Abstract
The objective of this research is to know mechanical properties of bitumen mixtures coconut charcoal
powder. This research was done in Highway and transportation laboratory of Civil Department, Tadulako
University. Percentage of coconut charcoal powder content based on weight of bitumen. The percentage of
coconut charcoal powder in bitumen are 2%, 4%, 6% and 8% respectively and comparison with properties
of bitumen without additive material. The properties of bitumen include the following: the penetration value
of bitumen, the Ductility value, the softening point value, density of bitumen value, loss on heating of
bitumen, flash and fire point of bitumen values.
The result of this research indicates that the coconut charcoal powder in bitumen between 2% to 8% still
enough for spesification except on ductility properties of bitumen values. This implies that, increment the
coconut charcoal in bitumen potential influence on asphalt pavement include stiffness and brittle of mixtures.
Keyword: changing effects of the land function
*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Sifat-sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa
adhesi. Aspal diperoleh melalui proses destilasi kembali/membaik lagi dan dijelaskan sebagai
dari minyak mentah dan bisa ditemukan dalam tingkah laku elastis.
bentuk deposit alami yang tercampur dengan x Kohesi
mineral lain. Adalah kemampuan untuk mempertahankan
Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan ikatan antara sesama bentuk/senyawa (aspal).
pengikat dalam campuran beton aspal yang Kemampuan daya kohesi suatu aspal dengan
terbentuk dari senyawa-senyawa komplek yang tingkat penetrasi tertentu diukur dengan alat uji
membentuknya seperti Asphaltenenese, Resins dan daktilitas pada temperatur rendah (suhu ruang).
Oils. x Adhesi
x Asphaltenes Adalah kemampuan untuk mempertahankan
Adalah suatu bagian yang menyerupai ikatan antar bentuk /senyawa dengan senyawa
lapisan tipis datar yang secara efektif membuat lainnya (aspal dengan agregat). Kemampuan daya
suatu bentuk tak beraturan padat. Lapisan tipis adhesi aspal didekati dengan Marshall Retained
tersebut memiliki muatan yang kuat untuk bekerja Strength Index.
sama dengan yang lainnya sehingga bagian ini x Durabilitas
disebut bagian yang bersifat polar, disamping Adalah kemampuan untuk mempertahankan
memiliki ketahanan terhadap geser. Ketika secara baik kualitas rheology, kohesi dan adhesi
diekstraksi, bagian ini terlihat dan dirasakan seperti dari aspal. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
partikel yang padat dan sangat halus. Oils dan durabilitas aspal adalah Oxidative hardening,
Asphaltenes tidak dapat dicampurkan. Evavorative hardening dan Exudative hardening
x Resins (Shell Bitumen Handbook, 1990).
Adalah cairan berwarna kuning atau coklat Dalam penggunaan aspal yang didasarkan
tua yang memberikan sifat adhesi dari aspal, kepada kondisi temperatur, terdapat prinsip dasar
merupakan bagian yang mudah hilang atau yang diterangkan oleh Krebs dan Walker, 1971
berkurang selama masa layan. dalam hal pemilihan jenis aspal yaitu, aspal dengan
x Oils penetrasi rendah sebaiknya digunakan untuk daerah
Adalah Cairan yang berwarna lebih mudah yang beriklim panas demi menghindari pelunakan
yang merupakan media dari Asphaltenes dan Resin. (softening) ataupun bleeding pada musim panas dan
Oils tidak bermuatan listrik sepanjang rangkaian aspal dengan penetrasi tinggi dapat digunakan pada
(Non Polar). Kekentalan sangat bergantung kepada daerah beriklim dingin demi mencegah aspal
tingkat kekomplekan rangkaian-rangkaiannya. menjadi lebih kaku dan pudah pecah (brittle) pada
2. 2. Kualitas aspal musim dingin.
