Anda di halaman 1dari 39

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI AMBON


TEKNIK SIPIL
PRODI D4 MANEJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
Jl. Ir M. Putuhena kode pos 97234 Tlpn (0911)322609 Wailela Rumahtiga-Ambon

LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN ASPAL

NAMA : FRIETZ G PUPELLA

NIM : 1321154023

SEMESTER : V

KELAS : MPK-B

2023
LEMBARAN ASISTENSI

NAMA : Frietz Gerald Pupella

KELAS : MPK 5B

MATA KULIAH : UJI BAHAN (ASPAL)

NO HARI/ TANGGAL KETERANGAN PARAF


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang mana
karunianya kita telah diberi kesehatan dan kesempatan serta telah diberi
umur panjang, sehingga kami dapat mengikuti praktek uji aspal yang
berlangsung di POLITEKNIK NEGERI AMBON.

Dalam laporan ini kami mengucapkan kami mengucapkan terima kasih


sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing
kami dalam praktek uji aspal ini sampai selesai.Dan tidak lupa juga kepada
teman-teman dan lainnya yang telah membantu kami dalam menyusun
laporan Praktek Uji Aspal.

Dalam penyusunan Laporan Praktek Uji Aspal, kami tahu benar bahwa
masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, serta menyadari
bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekhilafan baik dari segi bahasa,
pengetikan ataupun isi laporan tersebut.Untuk itu kami mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kebaikan pada penulisan untuk laporan
selanjutnya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan Praktek Uji Aspal
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga ALLAH SWT selalu
melimpahkan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, Amin

Ambon,15Oktober2023

F Gerald Pupella
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
1.4 Metode Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Aspal
2.2 Fungsi Aspal
2.3 Sifat – Sifat Aspal
2.4 Jenis – Jenis Aspal
BAB III PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM
3.1 Metode Pengambilan Sampel Agregat
3.2 Uji Keausan Agregat Dengan Menggunakan Mesin Los Angeles
3.3 Metode Analisa Saringan
3.4 Metode Pengujian Penetrasi Bahan – Bahan Bitumen
3.5 Uji TitiK Lembek Aspal
3.6 Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
4.3 Dokumentasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Aspal merupakan salah satu bahan yang sering digunakan dalam


pembuatan konstruksi jalan khususnya pada lapis permukaan karena
kelebihan yang dimilikinya antara lain, memiliki sifat elastis bila
menerima beban kendaraan, memiliki ketahanan, mampu menahan
bising ,dan nyaman.

Pertumbuhan volume lalu lintas yang meningkat memberikan dampak


terhadap permintaan akan pembangunan struktur perkerasan jalan dan
pemakaian material yang digunakan. Di Indonesia sering terjadi beban
lalu lintas yang berlebihan dan temperature udara yang tinggi. Aspal
merupakan suatu material yang terbuat dari hasil penyuligan minyak
bumi. Aspal berwarna hitam kecolatan karena dan memiliki sifat
viskoelastis sehingga akan melnak dan mencair bila mendapat cukup
pemanasan dan juga sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat
aspal dapat menyelimuti dan menahan agregat tetap pda tempatnya
selama proses produksi dan masa pelayanannya.Oleh karena itu
dibutuhkan aspal yang kualitas bagus sehingga nantinya akan
menghasilkan campuran aspal dengan kinerja yang baik. Karena aspal
merupakan lapis perkerasan yang paling atas yang menerima dampak
langsung dari lalu lintas, maka aspal harus cukup kuat, stabil dan tetapdi
tempat meskipun ada pembebanan dari lalu lintas.

Jenis campuran beraspal di Indonesia ada 3 jenis yaitu,latasir (lapis tipis


aspal pasir/sand sheet),lataston(lapis tipis aspal beton/hot rolled
sheet),dan laston(lapis aspal beton/asphalt concrete).Dalam proses
pencampuran dan penghamparan ,aspal yang berbentuk cair akan meleleh
kebawah dan mengalami kesulitan seperti Binder Drainage, tetapi hal
tersebut dapat diatasi dengna memberikan bahan pengisi filler,sehingga
campuran dapat menyerpa aspal dengan baik karena memberikan
peranan penting dalam meningkatkan fleksibilitas dan durabilitas
campuran.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Untuk mengetahui bagaimana cara pengujian aspal, untuk mengetahui
peralatan dan prosedur dalam proses percobaan pengetesan aspal, untuk
mengetahuk prosedur pelaksanaan pengujian titik nyala dan titik bakar
aspal, lebih mengenal dan mengetahui beberapa jenis aspal, untuk
menambah pengalaman tentang pengujian aspal di laboratorium, dapat
membandingkan dan menyimpulkan hasil dari pengujian yang diperoleh
dengan standard yang digunakan, dapat menggunakan peralatan
dilaboratorium dengan baik dan benar, dan dapat mengaplikasikan teori
yang didapat di bangku kuliah.

