Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN JALAN

Disusun Oleh :

1. Robertus Yunico S 01.2021.1.06190

2. Oka Dwi Putra 01.2021.1.06221

3. Muhammad Shafiudin 01.2021.1.06222

4. Celvin Setya P 01.2021.1.06217

Dosen Pembimbing :

Dyan Eka Nurhayati, ST., M.T

NIP. 213180

JURUSAN TEKNIK SIPIL

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM BAHAN JALAN

1. Robertus Yunico S 01.2021.1.06190

2. Oka Dwi Putra 01.2021.1.06221

3. Muhammad Shafiudin 01.2021.1.06222

4. Celvin Setya P 01.2021.1.06217

Surabaya, ..................
Mengetahui, Dosen Pembimbing,
Kepala Laboratorium Bahan Jalan,

Ratih Sekartadji, S.T, MT Dyan Eka Nurhayati, ST., M.T.


NIP. 153103 NIP. 213180

Kepala Jurusan Teknik Sipil ITATS

DR. ENG., MOHAMAD FERDAUS NOOR AULADY, S.T., M.T.


NIP. 153079

JURUSAN TEKNIK SIPIL


INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan yang maha esa dengan segala tuntutan dan
petunjuknya, maka kami dapat menyelesaikan Pratikum Bahan Jalan ini serta
dapat menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya.

Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktikum Bahan


Jalan dari Dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, laporan ini juga bertujuan
untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para
pembaca.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Saya sebagai penulis laporan ini mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami, terutama kepada :
1. Ratih Sekartadji, S.T, MT selaku Koordinator Praktikum Bahan Jalan
2. Dyan Eka Nurhayati, ST., M.T. selaku Dosen Pembimbing.
3. Asisten laboratorium Bahan Jalan.

Saya sadar bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari sempurna.kami
dengan hormat meminta partisipasi dari para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun demi sempurnanya laporan kami ini.

Akhir kata,semoga laporan yang saya susun ini dapat memberikan manfaat
yang berarti bagi para pembaca.

Surabaya,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR TABEL

BAB II PENGUJIAN MATERIAL SEMEN

BAB III PENGUJIAN MATERIAL PASIR

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL BATU PECAH

iv
DAFTAR GAMBAR

BAB II PENGUJIAN MATERIAL SEMEN

BAB III PENGUJIAN MATERIAL PASIR

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL BATU PECAH

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkerasan jalan merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam
menunjang transportasi secara aman, mudah dan nyaman. maka dari itu
dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan layak untuk dipergunakan dalam
pembangunan infrastruktur jalan. Lapisan perkerasan jalan menggunakan aspal,
merupakan salah satu perkerasan yang banyak digunakan di Indonesia, karena
mudah didapat, efisien dan dari segi biaya lebih ekonomis. Campuran antara
agregat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. (Tenriajeng, 2002).
Bahan dan material yang digunakan untuk lapisan perkerasan jalan adalah agregat
sebagai bahan atau material utama yang sangat berpengaruh terhadap daya
dukung lapisan permukaan jalan dan aspal sebagai bahan pengikat agregat agar
lapisan perkerasan kedap air. (Hakim, 2013).

Pembangunan jalan yang dilaksanakan di Indonesia sebagian besar


menggunakan campuran beton aspal, karena campuran ini menghasilkan lapisan
yang kedap air dan tahan lama, tetapi campuran ini memiliki kelemahan pada
iklim tropis seperti di Indonesia, sehingga campuran ini sangat rentan terjadi
kerusakan, seperti jalan berlubang dan bergelombang. Apalagi ditambah dengan
alat transportasi berat yang melintas diatas konstruksi jalan tersebut (Lestari,
2012).

Sebelum dilakukannya pencampuran agregat, tentunya dilakukan beberapa test


yang akan menunjang kelayakan dari sebuah perkerasan jalan. Pada praktikum
bahan jalan kali ini diberikan beberapa pengujian terhadap agregat dan aspal yang
akan dilakukan pencampuran sehingga menjadi sebuah sample perkerasan aspal
beton. Pengujian yang akan dilaksanakan antara lain pengujian berat jenis dan
penyerapan air pada agregat kasar dan halus, pengujian analisis ayakan,
pemeriksaan penetrasi bahan bitumen (aspal), pengujian titik nyala dan titik bakar
pada aspal, pengujian kehilangan berat aspal, pengujian berat jenis aspal dan
pemeriksaan campuran aspal dan juga dilakukan uji marshal di akhir setelah

1
melakukan pencampuran. Berdasarkan bahan pengikatnya Jenis konstruksi
perkerasan dapat dibedakan menjadi 3, antara lain : Konstruksi perkerasan lentur,
Kontruksi perkerasan kaku, dan Konstruksi perkerasan komposit

Dari berbagai pengujian diatas diharapkan untuk bisa mendapatkan komposisi


pencampuran aspal yang baik dan dapat berfungsi sebagai perkerasan jalan yang
baik. Dari hasil pengujian akan dilampirkan dalam bentuk tabel dan grafik uji
Marshall, yang mana dari data tersebut bisa mendapatkan kelayakan dalam
penggunaan agregat yang akan digunakan dalam pembuatan perkerasan jalan.
Untuk itu diperlukan pengujian mengenai pengaruh agregat terhadap perkerasan
lentur jalan raya. (Sukirman,2003). Dengan dilakukanya praktikum bahan jalan ini
guna untuk memberikan pemahaman untuk lebih mengenal dan melengkapi
pemahaman terhadap kuliah Teknik Perkerasan Jalan.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilakukannya Praktikum Bahan Jalan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentasi butiran baik
agregat halus maupun agregat kasar.
2. Untuk mendapatkan angka berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh,
berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.
3. Untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering, permukaan
jenuh, dan berat jenis semu serta besaran angka penyerapan.
4. Untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau semi
solid) dengan memasukkan jarum penetrasi untuk ukuran tertentu, beban dan
waktu tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu.
5. Untuk mendapatkan besaran cara titik nyala dan titik bakar bahan aspal
dengan cleveland open cup.
6. Untuk menentukan kehilangan berat minyak dan aspal yang dinyatakan dalam
persen berat semula.
7. Untuk menentukan berat jenis aspal padat.
8. Untuk menentukan ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari
suatu campuran aspal.
9. Dapat menentukan/menghitung komposisi dari campuran aspal panas

2
(meliputi agregat dan aspal) yang optimal sesuai dengan spek (syarat) yang
ditentukan
10. Mengetahui perbandingan perbedaan hasil pemeriksaaan benda uji dengan
alat Marshall untuk berbagai variasi spek agregat, aspal dan metode
pengujian.

3
1.3 Materi Praktikum
Manfaat yang didapatkan dari Praktikum Bahan Jalan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Dapat Mengetahui dasar ilmu dalam perencanaan suatu bahan perkerasan jalan
dan pengaplikasian teori yang telah didapatkan sewaktu perkuliahan,
khususnya mata kuliah Teknik Perkerasan Jalan.
2. Dapat mengetahui apa saja penghitungan yang ada, dan mencoba untuk
dijelaskan untuk apa penghitungan tersebut
3. Dapat memahami dan mengetahui lebih dalam mengenai sifat – sifat dan
kekuatan material yang digunakan sekaligus mengenal dan mempergunakan
alat – alat laboratorium yang dipakai pada saat pengujian (pemeriksaan)
perkerasan Jalan.
4. Dapat mengetahui campuran campuran yang akan digunakan pengujian sesuai
dengan SNI yang ada.

4
BAB II
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

2.1 Dasar Teori


Di Indonesia, konstruksi jalan sudah banyak berkembang, salah satunya
menggunakan campuran aspal beton, karena dalam campuran ini akan menghasilkan
lapisan perkerasan yang kedap air dan tahan lama dengan harga yang relatif lebih murah
dibandingkan dengan konstruksi jalan yang menggunakan campuran beton, biasanya
campuran ini menggunakan pada jalan dengan beban lalu lintas yang tinggi. Campuran
aspal beton merupakan salah satu campuran material agregat kasar, agregat halus, filler
(bahan pengisi) dan aspal.

