BUKU
PETUNJUK PELAKSANAAN
PRAKTIKUM TEK. BAHAN
( UNTUK LINGKUNGAN SENDIRI )
i
MATERI / JOB PRAKTIKUM UJI BAHAN UNTUK BETON
II. BETON.
1. Merancang Campuran Beton
a. Merancang Komposisi Campuran Beton Sesuai dengan Karakteristik Beton.
b. Membuat Adukan Beton Sesuai Rancangan.
2. Pengujian Slump.
3. Penentuan Bobot isi Beton.
4. Pengujian Kadar Udara Dalam Beton Segar
5. Membuat contoh benda uji Untuk Test Kuat Tekan Beton Berbentuk Silinder dan
Kubus.
6. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton.
7. Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Instruktur :
1. Irvan Riadi, S.T Kepala Laboratorium,
2. Lheying Arianda Putri
3. Muhammad Hudya Ilahi Alfalaqi,S.T Evince Oktarina, S.T, M.T
ii
DAFTAR ISI LAPORAN PRAKTIKUM UJI BAHAN UNTUK BETON
I. PENDAHULUAN.
II. PELAKSANAAN.
III. TUJUAN .
IV. REFRENSI.
V. DASAR TEORI.
VI. PENGUJIAN LABORATORIUM
➢ PERALATAN DAN BAHAN.
➢ PROSEDUR PELAKSANAAN.
➢ PENGAMATAN / DATA.
➢ ANALISA / PENGOLAHAN DATA.
➢ TABEL / GRAFIK HASIL PERHITUNGAN.
➢ KESIMPULAN
CATATAN :
- Laporan harus diketik Komputer dengan rapi dan sesuai aturan penulisan yang benar.
- Laporan dibuat rangkap dua yang terlebih dahulu di asistensikan kepada instruktur dan
diserahkan paling lambat dua minggu setelah selesai praktikum selesai.
- Apabila dalam praktikum mahasiswa absen selama satu hari tanpa ada keterangan, maka
dinyatakan mengundurkan diri / gagal.
- Selama mengikuti pratikum mahasiswa wajib memakai jas laboratorium, jika tidak maka
tidak diperkenankan mengikuti kegiatan pratikum.
- Selama pratikum mahasiswa wajib menjaga semua peralatan, apabila ada peralatan yang
rusak mahasiswa diwajibkan mengganti sesuai dengan spsesifikasi alat yang rusak, tidak
boleh merokok, minum ataupun makan di dalam laboratorium Material dan Struktur Prodi
Teknik Sipil Universitas Bung Hatta.
iii
I. PENDAHULUAN
Buku ini memuat pembahasan tentang pelaksanaan pratikum teknologi bahan untuk
mahasiswa prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta.
Pemeriksaan bahan-bahan pembentuk beton dan dasar-dasar perencanaan beton sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI), yang meliputi alat/peralatan/mesin dan pemeriksaan bahan-
bahan beton dan tulangan. Alat/peralatan/mesin memuat spesifikasi, prosedur pengoperasian
sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Bahan-bahan beton bertulang) sehingga dapat
memberikan rekomendasi berdasakan hasil pemeriksaan dengan mengacu kepada SNI.
Pemeriksaan bahan beton pada dasarnya merupakan pengembangan dan paraktek untuk lebih
memahami sifat dan karakteristik yang pemahamannya telah dipelajari dalam teori pada mata
kuliah Teknologi Bahan. Kompetensi-kompetensi tersebut sangat penting untuk mahasiswa prodi
Teknik Sipil Universitas Bung Hatta.Buku ini terdiri dari pokok pembelajaran yaitu:
1. Pemeriksaan Mutu Semen Portland sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
2. Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
3. Pemeriksaan Agregat Kasar (Split) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
4. Pemeriksaan Air sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
5. Perancangan, pembuatan, perawatan dan pengujian kuat tekan beton normal dengan
karakteristik tertentu sesuai SNI
6. Pemeriksaan Baja Tulangan Beton Sesuai SNI
II. PELAKSANAAN
IV. REFERENSI
Kementrian Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan Dan Jembatan, 2015. Silabus Diseminasi Pembinaan Laboratorium Daerah
Untuk Teknisi Tingkat Terampil Bidang Beton.
V. DASAR TEORI
Untuk membekali mahasiswa dapat mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dalam
kurikulum, maka ruang lingkup materi yang akan dibahas pada buku ini meliputi : pengoperasian
alat/peralatan/mesin pemeriksaan bahan-bahan beton sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP) Pemeriksaan semen Portland, pemeriksaan agregat halus (pasir), Pemeriksaan agregat
kasar (kerikil), Pemeriksaan air untuk beton, sesuaidengan standar nasional Indonesia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan mahasiswa dapat menyimpulkan menentukan apakah bahan
tersebut memenuhi persyaratan untuk pembuatan beton sesuai dengan karakteristik mutu beton
yang diharapkan. Didalam buku ini, dibahas tentang pemeriksaan bahanbeton yang merupakan
bagian penting dalam teknologi beton.
Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidolik yang lain, agregad halus,
agregad kasar dan air, dengan atau tanpabahan tambahan membentuk massa padat. berdasarkan
pengertian di atas, bahwa semen Portland merupakan salah satu bahan beton yang berfungsi
sebagai perekat bahan-bahan lainnya, seperti pengertian berikut; semen/semen Portland adalah
bahan perekat hidrolis yang dapat mengeras bila bersenyawa dengan air dan membentuk massa
yang padat serta tak larut dalam air. Sedangkan agregad (agregat halus dan agregat kasar)
merupakan bahan pengisi dalam beton. Sebagai bahan beton, agregat halus dan agregat kasar
mengisi kira-kira 60 s.d 80 % dari volume beton.
Untuk bangunan struktur atau kontruksi yang memerlukan kekuatan tinggi diperlukan
kualitas bahan yang mempunyai kekuatan degan kata lain bahan-bahan beton yaitu semen
Portland, agregat halus, agregat asar, dan air harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI.
Untuk mnjamin kualitas bahan tersebut mutlakharus dilakukan pemeriksaan yang mengacu
kepada ketentuan yang berlaku yaitu SNI. Agregat adalah butiran-butiran mineral yang
dicampurkan dengan semen Portland dan ai menghasilkan beton agregat halus adalah pasir alam
sebagai hasil desintgrasi secara alami dari batu atupasir yang dihasilkan oleh industry pemecah
batu dan mampunyai ukuran butir terbesar 5 .0 mm.
