Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan Teknologi
Bahan ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membantu
secara materi maupun praktek. Kami menyadari bahwa laporan yang dibuat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Semoga apa yang telah dilakukan dalam praktek ini dapat
memberikan ilmu bagi penulis dan banyak orang yang membaca laporan ini. Oleh
karena itu, diharapkan para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun setelah membaca laporan ini guna menjadi acuan agar penulis dapat
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan praktikum Teknologi Bahan ini menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 4
1.3 Maksud 4
1.4 Waktu dan Tempat 4
BAB II PEMERIKSAAN AGREGAT 4
2.1. Agregat Halus 4
2.1.1 Metode Pengambilan Sampel 4
2.1.2 Penentuan Kadar Air 4
2.1.3 Penentuan Kadar Silt Dan Clay 4
2.1.4 Analisa Saringan 4
2.1.5 Penentuan Specific Gravity Dan Absorbsi 4
2.1.6 Penentuan Berat Isi 4
2.2 Agregat Kasar 4
2.2.1 Metode Pengambilan Sampel 4
2.2.2 Penentuan Kadar Air 4
2.2.3 Penentuan Kadar Silt Dan Clay 4
2.2.4 Analisa Saringan 4
2.2.5 Specific Gravity Dan Absorpsi 4
2.2.6 Penentuan Berat Isi 4
BAB III MIX DESIGN 4
3.1 Perencanaan Campuran beton 4
BAB IV PENGUJIAN BETON 4
4.1 Pengujian Beton Segar 4
4.2 Pengujian Beton Keras 4
4.3 Data Hasil Pengujian 4
BAB V EVALUASI HASIL PENGUJIAN 4
5.1 Pengamatan Visual 4
5.2 Perkembangan Kuat Tekan 4
5.3 Mutu Beton Yang Dicapai 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara masalah struktur bangunan tak lepas dari masalah elemen
pembentuk struktur. Elemen pembentuk struktur bangunan ini selain membuat
bangunan menjadi terlihat indah, juga membuat bangunan dapat berdiri kokoh,
kuat dan tahan lama. Untuk mencapai tujuan tersebut sudah tentu diperlukan
pemilihan bahan yang baik dan dengan biaya yang ekonomis. Dari sekian banyak
elemen pembentuk struktur bangunan, yang kita bahas disini adalah struktur beton
sebagai bagian dari suatu bangunan. Untuk memperoleh struktur beton yang kuat,
tahan lama, ekonomis dan memiliki mutu yang baik, diperlukan suatu teknik
pembuatan yang menekankan pada teknik pencampuran adukan beton. Teknik
pencampuran ini meliputi perbandingan ukuran material pembentuk campuran
beton dan cara-cara pengerjaan campuran tersebut, seperti yang disyaratkan PBI
1987 atau SK SNI 1991.
1.2 Maksud
1.2.1 Untuk melakukan pemeriksaan agregat kasar.,
1.2.2 Untuk melakukan pemeriksaan agregat kasar.,
1.2.3 Untuk melakukan MIX DESAIN campuran beton.,
1.2.4 Untuk mengetahui peralatan dalam praktikum teknologi bahan
(agregat halus, agregat kasar, mix design).
1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengimplementasikan bagaimana cara melakukan pemeriksaan
agregat halus.,
Agregat dibedakan kedalam agregat alam dan agregat buatan. Jika ditinjau
dari ukurannya ada agregat kasar, agregat halus dan agregat campuran
(merupakan kombinasi antara agregat halus dan agregat kasar). Bila dilihat dari
bentuknya ada agregat bulat, sebagian bulat, pipih dan bersudut.
Susunan kimia, kandungan mineral dan sifat-sifat mekanis akan
mempengaruhi perilaku dari beton yang sudah mengeras. Sedangkan bentuk dan
gradasinya akan menentukan sifat-sifat dari campuran beton segar serta biaya
pembuatan.
Dalam penggunaan agregat untuk beton harus memenuhi 3 syarat umum yaitu:
1. Memberikan campuran yang ekonomis.
2. Memberikan kekuatan.
3. Memberikan keawetan pada beton.
Untuk mencapai ketiga syarat tersebut diatas, maka pemeriksaan agregat
perlu dilakukan. Melalui praktikum ini beberapa pemeriksaan akan dilakukan,
baik pemeriksaan agregat kasar maupun agregat halus.
Teori Dasar :
Dalam campuran beton jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregat akan
menyerap air campuran beton. Sebaliknya air bebas pada permukaan agregat akan
menjadi bagian dari air campuran beton. Oleh karena itu dalam perhitungan,
keadaan jenuh kering permukaan dipakai sebagai dasar.
Dengan mengetahui kadar air dari agregat, maka dapat ditaksir
penambahan air dalam suatu adukan sehingga kadar air total adukan tersebut tidak
terlalu sedikit ataupun terlalu banyak.
Ada berbagai cara untuk menentukan kadar air, salah satunya ialah dengan
mencari kehilangan berat pada agregat akibat pemanasan.
Langkah-langkah Percobaan :
1. Ambil sampel pada keadaan aslinya sebanyak lebih kurang 100 gram.
2. Berat sampel ditimbang = A gram.
3. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105 selama 24 jam.
4. Berat kering sampel ditimbang = B gram.
5. Kadar air sampel dapat dihitung dengan rumus : (A -B)/B x 100%.
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
I II III
KADAR AIRXNomor Sampel Pasir
Sampel A Sampel B Sampel C
Berat container (gr) 14,5 15,9 15,7
Berat sampel + container (gr) 114,5 115,9 115,7
Berat sampel (X gr) 100 100 100
Berat sampel kering + container (gr) 103,3 104,6 104,6
Berat sampel kering (Y gr) 88,8 88,7 88,9
Kadar air = (X-Y)/Y x 100% 12,613 12,740 12,486
Kadar air rata-rata (%) 12,613
Catatan/kesimpulan :
Untuk menentukan kadar air, maka dilakukan pengujian kadar air dengan
menggunakan 3 sampel dengan kadar air rata-rata menghasilkan 12,613. Menurut
SNI untuk pasir yang digunakan sebagai campuran dalam adukan beton adalah
2%-8%. Maka, pada pengujian kadar air agregat halus ini tidak memenuhi standar
dan tidak layak untuk dipakai dalam campuran beton.
2.1.2 PENENTUAN KADAR SILT DAN CLAY
Tujuan :
Untuk menentukan banyaknya silt dan clay yang dikandung oleh pasir
yang akan dipergunakan sebagai bahan pengisi adukan beton.
Teori Dasar :
Kadar silt dan clay yang merupakan fraksi-fraksi halus dalam agregat,
harus dibatasi sampai suatu jumlah maksimum mutlak yang tidak boleh dilewati.
Silt dan clay menambah kebutuhan akan air dalam suatu campuran beton,
sehingga kekuatan tekan serta keawetannya akan menurun. Selain itu clay juga
dapat merupakan lapisan-lapisan tipis pada permukaan agregat, sehingga akan
mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat. Ikatan yang baik sangat diperlukan
untuk menjamin kekuatan tekan serta keawetan beton yang memadai. Disamping
itu silt dan clay mengurangi modulus elastisitas dari tiap agregat, sehingga
menambah penyusutan dan rangkak (creep) beton.
Langkah-langkah Percobaan :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven sebanyak lebih kurang 100 gram.
2. Berat sampel ditimbang = A gram.
3. Masukkan sampel kedalam gelas ukur, lalu tambahkan air sampai tinggi air
kira-kira 12 cm diatas permukaan pasirnya.
4. Biarkan selama satu jam.
5. Sampel diaduk kira-kira selama 15 detik.
6. Biarkan selama satu menit.
7. Air dibuang setengahnya.
8. Ulangi langkah 5 s/d 7 sebanyak 3 kali, sehingga sampel tercuci sebanyak 5
kali.
9. Tuangkan isi gelas kedalam kontainer, lalu panaskan dioven dengan suhu
105C selama 24 jam.
10. Sampel yang sudah kering ditimbang = B gram.
11. Kadar silt dan clay dapat dihitung dengan rumus : (A - B)/A x 100 %
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
Catatan/kesimpulan :
Untuk menentukan kadar silt and clay maka dilakukan pengujian dengan
menghasilkan kadar rata-rata silt and clay sebesar 15,840. Maka dengan hasil
sebesar 15,840 melebihi ketentuan SNI sebesar 1% sehingga sebelum digunakan
harus dicuci terlebih dahulu. Pengujian ini dinyatakan tidak layak untuk
dimasukkan kedalam pengujian beton.
Dalam pengujian ini agregat halus yang digunakan sedikit basah dan
memiliki lumpur yang menyebabkan melebihi ketentuan yang berlaku.
I II
XNomor Sampel Pasir
Sampel A Sampel B
Berat container (gr) 14,5 16,0
Berat awal sampel kering 24 jam + container
(gr) 114,5 116
Berat awal sampel kering (X gr) 100 100
Berat akhir sampel basah + container (gr) 125,1 121,5
Berat akhir sampel kering 48 jam (Y gr) 87,8 84,9
Kadar silt dan clay = (X-Y)/Y x 100% 13,895 17,786
Kadar rata-rata silt dan clay (%) 15,840
2.1.3 ANALISA SARINGAN
Tujuan :
Untuk menentukan susunan besar butir agregat halus serta menghitung
angka kehalusan. Percobaan ini dilakukan untuk butir-butir tanah dengan diameter
butir lebih besar dari 0,074 mm atau butir-butir tanah yang tidak lolos saringan
nomor 200 dan lebih kecil dari 4,8 mm.
Teori Dasar :
Gradasi dan keseragaman ukuran dari pasir jauh lebih penting
dibandingkan dengan keseragaman gradasi dari agregat kasar. Hal ini disebabkan
adukan yang merupakan campuran pasir, semen dan air berfungsi sebagai
“pelumas” atau “pelicin” untuk campuran beton segar dan menentukan pula sifat
pengerjaan (workability) dan sifat kohesi dari campuran beton. Gradasi agregat
juga mempengaruhi pemakaian semen dan air yang tentunya mempengaruhi biaya
pembuatan betonnya.
Cara yang paling mudah dan ekonomis untuk menyesuaikan gradasi ialah
dengan menambahkan pasir halus bila pasir semula terlalu kasar dan sebaliknya
menambahkan pasir kasar bila pasir semula terlalu halus.
Gradasi pasir yang tersedia dapat diketahui dengan meletakkan sejumlah
tertentu dari pasir tersebut pada satu set saringan yang digetarkan. Berat pasir
yang tertahan pada tiap saringan ditimbang kemudian persentasi yang tertinggal
pada tiap saringan dan persentase kumulatif yang lolos dihitung. Grain size
distribution curve yang didapat dibandingkan dengan batas-batas spesifikasi pasir
yang dapat diterima.
Alat-alat yang digunakan :
1. Satu set saringan dari yang terbesar saringan no. 8 sampai yang terkecil No.
200 beserta alasnya (pan).
2. Alat penggetar
3. Timbangan
4. Container
5. Oven
6. Stopwatch/jam
Langkah-langkah Percobaan :
1. Disediakan sampel dalam keadaan kering oven sebanyak lebih kurang 500 gr.
2. Sampel ditimbang = A gram
3. Ambil satu set saringan beserta tutup alasnya, kemudian letakkan sampel
pada saringan yang teratas/terbesar.
4. Susunan saringan tersebut digetarkan dengan alat penggetar selama 10
menit.
5. Saringan dibiarkan sebentar agar debu-debunya turun semua, lalu berat
sampel pada tiap saringan ditimbang.
6. Berat sampel pada tiap saringan dijumlahkan = W gram.
7. Persentasi kehilangan berat dihitung dengan rumus : (A - W)/A x 100%
Bila persentasi berat sampel kehilangan 1%, percobaan dapat diterima.
8. Persentasi berat sampel yang tertahan pada setiap saringan dapat dihitung
dengan rumus : W/W x 100%.
9. Jumlahkan persentasi-persentasi pada item 8 untuk memperoleh persentasi
kumulatif sampel yang tertahan. (persentasi kumulatif tertahan dari suatu
saringan = jumlah persentasi yang tertahan pada saringan-saringan yang lebih
besar diatas saringan tersebut ditambah dengan persentasi yang tertahan pada
saringan itu sendiri).
10. Dihitung persentasi kumulatif dari berat sampel yang lolos saringan = 100%
- persentasi kumulati berat sampel yang tertahan.
11. Gambar kurva gradasinya (Persentasi kumulatif berat sampel yang lolos
saringan terhadap ukuran agregat yang lolos saringan/ ukuran saringan)
12. Angka kehalusan ( Fineness modulus ) dapat dihitung dengan
menjumlahkan persentasi kumulatif berat sampel yang tertahan pada saringan
dengan lubang yang lebih besar atau sama dengan 0,15 mm kemudian
penjumlahan itu dibagi 100.
CATATAN :
Sampel (pasir) bergradasi baik apabila gradasinya berada dalam daerah gradasi
atau grading zone.
Menurut ASTM C-33 :
Nilai finenes modulus tidak boleh kurang dari 2,3 atau lebih dari 3,1. Jika nilai
finenes modulus kurang dari 2,3 berarti pasir tersebut terlalu halus, maka pasir
tersebut harus diperbaiki dengan cara menambahkan pasir yang lebih kasar
sampai nilai finenes modulusnya berkisar antara 2,3 - 3,1.
Begitu pula jika nilai finenes modulusnya lebih besar dari 3.1 berarti pasir
tersebut terlalu kasar dan harus diperbaiki dengan cara menambahkan pasir
yang lebih halus sampai nilai finenes modulusnya terletak diantara nilai yang
diijinkan.
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
ANALIS %
A Lolos
Diameter Berat Berat Sampel Berat %
SARING 100
saringan Saringan + saringan tertahan tertaha
ANXNo
(mm) (gr) (gr) (gr) n
Saringa 100
n
10 2,000 307,6 805,40 497,8 99,720 0,280
20 0,850 297,8 299,2 1,40 0,280 0
30 0,600 296,2 296,2 0 0 0
40 0,425 393,8 393,8 0 0 0
60 0,250 287,5 287,5 0 0 0
100 0,150 276,6 276,6 0 0 0
200 0,075 310,7 310,7 0 0 0
PAN 0,00 336 336 0 0 0
Σ 499,2 100
Catatan/kesimpulan :
Dari hasil praktikum analisa saringan agregat halus diatas dapat dilihat
pada kurva dibawah ini, kurva tersebut menunjukan bahwa gradasi agregat yang
telah diuji mempunyai gradasi agregat yang buruk karena tidak masuk kepada
zona apapun sehingga agregat tersebut tidak baik digunakan dalam pembuatan
beton.
GRAFIK ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
120.000
100.000
BERAT LOLOS KUMULATIF (%)
80.000
60.000
40.000
20.000
0.000
1.000 10.000
BATAS BAWAH
2.1.4 PENENTUAN SPECIFIC GRAVITY DAN ABSORBSI
Tujuan :
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara berat pasir
‘jenuh kering permukaan’ (saturated surfaced dry) dengan berat air suling yang
volumenya sama dengan volume pasir dalam keadaan jenuh pada temperatur
tertentu. Juga untuk mengetahui persentasi berat air yang dapat diserap pori-pori
agregat halus hingga dicapai keadaan jenuh kering permukaan.
Teori Dasar :
Agregat halus berpori-pori dan menyerap air. Specific gravity dihitung
menggunakan berat (termasuk/ tidak termasuk berat air yang diserap) dan volume.
Sampel pasir basah mengering dengan perlahan - lahan, lapisan air yang
menyelubungi butir-butir pasir menyatukan butir-butir karena adanya tegangan
permukaan dari lapisan. Segera setelah air pada permukaan menguap, kohesi
antara butir itu hilang. Saat itu air yang diserap (tidak akan menguap) sebelum air
permukaan hilang, masih tetap berada dalam agregat dan dapat diukur. Water
absorption yang didapat dibandingkan dengan kadar air yang dikandung oleh
agregat, bila lebih kecil berarti sampel sudah kelebihan air dan sebaliknya.
I II III
SPECIFIC GRAVITYXNomor Sampel Pasir Sampel Sampel Sampel
A B C
Berat container (gr) 15,5 15,9 15,9
Berat sampel SSD (X gr) 100 100 100
Berat sampel + container 115,5 115,9 115,9
Berat gelas + air + sampel (Y gr) 872,4 881,9 881,9
Berat gelas + air (Z gr) 838,4 847,5 847,5
Specific Gravity = X/(X+Z-Y) 1,515 1,524 1,524
Kadar air rata-rata (%) 1,521
Catatan/kesimpulan :
Untuk menentukan specific gravity, maka dilakukan pengujian specific
gravity dengan menggunakan 3 sampel dengan specific grafity rata-rata
menghasilkan 1,521. Menurut SNI ketelitian untuk specific grafity sebesar 2,5-
2,7, pada pengujian specific grafity agregat halus ini tidak memenuhi standar dan
tidak layak untuk dipakai dalam campuran beton dikarenakan kurang dari hasil
ketentuan SNI yang ditetapkan.
PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS
I II III
ABSORPSIXNomor Sampel Pasir Sampel Sampel Sampel
A B C
Berat container (gr) 15,5 15,9 15,9
Berat sampel SSD (X gr) 100 100 100
Berat sampel + container 115,5 115,9 115,9
Berat sampel kering + container (Z gr) 101,4 102,2 102
Sampel kering (Y gr) 85,9 86,3 86,1
16,1440
Absorpsi =(X-Y)/Y x 100% 16,414 15,875 2
Absorpsi rata-rata (%) 16,144
Catatan/kesimpulan :
Untuk menentukan absorpsi, maka dilakukan pengujian absorpsi dengan
menggunakan 3 sampel dengan absorpsi rata-rata menghasilkan 16,144.
Menurut SNI ketelitian untuk absorpsi sebesar 0,2-4,0%, pada pengujian
absorpsi ini tidak memenuhi standar dan tidak layak untuk dipakai dalam
campuran beton dikarenakan melebihi dari hasil yang ditetapkan pada SNI.
2.1.5 PENENTUAN BERAT ISI
Tujuan :
Untuk mengetahui perbandingan berat agregat halus dengan volumenya,
baik pada keadaan lepas maupun padat.
Teori Dasar :
Dalam memperkirakan banyaknya bahan-bahan dan memperhitungkan
perbandingan campuran berdasarkan volume, diperlukan agregat yang diukur
dalam keadaan Lepas atau padat dan kering, lembab atau basah.
Untuk informasi umum dan perbandingan antara agregat-agregat yang
berbeda, kondisi standarnya adalah kering dan padat. Sedangkan untuk
menentukan jumlah bahan berdasarkan volume harus diketahui berat isi dalam
keadaan lepas atau lembab. Berat isi pada segala kondisi dapat ditentukan dengan
menimbang berat agregat yang diperlukan untuk mengisi suatu container yang
sudah diketahui volumenya.
Langkah-langkah Percobaan :
Berat isi lepas :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven kira-kira satu liter.
2. Sampel dimasukkan dalam silinder. Pengisian sampai penuh, kemudian
diratakan dengan pisau/batang perata.
3. Silinder beserta sampel ditimbang = A gram.
4. Silinder dikosongkan, kemudian diisi air sampai penuh dan ditimbang = B
gr.
5. Silinder kosong ditimbang beratnya = C gram.
6. Berat isi lepas dihitung dengan rumus : (A - C)/(B - C) gram/cm³.
I
XNomor Sampel Pasir
Sampel A
Berat silinder + sampel (X gr) 7140
Berat silinder + air (Y gr) 6430
Berat silinder (Z gr) 4611,7
Berat isi lepas (X-Z)/(Y-Z)
gr/cm3 1,390
Berat isi lepas rata-rata (gr/cm3) 1,390
Catatan/kesimpulan :
Dari hasil pengujian berat isi untuk memnetukan perbandingan dalam
keadaan berat isi lepas (gembur) dan berat isi padat (ditusuk-tusuk)
mengahasilkan berat isi lepas sebesar 1,390 dan berat isi padat sebesar 1,759
maka dari dua pengujian tersebut berat isi agregat halus pada keadaan padat jauh
lebih besar dibandingkan keadaan lepas. Hal ini menunjukan bahwa pada keadan
padat, ruang untuk rongga udara disela-sela agregat akan terisi lebih penuh
dibandingkan pada keadaan lepas. Dan menurut ASTM C-29 sesuai dengan hasil
pengujian.
Teori Dasar :
Dalam campuran beton jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregat akan
menyerap air campuran beton. Sebaliknya air bebas pada permukaan agregat akan
menjadi bagian dari air campuran beton. Oleh karena itu dalam perhitungan,
keadaan jenuh kering permukaan dipakai sebagai dasar.
Dengan mengetahui kadar air dari agregat, maka dapat ditaksir
penambahan air dalam suatu adukan sehingga kadar air total adukan tersebut tidak
terlalu sedikit atau terlalu banyak. Beberapa cara menentukan kadar air, salah
satunya dengan mencari kehilangan berat pada agregat akibat pemanasan.
Langkah-langkah Percobaan :
1. Ambil sampel pada keadaan aslinya sebanyak lebih kurang 100 gram.
2. Berat sampel ditimbang = A gram.
3. Sampel dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105 selama 24 jam.
4. Berat kering sampel ditimbang = B gram.
5. Kadar air sampel dapat dihitung dengan rumus : (A -B)/B x 100%.
I II III
KADAR AIRXNomor Sampel Pasir
Sampel A Sampel B Sampel C
Berat container (gr) 15,9 16 15,9
Berat sampel + container(gr) 115,9 116 115,9
Berat sampel (X gr) 100 100 100
Berat sampel kering + container (gr) 114,2 112,6 113,5
Berat sampel kering (Y gr) 98,3 96,6 97,6
Kadar air = (X-Y)/Y x 100% 1,729 3,520 2,459
Kadar air rata-rata (%) 2,569
Catatan/kesimpulan :
Untuk menentukan kadar air, maka dilakukan pengujian kadar air dengan
menggunakan 3 sampel dengan kadar air rata-rata menghasilkan 2,569. Menurut
SNI untuk pasir yang digunakan sebagai campuran dalam adukan beton agregat
kasar adalah 0%-3%. Maka, pada pengujian kadar air agregat halus ini memenuhi
standar dan layak untuk dipakai dalam campuran beton.
2.2.2 PENENTUAN KADAR SILT DAN CLAY
Tujuan :
Untuk menentukan banyaknya silt dan clay yang dikandung oleh agregat
kasar yang akan dipergunakan sebagai bahan campuran beton.
Teori Dasar :
Clay dapat menyusut dan mengembang akibat desorpsi dan absorpsi air.
