Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembaran Asistensi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Metode Penulisan
Bab 2 Landasan Teori
2.1 Pengertian Aspal
2.2 Fungsi Aspal
2.3 Sifat- sifat Aspal
2.4 Jenis-jenis Aspal
Bab 3 Pembahasan Hasil Praktikum
3.1 Pengujian penetrasi
3.2 Pengujian Titik Lembek Aspal
3.3 Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles
3.4 Analisa Saringan (Gradasi)
3.5 Perencanaan Campuran Metode Binamarga (BM)
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan laporan saya yang berjudul “Laporan Praktikum Uji Aspal”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
praktek plumbing. Selain itu, Laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
plumbing dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para dosen yang telah membimbing saya dan telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Aspal merupakan bahan utuma dalam perkerasan jalan. Aspal memeliki
beberapa sifat viskoelastisitas yaitu sifat untuk mencair pada suatu suhu tinggi dan
memadat pada suhu rendah.
Sifat yang dimiliki aspal tersebut merupakan hal utuma yang menjadikan aspal
sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan karena dapat meningkat bahan-bahan
pencampur perkerasan jalan yang mampu menahan beban lalu lintas.
Perkerasan jalan yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Perkerasan
jalan yang paling banyak digunakan adalah lapisan aspal beton atau laston
(AC/asphalt contcret)).
Disamping kecekupan aspal workability (sifat kemudahan untuk dikerjakan) ada 4
sifat dasar aspal beton yang harus diperhatian dalam perencanaan campuran aspal
biton, yaitu:
1. Stabilitas
2. Durabilitas(keawetan)
3. Fleksibilitas
4. Mempunyai tahanan terhadap selip(skid resistance)
Bahan pengisi bertujuan untuk meningkatkan kekekntalan bahan bitumen dan untuk
mengurangi sifat rentan terhadap temperatur.keuntungan lain dengan adanya bahan
pengisi adalah karena banyak terserap pada bitumen maka akan menaikan
volumennya.
Selain itu bahan pengisi pada campuran beraspal sangat mempengaruhi sifat
pencampuran aspal tersebut, jika terlalu banya kadar pengisi maka campuran tersebut
akan menjadi kaku dan mudah ratak. Namun sebaliknya apabila bahan kadar pengisi
pada campuran terlalu sedikit maka akan membuat campuran tersebut menjadi sangat
lentur dan mudah terdeformasi oleh beban lalu lintas sehingga jalan tersebut akan
bergelombang.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan melaksakan praktikum laboratorium uji aspal adalah sabagai berikut:
1. Untuk mendapatakan suatu campuran aspal yang memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah ditetpkam pada kriteria pencampuran.
2. Mengamati dan mempelajari secara langsung hal-hal yang ada diLaboratorium
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman.
3. Sebagai studi perbandinggan antara teori-teori yang diperoleh sewaktu belajar
dikelas dengan keadaan yang sebenarnya dilaboratorium.
4. Mengetahui secara langsung prosedur dilaboratorium.

1.2 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat melaksanakan praktikum laboratotium uji aspal adalah sebagai
berikut:
1. Dengan pengamatan langsung dilaboratorium, mahasiswa mendapat wawasan
dan menilai situasi dan kondisi diLaboratorium.
2. Dengan pengamatan langsung dilaboratoriun, mahasiswa dapat mengetahui
prosedur pengujian.
3. Dengan mengadakan praktik dilaboratorium mahasiswa dapat menrencanakan
jenis perkerasan jalan raya.
4. Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang diberikan diluar belajar
dengan dilaboratorium.

1.4 METODE PENULISAN


Metode penulisan yang digunakan adalah meteode deskriptif.
Deskriptif dikakukan dengan membuat gamabr keadaan suatu subjek atau abjek
dengan rinci. Deskripsi difokuskan pada masalah yang akan akan dibahas.
Kemampuan mendeskripsikan sesuatu sangat penting untuk membuat data semakin
akurat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 JENIS-JENIS ASPAL

 Aspal Minyak
Aspal minyak adalah bahan sisah yang dianggap sudah tidaj lagi bisah
diproses secara ekonomi dari proses destilasi minyak bumi di pabrik kilang minyak.
Bahan tersebut kita kenal dengan tiga kelas Penetrasi yaitu Pen 40/50,Pen 80/70 dan
Pen 80/100. Semakin rendah angka penetrasi maka akan semakin keras wujud aspal
semakin susah cara penangganannya karena diperlukan suhu lebih tinggi agar aspa;
menjadi lunak atau cair. Sebaliknya semakin tinggi angka penetrasi maka aspal akan
mudah encer, mudah dikerjakan tetapi terancam untuk mencapai kestabilan campuran
aspal, terutama pada iklim panas seperti diindonesia, karena aspal cenderung melunak
pada suhu udara tinggi.

 Aspal Emulsi
Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentuk
elmulsi, sehinggah molekul-molekul aspal melayang di dalam air. Hal ini
dimungkinkan karena adanya bahan tambah bersifat katalis. Pencampuran aspal
dengan air dan katalis tadi dilewatkan mesin colloidmill. Saat aspal emulsi disimpan
lama (sekitar 3 bulan) maka emulsi bisa terlepas (break) dan aspal mengendap ke
dasar container/drum. Agar ikatan emulsi terbentuk lagi,cukup digoyang-goyang atau
digelinding-gelindingkan. Penggunaan aspal emulsi yang paling baik adalah sudah
digunakan sebelum terlepas ikatan emulsinya. Penggunaan aspal emulsi biasanya
pada hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk lapisan beton aspal campuran dingin misalnya pada daerah yang belum
punya AMP tapi ingin lualitas jalannya setara dengan aspal beton aspal. Pada
lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnya wilayah pemboran
minyak ,kelompok penyimpanan bahan bakar, Diklat Penggunaan Bahan &
Alat untuk Pekerjaan Jalan & Jembatan Modul Bahan Aspal Untuk Perkerasan
Lentur
b. Untuk lapisan Tack coat, Prime coat, atau campuran untuk bahan “tambal siap
pakai”. Sebagai gambaran dilampirkan dibawah tabel takaran penggunaan
Aspal cair dan Aspal emulsi sebagai Lapisan Perekat.