Agregat kasar adalah keikil sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industry pemecah batu dan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industry pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran terbesar 5 – 40 mm. berat jenis SSD
adalah berat jenis suatu benda dalam kondisi kering permukaan (saturated surface dry condition)
artinyapori-pori benda tersebut diisi oleh air dengan kata lain sudah jenuh. Hanya permukaan
v
kering. Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregad
halus, agregad kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk massa
pada factor air semen (fas) adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat semen
dalam beton konsistensi normal semen Portland adalahkonsistensi kekentalan pasta semen
Portland sehingga jarum vicat diameter 10 mm dengan berat 300 gram dapat menembus pasta
(penetrasi) 10 ± 1 mm peningkatan akhir semen portland adalah berakhirnya proses peningkatan
awal pasta semen yang diukur waktu dengan jarum vicat yang berdameter 1 mm dengan berat
300 gram dimana jarum tidak dapat menembus pasta. Peningkatan akhir semen maksimum 10
jam.
Peningkatan awal semen Portland adalah proses mulai terjadinya perkerasan pasta yang
diukur dalam waktu dengan jarum vicat yang berdiameter 1 mm dengan berat 300 gram dapat
menembus pasta ≤ 25. Peningkatan awal semen Portland minimum 60 menit semen Portland
adalah bahan perekat hidrolis yang dapat mengeras bila bersenyawa dengan air dan membentuk
massa yang padat serta tak larut dalam air.
Beton bertulang adalah betonyang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategangn,dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang
bekerja. Sedangkan tulangan adalah batangbaja berbentuk polos atau deform atau pipa yang
berfungsi untuk menahan gayatarik pada komponen struktur, tidak termaksuk tendon prategang,
kecuali bilasecara khusus diikutsertakan. Tulangan polos adalah barang baja yangpermukaan sisi
luarnya rata tidak bersirip atau berukir. Sedangkan tulangan spiral adalah tulangan yang
dililitkan secara menerus membentuk suatu ulir lingkar silindris, (SK SNI T – 15 – 1991 – 03).
Agregat adalah material granular, misalnyaagregat halus (pasir), agregad kasar (kerikil),
batu pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat
(semen Portland) untuk membentuk suatu beton. Sedangkan agregat halus adalah pasir alam
sebagai hasil desinterasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industry pemecah batu dan
mempunyai ukuran butiran terbesar lolos dari ayakan 4,8 mm dan tertahan pada ayakan
0,075mm. agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir yang lolos
dari ayakan 40 mm dan tertahan pada ayakan 4,8 mm. air untuk pembuatan dan perawatan beton
tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-
bahan lain yang merusak beton dan baja tulangan.
vi
JOB 1
PENENTUAN BERAT JENIS SEMEN.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan alat pengujian berat jenis semen ini
2. Menentukan berat jenis semen secara laboratorium maupun secara lapangan dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis semen tsb.
3. Menentukan apakah semen tersebut masih dapat digunakan untuk pekerjaan struktural
atau tidak.
300 C ( suhu kamar ) yang tujuannya menyamakan suhu cairan didalam botol dengan
suhu yang ditetapkan ( suhu kamar ). Perendaman dilakukan selama 20 menit.
3. Menimbang semen sebanyak 64 gram yang terlebih dahulu semen diayak dengan
saringan Mesh no 200.
4. Setelah 20 menit, botol Lie Chaterlier dikeluarkan dari bak air dimana diharapkan
suhu telah sama dengan suhu kamar.
Baca Skala pada botol dan catat sebagai V1
5. Memasukkan semen portland sebanyak 64 gr sedikit demi sedikit kedalam botol Lie
Chaterlier. Hindarkan penempelan pada dinding dalam botol diatas cairan yaitu
dibantu dengan corong kaca agar hal tersebut tidak terjadi.
6. Setelah benda uji dimasukkan, tutup botol botol tersebut. Kemudian diputar - putar
dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi
pada permukaan cairan.
7. Mengulangi pekerjaan no. 2 yaitu memasukkan botol lie Chatelier yang telah berisi
semen kedalam bak air atau water bath selama 20 menit.
1
A. Cara Lapangan :
1. Mengisi gelas ukur 500 ml dan 100 ml dengan minyak tanah masing-masing 150 ml
dan 40 ml.
2. Gelas ukur yang berisi minyak tanah tersebut dimasukkan kedalam water bath dengan
suhu antara 200 - 300 C selama 20 menit, dimana tujuannya menyamakan suhu dalam
gelas ukur dengan suhu kamar.
3. Timbang semen sebanyak 100 gr dan 25 gr yang terlebih dahulu semen diayak dengan
saringan Mesh no 200.
4. Setelah 20 menit, keluarkan gelas uku tersebut dan amati volumenya dan catat sebagai
V1
5. Masukkan semen yang telah ditimbang sebanyak 100 gr kedalam gelas ukur 500 ml
dan 25 gr kedalam gelas ukur 100 ml. Memasukkan semen secara sedikit - sedikit..
6. Mengocok gelas ukur tersebut sehingga semen yang menenmpel pada dinding gelas
ukur terkena minyak tanah agar bersih dan juga supaya gelembung- gelembung udara
keluar.
7. Masukkan kembali gelas ukur tersebut kedalam water bath selamna 20 menit lalu
dikeluarkan serta amati volumenya dan catat sebagai V2 .
V. PENGAMATAN / DATA .
BJ air = 1 gr / ml.
CATATAN : Untuk cara lapangan , BJ semen yang didapat dari dua buah percobaan
dirata – ratakan
2
JOB 2
PENENTUAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan peralatan untuk menentukan konsistensi normal semen.
2. Menentukan banyak air yang dipakai untuk mencapur semen dalam keadaan
konsistensi normal.
3. Mengidentisifikasi bahwa semen telah mencapai konsistensi normal.
3
9. Letakkan cincin konus yang berisi pasta semen tadi dibawah jarum vikat dan
sentuhkan jarum kebagian tengah permukaan pasta dan kemudian jarum dikunci. Baca
skala dan catat.
10. Jatuhkan Jarum vikat dengan melepaskan penguncinya. Penurunan jarum dibiarkan
selama 30 detik kemudian jarum dikunci kembali. Baca skala dan catat. Hitung
penurunan yang terjadi yaitu selisih dari kedua pembacaan skala tadi.
Catatan :
Konsistensi normal tercapai bila penurunan jarum vikat 9 - 11 mm (10 1 mm)
V. PENGAMATAN / DATA .
P
E
N
U
R
U
N
A
N
(mm)
Banyaknya Air ( % )
4
JOB 3
WAKTU PENGIKATAN SEMEN CARA LABORATORIUM
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan peralatan Pemeriksaan waktu pengikatan semen
portland.
2. Menentukan waktu pengikatan awal semen portland.
II. PERALATAN : 1. Alat Vikat lengkap dengan Jarum 1 mm.
2. Gelas Ukur.
3. Timbangan.
4. Ring Konus dan Plat Kaca.
5. Mesin Pengaduk ( Mixer ).
6. Spatula.
7. Wash Bottle.
8. Stop Wath.
III. BAHAN : 1. Air Bersih.
2. Semen Portland 64 gr.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Menimbang Semen sebanyak 450 gram yang sebelumnya telah diayak dengan
saringan 200.Dan air bersih sebanyak konsistensi normal.
2. Mamasukkan semen kedalam tromol mesin pengaduk 450 gr dan juga air biarkan
selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 5 RPM selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Sementara itu bersihkan pasta yang
menempel pada dinding tromol.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 280 5 RPM selama 1 menit.
6. Ambil pasta semen tersebut sebesar kepalan tangan dan bentuk seperti bola kemudian
lemparkan dari satu telapak tangan ke yang lainnya Sebanyak 6 kali sejarak 15 cm
tangan dibungkus dengan sarung karet.
7. Masukkan bola pasta semen tersebut kedalam cincin konus sampai penuh yang
terlebih dahulu ring konus dialas dengan plat kaca.
Memasukkan pasta semen melalui diameter cincin terbesar dan diratakan
permukaanya dengan menggunakan spatula.
8. Tutup cincin konus dengan plat kaca yang lain dan balikkan cincin tersebut kemudian
lepaskan plat kaca yang pertama,. Ratakan kembali permukaan pasta dengan spatula.
9. Letakkan cincin konus pada tempat yang terhindar dari suhu panas, getaran dan
hembusan angin dan biarkan selama 45 detik
10. Letakkan cincin konus yang berisi pasta semen tadi dibawah jarum vikat dan
sentuhkan jarum kebagian tengah permukaan pasta dan kemudian jarum dikunci. Baca
skala dan catat.
5
11. Lepaskan kunci tongkat vikat dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
Ikat awal semen dinyatakan terjadi apabila dalam waktu 30 detik tersebut penurunan
jarum vikat 25 1 mm.
V. PENGAMATAN / DATA .
P
E
N
U
R
U
N
A
N
(mm)
Waktu ( Menit )
6
JOB 4
PENENTUAN WAKTU IKAT SEMEN CARA LAPANGAN ( Kue Sarabi )
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan Ikat Semen dilapangan dengan cara sederhana.
2. Mengaplikasikan waktu ikat semen dengan pekerjaan-pekerjaan dalam Teknik Sipil
yang menggunakan semen dalam pelaksanaannya.
II. PERALATAN : 1. Ring Plat 10 cm dan Plat Kaca.
2. Jangka Sorong.
3. Timbangan.
4. Alat Penusuk dari kayu atau Balpoin.
5. Cawan Muk Pengaduk
6. Wash Bottle.
7. Spatula.
III. BAHAN : 1. Air Bersih.
2. Semen Portland .
7
V. PENGAMATAN / DATA .
8
JOB 5
PENENTUAN KEKEKALAN SEMEN CARA LABORATOIUM
( METODE CINCIN IE CHATELIER )
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan dan Menerangkan cara uji kekekalan semen dengan metode cincin Lie
Chatelier.
2. Mengetahui bahwa kekekalan semen yang diuji dengan cincin Lie Chatelier ini
penting karena cara uji ini adalah mendeteksi ada tidaknya kapur bebas dalam semen.
II. PERALATAN : 1. Ring Lie Chatelier Lengkap dg 2 Plat Kaca dan Pemberat
2. Jangka Sorong.
3. Timbangan.
4. Spatula
5. Mesin Pengaduk ( Mixer )
6. Water Bath / Bak Air.
III. BAHAN : 1. Semen Portland
2. Air Bersih.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Menimbang Semen sebanyak 100 gr dan Air Bersih sebanyak konsistensi normal.
2. Memasukkan semen dan air kedalam tromol pengaduk biarkan selama 30 dtk.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 140 5 RPM Selama 30 Detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 Detik sementara itu bersihkan pasta yang
menempel didinding tromol
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 285 10 RPM selama 1 Menit.
6. Siapkan Cincin Lie Chatelier dengan terlebih dahulu mengikat tangkai cincin dengan
tali ( Bagian Pangkalnya ). Tujuannya adalah agar dalam pengisian pasta semen tidak
terjadi pengembangan volume.
7. Letakka ring lie chaterlier tersebut diatas plat kaca.
8. Isi Ring tersebut dengan pasta semen sampai rata.
9. Chek bagian bawahnya dengan terlebih dahulu menutup bagian atas plat kaca lainnya.
Isi sampai penuh dan tutup kembali dengan plat kaca.
10. Beri besi pemberat diatasnya ( diatas plat kaca ). Kemudian simpan ditempat yang
lembab.
11. Setelah 24 jam buka plat kaca dan buka tali ikatan pada tangkai cincin. Ukur dan catat
antara kedua ujung tangkai cincin sebagai rgangan awal.
12. Kemudian cincin dimasukkan kedalam bejana atau water bath yang berisi air dingin
kemudian dipanaskan.
13. Setelah perebusan 3 jam lalu didinginkan, dan ukur jarak antara ujung tangkai cincin
dan catat sebagai regangan akhir. Pengembangan yang terjadi adalah selisih dari
regangan akhir dan awal.
9
V. PENGAMATAN / DATA .
Regangan awal = mm ( a )
Regangan akhir = mm ( b )
Pengembangan = ( b ) - ( a )
= mm
* Bila pengembangan 5 mm dikatakan semen mengandung kapur bebas dan
magnesia bebas yang besar dari diizinkan.