Perkerasan jalan biasanya terdiri dari lapisan aspal, dan juga lapisan perkerasan
beton. Menurut SNI 03-1737-1989, lapis aspal beton (laston) adalah suatu lapisan pada
konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi
menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya,
baik berupa hasil alam maupun buatan. Gradasi menerus adalah suatu komposisi yang
menunjukan pembagian butir yang merata mulai dari ukuran yang terbesar sampai yang
terkecil. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan spesifik material
yang akan digunakan dalam penelitian. Salsah satu pengujian yang dilakukan adalah
pengujian analisis ayak/saringan untuk agregat halus (sieve analysis). Menggunakan
standar AASGTO T-27-82 dan ASTM C-136-04. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dengan menggunakan saringan. Gradasi
ini diketahui dengan melakukan penyaringan terhadap agregat kemudian akan diperoleh
berat agregat yang tertahan dalam setiaop saringan. Dari berat dapat dibuat grafik gradasi
agregat dengan menghitung agregat persen yang lolos terhadap saringan. Selain itu juga
akan di peroleh nilai modulus kehalusan agregat (fineness modulus), yaitu angka
kehalusan menurut Abraham yang dihitung dari jumlah presentase kumulatif tertinggal
atau tertahan pada saringan. Dan untuk susunan besar butir mempunyai modulus
kehalusan antara 1,50-3,80 (menurut SNI No 52 tahun 1980).

Analisis ayakan adalah suatu kegiatan analisis yang digunakan untuk menentukan
presentase berat butiran agregat yang lolos dalam suatu set saringan, yang angka
presentase kumulatif digambarkan pada grafik pembagian butir. Ukuran butir yang
maksimum dan agregat ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut

5
masih bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan
maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut
terdapat Sebagian agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat
dikontrol oleh spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh dalam
perencanaan suatu perkerasan. Analisis ayakan merupakan salah satu tahap awal dari
suatu bentuk pengujian laboratorium untuk melakukan klasifikasi tanah dengan
menggetarkan atau mengayak sample tanah menggunakan satu set ayakan dimana
terdapat lubang-lubang ayakan yang berurutan semakin mengecil.

2.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum


2.2.1 Tujuan Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
 Memperoleh distribusi besaran atau jumlah presentase butiran baik agregat halus
maupun kasar.
 Mengetahui ukuran agregat halus dan kasar yang harus memenuhi standar SNI-
03-1968-1990.
2.2.2 Manfaat Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar.
 Dapat menentukan agregat halus dan kasar yang memenuhi standar SNI 03-1968-
1990
 Dapat menyelidiki Quarry agregat
2.3 Prosedur Praktikum
2.3.1 Peralatan
 Timbangan dan Neraca.
 Nomer Saringan I"
 Nomer Saringan 3/4"
 Nomer Saringan 1/2"
 Nomer Saringan 3/8"
 Nomer Saringan No. 3
 Nomer Saringan No. 4
 Nomer Saringan No. 8
 Nomer Saringan No. 10
 Nomer Saringan No. 20
 Nomer Saringan No. 100
 Nomer Saringan No. 200

6
 Nomer Saringan PAN
 Oven dengan pengatur suhu untuk memanasi.
 Mesin pengguncang saringan.
 Loyang
 Kuas
 Sikat Kuning
 Sendok
2.3.2 Benda Uji
 Agregar Halus 1500 gram
 Agregat Kasar 2500 gram
2.3.3 Prosedur Pengujian
1. Siapkan benda uji sebanyak 2500 gram untuk agregat kasar dan 1500 gram
untuk agregat halus.
2. Keringkan benda uji di dalam oven dengan suhu (110 5)°C, sampai berat
tetap.
3. Siapkan mesin pengguncang dan alat saring benda uji lewat susunan
saringan dengan ukuran saringan palingan besar ditempatkan paling atas.
4. Setelah 24 jam, benda uji dikeluarkan dari oven. Kemudian diambil
sebanyak 1500 gram agregat kasar dan 2500 gram agregat halus.
5. Benda uji yang telah di timbang tadi dituang ke dalam alat saringan.
6. Alat saringan tersebut diletakkan pada mesin pengguncang dan di guncang
selama 15 menit.
7. Setelah 15 menit, mesin pengguncang dimatikan dan
8. Timbang berat setiap ukuran saringan.
2.4 Analisis Data Praktikum
Pada hasil pegujian analisis saringan, terdapat 2 analisa saringan. Dimana analisis ini
dilakukan agar dapat membandingkan campuran agregat mana yang lebih memenuhi
syarat.
2.4.1 Agregat Halus
Dalam percobaan pengujian analisis agregat halus, diperoleh data perhitungan
analisis saringan 1 yaitu agregat halus dengan benda uji seberat 1500 gram
pada tabel berikut:

7
Berat Agregat Halus = 1500 gram
Tabel 2.1
Nomor Jumlah % Jumlah % Spesifikasi
Saringa Berat Tertahan Lolos
n tertaha Jumlah Berat
n Tertahan
(inc) (gram) (gram)
No. 3 625 625 41,67% 58,33% 41,67
No. 4 105 730 48,67% 51,33% 7
No. 8 296 1026 68,4% 31,6% 19,73
No. 10 70 1096 73,07% 26,93% 4,6
No.20 105 1201 80,07% 19,93% 7
No. 50 30 1231 82,07% 17,93% 2
No. 100 177 1408 93,87% 6,13% 11,8
No. 200 60 1468 97,87% 2,13% 4
PAN 32 1500 100% 0,00 2,13

 Perhitungan jumlah berat tertahan

Nomor saringan 3” 0 + 625 = 625


Nomor saringan no. 4 625 + 105 = 730
Nomor saringan no. 8 730 + 296 = 1026

 Perhitungan presentase tertahan

Nomor saringan 3” (625/1500) X 100% = 41,67


Nomor saringan no. 4 (730/1500) X 100% = 48,67
Nomor saringan no. 8 (1026/1500) X 100% = 68,4

 Perhitungan persentase lolos

Nomor saringan 3” 100 - 41,67 = 58 ,83


Nomor saringan no. 4 100 - 48,67 = 51,33
Nomor saringan no. 8 100 - 68,4 = 31,6

8
 Perhitungan persentase berat tertahan (Spesifikasi)

Nomor saringan 3” (625/1500) x 100% = 41,67


Nomor saringan no. 4 (105/1500) x 100% = 7
Nomor saringan no. 8 (296/1500) x 100% = 19,73

Gambar 2.1 Grafik Presentase Lolos Agregat Halus

Grafik Presentase Lolos Agregat Halus


120.00%

100.00%
Presentase Lolos (%)

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
No. 3 No. 4 No. 8 No. 10 No.20 No. 50 No. 100 No. 200 PAN

Nomor Saringan

2.4.2 Agregat Kasar

Dalam percobaan pengujian analisa agregat kasar, diperoleh data


perhitungan Analisis Saringan 1 yaitu Agregat kasar dengan benda uji seberat
2500 gram pada Tabel berikut :
Berat Agregat Kasar = 2500 gram

9
Tabel2.2
Nomor Berat Jumlah Berat Jumlah % Jumlah % % Berat
Saringan tertaha Tertahan Tertahan Lolos Tertahan
n (gram) (gram)

1" 0 0 0% 100% 0
3/4" 21 21 0,84% 99,16% 0,84
1/2" 75 96 3,84% 96,16% 3
3/8" 360 456 18,24% 81,76% 14,4
No.3 1235 1691 67,64% 32,36% 49,4
No. 4 180 1871 74,87% 25,16% 7,2
No. 8 110 1981 79,24% 20,76% 4,4
No.10 120 2101 84,04% 15,96% 4,8
No. 20 125 2226 89,04% 10,96% 5
No. 100 84 2310 92,40% 7,60% 3,36
No.200 100 2410 96,40% 3,60% 4
PAN 90 2500 100,00 0% 3,6

 Perhitungan jumlah berat tertahan

Nomor saringan 1” 0 + 0 =0
Nomor saringan 3/4” 0 + 21 = 21
Nomor saringan ½” 21 + 75 = 96

 Perhitungan presentase tertahan

Nomor saringan 1” (0/2500) X 100% = 0,00


Nomor saringan ¾” (21/2500) X 100% = 0,84
Nomor saringan ½” (96/2500) X 100% = 3,84

 Perhitungan persentase lolos

Nomor saringan 1” 100 - 0,00 = 100,00


Nomor saringan ¾” 100 - 0,84 = 99,16
Nomor saringan ½” 100 - 3,04 = 96,16

10
 Perhitungan presentase berat tertahan

Nomor saringan 1” (0/2500) X 100% = 0


Nomor saringan ¾” (21/2500) X 100% = 0,84
Nomor saringan ½” (75/2500) X 100% = 3

Gambar 2.2 Grafik Presentase Lolos Agregat Kasar

Grafik Presentase Lolos Agregat Kasar

120%
100%
Presentase Lolos (%)

80%
60%
40%
20%
0%
1" 4" 2" 8" .3 .4 .8 .1
0
.2
0 00 00 N
3/ 1/ 3/ No No No No .1 .2 PA
No N o N o

Nomor Saringan

2.5 Kesimpulan Praktikum


Dari praktikum analisis saringan agregat kasar dan halus dapat ditarik kesimpulan :

 Dengan analisis saringan dapat diketahui distribusi butiran pada masing-masing


jenis agregat
 Agregat halus :
- Berat Agregat Halus = 1500 gram
- Presentase terbesar dengan nomor saringan PAN sebesar 100,00
- Presentase terkecil dengan nomor saringan 3” sebesar 41,67
 Agregat kasar :
- Berat Agregat Kasar = 2500 gram
- Presentase terbesar dengan nomor saringan PAN sebesar 100,0
- Presentase terkecil dengan nomor saringan 1” sebesar 0,00

11
BAB III

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR


AGREGAT HALUS (SNI 03-1970-1990)
3.1 Tujuan Praktikum

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan antara lain :

 Berat Jenis curah (perbandingan berat agregat kering) ,

 berat jenis permukaan jenuh ( yang memperhitungkan volume pori yang hanya
dapat diserapi oleh aspal ditambah dengan volume partikel),

 berat jenis semuh (perbandingan antara berat bahan di udara) , serta angka
penyerapan dan agregat kasar.

Tujuan metode ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, dan berat jenis semuh serta besarnya angka penyerapan.

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian berat jenis dan penyerapan
air agregat halus pada Tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus

Peralatan Gambar
Timbangan, Kapasitas 1kg atau
lebih dengan ketelitian 0.1 gram

Gambar 3.1 Timbangan

12
Piknometer dengan kapasitas 500
ml

Gambar 3.2 Piknometer

Lanjutan Tabel 3.1 Peralatan yang digunakan saat pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat halus.
Peralatan Gambar
Pengatur suhu dengan ketelitian
1ᵒC

Gambar 3.3 Pengatur suhu dengan


ketelitian 1ᵒC
Talam-talam

Gambar 3.8 Talam-talam


Tungku atau Kompor

13
Gambar 3.9 Tungku atau Kompor

Sumber : Praktikum Bahan Jalan, 2023

3.3 Benda Uji


Agregat yang lewat timbangan sebanyak 100gram

3.4 Prosedur Pengujian


1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 + 5)° C sampai berat
tetap, yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3
kali penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam
berturut-turut, tidak mengalami perubahan kadar air lebih besar dari pada
0,1 %, dinginkan pada suhu ruang, kemudian direndam dalam air selama
(24 + 4) jam.
2. Buang air rendaman, tebarkan butiran agregat kedalam talam, keringkan di
udara panas dengan cara membolak - balikan benda uji sampai tercapai
keadaan kering permukaan jenuh.
3. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji
kedalam kerucut terpancung, padatkan menggunakan penumbuk sebanyak
25 kali, angkat kerucut terpancung, keadaan kering permukaan jenuh
tercapai bila benda uji runtuh ketika dalam keadaan retak.
4. Segera setelah dalam keadaan kering permukaan jenuh mašukan 500 gram
benda uji kedalam piknometer, masukan air suling sampai mencapai 90%
isi piknometer, putar sambil guncang sampai tidak terlihat gelembung
udara didalam piknometer.
5. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan dengan suhu standart 25° C.
6. Tambahkan air sampai tanda batas atas

14
7. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram
(Bt)
8. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1 10 ± 5)° C
samapi berat tetap, kemudian dinginkan benda uji.
9. Timbang benda uji yang sudah di dinginkan (Bk).
10. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air, guna
penyesuaian dengan suhu standart 25° C (B).

3.5 Analisis Data Praktikum


Sebelum menganalisis data hasil pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus, perlu diketahui hal-hal sebagai berikut :

 Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25°c.
 Berat jenis jenuh kering (SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
26 agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
 Berat jenis senmu yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada
suhu 25°C.
 Penyerapan yaitu perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen (%).
 Pengujian ini dilakukan pada tanah jenis agregat halus, yaitu tahah lolos
saringan No. 4 (4,75mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan
dalam pekerjaan:
a) Penyelidikan quarry agregat.
b) Perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton.
c) Perencanaan campuran dan mutu perkerasan jalan.

Data hasil dari penimbangan didapatkan perhitungan berat jenis dan penyerapaair
agregat halus pada Tabel 3. 1 berikut :

15
Tabel 3. 2 Sifat-sifat Agregat Halus

JENIS PENGUJIAN 1
Berat benda uji direndam 24 jam
Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) = 500 gram
(gram)
Berat benda uji kering oven (BK) = (gram) 496 gram
Berat piknometer diisi air (25°C) (B) = (gram) 1286 gram
Berat piknometer ditambah benda uji (SSD) + air 1529 gram
(25°C) (Bt) = (gram)
Perhitungan
Berat jenis (Bulk Specific Grafity) 1,92 kg
BK
(b+ 500−Bt )
Berat jenis kering permukaan jenuh 1,94 kg
500
( B+500−Bt )
Berat jenis semu (Apparent) 1,96 kg
Bk
( B+ Bk−Bt )
Penyerapan ( Apsorption) 0,8 kg
(500−Bk )
x 100 %
Bk
Keterangan :

 BK = Berat benda uji kering


 BJ = Berat jenis
 BA = Berat Agregat

3.6 Kesipulan Praktikum


3.6.1 Setelah didapatkan data hasil perhitungan analisis data, kemudian dilihat hasil
tersebut dengan persyaratan pada tabel 3.3

Tabel 3. 2 Sifat-sifat Agregat Halus


SIFAT METODE PENGUJIAN KETENTUAN
Penyerapan oleh air SNI 03-1969-2016 MAKSIMUM 5%
16
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga (2018) (Revisi 1), 2022

Dari hasil analisis perhitungan pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat
halus dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3. 3 Hasil Analisis Data Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus

NO PENGUJIAN KETENTUAN HASIL KETERANGAN


1 PENYERAPAN AIR MAKSIMUM 5% 0,8% YA
2 BERAT JENIS BULK - 1,92 gr -
3 BERAT JENIS SEMU - 1,94 gr -
BERAT JENIS
4 EFEKTIF - 1,96 gr -
Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum Bahan Jalan, 2022
Didapatkan bahwa hasil penyerapan oleh air sebesar 0,8%, berdasarkan Tabel
3.4 hasil tersebut sesuai dengan batas maksimum ketentuan sifat agregat halus
SNI 03-1969-2016.
3.7 Dokumentasi

Gambar 3.1 Benda uji yang dikeringkan

17
Gambar 3.2 Benda uji keadaan SSD

Gambar 3.3 Piknometer ditimbang

18
BAB IV
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR
AGREGAT KASAR (SNI 03-1969-1990)
KASAR (SNI 03-1969-1990)

4.1 Tujuan Praktikum


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis
permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan daripada agregat kasar.
4.2 Prosedur Praktikum
4.2.1 Peralatan
1. Keranjang kawat yang meliputi 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8)
dengan kapasitas kira - kira 5 kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan,
tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu
tetap.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110+5)°C
5. Alat pemisah contoh
6. Saringan No. 4 (4,75mm)
4.2.2 Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No.4, diperoleh dari alat
pemisah contoh cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.