1.3 MANFAAT PENULISAN


Adapun beberapa manfaat yang didapat dari praktikum aspal ini yaitu
sebagai berikut :
 Dapat menggunakan peralatan dan prosedur dalam pengujian aspal.
 Dapat mengetahui pada suhu berapa aspal mengalami titik nyala
dan titik bakar.
 Dapat mengetahui jenis aspal yang baik dan aspal yang tidak sesuai
dengan standar.
 Dengan mengadakan praktik dilaboratorium, mahasiswa dapat
merencanakan jenis perkerasan jalan raya.
 Mahasiswa dapat membandingkan teori – teori yang diberikan
diluar belajar dengan dilaboratorium.

1.4 METODE PENULISAN


Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil
penelitian, deskriptif difokuskan pada masalah yang akan dibahas.
Kemampuan mendeskripsikan sesuatu sangat berperan penting untuk
membuat data semakin akurat.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN ASPAL

Aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau


coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam
ataupun hasil dari penyulingan minyak bumi . Aspal adalah material yang
pada temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan pada suhu tertentu,
dan kembali membeku jika temperature suhu turun. Bersama dengan
agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran pembentuk
perkerasan jalan.Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar
antara 4-10% berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan
volume campuran.
Aspal mempuyai sifat mekanis ( rheologic ) yaitu hubungan antara
tegangan ( stress ) dan regangan ( strain ) dipengaruhi oleh waktu. Apabia
terjadi pembebanan dalam jangka waktu yang cepat , maka aspal akan
bersifat elastis tetap jika pembebanannya terjadi dalam jangka waktu
yang lambat maka sifat aspal menjadi elastis ( viscous ).
Aspal adalah bahan yang thermoplastic, yaitu konsistensinya atau
viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperature yang
terjadi. Semakin tinggi temperature aspal, maka viskositasnya akan
semakin rendah atau encer demikian pula sebaliknya .Dari segi
pelaksanaan lapis keras, aspal dengan viskositasyang rendah akan
menguntungkan karena aspal akan menyelimuti batuan dengan lebih baik
dan merata.
Aspal mempunyai sifat Thixotropy, yaitu jika dibiarkan tanpa
mengalami tegangan regangan akan bersifat akan berakibat aspal menjadi
pengeras sesuai dengan jalannya waktu.
2.2 FUNGSI ASPAL
Aspal mempunyai banyak fungsi khususnya sebagai bahan konstruksi
jalan, antara lain yaitu :
1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan
akibat lalu lintas.
2. Sebagai bahan pelapis dan pelekat agregat.
3. Lapis resap pengikat (primer coat) adalah lapsian tipis aspal cair
yang diletakkan diatas lapisan pondasi sebelum lapis berikutnya.
4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapisan aspal cair yang
diletakkan diatas jalan yang telah beraspal sebelum lapisan
berikutnya dihamparkan, berfungsi sebagai pengikat diantara
keduanya.
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat
halus dan filler.

2.3 SIFAT – SIFAT ASPAL


Aspal banyak digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan karena
memilik sifat sebagai pengikat dan pengisi rongga udara antara agregat.
Adapun sifat – sifat aspal adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai daya tahan (Durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat
asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat
ini merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat
agregat, campuran dengan aspal, factor pelaksanaan dan
sebagainya.
2. Kohesi dan adhesi
Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur –
unsur penyusun dari dirinya sendri sehingga terbentuknya aspal
dengan daktilitas yang tinggi. Sedangkan adhesi menyatakan
kemampuan aspal untuk berikatan dengan agregat dan tetap
mempertahankan agregat pada tempatnya setelah berkaitan.
3. Kepekaan terhadap temperature
Kepekaan aspal terhadap temperature adalah sensitivitas
perubahan sifat viskoelastis aspal akibat perubahan temperature,
sifat ini dinyatakan sebagai indeks penetrasi aspal (IP).
4. Kekerasan aspal
Aspal adalah proses pencampuran dipanaskan dan dicampur
dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas
disiramkan kepermukaan agregat yang telah disiapkan pada
proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi
oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas
bertahan tinggi)
5. Viskoelastisitas aspal
Viskoelastisitas aspal adalah suatu material yang bersifat
viskoelastisitas yang sifatnya akan berubah tergantung pada
temperature atau waktu pembebanan. Sifat viskoelastisitas aspal
adalah untuk menentukan pada temperature berapa
pencampuran aspal dengan agregat harus dilakukan agar
mendapatkan campuran yang homogeny dimana semua
permukaan agregat dapat diselimut oleh aspal secara merata dan
aspal mampu masuk kedalam pori – pori agregat untuk
membentuk ikatan kohes yang kuat dan untuk mengetahui pada
temperature berapa pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus
dihentikan.

2.4 JENIS – JENIS ASPAL


Berdasarkan tempat diperolehnya, Aspal dibedakan atas aspal alam
dan aspal minyak. Aspal alam yaitu aspal yang didapat disuatu tempat
di alam dan dapat digunakan sebagamana diperolehnya atau dengan
sedikit pengolahan. Aspal minyak adalah aspal yangn merupakan
residu penyulingan minyak bumi.

Aspal minyak

Aspal minyak dengan dengan bahan dasar aspal dapat dbedakan atas :

1. Aspal keras / panas ( asphalt cement, AC ), adalah aspal yang


digunakan dalam keadaan cair dan panas. Aspal ini berbentuk
padat pada keadaan penyimpanan ( temperature ruang ).
2. Aspal emulsi ( emulsion asphalt ) adalah aspal yang disediakan
dalam bentuk emulsi, dapat digunakan dalam keadaan dingin
ataupun panas. Aspal emulsi atau cutback aspa umum digunakan
pada campuran dingin ataupun pada penyemprotan dingin.

3. Aspal dingin ( Cutback Aspalt ) adalah aspal yang digunakan


dalam keadaan dingin

1. Aspal keras-panas ( Asphaltic- cement, AC )

Aspal ini berbentuk padat pada temperatur ruangan. Di Indonesia


aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan niali penetrasinya
yaitu :

A. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-502


B. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60/703
C. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85/1004
D. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120/1505
E. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi anatara 200-300
Persyaratan Aspal Keras / Aspal Cement

2. Aspal emulsi ( Emulsion Asphalt )

Aspal cement dengan penetrasi mudah digunakan di daerah


bercuaca panas atau lalu lintas volume tinggi, Sedangkan aspal
semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca
rendah taua lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada
umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrrasi60-70 dan
80-100.

Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dalam bahan
pengemulsi.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat
dibedakan atas :

A. Kationik, disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal


emulsi yang bermuatan arus listrik positif
B. Anionik, disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal
emulsi yang bermuatan negative.
C. Nanionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami
ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.

4. Aspal dingin / (Cut back Asphalt )

Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan


pencair dari hasil penyulingan mimyak bumi. Dengan demikian cut
back asphalt berbentuk cair dalam temperature ruang. Berdasarkan
bahan cairnya dan kemudahan menguap bahan pelarutnya,aspal cair
dibedakan atas :

A. RC ( Rapid Curing Cut Back ) : Merupakan aspal semen yang


dilarutkan dengan bensin atau premium. RC merupakan cut
back aspal yang paling cepat menguap
B. MC (Medium Curing Cut Back ) : Merupakan aspal semen yang
dilarutkan dengan bahan pencair yang lebih kental seperti
minyak tanah.
C. SC ( Slow Curing Cut Back )
D. Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang
lebih kental seperti solar. Aspal jenis ini merupakan cut back
aspal yang paling lama menguap

Berdasarkan nilai viskositas pada temperature 60°C, cutback aspal


dapat dibedakan atas :

RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 40 MC 70 – 140 SC 70 – 140
RC 250 -500 MC 250 – 500 SC 250 – 500
RC 800 – 1600 MC 800 – 1600 SC 800-1600
RC 3000 – 6000 MC 3000 – 6000 SC 3000 - 6000
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metode Pengambilam Sampel Agregat

Dapat melakukan pengambilan sampel Agregat dengan benar sesuai


prosedur yang berlaku. Alat dan Bahan yang diperlukan

 Alat :

- Gerobak dorong,
- SkopCangkul
- Ember kapasitas 5 liter
- Sendok beton
- Timbangan ketelitian 1 gram
- Splitter

 Bahan:

- Agregat halus
- Agregat kasar
- Air

- Langkah Kerja Cara Pertama :


1. Siapkan Splitter dengan dua tampah pada kiri kanannya
2. Masukkan Agregat halus atau kasar secara sendiri-sendiri ke dalam
Splitter.
3. Agregat halus atau kasar sudah terbagi dan masukkan dalam tampah
ambil salah satu
tampah untuk contoh uji.
4. Ambil agregat halus atau kasar sesuai syarat sampel uji dan simpan
dalam wadah tertutup
rapat.
3.2 Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Los Angeles ( ABRASI )
a) Pengertian Abrasi
Abrasi adalah proses hancurnya atau pecahnya agregat dalam hal ini
agregat kasar akibat proses mekanis dengan alat yang dinamakan mesin
Los Angeles. Durabilitas atau ketahanan terhadap kerusakan sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa
agregat yang memiliki kekuatan standar pun akan mengalami
kerusakan saat di stockpile atau saat masa layan di jalan. Pada
hakekatnya ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun
secara berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses
perendaman air seperti akibat cuaca, pembekuan dan lain - lain

b) Tujuan Abrasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengn
cara mekanis dengan menggunakan alat Los Angeles Abrasion Test.
Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5
mm(1/2).

