Anda di halaman 1dari 16

Nama : Hemrin

NIM : 1505025060
Kimia Bahan Galian
Aspal

A. Sejarah Aspal
Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa
Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris
menjadi asphalt dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
aspal.
Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi
oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (bitumen)
sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana dan
kuil.
Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern dapat
ditelusur kembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama
John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan
total panjang hampir 300 km.Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar
diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi
batu galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Kemudian Thomas
Telford membangun jaringan jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821 sepanjang
hamper 1.500 km. Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Metcalf
dengan mengganti batu galian dengan batu pecah.Ketebalan lapisan batu pecah
juga sudah dihitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan,
yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J.
DeSmedt, ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey,
USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad.Hasil
yang memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera
memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan
jalan yang dikerjakan.

B. Pengertian Aspal
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna
hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut
bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan
sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam
(aspal buton} atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi).
Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat,
dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa
hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai
bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan
bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal
merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi
dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak
jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul.
Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah
nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya
80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya
oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-
senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan
malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai
25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base
Course, Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis
perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan
lapis aus dua.
Untuk mendapatkan mutu aspal yang baik, dalam proses perencanaan
campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal , yang meliputi:
1. Stabilitas
Stabilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung
beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran
diperoleh dari gaya gesekan antar partikel (internal friction), gaya penguncian
(interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya
tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi,
bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
2. Durabilitas
Aspal dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap
cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang mendukung
durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat
kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas
Fleksibilitas aspal dimaksudkan agar perkerasan mampu
menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa
mengalami perubahan bentuk.Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan
menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal
tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan.

C. Sumber Aspal
Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan
dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras.
Aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini aspal alam. Aspal ini dibuat
dengan menambahkan bahan tambah kedalam aspal yang bertujuan untuk
memperbaiki atau memodifikasi safat rheologinya sehingga menghasilkan jenis
aspal baru yang disebut aspal modifikasi
1. Aspal Hasil Destilasi
Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses dimana
berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini
disertai oleh kenaikan temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada
setiap temperatur tertentu dari proses destilasi akan dihasilkan produk-produk
berbasis minyak.
Berdasarkan depositnya aspal hasil destilasi ini dikelompokan menjadi 3
kelompok, yaitu:
a. Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi
dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang
dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru
dihasilkan melalui proses destilasii hampa pada temperatur sekitar 480 ºC.
Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang disulaing
atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan.
Untuk menghasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang diinginkan, proses
penyulingan harus ditangani sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol sifat-
sifat aspal keras yang dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan mencampur
berbagai variasi minyak mentah bersama-sama sebelum proses destilasi
dilakukan. Pencampuran ini nantinya agar dihasilkan aspal keras dengan sifat-
sifat yang bervariasi, sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan. Cara lainnya yang
sering dilakukan untuk mendapatkan aspal keras adalah dengan viskositas
menengah, yaitu dengan mencampur berbagai jenis aspal keras dengan proporsi
tertentu dimana aspal keras yang sangat encer dicampur dengan aspal lainnya
yang kurang encer sehingga menghasilkan aspal dengna viskositas menengah.
Selain melalui proses destilasi hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak
mentah dengan pemanasan dan penghampaan, aspal keras juga dapat dihasilkan
melalui proses ekstraksi zat pelarut. Dalam proses ini fraksi minyak ( bensin,
solar, dan minyak tanah yang terkandung dalam minyak mentah, dikeluarkan
sehingga meninggalkan aspal sebagai residu.

b. Aspal Cair
Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut
berbasis minyak. Aspal ini dapet juga dihasilkan secara langsung dari proses
destilasi, dimana dalam proses ini raksi minyak ringan terkandung dalam minyak
mentah tidak seluruhnya dikeluarkan. Kecepatana menguap dari minyak yang
digunakan sebagai pelarut atau minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu
pada proses destilasi akan menentukan jenis aspal cair yang dihasilkan.
Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis
ini biasanya adalah bensin
2. Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curing), yaituaspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan
pada aspal jenis ini biasanya adalah minyak tanah
3. Aspal Cair Lambar Mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal
jenis ini adalah solar.

Tingkat kekentalan aspal cair sanagat ditentukan oleh proporsi atau


rasio bahan pelarut yang digunakan terhadap aspal keras atau yang
terkandung pada aspal cair tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai
kekentalan yang lebih tinggi dari MC-200.
c. Aspal Emulsi

Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi.
Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada
proses ini partikel- partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam
airyang mengandung emulsifer (emulgator). Partikel aspal yang terdispersi
ini berukuran sangat kecil bahkan sebagian besar berukuran sangat kecil
bahkansebagian besar berukuran koloid.
Jenis emulsifer yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan
kecepatan pengikatan aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan
listrik zat pengemulsi yang digunakan, Aspal emulsi yang dihasilkan dapat
dibedakan menjadi :
1. Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
2. Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif
Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk berion (netral)

2. Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Aspal Danau ( Lake Asphalt)
Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan
lewele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organik
lainnya. Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek
sangat tinggi.
Karena aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai angka
penetrasiyang tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan
aspal dengan angka penetrasi yang diinginkan.
b. Aspal Batu ( Rock Asphalt)

Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara alamiah
terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau buton, Indonesia.
Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan
batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12
– 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki persentasi antara 0 – 40.
Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditimbang terlebih dahulu, lalu
aspalnya diekstrasi dan dicampur dengan minyak pelunak atau aspal
keras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat
ini aspal batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan
depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Aspal Danau ( Lake Asphalt)

Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan


lewele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organik
lainnya. Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek
sangat tinggi.
Karena aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai angka
penetrasiyang tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan
aspal dengan angka penetrasi yang diinginkan.

b. Aspal Batu ( Rock Asphalt)

Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara


alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau buton,
Indonesia. Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-calah batuan
kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam batuan ini
berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki
persentasi antara 0 – 40. Untuk pemakaiannya, deposit ini harus
ditimbang terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstrasi dan dicampur
dengan minyak pelunak atau aspal keras dengan angka penetrasi sesuai
dengan yang diinginkan. Pada saat ini aspal batu telah dikembangkan
lebih lanjut, sehingg

D. Macam – macam Aspal


1. Aspal Makadam (macadam penetrasi)
Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan
untuk memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir
yang lebih besar diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih
1,5 x ukuran batuan terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak
dan stabil, selanjutnya dipenetrasi agar saling mengikat.

Kesalahan aspal makadam :


- penggunaan batuan yang tidak benar
- penyebaran aspal yang tidak benar
2. Beton Aspal

Batuan kering yang dipanaskan dicampur dengan aspal panas dengan aspal
panas dalam pabrik pencampur dan diangkut ketempat pekerjaan.
Kelebihan pada aspal beton
a. kepadatan tinggi dengan ruang kosong yang rendah (3-8 %)
b. kadar aspal rendah (4-6%)
c. permukaan lapisan lebih tahan lama
d. mampu menahan gesekan
e. permukaannya rata
f. pencampurannya saggat merata
g. kekuatan dan stabilitasnya
yang tinggi Kesalahan pada aspal
beton :
h. gradasi batuan tidak benar
i. terlalu banyak aspal
j. pencampuran aspal terlalu sedikit
k. batuan tidak cukup kering
l. kesalahan pelaksanaan penghamparan
m. kesalahan membuat sambungan
3. Butas (Buton aspal)

Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau
buton, sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam
Kesalahan pada butas :
a. waktu pengeraman terlalu singkat / lama
b. pengadukan tidak homogen
c. terjadi segregasi
d. komposisi campuran tidak benar.

E. Klasifikasi Aspal
Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan ( grade ) atau kelas
berdasarkan sistem yang berbeda, yaitu:
1. Viskositas,
viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing sistem
mengelompokan aspal dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula. Dalam
pengklasifikasian aspal yang ada, yang paling banyak digunakan adalah sistem
pengklasifikasin berdasarkan viskositas dan penetrasi.
Dalam sistem viskositas, satuan poise adalah estándar pengukuran viskositas
absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal makin kental aspal tesebut.
AC-25 ( aspal keras dengan viskositasn250 pose pada temperature 60°C) adalah
jenis aspal keras yang bersifat lunak, AC-40 (aspal keras dengan 400 poise pada
temperature 60ºC) adalah jenis aspal keras yang bersifat keras.
Beberapa Negara mengelompokan aspal berdasarkan viskositas estela penuaan.
Ide ini untuk mengidentifikasikan viskositas aspal estela penghamparan di
lapangan. Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran, aspal segar
yang akan digunakan dituangkan terlebihdahulu dalam oven melalui pengujian
Thin Film Oven Test (TFOT) dan Rolling Film Oven Test (RTFOT). Sisa aspal
yang tertinggal (residu) kemudian ditentukan tingkatannya (grade) berdasarkan
fiskositasnya dalam satuan poise.
2. Uji Penetrasi
Pengujian kekerasan aspal dilakukan dengan pengujian penetrasi, yaitu
dengan menggunakan jarum penetrasi berdiameter 1 mm dan beban 50 gram.
Berat jarum dan beban menjadi 100 gram. Nilai penetrasi jarum beserta beban,
yang masuk ke dalam contoh aspal selama 5 detik dan dilakukan pada temperatur
25˚ C dibaca pada arloji pengukur, dalam satuan 0,1 mm.

F. Sifat-sifat Aspal
Sifat-sifat aspal ada dua macam, yaitu :
1. Sifat-sifat Kimia Aspal
Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak
bumi yang digunakan terbentuk secara alami dari senyawa-senyawa organik
yang telah berumur ribuan tahun dibawah tekanan dan variasi temperatur
yang tinggi.Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh susunan
kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan molekul
aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90 -95% dari berat aspal)oleh unsur
karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut
sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%), dari dua jenis
atom, yaitu: heteroatom dan logam.
Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat
menggantikan kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur
molekul aspal. Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia
yang unik dan interaksi antar atom tom ini dapat menyebabkan perubahan
pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung didalam
aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan
dan tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada
karbon dan hidrogen untuk mengikat oksigen. Oleh sebab itu, aspal degna
kandungan sulfur yang tinggi akan mengalami penuaan yang lebih cepat dari
pada aspal yang mengandung sedikit sulfur.
Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium
hanya terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya
aspal hanya mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam
organik dan hidroksidanya.
Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia
aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang
canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubung an
dengan sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya
dapat memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten.
Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin.
Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena
adanya sifat saling tumpang tindih antara kelompok-kelompok tersebut.
a. Aspalten
Aspalten adalah unsur kimia aspla yng padat yang tidak larut
dalam n- penten. Aspalten berwarna cokelat sampai hitam yang
mengandung karbon dan hidrogen dengan perbandungan 1 : 1, dan
kadang-kadang juga mengandung nitrogen, sulfur, dan oksigen.
Aspalten biasanya deanggap sebagai material yang bersifat polar
danmemiliki bau yang khas dengan berat molekul yang cukup berat.
Molekul aspalten ini memiliki ukuran antara 5-30 nano meter. Besar
kecilnya kandungan aspalten dalam aspal sangat mempengaruhi sifat
rheologi aspal tersebut. Peningkatan kandungan aspalten dalam aspal
menghasilkan aspal yang lebih keras dengan nilai penetrasi yang
rendah, titik lembek yang tinggi dan tingkat kekentalan aspal yang
tinggi pula.