4.3 Prosedur Pengujian


1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)° C sampai berat tetap
sebagai catatan bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam
pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air
aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dalam oven.

19
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gr (Bk)
4. Rendam benda uji pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam.
5. Keluarkan benda uji dari air, lalu lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang kasar satu persatu.
Kemudian timbang (Bj)
6. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba)

4.4 Analisis Data Praktikum


4.4.1 Perhitungan
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai
berikut.

BK 965 , 5
 Berat Jenis Curah = =
( BJ−BA) (1000−668.5)
= 2,91 gram
BJ 1000
 Berat Jenis Permukaan Jenuh = =
( BJ−BA) (1000−668 ,5)
= 3,01 gram
BK 965 , 5
 Berat Jenis Semuh = =
( BK −BA) (965 , 5−668 ,5)
= 3,25 gram
( BJ−BK ) (1000−965 , 5)
 Penyerapan = x100% = x100
BK 965 , 5
%
= 3,57%

4.4.2 Pelaporan
Hasil ditulis dalam bilangan desimal sampai tiga angka dibelakang koma
Tabel hasil uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

20
Tabel 4. 1 Pengujian berat jenis agregat kasar

JENIS PENGUJIAN 1
Berat benda uji direndam 24 jam
Berat benda uji kering oven tertahan saringan 965,5 gr
no. 4 (Bk) = (gram)
Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) = 1000 gr
(gram)
Berat benda uji dalam air (Ba) = (gram) 668,5 gr
Perhitungan
Berat jenis (Bulk Specific Grafity) 2,91 kg
BK
( Bj−Ba)
Berat jenis kering permukaan jenuh 3,01 kg
BJ
( Bj+ Ba)
Berat jenis semu (Apparent) 3,25 kg
Bk
( Bk−Ba)
Penyerapan ( Apsorption) 3,57 %
( Bj−Bk )
x 100 %
Bk

4.5 Kesimpulan
Dari hasil analisis perhitungan pada pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat halus, didapatkan hasil penyerapan oleh air sebesar 3,57% yang tidak
sesuai dengan batas maksimum ketentuan sifat-sifat agregat halus SNI 03-1969-
2016 yaitu tidak lebih dari 3%

21
4.6 Dokumentasi

Gambar 4.1 Memasukkan benda uji kedalam air

Gambar 4.2 Memasukkan benda uji kedalam oven

22
Gambar 4.3 Menimbang benda uji dalam air

23
BAB V
PENETRASI BAHAN – BAHAN BITUMEN PA – 301 – 76
(AASTHO T – 49 – 68)
(AASTM D – 5 – 73)
(SNI 06 – 2456 – 1991)

5.1 Tujuan Praktikum


Tujuan pengujian adalah menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek
(solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu,
beban dan waktu tertentu ke dalam bitumen pada suhu tertentu.

5.2 Prosedur Praktikum


5.2.1 Peralatan
1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan jarum naik turun tanpa gesekan
dan dapat mengukur penetrasi 0,01 mm.
2. Pemegang jarum sebesaar (47,5 ± 0,05) gram. Pemberat (50 ± 0,05) gram
untuk bahan 100 gram dan (100 ± 0,05) gram untuk bahan 200 gram.
3. Jarum penetrasi dari stainless steel mutu 440 C / NRC 54-50.
4. Cawan terbuat dari logam atau gelas (kaca).
5. Bak perendam.
6. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.
7. Pengukur waktu dengan ketelitian 0,1 detik per menit.
8. Thermometer.
5.2.2 Benda Uji
Aspal yang dipanaskan hingga bisa dituang kedalam cetakan, lalu
didinginkan pada suhu ruangan 1-1½ jam untuk uji kecil dan 1½-2 jam untuk uji
besar.

5.2.3 Prosedur Pengujian


1. Letakkan benda uji diatas bak peredam pada suhu ruangan.
2. Pastikan peralatan / mesin uji bekerja dengan baik dan periksalah jarum
dalam keadaan bersih.
3. Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji, kemudian angka 0 di arloji penetrometer sehingga
24
jarum petunjuk berimpit dengannya.
4. Lepaskan pemegang jarum serentak jalankan stopwatch selama (5 ± 0,1)
detik.
5. Putar arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi hingga angka 0,1
terdekat.
6. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya hingga minimal 5 kali penetrasi dan jarak antar
pemeriksaan minimal 1 cm.
5.3 Analisis Data Praktikum
Pada hasil praktikum yang dilakukan, terdapat 2 sampel penetrasi bitumen.
Tabel 5. 1 Percobaan Penetrasi Bitumen Beban 50 gram

PENGAMATAN
BERA
No. SUHU WAKTU KOEFISIEN
T PEMBACAAN
(0,1)
ᵒC GRAM DETIK
1 25 50 5 70 7,0
2 25 50 5 40 4,0
3 25 50 5 52 5,2
4 25 50 5 55 5,5
5 25 50 5 68 6,8
6 25 50 5 69 6,9

Rata - rata 59 5,9

Sumber : Hasil Praktikum Bahan Jalan (2023)

PENETRASI AGREGAT
PENGAMATAN
NO SUHU BERAT WAKTU KOEFISIEN
PEMBACAAN
ᵒC GRAM DETIK (0,1)
1 25 100 5 116 11,6
2 25 100 5 108 10,8
3 25 100 5 114 11,4
4 25 100 5 101 10,1
5 25 100 5 98 9,8

25
6 25 100 5 88 8,8
Rata - rata 104,16 10,416
Tabel 5. 2 Percobaan Penetrasi Bitumen Beban 100 gram

Setelah didapat data hasil perhitungan analisis data, kemudian dilihat hasil
tersebut dengan persyaratan

Tabel 5. 3 Angka penetrasi

5.4 Kesimpulan Praktikum


Dari hasil analisis percobaan pada penetrasi bitumen yang dilakukan
menggunakan 2 sampel dan beban yang berbeda, maka diperoleh :

1. Nilai rata-rata penetrasi pada pembacaan dial terhadap sampel 1 dengan


beban seberat 50 gram adalah sebesar 59
2. Nilai rata-rata penetrasi pada pembacaan dial terhadap sampel 2 dengan
beban seberat 100 gram adalah sebesar 104,16
3. Nilai rata-rata dari 2 sampel penetrasi bitumen sebesar 81,58. Berdasarkan
syarat ketentuan termasuk kedalam toleransi 4

5.5 Dokumentasi

26
Gambar 5.1 Alat Penetrasi

Gambar 5.2 Menempatkan jarum pada benda uji

Gambar 5.3 pembacaan dial penetrasi beban

27
BAB VI

UJI TARIK (DAKTILITAS BAHAN) – BAHAN BITUMEN PA-0306-76

(AASTHO T-51-74)

(AASTM D-113-65)

(SNI 06-2432-1991)

6.1 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah dimaksudkan sebagai acuan dan
pegangan dalam pelaksanaan pengujian daktilitas (uji tarik) bahan aspal. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua
cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus pada suhu dan kecepatan tarik
tertentu.
6.2 Ruang Lingkup
Pengujian ini dapat dilakukan pada aspal keras atau cair. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas bahan aspal.
6.3 Pengertian
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak
terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum
putus pada suhu 25 ºC dan kecepatan 50 mm/menit.
6.4 Peralatan
1) Thermometer
2) Cetakan daktilitas kuningan.
3) Bak perendam isi 10 liter, yang menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan
ketelitian 0,1 ºC dan benda uji dapat terendam sekurang-kurangnya 100 mm di
bawah permukaan air, bak tersebut dilengkapi dengan pelat dasar berlubang yang
diletakkan 50 mm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
4) Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dapat menarik benda uji dengan kecepatan yang tetap
b) Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan
getaran
selama pemeriksaan.
5) Bahan methyl alkohol teknik atau glycerin teknik.
28
6.5 Benda Uji
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan
sebagai berikut:
a) Lapisi semua bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat
dasar dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin
dan kaolin atau amalgan, kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat
dasar,
b) Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang untuk menghindarkan
pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati, pemanasan dilakukan sampai suhu
antara 80 ºC – 100 ºC di atas titik lembek, kemudian contoh disaring dengan
saringan No. 50 dan setelah diaduk, dituang dalam cetakan.
c) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung
hingga penuh berlebihan,
d) Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau
spatula yang panas sehinggancetakan terisi penuh dan rata.

6.6 Cara Pengujian


1) Diamkan benda uji pada suhu 25 ºC dalam bak perendam selama 85 sampai 95
menit, kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya,
2) Pasanglah benda uji pada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur
dengan kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus perbedaan kecepatan atau
kurang dari 5% masih diijinkan, bacalah jarak antara pemegang benda uji, pada
saat benda uji putus (dalam sentimeter), selama percobaan berlangsung benda uji
harus selalu terendam sekurang-kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus
dipertahankan tetap (25 ºC + 0,5 ºC),
3) Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air
maka pengujian dianggap tidak normal, untuk menghindari hal semacam ini maka
berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan menambah
methyl alkohol atau glyserin, apabila pemeriksaan normal tidak berhasil setelah
dilakukan 3 kali, maka dilaporkan pengujian bitumen tersebut gagal.

29
6.7 Pelaporan
Laporkan hasil rata-rata dari tiga benda uji normal sebagai harga daktilitas
contoh tersebut.
Tabel 6. 1 Pemeriksaan Daktilitas
Daktilitas pada suhu 25 ºC Pembacaan Pengukur pada
5 cm per menit alat

Pengamatan 1 120 > 6 menit 32 detik

Pengamatan 2 140 > 8 menit 21 detik

Rata-rata

6.8 Kesimpulan

Dari hasil praktikum dengan kecepatan 5cm/menit didapat nilai daktilitas


yaitu 120 cm dan 140 cm. Hal tersebut berarti aspal yang diuji telah memenuhi
syarat SNI-2432:2011 dan termasuk kedalam jenis aspal yang plastis (syarat
minimum daktilitas aspal adalah 100 cm).

6.9 Dokumentasi

Gambar 6.1 penggunaan daktilometer

30
BAB VII

TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR BAHAN ASPAL

DENGAN CLEVELAND OPEN CUP

(SNI 06-2433-1991)

7.1 Tujuan
Adapun maksud dari pengujian ini adalah sebagai acuan dan pegangan
dalam pelaksanaan pengujian titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan
cleveland open cup. Sedangkan tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk
mendapatkan besaran cara titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland
open cup.

7.2 Ruang lingkup


Pengujian dilakukan terhadap bahan aspal, dan selanjutnya dapat
digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat bahan aspal terhadap bahaya api, pada suhu berapa
bahan aspal akan terbakar atau menyala.

7.3 Pengertian
a. Titik nyala adalah suhu pada saat aspal terlihat menyala singkat kurang dari 5
detik pada suatu titik di atas permukaan aspal
b. Titik bakar adalah suhu pada saat aspal terlihat nyala sekurang-kurangnya 5
detik pada suatu titik pada permukaan aspal
7.4 Peralatan
a) Termometer
b) Cleveland open cup; adalah cawan berbahan kuningan dengan bentuk dan
ukuran tertentu
c) Pelat pemanas, terbuat dari logam untuk meletakkan cawan cleveland
d) Sumber pemanasan atau tungku; dalam hal ini digunakan alat pemanas
e) dengan bahan bakar gas LPG
f) Penahan angin
g) Penahan angin

31
h) Nyala penguji
7.5 Cara Pengujian
 Persiapan pengujian
o Panaskan contoh aspal pada suhu tertentu sampai cair
o Bilah cawan cleveland sampai garis batas yang tlah ditentukan,
hilangkan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan aspal
 Pelaksanaan Pengujian
o Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan aturlah sumber panas
sehingga terletak dibawah titik tengah cawan
o Letakkan alat mala penguji dengan poros pada jarak 75 mm dari titik
tengah cawan
o Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak
6,4 mm diatas cawan dan aturlah sehingga poros termometer terletak
pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi
o Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji
o Nyalakan sumber pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15+1)
per menit sampai suhu 56°C di bawah titik nyala perkiraan
o Atur kecepatan pemanasan 5°C-6°C per menit dibawah suhu 56°C dan
28°C di bawah titik nyala perkiraan
o Nyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji
menjadi 3,2-4,8 mm
o Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan dalam waktu
1 detik setiap kenaikan 2°C dan catatlah hasilnya pada suhu tertentu dan
waktu tertentu pula
o Daftar toleransi
Tabel 7. 1 Titik nyala dan titik bakar

Titik Nyala dan Titik Pengulangan oleh satu Pengulangan oleh


Bakar orang dengan satu alat beberapa orang dengan
satu alat
Titik Nyala 8ᵒC(15ᵒF) 17ᵒC(30ᵒF)
175ᵒC-550ᵒC

32
Titik bakar lebih dari 8ᵒC(15ᵒF) 14ᵒC(30ᵒF)

7.6 Laporan
Hasil pemeriksaan sebagai titik nyala benda uji, dengan toleransi tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN
CLEVELEND OPEN CUP
Tabel 7. 2 Titik nyala dan Titik bakar

Waktu Suhu
NO Keterangan
(Detik) (ᵒc)
1 60 100
2 120 120
3 180 135
4 240 140
5 300 145
6 360 160
7 420 175
8 480 190
9 540 220
10 600 250 Titik Nyala
11 660 270 Titik Bakar
12 720

 Batasan titik nyala adalah 200°C sampai dengan 300°C, diambil nilai tengah
yaitu 250°C.
 Suhu dimulainya percobaan titik nyala dan titik bakar yaitu 250°C -56194°C.
 Pengamatan dilakukan setiap kenaikan suhu 5° C.

7.7 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan titik nyala 250ᵒC dalam
waktu 600 detik (10 menit) dan titik bakar sebesar 270ᵒC. dalam waktu 660 detik
(11 menit). Menurut SNI 06-2433-1991 titik nyala berada disuhu 250ᵒC dengan
waktu 1,193 menit dan titik bakar berada disuhu 280ᵒC dalam waktu 3,48 menit.
Jadi. Pengujian yang sudah dilakukan melebihi ketetapan yang ada di SNI 06-
2433-1991.

33
7.8 Dokumentasi

7.1 Alat Cleveland

7.2 Pengujian titik bakar aspal

7.3 Pengamatan pada dial pada pengukur suhu

34
BAB VIII

TITIK LEMBEK ASPAL

(SNI-2434-2011)

8.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter
yang berkisar antara 30 °C sampai 157 "C. Yang dimaksud dengan titik lembek
adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu mendesak turun suatu
lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu. Sehingga
aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada
tinggi tertentu sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu

8.2 Peralatan
1. Dua cincin yang terbuat dari bahan kuningan, bentuk dan dimensi cincin
tertentu.
2. Pelat persiapan benda uji dengan permukaan halus terbuat dari bahan
kuningan ukuran 50 mm x 75 mm,
3. Dua buah bola baja diameter 9,53 mm dan mempunyai berat 3,5 gram ±
0,05 gram
4. Pengarah bola bahan kuningan
5. Bejara perendam, gelas kimia tahan panas, diameter dalam 85 mm dan
tinggi 120 mm dari dasar bejana.
6. Thermometer
7. Dudukan benda uji pemegang cincin terbuat dari kuningan untuk
meletakkan dua cincin berisi lapisan aspal yang diletakkan secara
horizontal.

8.3 Benda Uji


1. Panaskan contoh aspal sambil diaduk-aduk hingga cair merata. Pemanasan
dan pengadukan dilakukan perlahan agar gelembung udara tidak masuk.
Setelah cair merata tuang contoh aspal ke dalam dua buah cincin. Suhu
pemanasan ter tidak melebihi 56 °C di atas titik lembeknya dan untuk

35
aspal tidak melebihi 111 °C di atas titik lembeknya. Waktu pemanasan ter
tidak boleh melebihi 30 menit sedangkan untuk aspal tidak melebihi 2 jam.
2. Panaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh aspal, dan
letakkan kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan sabun.
3. Tuangkan contoh aspal ke dalam dua buah cincin, diamkan pada suhu
sekurang – kurangnya 8ᵒC dibawah titik lembeknya, sekurang – kurangnya
selama 30 menit.
4. Setelah dingin, ratakan permukaan contoh aspal ke dalam cincin dengan
pisau yang telah dipanaskan.

