Anda di halaman 1dari 6

Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

BAB III
JENIS – JENIS ASPAL & KEMAMPUAN CAMPURAN ASPAL

A. Jenis-jenis Aspal

1. Aspal minyak (disebut juga aspal semen, aspal keras, bitumen, atau
aspal baku) adalah kumpulan bahan-bahan tersisa dari proses destilasi
minyak bumi, sisa produk kilang minyak,

2. Aspal alam, contohnya “Trinidad Lake Asphalt”, dan juga di pulau


Buton ada aspal alam Kabungka dan aspal alam Lawele, demikian
juga dibeberapa tempat di Indonesia maupun di Kanada.

3. Aspal olahan seperti Aspal Semen, Aspal Emulsi, Aspal Cair, Aspal
Modifikasi dan sebagainya.

1. Aspal Minyak

Aspal minyak adalah bahan tersisa yang dianggap sudah tidak lagi bisa
diproses secara ekonomi dari proses destilasi minyak bumi di pabrik kilang
minyak. Bahan tersebut kita kenal dalam tiga kelas Penetrasi yaitu

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 1


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100.

Semakin rendah angka penetrasi maka akan semakin keras wujud aspal,
semakin susah cara penanganannya karena diperlukan suhu lebih tinggi
agar aspal menjadi lunak atau cair.

Sebaliknya semakin tinggi angka penetrasi maka aspal akan mudah encer,
mudah dikerjakan, tetapi terancam sulit untuk mencapai kestabilan
campuran aspal, terutama pada iklim panas seperti di Indonesia, karena
aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.

Karena itu di Indonesia ditetapkan bahwa angka terendah untuk


penetrasi bahan aspal adalah 50 (Spesifikasi Bina Marga sejak tahun
2003).

Pengerjaan aspal umumnya memerlukan pemanasan pada suhu sekitar


0 0
110 - 170 C supaya aspal menjadi encer

Kalau aspal dipanaskan berkali-kali dan dalam waktu lama, maka banyak
minyak aromatik yang menguap sehingga aspal mengeras, artinya angka
penetrasinya menurun.

Sesuai kondisi iklim di Indonesia , dipilihlah aspal minyak dengan angka


penetrasi 60/70 sebagai bahan perkerasan beraspal.

2. Aspal alam
Buton (asbuton)

Adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, berupa batuan yang
mengandung aspal (rock asphalt) yang ditemukan sejak tahun 1920,
dengan cadangan lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada dua lokasi
tambang di Buton, yaitu di Kabungka dan Lawele.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 2


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

3.aspal olahan

a. Aspal Emulsi

Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk
emulsi, sehingga molekul-molekul aspal melayang didalam air. Hal ini
dimungkinkan karena adanya bahan tambah bersifat katalis.
Pencampuran aspal dengan air dan katalis tadi dilewatkan mesin
colloidmill. Saat aspal emulsi disimpan lama (sekitar 3 bulan) maka emulsi
bisa terlepas (break) dan aspal mengendap ke dasar kontainer/ drum.
Agar ikatan emulsi terbentuk lagi, cukup digoyang goyang atau
digelinding-gelindingkan. Penggunaan aspal emulsi yang paling baik
adalah sudah digunakan sebelum terlepas ikatan emulsinya.

b. Aspal Modifikasi

Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt (PMA)
atau Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak ditambah
dengan bahan tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya, yaitu
aspal yang tahan beban dan tahan lama (awet).
Di Indonesia pengunaan aspal modifikasi ini lebih disukai, karena :
1. aspal yang lebih tahan panas
2. aspal yang lebih lengket
3. aspal yang lebih tahan ultra violet agar tidak mudah
menua (ageing).

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 3


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

B. FUNGSI DAN KEMAMPUAN CAMPURAN ASPAL

Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi


sebagai berikut :
1) Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan
agregat dan antara aspal itu sendiri.
2) Bahan pengisi, ( b a h a n f i l l e r ) mengisi rongga antara
butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu
sendiri.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 4


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

Kemampuan aspal ini adalah sebagai berikut :

a. Daya tahan (durability) aspal.


Adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan.
Sifat ini merupakan sifat dari campuran aspal, yang tergantung dari
sifat agregat yang terseliputi aspal, tergantung juga dengan faktor
pelaksanaan.
b. Adhesi dan Kohesi Aspal.
Sifat Adhesi aspal adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat
sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal,
sedangkan Kohesi aspal adalah kemampuan aspal untuk tetap
mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi
pengikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur.
Aspal adalah material yang termoplastis,
Artinya akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang,
dan akan lunak atau cair jika temperatur bertambah. Sifat ini
dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur.
d. Kekerasan Aspal.
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan
agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan
kepermukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan.
Setelah campuran aspal tergelar dan dipadatkan, maka terjadi proses
oksidasi yang akan menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas
bertambah tinggi), ini adalah proses perapuhan.
Jadi selama masa

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 5


Diklat Penggunaan Bahan & Alat Untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan

pelayanan aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga
oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.

Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan Lentur 6

Anda mungkin juga menyukai