 Aspal Busa (foamed asphalt)


Aspal Busa Adalah aspal pana yang dicampurkan dengan air secara mendadak
sehinggga aspal berbusa dan sketika menjadi semacam emulsi yang dapat
dimanfaatkan keencerannya untnuk membentuk lapis tipis aspal yang menyelimuti
agregat. Aspal busa ini kita kenal sebagai bagian dari proses Recycling beton aspal
yang dilakukan di bagian ruas permukaan jalan di Pantura.
 Cutback Asphalt
Cutback Asphalt adalah aspal yang dicairkan dengan cara ditambah pelarut
dari keluargga hidrokarbon (minyak tanah/kerosin, bensin, solar). Untuk Primecoat
dan Tackcoat digunakan jenis Rapi Curing (RC), Medium Curing (MC), atau Slow
Curing (SC). Saat ini, Aspal Emulsi mulai digunakan sebagai Tackcoat karena Aspal
Cutback yang dicampur bensin sering menimbulkan kebakaran, demikian juga bila
menggunakan pelarut koresene atau solar sering tidak sempat menguap,
sehinggaketika campuran beton aspal harus digelar diatasnya, aspal beton
terkontaminasi pelarut yang mengakibatkan aspal beton menjadi lunak dan pada
akhirnya menimbulkan problem perubahan bentuk (deformasi, bleeding, licin).

 Aspal Modifikasi
Nama lain dari aspal modifikasi adalah Polimer Modified Asphalt (PMA) atau
Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak ditambah dengan bahan
tambah (additive) agar meningkatkan kinerjanya, yaitu aspal yang tahan beban dan
tahan lama (awet). Di Indonesia, kesadaran untuk menggunkan aspal modifikasi
karena di perlukan hal-hal.

 Aspal Buton (asbuton)


Asbuton adalah aspal alam yang terdapat dipulau buton, berupa batuan yang
mengandung aspal (rock asphaly) yang ditemukan sejak tahun 1920, dengan cadangan
lebih dari 600 juta ton, tersebar didunia .ada dua lokasi tambang di Buton, yaitu di
Kabungka dan Lawele.

2.2 FUNGSI DAN KEMAMPUAN ASPAL


Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai:
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
aspal itu sendiri.
2. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butit-butir agregat dan pori-pori yang ada dari
agregat itu sendiri. Diklat penggunaan bahan dan alat untuk pekerjaan jalan dan
jembatan modul bahan aspal untuk perkerasan lentur karena itu untuk dapat berfungsi
sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, aspal haruslah mempunyai kemampuan
daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang
baik dan memberikan sifat elektis yang baik uraian tentang kemampuan aspal hal ini
adalah sebagai berikut:
a. Daya tahan (durability) aspal. Adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalkan akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan
sifat dari campuran aspal, yang tergantung padat sifat agregat yang terseliputi
aspal, tergantung juga dengan faktor pelaksanaan. Sifat ini dapat diperkirakan
dalam pemeriksaan Thin Film Over Test (TFOT).
b. Adhesi dan Kohesi aspal. Sifat Adhesi aspal adalah kemampuan aspal untuk
mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan
aspal, sedangkan kohesi aspal adalah kemampuan aspal untuk tetap
mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur. Aspal adalah material yang termoplastis, berarti
akan menjadi keras atau lebih keras atau lebih kental jika temperatur berkurang,
dan akan lunak atau cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan
terhadap perubahan temperatur.
d. Kepekaan aspal. Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur
dengan agregan sehingga agregan dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan
kepermukaan agregat yang telah disiapkan pada proses pelaburan. Setelah
campuran aspal tergelar dan dipadatkan, maka terjadi proses oksidasi yang akan
menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi), ini adalah proses
perapuhan. Jadi selama masa diklat penggunaan bahan dan alat untuk pekerjaan
jalan dan jembatan modul bahan aspal untuk perkerasan lentur pelayanan aspal
mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh
ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin
besar tingkat kerapuhan yang terjadi
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

3.1 Pengajuan penetrasi bahan-bahan bitumen

a. Pengertian
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahan mencai,
sesui dengan pertambahan suhu yang berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu.
Namun demikian perilaku/respon material bahan bitumen tersebut terhadap suhu
pada prinsipnya membentuk suatu prektum/beragam, tergantung dari komposisi
unsur-unsur penyusunan.
Dari sudut pandang rekayasa (engineering),ragam dari komposisi unsur
penyusun bahan bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk
menggambarkan karakteristik ragam respon material bahan bitumen tersebut
diperkenalkan beberapa parameter yang salah satunya adalah nilai PEN
(penetrasi). Nilai ini mengambarkan kekerasan bahan bitumen pada suhu standar
25 ℃, yang di ambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar dengan
bebam standa, (50gr/100gr) dalam rentang waktu yang juga standar (5 detik).
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar
akan menghasilakan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap suhu penetrasi
dapat disusun sedemikian rupa sehingga dihasilkan grafik hubungan antara suhu
dan nilai penetrasi. Penetration indeks dapat di tentukan dari grafik tersebut.

b. Tujuan pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang
dinyatakan dalam masukan jarum dengan beban tertentu kurun waktu tertentu
pada suhu kamar tingkat kekerasan ini merupakan klasifikasi aspal.

c. Peralatan
1. Alat-alat penetrasi yang dapat mengerakan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan padat mengukur penetrasi 0,1mm. pemegang jarum seberat (47,5
& 0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi untuk
peneraan.
2. Pemberat sebesar (50 & 0,05) gr dan (100 & 0,05) gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengsn beban 100 gr dan 200 gr.