8.4 Pelaksanaan
1. Pasang dan atur benda uji di atas dudukannya dan letakkan pengarah bola
di atasnya. Kemudian masukkan semua peralatan tersebut ke dalam bejana
gelas. Isi bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5+1) °C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm. Letakkan
thermometer di antara kedua benda uji (kurang dari 12,7 mm) dari tiap
cincin. Periksa dan atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar
benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
2. Letakkan bola-bola baja bersuhu 5 °C di atas dan di tengah permukaan
masing masing benda uji yang bersuhu 5 °C menggunakan penjepit
dengan memasang kembali pengarah bola.

8.5 Hasil Analisis Data


Masukkan hasil suhu pada saat bola menyentuh pelat dasar. Masukkan suhu
titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata – rata dan bulatkan
sampai 0,5ᵒC terdekat untuk tiap percobaan ganda (duplo).

36
Tabel 8. 1Hasil Analisis Data

Suhu yang diamati Waktu detik Titik Lembek


NO
ᵒC ᵒF I II I II

1 5 41
2 10 50
3 15 59
4 20 68
5 25 77
6 30 86,6 -
7 35 95 1m 12d
8 40 104 3m 16d
9 45 113 5m 13d
10 50 122 6m 57d
11 55 131 8m 40d
12 60 140 10m 27d
13 65 149 12m 17d 67ᵒ 68ᵒ

8.6 Kesimpulan
Dari Hasil Data yang di peroleh pada saat pengujian di laboratorium di dapat
hasil sebagai berikut:
1. Aspal pada benda uji I meleleh pada suhu 65°C pada detik ke 722” dan
pada suhu 65°C dan detik ke 722” untuk benda uji II.
2. Menurut Bina Marga Titik lembek untuk campuran aspal pen 60 yang di
isyaratkan adalah 48°C – 58°C aspal PEN 40 adalah min 50°C dan Max
63°C. Hasil pengujian didapat aspal mulai melembek pada suhu 55C dan
60C pada 2 buah benda uji
3. Berarti aspal yang di uji sesuai dengan standart dan dapat digunakan
sebagai pekerjaan jalan.

8.7 Dokumentasi

37
Gambar 8.1 Balon baja

Gambar 8.2 Bejana gelas

Gambar 8.3 bola baja dimasukkan ke bejana gelas

BAB IX
BERAT JENIS ASPAL KERAS
(SNI 06-2441-1991)

9.1 Maksud dan Tujuan


Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan
pengujian berat jenis aspal padat dengan piknometer. Tujuan metode ini adalah
untuk menentukan berat jenis aspal padat.
9.2 Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan terhadap semua aspal padat, selanjutnya hasilnya
dapat digunakan dalam pekerjaan perencanaan campuran serta pengendalian mutu
perkerasan jalan.

38
9.3 Pengertian
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25°C atau 15,6°C.
9.3.1 Peralatan
1) termometer
2) bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25°C ±
0,1°C);
3) piknometer 30 ml;
4) air suling sebanyak 1000 ml;
5) bejana gelas, kapasitas 1000 ml.
9.3.2 Benda Uji
Aspal padat

9.4 Cara Pengujian

1. Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas


piknometer yang tidak terendam 40 mm; kemudian rendam dan jepitlah
bejana tersebut dalam bak perendam sehingga perendam sekurang-
kurangnya 100 mm

2. Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25°C

3. Bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg;


(A)

4. Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan;

5. Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup sehingga


rapat.

6. Kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam; diamkan


bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30
menit, kemudian angkatlah dan keringkan dengan lap; timbanglah
piknometer dengan ketelitian 1 mg; (B)

7. Panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 100 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat;
pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 111oC di atas titik
39
lembek aspal;

8. Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering


hingga terisi ¾ bagian;

9. Biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit dan
timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg; (C)

10. .Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar;

11. Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya
dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat;

12. Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit.
9.5 Analisis Data
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara brat jenis aspal padat dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25oC atau 15,60C. Menentukan
hasil pada pengujian ini digunakan untuk mendapatkan nilai volume air adalah
sebagai berikut :
( B−A )−(C− A)
i. Volume air =
δair
..........................................................................(1)
Keterangan :
A = Berat piknometer (gram)
B = Berat piknometer + air (gram)
C = Berat piknometer + sampel (gram)
δair = massa jenis air (gr/cmᶟ)
Untuk menetukan berat jenis rata-rata dan berat isi digunakan persamaan sesuai
SNI 06-2441-2011 Cara Uji Berat Jenis Aspal Keras sebagai berikut :
(C− A)
a.) Berat Jenis Aspal rata-rata =
( B−A )−(D−C)
...................................................(1)
Keterangan:
A = massa piknometer dan penutup
B = massa piknometer dan penutup berisi air
C = massa piknometer, penutup,dan benda uji

40
D = massa piknometer, penutup, benda uji dan air
9.6 Perhitungan
 Perhitungan Volume air
( B−A )−(C− A) ( 202 ,2−67 )−(89 , 7−67)
Pengujian I => volume = = = 112,5
δair 1
( B−A )−(C− A) ( 203 ,6−68 , 1 )−(91 , 0−68 , 1)
Pengujian II => volume = = =
δair 1
112,6
 Perhitungan Berat Jenis Aspal
(C− A)
Pengujian I => Berat Jenis Aspal = =
( B−A )−(D−C)
(89 ,7−67)
=1
( 202 ,2−67 )−(203 , 7−89 ,7)
(C− A)
Pengujian II => Berat Jenis Aspal = =
( B−A )−(D−C)
(91 , 0−68 ,1)
=1
( 203 ,6−68 , 1 )−(204 , 4−91, 0)
 Perhitungan Berat Jenis Aspal rata-rata
Pengujian I + Pengujian II 1+ 1
BJ Aspal rata-rata = = =1
2 2

9.7 Laporan
Tabel 9. 1 Pengujian pemeriksaan Berat Jenis Aspal Keras

Pengujuan I II Satuan

Berat Picnometer + contoh aspal 89,7 91,0 gram

Berat Picnometer kosong 67 68,1 gram


1. Berat contoh aspal 22,7 22,9 gram
Berat Picnometer + air 202,2 203,6 gram
Berat Picnometer 67 68,1 gram
2. Berat air 135,2 135,5 gram

Berat Picnometer + contoh air 203,7 204,4 gram


Berat Picnometer + contoh 68,5 69,2 gram

3. Volume air 112,5 112,6 gram

4. Volume contoh (2-3) 22,7 22,9 gram


BJ aspal (berat contoh/volume contoh) 1 1

41
BJ Aspal rata- rata 1
Keterangan BJ aspal minimal 1,00

9.8 Kesimpulan

Dari analisa perhitungan diatas dapat disimpulkan BJ aspal pada pengujian


I adalah sebesar 1,04 gr/cm3, dan nilai BJ aspal pada pengujian II adalah sebesar
1,05 gr/cm3. Dan di dapatkan nilai BJ rata-rata dari pengujian ini adalah sebesar 1
gr/cm3. Menurut syarat pada SNI 2441-2011, nilai berat jenis aspal harus
mendekati 1kg/m3. Maka, nilai berat jenis aspal pada pengujian ini memenuhi
syarat SNI 2441-2011.

9.9 Dokumentasi

Gambar 9.1 Pengujian titik lembek aspal

42
BAB X
CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL

(MARSHALL TEST)

10.1Tujuan
Pemeriksaan terhadap campuran aspal dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal.
Ketahanan (stabilitas) campuran aspal ialah kemampuan suatu campuran aspal
untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam Kg
atau Pound.
Sedangkan kelelehan plasits ialah keadaan perubahan bentuk suatu campuran
aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
mm atau 0,01”.
10.2Tahap Pencampuran Aspal
1. Pemeriksaan Mutu Bahan
Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan
yang sudah dilakukan selama pengujian (praktikum).