Apabila clay merupakan bagian dari suatu jenis batuan, maka batuan itu mudah
menjadi lapuk. Kadar silt dan clay yang merupakan fraksi-fraksi halus dalam
agregat (dapat melalui ayakan 0,063 mm), harus dibatasi sampai suatu jumlah
maksimum mutlak yang tidak boleh dilewati. Silt dan clay menambah kebutuhan
akan air dalam suatu campuran beton, sehingga kekuatan tekan serta keawetannya
akan menurun. Selain itu clay juga dapat merupakan lapisan-lapisan tipis pada
permukaan agregat, sehingga akan mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat.
Ikatan yang baik sangat diperlukan untuk menjamin kekuatan tekan serta
keawetan beton yang memadai. Disamping itu silt dan clay mengurangi modulus
elastisitas dari tiap individu agregat, sehingga akan menambah penyusutan dan
rangkak (creep) pada beton.
Kadar silt dan clay yang didapat pada agregat kasar dapat ditentukan
dengan mencari kehilangan berat pada pasir kering oven setelah mengalami
pencucian. Apabila kadar silt dan clay sampel agregat kasar lebih besar dari 1%,
maka agregat kasar tersebut harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai sebagai
agregat untuk campuran beton.
Catatan/kesimpulan :
Untuk memnentukan kadar silt and clay maka dilakukan pengujian dengan
menghasilkan kadar rata-rata silt and clay sebesar 0,817. Maka dengan hasil
sebesar 0,817 sesuai dengan ketentuan SNI sebesar 1% sehingga baik untuk
digunakan.
2.2.4 ANALISA SARINGAN
Tujuan :
Untuk menentukan susunan besar butir agregat kasar.
Teori Dasar :
Gradasi dari agregat kasar mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap
kemudahan pengerjaan beton dibandingkan dengan gradasi agregat halus. Pada
agregat kasar juga lebih mudah untuk mendapatkan gradasi yang memuaskan.
Bila agregat kasar yang dipakai mempunyai ukuran yang seragam hal ini
dapat diatasi dengan mencampurkan agregat tadi dengan agregat lain dengan
ukuran yang berbeda sesuai dengan yang telah direncanakan terlebih dahulu. Bila
pasir yang digunakan mempunyai butiran kasar dalam jumlah yang besar, agregat
kasar harus hanya mengandung sedikit partikel dengan ukuran yang sama,
tujuannya untuk menghindari terjadinya kesulitan dalam pemadatan beton.
Kesulitan ini mungkin timbul akibat interferensi partikel karena kurangnya mortar
untuk mengisi ruang diantara partikel-partikel yang sama ukurannya.
Gradasi agregat kasar yang tersedia dapat diketahui dengan meletakkan
sejumlah agregat pada set saringan yang digetarkan. Berat agregat yang tertahan
pada tiap saringan ditimbang kemudian persentasi yang tertinggal pada tiap
saringan dan persentase kumulatif yang lolos dihitung. Kurva gradasi yang
didapat dibandingkan dengan batas-batas spesifikasi yang dapat diterima.
ANALIS %
A Berat Lolos
Berat Berat
SARING Diameter Sampel + % 100
Saringan tertahan
ANXNo Saringan saringan tertahan
(gr) (gr)
Saringa (gr) 100
n
1'' 25,00 504,8 504,8 0 0 100
3/4'' 19,00 486,3 1055,5 569,2 28,467 71,533
1/2'' 12,50 446,8 1840,9 1394,1 69,722 1,810
3/8'' 9,38 414,3 444,8 30,5 1,525 0,285
PAN 0,00 289,3 295 5,7 0,285 0
Σ 2141,5 4141 1999,5 100
Catatan/kesimpulan :
% Berat yang hilang , Menurut ASTM C - 131 dan C - 239, % berat yang
hilang tidak boleh melebihi 1%, jadi percobaan analisa saringan dari agregat
kasar ini memenuhi syarat dari yang telah ditetapkan oleh ASTM.
Menurut PBI 1971 Bab 3.4 ayat 6 :
- Sisa diatas ayakan 38,10 mm adalah 0% (memenuhi syarat).
- Sisa diatas ayakan 4,75 mm berkisar antara 90% - 98%
- Selisih persentase berat tertahan antara dua ayakan yang berurutan adalah
antara 16% - 60% dan pada percobaan didapat :
GRAFIK ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
120
100
80
60
40
20
0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
2.2.5 SPECIFIC GRAVITY DAN ABSORPSI
Tujuan :
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara berat
agregat kasar ‘jenuh kering permukaan’ (saturated surfaced dry) dengan berat air
suling yang volumenya sama dengan volume agregat kasar dalam keadaan jenuh
pada temperatur tersebut. Juga untuk mengetahui persentasi berat air yang dapat
diserap pori-pori agregat kasar hingga dicapai keadaan jenuh kering permukaan.
Teori Dasar :
Kumpulan dari agregat merupakan suatu partikel yang berpori-pori, bukan
partikel padat. Air diserap oleh partikel kedalam ruang pori-pori. Penyerapan ini
dapat berupa penyerapan permukaan atau masuk kedalam partikel agregat itu.
Kondisi agregat terhadap kandungan air yang dimilikinya dapat dibagi menjadi
empat keadaan :
1. Kering oven atau tidak mengandung air sama sekali. Dalam kondisi demikian
kadar air = 0.
2. Kering; mengandung sedikit air, kadar air yang dimiliki masih dibawah batas
penyerapannya. Tidak seluruh pori-pori terisi air.
3. Jenuh kering permukaan; seluruh pori terisi air tetapi tidak ada lapisan air
dipermukaan.
4. Basah; pori-pori jenuh dan terdapat lapisan air pada permukaan.
Langkah-langkah Percobaan :
1. Ambil sampel dalam ember plastik sebanyak kira-kira 2 kg, lalu direndam
dalam air selama 24 jam.
2. Sebagian sampel lebih kurang 200 gram dipisahkan, lalu permukaannya
dikeringkan dengan handuk kering dan ditimbang beratnya = A gram.
3. Sampel direndam dalam air pada gelas ukur.
4. Air ditambahkan kedalam gelas ukur hingga mencapai volume 1000 ml.
5. Bagian luar gelas dikeringkan dengan hati-hati.
6. Ditimbang berat gelas + air + sampel = B gram.
7. gelas ukur dibersihkan dan diisi air hingga volumenya 1000 ml.
8. Timbang berat gelas + air = C gram.
9. Specific gravity dihitung dengan rumus : A/(A + C - B).
10. Sampel tadi dikeringkan dalam temperatur 105° C sampai didapat berat
yang konstan, kemudian ditimbang = D gram.
11. Water absorption dihitung dengan rumus : (A -D)/ D x 100%
PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
I II
SPECIFIC GRAVITYXNomor Sampel Pasir
Sampel A Sampel B
Berat sampel ditimbang dalam air (A gr) 195,7 195,5
Berat sampel ditimbang di udara (B gr) 241,2 259,8
Berat sampel setelah di oven (C gr) 220,3 218,6
Specific Gravity = B / (B-A) 5,301 4,040
Kadar air rata-rata 4,671
Catatan/kesimpulan :
I II
ABSORPSIXNomor Sampel Pasir
Sampel A Sampel B
Berat sampel ditimbang dalam air (A gr) 195,7 195,5
Berat sampel ditimbang di udara (B gr) 241,2 259,8
Berat sampel setelah di oven (C gr) 220,3 218,6
Specific Gravity = (B-C/C) x 100 9,487 18,847
Absorpsi rata-rata 14,167
Catatan/kesimpulan :
Untuk menentukan absorpsi, maka dilakukan pengujian absorpsi dengan
menggunakan 2 sampel dengan absorpsi rata-rata menghasilkan 14.167. Menurut
SNI ketelitian untuk absorpsi sebesar 0,2-4,0%, pada pengujian absorpsi ini tidak
memenuhi standar dan tidak layak untuk dipakai dalam campuran beton
dikarenakan melebihi dari hasil yang ditetapkan.
2.2.6 PENENTUAN BERAT ISI
Tujuan :
Untuk mengetahui perbandingan berat agregat kasar dengan volumenya,
baik pada keadaan lepas maupun padat.
Teori Dasar :
Dalam memperkirakan banyaknya bahan-bahan dan memperhitungkan
perbandingan campuran berdasarkan volume, diperlukan agregat yang diukur
dalam keadaan lepas atau padat dan kering, lembab atau basah.
Untuk informasi umum dan perbandingan antara agregat-agregat yang
berbeda, kondisi standarnya adalah kering dan padat. Sedangkan untuk
menentukan jumlah bahan berdasar volume harus diketahui berat isi keadaan
lepas atau lembab. Berat isi pada segala kondisi dapat ditentukan dengan
menimbang berat agregat yang diperlukan untuk mengisi suatu container yang
sudah diketahui volumenya.
Langkah-langkah Percobaan :
Berat isi lepas :
1. Ambil sampel dalam keadaan kering oven kira-kira 5 liter.
2. Sampel dimasukkan dalam silinder. Pengisian sampai penuh, kemudian
diratakan dengan pisau/batang perata.
3. silinder beserta sampel ditimbang = A gram.
4. Silinder dikosongkan, kemudian di isi air sampai penuh dan ditimbang
beratnya = B gram.
5. Silinder kosong ditimbang beratnya = C gram.
6. Berat isi lepas dihitung dengan rumus : (A - C)/(B - C) gram/cm³.
Berat isi padat :
1. Sama dengan langkah 1 dan 2 pada berat isi lepas.
2. Padatkan pasir yang sudah dimasukkan kedalam silinder diatas meja
pemadat. Selanjutnya sama dengan langkah 3 s/d 6 pada berat isi lepas.
PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR
I
XNomor Sampel Pasir
Sampel A
Berat silinder + sampel (X gr) 7000
Berat silinder + air (Y gr) 6430
Berat silinder (Z gr) 4611,7
Berat isi lepas (X-Z)/(Y-Z) gr/cm3 1,313
Berat isi lepas rata-rata (gr/cm3) 1,313
Catatan/kesimpulan :
Menurut ASTM C-29 :
Berat isi dari agregat untuk beton normal berkisar antara 1,20 - 1,75 gram/m³.
Pada mix design, berat isi yang digunakan adalah berat isi lepas, agar sesuai
dengan kondisi dilapangan.
Stag Reference Or
Item Values
e Calculation
1 1.1 Characteristic strength Specified 22,5 Mpa at 28 days
Proportion Defective
5%
1.2 Standard deviation Specified 1,125 N/mm²
1.3 Margin C1 (k = 1,64)
1,64 x 1,125 = 1,845
N/mm²
1.4 Target mean strength C2 22,5 + 1,845 =24,345
N/mm²
1.5 Cement type Specified PC Type I
1.6 Agregat type coarse Crushed
Agregat type fine Uncrushed
1.7 Free - water/cement Tab. 1/graph. 11 0,640
ratio
1.8 Max. Free - Table 3 325 - Use the lower
water/cement ratio value
2 2.1 Slump Specified 100 mm
2.2 Max. Agregat size Specified 20 Mm
2.3 Free water content Table 2 205 kg/m³
(2/3 x 195 + 1/3 x 225)
3 3.1 Cement content C3 205 : 0,5 = 410 kg/m³
3.2 Max. Cement content Specified - kg/m³
3.3 Min. Cement content 325 kg/m³
Table 3 use if greater than 3.1
and calculate item 3.4
3.4 Modified free water/ -
cement ratio
4 4.1 Relative density of Zona 2
aggregate (SSD)
4.2 Concrete density Graph. 12 2220 kg/m³
4.3 Total Aggregate content C4 2220 – 205 – 410=
1605 kg/m³
5 5.1 Grading of fine Zone 1
aggregate
5.2 Proportion of fine Graph 13 35%
Aggregate
5.3 Fine aggregate content C5 35% x 1605 = 561,75
kg/m³
5.4 Coarse aggregate C6 1605 - 561,75 =
content 1043.25 kg/m³
BAB VI
PENGUJIAN (TESTING)
Catatan :
1. Silinder dengan perbandingan 0,83
2. Benda uji silinder, bidang tekannya tidak dilapisi semen.
3. Pemeriksaan kuat tekan beton pada umur 3, 7, 21 dan 28 hari.
4. Perbandingan Kekuatan tekan beton pada berbagai umur.
5. Tentukan hasil kekuatan karakteristik beton. Ini dilakukan untuk jumlah
benda uji minimum 20 buah.
e). Hasil pengamatan dan perhitungan
Dari hasil pemeriksaan benda uji kemudian dicatat sebagai bahan untuk
dievaluasi sebagaimana benda uji yang direncanakan.
f). Kesimpulan
Dari perhitungan hasil pengujian kuat tekan beton berumur 28 hari diperoleh
nilai kekuatan tekannya dalam satuan MPa, dengan beton uji berbentuk silinder
ukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan,yaitu
sebagai berikut :
1. Nilai berat isi memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam pembuatan beton.
Sedangkan kadar air, silt & clay, analisa saringan, specific gravity, dan
absorpsi tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam pembuatan
beton.
2. Nilai kadar air agregat kasar, silt & clay dan berat isi memenuhi persyaratan
untuk digunakan dalam pembuatan beton. Sedangkan analisis saringan,
specific gravity, dan absorpsi tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan
dalam pembuatan beton.
3. Dalam pengujian uji tekan beton Mutu, beton yang dicapai kurang baik, karena
kuat tekan dari hasil percobaan lebih kecil dari pada kuat tekan yang
direncanakan. Kuat tekan yang direncanakan adalah 225 kg/cm² (K – 22,5),
sedangkan kuat tekan yang dicapai adalah 126,9 kg/cm². Hal ini terjadi karena
adanya kesalahan-kesalahan pada saat praktikum.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI FOTO PELAKSANAAN