 Ukuran –Ukuran cawan :

Penetrasi Diameter Kedalam Kapasitas


Dibawah 200 55 mm 35 mm 90 ml
200 sampai 300 70 mm 45 mm 175 ml
 Jarum penetrasi dibuat dari srainles steel mutu 440℃, atau HRC 54
sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
 Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut:
 Bak perendam (waterbath), terditi dari bejana dengan isi tidak kurang dari
10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang
0,1”C. bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50
mm di atas dasar bejana. Permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml di
atas pelat dasar berlubang.
 Tempat air untuk benda uji di tempatkan di bawah alat penetrasi.
 Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml,dan tinggi yang
cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
 Pengukur waktu.
 Untuk mengukur penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan
skala pembanding terkecil 0,1 atau kurang dan kesalahan tinggi 0,1 detik
per detik. Untuk mengyukur penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat
tersebut tidak melebihi 0,1 detik.

d. Persiapan benda uji


 Panaskan contoh perlahan lahan serta asuklah sehingga cukup untuk dapat
dituangkan. Pemanasan contoh untuk tidak lebih dari 56 ℃ di atas titik
lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 100℃ di atas ttitk lembek.
Waktu pemanasan tidak boleh mekebihi 30 menit. Aduklah
perlahan0lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh.
 Setelah contoh cair merata, tuangkan ke dalam tempat contoh dan
diamkam sehingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. buatlah dua benda uji
(duplo).
 Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml
dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.

e. Langkah-langkah pengujian :
1. Letakan benda uji dalam tempat air yang kecil dan memasuka tempat air
tersebut kedalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang
ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 sampai 2
jam untuk beda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
2. Periksalah pemegang jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan
jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan
jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada pemegang
jarum.
3. Letakan pemberat 50 gram di atas jarum umtuk memperoleh beban sebesar
(100 & 1,0) gram.
4. Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
5. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingah jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di arloji penetrometer
sehingah jarum penunjuk berimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama
jangka waktu (S & 0,1) detik.
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
dengan jarum penunjuk. Buatlah hingga angka 0,1 mm terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum, dan siapkam alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
9. Lakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang
sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dindinhg berjarak
lebih dari 1cm.

Catatan :
 Termometer untuk bak perendam harus harus di tren
 Bitumen dengan penetrasi kurang dari 350 dapat di uji dengan alat-alat dan
cara poemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350
sampai 500 perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
 Untuk penetrasi dengan nilai lebih besar dari 200 sedikitnya digunakan 3
jarum penetrasi. Untuk tiap penusukan digunakan 1 jarum dan jarum tidak
usah ditarik kembali sampai pengujian selesai. Hal ini dikarenakan untuk
penetrasi lebih dari 200 lebih rentan terhadap kerusakan disbanding benda
uji dengan nilai penetrasi yang lebih kecil.
 Apabila pembaca stop watch lebih dari ($ & 0,1) detik, hasil tersebut tidak
berlaku (diabaikan).

f. Perhitungan dan pelaporan

Penetrasi pada
suhu 25 ℃ Beban
500 gr, waktu 5 Sampel Sampel Sampel
detik. I II III
Pengamatan 1 0,4 0,66 0,43
Pengamatan 2 0,6 0,6 0,62
Pengamatan 3 0,62 0,63 0,58
Pengamatan 4 0,83 0,66 0,51
Pengamatan 5 0,71 0,7 0,75
Nilai Rata-Rata 0,632 0,65 0,578
Rata-Rata Penetrasi 0,62

3.2 Pengujian titik lembek aspal dan Ter (Softening Point With Ring And Ball
Test)
a. Pengertian
aspal adalah material termoplastic yang secara bertahap mencair, sesui dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu, namun demikian
perilaku/respon material aspal tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu
spectrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunya.
Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (soflining) bahan-bahan aspal
dan ter,tidak terjadi sacara sekejap pada suhu tertentu, tapi lebih merupakan perubahan
gradual seiring penambahan suhu, oleh sebab itu, setiap prosedur yang dipergunakan/di-
adopt untuk menentukan titik lembek asapl atau ter, hendaknya mengikuti sifat dasar
tersebut, artinya penambahan suhu pada percobaab hendaknya berlangsung secara
gradual dalam jenjang yang halus.
Dalam percobaan ini tittk lembek ditinjukan dengan suhu pada saat bola baja,
dengan berat tertentu, mendesak turun satu lapisan aspal atau ter yang tertahan di dalam
cincin berukuran tertentu sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang
terletak pada tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan.
Titik lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun konstruksi
perkerasan jalan. Titik lembek hendaknya lebeih tinggo dari suhu dipermukaan jalan
sehingga tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur permukaan jalan. Titik lembek
aspal dan ter adalah 300”C-200”C, yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang
hamper sama dengan suhu permukaan jalan pada umumnya. Untuk itu dilakukan usaha
untuk mempertinggi titik lembek ini antara lain dengan mengunakan filter terhadap
campuran beraspal.
Model Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini,
dapat mengukur titik le,bek bahan semisolid sampai solid. Titik lembek adalah besarnya
suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) di bawah kondisi
spesifik dari tes. Berdasarkan tes/apparatus yang ada disimpulkan bahwa pengujian titik
lembek dipengaruhi banyak faktor.
Spesifikasi bina marga tentang titik lembek untuk aspal keras pen 40(Ring and
Ball Testy adalah 51℃ (minimum) dan 63℃ (maksimum), sedangkan untuk Pen 60
adalah minimum 48℃ dan maksimum 58℃ faktor yang mempengaruhi pengujian titik
lembek :
 Kualitas dan jenis cairan pengantar
 Berat bola besi
 Jarak antara ring dengan dasar plat besi
 Besarnya suhu pemanasan

