengunci. Tetapi bila permukaan aggregat itu halus atau licin, sifat ini
menjadi mengecil. Pengujian untuk sifat ini memang sukar dilakukan,
tetapi dengan pengujian sifat stabilitas. pada suatu campuran aspal
baton akan terlihat, adanya sifat tersebut.
dalam terminologi aspal beton, jumlah volume udara didalam aspal baton,
biasanya dinyatakan dalam "persen kepadatan".
sebegai contoh misalnya espal beton dengan 96% kepadatan berarti bahwa
aspal baton itu mengandung 4 % rongga udara.
Dari pengertian tersebut diatas, maka jelas bahwa jumlah rongga udara
dalam aspal beton, mempengaruhi sifat ketahanan lama dari aspal beton
dalam pemakaian . sehingga perlu diusahakan agar kadar udara tersebut
sekecil mungkin, sampai batas yang memungkinkan daIam praktek yaitu 2
%. Tetapi sebagai kenyataan, didalam pelaksanaan pembuatan aspal beton,
dengan kepadatan 98 % ini memerlukan pekerjaan yang amat teliti, atau
cukup sukar pelaksanaannya, dan ada kemungkinan aspal beton menjadi
kebanyakan aspal, sehingga konstruksi tidak stabil. Biasanya perencanaan
pembuatan aspal baton, dengan rencana kepadatan antara 96 sampai 97,5 %.
Jumlah aspal yang perlu mengisi bagi jumlah rongga diantara aggregat
merupakan fungsi dari luas permukaan butir aggregat, atau fungsi dari
ukuran butir butir aggregat. Makin kecil butir aggregatnya, akan makin luas
permukaannya, untuk suatu volume/berat tertentu. Oleh karena itu apabila
dalam campuran dipergunakan besar butir maksimum yang kecil ukurannya.
pemakaian aspal yang optimum akan naik (lebih tinggi) dibandingkan jika
dipakai besar butir maksimum yang lebih besar ukurannya. Disamping itu,
juga kekasaran permukaan aggregat juga akan mempengaruhi Jumlah aspal
yang dipakai. permukaan aggregat yang kasar atau berlekuk-lekuk, akan
memerlukan aspal yang lebih banyak dibanding bila permukaan butir
aggregat rata atau halus.
dihiting sbb :
G = berat jenis nyata dari benda coba pada 25°C.
Go = beret jenis maksimum teoritis.
R = persen maksimum kepadatan pada 25°C.
Jumlah person rongga (void) dapat dihitung dari:
% void = 100 - R
Cara ini dimulai dengan penyiapan benda uji dan untuk itu diperlukan :
a. Bahan bahan yang akan dipakai perlu memenuhi syarat syarat dari
pekerjaan yang akn dilaksanakan.
b. Campuran aggregat (kasar dan halus) perlu Memenuhi susunan butir
sebagai disyaratkan dalam pekerjaan
c. Aggregat yang akan dipakai, dikeringkan dan diayak menurut fraksi fraksi
yang diperlukan.
d. Berat jenis aggregat dan berat jenis aspal perlu ditentukan lebih dulu
untuk menghitung kepadatan dan rongga (vond) diantara butir aggregat.
Beret jenis aggregat dihitung sebagai berat Jenis semu (apparent s.g.).
Cara Marshall ini menggunakan benda uji standar dengan ukuran 2 1/2 in
dan 4- in diameter. Benda uji ini dibuat dengan suatu cara mamanasi,
mencampur dan madatkan campuran dari aggregat dan aspal. Dua hal yang
menonjol daripada cara marshall ini ialah mnganalisa dari campuran yang
telah dipadatkan itu terhadap sifat stabilitas dan kelembekannya (stability
flow). serta kepadatan dan kadar rongganya (density-void).
Stabilitas dari benda coba adalah beban maksimuan yang dapat ditanggung
oleh benda coba itu pada suhu 60°C (140°F) dalam pound (lb).
a. Umum.
Dalam cara Marshall Ini, tiap benda uji harus diuji dan dianalisis mengenai :
berat jenisnya, Stabilitas dan kelembekan (flow)
Kepadatan dan kadar rongga (void)
b. Alat untuk menguji tardiri dari :
-Mesin uji stabilitas, dan peugukuran kelembekan (flow).
kecepatan pembebanan adalah 2 inchi deformasi tiap menit yang ditunjukan
dengan proving ring.
- Water-bath, yang suhu airnya dapat diatur secara otomatis pada suhu
60°C(140°F ±1°F).
C. Penentuan berat jenis
berat jenis dapat juga d tentukan setelah benda sudah didinginkan diudara
ruangan, dengan menentukan berat dan volumenya.
d. Menguji Stabilitas dan flow.
- Mesin uji untuk stabilitas dan flow telah disiapkan, dimana pada ukuran
benda uji 4 inchi (diameter), penunjukkan beban pada 0 (nol). Demikian
pula pada ukuran itu, micrometer untuk menguji Flow, juga ada pada
angka nol (0). Batang luncur alat dilumas dengan minyak lumas.
- Benda uji dipanasi dalam waterbath pada suhu 60°C seIama tidak kurang
dari 20 menit dan tidak lebih dari 30 menit.
Setelah itu benda uji di seka dengan lap agar airnya kering.
- Masukan benda uji diantara dua segmen penekan, satel micrometer
pengukur
deformasi, setel pula micrometer pada prooving ring, semuanya pada titik
nol.
* Tekan benda uji dengan menjalankan mesin uji ini, dengan kecepatan
penekan 2 inchi per menit, Selama penekanan AMATI :
1. Gerakan micrometer pada prooving ring, yang menunjukkan beban (kg)
2. Gerakan micrometer untuk mengukur deformasi benda uji, Untuk
menunjukkan flow, yang dinyatakan dalam 1/100 inchi untuk 1 unit flow.
Jadi misalnya deformasi mendapat 10/100 inchi, berarti flow = 10
Tekan benda uji sampai pecah dan catat beban maksimumnya, serta catat
pula besarnya deformasi pada saat itu
- Catat semua angka yang didapat, pada suatu tabel uji (lihat Tabel 1.3),
seperti contoh berikut ini, Dari tabel hasil uji. (dalam contoh ada 18 benda
uji, untuk 6 serie kadar aspaI), akan dapat dianalisa dan dibuat kurva lihat
Gb. 1.7. hubungan antara :
1. Berat dan % aspal dalam campuran.
2. Persen void vs % aspal dalam campuran.
3. Stabilitas vs % aspal dalam campuran.
4. VMA vs % aspal dalam campuran.
5. Flow (dalam tia unit 1/100 in) vs % aspal.
e. Tentukan kadar aspal optimum yang dipilih dari hasil percobaan.
Catatan : Apabila ukuran benda uji stabilitas, tingginya tidak sama dengan 2
1/2 inchi, maka hasil uji dapat dikalikan dengan suatu factor. seperti
tabel berikut, (Tabel 1.4).
1.6. PEMAKAIAN ASPAL SEBAGAI UNSUR BANGUNAN
nama ubin atau keping aspal (asphalt tile) seringkali tidak hanya betul-betul
diberikan kepada benda berbentuk Iepengan tipis dengan bentuk segi empat
atau bentuk lain, yang dipakai sebagai penutup lantai, yang terbuat terutama
dari bahan perekat aspal, telapi juga kepada bentuk sejenis yang sebagai
bahan pembuatnya tidak mengandung sama sekali aspal, tetapi sebagai
bahan perekatnya dipakai jenis-jenis damar. Biasanya yang tidak
mengandung aspal itu warnanya cerah (tidak gelap).
Ubin aspal dibuat dalam berbagai warna mulai dari warna hitam coklat
sampai warna agak cerah. Menurut sifatnya, ada ubin aspal yang dibuat
tahan lemak (tidak licin karena eda lemak) dan juga dibuat yang dapat
mengalirkan arus listrik, yang umumnya untuk jenis ini hanya berwarna
hitam.
Aspal biasanya tidak akan dipengaruhi oleh air, dan sedikit dapat
terpengaruh oleh alkali. Beberapa dari jenisnya tahan sekali terhadap alkali,
meski pun alkali itu berupa soda api.
Beberapa dari ubin aspal yang tahan lemak juga tahan alkali.
Bahan-bahan pembuatnya.
Secara garis besarnya, ubin aspal pada umumnya terbuat dari jenis aspaI
keras (yang titik lembeknya tinggi, baik aspal berasal dari alam atau aspal
berasel dari pemurnian minyak bumi).
spal dari basil pemurnian yang cocok ialah dari jenis yang keras, misalnya
hasil dari proses cracking atau oksidasi, seperti blown asphalt.
karena bahan aspalnya keras, maka untuk melembekannya, ia dicampur
dengan bahan lain misalnya minyak pelarut/pengencer, damar, atau ter atau
pek. untuk memperkeras atau untuk menjaga agar ia tidak berobah
(mengalir) maka dipakai bahan pengisi (filler), misalnya asbes, tepung batu
kapur, dan di pakai juga pigmen.
Untuk jenis ubin aspal yang bukan sebenarnya aspal terbuat dari senyawa
hydrocarbon yang berbentuk damar dari hasil cracking minyak bumi. Damar
ini keras karena banyak mengandung senyawa yang tidak jenuh. Dari jenis
ini baik untuk pembuatan ubin aspal yang tahan lemak.
Karena aspal keras ini bersifat kaku dan rapuh, maka sebagai ubin ia harus
depot bersifat agak liat. Untuk itu dalam pembuatannya, dapat dipahi
tambahan bahan misalnya ter dari tumbuh-tumbuhan, minyak lena.
Disamping itu dipekai juga minyak lumas dari minyak bumi.
Cara pembuatan.
Bahan-bahan yang akan dipakai diramu menurut perbandingan yang
tertentu, kemudian digiling dalam suatu alat a.l. dengan mesin gilas Banbury
(mesin penggilas dalam proses pembuatan campuran karat untuk ban).
Karena alat penggilas ini penggilingnya panas, maka campuran tadi pada
waktu digiIas menjadi Iembek, Setelah gilingan bahan ini homogen
dibentuk lembaran lalu dipotong-potong. Lembaran akan Kertas kembali
pada waktu telah dingin suhu ruang.
salah satu resep aspal ubin aspal warna gelap misalnya terbuat dari
campuran aspal minyak aspal alam yang keras (Gilsonite) 40 bagian + 60
bagkan serbuk asbes + 30 bagian bubuk batu kapur, dan ditambah pigmen
(bila diperlukan).
Untuk membuat ubin yang berwarna cerah (muda), dapat dibuat dari damar
tiruan 15-22 bagian + stearin campur minyak creosot 22-16 bagian, tepung
asbes 65 bagian, tepung batu kapur 35 bagian dan pigmen.
Penggunaan damar tiruan (yang juga hasil dari senyawa hydrocarbon
minyak bumi , atau disebut Damar Coumaronc-indene) sangat besar
jumlahnya untuk pembuatan ubin-ubin aspaI ini.
Ubin jenis ini dikenal juga dengan ubin Vinyl (vinyl tile), meskipun
sebenarnya yang disebut ubin vinyl, benar-benar menggunakan bahan
perekat damar tiruan yaitu damar vinyl.
Dengan didapatkannya damar vinyl lni maka jenis ubin aspal agak terdesak,
karena ubin vinyl memiliki kelebihan, yaitu lebih tahan terhadap alkaIi,
lemak, serta warnanya lebih mudah diatur dengan pemberian pigmen, sebab
damar vinyl, merupakan damar yang tidak berwarna.
Persyaratan ubin-ubin aspal, di Indonesia belum ada (karena jenis ubin ini
memang belum dibuat di Indonesia). Persyaratannya a.l. menurut Federal
Standard specification, Amerika Serikat SS-T-306b, sbb :
1. Ukuran :
Harus rata tebalnya,
Harus tepat ukurannya.
2. Ujian sifat fisis :
1). Kelekukan.