* Bila pengembangan 5 mm dikatakan semen memenuhi syarat
10
JOB 6
PENENTUAN KEKEKALAN SEMEN CARA LAPANGAN
( METODE KUE REBUS )
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan perlatan ( alat yang sederhana ) untuk mengetahui
kekekalan semen di Lapangan.
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekekalan semen
3. Menerangkan Prosedur pemeriksaan kekekalan semen dg cara kue rebus.
II. PERALATAN : 1. Ring Plat 10 cm.
2. Jangka Sorong.
3. Timbangan.
4. Spatula
5. Mesin Pengaduk ( Mixer )
6. Water Bath / Bak Air.
7. Stop Watch.
8. Plat Kaca Ukuran 14 x 14 cm2 tebal 5 mm
11
V. PENGAMATAN / DATA .
- Retak – Retak
- Pecah
- Puntir
- Spelling
12
JOB 7
PENENTUAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS CARA LAPANGAN.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan kadar lumpur yang dikandung agregat halus tersebut.
2. Mengetahui apakah agregat halus tersebut langsung digunkan untuk keperluan
pembetonan atau tidak berdasrkan kadar lumpurnya..
II. PERALATAN : 1. Botol Reagan 75 mm dengan tutup.
2. Jangka Sorong.
3. Stop watch.
4. Mistar
5. Saringan 4.8 mm ( No. 4 ).
III. BAHAN : 1. Agregat Halus.
2. Air Bersih.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Isi botol reagan dengan agregat halus ( Pasir ) setinggi 50 mm dan dipadatkan dengan
alat pemadat.
2. Mesukkan air bersih kedalam Botol Reagan yang telah terisi pasir sampai 3/4 volume
botol reagan tersebut.
3. Tutup Botol dengan rapat dan dilakukan pengocokkan selama 15 Menit kemudian
botol didiamkan selama 24 Jam.
4. Lakukan pengukuran tebal lapisan lumpur yang mengendap dipermukaan agregat pada
4 tempat yang kemudian dirata-ratakan.
V. PENGAMATAN DATA.
VI. PENGUKURAN
T1 : ………………………..…mm Σ/4
T2 : ………………………..…mm X 100 = ………..%
T3 : ………………………..…mm 50
T4 : …………………………..mm
13
JOB 8
PENENTUAN KADAR ORGANIK PADA AGREGAT HALUS.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan kadar Organik yang dikandung agregat halus tersebut.
2. Mengetahui apakah agregat halus tersebut langsung digunkan untuk keperluan
pembetonan atau tidak berdasarkan kadar Organiknya.
II. PERALATAN : 1. Botol Reagan 75 mm dengan tutup.
2. Jangka Sorong.
3. Stop watch.
4. Mistar
5. Saringan 4.8 mm ( No. 4 ).
6. Gelas Ukur 100 ml
III. BAHAN : 1. Agregat Halus. 3. NaOH 3 %
2. Air Bersih. 4. Zat Pembanding
14
JOB 9
PENENTUAN KADAR LUMPUR & KADAR AIR AGREGAT HALUS
( CARA LABORATORIUM)
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan alat pengujian kadar lumpur agregat halus secara
Laboratorium.
2. Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan kadar lumpur dari agr. halus
3. Menentukan jumlah presentase kadar lumpur dari agregat halus.
II. PERALATAN : 1. Saringan No. 16 dan No.200.
2. O v e n.
3. Timbangan.
4. Cawan / pan
5. Penjepit
III. BAHAN : 1. Agregat Halus.
2. Air Bersih.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
2. Oven agregat halus tersebut selama 24 jam dengan suhu 110 50C.
3. Keluar agregat halus tersebut dari oven dan dinginkan sampai beratnya tetap kemudian
timbang W2.
4. Susun saringan No. 16 dan No. 200, kemudian masukkan agregat tersebut.
5. Bilas agregat tersebut dengan air bersih sampai pembilas bening.
6. Tampung kembali agregat tersebut dari masing-masing saringan kedalam pan dan
selanjutnya dioven dengan suhu 110 50C. Selama 24 jam.
7. Keluarkan dari oven dan dinginkan sampai beratnya tetap dan ditimbang sebagai
W3.gram
V. PENGAMATAN DATA
Tempat Lab. Teknologi Beton FTSP Universitas Bung Hatta
Hari / Tanggal Dikerjakan Oleh
waktu Diperiksa Oleh
2. Oven agregat Kasar tersebut selama 24 jam dengan suhu 110 50C.
3. Keluar agregat tersebut dari oven dan dinginkan sampai beratnya tetap kemudian timbang
W2.
4. Susun saringan No. 4 dan No. 200, kemudian masukkan agregat tersebut.
5. Bilas agregat tersebut dengan air bersih sampai pembilas bening.
6. Tampung kembali agregat tersebut dari masing-masing saringan kedalam pan dan
selanjutnya dioven dengan suhu 110 50C. Selama 24 jam.
7. Keluarkan dari oven dan dinginkan sampai beratnya tetap dan ditimbang sebagai W3.gram
V. PENGAMATAN DATA
a b c
17
Keterangan Gambar : a. Keadaan Basah b. Keadaan SSD c. Kedaan Kering
W3.gram
4. Keluarkan agregat halus dan tampung dalam pan ( jangan sampai tumpah ). Kemudian
isikan kembali gelas ukur dengan dengan air bersih sampai 90 % Volume gelas ukur
450 ml. Timbang gelas ukur dan air tersebut sebagai W4.
5. Masukkan agregat halus yang ditampung pada pan ke dalam oven untuk dike- ringkan
selama 24 Jam dengan suhu 110 50C sampai beratnya tetap.
V. PENGAMATAN DATA
Penyerapan W1 - W2 100 %
W1
Keterangan : ( W3 - W4 ) = Berat agregat halus jenuh air didalam air
18
JOB 12
PENENTUAN BERAT JENIS & PENYERAPAN AIR
PADA AGREGAT KASAR.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan agregat kasar dalam keadaan kering oven dan jenuh kering permukaan (
SSD ).
2. Menentukan Penyerapan agregat kasar.
3. Menerangkan kegunaan pemeriksaan ini apabila dikaitkan dengan perhitungan dalam
campuran beton.