2. Spesifikasi terhadap Bahan


Spesifikasi bahan yaitu batasan-batasan yang harus dipenuhi agar didapat
hasil yang sesuai standar mutu. Spesifikasi bahan dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu spesifikasi gradasi (Analisa Saringan) dan spesifikasi mutu campuran
(Mix Property). Dalam menentukan spesifikasi, ada beberapa hal yang
perlu menjadi pertimbangan, antara lain :

a) Jenis Konstruksi, yaitu dimana lapisan aspal digunakan (misalnya


Surface course).
b) Tebal lapisan yang direncanakan.
c) Jenis dan fungsi jalan, untuk menentukan karakteristik permukaan yang
dikehendaki
10.3Marshall Test
Melakukan pengujian mutu dari campuran yang dibuat dengan alat
Marshall. Terdapat 5 benda uji yang telah dibuat dengan variasi kadar aspal
yang berbeda dari setiap campuran yang dibuat, oleh karena itu ditentukan
kadar aspal optimum yang dapat memenuhi spesifikasi mutu campuran.
Spesifikasi untuk campuran aspal, antara lain berdasarkan :
a) Ditjen Bina Marga Pekerjaan umum
b) The Asphalt Institut
c) Japan road Association

43
10.3.1 Peralatan
1. 3 (tiga) buah cetakan benda uji, diameter 10 cm (4”), tinggi 7,5 cm (3”),
lengkap dengan alas dan leher lambung.

2. Alat ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji dari cetakan, sesudah
dipadatkan. ‐ Penumbuk, berbentuk silinder dengan permukaan rata. Berat
4,356 kg (10 Pounds), dengan tinggi jatuh bebas 35,7 cm (18”)

3. Landasan pemadat, terdiri dari : balok kayu (jenis kayu atau sejenisnya)
berukuran kirakira 20 x 20 x 15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja
berukuran 30 x 20 x 15 cm, yang dilapisi dengan pelat baja berukuran 30 x
20 x 2,3 cm dan diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku.

4. Silinder cetakan benda uji.

5. Mesin tekan yang dilengkapi dengan :

✓ Kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head)

✓ Cincin penguji dengan kapasitas 2500 kg (5000 pounds) mempunyai


ketelitian 12,5 (25 pounds) dilengkapi arloji tekan (dial gauge) dengan
ketelitian 0,0025 cm (0,0001 “) dengan perlengkapannya.

✓ Arloji kelelehan (dial gauge) dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan


perlengkapannya.

6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang dapat memanasi sampai
(200 ± 30C).

7. Bak perendaman (Water Bath) yang dilengkapi dengan pengatur suhu


minimum 20C.

8. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan mencampur aspal.

9. Pengatur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250oC

dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas

44
10. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas
2000 gram dengan ketelitian 0,2 gram dan timbangan berkapasitas 5000
gram dengan ketelitian 1 gram.

11. Sarung tangan asbest dan karet.

12. Sendok pengaduk dan perlengkapan lainnya.

10.3.2 Benda Uji


1) Agregat Kasar
2) Agregat halus
3) Aspal
10.4Cara Pengujian

1. Persiapan Benda Uji

-Agregat dikeringkan dengan suhu 105o C, berat dipertahankan tetap. Setelah


mencapai suhu yang diperlukan, agregat dipisah-pisahkan dengan cara
penyaringan ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki.

-Suhu pencampuran ditentukan, sehingga bahan pengikat yang digunakan


menghasilkan viscositas sesuai daftar berikut ini :

Tabel 10. 1 Viscosotas Bahan Pengikat


Campuran Pemadat
Bahan
Pengikat Saybolt Kinematik Saybolt
Kinematik Engler Engler
furol furol
Aspal panas 170 ± 20 65 ± 10 - 280 ± 30 140 ± 35 -
Aspal 65 ± 10
170 ± 20 - 280 ± 30 140 ± 35 -
Dingin
Ter - - 25 ±3 - - -

2. Persiapan Campuran
‐ Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram, sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm ± 0,125 cm (2,5” ± 0,05”).

‐ Agregat dipanaskan dengan panci (wajan) dengan suhu mencapai kira-kira 28o
C diatas suhu pencampuran (150o C) untuk aspal panas, sedangkan untuk
pencampuran aspal dingin suhu 14o C dan diaduk hingga merata.

45
‐ Panaskan aspal hingga mencair, sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat
sebanyak yang telah ditentukan. Kemudian diaduk dengan cepat sampai agregat
terlapisi oleh aspal dengan merata.

3. Pemadatan Benda Uji


a. Cetakan benda uji beserta perlengkapannya dan permukaan alat penumbuk
dibersihkan dengan seksama, lalu dipanaskan sampai 93,9o C dan
148,9oC.
b. Letakkan pada alat cetakan selembar kertas saring atau kertas penghisap
yang sudah dipotong bulat (sesuai bentuk cetakan).
c. Masukkan seluruh campuran (seberat 1200 gram) ke dalam cetakan.
Kemudian campuran ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok semen) dengan
keras pada bagian tepi sekeliling cetakan sebangak 15 kali tusukan dan 10
kali tusukan pada bagian tengah (merata).
d. Leher cetakan dilepas, ratakan permukaan campuran dengan menggunakan
sendok semen menjadi bentuk sedikit cembung.
e. Waktu akan dipadatkan, suhu campuran dalam cetakan harus tetap pada
batas-batas suhu pemadatan. Kemudian letakkan cetakan di atas landasan
pemadat dan diperkuat dengan pemegang cetakan.
f. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk sebanyak 50 x tumbukan
dengan tinggi jatuh 45 cm (18”). Selama pemadatan diusahakan sumbu
alat pemadat dalam keadaan tegak luruspada alas cetakan.
g. Lepaskan keeping alas dan lehernya, kemudian cetakan benda uji dibalik.
Pasang kembali alas keeping dan lehernya dan diperkuat kembali dengan
pemegang cetakan. Ulangi perlakuan seperti item (6) pada benda uji yang
sudah dibalik tadi.
h. Lepaskan keeping alas dan pasanglah cetakan benda uji pada alat pengatur
atau pengeluar benda uji. Keluarkan benda uji dari cetakan dengan hati-
hati. Kemudian benda uji dibiarkan pada suhu ruangan selama 24 jam.

4. Pengujian Marshall
a. Benda uji dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel, kemudian
diberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji untuk ketelitian
pengujian.
46
b. Benda uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang untuk
memperoleh berat kering.
c. Benda uji direndam dalam air minimal 24 jam pada suhu ruangan.
d. Setelah direndam selama 24 jam, benda uji dikeluarkan, di lap hingga
permukaan kering lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah (berat
kering permukaan jenuh). ‐ Langkah selanjutnya benda uji ditimbang
dalam air untuk mendapatkan berat dalam air.
e. Langkah selanjutnya benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan
berat dalam air.
f. Berikutnya benda uji direndam dalam oven air panas (Water Bath) hingga
mencapai suhu 60o C, selama 30 menit.
g. Bersihkan dahulu batang penuntun (guide rod) beserta permukaan dari
kepala penekan (test heads) sebelum melakukan pengujian dengan alat
Marshall.
h. Lumasi dengan cairan pelumas batang penunjuk hingga kepala penekan
yang atas dapat meluncur dengan bebas, apabila dikehendaki kepala
penekan dapat pula direndam bersamasama benda uji pada suhu 21o -
38oC.
i. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam
kemudian diletakkan pada segmen bawah kepala penekan. Sedangkan
sebelah atas benda uji dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya
diletakkan pada alat penguji.
j. Arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada kedudukannya, putar
pengatur jarum arloji kelelehan sampai menunjukkan angka nol.
Sementara tangki arloji (sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas
kepala penekan (breaking head).
k. Kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh/menempel
alas cincin penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji.
Kedudukan jarum arloji penekan diatur pada angka nol.
l. Pemberian beban terhadap benda uji dengan memutar tombol up pada
mesin penguji. Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan tetap,
yaitu 50 mm per menit. Pembebanan dikatakan maximum apabila putaran

47
jarum arloji penekan menunjukkan gerak kebalikan arah. Selubung tangki
arloji kelelehan pada segmen atas dari kepala penekan, ditekan selama
pembebanan berlangsung.
m. Apabila pembebanan sudah mencapai maximum, angka kelelehan dicatat
yang ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka ketahanan
dicatat yang ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung
tangkai arloji kelelehan untuk mengeluarkan benda uji.
n. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air
sampai tercapainya beban maximum melalui alat Marshall tidak boleh
melebihi 30 detik.