b. Tujuan pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal dan juga ter
Mukai lembek dan dapat digunakan demgam mengunakan alat Ring and Ball.
Suhu ini pun yang menjadi acuan dilapangan atas kemapuan aspal dan juga ter
menahan suhu permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga dapat
menguragi daya letaknya.
c. Peralatan
1. Cincin kuningan
2. Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gr
3. Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu
4. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan
tinggi dan tinggi & 12 cm berkapasitas 800 ml.
5. Termometer
6. Penjepit
7. Alat pengarah bola

d. Penyiapan Benda Uji :


1. Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga
cair merata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar
gelembung-gelembung udara cepat keluar.
2. Setelah cair merata tuanglah contoh ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan aspal tidak melebihi 56℃ diatas titik lembeknya dan untuk aspal
tidak melebihi 111℃ di atas titik lembeknya.
3. Panaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu maksimum tuang contoh,
dan letakan kedua cincin diatas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan sabun.
4. Tuang contoh kedalam dua buah cincin, diamkan pada suhu sekurang-
kurangnya 8℃ dibawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30 menit.
5. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pusau yang
telah dipanaskan.

 Hal-hal yang harus diperhatikan :


 Suhu pemanasan aspal maksimal adalah titik lembek perkiraan ditambah
50℃ (kira-kira 100℃)
 Lamanya pemanasan diatas api tidak melebihi 30 menit dan didalam oven
tidak melebihi 2 jam.
 Larutan gliserin dan tlak di gunakan pada permukaan plat alas besi bukan
pada dinding ring benda uji.
 Contoh aspal yang telah di panaskan, di tuang ke dalam cerakan benda uji
dan didiamkan selama 30 menit, dipotong dengan spatula panas dan di
simpan di dalam ruangan pendingin (& 5℃) selama 30 menit.
 Proses penuangan sampai percobaan selama tidak boleh kurang dari 240
menit.

e. Langka – langkah pengujian


1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak t 25 gram
2. Pasang atau aturlah ke dua benda uji di atas kedudukan dan lerak pengaruh
bola diatasnya. Kemudian masuakn seluru pelarut tersebut ke dalam bejana
gelas.
3. Isilah bejana dengan air suliang baru, dengan suhu (5 &1) ℃ sehingga tinggi
permukaan air °berkisar antara 101,6 sampai 180 mm.
4. Letak termomcetor yang sesuai pekerjaan ini antara kedua benda uji ( kurang
lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin).
5. Prikasalah dan aturlah jarak antara permukaan peceat dasar benda uji
sehingga menjadi 25,4 mm.
6. Letakan bola-bols baja yang bersuhu 5℃ diatas dan di tangah permukaan
masiang – masiang benda uji yang bersuhu 5℃ menggunakan penjepit
dengan memasang kembali pengarah bola.
7. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5℃ permenit. Kecepatan
pemasanagan rata- rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk tiga menit
pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh lebih 0,5℃.

 Hal- hal yang harus di perhatikan:


 Apabila kecepatan pemanasan melibihi ketentuan maka pekerjaan di
ulang.
 Apabila dari satau pekerjaan duplo perbedaan suhu dalan 6 melebihi 1 mka
pekerjaan di ulangi.

f. Perhitungan dan Pelaporan


TITIK LEMBEK ASPAL
Titik
Suhu yang waktu Lembek
diamati I II I II
28˚C 00,00 00,00
33˚C 02,40 02,40
38˚C 05,01 05,01
43˚C 07,13 07,13
48˚C 08,54 08,54
53˚C 10,43 10,43 54˚C 54˚C
54˚C 12,02 12,02
Rata-rata 54˚C
Titik lembek aspal 54˚C

3.3 Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles (Los Angles Abrassion Test)

a. Pengertian
Durabilitas atau ketahanan terhadap kerusakan sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa agregat yang memiliki kekuatan standar pun
akan mengalami kerusakan saat stockpile atau masa layan di jalan. Pada hakekatnya ikatan
antara butir partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang menjadi lemah karena
secara berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti
akibat cuaca, pembekuan dan lain-lain. Ada dua aspek yang menguji durabilitas agregat
ini, yaitu:
 Kerusakan mekanis
 Kerusakan akibat reaksi physic-chemical, seperti pelapukan Dalam uji abrasi
ini tipe tes durabilitas yang diambil adalah tipe tes kerusakan mekanis.