c) Alat alat yang digunakan


 Mesin Abrasi Los Angeles
 Saringan ukuran 37,5mm dan 2,36mm
 Bola bola baja
 Timbangan
 Oven dengan pengatur suhu untuk mamanasi sampai (110±)ºC

d) Bahan Uji
 Batu 1-2 dan 2-4

e) Langkah Kerja
 Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran.
debu, bahan organic atau terselimuti oleh bahan lain, maka
sampel harus dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dalam
( 110 ± 5 )°C sampai berat tetap.
 Pisahkan sampel kedalam ukuran fraksi masing masing sesuai
pada table di bawah ini dan gabungkan, timbang (A).
 Sampel dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles.
 Putar mesin Los Angeles dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm
untuk 500 putaran.
 Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian lakukan
penyaringan awal dengan diameter saringan lebih besar dari 1,7
mm (No.12).
 Saring bagian sampel yang lebih halus dengan saringan 1,7 mm
(No.12). Butiran yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm (No.12)
 Di cuci bersih kemudian dikeringkan dalam oven suhu (110 + 5)
ºC sampai berat tetap, lalu timbang (B).

f) Perhitungan dan Pelaporan

Fraksi B (10-
Gradasi Pemeriksaan 20mm)
saringan (mm) Berat Sampel
Lolos Tertahan
76.2 63.5
63.5 50.8
50.8 37.5
37.5 25.4
25.4 19
19 12.5 2500 gram
12.5 9.5 2500 gram
9.5 6.3
6.3 4.75
4.75 2.38
Total 5000 gram
Berat Tertahan Saringan
No.12 3751.50 gram

A−B
Nilai Keausan Los Angeles ¿ A × 100 %

Dimana :

A=Berat sampel semula

B=Berat sampel yang tertahan saringan no 12/lebih besar dari 1,7mm(gram)

A= 5000 gram

B=3751.50 gram

Keausan= ( A−B
A )
×100 %

= ( 5000−3751.50
5000 )× 100 %
=24.96%

g) Kesimpulan Pengujian
Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Diketahui bahwa agregat awal sebelum pengujian adalah 5000 gram,


setelah pengujian menjadi 3751.50 gram . Dari data tersebut dapat nilai
keausan sebesar 24.96% yang berarti nahwa agregat yang digunakan baik
digunakan untuk campuran aspal karena nilai keausan kurang dari 40 %
sesuai dengan ASTM C-131-55.

3.3 Analisa Saringan ( Gradasi )

TUJUAN:

Tujuan analisis gradasi (pemeriksaan gradasi) pasir berikut ini adalah untuk:
- Memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran agregat
kasar.
- Menentukan modulus kehalusan (fineness modulus) agregat kasar, serta
ukura
maksimum agregat kasar. Ukuran maksimum agregat kasar digunakan
untuk menetapkan berat air dan persentase udara yang ada dalam unit
beton

PERALATAN YANG DIGUNAKAN:

- Timbangan dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.


- Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110+5°C),
- Mesin penggetar/ pengguncang ayakan (sieve shaker).
- Alat pemisah contoh.
- Talam-talam.
- Ayakan standard untuk agregat:
- Ayakan standar untuk agregat kasar 37,5 mm (3"), 19,1 mm (3/4"), 12,5
mm (1/2"), 9,5 mm (3/8"), 4,75 mm (No.4), 2,36 mm (No.8). Lubang
ayakan berbentul lubang bujur sangkar. Ayakan agregat dengan lubang
Diameter ayakan sebaikny tidak lebih besar dari 20 cm.
- Alat pemisah ("sample splitter").
- Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.
LANGKAH PENGUJIAN ANALISA SARINGAN

- Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110°C 5°C) sampai
beratny: konstan.
- Susun ayakan menurut susunan dengan lubang ayakan yang terbesar
ditaruh paling ata
- kemudian lubang yang lebih kecil dibawahnya.
- usunan ayakan ditaruh di atas alat penggetar atau diayak dengan tangan.
- Masukkan benda uji ke dalam ayakan yang paling atas.
- Hidupkan mesin shieve shaker/ pengguncang dan benda uji akan disaring
selama 1 menit
- Benda uji yang tertahan di dalam masing-masing ayakan dipindahkan
ketempat/bejan lain atau kertas. Agar tidak ada benda uji yang tertahan
dalam ayakan maka ayaka harus dibersihkan dengan sikat lembut. Benda
uji tersebut kemudian ditimbang. Pada langkah ini harus dilakukan
dengan hati-hati agar tidak ada butir agregat yang hilang
Tabel Analisa Saringan Batu 1/2
BERAT
KUMULAT PERSEN
BERAT AYAKAN BERAT PERSE
IF TOTAL
NO AYAKA + TERTAH N
TERTAHA TERTAH
N MATERI AN LOLOS
N AN
AL
1 616,43 0 0 0 0 100
¾ 568,74 656,69 87,95 87,95 5,86 94,14
½ 334,54 1247,57 913,03 1000,98 66,73 33,27
3/
559,78 637,94 78,16 1079,14 71,94 28,06
8
¼ 557,82 878,56 320,74 1399,88 93,33 6,67
4 555,48 605,44 49,96 1449,84 96,66 3,34
8 541,79 574,33 32,54 1482,38 98,83 1,17
16 271,32 276,21 4,89 1487,27 99,15 0,85
30 337,65 340,08 2,43 1489,7 99,31 0,69
50 267,46 268,83 1,37 1491,07 99,40 0,60
10
269,39 275,61 6,22 1497,29 99,82 0,18
0
20
372,04 375,11 3,07 1500 100 0
0
PA 363,03 363,03 0 1500 100 0
N

Tabel Analisa Saringan Batu 2/3


BERAT
KUMULAT PERSEN
BERAT AYAKAN BERAT PERSE
IF TOTAL
NO AYAKA + TERTAH N
TERTAHA TERTAH
N MATERI AN LOLOS
N AN
AL
1 616,43 743,43 127 127 8,47 100
¾ 568,74 1535,93 967,19 1094,19 72,95 27,05
½ 334,54 730,72 396,18 1490,37 99,36 0,64
3/
559,78 569,78 10 1500,37 100,02 0,0
8
¼ 557,82 0 0 1500,37 100,02 0,0
4 555,48 0 0 1500,37 100,02 0,0
8 541,79 0 0 1500,37 100,02 0,0
16 271,32 0 0 1500,37 100,02 0,0
30 337,65 0 0 1500,37 100,02 0,0
50 267,46 0 0 1500,37 100,02 0,0
10
269,39 0 0 1500,37 100,02 0,0
0
20
372,04 0 0 1500 100 0
0
PA
363,03 0 0 1500 100 0
N

Tabel Analisa Saringan Pasir


BERAT
KUMULAT PERSEN
BERAT AYAKAN BERAT PERSE
IF TOTAL
NO AYAKA + TERTAH N
TERTAHA TERTAH
N MATERI AN LOLOS
N AN
AL
1 616,43 0 0 0 0 100
¾ 568,74 0 0 0 0 100
½ 334,54 0 0 0 0 100
3/
559,78 0 0 0 0 100
8
¼ 557,82 568,26 10,44 10,44 0,696 99,304
4 555,48 598,27 42,79 53,23 3,549 96,451
8 541,79 917,9 376,11 429,34 28,623 71,377
16 271,32 572,35 301,03 730,37 48,691 51,309
30 337,65 623,89 286,24 1016,61 67,774 32,226
50 267,46 407,2 139,74 1156,35 77,090 22,91
10
269,39 454,46 185,07 1341,42 89,428 10,572
0
20
372,04 425,81 53,77 1395 93,013 7,0
0
PA
363,03 467,94 104,91 1500 100 0
N

Tabel Analisa Saringan Abu Batu


BERAT
PERSEN
BERAT AYAKAN BERAT KUMULATI PERSE
TOTAL
NO AYAKA + TERTAHA F N
TERTAHA
N MATERIA N TERTAHAN LOLOS
N
L
1 616,43 0 0 0 0 100
3/
568,74 0 0 0 0,00 100
4
1/
334,54 0 0 0 0,00 100
2
3/
559,78 0 0 0 0,00 100
8
1/
557,82 577,42 19,6 19,6 1,31 98,69
4
4 555,48 746,06 190,58 210,18 14,01 85,99
8 541,79 884,53 342,74 552,92 36,86 63,14
16 271,32 527,67 256,35 809,27 53,95 46,05
30 337,65 579,48 241,83 1051,1 70,07 29,93
50 267,46 481,43 213,97 1265,07 84,34 15,66
100 269,39 420,09 150,7 1415,77 94,38 5,62
200 372,04 403,4 31,36 1447 96 4
PA
363,03 415,45 52,42 1500 100 0
N
3.4. Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen

a. Pendahuluan
Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara
bertahap mencair, sesuai dengan pertamabahan suhu yang berlaku
sebaliknya pada pengurangan suhu . namun demikian perilaku
/respon material bahan bitumen tersebut terhadap suhu. Pada
prinsipnya membentuk suatu spektrum/ beragam,tergantung dari
komposisi unsur-unsur prnyusunnya.
Berdasarkan SNI 06-2456-1991 nilai penetrasi dinyatakan Sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan
ketentuan bahwa hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan
dibawah ini :

Hasil Penetrasi 0-49 50-149 150-179 200

Nilai Toleransi 2 4 6 8

Nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal makin tingggi nilai


penetrasi makin lunak nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai
yang merupakan kelipatan 0,1 aspal tersebut begitu sebaliknya.

