OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah survey
pemeliharaan dan perawatan bangunan ini dengan baik. Dalam penyusunan
laporanini, kami menyadari bahwa hasil makalah survey ini masih jauh dari kata
sempurna.Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangundari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga makalah survey ini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.
Padang, 13 Mei 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pemeliharaan dan perawatan pada bangunan gedung merupakan dua tindakan
yang saling terkait. Pemeliharaan pada bangunan gedung adalah gabungan dari
tindakan teknis dan administratif untuk mempertahankan fungsi bangunan
sebagaimana yang telah direncanakan. Sedangkan perawatan pada bangunan
gedung merupakan tindakan untuk memperbaiki dan/atau mengganti bagian
bangunan gedung, komponen, dan bahan bangunan, agar bangunan gedung tetap
laik fungsi. Pemeliharaan adalah tindakan pencegahan agar komponen bangunan
tidak mengalami kerusakan secara cepat dan perawatan adalah kegiatan perbaikan
dan penggantian komponen yang mengalami kerusakan.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tahun
2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung,
pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan
gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi
(preventive maintenance). Sedangkan perawatan bangunan gedung adalah kegiatan
memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi
(currative maintenance). Perawatan pada bangunan gedung dapat berupa kegiatan
rehabilitasi, renovasi dan restorasi. Kegiatan pemeliharaan dan perawatan pada
bangunan gedung harus ditingkatkan seiring pesatnya pembangunan di Indonesia.
Pada kenyataannya, kegiatan pemeliharaan kurang diperhatikan oleh pemilik
bangunan.
Menurut Labombang (2006) kegiatan pemeliharaan kurang diperhatikan karena
beberapa faktor, antara lain: kegiatan pemeliharaan dipandang tidak mendesak
dibanding dengan kegiatan pembangunan, struktur organisasi pemeliharaan yang
tidak selalu ada, dan pengelola fasilitas beranggapan bahwa pemeliharaan
bangunan merupakan masalah teknis saja yang tidak terkait dengan tujuan fungsi
bangunan sesuai keinginan pemakai. Kegiatan pemeliharaan bangunan gedung
belum terlaksana secara optimal karena adanya anggapan bahwa kegiatan
membangun lebih utama dari pada kegiatan 2 memelihara. Pada umumnya, tolok
ukur keberhasilan pembangunan pada suatu daerah lebih condong pada banyaknya
jumlah bangunan baru. Hal ini menyebabkan kegiatan pemeliharaan terhadap
bangunan eksisting tidak diutamakan, dalam arti belum mendapat anggaran yang
memadai.
Pengelolaan dalam pemeliharaan bangunan gedung juga belum terorganisir secara
baik. Pada bangunan gedung publik, keandalan bangunan gedung merupakan
syarat mutlak yang harus terpenuhi. Oleh karena itu, perlu peningkatan perhatian
dalam hal pemeliharaan terhadap bangunan gedung yang ada. Diperlukan standar
berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan bangunan untuk mencapai hasil
pemeliharaan yang optimal, meliputi perencanaan, organisasi, penjadwalan,
pelaksanaan, dan pengendalian. Banyak bangunan gedung milik pemerintah yang
semestinya dilakukan pemeliharaan namun tidak mendapat tindakan pemeliharaan
yang tepat, seperti penundaan pemeliharaan kerusakan gedung dan pemeliharaan
komponen gedung yang kurang tepat sasaran. Hal ini membuat kerusakan menjadi
lebih berat dan menjalar ke bagian lain. Bagi pengelola gedung penting sekali
untuk melakukan kegiatan pemeliharaan yang baik untuk menjaga kondisi
bangunan gedung beserta seluruh komponennya agar selalu laik fungsi.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG
1.Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung
selalu laik fungsi(preventive maintenance)
2.Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative
maintenance).
C.TINGKAT KERUSAKAN
1.Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan gedung
dengan tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana
teknis perawatan bangunan gedung disetujui oleh pemerintah daerah.
2.Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen
bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia
atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi,
atau sebab lain yang sejenis.
3.Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan,
yaitu:
a. Kerusakan ringan
1) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural,
seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar
35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang
berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
b. Kerusakan sedang
1) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural,
dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
2) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah
sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang
berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
c. Kerusakan berat
1) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan,
baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat
berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
2) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi
pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
d. Perawatan Khusus
Untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha
meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi (misal
yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah), besarnya biaya
perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada Instansi Teknis setempat.
4.Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus setelah berkonsultasi
dengan Instansi Teknis setempat.
5.Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung tertentu dan yang
memiliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat pertimbangan tim
ahli bangunan gedung.
6.Pekerjaan perawatan ditentukan berdasarkan bagian mana yang mengalami
perubahan atau perbaikan.
6) jika tripleks sudah bolong dan rusak , maka gantilah tripkles tersebut dengan
triplkes yang baru
Pada celah atau retakan di tembok, biasanya terdapat lumut , debu, dan serpihan.
Sebelum mulai memperbaiki dan menambal tembok yang retak, sebaiknya bersihkan
kotoran pada retakan tersebut. Gunakan pisau, benda yang tajam, atau bahkan vacuum
cleaner untuk menyedot debu dan kotoran pada retakan tersebut.
Untuk menambal tembok yang retak, perlu dilihat seberapa besar tingkat keretakan
tembok tersebut. Anda bisa menggunakan spackle atau campuran semen. Aplikasikan
bahan ini dengan bantuan dempul (putty knife) untuk menghilangkan sisa – sisa
tambalan yang meluber, dan meratakannya dengan dinding.
Setelah retakan pada tembok selesai ditambal, Anda perlu menutup tambalannya dengan
plester drywall. Anda perlu memotong plester pita menjadi strip panjang dan cukup lebar
yang cukup untuk menutupi bekas retakan.
Sekali lagi, gunakan pisau dempul untuk menempatkan dan meratakan spackle dengan
lapisan tipis di atas dinding secara merata. Dempul harus diratakan berkali – kali hingga
tambalan hasil retakan tidak terlihat tebal dan menyembul dari dinding.
Amplas dengan pola ke bawah pada seluruh bagian tembok yang sudah ditambal untuk
menjaga agar bekas tambalan lebih rata, tidak menimbulkan benjolan, dan membuat
permukaan tembok bekas retakan tetap halus dan siap untuk dicat. Ulangi
proses spacklingdan pengamplasan ini hingga didapatkan hasil yang halus dan rata.
6. Aplikasikan cat pada bekas retakan menggunakan warna yang sama dengan
tembok
Area yang sudah selesai ditambal dan diperhalus dengan amplas, tentunya masih
meninggalkan bekas tambalan karena warna putihnya yang mencolok karena bekas
amplas, yang terlihat amat sangat kontras dengan warna pada bagian tembok yang lain.
Untuk itu, Anda bisa mengulangi untuk mengecat bagian tersebut dengan warna yang
sama dengan warna tembok.
Jika Anda sulit menemukan warna yang sama, dan khawatir jika Anda menggunakan
warna yang tidak mirip, akan terlihat bekas tambalan pada tembok, maka Anda bisa
mengecat seluruh tembok dengan warna yang baru, sehingga bekas tambalan akan lebih
tersamarkan dengan warna tembok yang baru.
A. KESIMPULAN
1. PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG
1.Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung
selalu laik fungsi(preventive maintenance)
2.Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative
maintenance).
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami susun. Kami menyadari banyak kekurangan dalam
makalah ini . Oleh karena itu , saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini