Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KOMPOSISI KARET ALAM PADA

ASPAL POLIMER TERHADAP DAYA TAHAN


KONSTRUKSI JALAN RAYA

Disusun oleh:
BAGUS TRI ANDANA
NRP: 2021006
JOHANNA GUNAWAN
NRP: 2021012
ACHMAD APRIZAL GHOZALI
NRP: 2021023
MUTIARA NOVITAFANI
NRP: 2021026

Pembimbing:
DRA. MARIA INGGRID, M.SI.

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan lancar,
sehingga penyusunan makalah yang berjudul ” PENGARUH KOMPOSISI
KARET ALAM PADA ASPAL POLIMER TERHADAP DAYA TAHAN
KONSTRUKSI JALAN RAYA ” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Bahan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tidaklah
mudah dan banyak kendala yang dihadapi. Namun, berkat bantuan, bimbingan, dan
saran dari berbagai pihak maka makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, terutama kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Dra. Maria Inggrid, M.Si. selaku dosen pengajar mata kuliah Kimia Bahan.
3. Dan untuk semua pihak yang telah memberi saran, semangat, dan bantuan
kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada


makalah ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun yang akan dijadikan sebagai bahan koreksi
untuk kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersedia membaca makalah ini.

Bandung, Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4

1.2. Tujuan Makalah ........................................................................................ 4

1.3. Manfaat Makalah ...................................................................................... 5

BAB II ISI ............................................................................................................... 6

2.1 Prinsip Aspal Polimer ............................................................................... 6

2.2. Sifat - Sifat Aspal ..................................................................................... 6

2.3. Komposisi Aspal Polimer ......................................................................... 7

2.3.1. Karet Alam ........................................................................................... 8

2.3.1.1. Sifat – Sifat Karet Alam............................................................. 8

2.3.1.2. Jenis – Jenis Karet Alam ............................................................ 8

2.3.2. Asphaltenes .......................................................................................... 9

2.3.3. Maltenes ............................................................................................... 9

2.3.3.1. Resin .......................................................................................... 9

2.3.3.2. Aromatis..................................................................................... 9

2.3.3.3. Saturate .................................................................................... 10

2.4. Proses Pembuatan Aspal ........................................................................ 10

2.5. Manfaat Aspal Polimer ........................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Prasarana transportasi darat yakni jalan raya sangat menunjang dalam
pembangunan suatu bangsa dan negara, guna menghubungkan transportasi darat
antar wilayah untuk menyalurkan kebutuhan dan memperlancar laju ekonomi
masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan sosial. Pembangunan dan
pemeliharaan jalan raya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak
mudah rusak, sehingga tidak mengganggu pengguna jalan raya.
Ketahanan aspal sangat dipengaruhi oleh air, karena air bisa melonggarkan
ikatan antara agregat dengan aspal dan juga dipengaruhi oleh suhu, karena pada
suhu tinggi aspal akan bergeser dan bergerak, pada suhu dingin aspal menjadi
sangat rapuh dan cenderung mengalami keretakan. Untuk memperbaiki sifat fisik
aspal dari pengaruh suhu dan air, maka bahan aditif polimer sebagai alternatif
pengubah sifat permukaaan dari aspal.
Modifikasi aspal polimer atau biasa disingkat dengan (MAP) telah
dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Bahan polimer yang ditambahkan
kedalam aspal adalah dari jenis elastomer yaitu karet alam atau karet sintesis.
Interaksi antara komponen aspal dan aditif polimer dapat meningkatkan
kontribusi pengikat aspal untuk kinerja pengaspalan yang lebih baik. Aspal polimer
pada konstruksi jalan raya menghasilkan mutu kinerja aspal yang lebih baik dan
memberi nilai kepadatan yang lebih besar dari campuran aspal biasa. Hal itu
disebabkan oleh karakteristik campuran aspal polimer karet alam lebih baik
dibandingkan dengan campuran menggunakan aspal biasa.

1.2. Tujuan Makalah


Tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut:
1. menjelaskan modifikasi aspal polimer yang merupakan campuran antara aspal
panas dan polimer alam, yaitu karet alam;
2. mengetahui sifat-sifat aspal secara umum;
3. mengetahui komposisi pembuatan aspal polimer;

4
4. mengetahui proses dalam pembuatan aspal polimer; dan
5. mengetahui manfaat dari pengaruh komposisi karet alam pada aspal polimer
terhadap daya tahan konstruksi jalan raya.

1.3. Manfaat Makalah


Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut:
1. sebagai informasi tambahan mengenai pemanfaatan karet alam sebagai bahan
aditif dalam pembuatan aspal polimer;
2. sebagai solusi alternatif terhadap permasalahan pembangunan jalan raya untuk
dihasilkan kualitas aspal yang lebih baik dan lebih tahan lama; dan
3. sebagai masukan ilmu pengetahuan baru sesuai dengan bidang Teknik Sipil
khususnya yang berkaitan dengan materi perkerasan konstruksi jalan raya.

5
BAB II
ISI

2.1 Prinsip Aspal Polimer


Aspal didefinisikan sebagai suatu cairan yang lekat atau berbentuk padat,
yang terdiri dari hidrokarbon atau turunannya, terlarut dalam trikloro-etilena dan
bersifat tidak mudah menguap serta lunak secara bertahap jika dipanaskan. Aspal
berwarna hitam atau kecoklatan, memiliki sifat kedap air dan adhesive. (British
Standart, 1989). Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau
dapat ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama-sama material lain.
Sedangkan aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari
modifikasi antara polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal. Modifikasi aspal
polimer telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir. Umumnya dengan
sedikit penambahan bahan polimer (biasanya sekitar 2-6%) sudah dapat
meningkatkan hasil ketahanan yang lebih baik, mengatasi keretakan dan
meningkatkan ketahanan usang dari kerusakan akibat umur sehingga dihasilkan
pembangunan jalan lebih tahan lama serta juga dapat mengurangi biaya perawatan
atau perbaikan jalan.

2.2. Sifat - Sifat Aspal


Aspal yang digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan pada umumnya
berfungsi sebagai pengikat dan pengisi rongga udara antar agregat
(Sukirman,1993). Aspal yang digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut:
1. Mempunyai Daya Tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya
akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari
campuran aspal, tergantung dari sifat agregat, campuran aspal, faktor pelaksanaan
dan sebagainya.
2. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur
penyusun dari dirinya sendiri sehingga terbentuk aspal dengan daktilitas yang
6
tinggi. Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dan aspal.
3. Kepekaan pada temperatur
Kepekaan pada temperatur untuk masing-masing produksi bahan aspal
akan berbeda-beda tergantung dari asal eksplorasi aspal meskipun jenisnya sama.
Sehingga apabila kepekaan terhadap temperatur dari aspal yang akan digunakan
diketahui, maka dapat pula ditentukan suhu pemadatan yang menghasilkan nilai
stabilitas yang baik. Aspal adalah material yang bersifat termoplastis, maka aspal
akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan melunak
atau mencair jika temperatur bertambah. Sifat ini diperlukan agar aspal memiliki
ketahanan terhadap perubahan temperatur, misalnya aspal tidak banyak berubah
akibat perubahan cuaca, sehingga kondisi permukaan jalan dapat memenuhi
kebutuhan lalu lintas serta tahan lama.
4. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat
sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat
yang telah disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi
oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi).
Kekerasan aspal tergantung pada kekentalan aspal pada proses pencampuran
dipanaskan dan dicampur dengan agregat sampai agregat dilapisi aspal.

2.3. Komposisi Aspal Polimer


Dari sudut pandang kualitatif, aspal terdiri dari dua kelas utama senyawa,
yaitu Asphaltenes dan Maltenes. Dari sudut pandang kuantitatif, Asphaltenes terdiri
dari 5 sampai 25% berat adalah campuran kompleks dari hidrokarbon, terdiri dari
cincin aromatik kental dan senyawa heteroaromatic mengandung belerang. Pada
aspal polimer, campuran aspal ditambah dengan polimer alam, yaitu karet alam.
Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh
hidrokarbon dan atom-atom N, S, dan O dalam jumlah yang kecil. Dimana unsur-
unsur yang terkandung dalam bitumen, antara lain adalah Karbon (82-88%),
Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%), Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%).

7
2.3.1. Karet Alam
Karet alam merupakan cis-1,4 poliisoprena. Isoprena merupakan produk
degradasi utama karet alam. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97%
cis-1,4-isoprena, dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam
diperoleh sebagai lateks yang terdiri dari 32- 35% karet dan sekitar 5% senyawa
lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa
dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi
(Stevens, 2001). Komponen utama karet alam merupakan suatu rantai polimer yang
tersusun dari hampir semua struktur cis-1,4 poliisoprena yang sempurna, oleh
karena itu karet alam disebut juga dengan cis-1,4 poliisoprena (Morton, 1987).

Gambar 2.1 Struktur Karet Alam

2.3.1.1. Sifat – Sifat Karet Alam


Warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus cahaya atau setengah tembus
cahaya, dengan berat jenis 0,91-0,93. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat
vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti
ebonite. Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada
130oC dan terurai sekitar 200oC. Sifat isolasi listriknya berbeda karena
pencampuran dengan aditif.

2.3.1.2. Jenis – Jenis Karet Alam


Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah
1. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar)
2. Karet konvensional (RSS, white crepes, dan pale crepe)
3. Lateks pekat

8
4. Karet bongkah atau block rubber (SIR 5, SIR 10, dan SIR 20)
5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
6. Karet siap olah atau tyre rubber
7. Karet reklim atau reclaimed rubber (Tim penulis, 1992).

2.3.2. Asphaltenes
Asphaltenes merupakan salah satu komponen penyusun aspal yang berwarna
coklat tua, bersifat padat, keras, berbutir dan mudah terurai apabila berdiri sendiri
dengan perbandingan komposisi untuk H : C yaitu 1 : 1 dan tidak larut dalam
nheptan. Selain itu asphaltenes merupakan komponen yang paling rumit diantara
komponen penyusun aspal yang lainnya karena ikatan antar atomnya sangat kuat.
Asphaltenes juga sangat berpengaruh dalam menentukan sifat reologi bitumen,
dimana semakin tinggi asphaltenes, maka bitumen akan semakin keras dan semakin
kental, sehingga titik lembeknya akan semakin tinggi, dan menyebabkan harga
penetrasinya semakin rendah.