Ubin-ubin diuji sifat kelekukan permukaannya, dengan beban antara 2
sampai 30 1b, pada suhu k.1. 25 den 46 C. Pembebanan dilakukan dengan
waktu 1 dan 10 menit. Kekukan yang terjadi akibat beban ini cukup kecil,
tidak melampaui 0.025 inchi.
2). Uji bentur.
Ubin bila dijatuhi beban bentuk bola seberat k.l. 65 gram dengan ketinggian
4 1/2 inch (untuk ubin tipis)
KAYU
Terlihat dari jumlah tersebut diatas,wilayah Kalimantan memiliki potensi
kayu paling besar,sehingga sebagian besar letak industry pengerjaan dan
pengolahan kayu (misalnya kayu lapis,dll) ada di wilayah ini.Dari luas
hutan produksi yang ada (38 juta Ha) memang tidak semuanya dipakai
untuk hutan tanaman industri,artinya kayunya dicadangkan untuk industry
perkayuan.
PENDAHULUAN
Kayu merupakan salah satu bahan yang dipakai manusia untuk memenuhi
keperluan hidupnya,baik sebagai bahan bangunan, alat rumah tangga atau
yang lainnya.Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan telah dikenal sejak
lama.Setiap hari kita dapat menikmati faedah dari keindahan barang dari
kayu,baik dalam bentuk bangunan,alat rumah tangga, perkakas,hiasan,dan
lain lain.Karena kayu merupakan bahan asal alam (tidak dibuat oleh
manusia),yang jenisnya juga banyak serta sifat-sifatnya banyak dipengaruhi
oleh tempat kondisi pertumbuhannya,maka kita perlu mengetahui atau
mempelajari jenis serta sifatnya untuk dapat menggunakannya dengan tepat.
Struktur Pertumbuhan
Pada dasarnya jika kita amati suatu pohon,akan dapat kita bagi menjadi 3
bagian sub system pertumbuhan yaitu:
Bagian Akar
Untuk menyebarkan akar akar ke dalam tanah dan berfungsi sebagai pondasi
dari pohon itu,sehingga cukup kuat untuk berdiri dan tumbuh,menahan
gangguan angin.
Batang Pokok
Bagian Tajuk
Bila kita perhatikan suatu penampang dari sepotong batang pohon, akan
terlihat sebagai berikut :(lihat gambar 2.2.)
1.Kulit
Keliling batang pohon yang paling luar akan diselimuti oleh suatu Lapisan
yang disebut kulit kayu .Pada lapisan kulit ini terdapat dua lapisan, yaitu
lapisan yang paling luar, biasanya berwarna tua, dan seringkali kering,
Lapisan ini sebenarnya nya merupakan sel yang telah mati, dan lapisan ini
ini lepas dengan sendirinya, Lapisan ini merupakan pelindung daripada ada
kulit di bagian dalam. Kulit bagian dalam merupakan lapisan lunak, lembab
dan bersifat seperti spons, bertugas untuk mengangkut getah yang dirubah
oleh daun ke bagian-bagian pohon yang tumbuh.
2 kambium
tebal kayu gubal ini, untuk tiap jenis kayu berlainan, antara 1 atau 20 cm
atau lebih. Ini merupakan yang masih hidup di dalam batang kayu, bagian
Kayu gubal Ini mengandung air dan zat-zat yang diserap dari akar untuk
diangkat sampai ke daun untuk diolah, kemudian dikembalikan lagi ke
bawah lewat kulit dan kambium, untuk dibentuk sel-sel baru. Bila suatu
batang pohon kayu, bagian kulit, kambium dan kayu gubal ini dikerat
melingkari batang pohon, sehingga hubungan air dan zat makanan terputus
, dari akar, maka batang pohon itu akan mati.
4 Kayu Teras
Di bagian lebih kedalam dari kayu gubal terdapat jaringan sel yang
membentuk kayu keras( Hardwood, atau kayu teras), yaitu bagian batang
yang berfungsi untuk memperkuat batang kayu agar Tegar berdiri. bagian
ini merupakan susunan sel kayu yang telah menua, memadat atau mengeras,
lebih keras daripada sel-sel kayu yang terdapat pada lapisan kayu gubal.
Warnanya lebih tua dari kayu gubal, dan karena didalamnya tidak terdapat
makanan, Maka bagian ini bersifat awet. Di bagian ini umumnya merupakan
bagian yang terpenting dari kayu, sebagai bahan yang berguna di dalam
konstruksi bangunan.
Pohon kayu dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang
menghasilkan kayu lunak( soft wood) dan dan yang menghasilkan kayu
keras (hard wood), sebenarnya cara penamaan ini kurang tepat, sebab dalam
kayu lunak juga terdapat bagian kayu yang keras, dan sebaliknya pada kayu
keras, Mas terdapat pula bagian kayu lunak (bagian gubalnya).Pembagian
golongan yang lain, ialah diambil dari jenis daunnya, yaitu pohon kayu
berdaun sempit atau berdaun jarum, dan pohon kayu berdaun lebar .Tetapi
dari pembagian berdasarkan Lebar Daun ini, ini sukar pula kadang-kadang
untuk membedakan kayunya, sehingga terdapat pembedaan berdasarkan
susunan serta sel-sel kayu, yaitu: itu
ada beberapa apa macam sel kayu yang terdapat dalam batang kayu lunak
maupun kayu keras, Tetapi ada juga macam sel kayu yang hanya terdapat di
dalam salah satu golongan kayu .
Pipa Damar
Pipa waktu serat kayu masih muda, serat-serat itu berlekatan satu dengan
lainnya nya, jadi tak ada ruang diantaranya. nya Tetapi setelah berumur
yaitu di gelang-gelang tahun yang sudah lama, serat-serat itu tak berlekatan
lagi, karena ada yang susut, dan timbullah lubang memanjang yang disebut
ruang intersellulair, mula-mula ruang ini hanya berisi udara saja, tetapi
lama-lama akan terisi dengan semacam Damar( resin, Harsa) dan dinamakan
pipa Damar. (Lihat Gambar 2.3a.)
Serat. ini merupakan bagian yang terbanyak pada kayu keras, seperti hanya
tracheid pada kayu lunak. Panjang serat ini kurang lebih 0,6 sampai 3 mm,
dan dinding penampangny nyaa lebih tipis.
“ Parenchym”Serupa dengan kayu lunak yaitu membentuk jari-jari teras, ada
juga yang berarah sejajar batang. Jumlah jari-jari teras pada kayu keras lebih
banyak, jari kayu keras banyak mengandung parenchim daripada kayu
lunak.
Karena kayu keras lebih tinggi tingkat hidupnya daripada lunak, Dia
mempunyai sel-sel istimewa yang disebut Pori atau pipa, yang gunanya
untuk saluran pengangkutan bahan makanan, penampangnya lebih besar
daripada sel kayu biasa. Bentuknya hampir seperti silinder, dan terletak
bersusun ke arah memanjang sejajar arah batang tumbuh. (Lihat Gambar
2.3b)
Jadi perbedaan yang jelas antara kayu lunak dan kayu keras ialah:
pada kayu lunak tidak terdapat Pori atau pipa, tetapi terdapat pipa Damar,
dan sebaliknya, pada kayu keras memiliki pori atau pipa, dan tidak memiliki
pipa Damar.
dengan demikian perbedaan nyata, tidak pada kekerasan kayu, tetapi pada
berpori dan tidak berpori( kayu lunak).
Salah satu dari belahan ini tetap menjadi sel induk, kemudian
membelah diri lagi, dimana sebagian menjadi sel kulit kayu, dan sebelah
lagi menjadi sel kayu
Susunan dari sel ini kurang lebih terdiri dari:
sellulosa 60%
lignin 28%
Dinding sel telur dari sellulosa (C6H10O5)n,Di mana harga n cukup besar
dan tidak sama untuk tiap kayu ( kira-kira ribuan).
Lignin suatu zat organik, tetapi rumus pastinya belum diketahui meskipun
zat ini terdiri dari senyawa aromatis C,H,dan O.
Lignin sudah pula dimanfaatkan, antara lain untuk pembuatan zat penambah
pada adukan beton, yang berfungsi sebagai Water Reducing Agent, yang
dibuat dari limbah industri kertas( Black Liquor).
Gelang tahun akan dapat mudah diamati bagi pohon yang tumbuhnya
terpengaruh oleh musim .Pohon-pohon yang mengalami perubahan
pertumbuhan karena musim, misalnya pohon di udara dingin di belahan
Utara atau Selatan khatulistiwa, dimana pohon ini akan mulai berhenti
tumbuh, pada musim rontok, dan berhenti sama sekali pada musim salju,
lalu baru tumbuh kembali pada musim semi dan panas, gelang tahunnya
jelas sekali. Demikian pula untuk pohon jati, di mana menjelang musim
kemarau akan gugur daunnya, dan tumbuh kembali pada musim hujan,
gelang tahunnya pun terlihat jelas.
Biasanya apabila gelang tahunya tipis-tipis, berarti sel-sel membentuknya
padat sehingga kayunya keras .
2.3.7.Mata Kayu
Di tempat tempat pertemuan antara batang pohon dan dahan atau cabang,
timbul bagian-bagian yang berbentuk bulat atau elips, yang tua warnanya,
yang dinamakan mata kayu (knots,kwats).Setiap pohon kayu( bukan Palma)
selalu ada mata kayunya .
Karena mata kayu ini itu lebih keras, yang berarti tersusun dari sel-sel yang
lebih padat, maka daya serap nya juga lebih kecil, sehingga di tempat ini
akan menyukarkan pula pada pekerjaan pengecatan.
Ada dua keadaan mengenai sifat mata kayu ini, yaitu, mata kayu yang masih
sehat, dan mata kayu yang telah lapuk.
Mata kayu yang sehat, akan tetap melekat dengan baik pada batang
kayunya, meskipun menyukarkan pekerjaan, sedang mata kayu yang Lapuk
atau sudah mati , biasanya lebih memberikan cacat pada kayu, karena,
bagian ini akan mudah lepas dan meninggalkan lubang.
2.3.8. Sifat Sifat Fisis
Berat sebatang kayu banyak dipengaruhi oleh kadar air atau kelembaban
dari kayu itu, karena itu agak Sukar pula bila mem -bicarakan berat jenis
kayu. yang berhubungan dengan sifat mekanik yang lainnya.
Kiranya lebin baik dibicarakan bobot isi (volume weight) atau kepadatannya
(density).
Kepadatan kayu adalah hasil bagi berat kering (kering tungku) dan isi
(vollume) dari sepotong kayu.
Kecacatan kayu tergantung pula dari banyaknya zat dinding sel pada tiap
satuan isi, Kayu yang berserat kasar mengandung sedikit sel tiap satuan isi,
yang berarti pula sedikit kandungan dinding selnya, sehingga kepadatan
rendah.
Dengan demikian pula makin banyak selnya, makin banyak dinding selnya,
makin tinggi kepadatannya, makin tinggi kekuatannya. Sebagai contoh
misalnya kayu gubal dimana susunan selnya masih renggang, atau kayu
yang gelang tahunnya tebal, akan lebih kurang kekuatannya atau lebih
rendah kepadatannya nya, daripada kayu keras, atau kayu yang gelang
tahunnya tipis .
Pengaruh Suhu
Seperti benda yang lain, kayu juga akan mengembang dan atau menyusut
bila terjadi perubahan suhu pada nya.
Tetapi pengaruh suhu, ini tidak terlalu penting bagi kayu, sebab
mengembang dan menyusutnya kayu, sebagian besar disebabkan oleh akibat
perubahan kadar airnya .
Serat kayu yang betul-betul kering, pemuaiannya dalam arah sejajar serat
nya relatif sangat kecil, dibandingkan dengan pemuaian baja, atau benda
lain. Pemuaian tegak lurus serat memang lebih besar daripada pemuaian
sejajar serat, tetapi relatif juga masih kecil.
Dengan demikian pengaruh suhu atas pemuaian atau penyusutan bagi kayu
yang betul kering, dapat diabaikan.
