BAHAN JALAN
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
NIP. 213180
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM BAHAN JALAN
Surabaya, ..................
Mengetahui, Dosen Pembimbing,
Kepala Laboratorium Bahan Jalan,
i
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan yang maha esa dengan segala tuntutan dan
petunjuknya, maka kami dapat menyelesaikan Pratikum Bahan Jalan ini serta
dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Saya sadar bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari sempurna.kami
dengan hormat meminta partisipasi dari para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun demi sempurnanya laporan kami ini.
Akhir kata,semoga laporan yang saya susun ini dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi para pembaca.
Surabaya,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
melakukan pencampuran. Berdasarkan bahan pengikatnya Jenis konstruksi
perkerasan dapat dibedakan menjadi 3, antara lain : Konstruksi perkerasan lentur,
Kontruksi perkerasan kaku, dan Konstruksi perkerasan komposit
2
(meliputi agregat dan aspal) yang optimal sesuai dengan spek (syarat) yang
ditentukan
10. Mengetahui perbandingan perbedaan hasil pemeriksaaan benda uji dengan
alat Marshall untuk berbagai variasi spek agregat, aspal dan metode
pengujian.
3
1.3 Materi Praktikum
Manfaat yang didapatkan dari Praktikum Bahan Jalan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Dapat Mengetahui dasar ilmu dalam perencanaan suatu bahan perkerasan jalan
dan pengaplikasian teori yang telah didapatkan sewaktu perkuliahan,
khususnya mata kuliah Teknik Perkerasan Jalan.
2. Dapat mengetahui apa saja penghitungan yang ada, dan mencoba untuk
dijelaskan untuk apa penghitungan tersebut
3. Dapat memahami dan mengetahui lebih dalam mengenai sifat – sifat dan
kekuatan material yang digunakan sekaligus mengenal dan mempergunakan
alat – alat laboratorium yang dipakai pada saat pengujian (pemeriksaan)
perkerasan Jalan.
4. Dapat mengetahui campuran campuran yang akan digunakan pengujian sesuai
dengan SNI yang ada.
4
BAB II
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR
Perkerasan jalan biasanya terdiri dari lapisan aspal, dan juga lapisan perkerasan
beton. Menurut SNI 03-1737-1989, lapis aspal beton (laston) adalah suatu lapisan pada
konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi
menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya,
baik berupa hasil alam maupun buatan. Gradasi menerus adalah suatu komposisi yang
menunjukan pembagian butir yang merata mulai dari ukuran yang terbesar sampai yang
terkecil. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan spesifik material
yang akan digunakan dalam penelitian. Salsah satu pengujian yang dilakukan adalah
pengujian analisis ayak/saringan untuk agregat halus (sieve analysis). Menggunakan
standar AASGTO T-27-82 dan ASTM C-136-04. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dengan menggunakan saringan. Gradasi
ini diketahui dengan melakukan penyaringan terhadap agregat kemudian akan diperoleh
berat agregat yang tertahan dalam setiaop saringan. Dari berat dapat dibuat grafik gradasi
agregat dengan menghitung agregat persen yang lolos terhadap saringan. Selain itu juga
akan di peroleh nilai modulus kehalusan agregat (fineness modulus), yaitu angka
kehalusan menurut Abraham yang dihitung dari jumlah presentase kumulatif tertinggal
atau tertahan pada saringan. Dan untuk susunan besar butir mempunyai modulus
kehalusan antara 1,50-3,80 (menurut SNI No 52 tahun 1980).
Analisis ayakan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk menentukan
presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set saringan, yang angka
presentase kumulatif digambarkan pada grafik pembagian butir. Ukuran butir yang
maksimum dan agregat ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut
5
masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan
maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut
terdapat Sebagian agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat
dikontrol oleh spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam
perencanaan suatu perkerasan. Analisis ayakan merupakan salah satu tahap awal dari
suatu bentuk pengujian laboratorium untuk melakukan klasifikasi tanah dengan
menggetarkan atau mengayak sample tanah menggunakan satu set ayakan dimana
terdapat lubang-lubang ayakan yang berurutan semakin mengecil.