Pembagian kekerasan dan kekenyalan aspal


1. Aspal pen 40/50 : bila jarum penetrasi benda pada range (40-59)
2. Aspal pen 60/70 : bila jarum penetrasi benda pada range (60-79)
3. Aspal pen 85/100 : bila jarum penetrasi benda pada range
(85-100)
4. Aspal pen 120/150 : bila jarum penetrasi benda pada range
(120-150)
5. Aspal pen 200/300 : bila jarum penetrasi benda pada range
(200-300)
Aspal yang penetrasinya rendah digunakan untuk sarah panas
dan lalulintas dengan volume tinggi, sedngkan aspal dengan
penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin dan lalu
lintas rendah.

b. Tujuan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan
aspal yang dinyatakan dalam masuknya jarum dengan beban
tertentu pada kurung waktu tertentu pada suhu kamar. Tingkat
kekerasan ini merupakan klasifikasi aspal.

c. Alat
 Alat penetrasi
 Pemberat
 Jarum penetrasi
 Cawan
 Bak perendam
 Tempat air
 Stopwatch
Bahan
 Aspal

d. Persiapan benda uji


1. Menyiapakan semua peralatan dan bahan yang diperlukan
2. Panaskan contoh dengan perlahan dan diaduk hingga cair untuk
dituangkan
3. Setelah contoh cair dan merata, tuangkan kedalam cawan dan
didiamkan hingga dingin, tinggi contoh di dalam cawan tidak
boleh kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm,
4. Tutup benda uji hingga bebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruang selama 1-1,5 jam untuk benda uji kecil, dari 1,5-2 jam
untuk benda uji besar.

e. Pengujian penetrasi
1. Masukan benda uji kedalam water bath 1-2 jam.
2. Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan
baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut
kain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan
pasanglah jarum pada pemegang jarum.
3. Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk mencapai beban
sebesar (100 + 0,1) gram.
4. Pindahkan tempat udara dari bak perendam kebawah alat
penetrasi.
5. Turunkan jarum anjlok-lahan sehingga jarum ditarik ke
permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka nol di arloji
penetrometer sehingga jarum penunjuk perimpit dengannya.
6. Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch
selama jangka waktu (5 + 0,1) detik.
7. Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum petunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.
8. Lepaskan jarum dari pemegang jarum, dan siapkan alat penetrasi
untuk pekerjaan berikutnya.
9. Lakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 5 kali untuk benda uji
yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi
dinding berjarak lebih dari 1 cm

f. Perhitungan dan pelaporan

PENETRASI

Penetrasi pada suhu Sampel I Sampel II Sampel III


25%C, Beban 500 gram ,
waktu 5 detik

Pengamatan 1 54 100 71

Pengamatan 2 60 62 72

Pengamatan 3 60 69 62
Pengamatan 4 70 62 43

Pengamatan 5 55 50 59

Rata-rata 59,8 68,6 61,4

Nilai penetrasi Rata-Rata 63,27

g. Kesimpulan pengujian
Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai penetrasi aspal rata-rata adalah 63,27 mm
2. Dilihat dari golongan kekentalan / kekerasan aspal benda uji
digolongkan kedalam aspal pen 60/70 dengan penurunan jarum
penetrometer antara 60-79 mm

3.5 Pengujian Titik Lembek

TUJUAN:
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui titik lembek aspal dan ter
yang biasanya berada pada suhu antara 30°C sampai 200 C. Titik lembek
adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu
lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu,
sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah
cincin pada tinggi tertentu, akibat pemanasan tertentu.

PERALATAN YANG DIGUNAKAN:


Peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut.
- Termometer.
- Cincin kuningan.
- Dudukan benda uji.
- Alat pengarah bola
- Penjepit.
- Bola baja diameter 9,53 mm. berat 3.45 mm sampai dengan 3.55 mm.
- Bejana gelas.

LANGKAH PENGUJIAN TITIK LEMBEK:.