10.4 ANALISIS DATA


Untuk berat benda uji dan kadar aspal disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10. 1 Hasil Pengujian Marshall Test
Kadar Berat Kering Berat Dalam Stabilitas
Aspal Berat Permukaan Air (Cm) Flow
(%) (Gram) (Gram) (Gram)
4,6 1188,5 1244,2 706 115 5,2
9
5,1 1165,5 1204,6 677 109 6,94
9
5,6 1199,7 1229,1 702 145 6,2

Perhitungan Pengujian

A. %aspal terhadap batuan

- Percobaan 1 = (55,2 / 1145 ) x 100% = 4,82%

- Percobaan 2 = (61,2 / 1139) x 100% = 5,37%

- Percobaan 3 = (67,2 / 1133 ) x 100% = 5,93%

B. %aspal terhadap campuran

- Percobaan 1 = 4,60%

- Percobaan 2 = 5,10%

48
- Percobaan 3 = 5,60%

49
C. Berat kering (gram)

- Percobaan 1 = 1188,59

- Percobaan 2 = 1165,59

- Percobaan 3 = 1199,7

D. Berat SSD (gram)

- Percobaan 1 = 1244,2

- Percobaan 2 = 1204,6

- Percobaan 3 = 1229,1

E. Berat dalam air (gram)

- Percobaan 1 = 706

- Percobaan 2 = 677

- Percobaan 3 = 702

F. Volume (gram)

- Percobaan 1 = 1244,2 - 706 = 538,2

- Percobaan 2 = 1204,6 - 677 = 572,6

- Percobaan 3 = 1229,1 - 702 = 527,1

G. Berat isi benda uji

- Percobaan 1 = 1244,2 / 538,2 = 2,27

- Percobaan 2 = 1204,6 / 572,6 = 2,10

- Percobaan 3 = 1229,1 / 527,1 = 2,33

H. Berat maksimum (teoritis)

- Percobaan 1 = 100 / ( (95,4 / 2,67 ) + (4,6/1,06) ) = 2,49

- Percobaan 2 = 100 / ( (95,4 / 2,67 ) + (5,1 /1,06) ) = 2,46

- Percobaan 3 = 100 / ( (95,4 / 2,67 ) + (5,6/1,06) ) = 2,43

I. Volume total aspal

- Percobaan 1 = ( (4,6 x 2,27) / 1,06 ) = 9,8

50
- Percobaan 2 = ( (5,1 x 2,10) / 1,06 ) = 10,1

- Percobaan 3 = ( (5,6 x 2,33) / 1,06 ) = 12,3

J. Jumlah total agregat

- Percobaan 1 = (100 – 4,60) x 2,49 / 2,67 = 88,96

- Percobaan 2 = (100 – 5,10) x 2,46 / 2,67 = 87,43

- Percobaan 3 = (100 – 5,60) x 2,43 / 2,67 = 85,91

K. Jumlah kandungan rongga

- Percobaan 1 = 100 – 9,8 – 88,96 = 1,24

- Percobaan 2 = 100 – 10,1 – 87,43 = 2,56

- Percobaan 3 = 100 – 12,3 – 85,91 = 1,79

L. % rongga terhadap agregat

- Percobaan 1 = 100 – 88,96 = 11,04

- Percobaan 2 = 100 – 87,43 = 12,57

- Percobaan 3 = 100 – 85,91 = 14,09

M. % rongga terhadap aspal

- Percobaan 1 = (9,8 / 11,04 ) x 100% = 88,7%

- Percobaan 2 = (10,1 / 12,57 ) x 100% = 80,3%

- Percobaan 3 = (12,3 / 14,09 ) x 100% = 87,2%

N. % rongga terhadap campuran

- Percobaan 1 = 100 – ( 100 x (2,27 / 2,49) ) = 8,83

- Percobaan 2 = 100 – ( 100 x (2,10 / 2,46) ) =14,63

- Percobaan 3 = 100 – ( 100 x (2,33 / 2,43) ) = 4,11

O. Pembacaan arloji stabilitas (lbs)

- Percobaan 1 = 115

- Percobaan 2 = 109

- Percobaan 3 = 145

P. Stabilitas x kalibrasi alat (kg)


51
- Percobaan 1 = 115 x 22,88 = 2631,5

- Percobaan 2 = 109 x 22,88 = 2494,2

- Percobaan 3 = 145 x 22,88 = 3318,03

Q. P x angka koreksi volume berdasarkan benda uji

- Percobaan 1 = 26331,5 x 0,93 = 2447,3

- Percobaan 2 = 2494,2 x 0,86 = 2145,01

- Percobaan 3 = 3318,03 x 0,96 = 3185,3

R. Hasil pembacaan flow

- Percobaan 1 = 5,2

- Percobaan 2 = 6,9

- Percobaan 3 = 6,2

S. Marshall Quotien (kn/mm)

- Percobaan 1 = 2447,3 / (102 x 5,2) = 4,6

- Percobaan 2 =2145,01 / (102 x 6,9) = 3,05

- Percobaan 3 = 3185,3 / (102 x 6,2) = 5

Tabel 10.3 Ketentuan sifat-sifat campuran Laston (AC)

Sifat-sifat Campuran Spesifikasi Laston (AC-WC)

Jumlah tumbukan per bidang Maks 75 kali

Rongga dalam Campuran (VIM) 3,5-5,5%

Rongga dalam Agregat (VMA) Min 15%

Rongga terisi Aspal (VFA) Min 65%

Stabilitas Min 800 kg

Pelelehan (Flow) Min 3 mm

Marshall Quotient (MQ) Min 2,45 kn/mm

Sumber : Spesifikasi Umum Bina marga 2010

52
10.5 Kesimpulan
1. Hasil pembacaan flow pada benda uji 1,2 dan 3 memenuhi syarat karena diatas
nilai minimum yaitu 3mm
2. Nilai marshall quetion benda uji 1, 2, dan 3 memenuhi syarat karena berada
lebih dari 2,45 kn.mm
3. Nilai stabilitas benda uji 1,2,3 tidak memenuhi persyaratan karena dibawah
batas minimum 800 kg
4. Nilai rongga terhadap aspal benda uji 1, 2, dan 3 memenuhi syarat. Karena
lebih dari 15%
10.5 Dokumentasi

Gambar 10. 1 Pengujian Marshall Test

53
BAB XI
KESIMPULAN

Dari pengujian Yang di lakukan dalam praktikum bahan jalan ini dapat
disimpulkan bahwa
1. Dari praktikum analisis saringan dapat agregat kasar dan haluus dapatt
ditarik kesimpulan:

a. Dengan analisis saringan dapat diketahui distribusi butiran pada


masing-masing jenis agregat.
b. Benda uji berbutir kasar memiliki ditribusi ukuran yang kurang baik
karena sebesar… agregat tertahan di saringan ukuran …
c. Agregat Halus:
- Presentase terbesar dengan noomor daringan ½” sebesar..
- Presentase terkecil dengan nomor saringan PAN sebesar 0,2%
d. Agregat Kasar:
- Presentase terbesar dengan noomor daringan ½” sebesar..
- Presentase terkecil dengan nomor saringan PAN sebesar….
2. Dalam pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat Halus Didapatkan
bahwa hasil penyerapan oleh air sebesar.. hal ini telah sesuai batas dengan
batas maksimumnya yaitu sebesar…
3. Dalam pengujian berat jenis penyerapan air agregat kasar dapat dilihat
bahwa penyerapan agregat halus sebesar… Sedangkan selisih antara

54

Anda mungkin juga menyukai