Bahan Lamda
Baja 12 x 10-6
Aluminium 23 x 10-6
Beton 10 x 10-6
Gelas 8 x 10-6
det.cm.Cn
jam. m.Cn
Besi k. = 40 – 50 kg.cal/m.jam.Cn
Seng k. = 95 kg.cal/m.jam.Cn
Kayu kering merupakan daya hantar panas yang buruk bagi arus listrik.
Atau ia dapat dipakai sebagai penyekat arus listrik. Daya hantar listrik
tidak banyak tergantung dari jenis kayu, melainkan sangat dipengaruhi
oleh kadar airnya, Makin tinggi kadar airnya makin baik daya hantar
listriknya, karena atas dasar itu maka dapat dibuat alat pengukur kadar
air dalam kayu, dengan mengetahui daya hantar listriknya. Alat ini,
merupakan alat saku, pakai Battery, di mana arus listrik dari baterai ini
dihubungkan ke pada alat pengukur tahanan listrik melalui kayu yang
akan diukur. Sebagai electroda pengukuran dipakai batang logam
jarum, sebanyak 2 buah, satu sebagai katoda dan satunya sebagai
anoda .
Sifat Hygroskopis
Tabel berikut ini menggambarkan hubungan kadar air dengan sifat dan
pemakaian Kayu pada umumnya .
Pada suhu yang tetap, kayu akan mengembang bila kadar air naik dan
akan menyusut bila kadar air turun .Besarnya pengembangan dan
penyusutan tidak sama untuk semua arah, dimana dibedakan tiga arah
yaitu arah Radial (Menuju ke pusat), arah tangensial (Sejajar arah garis
singgung panjang batang). dan arah axial (Searah dengan panjang
batang ).
Arah Radial 2 – 8%
Untuk kayu jati tergolong kayu stabil,angka angka untuk kayu terasnya
sebagai berikut:
Arah
2,7 % 7% 21,7%
2.5 Menunjukkan penyusutan pada penampang kayu yang akan digergaji, susut
kayu, menyebabkan berbagai cacat, terutama pecah atau retak atau sobek pada
permukaan kayu.
Sifat air menguap dari kayu, maka lapisan permukaan di mana yang banyak
mengandung air air akan menyusut menimbulkan tegangan tarik, Sedang pada
lapisan sebelah dalam yang susunan seratnya lebih padat, menghalangi
penyusutan tersebut, dan bagian ini terjadi tegangan tekan.
Karena kayu tidak tahan akan tegangan tarik pada arah tegak lurus serat, maka
bila tegangan tarik cukup besar hingga melebihi kekuatan serat Maka timbul
retak-retak kecil pada muka kayu.
Air lebih mudah menguap dalam arah sejajar serat, Oleh karena itu pada kedua
ujung batang kayu akan sering didapati retak-retak tersebut .
GAMBAR 2.5
2.3.10. Perubahan Bentuk Kayu Akibat Pengeringan
Perubahan bentuk akibat menguapnya kadar air dari kayu, disebut juga
“ mengerjakan kayu”, disebabkan oleh karena terjadinya tegangan dalam yang
timbul, akibat menyusutnya serabut sel/ serat Setelah air menguap.
Seperti telah ditemukan terdahulu, kayu muda karena selnya lebih besar
daripada kayu tua yang selnya telah lebih tebal dindingnya dan serabut selnya
lebih padat.
Oleh karena itu kayu muda akan lebih besar menyusutnya daripada kayu tua.
Bila Sebatang Kayu basah yang dikeringkan, sekeliling kayu bagian luar akan
menyusut kurang lebih 2 kali lebih besar daripada bagian dalamnya sehingga
pada keliling batang itu terjadi retak-retak. retakan itu sering terjadi tidak
merata tergantung bagian mana yang paling lemah, akan retak lebih besar.
Batang kayu yang tumbuhnya teratur dan intinya ada di tengah, letaknya dapat
teratur, Tetapi bila hatinya tidak terpusat, retaknya tidak merata, Mungkin ada
yang sampai ke hati dari bagian luar kayu itu.
Bila suatu batang kayu yang belum kering digergaji,, dijadikan papan,
terjadinya pecahan akan dapat dikurangi, tetapi penyusutan secara merata akan
tetap terjadi.
Papan papan yang terletak jauh dari hati atau lebih dekat ke kulit, dimana
sebagian besar terdiri dari kayu gubal, akan mengkerut lebih banyak Pak
dimana susutan itu mengakibatkan papan melengkung pada arah lebarnya pada
bagian Sisi yang mengarah ke kulit kayu lihat gambar 2.7.
Untuk mencegah terjadinya hal seperti itu, pengeringan perlu dilakukan secara
perlahan-lahan dan merata.
Untuk mencegah agar pada bagian ujung papan tidak retak atau pecah, dapat
ditutup dengan parafin, mastic, lem, chat atau dipaku pakai seng. pengeringan
cara ini harus dilindungi dari sinar matahari.
Seperti telah dikemukakan di atas, kayu akan berubah, akibat menyerap air dari
udara, bila di sekitarnya udaranya lembab, dan sebaliknya maka kayu di dalam
pemakaian juga akan dapat bekerja dengan sendirinya, karena hal ini sulit
dihindari, untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, perlu diperhatikan cara-
cara penggunaan papan( karena papan ini yang akan paling terlihat
perubahannya) baik untuk daun pintu, itu atau pemasangan pada dinding.
Harus selalu diingat bahwa papan akan melengkung, pada bagian Sisi arah ke
kayu lunak atau arah kulit, atau bagian Sisi kehati melembung.( lihat gambar
2.9 a cara pemasangan papan). Untuk membuat daun pintu, agar papan
lembaran yang dipakai tidak lengkung atau cembung, sebaiknya dipilih papan
yang digergaji dengan arah Radial lihat gambar 2.9 b
Sifat Mekanis
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, kayu adalah bahan alam hasil dari
pertumbuhan. maka sifat kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayunya,
tergantung masa pertumbuhannya/ musim, dan keadaan alam sekelilingnya
nya.
Untuk satu batang pohon saja sifat mekanis kayu berbeda mulai dari bagian
batang pohon, dari bawah ke atas, bagian dahan atau ranting nya, ini semua
akibat pengaruh pertumbuhannya. maka bila dikatakan sifat sesuatu jenis kayu,
adalah a a tidak berarti bahwa bila menggunakan kayu tersebut selalu bersifat
a tadi, di melainkan sifat a itu,Merupakan sifat rata-rata, dari kayu jenis
termaksud.
Selain daripada itu, sifat mekanis sesuatu jenis kayu, juga tidak sama untuk
beberapa arah, di dalam pengetahuan kayu dibedakan menjadi tiga arah sumbu,
yaitu:
Karena sifat mekanis untuk arah tangensial dan arah radikal tidak
banyak berbeda, maka dibedakan arah Axial Dan arah tegak lurus serat(
tangensial dan Radial).
Hal ini dapat kita amati dari bentuk susunan serat serat kayu, yang
tergabung satu dengan lainnya, oleh zat lignin, sedang serat itu
merupakan pipa/ sel .
Sebaliknya bila berkas sel ditarik tegak lurus panjang serat atau
dirobek, maka berkas sel ini akan rusak akibat sel satu dengan lainnya
akan terlepas dari berkasnya. melepaskan berkas ini ternyata lebih
ringan, karena yang merekat sel satu dengan lainnya, adalah lignin.
Demikian pula bila berkas sel itu diberi beban tekanan searah panjang
serat (axial), sel-sel akan mengalami beban dan seolah-olah tidak
ditekuk.Tetapi ia akan sukar tertekuk/ bengkok karena di sampingnya
terdapat sel-sel lain yang menahan Nya sehingga kayu bila dibebani
tekan sejajar serat/axial juga dapat menahan gaya cukup tinggi.
1. Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar serat daripada gaya tarik
tegak lurus serat.
2. Kuat tarik sejajar serat ini, akan lebih tinggi daripada kuat tekan sejajar
serat.
Perbandingan kuat tarik sejajar serat, dengan kuat tekan sejajar serat
kurang lebih 2 atau 2,5 : 1
3. Lebih kuat menahan beban tekan sejajar serat/axial dari pada kuat
tekan tegak lurus serat( tangensial atau Radial)
4. Kayu lebih kuat menanggung gaya geser tegak lurus serat, daripada
gaya geser sejajar serat.
5. Gaya geser yang dapat ditahan tegak lurus serat, sedemikian besarnya
sehingga jarang terjadi kayu patah akibat gaya geser ini ( kecuali bila
serat nya Lapuk ).
1. Kepadatan
Karena kekuatan kayu, akan sebanding dengan banyak serat kayu yang
terkandung, maka makin berat sesuatu kayu biasanya kekuatannya makin
tinggi. Sudah barang tentu anggapan ini didasarkan bahwa faktor-faktor
lainnya, antara lain kelembaban/ kadar airnya sama.
Maka biasanya dalam membagi kayu menurut kelas kekuatannya dihubungkan
dengan kepadatan atau berbagai jenis kayunya, seperti tabel di bawah ini.
Kadar air kayu besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu ,Terutama daya
dukungnya terhadap tegangan tekan sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah
serat. Pengaruhnya terhadap daya dukungnya terhadap tegangan tekuk lebih
kecil.
2. Pengaruh cara dan lama nya pembebanan
Menjadi sifat yang dimiliki kayu, bila beban berlangsung cepat( jangkanya
pendek) Akan semakin besar beban yang dapat didukung nya .
Oleh karena itu kayu merupakan bahan yang baik untuk mendukung beban
jangka pendek, misalnya terjadinya beban karena tiupan angin, beban salju (
yang nantinya akan segera turun meluncur ke tanah) dan lain lain.
Kuda - kuda, menara, hanggar dan lain sebagainya, dimana akan ada gaya
tekanan angin,yang datangnya mendadak, tetapi singkat waktunya.
Lantai,yang dibebani hanya waktu pendek (bukan lantai gudang untuk
menimbun barang).
3. Pengaruh penyimpangan serat
Bila kita amati, misalnya pada suatu balok setelah diberi gaji atau
diserut, akan terlihat bahwa seringkali terdapat serat serat kayu yang
sejajar dengan arah memanjang balok, atau arah serat menyimpang
Tetapi bila, lebih besar dari 0,05 , Kekuatan balok akan berkurang baik untuk
Oleh karena itu dalam memilih batang kayu atau balok untuk konstruksi perlu
diteliti arah seratnya.
1. Pengaruh mata kayu dan cacat lain
Adanya mata Kayu pada batang pohon tak dapat dihindari , dan kita
mengetahui bahwa mata kayu mempunyai pengaruh yang tidak kecil
terhadap kekuatan dan mutunya.
Pengaruh itu tergantung kepada letak mata kayu itu.
Untuk balok yang mendukung momen, apabila letak mata kayu terletak
pada bagian yang tertarik, akan berpengaruh banyak pada kekuatan
Balok itu, bahkan pengaruh itu lebih besar dibanding bila dengan
sengaja dibuat lubang di tempat itu.
Hal ini disebabkan oleh karena mata kayu itu sendiri arah serat
disekitarnya tidak lurus, tetapi membengkok, sehingga arah serat
menyimpang.
Bila letak mata kayu terletak di bagian yang bertegangan tekan
pengaruhnya tidak terlalu besar,( asal mata kayu sehat) sedang jika
terdapat pada bidang Netral, pengaruhnya kecil
Pengaruh mata kayu terhadap gaya geser tidak terlalu besar.
Di samping mata kayu, retak retak susut, yang sering terdapat pada
ujung balok atau pada gelang tahun, pengaruhnya tidak terlalu besar,
tetapi sebaiknya dihindari.
CACAT KAYU
Mata Kayu
Cacat yang agak menyusahkan tetapi sukar dihindari adalah adanya cacat
mata kayu besar atau kecil di dalam kayu.
Yang menyebabkan terjadinya mata kayu ialah cabang yang baru tumbuh
setelah pohon mencapai tinggi tertentu. Cabang itu terdiri dari dua
bagian yaitu bagian yang berada di dalam lubang batang dan bagian yang
berada di luar batang .Terdapatnya cabang di dalam batang ialah cabang
yang tumbuh pada waktu pohon masih kecil kemudian cabang Itu
dipotong, dan kemudian karena pertumbuhan itu membesar, maka bagian
cabang akan tertutup oleh lapisan kayu yang tumbuh kemudian .Cabang
yang ada di luar ialah yang berada setelah batang Itu dipotong, kemudian
dikerjakan lebih lanjut, sehingga bekas cabang itu masih tetap Tertinggal
.
Hal ini akan terlihat jelas bila suatu batang kita gergaji tepat di tengah-
tengahnya, dimana garis cabang ini, terlihat seperti ekor, gambar 2.12.
Tetapi bila pada waktu batang ditebang, cabangnya telah mati, seringkali
pada bekas cabang ini, keropos atau busuk, dan dapat lepas dari kayunya,
meninggalkan lubang, atau Letakkan yang melemahkan batang kayu
tadi.
Dari lubang yang Lapuk inilah dapat terjadi juga pembusukan ke dalam
kayu, karena serangan serangga atau jamur .
Mata kayu yang akibat dari cabang atau ranting, dimana kayunya
berumur lebih muda dari batang pokoknya memiliki penyusutan yang
lebih besar, sehingga terjadi lubang yang retak melingkar .
2.4.2 Kayu Muda.
Pada pohon yang kadang-kadang bagian dalam batang, tidak lagi turut
dalam proses pertumbuhan, kemudian mengering atau mati. Kehilangan air
di bagian ini mengakibatkan penyusutan menimbulkan retakan berbentuk
cincin atau gelang, shingga terlepaslah bagian luar batang dengan bagian
dalamnya.
Retakan ini tidak terjadi pada seluruh Panjang batang, tetapi untuk jenis
kayu tertentu, (misalnya damar, atau casuari) bagian ini justru
membusuk/lapuk, sehingga kayu berlubang ditengahnya.
Pada umumnya serat kayu tersusun atau tumbuh searah Panjang batang.
Tetapi ada beberapa jenis kayu seratnya yang tersusun melilit semacam ulir
sehingga terjadi pertumbuhan terpuntir. Hal ini banyak dipengaruhi oleh
masa pertumbuhan kayu itu sendiri. Misalnya untuk jenis kayu yang selama
tumbuhnya sering tertiup angin, dan selalu mengeliat, maka tumbuhnya
serat kayu akan terpuntir, sebagai reaksi untuk menahan pusaran angin itu.
Dengan sendirinya, kayu dengan pertumbuhan serat terpuntir iytu sukar
dikerjakan, dan kekuatannya juga kurang.
Yang dimaksud dengan ini, ialah bahwa retak hati kayu tidak tepat ditengah
melainkan agak menepi, sehingga pada bagian yang jaraknya lebih pendek
dari bagian luar kayu ke hati akan tersusun dari sel-sel yang padat,
sebaliknya pada bagian lain tersusun dari sel-sel yang agak longgar/jarang.
2.4.8 Pengapian.
Ini merupakan kayu akibat lumut yang menyerang kayu muda sehhingga
berwarna sawo matang, atau agak putih. Penyakit ini dimulai sejak pohon
masih hidupdan prosesnya berlanjut. Penyakit ini banyak terdapat pada kayu
lembek (misal durian). Bagian yang terkena penyakit ini, lapuk dan tidak
punya kekuatan.
Perusakan semacam ini harus dibedakan dengan yang disebut “pelemasan”,
dimana akibat kesalahn penyimpanan kayu basah yang lembab dan
pengeringannya tidak merata.
Seberapa macam kayu karena akarnya membusuk, lalu dimakan ulat atau
hama lainnya, kemudian dapat berlanjut adanya kebusukan yang merambat
ke batang, sehingga dapat terjadi kebusukan pada batang yang dapat
mengakibatkan pula kebusukan teras.
Cacat ini kebanyakan terjadi pada batang yang sudah mati Sebagian lagi
pada batang yang masih hidup. Rayap pada umumnya akan menyerang
pada batang yang telah mati atau kayu kering, terutama yang lunak. Kalua
rayap memakan kayu dengan membawa tanah liat sebagai pelindung
cahaya, tetapi bila bubuk kayu memakan di bagian dalam kayu, sehingga
untuk kayu yang di cat pun dimakan di dalamnya, sehingga meskipun
terlihat utuh, dalamnya telah keropos.
Serangga lain yang merusak kayu ia sejenis kumbang, cacing atau ulat yang
Panjangnya 10 sampai 30 cm.
Disamping itu kumbang ini senang membuat rumah pada kayu yang
lembek, misalnya kayu Djeungjing (albasia) atau kayu cempaka, atau jenis
kayu lembek lainnya. Daya tahan kayu terhadap serangan jamur atau
serangga ini, disebut keawetan kayu”,kekuatan dan keawetan ini telah
dicantumkan antara lain dalam syarat mutu kayu bangunan dalam standar
Industri Indonesia no. 9458-81, seperti terlampir.
PENGAWETAN
Pengeringan kayu gergajian, dapat dilakukan dengan jalan setelah kayu itu
digergaji, kemudian ditimbun di bawah pelindung sinar matahari (dibawah
atap). Penimbunan anatara bagian-gergajian itu harus dites sela-sela kurang
lebih dari 25mm, dan tinggi timbunan diatas tanah dengan jarak kurang
lebih 45 cm.celah-celah anatara bagian gergajian, dibuat dengan
menyelipkan batang kayu tipis atau reng,yang jarak satu dengan lainnya
tidak terlalu jauh untuk mengihindari kelengkungan dari bagian gergajian
itu.
Prinsip kerja dari tungku ini ialah, kayu yang basah disusun jarang (pakai
sekatan) didalam tungku ini, kemudian ke dalam tungku dialirkan udara
lembab dengan suhu yang lebih tinggi daripada suhu di luar. dengan adanya
udara lembab yang bersuhu tinggi, itu maka kelembaban dalam sel Kayu
juga naik suhunya, dan akan bergerak keluar. kemudian udara didalam
tungku itu digerakkan agar ada sirkulasi udara, sehingga kelembaban kayu
sedikit demi sedikit akan terlepas. Selanjutnya, udara lembab di dalam
tungku dikeluarkan, diganti dengan udara lembab yang suhunya tinggi pula.
Demikian Proses ini berlangsung 1 atau 4 Minggu, untuk kayu basah dan
antara 3 atau 10 hari untuk kayu yang sebelumnya setelah dikeringkan di
udara.
Pemanasan tungku tidak boleh dengan udara kering karena terlalu cepat
menguapkan kadar air kayu, yang mengakibatkan kayu retak atau
melenting.
banyak macam bahan pengawet yang banyak dipakai untuk kayu, dan bahan
ini pada umumnya pula beracun bagi manusia.
Untuk tujuan yang praktis, Hanya beberapa saja yang paling sering di pakai,
terutama yang ditekankan kepada sifat-sifat berikut:
beracun bagi serangga pemakan kayu, atau terhadap jamur, sifatnya dapat
permanen, mudah diperoleh, murah atau ekonomis, bersifat dapat
menembus sela-sela kayu, tidak korosif tidak beracun bagi manusia,
binatang atau tumbuhan di sekitarnya, dan tidak mudah terbakar.
Disamping itu sering pula dipertimbangkan bahwa zat pengawet itu, harus
mudah dapat dikerjakan, memungkinkan kayu setelah di awet dikerjakan
lanjutan, misalnya di cat, tidak berbau atau tidak berwarna, tidak
mengurangi kekuatan kayunya.
A. kelompok ter
Jenis ini misalnya adalah terang, creosot, karbol Ineum, yang secara luas
pemakaiannya Baik untuk dipakai impregnasi dengan tekanan, atau tanpa
tekanan (dengan dilaburkan) atau Dicelup panas. Kayu dengan bahan
pengawet ini, sering dipakai untuk konstruksi di luar (konstruksi terbuka),
misalnya untuk pagar, tiang listrik atau telepon, rangka jembatan, atau turap
Kekurangan dari bahan pengawet ini, adalah mudah terbakar, dan kayunya
menjadi sukar dicat.
B. kelompok pengawet larut air
Jenis pengawet ini umumnya tidak berbau dan tidak meninggalkan noda,
sehingga kayu mudah untuk dikerjakan lanjutan serta dapat dipakai untuk
kayu dekoratif. Oleh karena pengawet merupakan bahan yang mengandung
air, maka setelah kayu diawetkan perlu dikeringkan lagi untuk
menyesuaikan kadar airnya dengan pemakaiannya. Biasanya zat pengawet
ini juga tidak menambah sifat mudah terbakar. tetapi kadang-kadang Zat
pengawet ini bersifat racun pula bagi manusia, sehingga cara
penggunaannya perlu hati-hati. sebagai contoh, misalnya zat pengawet terusi
(sulfat tembaga) atau zat pengawet yang mengandung tembaga, krome dan
arsen.
umumnya zat pengawet ini mudah terbakar, karena zat pelarutnya itu yang
memudahkan ia terbakar. Tetapi setelah pelarut ini menguap, maka sifat
kayu kembali seperti biasa, Mudah dikerjakan lanjutan mudah dicat. Karena
pelarut yang mudah menguap itu, kayu setelah diawetkan, tak perlu
dikeringkan
ini adalah kelompok bahan pengawet berupa minyak atau hasil tambahan
dari produk minyak termasuk dalam kelompok ini juga bahan kimia yang
toxic (berbau merangsang) yang dilarutkan dalam minyak pokok dari bahan
kimia toxic ini dialah Pentachlorophenol. Yang dimaksud dengan minyak di
sini bukan saja berasal dari minyak tanah, tetapi juga minyak-minyak
berasal dari Hasil penyulingan kayu, batubara, Atau lainnya.
d. cat dan pigmen pigmen mineral biasanya dipakai untuk membuat cat bagi
Perumahan. pada cat ini dapat dipakai pigmen yang bersifat dapat mencegah
serangan serangga.
papan wol kayu semen “YUMEN” terbuat dari serutan kayu atau pecahan
kayu, ditambah semen (diaduk dengan bubur semen) kemudian dicetak dan
dipress, pengepresan bila tanpa panas, memakan waktu lama satu malam
Tetapi bila menggunakan panas, akan memakan waktu lebih singkat 1 atau 3
jam menunggu sampai semennya mengeras.
Kayu yang dipakai perlu dipilih atau dibebaskan dulu dari zat gula atau
karbohidrat larut, karena jika zat ini tercampur semen, maka semennya tidak
akan mau mengeras. Adakalanya pecahan kayu atau serutan kayu itu, perlu
direndam dulu dengan zat untuk mengikat gula tersebut (yang paling murah
adalah bubur kapur padam).
Papan wol kayu Semen ini, biasanya dibuat dengan ketebalan dan ukuran
yang bermacam-macam. untuk Eropa pemakaian jenis bahan bangunan ini
telah lama, karena dengan bahan itu, merupakan penghematan limbah kayu,
dan sifat Yumen ini cukup tahan api (tidak mudah terbakar) dan memiliki
daya sekat panas atau suara yang baik.
2.1.3 Papan partikel kayu (particle board)
bahan ini dibuat dari serbuk atau pecahan kayu dicampur atau tanpa Damar
perekat kemudian dipres di bentuk lembaran ukuran 1200 x 2400 mm atau
ukuran lain. ketebalan biasanya bervariasi mulai dari 9 mm sampai 40 mm
papan jenis ini memiliki kekuatan lentur yang cukup baik serta memiliki
daya sekat panas bila pada pembuatannya tidak menggunakan perekat atau
sedikit perekatnya maka sifat papan ini tidak tahan lembab karena menyerap
air akan membengkak kemudian hancur untuk yang menggunakan perekat
tanah air lebih tahan lembab, Meskipun demikian pemakaiannya tidak di
tempat yang berair pada umumnya ia terbuat dari kayu lunak atau limbah
kayu atau dari serbuk gergaji.
hardboard
softboard
Benda ini dibuat dari bubur kayu, yang tanpa diputihkan. Bila bubur kayu
diputihkan, akan menjadi bubur kayu disebut Pulp dipakai untuk pembuatan
kertas pada umumnya bubur kayu tadi ada yang dicampur dengan perekat
dan ada yang tanpa perekat. untuk membuat lembaran yang keras dan tahan
air atau harboard dipakai bubur kayu dicampur perekat bubur kayu itu
dihamparkan di atas suatu lembaran berjalan semacam konveyor yang
terbuat dari kawat kasa untuk meniriskan air yang ada dalam bubur Setelah
air meniris, ketebalan bubur kurang lebih 2 atau 5 cm (tergantung ketebalan
hardboard yang akan dibuat) kemudian panjang lembaran bubur tersebut
dipotong arah memanjang (menurut ukuran yang dikehendaki) biasanya
berukuran 2.400 atau 3.600 mm.
Potongan bubur ini dipindahkan ke alat bentuk alat-alat lalu di press dengan
tekanan tinggi ketebalan lembaran antara 3 atau 6 mm.
Keluar dari alat pres ini, biasanya 1 mesin press dapat memuat 10/20
lembaran, sudah berbentuk lembaran hardboard untuk membuat yang
disebut super hardboard setelah lembaran tadi diperas yang pertama masih
harus dilalui ruangan dengan pemanasan, di mana lembaran dalam ruangan
ini, dilakukan melalui penggiling roll sehingga mencapai kepadatan tertentu.
LOGAM
PENDAHULUAN
pemakaian logam dalam teknik sipil cukup banyak dan beraneka ragam,
mulai dari pemakaian sebagai suatu struktur utama sampai hanya untuk
bantalan untuk sebagai alat bantu penguat. untuk struktur utama penggunaan
besi tuang dan besi tempa telah diganti dengan baja gilas, dan untuk
kepentingan yang terbatas digunakan logam paduan aluminium tempat.
Logam murni bersifat relatif lunak dan lemah serta jarang dipergunakan
secara umum, kecuali dalam pemakaian yang membutuhkan konduktivitas
listrik yang tinggi atau tahan terhadap korosi.
Pada umumnya, logam dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu:
logam besi (ferrous metal), dan Logam bukan besi (non ferrous metal),
logam besi: suatu logam yang elemen pembentuk utamanya adalah besi (Fe)
misalnya besi tulang dan besi tempa, baja.
logam bukan besi: logam yang elemen utamanya bukan besi (Fe) kalau
misalnya aluminium, tembaga timah putih, timah hitam (pb) nikel, perak,
emas, platina, dll.
Pokok-pokok pembuatannya.
Secara umum menurut cara yang dilakukan pada waktu ini, ada 4 tahap
pengerjaan untuk menghasilkan sebagian besar jenis logam yang kita dapati,
ialah:
a. penambangan terbuka
pada umumnya jenis Tungku yang dipakai adalah yang disebut tanur
tinggi/dapur tinggi, (Blast furnace). Sebagai bahan bakar untuk tungku ini
dipakai Kokas, arang kayu atau batu bata keras (antrasit). Tetapi yang
umum adalah menggunakan kokas. Sebagai bahan penolong, dipakai batu
kapur, yang nantinya akan berguna untuk mengikat Kotoran Kotoran pada
besi, menjadi kerak (slag). di samping itu, untuk sempurnanya proses
peleburan bijih, sebagai pembantu dalam pembakaran diperlukan pula udara
panas. Sehingga tungku tanur tinggi ini, dilengkapi juga dengan generator
gas (pemanas udara). bijih besi, Kokas, dan batu kapur dimasukkan
(diisikan) ke dalam tungku dari bagian atas (sampai penuh). di mulut atas ini
ada tutup Tungku yang ganda. udara bekas pembakaran dari bagian atas
tungku dikeluarkan dengan tarikan atau akibat dari semburan udara di
bawah.
pemakaian tanur tinggi untuk membuat besi kasar merupakan hal atau cara
yang paling umum, di dunia. tetapi untuk itu diperlukan bahan bakar yang
khusus yaitu Kokas yang terbuat dari batu bara mutu tinggi (antrasit). cara
lain yang sedang dikembangkan pada waktu ini ialah dengan cara reduksi
langsung dengan menghasilkan “besi sponge”. peristiwa terbentuknya besi
spong sebenarnya juga terjadi di tanur tinggi, sebagai proses antara sebelum
bahan menjadi besi kasar sehingga cara ini memang telah diketahui waktu
mengembang Proses tanur tinggi. proses pembuatan baja di Indonesia, yang
dilakukan oleh PT Krakatau Steel, membuat besi kasar dengan proses besi
sponge dulu tanpa tanur tinggi melainkan menggunakan retort reduction
process. sebagai bahan bakar dipakai gas alam. besi sponge hasil reduksi
bijih besi pellet dilebur lagi dalam tungku listrik menjadi baja selap, untuk
kemudian digiling menjadi berbagai bentuk.
bila pendingin besi tulang lambat, maka pembentukan kristal menjadi besar
lebih besar dari normal, serta grafik akan lebih Tersisih keluar membentuk
kepingan-kepingan dan mengangkat kristal itu satu dengan lain. karena
kepentingan grafit ini rapuh maka besi tuanya menjadi Regas. grafit bebas
ini juga menyebabkan warna dari besi tuang menjadi gelap dan disebut besi
lunak kelabu. makin besar jumlah karbon dalam besi itu, maka makin besar
juga jumlah grafitnya.
dibuat dengan cara mendinginkan cepat cairan besi tuang, sehingga hampir
semua karbon menjadi larutan padat sebagai karbida dan sedikit saja yang
menjadi grafit, karena karbida bersifat keras, maka besi tuang putih juga
jelas sifatnya dan rapuh dengan demikian apabila pada pencetakan besi
tuang bagian dalam cetakannya atau seluruh cetakannya, didinginkan atau
dimungkinkan untuk menyebabkan besi tuang yang cair, cepat mengeras,
maka akan dihasilkan barang cetakan besi tuang putih.
Besi tempa
apabila besi tuang yang dibuat memiliki kadar 2 a 3% karbon 1% si: 0,5%
Mn dan 0,1 sampai 0,2% fosfor dan sulfur bila dicetak akan menjadi besi
Tulang Bawang Putih. Bila besi tuang ini dipanasi kembali pada suhu k. l
870 derajat Celcius selama 24 a 48 jam karbida nya akan berangsur-angsur
berubah menjadi karbon yang berbentuk butir-butir tidak menjadi kepingan.
hal ini disebut karbon tempering. bila peristiwa ini dilanjutkan tidak
terputus, hasil akhirnya akan memberikan besi tuang yang mengandung
butir karbon diantara kristal besi, dan besi tuang tersebut dapat ditempa,
atau disebut juga besi tempa verities. besi tuang macam ini memiliki kuat
tarik 50.000 psi, 20% Mulur, 35.000 psi vield strength.
Besi tulang ini dibuat sewaktu berada dalam keadaan membeku dengan
menyuntikkan ke dalam masa cair itu magnesium atau cerium. akibatnya
ialah karbon akan berpisah membentuk butiran membulat. besi tuang liat ini
tahan terhadap kejut dan modulus elastisitetnya tinggi. kuat tariknya k.l.
70.000 psi, mulus 10% dan kekerasan brinell k.l. 200.
untuk mendapat sifat besi yang lebih seragam, besi kasar hasil tanur tinggi
atau besi spong diolah lagi dalam tungku macam tanur tinggi tetapi kecil,
disebut tungku “kupola”. umpan tungku ini ialah besi kasar, atau sponge
tambah besi tua tambah Kokas dan batu kapur. jadi cara Kerjanya hampir
seperti tanur tinggi hanya tunggu ini tanpa menggunakan tungku pemanas
gas. udara dari luar langsung diembuskan dari bagian bawah tungku. Kokas
berfungsi sebagai bahan bakar serta sumber CO atau CO2 yang sebagian
juga sebagai gas reduksi, batu kapur sebagai fluks (bahan pencair) serta
untuk mengikat kotoran dari besi kasar atau skrap, Sedang besi skrap untuk
mengontrol susunan besi tuang yang dihasilkan titik pembakaran yang
terjadi di bagian perut tungku ini akibat dihembuskannya udara ke dalam
perut tungku (pada waktu mulai, dibagian perut ini diberi bahan bakar yang
mudah terbakar lebih dulu). maka Kokas akan terbakar, dan mencairkan besi
kasar, baja sekrup dan batu kapur.
2.3.4 Besi tuang dengan kadar karbon rendah dan dapat ditempa (wought
Iron).
besi ini agak lain dengan tuang biasa, Karena dibuatnya terak lain. ia dibuat
dari campuran besi murni dengan silikat terak. besi kasar dicairkan di dalam
tungku kupola, kemudian dimurnikan dalam tungku bessemer. untuk
mendapat besi murni yang ingin ketemu tinggi kemurniannya Besi murni
yang masih dalam keadaan cair pada suhu k. l. 1550 derajat Celcius
dicampur dengan gerak silat silikat yang susunannya telah diketahui atau
dibuat. suhu terkini k. l. 1315 derajat Celcius. Karena suhu tetap lebih
rendah maka mengakibatkan besi cara membekukan dan dalam pembukuan
ini teraknya terjebak di dalam besi itu. besi menjadi agak keropos (spongy).
Proses selanjutnya ialah besi digilas dan ditekan. akibat pekerjaan ini
kelebihan terak akan keluar. hasil gilas Pesan Terakhir, besi terbentuk besi
batangan billet. terak yang berada di dalam sini tersebut terbagi sedemikian,
merupakan sisipan di antara besi.
Liat dari besi ini tinggi, sifat liatnya arah memanjang lebih baik daripada
arah melintang, Meskipun demikian sifatnya Liatnya lebih rendah daripada
baja. besi tuang ini wought Iron, Mudah dikerjakan dalam keadaan dingin di
tempa, digilas atau di Las. ia dipakai untuk membuat pipa, baya gelombang,
batangan besi atau kisi-kisi besi.
cara ini ditemukan oleh orang Inggris bernama bessemer, th. 1855. alat
pengolahannya disebut converter, maka Nama lengkapnya adalah converter
bessemer. disebut converter karena alat ini dipakai untuk mengubah susunan
besi kasar, menjadi besi atau baja yang dapat ditempa. lapisan converter
Bessemer ini terbuat dari bata tahan api silika sehingga bersifat asam maka
proses bessemer disebut juga Proses asam. campuran besi kasar + baja
bekas scrub diisikan ke dalam tungku ini, atau besi kasar itu masih dalam
keadaan cair. lalu udara dengan tekanan tinggi dimasukkan melalui bagian
bawah tungku. Dengan demikian maka akan terjadi pembakaran. kelebihan
karbon akan terbakar. kekuatan kekurangan Mn, si, Atau lainnya
ditambahkan dalam proses ini, sehingga didapat susunan besi Yang
mengandung elemen tertentu, yang disebut baja.
kelemahan dari proses bessemer ialah pospor dalam besi tidak dapat Di
reduksi karena ia tidak dapat jadi terak, sebab lapisan tungku bersifat asam.
kedalam converter ini tidak dapat dimasukkan batu kapur sebagai
pembentuk terak karena dinding asamnya, (Si02) yang akan membentuk Ca
Sa03 mengikis dinding tungku.