6
Nomer Saringan PAN
Oven dengan pengatur suhu untuk memanasi.
Mesin pengguncang saringan.
Loyang
Kuas
Sikat Kuning
Sendok
2.3.2 Benda Uji
Agregar Halus 1500 gram
Agregat Kasar 2500 gram
2.3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan benda uji sebanyak 2500 gram untuk agregat kasar dan 1500 gram
untuk agregat halus.
2. Keringkan benda uji di dalam oven dengan suhu (110 5)°C, sampai berat
tetap.
3. Siapkan mesin pengguncang dan alat saring benda uji lewat susunan
saringan dengan ukuran saringan palingan besar ditempatkan paling atas.
4. Setelah 24 jam, benda uji dikeluarkan dari oven. Kemudian diambil
sebanyak 1500 gram agregat kasar dan 2500 gram agregat halus.
5. Benda uji yang telah di timbang tadi dituang ke dalam alat saringan.
6. Alat saringan tersebut diletakkan pada mesin pengguncang dan di guncang
selama 15 menit.
7. Setelah 15 menit, mesin pengguncang dimatikan dan
8. Timbang berat setiap ukuran saringan.
2.4 Analisis Data Praktikum
Pada hasil pegujian analisis saringan, terdapat 2 analisa saringan. Dimana analisis ini
dilakukan agar dapat membandingkan campuran agregat mana yang lebih memenuhi
syarat.
2.4.1 Agregat Halus
Dalam percobaan pengujian analisis agregat halus, diperoleh data perhitungan
analisis saringan 1 yaitu agregat halus dengan benda uji seberat 1500 gram
pada tabel berikut:
7
Berat Agregat Halus = 1500 gram
Tabel 2.1
Nomor Jumlah % Jumlah % Spesifikasi
Saringa Berat Tertahan Lolos
n tertaha Jumlah Berat
n Tertahan
(inc) (gram) (gram)
No. 3 625 625 41,67% 58,33% 41,67
No. 4 105 730 48,67% 51,33% 7
No. 8 296 1026 68,4% 31,6% 19,73
No. 10 70 1096 73,07% 26,93% 4,6
No.20 105 1201 80,07% 19,93% 7
No. 50 30 1231 82,07% 17,93% 2
No. 100 177 1408 93,87% 6,13% 11,8
No. 200 60 1468 97,87% 2,13% 4
PAN 32 1500 100% 0,00 2,13
8
Perhitungan persentase berat tertahan (Spesifikasi)
100.00%
Presentase Lolos (%)
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
No. 3 No. 4 No. 8 No. 10 No.20 No. 50 No. 100 No. 200 PAN
Nomor Saringan
9
Tabel2.2
Nomor Berat Jumlah Berat Jumlah % Jumlah % % Berat
Saringan tertaha Tertahan Tertahan Lolos Tertahan
n (gram) (gram)
1" 0 0 0% 100% 0
3/4" 21 21 0,84% 99,16% 0,84
1/2" 75 96 3,84% 96,16% 3
3/8" 360 456 18,24% 81,76% 14,4
No.3 1235 1691 67,64% 32,36% 49,4
No. 4 180 1871 74,87% 25,16% 7,2
No. 8 110 1981 79,24% 20,76% 4,4
No.10 120 2101 84,04% 15,96% 4,8
No. 20 125 2226 89,04% 10,96% 5
No. 100 84 2310 92,40% 7,60% 3,36
No.200 100 2410 96,40% 3,60% 4
PAN 90 2500 100,00 0% 3,6
Nomor saringan 1” 0 + 0 =0
Nomor saringan 3/4” 0 + 21 = 21
Nomor saringan ½” 21 + 75 = 96
10
Perhitungan presentase berat tertahan
120%
100%
Presentase Lolos (%)
80%
60%
40%
20%
0%
1" 4" 2" 8" .3 .4 .8 .1
0
.2
0 00 00 N
3/ 1/ 3/ No No No No .1 .2 PA
No N o N o
Nomor Saringan
11
BAB III
berat jenis permukaan jenuh ( yang memperhitungkan volume pori yang hanya
dapat diserapi oleh aspal ditambah dengan volume partikel),
berat jenis semuh (perbandingan antara berat bahan di udara) , serta angka
penyerapan dan agregat kasar.
Tujuan metode ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, dan berat jenis semuh serta besarnya angka penyerapan.
Peralatan Gambar
Timbangan, Kapasitas 1kg atau
lebih dengan ketelitian 0.1 gram
12
Piknometer dengan kapasitas 500
ml
Lanjutan Tabel 3.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat halus.
Peralatan Gambar
Pengatur suhu dengan ketelitian
1ᵒC
13
Gambar 3.9 Tungku atau Kompor
14
7. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
(Bt)
8. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1 10 ± 5)° C
samapi berat tetap, kemudian dinginkan benda uji.
9. Timbang benda uji yang sudah di dinginkan (Bk).
10. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air, guna
penyesuaian dengan suhu standart 25° C (B).
Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25°c.
Berat jenis jenuh kering (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
26 agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
Berat jenis senmu yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada
suhu 25°C.
Penyerapan yaitu perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen (%).
Pengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus, yaitu tahah lolos
saringan No. 4 (4,75mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan
dalam pekerjaan:
a) Penyelidikan quarry agregat.
b) Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
c) Perencanaan campuran dan mutu perkerasan jalan.
Data hasil dari penimbangan didapatkan perhitungan berat jenis dan penyerapaair
agregat halus pada Tabel 3. 1 berikut :
15
Tabel 3. 2 Sifat-sifat Agregat Halus
JENIS PENGUJIAN 1
Berat benda uji direndam 24 jam
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) = 500 gram
(gram)
Berat benda uji kering oven (BK) = (gram) 496 gram
Berat piknometer diisi air (25°C) (B) = (gram) 1286 gram
Berat piknometer ditambah benda uji (SSD) + air 1529 gram
(25°C) (Bt) = (gram)
Perhitungan
Berat jenis (Bulk Specific Grafity) 1,92 kg
BK
(b+ 500−Bt )
Berat jenis kering permukaan jenuh 1,94 kg
500
( B+500−Bt )
Berat jenis semu (Apparent) 1,96 kg
Bk
( B+ Bk−Bt )
Penyerapan ( Apsorption) 0,8 kg
(500−Bk )
x 100 %
Bk
Keterangan :
Dari hasil analisis perhitungan pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus dapat dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3. 3 Hasil Analisis Data Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
17
Gambar 3.2 Benda uji keadaan SSD
18
BAB IV
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR
AGREGAT KASAR (SNI 03-1969-1990)
KASAR (SNI 03-1969-1990)
19
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gr (Bk)
4. Rendam benda uji pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
5. Keluarkan benda uji dari air, lalu lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang kasar satu persatu.
Kemudian timbang (Bj)
6. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba)
BK 965 , 5
Berat Jenis Curah = =
( BJ−BA) (1000−668.5)
= 2,91 gram
BJ 1000
Berat Jenis Permukaan Jenuh = =
( BJ−BA) (1000−668 ,5)
= 3,01 gram
BK 965 , 5
Berat Jenis Semuh = =
( BK −BA) (965 , 5−668 ,5)
= 3,25 gram
( BJ−BK ) (1000−965 , 5)
Penyerapan = x100% = x100
BK 965 , 5
%
= 3,57%
4.4.2 Pelaporan
Hasil ditulis dalam bilangan desimal sampai tiga angka dibelakang koma
Tabel hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
20
Tabel 4. 1 Pengujian berat jenis agregat kasar
JENIS PENGUJIAN 1
Berat benda uji direndam 24 jam
Berat benda uji kering oven tertahan saringan 965,5 gr
no. 4 (Bk) = (gram)
Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) = 1000 gr
(gram)
Berat benda uji dalam air (Ba) = (gram) 668,5 gr
Perhitungan
Berat jenis (Bulk Specific Grafity) 2,91 kg
BK
( Bj−Ba)
Berat jenis kering permukaan jenuh 3,01 kg
BJ
( Bj+ Ba)
Berat jenis semu (Apparent) 3,25 kg
Bk
( Bk−Ba)
Penyerapan ( Apsorption) 3,57 %
( Bj−Bk )
x 100 %
Bk
4.5 Kesimpulan
Dari hasil analisis perhitungan pada pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus, didapatkan hasil penyerapan oleh air sebesar 3,57% yang tidak
sesuai dengan batas maksimum ketentuan sifat-sifat agregat halus SNI 03-1969-
2016 yaitu tidak lebih dari 3%
21
4.6 Dokumentasi
22
Gambar 4.3 Menimbang benda uji dalam air
23
BAB V
PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN PA – 301 – 76
(AASTHO T – 49 – 68)
(AASTM D – 5 – 73)
(SNI 06 – 2456 – 1991)
PENGAMATAN
BERA
No. SUHU WAKTU KOEFISIEN
T PEMBACAAN
(0,1)
ᵒC GRAM DETIK
1 25 50 5 70 7,0
2 25 50 5 40 4,0
3 25 50 5 52 5,2
4 25 50 5 55 5,5
5 25 50 5 68 6,8
6 25 50 5 69 6,9
PENETRASI AGREGAT
PENGAMATAN
NO SUHU BERAT WAKTU KOEFISIEN
PEMBACAAN
ᵒC GRAM DETIK (0,1)
1 25 100 5 116 11,6
2 25 100 5 108 10,8
3 25 100 5 114 11,4
4 25 100 5 101 10,1
5 25 100 5 98 9,8
25
6 25 100 5 88 8,8
Rata - rata 104,16 10,416
Tabel 5. 2 Percobaan Penetrasi Bitumen Beban 100 gram
Setelah didapat data hasil perhitungan analisis data, kemudian dilihat hasil
tersebut dengan persyaratan
5.5 Dokumentasi
26
Gambar 5.1 Alat Penetrasi
27
BAB VI
(AASTHO T-51-74)
(AASTM D-113-65)
(SNI 06-2432-1991)
6.1 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan dalam pelaksanaan pengujian daktilitas (uji tarik) bahan aspal. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua
cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik
tertentu.
6.2 Ruang Lingkup
Pengujian ini dapat dilakukan pada aspal keras atau cair. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas bahan aspal.
6.3 Pengertian
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak
terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum
putus pada suhu 25 ºC dan kecepatan 50 mm/menit.
6.4 Peralatan
1) Thermometer
2) Cetakan daktilitas kuningan.
3) Bak perendam isi 10 liter, yang menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan
ketelitian 0,1 ºC dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100 mm di
bawah permukaan air, bak tersebut dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang
diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
4) Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap
b) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan
getaran
selama pemeriksaan.
5) Bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
28
6.5 Benda Uji
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan
sebagai berikut:
a) Lapisi semua bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat
dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin
dan kaolin atau amalgan, kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat
dasar,
b) Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang untuk menghindarkan
pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati, pemanasan dilakukan sampai suhu
antara 80 ºC – 100 ºC di atas titik lembek, kemudian contoh disaring dengan
saringan No. 50 dan setelah diaduk, dituang dalam cetakan.
c) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung
hingga penuh berlebihan,
d) Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau
spatula yang panas sehinggancetakan terisi penuh dan rata.
29
6.7 Pelaporan
Laporkan hasil rata-rata dari tiga benda uji normal sebagai harga daktilitas
contoh tersebut.