Tipe tes kerusakan mekanis ini sendiri memiliki berbagai macam tipe yaitu:
 Aggregate Abrasion Value
 Aggregate Attrition Value
 Loa Angeles Abrasion Value
 Poloshed Stone Value
Prinsip pengujian Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat pada
gradasi santadrnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan, dan penggilasan di
dalam drum baja. Ketika drum baja berputar bilah baja yang terdapat didalamnya,
mengangkat sampel dan bola baja, membawahnya berputar sampai kembali jatuh,
mengakibatkan efek tumbuk-tekan/impact-crushing pada sampel. Sampel sendiri
kemudian berguling dengan mengalami aksi abrasi dan penggilasan sampai bilah baja
kembali menekan dan membawahnya berputar. Demikian siklus yang terjadi di dalam
los angeles.
Pengujian/tes Los Angeles telah digunakan secara luas sebagai indikator dari
kualitas atau kemampuan berbagai sumber agregat yang mempunyai komposisi
mineral yang sama. Hasil pengujian ini tidak langsung secara sah membenarkan
perbandingan antara sumber-sumber agregat yang jelas berbeda dari aspal, komposisi,
maupun strukturnya.

b. Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengan cara mekanis
dengan menggunakan alat Los Angles Abrasion Test. Pemerikasaan ini adalah untuk
agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm.

c. Peralatan :
1) Mesin abrasi Los Angeles, yaitu mesinyang terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28”) denagan panjang 50 (20”). Silinder ini
bertumpu pada dua poros pendek tidak menesur yang berputar pada poros
mendatar. Silinder berlubang ini dimasukan sampel, penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder
terdapat bilah baja melintang penuh setjnggi 8,9 cm (3,56).
2) Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8”) dan berat masing-
masing antara 400 gram sampai 440 gram.
3) Saringan mulai ukuran 37,5 mm (1 ½”) sampai 2,36 mm (no. 8)
4) Timbangan dengan kapasitas 5000 gram dengan ketelitian! Gram
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)℃

d. Benda uji :
 Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran,debuh bahan
organic atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci sampai bersih
kemudian dikeringkan dalam suhu (110±5)℃ sampai berat tetap.
 Pisahkan sampel ke dalam ukuran fraksi masing-masing sesuai pada tabel di
bawah ini dengan gabungkan, timbang.

 Tabel UKuran Fraksi


Ukuran Saringan Berat dan Gradasi sampel (gr)
Lewat Tertahan
(mm) (mm) A B C D
37,5 (1
1/2") 25,0 (1") 1250±25
25,0 (1") 19,0 (3/4") 1250±25
19,0 (3/4") 12,5 (1/2") 1250±25 2500±10
12,5 (1/2") 9,5 (3/8") 1250±25 2500±10
9,5 (3/8{) 6,3(1/4") 2500±10
6,3 (1/4") 4,75/ (No. 4) 2500±10
4,75(No 4) 2,36 (No. 8) 5000±10
TOTAL 5000±10 5000±10 5000±10 5000±10
JUMLAH BOLA 12 11 8 6
BERAT TERTAHAN
SARINGAN NO 12
(Gram) 5000±25 4554±25 3330±25 2500±25

e. Langka-langkah pengujian:
1) Sampel dan bola baja dimasukan kedalan mesin Los angeles dan mesin diputar
dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm untuk 500 putaran
2) Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian lakukan penyaringan awal
dengan diameter saringan lebih besar dari 1,7 mm (No. 12) . saring bagian sampel
nyang lebih halus dengan saringan 1,7 mm (No. 12 ). Butiran yang tertahan /lebih
besar dari 1,7 mm (No. 12) dicuci bersih kemudian dikeringkan dalam oven suhu
(110 & 5”C) sampai berat tetap, lalu timbang (B).

 Catatn
Tidak dilakukan proses pencucian sampel setelah tes loa angeles ini kadang-kadang
akan mengurangi pengukuran, kehilangan sekitar lebih dari 0,290 dari berat sampel
awal.

f. Perhitungan dan Pelaporan


Gradasi Pemeriksan Fraksi B(10-20
mm)
Saringan (mm)
Lolos Tertahan Berat sampel
(mm) (mm)
19 12,5 2500 gr
12,5 9,5 2500 gr
Total 5000 gr
Bert Tertahan
Saringan No. 12 2918,90 gr

Nilai Keausan Los Angeles = A-B/A x 100 %


Penyelesaian:
A =5000 gr
B =2918,90 gr
Keausan :
= 5000-2918,90/5000x 100%
= 41,6%

Dengan :
A = berat sampel semula 9 gram
B = berat sampel yang tertahan / lenih besar dari 1,7 mm(gram)
Keterangan : -Jumlah bola baja = 11
- Jumlah Putaran = 5000 Putaran

3.4 Analisa Saringan (Sieve Analysis)

a. Pengertian
Batu pecah dan batu alamsecra teoritis terbagi atas dua grup, yakni agregat kasar dan
halus. Pemisah dari dua grup ini adalah ukuran saringan No. 4 (4,75 mm) dimana diatas
ukuran ini disebjut kasar dan dibawahnya di sebut halus (Bs 882,1973). Di laboratorium
pembagian ini diperbanyak, misalnya untuk keperluan spesifikasi campuran beton
menggunakan empat zona gradasi, untuk keprluan perkerasan digunakan tiga zona gradasi
atau lebih dikenal fraksi gradasi, yakni agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus.

b. Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu dustribusi ukuran agregat dalam bentuk
grafik yang dapat memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat dengan
menggunakn saringan

c. Peralatan :
1) Timbang dengan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat sampel
2) Satu set saringan
3) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi 110±5℃
4) Alat pemisah contoh
5) Mesin pengguncang saringan (vibrator)
6) Talam-talam
7) Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya

d. Benda Uji :
1) Agragat halus : Material lolos saringan 4,75 mm 1000 gr
2) Agregat sedang : Material lolos saringan 9,50 mm 1500 gr
3) Agregat kasar : Material lolos saringan 25,4 mm 2000 gr

e. Langkah-langkah Pengujian :
1) Sampel dikeringkan di dalam oven dengan suhu 110 & 58℃ sampai berat tetap.
2) Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali
proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan swlang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air 0.1>%
3) Sampel disaring dengan susunan saringan dimana ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas.
4) Saringan diguncang manual atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit.

f. Perhitungan dan Pelaporan


 Data agregat halus material lolos saringan No. 4 (4,75 inch) material (1000.29
gr)
Diamet x
No. Berat Berat persen
er Berat berat Kumulat
Saringa Saringa Saringan + tertaha
Saringa Tertahan tertaha if Lolos
n n Material n
n (mm) n
1 25.40 617.62 617.62 0 0.00 0.00 100.00
3/4'' 19.20 569.29 569.29 0 0.00 0.00 100.00
1/2'' 12.70 558.6 558.6 0 0.00 0.00 100.00
3/8'' 9.5 333.8 333.8 0 0.00 0.00 100.00
4 4.75 560.99 561.7 0.71 0.71 0.08 99.92
8 2.36 541.47 673.01 131.54 132.25 15.70 84.30
30 0.6 339.42 756.01 416.59 548.84 65.17 34.83
50 0.3 267.99 392.01 124.02 672.86 79.90 20.10
100 0.15 401.08 570.39 169.31 842.17 93.80 6.20
200 0.075 371.51 427.2 55.69 897.86 89.76 10.24
1000.2
408.28
PAN 0 510.71 102.43 9 100.00 0.00

 Data agregat sedang lolos saringan No. 3/8 “ (9,50 inch) material (1500 gr)
Agregat Sedang Berat Benda Uji 1500 gr
Diamete
No. Berat Berat x berat persen
r Berat Kumulat
Saringa Saringa Saringan + tertaha tertaha
Saringa Tertahan if Lolos
n n Material n n
n (mm)
1 25.40 617.62 617.62 0 0.00 0.00 100.00
3/4'' 19.20 569.29 569.29 0 0.00 0.00 100.00
1/2'' 12.70 558.6 558.6 0 0.00 0.00 100.00
3/8'' 9.5 333.8 624.43 290.63 290.63 19.77 80.23
4 4.75 560.99 1525.36 964.37 1255.00 85.37 14.63
8 2.36 541.47 725.83 184.36 1439.36 97.91 2.09
30 0.6 339.42 344.73 5.31 1444.67 98.27 1.73
50 0.3 267.99 273.9 5.91 1450.58 98.67 1.33
100 0.15 401.08 420.64 19.56 1470.14 99.84 0.16
200 0.075 371.51 373.82 2.31 1472.45 98.16 1.84
PAN 0 408.28 435.83 27.55 1500.00 100.00 0.00

 Data agregat berat lolos saringan No. 1 “ (25.4 inch) material (2193.68 gr)
Diamet x
No. Berat Berat persen
er Berat berat Kumulat
Saringa Saringa Saringan + tertaha
Saringa Tertahan tertaha if Lolos
n n Material n
n (mm) n
1 25.40 617.62 617.62 0 0.00 0.00 100.00
3/4'' 19.20 569.29 685.8 116.51 116.51 5.32 94.68
1/2'' 12.70 1089.2
558.6 1531.35
972.75 6 49.75 50.25
3/8'' 9.5 2030.9
333.8 1275.47
941.67 3 92.75 7.25
4 4.75 2187.0
560.99 717.14
156.15 8 99.89 0.11
8 2188.1
541.47 542.56
2.36 1.09 7 99.94 0.06
30 0.6 2188.6
339.42 339.93
0.51 8 99.96 0.04
50 2188.8
267.99 268.11
0.3 0.12 0 99.96 0.04
100 2189.5
401.08 401.85
0.15 0.77 7 99.97 0.03
200 2190.2
371.51 372.14
0.075 0.63 0 99.84 0.16
2193.6
408.28 411.76
PAN 0 3.48 8 100.00 0.00

3.5 Perencanaan Campuran Metode Bina Marga (BM)

a. Pengertian
Metode ini merupakan adaptasi langsung dari metode campuran metode Asphalt
Institute (Al) untuk penggunaan di Indonesia. Sebagaimana mhalnya metode Al, maka
cakupan metode ini adalah untuk perencanaan campuran panas dengan gradasi agregat
menerus yang yang disebut sebagai Lapis aspal Beton (LASTON). Dalam aplikasinya,
campuran laston dapat digunakan sebagai permukaan, levelling course, dan binder atau
intermediate course.
Dalam terminoligi perkerasaan di Indonesia, dikenas juga jenis campuran laston Atas
dan laston Bawah.Laston atas adalah Lapisan Aspal Beton yang digunakan sebagai
material lapis pondasi dan termasuk sebagai Base Crouse (Amerika Serikat) atau Roader
Base ( Inggris). Sementara itu Laston Bawah adalah lapis aspal beton yang digunakan
sebagai material pondasi bawah yang dipasang fiatas tanaha dasar. Kedua jenis Laston
ini (Laston Atas dan Laston Bawah) berbeda dengan jenis Laston yang dibahas ini.

b. Perencanaa Campuran
Persiapan Material :
Kadar aspal optimum untuk lastonm umumnya berkisar antara 4% sampai 7%
terhadap berat campuran. Dalam menentukan kadar aspal optimum dengan
menggunakan pengujian Marshall, maka diperlukan sedikitnya enam variasi kadar aspal
dengan kenaikan ½ %.setiap nilai kadar aspal diperlukan minimal tiga sampel atau
specimen Marshall, sehingga untuk mencari kadar aspal optimum diperlukan setidaknya
18 sampel. Berat satu sampel Marshall adalah sekitar 1200 gr agregat dan secara
umumdiperlukan sekitar 23 kg agregat dan sekitar 4 kg sampai 5 kg aspal.

c. Perlengkapan
1) Tiga buah cetakan benda uji dari logam berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas leher sanmbung.
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis dilengkapi dengan :
 Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder,
dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
 Landasan pemadatan terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran
20,23 x 20,23 x45,72 cm: dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48x 30,48 x
45,72 cmdengan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
 Pemegang cetakan benda uji