Meskipun aspal merupakan bagian yang 2. 3. Serbuk arang tempurung kelapa
volumenya kecil dibanding dengan komponen- Kandungan arang tempurung kelapa terdiri
komponen penyusun campuran beton aspal, ia dari Karbon non polar yang besarnya 91% (Berry,
merupakan bagian yang krusial dalam menyediakan 1991) seperti yang terdapat pada aspal.
ikatan yang awet/ tahan lama dan menjaga Alur pembuatan serbuk arang tempurung
campuran agar tetap dalam kondisi elastis. Terdapat kelapa dapat digambarkan pada Gambar 1.
beberapa kualitas yang harus dimiliki oleh aspal
untuk menjamin kinerja campuran yang Arang Tempurung Kelapa
memuaskan yaitu rheologi aspal, sifat kohesif , sifat
adhesi dan sifat durability.
x Rheology Gilingan / Tumbuk
Rheology merupakan ilmu yang mempelajari
deformasi perubahan bentuk dan aliran massa.
Aspal memiliki dua sifat rheology penting yaitu Ayakan
thermoplastic dan visco-elastic. Thermoplatic
berarti kekentalan aspal turun bersamaan dengan Produk Serbuk Produk Granular
meningkatnya panas dan sebaliknya meningkat
seiring dengan menurunnya suhu. Visco-elastic Pengepakan
berarti ketika gaya bekerja/diaplikasikan struktur
aspal mengalami distorsi sebagai mana aliran. Gambar 1. Bagan alir pembuatan serbuk arang
Distorsi adalah pergerakan yang dapat tempurung kelapa
44
Sifat-sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa
Tabel 3. Hasil pemeriksaan aspal pen 60/70 yang ditambahkan serbuk arang tempurung kelapa (ATK)
Variasi kadar ATK dalam aspal
Pengujian
0% 2% 4% 6% 8%
Penetrasi sebelum kehilangan berat (25OC, 5
detik)
69,5 67,3 65,7 62,7 60,7
Kehilangan berat (163OC , 5 jam) 0,170 0,155 0,150 0,150 0,145
Penetrasi setelah kehilangan berat (25OC, 5 detik ) 71,5 65,39 64,73 60,00 58,60
Berat jenis (25O C ) 1,028 1,027 1,025 1,024 1,023
Titik lembek 48,21 49,20 49,47 50,75 51,50
Titik nyala dan Titik bakar 335/338 336/339 337/340 338/341 339/343
Daktilitas (25O C , 5 cm/mnt) 141,00 96,95 86,50 76,30 62,45
71
68
Penetrasi (mm)
70
69
66 68
67
66
64
0 2 4 6 8 10 65
Kadar ATK (%) 0 2 4 6 8 10
Kadar ATK (% )
Gambar 3. Grafik Hubungan Kadar ATK dan
Gambar 4. Grafik Hubungan Kadar ATK dan
Penetrasi Aspal sebelum kehilangan
Penetrasi Aspal Setelah Kehilangan
berat
Berat
Tititk Lembek
50,50
kelapa. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
50,00
karena unsur serbuk arang tempurung kelapa yang
49,50
ditambahkan ke dalam aspal dan dipanaskan secara
49,00
bersama-sama didominasi oleh Karbon non-polar
48,50
yang mengikat/ menyerap unsur-unsur yang mudah
48,00
menguap di dalam aspal menjadi gumpalan- 0 2 4 6 8 10
gumpalan yang keras tetapi cenderung getas dengan Kadar ATK (%)
berat lebih ringan. Gambar 6. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Titik
Lembek
Kehilangan Berat Vs Kadar ATK
Pemeriksaan titik lembek aspal dengan
0,190
0,180
penambahan serbuk arang tempurung kelapa
sampai kadar 8%, masih memenuhi sepesifikasi
Kehilangan Berat (%)
0,170
0,160
yang diisyaratkan untuk aspal penetrasi 60/70.