Tabel 6. 1 Pemeriksaan Daktilitas
Daktilitas pada suhu 25 ºC Pembacaan Pengukur pada
5 cm per menit alat
Rata-rata
6.8 Kesimpulan
6.9 Dokumentasi
30
BAB VII
(SNI 06-2433-1991)
7.1 Tujuan
Adapun maksud dari pengujian ini adalah sebagai acuan dan pegangan
dalam pelaksanaan pengujian titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan
cleveland open cup. Sedangkan tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk
mendapatkan besaran cara titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland
open cup.
7.3 Pengertian
a. Titik nyala adalah suhu pada saat aspal terlihat menyala singkat kurang dari 5
detik pada suatu titik di atas permukaan aspal
b. Titik bakar adalah suhu pada saat aspal terlihat nyala sekurang-kurangnya 5
detik pada suatu titik pada permukaan aspal
7.4 Peralatan
a) Termometer
b) Cleveland open cup; adalah cawan berbahan kuningan dengan bentuk dan
ukuran tertentu
c) Pelat pemanas, terbuat dari logam untuk meletakkan cawan cleveland
d) Sumber pemanasan atau tungku; dalam hal ini digunakan alat pemanas
e) dengan bahan bakar gas LPG
f) Penahan angin
g) Penahan angin
31
h) Nyala penguji
7.5 Cara Pengujian
Persiapan pengujian
o Panaskan contoh aspal pada suhu tertentu sampai cair
o Bilah cawan cleveland sampai garis batas yang tlah ditentukan,
hilangkan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan aspal
Pelaksanaan Pengujian
o Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan aturlah sumber panas
sehingga terletak dibawah titik tengah cawan
o Letakkan alat mala penguji dengan poros pada jarak 75 mm dari titik
tengah cawan
o Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak
6,4 mm diatas cawan dan aturlah sehingga poros termometer terletak
pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi
o Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji
o Nyalakan sumber pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15+1)
per menit sampai suhu 56°C di bawah titik nyala perkiraan
o Atur kecepatan pemanasan 5°C-6°C per menit dibawah suhu 56°C dan
28°C di bawah titik nyala perkiraan
o Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji
menjadi 3,2-4,8 mm
o Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan dalam waktu
1 detik setiap kenaikan 2°C dan catatlah hasilnya pada suhu tertentu dan
waktu tertentu pula
o Daftar toleransi
Tabel 7. 1 Titik nyala dan titik bakar
32
Titik bakar lebih dari 8ᵒC(15ᵒF) 14ᵒC(30ᵒF)
7.6 Laporan
Hasil pemeriksaan sebagai titik nyala benda uji, dengan toleransi tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN
CLEVELEND OPEN CUP
Tabel 7. 2 Titik nyala dan Titik bakar
Waktu Suhu
NO Keterangan
(Detik) (ᵒc)
1 60 100
2 120 120
3 180 135
4 240 140
5 300 145
6 360 160
7 420 175
8 480 190
9 540 220
10 600 250 Titik Nyala
11 660 270 Titik Bakar
12 720
Batasan titik nyala adalah 200°C sampai dengan 300°C, diambil nilai tengah
yaitu 250°C.
Suhu dimulainya percobaan titik nyala dan titik bakar yaitu 250°C -56194°C.
Pengamatan dilakukan setiap kenaikan suhu 5° C.
7.7 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan titik nyala 250ᵒC dalam
waktu 600 detik (10 menit) dan titik bakar sebesar 270ᵒC. dalam waktu 660 detik
(11 menit). Menurut SNI 06-2433-1991 titik nyala berada disuhu 250ᵒC dengan
waktu 1,193 menit dan titik bakar berada disuhu 280ᵒC dalam waktu 3,48 menit.
Jadi. Pengujian yang sudah dilakukan melebihi ketetapan yang ada di SNI 06-
2433-1991.
33
7.8 Dokumentasi
34
BAB VIII
(SNI-2434-2011)
8.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter
yang berkisar antara 30 °C sampai 157 "C. Yang dimaksud dengan titik lembek
adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu
lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu. Sehingga
aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada
tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu
8.2 Peralatan
1. Dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan, bentuk dan dimensi cincin
tertentu.
2. Pelat persiapan benda uji dengan permukaan halus terbuat dari bahan
kuningan ukuran 50 mm x 75 mm,
3. Dua buah bola baja diameter 9,53 mm dan mempunyai berat 3,5 gram ±
0,05 gram
4. Pengarah bola bahan kuningan
5. Bejara perendam, gelas kimia tahan panas, diameter dalam 85 mm dan
tinggi 120 mm dari dasar bejana.
6. Thermometer
7. Dudukan benda uji pemegang cincin terbuat dari kuningan untuk
meletakkan dua cincin berisi lapisan aspal yang diletakkan secara
horizontal.
35
aspal tidak melebihi 111 °C di atas titik lembeknya. Waktu pemanasan ter
tidak boleh melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak melebihi 2 jam.
2. Panaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh aspal, dan
letakkan kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan sabun.
3. Tuangkan contoh aspal ke dalam dua buah cincin, diamkan pada suhu
sekurang – kurangnya 8ᵒC dibawah titik lembeknya, sekurang – kurangnya
selama 30 menit.
4. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh aspal ke dalam cincin dengan
pisau yang telah dipanaskan.
8.4 Pelaksanaan
1. Pasang dan atur benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola
di atasnya. Kemudian masukkan semua peralatan tersebut ke dalam bejana
gelas. Isi bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5+1) °C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakkan
thermometer di antara kedua benda uji (kurang dari 12,7 mm) dari tiap
cincin. Periksa dan atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar
benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
2. Letakkan bola-bola baja bersuhu 5 °C di atas dan di tengah permukaan
masing masing benda uji yang bersuhu 5 °C menggunakan penjepit
dengan memasang kembali pengarah bola.
36
Tabel 8. 1Hasil Analisis Data
1 5 41
2 10 50
3 15 59
4 20 68
5 25 77
6 30 86,6 -
7 35 95 1m 12d
8 40 104 3m 16d
9 45 113 5m 13d
10 50 122 6m 57d
11 55 131 8m 40d
12 60 140 10m 27d
13 65 149 12m 17d 67ᵒ 68ᵒ
8.6 Kesimpulan
Dari Hasil Data yang di peroleh pada saat pengujian di laboratorium di dapat
hasil sebagai berikut:
1. Aspal pada benda uji I meleleh pada suhu 65°C pada detik ke 722” dan
pada suhu 65°C dan detik ke 722” untuk benda uji II.
2. Menurut Bina Marga Titik lembek untuk campuran aspal pen 60 yang di
isyaratkan adalah 48°C – 58°C aspal PEN 40 adalah min 50°C dan Max
63°C. Hasil pengujian didapat aspal mulai melembek pada suhu 55C dan
60C pada 2 buah benda uji
3. Berarti aspal yang di uji sesuai dengan standart dan dapat digunakan
sebagai pekerjaan jalan.
8.7 Dokumentasi
37
Gambar 8.1 Balon baja
BAB IX
BERAT JENIS ASPAL KERAS
(SNI 06-2441-1991)
38
9.3 Pengertian
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25°C atau 15,6°C.
9.3.1 Peralatan
1) termometer
2) bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25°C ±
0,1°C);
3) piknometer 30 ml;
4) air suling sebanyak 1000 ml;
5) bejana gelas, kapasitas 1000 ml.
9.3.2 Benda Uji
Aspal padat
4. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan;
7. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 100 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat;
pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 111oC di atas titik
39
lembek aspal;
9. Biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit dan
timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg; (C)
10. .Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar;
11. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya
dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat;
12. Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit.
9.5 Analisis Data
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara brat jenis aspal padat dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25oC atau 15,60C. Menentukan
hasil pada pengujian ini digunakan untuk mendapatkan nilai volume air adalah
sebagai berikut :
( B−A )−(C− A)
i. Volume air =
δair
..........................................................................(1)
Keterangan :
A = Berat piknometer (gram)
B = Berat piknometer + air (gram)
C = Berat piknometer + sampel (gram)
δair = massa jenis air (gr/cmᶟ)
Untuk menetukan berat jenis rata-rata dan berat isi digunakan persamaan sesuai
SNI 06-2441-2011 Cara Uji Berat Jenis Aspal Keras sebagai berikut :
(C− A)
a.) Berat Jenis Aspal rata-rata =
( B−A )−(D−C)
...................................................(1)
Keterangan:
A = massa piknometer dan penutup
B = massa piknometer dan penutup berisi air
C = massa piknometer, penutup,dan benda uji
40
D = massa piknometer, penutup, benda uji dan air
9.6 Perhitungan
Perhitungan Volume air
( B−A )−(C− A) ( 202 ,2−67 )−(89 , 7−67)
Pengujian I => volume = = = 112,5
δair 1
( B−A )−(C− A) ( 203 ,6−68 , 1 )−(91 , 0−68 , 1)
Pengujian II => volume = = =
δair 1
112,6
Perhitungan Berat Jenis Aspal
(C− A)
Pengujian I => Berat Jenis Aspal = =
( B−A )−(D−C)
(89 ,7−67)
=1
( 202 ,2−67 )−(203 , 7−89 ,7)
(C− A)
Pengujian II => Berat Jenis Aspal = =
( B−A )−(D−C)
(91 , 0−68 ,1)
=1
( 203 ,6−68 , 1 )−(204 , 4−91, 0)
Perhitungan Berat Jenis Aspal rata-rata
Pengujian I + Pengujian II 1+ 1
BJ Aspal rata-rata = = =1
2 2
9.7 Laporan
Tabel 9. 1 Pengujian pemeriksaan Berat Jenis Aspal Keras
Pengujuan I II Satuan
41
BJ Aspal rata- rata 1
Keterangan BJ aspal minimal 1,00
9.8 Kesimpulan
9.9 Dokumentasi
42
BAB X
CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL
(MARSHALL TEST)
10.1Tujuan
Pemeriksaan terhadap campuran aspal dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal.
Ketahanan (stabilitas) campuran aspal ialah kemampuan suatu campuran aspal
untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam Kg
atau Pound.
Sedangkan kelelehan plasits ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran
aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
mm atau 0,01”.
10.2Tahap Pencampuran Aspal
1. Pemeriksaan Mutu Bahan
Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan
yang sudah dilakukan selama pengujian (praktikum).
43
10.3.1 Peralatan
1. 3 (tiga) buah cetakan benda uji, diameter 10 cm (4”), tinggi 7,5 cm (3”),
lengkap dengan alas dan leher lambung.
2. Alat ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji dari cetakan, sesudah
dipadatkan. ‐ Penumbuk, berbentuk silinder dengan permukaan rata. Berat
4,356 kg (10 Pounds), dengan tinggi jatuh bebas 35,7 cm (18”)
3. Landasan pemadat, terdiri dari : balok kayu (jenis kayu atau sejenisnya)
berukuran kirakira 20 x 20 x 15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30 x 20 x 15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30 x
20 x 2,3 cm dan diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku.
6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang dapat memanasi sampai
(200 ± 30C).
44
10. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas
2000 gram dengan ketelitian 0,2 gram dan timbangan berkapasitas 5000
gram dengan ketelitian 1 gram.
2. Persiapan Campuran
‐ Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram, sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm ± 0,125 cm (2,5” ± 0,05”).
‐ Agregat dipanaskan dengan panci (wajan) dengan suhu mencapai kira-kira 28o
C diatas suhu pencampuran (150o C) untuk aspal panas, sedangkan untuk
pencampuran aspal dingin suhu 14o C dan diaduk hingga merata.
45
‐ Panaskan aspal hingga mencair, sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat
sebanyak yang telah ditentukan. Kemudian diaduk dengan cepat sampai agregat
terlapisi oleh aspal dengan merata.
4. Pengujian Marshall
a. Benda uji dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel, kemudian
diberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji untuk ketelitian
pengujian.
46
b. Benda uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang untuk
memperoleh berat kering.
c. Benda uji direndam dalam air minimal 24 jam pada suhu ruangan.
d. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeluarkan, di lap hingga
permukaan kering lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah (berat
kering permukaan jenuh). ‐ Langkah selanjutnya benda uji ditimbang
dalam air untuk mendapatkan berat dalam air.
e. Langkah selanjutnya benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan
berat dalam air.
f. Berikutnya benda uji direndam dalam oven air panas (Water Bath) hingga
mencapai suhu 60o C, selama 30 menit.
g. Bersihkan dahulu batang penuntun (guide rod) beserta permukaan dari
kepala penekan (test heads) sebelum melakukan pengujian dengan alat
Marshall.
h. Lumasi dengan cairan pelumas batang penunjuk hingga kepala penekan
yang atas dapat meluncur dengan bebas, apabila dikehendaki kepala
penekan dapat pula direndam bersamasama benda uji pada suhu 21o -
38oC.
i. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam
kemudian diletakkan pada segmen bawah kepala penekan. Sedangkan
sebelah atas benda uji dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya
diletakkan pada alat penguji.
j. Arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada kedudukannya, putar
pengatur jarum arloji kelelehan sampai menunjukkan angka nol.
Sementara tangki arloji (sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas
kepala penekan (breaking head).
k. Kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh/menempel
alas cincin penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji.
Kedudukan jarum arloji penekan diatur pada angka nol.
l. Pemberian beban terhadap benda uji dengan memutar tombol up pada
mesin penguji. Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan tetap,
yaitu 50 mm per menit. Pembebanan dikatakan maximum apabila putaran
47
jarum arloji penekan menunjukkan gerak kebalikan arah. Selubung tangki
arloji kelelehan pada segmen atas dari kepala penekan, ditekan selama
pembebanan berlangsung.
m. Apabila pembebanan sudah mencapai maximum, angka kelelehan dicatat
yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka ketahanan
dicatat yang ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung
tangkai arloji kelelehan untuk mengeluarkan benda uji.
n. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air
sampai tercapainya beban maximum melalui alat Marshall tidak boleh
melebihi 30 detik.
Perhitungan Pengujian
- Percobaan 1 = 4,60%
- Percobaan 2 = 5,10%
48
- Percobaan 3 = 5,60%
49
C. Berat kering (gram)
- Percobaan 1 = 1188,59
- Percobaan 2 = 1165,59
- Percobaan 3 = 1199,7
- Percobaan 1 = 1244,2
- Percobaan 2 = 1204,6
- Percobaan 3 = 1229,1
- Percobaan 1 = 706
- Percobaan 2 = 677
- Percobaan 3 = 702
F. Volume (gram)
50
- Percobaan 2 = ( (5,1 x 2,10) / 1,06 ) = 10,1
- Percobaan 1 = 115
- Percobaan 2 = 109
- Percobaan 3 = 145
- Percobaan 1 = 5,2
- Percobaan 2 = 6,9
- Percobaan 3 = 6,2
52
10.5 Kesimpulan
1. Hasil pembacaan flow pada benda uji 1,2 dan 3 memenuhi syarat karena diatas
nilai minimum yaitu 3mm
2. Nilai marshall quetion benda uji 1, 2, dan 3 memenuhi syarat karena berada
lebih dari 2,45 kn.mm
3. Nilai stabilitas benda uji 1,2,3 tidak memenuhi persyaratan karena dibawah
batas minimum 800 kg
4. Nilai rongga terhadap aspal benda uji 1, 2, dan 3 memenuhi syarat. Karena
lebih dari 15%
10.5 Dokumentasi
53
BAB XI
KESIMPULAN
Dari pengujian Yang di lakukan dalam praktikum bahan jalan ini dapat
disimpulkan bahwa
1. Dari praktikum analisis saringan dapat agregat kasar dan haluus dapatt
ditarik kesimpulan:
54