- Benda uji perlahan-lahan dipanaskan sambil diaduk terus menerus


sehingga cair dan merata. Setelah cair merata, tuanglah benda uji ke
dalam 2 buah cincin kuningan. Suhu pemanasan ter tidak melebihi 56°C di
atas titik lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111°C di atas titik
lembeknya. Waktu pemanasan aspal tidak melebihi 1 jam.
- Dua buah cincin dipanaskan sampai suhu ruang dan letakkan kedua cincin
di atas plat
kuningan yang telah diberi lapisan dari campuran talk dan sabun. Tuangkan
contoh ke dalam 2 buah cincin.
- Diamkan pada suhu sekurang-kurangnya 8°C selama 1 jam
- Setelah dingin, ratakan permukaan benda uji dalam cincin dengan pisau
yang telah dipanaskan.
- Masukan air ke dalam bejana gelas, letakan diatas alat pemanas
- Masukan 2 cincin yang berisi aspal beserta dudukannya, letakan 2 bola baja
di masing-masing cincin
- Letakkan Termometer pada dudukannya
- Catat waktu setiap kenaikan suhu 5 0C dengan memulai pada suhu ruangan
300C
- Panaskan hingga bola baja jatuh menembus lapisan aspal pada cincin, maka
itulah suhu pada Titik Lembek Aspal

No Suhu yang waktu Titik Lembek

diambil (℃ ¿

Sampel I Sampel II Sampel I Sampel II

1. 30 0,00 0,00

2. 35 6’34’’ 6’34’’

3. 40 8’43’’ 8’43’’

4. 45 10’25’’ 10’25’’

5. 50 12’13’’ 12’13’’

6. 55 13’18” 13’18” 55 55

Rata-rata 55 ℃

Nilai titik lembek aspal 55 ℃

3.6 Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat Marshall

a. Pengertian

Metode ini merupakan adaptasi langsung dari metode campuran


metode Asphalt Institute (Al) untuk penggunaan di Indonesia. Sebagaimana
halnya metode Al, maka cakupan metode ini adalah untuk perencanaan
campuran panas dengan gradasi agregat menerus yang disebut sebagai Lapis
Aspal Beton (LASTON). Dalam aplikasinya, campuran laston dapat digunakan
sebagai lapis permukaan, levelling course, dan binder atau intermediate
course.

Dalam terminologi perkerasan di Indonesia, dikenal juga jenis campuran


Laston Atas dan Laston Bawah. Laston Atas adalah Lapis Aspal Beton yang
digunakan sebagai material Lapis Pondasi dan termasuk sebagai Base Course
(Amerika Serikat) atau Road Base (Inggris). Sementara itu Laston Bawah
adalah lapis aspal beton yang digunakan sebagai material pondasi bawah yang
dipasang di atas tanah dasar. Kedua jenis laston ini (Laston Atas dan Laston
Bawah) berbeda dengan jenis Laston yang dibahas ini.

b. Perencanaan Campuran
Persiapan Material :

Kadar aspal optimum untuk laston umumnya berkisar antara 4%


sampai 7% terhadap berat campuran. Dalam menentukan kadar aspal
optimum dengan menggunakan pengujian Marshall, maka diperlukan
sedikitnya enam variasi kadar aspal dengan kenaikan ½ %. Setiap nilai kadar
aspal diperlukan minimal tiga sampel atau spesimen Marshall, sehingga untuk
mencari kadar aspal optimum diperlukan setidaknya 18 sampel. Berat satu
sampel Marshall adalah sekitar 1200 gr agregat dan secara umum maka
diperlukan sekitar 23 kg agregat dan sekitar 4 kg sampai 5 Kg aspal.

c. Perlengkapan:

1) Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan
tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2) Mesin penumpuk manual atau otomatis lengkap dengan :
 Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbak rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm
 Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis)
berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm: dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton
di keempat bagian sudutnya.
 Pemegang cetakan benda uji s8 Alat pengeluar benda uji, untuk
mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan
benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
 Alat Marshall lengkap dengan :
 Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
 Cicin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
 Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta
perlengkapannya.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi
sampai 2000.
 Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20
— 60 #1).
 Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji
berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram. « Pengukur suhu dari
logam (metal thermometer) berkapasitas 2500C dan 100C dengan
ketelitian 16 dari kapasitas. s Perlengkapan lain :
 Panci — panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
 Sendok pengaduk dan spatula
 Kompor dan pemanas (hot plate)
 Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan atau masker.
 Kantong plastik berkapasitas 2 kg
 Kompor gas elpiji atau minyak tanah

d. Pembuatan benda uji

Agar pencampuran dan pemadatan dapat menghasilkan campuran yang baik,


maka salah satu syaratnya adalah kekentalan aspal harus cukup sedemikian
sehingga peran aspal dalam proses pencampuran dan pemadatan dapat
maksimal. Metode Al Menyarankan bah Wa puda anat pencampuran
kekentalan (viskositas) kinctis aspal adalah 170 & 20 Centistokes dan untuk
pemadatan dibutuhkan viskositas kinetik aspal sebesar 280 ± 30 centistokeg,
Nilai kekentalan ini dapat dicapal puda rentang suhu tertentu yan , Yang
sering disebut sebagai suhu pencampuran dan suhu pemadatan. Kedua rentan
8 Suhu ini dapat dicari dengan menggunakan grafik hubunyan antara suhu
dengan Viskositas yang dapat dikembangkan untuk setiap jenis aapal.