2.3.3. Maltenes
Dengan rumus kimia C6H6O6 Maltenes terdapat tiga komponen penyusun
yaitu saturate, aromatis, dan resin. Dimana masing-masing komponen sangat
menentukan dalam sifat rheologi bitumen dan memiliki struktur dan komposisi
kimia yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
2.3.3.1. Resin
Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk padat
atau semi padat dan sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H, dan sedikit
atom O, S, dan N, untuk perbandingan H/C yaitu 1.3 – 1.4, memiliki berat molekul
antara 500 – 50000, serta larut dalam n-heptan.
2.3.3.2. Aromatis
Senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non
polar, dan didominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat molekul antara 300 –
2000, terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-65% dari total bitumen.

9
2.3.3.3. Saturate
Senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan memiliki berat
molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari campuran hidrokarbon
lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis, komposisinya 5 sampai 20% dari total
bitumen. Maltenes terdiri atas gugusan aromat, naphtene dan alkan yang berat
molekul yang lebih rendah antara 370 hingga 710.

2.4. Proses Pembuatan Aspal


Dalam proses pencampuran pembuatan aspal dilakukan antara agregat panas,
aspal panas, dan karet alam dengan menggunakan Asphalt Mixing Plant (AMP).
Prosedur pencampuran pembuatan aspal adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama mengambil agregat yang sudah dipisahkan menurut ukuran
yang telah ditentukan sebelum diproses ke alat AMP. Kemudian agregat
tersebut dibawa ke bin dingin (cold bins) dengan Wheel Loader.
2. Agregat yang sudah berada di bin dingin kemudian dikeluarkan melalui pintu
pengeluaran agregat yang dipasang dibawah dari bagian bin dingin. Pintu
pengeluaran disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan.
3. Agregat yang telah dikeluarkan pintu pengeluaran diteruskan pada sistem
pemasok agregat dingin (cold elevator) menuju ke drum pengering.
4. Agregat dimasukkan ke dalam drum pengering (dryer) untuk dipanaskan dan
dikeringkan pada temperatur yang diinginkan.
5. Setelah agregat kering, agregat diayak pada unit ayakan panas (hot screening
unit). Proses ini bertujuan untuk menyaring dan memisahkan dalam beberapa
ukuran yang akan dikirim ke bin panas. Agregat yang sudah disaring pada unit
ayakan panas kemudian berada pada ruangan bin panas (hot bin).
6. Sebelum melakukan proses pencampuran (pugmill) agregat tersebut ditimbang
dengan timbangan agregat (aggregate weight hopper) yang terletak dibawah
ruangan bin panas (hot bin). Proses pencampuran (pugmill) dilakukan setelah
aspal, agregat, dan karet alam dimasukan ke dalam pencampur (pugmill).
7. Aspal untuk pencampuran disimpan didalam bak penampung, agar memperoleh
tingkat keenceran yang cukup saat melakukan penyemprotan dilakukan. Waktu

10
yang diperlukan dalam proses ini sangat singkat untuk mencegah oksidasi yang
berlebih. Selain itu juga harus diperoleh penyelimutan yang seragam pada
semua butiran agregat dan campuran karet alam oleh aspal. Umumnya waktu
yang diperlukan untuk pencampuran sekitar 30-45 detik pada alat AMP.
Temperature dari agregat panas yang berada di dalam pugmill sekitar 175°C,
sedangkan untuk aspal 170°C. Kondisi ini diperlukan untuk memperoleh
temperature campuran beraspal panas (hot mix) ±150°C, maksimal 165°C.
Apabila menggunakan bahan pengisi dapat langsung dituangakan saat proses
pencampuran terjadi.
8. Pada saat proses AMP berjalan merupakan komponen yang selalu harus ada
untuk menjaga kebersihan udara dan lingkungan dari debu-debu halus yang
ditimbulkan saat proses berlangsung adalah pengumpul debu (dust collector).

Gambar 2.2 Bagan Pencampuran Aspal Polimer dengan AMP

11
2.5. Manfaat Aspal Polimer
Manfaat aspal pada konstruksi jalan raya adalah sebagai berikut:
1. mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas,
2. sebagai bahan pelapis dan perekat agregat,
3. lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di
atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya,
4. lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakkan di atas jalan
yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di
antara keduanya, dan
5. pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.

12
DAFTAR PUSTAKA

Han, E. S. (2019). Journal of Chemical Information and Modeling. 1689-1699.


Lubis, M. A. (2011). Studi Pembuatan Aspal Polimer dari Bahan Polipropilena
Bekas dan Karet SIR-20.
Saufi, M. (2018). Review Proses Pencampuran di Lapangan Menggunakan Alat
Asphalt Mixing Plant. 227-249.

13

Anda mungkin juga menyukai