Tungku ini ditemukan oleh Piere Martin th 1865 dan dikembangkan secara
komersial mulai 1870. tungku terbentuk dari kuali dangkal terbuat dari bata
tahan api ukuran k. l. 5 x 11 meter dengan kedalaman 1/3 m. kurang lebih
150 a 250 ton bahan besi dapat dicairkan di sini. api pembakaran
disembuhkan dari samping ke bagian atas masa yang dicairkan umpan yang
dimasukkan adalah besi kasar, baja sekrup dan batu kapur. Tungku ini
dilengkapi dengan ruang pemanas gas checker, sehingga udara yang masuk
untuk pembakaran telah panas. proses pencairan baja ke, k. l. memakan
waktu 7 a 10 jam. dengan tungku macam ini, pengawasan lebih mudah
karena pengambilan contoh untuk diperiksa mudah, menambah kekurangan
bahan yang diperlukan juga mudah serta mudah diaduk. hasil peleburan
memberikan baja yang homogen berkadar fosfor rendah dan belerang
rendah. dengan tungku ini dapat dipakai sekrup yang jumlahnya sampai
80%. tergantung pada lapisan tungku dengan tungku Martin ini dapat
dilakukan proses asam atau proses basa.
Kekurangannya :
- Biaya opersional mahal.
- Harga perlengkapan tungku tinggi.
2.4.2 Tembaga
Temabga dipakai dalam keadaan murni sebagai bahan utama dalam industry
listrik, meskipun kini agak tergeser oleh almuniun. Cara mengeluarkan
tembaga dari bijinya, untuk yang sulfida biasanya dengan proses flotasi
untuk mempertinggi kadar tembaga pada biji kemudian diproses dengan
peleburan atau dengan cara leaching.
Sifat tembaga dan penggunaannya ialah dengan berat jenis 8,9 titik lebut
antara 1070-1093oC. Sifatnya ialah tembaga murni lunak, kuat tarik 2000
kg/cm2 hantaran listriknya. Pemakainan sebagai bahan hantaran listrik, alat
solder, pipa spiral pendingin, kerajinan tangan. Disamping itu sebagian
banyak dibuat tembaga paduan dibuat kuningan atau perunggu.
2.4.3 Nikel
Nikel punya sifat keras dan magnetis. Biji nikel dialam ada dua bentuk yaitu
sulfida dan silikat. Biji sulfide mengandung lebih banyak Ni daripada
silikat. Setelaha biji diproses pendahuluan dipecahkan digiling, dipanggang
lalu diproses, dilebur atau proses hydrometalurgy. Dengan berat jenis 8.9,
titik lebut 1458oC, kuat tarinya dianiling 400-500 N/mm2 di roll 700-800
N/mm2, sifatnya kuat, liat, tanah korosi, pengunaan ialah terutama sebagai
pelapis logam, unsur paduan, untuk meningkatkan kukuatan, sifat mekanik
dan tanan korosi.
2.4.4 Seng
Seng dialam terdapat sebagai bijih seng (sink blende) sulfide ZnS atau
karbonat Zn C03. Cara pemerniannya dua cara yaitu cara electrolisa dan cara
electroclisa, bijih seng dilarutkan dalam asam sulfat, menjadi Zn S04.
Dengan berat jenis 7,1, kuat tarik dituang 30 N/mm2 Dipress (ditekan) 140
N/mm2, sifat lunak, ulet, kuat tarik rendah (rapuh), tanah kororsi karena
lapisan oksidanya melindungi oksida lenih lanjut, penggunannya ialah
sebgai bahan pelapis logam (galvanisasi seng), untuk melindungi kororsi,
sebgai bahan paduan logam, paduan kuningan.
Bijih timbal didapat dalam bentuk sulfida PbS atau Galena, bentuk karbgnat
PbC03 atau Cerusoite', bentuk sulfat PbS04 atau Anglisite. Kadang-kadang
bijih timah hitam ini lebih banyak mengandung seng, sehingga disebut bijih
seng-timbal. Proses pemurnian ada 3 macam, tetapi yang satu macam yaitu
proses reduksi dengan besi sulfir sangat rumit. Dua proses lainnya ialah,
proses reduksi. udara, didahului dengan pemegangnya, menghasilakan
timbal, dan oksida belerang. Proses ini sudah 1ama dipakai dalam proses ini
terjadi reduksi antara PbS dengan Timbal Sulfat atau oksid. Pada cara yang
lain, reduksi dengan Carbon non-oksida, atau karbon saja. Bijih dipanggang
dulu, lalu di sinter. Setelah itu hasil sintering dilebur dalam tungku pelebur
semacam tanur tinggi. Suhu mencapai 700 sd 800oC. Dengan Berat jenis
11,3, Titik lebur 328oC, Kuat tarik : 15 a 20 N/mm2, Sifatnya lunak, ulet,
tahan terhadap korosi. Dengan Penggunaan sebagai, Pelindung kabel listrik,
Kisi-kisi plat akumulator (batery). Pelapis pada industri kimia, terutama
terhadap H2S04, Dasar pada pembuatan paduan untuk solder, Dalam bidang
teknik nuklir, dipakai sebagai penyekat radiasi sinar X atau sinar Gama.
Sifat penting
3.1.1. Komposisi
Berdasarkan komposisi baja paduan dibagi lagi menjadi :
- Baja tiga komponen : terdiri satu unsur pemadu dalam penambahan Fe dan
C.
- Baja empat komponen : terdiri dua unsur pemadu dst. Sebagai contoh baja
paduan kelas tinggi terdiri : 0,35%c, 1%Cr, 3%Ni dan 1% ho.
3.1.2. Struktur
Baja paduan diklasifikasi kan berdasarkan :
l: Baja pearlit
2. Baja martensit
3.Baja austenit.
4. Baja ferrit.
5. Baja karbid atau ledeburit
Baja pearlit (sorbit dan troostit), didapat jika unsur-unsur paduan relatif
kecil maximum 5 %. Baja ini mampu dimesin, sifat mekaniknya meningkat
oleh heat treatment (hardening & tempering).
Baja martensit, unsur pemadunya lebih dari 5 % sangat keras dan sukardi
mesin.
Baja austenit, terdiri dari 10 - 30 % unsur pemadu tertentu .(Ni,Mn atau Co)
Misalnya : Baja tahan karat (Stainlees Steel), nonmagnetic dan baja tahan
panas (heat resistant steel).
Baja Ferrit, terdiri dari sejumlah besar unsur pemadu (Cr, W atau Si) tetapi
karbonnya rendah. Tidak dapat dikeraskan. Baja Karbid (1edeburit), terdiri
sejumlah karbon dan unsur-unsur pembentuk karbid (Cr, H, Mn, Ti, Zr).
3.1.3. Penggunaan.
Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya, baja paduan diklasifikasikan :.
- Baja konstruksi (structural stee1)
- Baja perkakas (tool steel)
- Baja dengan sifat fisik khusus
Baja konstruksi, dibedakan lagi menjadi tiga golongan tergantung
persentase unsur pemadunya, yaitu :
- Baja paduan rendah (maximum 2%)
- Baja paduan menengah(2- 5%)
- Baja paduan tinggi (1ebih dari 5%)
Sesudah di heat treatment baja jenis ini sifat-sifat mekaniknya 1ebih baik
daripada baja karbon biasa.
Baja Perkakas, dipakai untuk alat-alat pemotong, komposisinya tergantung
bahan tebal benda yang dipotong/disayat kepada kecepatan potong, suhu
kerja. Baja perkakas paduan rendah, kekerasannya tak berubah hingga pada
suhu 250oC. Baja perkakas paduan tinggi, kekerasannya tak berubah hingga
pada suhu 600oC. Biasanya komposisinya terdiri dari 0,8 % C, 18% W, 4 %
Cr, dan 1 % V. Ada lagi terdiri 0,9% C, 9 % w, 4 % Cr dan 2- 2,5 % v.
Baja denqan sifat fisik khusus, dapat dibedakan sebagai berikut :
Baja tahan karat: 0,l.- 0,45% C ; 12- 14% Cr.
Baja tahan panas: 12- 14 % Cr tahan hingga suhu 750 – 800o C
15 - 17 % Cr tahan hingga suhu 850 – 1000oC
Baja tahan pakai pada suhu tinggi.
23% - 27% Cr, 18 - 21% Ni, 2 - 3 % Si
13% - 15% Cr, 13 - 1151% Ni
21% -2,7% W, 0,25 - 4% Mo, 0,4 - 0,5 % C
Baja paduan istimewa iainnya terdiri 35- 44 % Ni dan 0,35 % C, memiliki
koefisi
pemuai yang rendah yaitu :
Invar : memiliki koefisien muai sama dengan nol pada suhu 0 - 100%C.
Digunakan untuk alat ukur presisi.
Platinite : memiliki koefisien muai seperti glass, sebagai pengganti platina
Linvarn : memiliki modulus elastisitet tak berubah pada suhu – 50oC sampai
100oC. Digunakan untuk pegas arloji"dan berbagai alat ukur fisika.
Tujuan potong :
Tujuan potong digunakan untuk alat-alat potong yang beroperasi sampai
suhu 1000
1200oC. Tidak dapat dimesin secara biasa. Diproduksi dengan dua cara :
Casasting cutting alloys atau stellites, terdiri dari sejumlah besar cobalt dan
wolfram, memiliki kekerasan (HRc = 60 - 65) dan mencair pada suhu tinggi.
Batang-batang tuangan paduan ini dengan ketebalan 5 - 10 nm digunakan
untuk memperkers permukaan dengan disambung pada ujung alat-alat
potong untuk meningatkan umur (1ama pemakaian).
Cemented carbides, dibuat dari campuran powder (serbuk) wolfram dan
titanium carbide dan cobalt yang disatukan secara proses powder
metallurgy. Kekerasannya mencapai lebih dari 85 HRc dan tetap keras
hingga suhu 1000oc.
Wrought bronze, terdiri dari paling tinggi. 6 % Sn dan casting bronze lebih
dari 6 % Sn.
Special bronze, yaitu paduan dengan dasar tembaga dicampur Ni, Al, Mn,
Si, Fe, Be, dll.
A1uninium bronze, terdiri dari 4 - 11 % A1, mempunyai sifat-sifat meka nik
yang tinggi dan tahan korosi serta mudah dituang.
Bronze dengan penambahan besi dan nikel memiliki kekuatan mekanik
yangtinggi, tahan panas, digunakan untuk fitting dapur dan bagian-bagian
mesin yang permukaannya bersinggungan.
Gunmetal, yaitu perunggu dengan penambahan seng.
Phosphor bronze, terdiri dari + 95 % Cu, 5 % Sn dan 0,2 % P, digunakan
untuk saringan kawat, koil dan pegas pelat.
Si1ikon bronze, memiliki sifat-sifat mekanik yang tinggi, tahan aus, dan anti
korosi dan mudah dituang maupun dilas.
Bery11ium bronze, memiliki sifat mekanik yang tinggi tahan korosi, tahan
aus dan ductil. daya hantar panas/1istrik yang tinggi.
Monel, komposisinya 31 % Cu, 66 % Ni, 1,35 % Fe, 0,9 % Kn dan 0,12 %
C sifat tariknya bagus dan ductil, tahan korosi dalam air laut dan larutan
kimia.
4. KLASIFIKASI BAJA.
Yang disebut baja biasanya besi dengan kadar karbon kurang dari2%. Ia
dapat dibentuk menjadi berbagai bangun, dengan cara pembentukan
mekanis yang bermacam-macam. Dalam perdagangan terdapat banyak
macam/tingkat baja. Untuk dapat-memilih-dengan baik macam atau jenis
baja yang akan dipakai maka perlu diketahui, bagaimana baja itu
diklasifikasi (dibeda-bedakan).
Ada 4 cara, dimana--baja dibedakan ialah :
I. Pembedaan menurut paduannya :
a. Baja tanpa paduan, atau plain carbon stee1.
b. Baja paduan rendah
c. Baja paduan sedang
d. Baja paduan tinggi
II. Pembedaan menurut sifat baja didalam penggunaan :
a. Baja yang dikerjakan dalam keadaan dingin.
b. Baja yang dipakai dalam pekerjaan panas.
c. Baja yang dipakai untuk putaran atau kecepatan tinggi.
d. Baja yang dicetak plastis.