II. PERALATAN : 1. Saringan 4,8 mm ( No. 4 )
2. O v e n.
3. Timbangan.
4. Cawan / pan
5. Gelas ukur 500 ml.
6. Ember perendam
III. BAHAN : 1. Agregat Kasar
2. Air Bersih.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
a. Penentuan Keadaan SSD Agregat Kasar.
1. Rendam Agg. Kasar dalam air sampai keadaan jenuh air selama 24 Jam.
2. Bersihkan bahan tersebut dari bahan pengotor seperti debu dan tanah yang menempel
dengan mencucinya
3. Untuk mencapai keadaan SSD keringkan aggregat dengan menglap satu persatu
sampai kering permukaan .
4. Timbang agregat kasar yang telah mencapai SSD sebanyak W1 gram .
5. Masukkkan agregat tersebut kedalam gelas ukur 500 ml dan juga air bersih sampai
90 % volume gelas ukur ( 450 ml ).
6. Kemudian air dan agregat tadi diaduk sampai gelembung udara tidak terlihat lagi,
bila volume air berkurang, maka tambahkan air 90 % volume.
7. Timbang gelas ukur beserta isinya ( gelas ukur + Kerikil + air ) seb. W3.gr
8. Keluarkan agregat kasar dan tampung dalam pan. Kemudian isikan kembali gelas
ukur dengan air bersih sampai 90 % volume gelas ukur ( 450 ml ) . dan timbang
gelas ukur dan air sebagai W4 gram.
9. Masukkan agregat kasar yang ditampung pada pan ke dalam oven untuk dikeringkan
selama 24 Jam dengan suhu 110 50C.
10. Keluarkan agregat yang telah dioven ditimbang sebagai W2.gram
19
V. PENGAMATAN DATA
Penyerapan = W1 - W2 X 100 %
W1
20
JOB 13
PENENTUAN BOBOT ISI AGGREGAT HALUS
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan bobot isi agr. Halus (Pasir ).
2. Menentukan bobot isi dan volume guna penakaran dilapangan ( dari berat menjadi
volume ).
3. Menentukan bobot isi agregat halus dalam keadaan gembur dan padat..
II. PERALATAN : 1. Takaran 2,75 dan 6,5 lt.
2. Sendok Semen.
3. Timbangan.
4. Tongkat Pemadat
5. Palu Kayu / Karet.
21
V. PENGAMATAN DATA
I 2,75
II 6,5
22
JOB 14
PENENTUAN BOBOT ISI AGGREGAT KASAR
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan bobot isi agregat kasar. (kerikil ).
2. Menentukan bobot isi dan volume guna penakaran dilapangan ( dari berat menjadi
volume ).
3. Menentukan bobot isi agregat kasar dalam keadaan gembur dan padat..
II. PERALATAN : 1. Takaran 2,75 dan 6,5 lt.
2. Sendok Semen.
3. Timbangan.
4. Tongkat Pemadat
5. Palu Kayu / Karet.
V. PENGAMATAN DATA
I 2,75
II 6,5
23
VI. ANALISA / PENGOLAHAN DATA
24
JOB 15
ANALISA SARINGAN AGGREGAT .
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil melaksanakan Analisa Saringan yang menggunakan beberapa saringan.
2. Menerangkan atau Menentukan gradasi agregat halus dan kasar dengan menggunakan
analisa saringan .
3. Menggambarkan data hasil pemeriksaan kedalam grafik.
II. PERALATAN : 1. O v e n.
2. Alat Penggetar.
3. Timbangan.
4. Kuas.
5. Pan.
6. Satu set saringan ( 40 mm, 20 mm, 9,6 mm, 4,8 mm, 2,4 mm,
1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm dan Pan.
III. BAHAN : 1. Agregat Kasar ( Kerikil ) 2000 gram
2. Agregat Halus ( Pasir ) 1500 gram
1. Aggregat halus dan kasar yang akan diayak terlebih dahulu dibagi-bagi dengan sistim
perempat ( Quatering ).
2. Aggregat dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 50C. sampai
beratnya tetap.
3. Menyaring agregat halus selama 15 menit menggunakan saringan dengan ukuran
sbb. ( dari atas ) 4,8 , 2,4 , 1,2, 0,6 , 0,3 , 0,15 mm dan Pan.
4. Menyaring agregat Kasar selama 15 menit menggunakan saringan dengan ukuran
sbb. ( dari atas ) 4,8 , 2,4 , 1,2, 0,6 , 0,3 , 0,15 mm dan Pan.
5. Menimbang sejumlah agregat yang tertahan pada masing-masing saringan
menggunakan kuas untuk membersihkan agregat yang menenmpel di saringan .
25
6. Menghitung Presentase aggregat yang tertinggal dan yang lolos pada masing-masing
saringan.
7. Menentukan ukuran maksimum agregat kasar yang disaring.
V. PENGAMATAN DATA
26
JOB 16
PENENTUAN KADAR BUTIR PIPIH , PANJANG & PIPIH PANJANG
AGREGAT KASAR.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menentukan Presentase butir pipih, panjang yang terdapat pada agr. kasar
2. Memberikan penilaian terhadap agregat kasar pengaruhnya pada sifat beton segar dan
pengerjaan beton .
II. PERALATAN : 1. Timbangan .
2. Jangka Sorong.
3. Kuas.
4. Pan
5. Saringan 40 mm, 20 mm 10 mm.
III. BAHAN : 1. Agregat Kasar.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Mengayak agregat kasar pada saringan 40, 20,10 sesuai dengan ukuran agregat
maksimum yang didapat dalam analisa saringan agregat.
2. Mengambil 50 butir agregat kasar pada bagian tertahan diatas masing-masing saringan
pisahkan masing-masing.
3. Mengukur masing-masing agregat dengan menggunakan jangka sorong dan
mengelompokkan dengan kategori. :
> Pipih, Apabila tebal 1/3 lebar ( ukuran saringan )
> Panjang , Apabila panjang 3 x lebar ( ukuran saringan )
> Pipih dan Panjang , Apabila Kombinasi kedua kategori diatas
4. Menghitung Presentase dari agregat terhadap kategori diatas.
V. PENGAMATAN DATA.
27
VI. ANALISA / PENGOLAHAN DATA
28
JOB 17
MERANCANG CAMPURAN BETON
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menerangkan Prosedur pelaksanaan dalam merancang Campuran Beton dengan
kekuatan tertentu.
2. Menggunakan Tabel dan Grafik dalam perencanaan Campuran Beton.
3. Menghitung Komposisi Campuran Bahan yang diperlukan untuk merancang beton
dengan Kekuatan Tertentu
4. Membuat benda uji dengan Kekuatan Tertentu.
II. PERALATAN : 1. Kalkulator
2. Grafik dan Tabel.
3. Timbangan.
4. Cangkul
5. Retaguler Pan Concrete.
6. Ember
7. Mesin Molen
8. Sendok Semen
III. BAHAN : 1. Kerikil
2. Pasir
3. Semen
4. Air.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
a. Merancang Campuran Beton .
1. Menggabungkan Agregat Kasar dan Agregat Halus menjadi agregat Gabungan yang
ideal baik secara Grafis Maupun analitis.
2. Menghitung sifat agregat ( dari Pengujian-Pengujian Terdahulu ) seperti :
+ Berat Jenis dan Penyerapan
+ Berat Volume dan Berat Isi
+ Kadar Air dan Kadar Lumpur
3. Menentukan Karakteristik beton yang akan dibuat.
4. Menyiapkan Tabel dan Grafik yang menunjang dalam langkah perancangan.
5. Hasil Hitungan rancangan ini adalah Komposisi bahan pembuatan 1 m3 Beton.
6. Pada percobaan ini ini direncanakan volume beton untuk 5 buah sample Sylinder
dengan ukuran 15 Cm - tinggi 30 cm.
a. Membuat Campuran Beton .
1. Menimbang bahan-bahan / material ( Semen, Pasir, Kerikil dan Air ) dari hasil
perancangan sesuai dg dengan jumlah yang disaratkan ( Volume 5 Sylinder ).
2. Memasukkan Kerikil, lalu pasir kedalam mesin pengaduk / molen
3. Masukkan air sedikit demi sedikit Molen diputar ( Hidupkan )
29
4. Masukan semen kedalam adukan, aduk campuran tersebut sampai rata, tambahkan air
bila perlu, sampai adukkan beton homogen. Kekentalan da keplastisannya mencapai
slump test yang di inginkan.
V. PENGAMATAN DATA
Setelah pengisian formulir Mix Design Beton dan didapat Komposisi untuk pembuatan 1 m3
Beton. Maka perhitungan tersebut dikoreksi kembali
Untuk Jumlah Semen, Tetap
Untuk Jumlah Air, Dikoreksi
= Air – ( Cm – Ca )Pasir / 100 – ( Dem-Da) dan Kerikil / 100
Untuk Pasir, Dikoreksi
= Pasir + ( Cm – Ca )Pasir / 100
Untuk Kerikil , Dikoreksi
= Kerikil +( Dm – Da )Kerikil / 100
Keterangan : CM = Kadar Air Pasir.
DM = Kadar Air Kerikil
CA = Penyerapan Pasiir
DA = Penyerapan Kerikil
30
JOB 18
PENENTUAN SLUMP BETON
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan alat untuk pengujian Slump.
2. Menerangkan prosedur menggunakan alat pengujian Slump.
3. Membuktikan hasil penentuan slump Beton dalam pembuatan rancangan adukan beton
sehingga jika ada ketidak sesuai dengan kenyataan maka kadar air bebas segera dapat
dirubah sesuai dengan slump yang diinginkan.
II. PERALATAN : 1. Kerucut Abram.
2. Tongkat Pemadat.
3. Mistar .
4. Sendok Semen.
III. BAHAN
Beton segar yang diambil langsung dari bak pengaduk dengan menggunakan peralatan
yang tidak menyerap air. Sebelum diaduk lagi baru dimasukkan kedalam kerucut ambram
IV. DASAR TEORI.
Ada tiga kemungkinan dari bentuk swlump yang akan terjadi seperti gambar ini :
a b c
Keterangan : a = Slump Sejati ( Kental )
b = Slump Plastis ( Plastis )
C = Slump Runtuh ( Encer )
V. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Membasahi cetakkan dan plat slump dengan kain lap yang basah.
2. Meletakkan kerucut abram pada plat slump
3. Memasukan adukan beton segar kedalam kerucut abram dengan tiga lapisan yang kira-
kira sama tebalnya. Setiap lapisan masing-masing ditumbuk dengan tongkat
penumbuk Ø 16 – 60 cm sebanyak 10 kali. Dalam penumbukan tongkat hanya boleh
masuk kira-kira 25 mm pada lapisan bawahnya.
4. Meratakan permukaan adukan beton dan dibiarkan selama ½ menit. Kerucut dan alat
slump dibersihkan dari jatuhnya beton.
5. Mengangkat kerucut ambram secara konstan arah secara vertikal dan jangan sampai
kerucut menyentuh beton.
6. Mengukur penurunan adukkan beton ( slump ). Pengukuran dilakukan 4 titik yang
kemudian hasilnya dirata-ratakan. Nilai slump diambil dari nilai rata-rata tersebut.
31
PENGAMATAN DATA
T. 1 = mm
T. 2 = mm
T. 3 = mm
T. 4 = mm
Tinggi slump = ( T. 1 + T. 2 + T. 3 + T. 4 ) / 4
= mm
32
JOB 19
PENENTUAN BOBOT ISI BETON
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam menggunakan alat untuk penentuan Bobot Isi Beton.
2. Menerangkan Prosedur menggunakan alat penentuan Bobot Isi Beton.
3. Membuktikan kebenaran hasil rancangan perhitungan bobot isi sesuai dengan
kenyataan sekaligus mengoreksinya jika tidak benar.
II. PERALATAN : 1. Timbangan dengan ketelitian 0,3 %
2. Tongkat Pemadat Ø 16 mm Panjang 60 cm
3. Takaran .
III. BAHAN
Beton segar yang diambil lansung dari bak pengaduk dengan menggunakan peralatan yang
tidak menyerap air, sebelumnya diaduk lagi baru dimasukkan kedalam Takaran.
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Menimbang Takaran yang digunakan sebagai W1 gram.
2. Memasukkan adukan beton segar kedalam Takaran dalam dua lapisan yang kira-
kira sama tebalnya. Setiap lapisan masing-masingnya ditumbuk dengan tongkat
penumbuk sebanyak 15 Kali. Dalam penusukkan tongkat hanya boleh masuk kira-
kira 25 mm pada lapisan bawahnya.