3) Alat Pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari
dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstrude yang berdiameter 10 cm.
4) Alat Marshall lengkap dengan :
 Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
 Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 500 kg dilengkapi
arloji (dial) tekanaan dengan ketelitian 0,0025 mm.
 Arloji pengukuran pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya
5) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 2000.
6) Bak perendam (water bath).
7) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantungan benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1
gram. Pengukur suhu dari logam (Metal Thermometer) berkapasitas 2500 Cdan 100
C engan ketelitian 16 dari kapasitas. Perlengkapan lain:
 Wajan untuk memanaskan agregat,aspal dan campuran aspal
 Sendok pengangkut dan spatula
 Kompor dan pemanas (Hot plate)
 Sarung tangan dari asber, sarung tangan dari asber dan pelindung pernapasan
atau masker
 Kantong plastic berkapasitas 2 kg
 Kompor gas ELPG atau minyak tanah

d. Pembuatan Bneda Uji


Agar pencampuran dan pemadatan dappat menghasilkan campuran yang baik, maka
salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian sehingga peran
aspal dalam proses pencampuaran dan pemadatan dapat maksimal. Metode Al
menyarankan bahwa pada pencampuran kekentalan (viskositas) Kincitis aspal adalah
170 dan 20 Centistokes dan untuk pemadatan dibutuhkan viskositas kinetic aspal
sebesar 280 ± 30 Centistokes, nilai kekentaalan ini dapat dicapai pada rentang suhu
tertentu yang, sering disebut sebagai suhu pencampuran dan suhu pemadatan. Kedua
rentang 8 suhu ini dapat dicari dengan menggunakn grafik antara suhu dengan viskositas
yang dapat dikembangkan untuk setiap jenis aspal.

e. Tahapan Pembuatan Benda Uji


1) Keringkan agregat pada suhu 105-110℃ minimum selama 4 jam, keluarkan dari
alat pengering (Oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2) Pisah-pisahkan agregat kedalam vraksi-vraksi yang dikehendaki (sesuai spek)
dengan cara penyaringan.
3) Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak 1200
gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm.
4) Pencampuran agregat sesuai dengan gradasi yang diginkan dilakukan dengan cara
mengambil nilai tengah dari batas aspek.Untuk memperoleh berat agregat yang
diperlukn dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tenga tersebut terhadap total berat agregat.
5) Panaskan wajan pencampur beserta agregat kira-kira 28 C diatas suhu pencampuran
untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai 14 C diatas suhu
pencampuran.
6) Tuangkan aspal yang sudah mencair tingkat kekentalan sebanyak yang dibutuhkan
kedalam agregat yang suda dipanaskan tersebut,kemudian adukan dengan
cepat,dengan tetap mempertahangkan masih dalam rentang suhu pemadat,sampai
agregat terselimuti aspal secara merata.
7) Sementara itu, atau sebelumnya, perluh disiapkan alat untuk memadatkan,yaitu
dengan membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan saksama dengan panaskan sampai suhu antara 93,3-148,9.
8) Letakan cetakan diatas landasan pemadat dan tahan dengan pemegangan cetakan
9) Letakan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang suda digunting menurut
ukuran cetakan kedalam dasar cetakan.
10) Masukkan seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-
keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10
kali dibagian tengahnya.
11) Siapkan alat memadat dan lakukan pemadat dengan menumbuk spesimen dengan
jumlah tumpukan sebanyak 35, S0, atau 75 yang disesuaikan dengan jenis lalu
lintas yang direncanakan.
12) Tumpukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan selama pemadatan harus
diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas
cetakan.
13) Lepaskan alat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian yang
berisi benda uji dibalikkan tadi. Lakukan penumpukan bagi dengan jumlah yang
sama.
14) Lepas keeping alas dan didingan sampai diperkirakan tidak akan terjadi perubahan
jika benda uji dikeluarkan dari mold. Untuk mempercepat proses pendingan, dapat
mengunakan kipas angina. Proses pendinginan biasanya dilakukan sekitar 2-3 jam.
15) Keluarkan benda uji atau apesimen Marshall dari mol dengan hati-hati dan
kemudian letakkan spesimen permukaan yang rata dan biarkan sampai benar-benar
dingin.sebaikanya didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam,

 Pengujian Spesimen Marshall:


Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode Marshall, yaitu tahap
pertama adalah melakukan pengukuran berat jenis, pengukuran stabilitas dan
flow, serta pengukuran kerapatan dan analisis rongga, sebelum dielakukan
pengujian spesimen atau benda uji Marshall, perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
 Benda uji harus bersih dari kotoran organi, minyak ,kertas dan
sebagainya.setiapdiberi tanda pengenalan megkirakan jumlah aspal yang
diberikan
 Ukur tinggi masing- masing benda uji dengan menggunakan jangka
sorong dengan ketelitian 0,1 mm.tinggi benda uji adalah rata-rata dari tiga
kali pengukuran .

Pengukuran berat jenis campuran didasarkan pada ASTM D 2726 :

 Timbang benda uji dan didapatkan berat benda uji kering.