e. Pembuatan benda uji

1) Keringkan agregat pada suhu 105 - 110'C minimum selama 4 jam,


keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2) Pisah — pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki
(sesuai spek) dengan cara penyaringan.
3) Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira —
kira 63,5 mm ±1,27 mm.
4) Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan
dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk
memperoleh berat agregat yang diperlukan dari masing-masing fraksi
untuk membuat satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah
tersebut terhadap total berat agregat.
5) Panaskan panci pencampur beserta agregat kira — kira 28 ℃ di atas
suhu pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14℃ di atas suhu pencampuran.
6) Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan sebanyak
yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat, dengan tetap mempertahankan masih
dalam rentang suhu pemadatan, sampai agregat tersclimuti aspal secara
merata.
7) Sementara itu, atau sebelumnya, perlu disiapkan alat untuk
memadatkan, yaitu dengan membersihkan perlengkapan cetakan benda
auji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskan
samapai suhu antara 93,3 - 148,9.
8) Letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan tahan dengan
pemegang cetakan
9) Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
10) Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk —
tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak
15 kali
11) Siapkan alat memadat dan lakukan pemadatan dengan
menumbuk spesimen dengan jumlah tumbukan sebanyak 75 kali yang
disesuaikan dengan jenis lalu lintas yang direncanakan.
12) Tumbukan dilakukan dengan tinggi jatuh 457,2 mm dan selama
pemadatan harus diperhatikan agar kedudukan sumbu palu pemadat
selalu tegak lurus pada alas cetakan.
13) Lepaskan alat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
Lakukan penumbukan bagi dengan jumlah yang sama.
14) Lepaskan keping alas dan didinginkan sampai diperkirakan tidak
akan terjadi perubahan bentuk jika benda uji dikeluarkan dari mold.
Untuk mempercepat proses pendinginan, dapat digunakan kipas angin.
Proses pendinginan biasanya dilakukan sekitar 2-3 jam.
15) Keluarkan benda uji atau spesimen Marshall dari mold dengen
hati - hari dan kemudian letakkan spesimen permukaan yang rata dan
biarkan sampai benar - benar dingin. Sebaiknya didiamkan pada suhu
ruang selama 24 jam.

Pengujian Spesimen Marshall :

Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode Marshall, yaitu tahap
pertama adalah melakukan pengukuran berat jenis, pengukuran stabilitas dan
flow, serta pengukuran kerapatan dan analisa rongga. Sebelum dilakukan
pengujian spesimen atau benda uji Marshall, perlu
dilakukan hal — hal sebagai berikut :

 Benda uji harus bersih dari kotoran organik, minyak, kertas dan
sebagainya. Setiap benda uji diberi tanda pengenal yang
mencirikan minimal jumlah aspal yang diberikan.
 Ukur tinggi masing - masing benda uji dengan menggunakan
jangka sorong dengan ketelitian O,1 mm. Tinggi benda uji adalah
rata-rata dari tiga kali pengukuran.

f. perhitungan dan pelaporan

Catatan: Volume Molt = 1200 gr

 Komposisi campuran briket dengan kandungan aspal 5,5%

Kadar Aspal (5,5/100 x 1200) = 66 gr


1200-66 = 1134 gr

1. Kasar = 25% x 1134 = 283,5 gr


2. Sedang = 35% x 1134 = 396,9 gr
3. Halus = 40 % x 1134 = 453,6 gr

Table mix design


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Praktikum pengujian bahan aspal dapat disimpulkan bahwa :
- Untuk membuat adonan aspal yang baik, harus membutuhkan skill
yang baik , dan juga alat yang memadai .
4.2 SARAN
Dapat Menambah / Memperbaiki alat – alat yang rusak pada lab aspal
untuk keperluan dan ke-akuratan hasil praktek

4.3 DOKUMENTASI
NAMA ALAT,BAHAN/ GAMBAR KETERANGAN
KEGIATAN
 Agregat kasar 1/2 Sebagai bahan campuran
 Argegat kasar 3/4 (mix desain) aspal 6,0%.
 Pasir

Penimbangan material Sebelum di panaskan di


kompok, material yang mau
digunakan, ditimbang
terlebih dahulu.

Penimbangan saringan+ Material yang sudah di ayak


material tertahan menggunakan mesin
penggetar, kemudian di
timbang berat saringan dan
material tertahan.

Percetakan briket dan Material yang sudah


penumbuk dipanaskan, kemudian di
tuang kedalam cetakan
yang sudah di siapkan,
setelah itu tumbuk
sebanyak 75 kali dengan
alat penumbuk.

Mesin los angels Masukan material(agregat


kasar) ke dalam mesin los
Angeles dengan waktu ± 1
jam

Anda mungkin juga menyukai