III. Pembedaan menurut cara pencelupan setelah mengalami proses
pengerasan :
a. Baja dicelup air
b. Baja celup minyak
c. Baja didinginkan udara (air quenched)
0,2 - 0,10 : Paku, alat pemadat, bahan untuk mengelas, kawat paku
keling.
0,10 – 0,20 :Bahan-bahan yang mudah dipotong, bahan-bahan yang
dikarburisir, baja struktur, baut untuk beban tinggi.
0,20- - 0,30 : Kam-kam, batang kam, roda gear yang dikarburisir, baja
struktur, batang engkol dan batang ungkit.
0,4 – 0,4 : Baut yang di heat treatment, skrup, paku keling, poros,
baja mangan yang dapat dipotong bebas, bagian-bagian
mesin ,d1l.
0,4 – 0,5 : Suku cadang yang mendapat perlakuan panas, poros,
baut, batang kam, baja karbon tempa, gear, adaptor.
0,5 – 0,6 : Gear-gear yang diperkeras dengan minyak.
0,6 – 0,7 : Laock washer, cetakan yang ditempa, obeng, kunci
pemutar sekrup/baut, baja untuk alat dengan karbon
rendah.
0,7 – 0,8 : Kunci-kunci (pas socket, kunci inggris), palu, baja
untuk alat dengan kadar.karbon sedang.
0,8 – 0,9 : Baja untuk alat pertanian, pisau, pegas, pahat, baja
untuk mengebor batu, kawat baja untuk alat musik.
1,00 – 1,10 : Lempeng untuk bajak, pegas, pisau, cetakan (dies).
Bola baja untuk bearing, baja bor, alat pahat, pemo -
tong, alat untuk tap.
1,10 – 1,20 :A1at pemotong, sama dengan diatas ini.
1,20 – 1,30 :Kikir dan alat potong.
1,30 – 1,40 :Gergaji, alat-alat bor, alat instrumen.
Penggunaan baja untuk teknik sipi1, yang pada umumnya berupa baja
konstruksi atau baja prodil, baja tulangan beton, baja/kawat pratekan,
kandungan karbonnya dapat bervariasi, mulai dari 0,10 % sampai dengan
0,5 %. Untuk baja pra tekan, dapat mencapai 0,9 %. Yang penting disini
bukan ditinjau dari kadar karbonnya saja, tetapi kekuatan tarik yang dapat
dicapai baja konstruksi itu, serta regangan akibat tarikan.
dengan satuan MPa atau Kg/cm2. Pada beban yang lebih tinggi, sehingga
tegangan juga 1ebih tinggi, akan terjadi pergeseran atom-atom pada suatu
bahan (terutama 1ocam), dan bila terjadi regangan yang melampaui batas
elastis (regangan elastis terlampaui), maka regangaan tetap dan tidak
mampu balik, meskipun bebannya dilepaskan.
Regangan tidak mampu balik ini disebut "regangan plastis" atau plastic
strain. Bahan yang mengalami regangan plastik, setelah mendapat beban,
bentuknya akan berubah. Keadaan semacam ini biasanya dipakai juga dalam
pembentukam bahan 1ogam, misalnya pada waktu menggilas atau mengerol
plat baja dalam keadaan dingin. Pada prakteknya delam pemakaian bahan
logam, terutama dalam bidang konstruksi sipil, selalu dihindari terjadinya
deformasi plastik, sehingga perhitungan desain dilandaskan pada tegangan-
tegangan di daerah elastis, atau disebut daerah "proporsiona1".
KEKUATAN BAHAN
beberapa hal yang telah dibicarakan dalam “deformasi bahan” adalah menyangkut
sifat kekuatan bahan. Bagi bahan plastis, terdapat 3 macam tegangan, yaitu :
a. Tegangan, dimana bahan masih dalam keadaan elastic
b. Tegangan, maksimum sampai bahan mencapai kekuatan tertinggi atau
tegangan plastis
c. Tegangan patah/ putus, dimana bahan rusak/putus
KEKERASAN
Kekerasan ialah ketahanan bahan terhadap besarnya gaya yang dapat menembus
permukaan. dalam pengukuran kekerasan ini, terutama untuk bahan logam, ada
beberapa cara standar yang biasa dipergunakan :
a. Kekerasan Brinell
b. Kekerasan Rockwell
c. Kekerasan Vickers
d. Cara uji dengan alat Shore (Shore Hardness Tester)
e. Kekerasan Poldi (Poldi Hammer)
f. Cara uji yang lain misalnya dengan Ultrasonic, uji dengan goresan pakai
mineral dengan membandigkan kekerasan mineral itu dengan benda yang
diuji.
Kemudian bagian atas (sisi lain) dari benda uji atau batang tera dipukil
dengan palu.
Akibat pukulan pau ini, bola baja akan memberikan takikan baik pada
batang tera maupun benda uji.
Di samping cara uji diatas, terdapat juga cara uji kekerasan, misalnya
dengan utrasonik,uji dengan goresan pakai mineral dengan membandingkan
kkerasan mineral itu dengan benda yang diuji. Uji kekerasan goresan ini
misalnya dengan mineral moh, dimana intan diberi angka 10.
Untuk benda yang lunak (biasanya bukan logam) misalnya karet atau
plastic, dipakai alat uji durometer.
Ketangguhan (toughness).
Sifat ketangguhan logam atau baja, diketahui dengan cara menguji dengan
pukulan mendadak (impact), kemudian mengukur energy yang di serap oleh
benda uji. Makiin rapuh makin kecil ketangguhan dan makin kecil pula
energy yang di serap, atau sebaiknya.
Cara pengujian ini, dikenal dengan pengujian “pukul takik”, sebab benda
yang diuji pukul itu diberi lubang/celah takikan.
Ada 2 cara uji ini ialah cara menurut charpy dan menurut izod.
Pada cara charpy, benda uji berbentuk balok kecil ukuran 10 x 10 x 55 mm.
Pada bagian tengah benda uji pada salah satu sisi panjangnya, diberi takikan
bentuk V dan bentuk U. pada takikan bentuk V, dalamnya 2 mπ dan ujung
takikan bergaris tengah 0,5 mm (atau r = 0,25) sedang bentuk didalam
takikan k.l.5mm.
Benda uji ditumpu pada 2 landasan dan jarak landasan 40 mπ. (lihat
GB.5.19 ).
Pada cara izod, batang uji panjang 75 mπ dan takikan berjarak 28 mm dari
salah satu ujung batang. Pada pengujiannya bagian batang yang lebih
panjang dijepit, sedang batang yang dipukul ialah jarak takikan ke panjang
28 mπ. Cara pengujian ketangguhan (toughness) menurut charpy, paling
banyak dipakai, dan standat cara ini seperti tercantum dalam SII 0328 – 80.
Pengujian sifat logam atau baja telah semua tersebut diatas yaitu kuat
tarik,kekerasan, ketangguan, kadang-kadang kuat lentur atau kuat tekan
(untuk besi tuang atau tembaga).
Sebagai tinjauan dari sifat-sifat logam atau baja terutama bagi tehnik sipil
yang sering menggunakan untuk konstruksi sipil yang penting diingat ialah :
1. Bahwa logam/baja bila diberi beban akan berubah bentuk atau akan terjadi
deformasi.
2. Deformasi yang terjadi ada dua tahap yaitu :
Deformasi elastis, dimana regangan mampu balik.
Deformasi plastis, regangan tidak mampu balik.
3. Pada batas deformasi elastic, akan tercapai titik luluh ( yield point ) dimana
pada titik ini batas dari regangan luluh (yield stress). Sampai batas ini,
penampung benda tidak berubah.
4. Bila batas tegangan luluh dilampaui, karena beban ditambah (dinaikan),
diformasi plastis terjadi, diikuti oleh mengecilnya (menggentingnya)
penampang benda, sampai dicapai pembebanan tertinggi yang kemudian
beban turun dan benda putus/rusak.
Beberapa cara telah disebutkan pada tiap butir cara uji diatas (uraian
terdahulu).
Standar cara uji lentur besi tuang kelabu, seperti pada SII 0399 – 80
5.5.2. sifat fisis yang lain
Logam atau baja sebagaimana bahan lain bila terkena panas akan memuai.
= dT
Koefisien hantar panas juga tergantung pada suhu, tetapi berlainan dengan
koefisien muai panas. Koefisen hantar akan berkurang bila suhu naik.
Q = k
Atau =k( )
Dengan mengetahui tahan listrik, orang teknik dapat besarnya aarus I dalam
ampere atau daya listrik P yang dapat disalurkan melalui bahan itu.
Dari sifat-sifat tersebut diatas ini ( muai panas, hantar panas dan tahan
listrik) beberapa jenis logam, nilai dari harga sifat tersebut seperti tercantum
daam tebel berikut :
5.6 PENJELASAN (WELDING)
Cara menyambung dengan las lebih berkembang akhir-akhir ini, karena cara
ini dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan hasilnya memuaskan,
meskipuun dengancara ini struktur logam yang dias berubah sifatnya, akibat
panas yang terjadi pada waktu pengelasan.
Definisi.
Las elektrodaa terbungkus, las busur dengan pelindung gas, dan las busur
tanpa pelindung gas.
5.6.1.1. Las elektroda terbungkus.
Pengelasan cara ini banyak dipakai terutama untuk mengelas baja kontruksi
yang dapat dilakukan dilapangan.
Pola pemindahan logam cair seperti diatas itu sangat mempengaruhi "sifat
mampu las" logam. Secara umum dapat dikatakan bahwa logam mempunyai
"sifat mampu 1as" yang tinggi bila pemindahan logam cair yang terjadi
selama penge1asan berbentuk butir halus.
Pola pemindahan logam cair ini, disamping dipengaruhi oleh besar atau
kecilnya
arus listrik, juga dipengaruhi oleh komposisi bahan fluks, kawat 1as. Fungsi
bahan fluks ialah membentuk terak yang akan melindungi logam cair las
dari oksidasi, Disamping itu tugas dan fungsi fluks a.1. ialah ;
- Pemantap busur 11strik dar penyebab kelancaran pemindahan tutir 1ogam
cair.
- Sumber terak atau gas untuk melindungi logam cair oleh pengaruh udara
dan oksidasi.
- Pengatur penggunaant I
- Sumber unsur paduan
elektroda las yang ada di_pasaran umumnya dibuat dari kawat baja lunak
penggunaan kawat lasnya. Walaupun jenis elektroda las banyak jumlahnya,
secara garis besar dapat digolongkan atas dasar susunan fluks yang
membungkusnya.
a. Jenis oksida titan. Berisi titania atau Ti02 sebagai fluks pembungkusnya.
Elektroda jenis ini tidak terlalu kuat, daya penetrasi dangkal, menghasilkan
manik las halus, Jenis ini baik untuk mengelas pelat tipis, atau pengelesan
akhir plat tebal.
b. Jenis titania kapur. Mengandung rutil (titaqnia) da kapur. Disamping
memiliki sifat yang sama dengan jenis titan (a). memiliki pula sifat unggul,
yaitu mampu mneghasilkan sifat mekanik yang baik.
c. Jenis ilmenit. Jenis ini terletak antara jenis titania dan oksidasi besi. Ia
mengandung olemit atau FetI02, busur api yang duhasilkan agak kuat dan
menghasilkan penetrasi dalam.
d. Jenis hidorgen rendah. Disebut juga jenis kapur, karena menggunakan kapur
dan fluorat. Menghasilkan sambungan dengan kadar hidrogen rendah
sehingga kepekaan terhadap terak rendah dan ketangguhannya sangat
memuaskan. Karena sifat fluks jenis ini sangat baik mengenai sifat mampu
lasnya, elektroda ini dipakai untuk konstruksi dengan plat tebal atau bejana
tekan.
e. Jenis oksidasi besi. Bahan pokok fluks adalah oksidasi besi. Busur yang
dihasilkan terpusatkan serta penetrasi dalam, sehingga jenis ini baik untuk
pengelasan sudut horizontal.
f. Jenis Sellulosa. Berisi k.1. 3% zat organik, sehingga dapat menghasilkan
manik las yang halus, sehingga elektroda dengan fluks ini tidak banyak
digunakan lagi.
g. Jenis serbuk besi-oksidasi. Bahan utama fluks mengandung k.1. 15a 5%
seilikat dan serbuk sari. Pemindahan butir cairan berupa sempuran halus
dengan sedikit percikan. Kecepatan pengisian tinggi sehingga efisiensi baik.
h. Jenis serbuk besi titania. Jenis ini menimbulkan busur sedang dan
menghasilkan manik yang halus, karena mengandung serbuk besi muka
efisiensi pengelasan tinggi.