0,150
x Pengaruh Serbuk arang tempurung kelapa pada
0,140
nilai titik nyala dan titik bakar aspal
0,130
Pada gambar 7 terlihat bahwa semakin besar
0,120
0,110
kadar serbuk arang tempurung kelapa yang
0 1 2 3 4 5
Kadar ATK (%)
6 7 8 dicampurkan ke dalam aspal, akan menaikkan titik
nyala aspal. Kemungkinan penyebab hal ini adalah,
Gambar 5. Grafik Hubungan Kadar ATK dengan kandungan minyak (oil) dalam aspal larut atau
Kehilangan Berat komposisinya menjadi terbatas karena sebagai
media dari asphaltenes yang mengadung banyak
Pemeriksaan kehilangan berat aspal dengan hidrokarbon harus mengikat atau menampung
penambahan arang tempurung kelapa sampai kadar hidrokarbon tambahan dari arang tempurung
8% ini menunjukan bahwa hasil yang diperoleh kelapa, yang kemudian merubah molekul pada
masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan aspal menjadi lebih solit atau keras. Akibatnya
untuk aspal penetrasi 60/70 dibutuhkan temperatur pemanasan yang lebih besar
x Pengaruh Serbuk arang tempurung kelapa pada untuk melepaskan ikatan tersebut.
Titik lembek aspal Naiknya suhu titik nyala ini juga mungkin
Pada gambar 6 diperlihatkan bahwa semakin terjadi karena minyak yang mudah menguap dan
besar serbuk arang tempurung kelapa yang tersulut atau menyala komposisinya mengalami
ditambahkan pada aspal akan menyebabkan titik pengurangan dalam aspal sebagai akibat adanya
lembek meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa unsur lain dari arang tempurung kelapa.
kecenderungan penambahan prosentase kadar Ini menunjukkan bahwa penambahan arang
serbuk ATK akan menyebabkan aspal menjadi tempurung kelapa ke dalam aspal berpotensi untuk
tidak peka dengan temperatur. Hal ini kemungkinan meningkatkan temperatur maksimum pemanasan.
disebabkan oleh meningkatnya ikatan hidrokarbon Hasil pemeriksaan titik nyala aspal dengan
di dalam aspal akibat penambahan serbuk ATK penambahan kadar arang tempurung kelapa sampai
dimana hidrokarbon mempunyai sifat yang tahan dengan 8% masih memenuhi spesifikasi yang
terhadap temperatur yang tinggi. Sifat tersebut disyaratkan untuk aspal penetrasi 60/70 yaitu
diakibatkan oleh jumlah hidrokarbon pada aspal minimum 200 oC.
46
Sifat-sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa
339 1,028
Titik Nyala (oC)
Berat Janis
338
1,026
337
1,024
336
1,022
335
1,020
334
0 2 4 6 8 10
0 2 4 6 8 10
Kadar ATK (%)
Kadar ATK (%)
Gambar 7. Grafik Hubungan Kadar ATK dan Titik Gambar 9. Grafik Hubungan Kadar ATK dengan
Nyala Aspal Berat jenis Aspal
Hasil pemeriksaan berat jenis aspal dilihat
Titik Bakar Vs Kadar ATK secara keseluruhan, masih memenuhi spesifikasi
343 yang disyaratkan yaitu 1,00 .
342 x Pengaruh Serbuk arang tempurung kelapa pada
Titik Bakar
120
semakin didominasi oleh unsur karbon dimana
berat jenis karbon termasuk ringan. Hal ini akan 100
5.2 Saran
x Sebaiknya serbuk arang tempurung kelapa tidak
diposisikan sebagai bahan tambah (additive)
pada campuran beton aspal karena sifat-sifat
kelenturan yang kemungkinan menjadi sangat
kecil (cenderung sangat kaku).
x Bila tetap dipaksakan sebagai bahan tambah pada
campuran perkerasan aspal, sebaiknya tidak
membuat benda uji campuran aspal pada kondisi
pengujian normal tetapi perlu dilakukan
modifikasi pada suhu pemadatan, pencampuran
dan jumlah pemadatan benda uji untuk
mengupayakan sifat kelenturan campuran bisa
terpenuhi.
6. Daftar Pustaka
Alkas, Jazir, 1999, Efek Penggunaan Abu Terbang
pada Workabilty dan Sifat-sifat Marshall
pada Beberapa Campuran Hot Rolled
Asphalt, Proposal Tesis Program
Pascasarjana Program Magister Rekayasa
Transportasi, ITB Bandung
Anonymous, 1996, Manual Penelitian Bahan Jalan
No. 01/ MN/ BM/1976, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta
Hunter N., Robert, 1994, Bituminous Mixtures in
Road Construction, Thomas Telford, London
48