3. Mengetuk-ngetuk sisi takaran secara perlahan denga palu kayu sampai tidak
terlihat gelembung-gelembung udara pada permukaan beton serta rongga bekas
tusukkan tertutup kembali.
4. Meratakan permukaan adukkan beton dan kemudian menimbang takaran beton
beserta isinya sebagai W2 gram
V. PENGAMATAN DATA
W1 = ..........…….................................gram
W2 = ……………….......…….............gram
33
JOB 20
PEBUATAN BENDA UJI UNTUK TEST KUAT TEKAN
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil memakai peralatan dlm melaksanakan pengujian Kuat Tekan Beton.
2. Membuat benda uji dengan baik sehingga mewakili contoh yang akan diuji Kuat
Tekan Betonnya.
3. Melakukan perwatan dan Pematangan (Curing ) dari benda uji setelah dibuka dari
cetakkan..
II. PERALATAN : 1. Cetakkan Sylinder dengan ukuran 15 Cm - tinggi 30 cm.
2. Tongkat pemadat 16 mm & Panjang 60 cm.
3. Sendok Semen .
4. Palu Kayu
III. BAHAN
Beton segar yang diambil lansung dari bak pengaduk dengan menggunakan peralatan yang
tidak menyerap air, sebelumnya diaduk lagi baru dimasukkan kedalam Cetakkan Kubus 15
X 15 X 15 Cm .
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Membersihkan cetakkan dan mengolesnya dengan oli pada bagian dalam cetakkan
2. Isi Cetakkan dengan adukan beton segar dalam dua lapis yang sama tebalnya, setiap
lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat masing-masingnya ditumbuk sebanyak
25 Tumbukan secara merata.
3. Mengetuk-ngetuk sisi luar cetakan secara perlahan dengan menggunkan palu kayu
sampai tidak terlihat gelembung – gelembung udara pada permukaan beton serta
rongga bekas tusukkan tertutup kembali.
4. Meratakan permukaan adukkan beton segar dengan memnggunakan sendok semen
dan dibiarkan selama 24 Jam pada tempat yang lembab serta bebas dari pengaruh
getaran.
5. Bukalah cetakkan dan keluarkan benda uji tersebut dan rawatlah benda uji pada Bak
perendam atau tempat lembab sampai pada batas waktu pengujian ( Umur ) Kuat
Tekan.
34
JOB 21
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam melaksanakan Test Kuat Tekan Beton.
2. Menerangkan prosedur pemeriksaan Test Kuat Tekan Beton.
3. Mengaduk beton secara maksimal.
4. Membuat benda uji untuk pemeriksaan test kuat tekan beton.
5. Melakukan proses curing dari benda uji setelah dibuka dari cetakkan.
II. PERALATAN : 1. Mesin Kuat Tekan ( Compressive Tregnht Machine )
2. Timbangan .
3. jangka Sorong .
III. BAHAN
Benda uji yang dibuat dari rancangan beton .
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Ambil benda uji kubus / silynder dari tempat pengeringan atau penyimpanan
kemudian di lap dengan kain lap sampai kering.
2. Timbang berat benda uji dan ukur dimensinya. Jika benda uji berbentuk kubus dengan
meletakkan bagian yang rata pada mesin tekan.
3. Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara simetris.
PC Kekuatan awal Tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
35
JOB 22
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON NON DESTRUKTIF
DENGAN ALAT HAMMER TEST
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil dalam melaksanakan Test Kuat Tekan Beton Non Destrutif.
2. Menerangkan prosedur pemeriksaan Test Kuat Tekan Beton Non Destruktif.
4. Mengetahui beton di lapangan untuk pemeriksaan test hammer .
5. Melakukan proses pelaksanaan pengujian dilapangan.
II. PERALATAN : 1. Mesin Kuat Tekan Non Destruktif ( Hammer Test )
2. Batu Gerindra / Pelicin Beton .
3. Siku – siku / Pengaris.
4. Spidol
III. BAHAN
Benda uji adalah yang sudah ada dilapangan ( kolom, plat, dan balok ) .
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN.
1. Pertama sekali kita harus melihat dulu keadaan dilapangan. Apakah beton yang akan
kita uji itu sudah diplester atau belum.
2. Kalau betonnya sudah diplaster, maka langkah pertama harus kita buka dulu
plesterannya. (ciping).
3. Untuk beton yang belum diplaster maka kita lihat keadaan permukaannya apakah
permukaanya rata atau tidak rata. Kalau tidak rata kita harus ratakan dulu batu gerindra
/ pelican beton.
4. Langkah selanjutnya dibuat garis segi empat pada permukaan beton dan disilangkan
pada tengah segi empat tersebut. Sehingga terbentuk lah 5 titik penembakkan /
pengujian.
5. Langsung diadakan pengujian dengan alat hammer test. Dengan cara pengambilan
sample 5 tembakan untuk 1 titik pengujian.
CATATAN :
1. Memasukkan data hasil pemeriksaan kedalam Formulir Hammer Test.
2. Pemeriksaan kuat tekan biasanya dilakukan kalaudilapangan tidak dibuat benda uji
(kubus atau Sylynder).
3. Pemeriksaan kuat tekan beton Hammer test akan menghasilkan kuat tekan beton
permukaan
36
JOB 23
PEMERIKSAAN KUAT TARIK BELAH BETON.
I. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Terampil dalam melaksanakan Test Kuat Tarik Belah Beton Berbentuk Silinder.
2. Menerangkan prosedur pemeriksaan Test Kuat Tarik Belah Beton Berbentuk Silinder.
4. Mengevaluasi ketahanan geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang
menggunakan agregat ringan.
5. Melakukan proses pelaksanaan pengujian dilapangan.
II. PERALATAN : 1. Mesin Uji Kuat Tekan
2. Pelat atau batang penekan tambahan .
3. Bantalan bantu Pembebanan
4. Spidol
III. BAHAN
Benda uji adalah yang sudah dibuat yang memenuhi persyaratan ukuran, pencetakan dan
perawatan yang ditetapkan dalam SNI03 – 4810- 1998 (Benda Uji Yang Dibuat
Dilaboratorium)
IV. PROSEDUR PELAKSANAAN
2.