Syarat bahan baku kawat baja lunak berkadar karbon rendah menutur
standar Industri Indonesia SII 0322-80. Sebagai berikut :
a. Sifat tampak.
bentuk penampang batang kawat harus bulat, tidak bolch mengandung
cacat, seperti cerna-cerna yang dalam laminasi, retak atau cacat lain yang
mengakibatkan penyimpangan toleransi ukuran atau berkurangnya
kemampuan sifat tarik dingin.
b. Ukuran
Toleransi ukuran, dan penyimpangan kebulatan sbb : Diameter imm
Tolerznsi Penyimpangan kebulatan
5,5 - 12,0
+0,50 tm 0,65mm mak5.
yang dimaksud dengan penyimpangan kebulatan ialah perbedaan antara
diameter maksimum dan diameter minimum dari hasil pengukuran pada
penampang yang sama dari batang kawat.
c. Komposist kimia.
Kadar unsur yang terkandung dalam % berat.
Disamping pengguanaan baja lunak untuk bahan las, dipakai juga elektroda
terbungkus untuk pengelasan baja kuat, baja tahan panas, tahan karat, besi
cor, paduan tembaga, paduan nikel dan untuk pelapisan keras.
Pelapisan keras biasanya dilaksankan dengan menggunakan elektroda
terbungkus pelapisan jenis oksida titan atau titania kapur, yabg dapat
mempertinggi ketahan terhadap keausan. Kedalam fluks pembungkusnya
ditambah pula senyawa logam, sehingga diameter elektroda jadi besar.
Spesikasi logam las untuk pelapisan keras, seperti berikut :
Untuk DF 2A, fluks dari kapur titania, posisi las P.V.H.
Untuk DF 2B dan DF 2C fluks dari titania kapur, posisi las F>
Untuk DF 2C sd DF 4A, fluks dari kapur, posisi las F.
Untuk DF 4B s/d DF ME fluks dari kapur, posisi las F.
Arti kode kekerasan : 1 = Vickers 150-200. 2 = 200-350, 3 = 350-550, 4 =
550-700, 5 = 700.
las busur gas adalah cara penjelasan dengan menggunakan gas yang
dihembuskan untuk melindungi logam cair dari atmosfer. gas yang
digunakan sebagai pelindung biasanya gas helium (He) argon (Ar) atau
CO2.
las busur gas biasa dibagi dua kelompok yaitu las busur elektroda terumpan
dan las busur elektroda terumpan. Pada las busur logam tak terumpan,
sebagai sumber busur listrik dipakai kawat Wolfram sebagai elektroda, yang
tidak mencair. dalam penggunaan las busur tidak terumpan ini, masih
digunakan kawat las, yang akan mencair karena adanya busur listrik itu, dan
cairan kawat las ini sebagai pengisi las-lasan nya. dengan cara kelompok
elektroda yang terumpan ini masih dapat dibagi dua yaitu dengan logam
pengisi dan jenis tanpa logam pengisi. Kelompok ini biasanya menggunakan
gas mulia sebagai pelindung, sehingga secara keseluruhan nama kelompok
menjadi las Wolfram gas mulia, atau tungsten inert gas welding, disingkat
TIG welding. kelompok elektroda terumpan ini kadang-kadang dibagi dua
jenis berdasarkan kawat elektrodanya, yaitu kawat elektroda pejal dan kawat
elektroda dengan inti fluks. Dalam kelompok digunakan 2 macam gas
pelindung yaitu gas mulia dan gas CO2. Kelompok dengan pelindung gas
mulia ini nama keseluruhannya disebut las busur logam gas mulia atau
metal inert gas Arc welding biasa Dikenal dengan singkatan "MIG"
welding.
Efisiensi pemakaian las TIG dibanding dengan las MIG, masih lebih baik
dengan las MIG. meskipun keduanya lebih mahal daripada las biasa dengan
elektroda busur listrik. penggunaan cara las ini biasanya untuk logam atau
baja mutu tinggi, misalnya baja tahan karat, tahan panas dan paduan logam
yang lain. penggunaan logam pengisi dalam las TIG, tidak ada batasnya dan
biasanya sebagai pengisi dipakai logam yang komposisinya sama dengan
logam induk.
Agak berbeda dengan penjelasan TIG, dalam penjelasan MIG, kawat las
yang dipakai sebagai pengisi dapat diumpankan secara otomatis dengan
tangan. Kawat las yang digunakan biasanya berdiameter 1,2 a 1,6 mm.
cara penjelasan ini termasuk cara penjelasan MIG, hanya saja bukan gas
mulia argon (Ar) yang dipakai melainkan gas CO2, atau campuran gas yang
lain (Ar atau O2) tetapi gas CO2 merupakan gas utamanya. karena CO2
adalah oksidator maka cara Ini kebanyakan dipakai untuk mengelas
konstruksi baja, biaya operasi dengan gas CO2 lebih murah dibanding
dengan gas ar. Perbedaan harga gas ini menyebabkan las busur CO2 lebih
banyak dipakai daripada penjelasan dengan gas lindung yang lain karena
perkembangannya penggunaan las busur CO2.
Berdasarkan pengamatan ternyata bahwa penggunaan las busur CO2 hampir
sama banyaknya dengan penggunaan las elektroda terbungkus. Hal tersebut
dimungkinkan karena operasinya lebih sederhana dan efisiensi tinggi. alat
las MIG dapat langsung dipakai untuk penjelasan dengan busur CO2 tanpa
mengadakan perubahan polaritas yang digunakan karena sama yaitu
polaritas balik.
operasi pengelasan ini sama dengan operasi dalam las busur gas. dalam hal
semi otomatik, kawat las digerakkan secara otomatik dengan alat pembakar
digerakkan dengan tangan sedangkan dalam hal otomatik penuh kedua-
duanya digerakkan secara otomatik. sesuai dengan namanya, mengelas ini
tidak menggunakan selubung gas apapun juga, karena itu proses penjelasan
menjadi lebih sederhana. Berikut ini adalah beberapa hal yang penting
dalam las busur tanpa gas.
Berhubung tidak ada gas dari luar yang melindungi maka dalam pengelasan
ini digunakan kawat las berisi fluks yang bersifat (A) dapat menghasilkan
gas yang banyak dan dapat membentuk terak (B) mempunyai sifat
deoksidator dan denitrator dan (C) dapat memantapkan busur.
cara penjelasan ini menggunakan gas yang dibakar dengan oksigen sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk
atau logam pengisi. Sebagai pembakar dapat digunakan gas acetilin, Propan
atau hidrogen. Diantara ketiga cara ini, yang paling banyak dipakai ialah
cara las gas Asetilin, atau disebut oksi-asetilin. kemudahan mendapatkan
karbit kapur (calsium carbide) dan gas oksigen. Memudahkan pelaksanaan
cara las ini di tempat-tempat yang jauh dari sumber listrik.
nyala hasil pembakaran dari las oksi acetilin dapat berubah tergantung
perbandingan antara gas oksigen dan gas acetilin.
Bila gas asetilin berlebihan, maka diantara kerucut nyala terdapat kerucut
nyala yang berwarna biru di dalam bagian nyala ini terdapat kelebihan gas
asetilen yang menyebabkan karburasi pada logam cair.
C. Bila gas oksigen berlebihan, warna nyala kerucut menjadi berubah dari
putih menjadi ungu dan pendek. Bila nyala ini digunakan akan terjadi
oksidasi atau dekarburasi dalam logam cair. Karena sifat las oksigen itu
yang dapat merubah komposisi/struktur logam cair, maka nyala asetilin
berlebihan atau oksigen lebih tidak dapat digunakan untuk mengelas baja.
Untuk mengelas dengan gas oksi-acetylne, yang berarti campuran gas
oksigen dengan gas acetylin harus tersedia dua sumber gas tersebut.
biasanya gas oksigen telah terjual di dalam tabung baja. dan gas acetylin
(atau disebut juga gas karbit) dapat dibuat sendiri dengan alat pembuat gas.
dengan cara sederhana, pakai alat pembuat gas karbit yang biasa dijumpai
sehari-hari, akan didapat tekanan gas asetilin yang rendah sampai paling
tinggi 700 mm hg. Dengan tekanan gas rendah ini, semburan api didapat
dari semburan gas oksigen yang mendesak agar acetylin keluar dari mulut
penyembur gas. dengan alat yang lebih baik dapat dihasilkan tekanan yang
agak tinggi. Pembangkit gas acetylen yang sederhana, masih
memungkinkan terjadinya api balik kedalam tangki pembangkit, apabila
tidak tersedia pengamanan yang terendam dalam air. Gas acetylen tekanan
sedang, biasanya dibuat oleh pabrik dengan melarutkan gas acetylen
kedalam aceton yang diserap oleh zat berpori dan disimpan dalam botol
baja. Gas acetylen yang dilarutkan ini, dapat mencapai tekanan sampai 15
kg/cm2. Karena tersimpan dalam botol dan cukup tekananaya maka lebih
aman serta udah dipindah kemana-mana.
Pemakaian Fluks.
Kadang-kadang untuk memperbaiki sifat logam las, dalam pengelasan
dengan oksiacetylen dipakai juga fluks, yang biasanya dibuat dari campuran
Borak (NA2 BO3) dan serbuk gelas, atau boraks dengan natrium phospat.
Pemakaian fluks ini tergantung pada jenis logam yang dilas serta logam
pengisinya.
Tabe1 berikut ini menunjukkan perlu atau tidak perlunya fluks dipakai
dalam pengelasan.
5.6.4. Pematrian.
Pematrian merupakan cara penyambungan dengan 1ogam pengisi dtau
logam patri, diantara permukaan logam induk yang disambung. Logam
pengisi mempunyai titik lebur 1ebih rendah daripada 1ogam induknya. Ada
dua macam logam patri, yaitu yang memiliki titk 1ebur lebih rendah dari
450oc, dan yang lebih tinggi dari 450oC (1ogam patri keras). Karena 1ogam
patri pada umumnya mempunyai kekuatan lebih rendah dibanding logam
iduknya, maka dianjurkan agar rongga diantara kedua logam yang dipatri,
sekeci1 mungkin (O,005 sampai 0,13 inchi). Selama proses pematrian suhu
harus cukup tinggi agar 1ogam patri cair mempunyai derajat kecairan yang
tinggi sehingga dapat mengalir kedalam rongga diantara logam induk yang
dipatri. Jenis logam patri keras ialah Ag, Cu, kuningan, tembaga. Jenis
1ogam patri 1unak, paduan dari Pb-Sn, Bi-Sn, Bi-Sn-Pb. Berdasarkan cara
pengadaan energi panasnya, pematrian dibagi :
1 Patri busur, dimana panas yang dihasilkan dari busur 1istrik elektroda
karbon atau wolfram.
2 Patri gas, dimana panas yang timbul karena nyala api gas.
3 Patri solder, dimana panas dipindahkan dari solder besi atau tembaga
yang dipanaskan.
4 Patri tanur, dimana panas tanur (tungku) sebagai sumber panas.
5 Patri induksi, panas dihasilkan dari induksi 1istrik frekuensi tinggi.
6 Patri resistansi, panas dihasilkan karena resistansi 1istrik.
7 Patri celup, logan yang disambung dicelupkan dalam logam patri cair.
Sifat-sifat patrian, dapat diperbaiki dengan menggunakan fluks atau dengan
mengatur atmosfer sekitar patrian pada saat pematrian berlangsung.