 Masukan benda uji ke dalam air bersuhu 25℃ selama 3 sampai ± 5 menit
dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji dalam air,
 Angkat benda uji dari dalam air, selimuti dengan kain yang dapat
menyerap Air, dan segera timbang untuk mendapatkan berat benda uji
kondisi jenuh – kering permukaaan ( SSD). Penyelimutan dengan kain
adalah hanya untuk menghilangkan air yang berada di permukaan dan
dilakukan dengan cepat. Proses dari sejak pengambilan benda uji dari
dalam air, menyelimutkan dengan kain dan penimbangan sebaiknya
dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
 Berat jenis curah (bulk specific gravity) benda uji adalah berat benda uji
kering/(berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan – berat benda ujiu
dalam air).
Pengukuran stabilitas dan flow:
 Rendam benda uji dalam bak perendaman (water bath) selama 30-40
menit dengan suhu tetap (60 ± 1)℃ .
 Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakan ke
dalam segmen bawa kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang
diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam sampai
tercapainya beban maksimum tidak boleh lebih dari 30 detik.
 Pasang segmen diatas benda uji dan letakan keseluruhannya dalam mesin
penguji.
 Pasamg arloji pengukur pelelehan (low) pada kedudukan di atas salah satu
batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol,
sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap
segmen atas kepala penekan.
 Naikan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikan hingga menyentuh
alat cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.
 Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol
 Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm
per menit sampai pembebeanan maksimum tercapai, atau pembebanan
menurun seperti yang ditunjukan oleh jarum arloji tekan pembebanan
maksimum.
 Catat nilai pelelhan (flow) yang ditunjukan oleh jarum arlojipengukur
pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

f. Perhitungan Dan Pelaporan


 Komposisi campuran briket dengan kandungan aspal 5,5%
1) Kasar = 20% x 1,134 = 226,8 gr
2) Sedang = 39% x 1,134 = 442,26 gr
3) Pasir = 41% x 1,134 = 464,94 gr
4) Aspal = 5,5% x 1200 = 66 gr
 Komposisi campuran briket dengan kandungan aspal 6,0%
1) Kasar = 20% x 1,128 = 225,6 gr
2) Sedang = 39% x 1,128 = 439,92 gr
3) Pasir = 41% x 1,128 = 462,48 gr
4) Aspal = 6,0% x 1200 = 72 gr
 Komposisi campuran briket dengan kandungan aspal 6,6%
1) Kasar = 20% x 1,122 = 224,4 gr
2) Sedang = 39% x 1,122 = 437,58 gr
3) Pasir = 41% x 1,122 = 460,02 gr
4) Aspal = 6,5% x 1200 = 78 gr
 Ketebalan Briket

Sampel Ketebalan Briket


5,5 (I) 6,6
5,5 (II) 6,57
5,5 (III) 6,53
6,0 (I) 6,67
6,0 (II) 6,37
6,0 (III) 6,47
6,6 (I) 6,33
6,6 (II) 6,27
6,6 (III) 6,37

 Berat briket sebelum direndam


Sampel 5,5% 6,0% 6,6%
1 2000 2000 2000
2 2000 2000 2000
3 2000 2000 2000

 Berat briket sesudah direndam


Sampel 5,5% 6,0% 6,6%
1 685 667 677
2 689 683 682
3 699 687 682

 Hasil pengujian Metode Marshall ( stabilitas&Flow)


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan perhitungan dari karakteristik Laston
lapis aus (AC-WC) dengan menggunakan aspal Pertamina Pen 60/70 dan aspal
Reton, didapat kesimpulan sebagai berikut:
 Aspal reton memiliki berat jenis dan titik lembek yang lebih besar, namun
angka penetrasinya lebih renda di bandingkan dengan aspal pertamina pen
60/70.
 Perbedaan angka penetrasi kedua jenis aspal berpengaruh terhadap penetrase
rongga dalam beton aspal yang dihasilkan. Dari hasil analisisterhadap
parameter Marshall, pada kadar aspal yang sama beton aspal Retona cenderung
menghasilkan VMA dan VMI yang lebih tinggi. Sedangkan untuk nilai VFA-
nya, cenderung lebih rendah daripada beton aspal Pertamina Pen 60/70.
 Pada kadar aspal yang sama, nilai stabilitas dan flow yang dihasilkan beton
aspal Retona ternyata lebih besar dibandingkan dengan beton aspal Pertamina
Pen 60/70.
 Dengan komposisi agregat yang sama, kadar aspal optimumyang dibutuhkan
beton aspal Retona ternayta lebih besar dibandingkan dengan beton aspal
Pertamina Pen 60/70.
 Pada kadar aspal optimum, beton aspal yang dihasilkan antara aspal Retona
dengan aspal Pertamina Pen 60/70 mempunyai sifat campuran yang hampir
sama. Namun dari segi durabilitas, beton aspal Retona terlihat lebih baik dari
beton aspal Pertamina Pen 60/70.hal ini ditunjukan dengan nilai stabilitas sisa
dari beton aspal Retona yang lebih besar dari pada beton aspal Pertamina Pen
60/70.
 Asbuton olahan (aspal Retona) dapat digunkan sebagai bahan ikat pada
campuran AC-WC, karena terbukti pada kadar aspal optimum beton aspal yang
dibuat memenuhi spesifikasi karakteristik beton aspal AC-WC.

4.2 Saran
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk:
 Melakukan pengujian dengan menggunakan variasi komposisi agregat
sebelumnya.
 Melakukan uji permebilitas untuk mengetahui rongga udarah dalam campuran.
 Melakukan pengujian tambahan untuk mengetahui sifat kohesi aspal.
 Melakukan penelitian tentang penggunaan Asbuton olahan jenis lain pada lapis
perkerasan yang sama.
 Melakukan analisis secara ekonomi tentang keuntungan dan kerugian dari
penggunaan Asbuton pada perkerasan jalan.
 Kalibirasi alat dilakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
DAFTAR PUSTAKA

 Panduan buku pengujian material bahan jalan (aspal) Politeknik Negeri


Ambon

Anda mungkin juga menyukai