b. Malten
Malten adalah unsur kimia lainnya yang terdapat di dalam aspal
selain aspalten. Unsur malten ini dapat dibagi lagi menjadi 3 :
a) Resin
Resin secara dominan terdiri dari hidrogen dan karbon, dan
sedikit mengandung oksigen, sulfur dan nitrogen. Rasio kandungan
unsur hidrogen terhadap karbn di dalam resin berkisar antara 1,3 –
1,4. Resin ini memiliki ukuran antara 1-5 nanometer, berwarna
cokelat, berbentuk semi padat, bersifar sangat polar dan
memberikan sifat adesif pada aspal. Didalam aspal, resin berperan
sebagai zat pendispersi aspaltene. Sifat aspal, SOL ( larutan ) atau
GEL ( jeli) sangat ditentukan oleh proporsi kandungan resin
terhadap kandungan aspalten yang terdapat pada aspal tersebut.
b) Aromatik
Aromatik adalah unsur pelaryt aspalten yang paling dominan
di dalam aspal. Aromatik berbentuk cairan kental yang berwarna
cokelat tua dan kandungan di dalam aspal bersifat antara 40% -
60% terhadap berat aspal. Aromatik terdiri dari rantai karbon yang
bersifat non polar yang didominasi oleh unsur tak jenuh ( un
saturated) dan memiliki daya larut yang tinggi terhadap molekul
hidrokarbon.

c) Saturated
Saturated adalah bagian dalam molekul malten yang berupa
minyak kental yang berwarna putih atau kekuning-kuningan dan
bersifat non polar. Saturated terdiri dari parafin ( wax) dan non
parafin, kandungannya di dalam aspal berkisar antara 5% - 20%
terhadap berat aspal.

2. Sifat – sifat Fisik Aspal

Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan


kinerja campuran beraspal antara lain adalah:
1. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah
diguakan sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar
dilapangan. Hal ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah
secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat
pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal di
lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas
rendah atau dengna kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan
aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian
bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat
–sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak faktor lain yang
menentukan, aspal dengna durabilitas yang baik akan menghasilkan
campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya
dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi,
titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada
benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film
Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses
penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan
untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan
penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami pemanasan atau
penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
2. Adesi dan Kohesi
Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama
lainnya, dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat
agregat. Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam
pembuatan campuran beraspal Karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan
durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang
secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes
atau daktalitas aspal keras.Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah
adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan
dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan
aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan
untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian
ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan
dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau
kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti
pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang
kuat akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan
yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya
mekanik sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali
3. Kepekaan aspal terhadap temperatur
Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur
menurun dan melunak bila temperature meningkat.Kepekaan aspal untuk
berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal
terhadap temperatur.
4. Pengerasan dan penuaan aspal
Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui
durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan
oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan
jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang
menentukan kecepatan penuaan.

G. Pembuatan Aspal
Bahan dasar aspal di peroleh dari :
Tambang / Alam yang dapat terjadi dari aspal danau, batu kapur aspal, dan batu
pasir aspal serta mastik aspal hasil sampingan dari proses pemurnian minyak.
Dalam proses pembuatan aspal minyak bumi, mula-mula dari suatu sumur
minyak yang masih bercampur pasir dan air. Minyak bumi di sedot keluar, di
tempatkan dalam tanki , kemudian di alirkan ke gardu pompa untuk selanjutnya
di pompa untuk selanjutnya di pompa ke dalam tangki pengilangan .
Gambar.Pengolahan Aspal Minyak ( Penyulingan )

Setelah bejana pipa dan bejana lain dengan pemanasan pada suhu tertentu dalam
proses yang kemudian di hasilkan destilat ringan, destilat sedang, destilat berat,
dan destilat residu, dari destilat-destilat ini dalam suatu prosesing yang di
hasilkan :
- Bensin
- Minyak tanah, minyak bakar ringan
- Minyak diesel
- Minyak Pelumas
Dari bahan residu di hasilkan minyak bakar residu. Bahan residu setelah diproses
lagi di hasilkan : - Aspal padat
- Semen aspal
Dengan penetrasi tertentu dari aspal akan di hasilkan bahan aspal cair, di alirkan
ke instalasi emulsi di hasilkan aspal emulsi.
Daftar Pustaka

Aldi A., 2016, Penggunaan Aspal Sebagai Bahan Perkerasan Jalan, Jakarta: Universitas
Tama Jagakarsa

Anda mungkin juga menyukai