Letakkan perlatan bantu perletakan benda uji pada posisi uji
37
3. Lakukan pengukuran benda uji
4. Letakkan benda uji Pada Posisi Uji dengan menggunakan peralatan bantu
5. Pemberian beban dilakukan secara menerus tanpa sentakan dengan kecepatan
pembebanan konstan yang berkisar antara 0,7 hingga 1,4 Mpa permenit sampai benda uji
hancur
V. PERHITUNGAN
fct=(2.P)/(π.L.D)
38
JOB 24
PENGUJIAN TARIK BAJA TULANGAN
I. Umum
Besi baja atau sering disebut dengan baja saja merupakan paduan antara besi dan karbon,
dengan kandungan karbon yang lebih sedikit dibandingkan pada besi tuang, tetapi lebih banyak
dibanding besi tempa.
Dalam bidang konstruksi, secara umum baja dibagi dalam dua kelompok, yaitu baja keras
dan baja lunak (struktur). Dalam hal ini lebih difokuskan pada baja tulangan sebagai sarana
praktikum di Laboratorium Material dan bahan Program Studi Teknik Sipil FTSP Universitas
Bung Hatta. Baja tulangan atau sering juga disebut besi beton, berbentuk lonjoran-lonjoran bulat
dengan permukaan polos atau ilir/sirip (deform). Simbol yang digunakan untuk baja tulangan
polos adalah BJTP dan untuk baja tulangan ulir adalah BJTD.
III. Pengertian
Batas leleh yakni tegangan yang sedikit di atas elastis yang tampak terjadi penambahan
regangan tanpa adanya tambahan dan pengurangan tegangan.
Batas elastis merupakan tegangan tertinggi yang dapat ditahan oleh bahan yang elastis, yaitu
apabila tegangan yang bekerja dihilangkan bahan masih dapat kembali ke bentuk semula.
Biasanya batas elastis ini hanya sedikit lebih besar dari batas sebanding, dan sulit untuk
ditetapkan, nilainya dapat di dekati dengan batas regang, misalnya batas regangan 0,2 (yield
strength at 0,2 % offset).
Batas sebanding merupakan suatu nilai tegangan tertinggi yang masih berada pada garis lurus
diagram tegangan-regangan.
Modulus elastisitas ditunjukkan oleh kemiringan diagram tegangan-regangan pada bagian yang
lurus/linier terhadap sumbu horizontal (sumbu regangan), besarnya selalu tetap dari tegangan nol
sampai batas tertentu pada diagram.
Nilai kuat tarik leleh adalah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji
mencapai/mengalami leleh pertama.
Nilai kuat tarik maksimum adalah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji
mencapai/mengalami puncak pembebanan dan sebelum putus
39
Nilai kuat tarik putus adalah besarnya gaya tarik maksimum yang bekerja pada saat benda uji
putus.
IV. Tujuan.
Setelah praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami tentang cara pengujian tarik baja tulangan
2. Memahami tentang cara pengujian tarik baja tulangan
3. mengetahui data yang di hasilkan seperti batas elastis, batas leleh, kuat tarik, tegangan
leleh, batas sebanding, modulus elastisitas, modulus kenyal, batas regangan pada 0,02 dan
0,02 offset
4. Mengetahui kualitas bahan
5. Melakukan proses pelaksanaan pengujian dilapangan.
V. PERALATAN
1. Mesin Universal Testing Machine kapasitas 30 ton
2. Timbangan kapasitas 5000 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
(khusus baja tulangan ulir/deform)
3. Sketmat/jangka sorong
4. Strainometer
5. Jangka manual
6. Penggaris, spidol, amplas, dan lain-lain.
VI. BAHAN
Benda uji adalah batang baja beton yang mempunyai bentuk dan dimensi tertentu (proporsional
antara panjang dan luas penampang) yang di buat/ di ambil dari contoh-contoh baja beton.
Keterangan gambar 2 :
Lt : panjang total benda uji (mm)
Lo : panjang ukur awal benda uji (mm)
40
do : diameter awal benda uji (terkecil) (mm)
D : diameter contoh asli (mm)
Lj / h : panjang bagian benda uji yang terjepit mesin tarik (mm)
r : jari-jari cekungan, bagian benda uji konis
m : panjang bebas benda uji (mm)
2
Ao : luas penampang benda uji semula (mm )
a) Siapkan benda uji, apabila kotor/berkarat bersihkan dengan amplas atau lap
b) Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentukan tanda-tanda sesuai form
pengisian data. Untuk menentukan diameter nominal (dn) baja ulir/deform dipakai
rumus :
dn=12,74 W (mm)
dengan W = berat (kg) / meter’
a) Tentukan panjang awal (Lo) dan diberi tanda, kemudian pasang alat pembaca
regangan (strainometer) pada titik yang telah ditentukan.
b) Pemberian tanda dapat menggunakan spidol atau penitik.
c) Lakukan pengujian dengan di pandu teknisi/laboran dan atau asisten dengan
mencatat semua data hasil uji : beban leleh awal, leleh akhir, beban maksimum,
beban patah/putus, regangan setiap interval beben tertentu, regangan pada saat
leleh awal dan leleh akhir, dll.
d) Apabila alat pembaca regangan sebelum pengujian selesai tidak lagi mampu
membaca pertambahan panjang (panjangnya terbatas hanya sampai 10 mm),
maka pembacaan regangan di ganti dengan jangka manual dengan posisi jangka
sama dengan penempatan strainometer sebagai patokan
e) Setelah benda uji putus, satukan lagi kedua bagian benda uji, kemudian ukur
panjang seteleh di uji (Lu), diameter tempat putus (du) dan amati jenis putusnya.
VI. PERHITUNGAN
Parameter pengujian di hitung dengan rumus :
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠
a. Tegangan tarik maksimum : fu =
𝐴0
𝑃𝑦
b. Tegangan tarik leleh : fy =
𝐴𝑜
𝐿𝑢−𝐿𝑜
c. Regangan maksimum : εmaks = 𝑥 100%
𝐿𝑜
𝐴𝑜−𝐴𝑢
d. Konstruksi penampang :s= 𝑥 100%
𝐴𝑜
41
keterangan :
P : beban
fy : tegangan leleh
fu : tegangan tarik maksimum
maks : regangan maksimum
s : konstraksi penampang
E : modulus elastisitas
p : tegangan pada batas sebanding
p : regangan pada batas sebanding
Ao : luas penampang awal benda uji (sebelum di uji)
Au : luas penampang akhir benda uji (setelah di uji)
42
43