KELOMPOK 4
DISUSUN OLEH :
1. Putri Amabel Carissa Pradana ( 21035010008 )
2. Yulia Saarah Uffizah ( 21035010111 )
3. Argian Antasena Alit ( 21035010133 )
4. Axell Wijaya Al Fayed Ruitan ( 21035010134 )
5. Syahril Nur Khusna Afif ( 21035010014 )
6. Muhammad Afif Nur Hisyam ( 21035010016 )
7. Izzul Muhammad Hasyir Rachman ( 21035010017 )
1. Ir. Wahyu Kartini, MT. Selaku dosen mata kuliah Teknologi Material,
3. Kedua Orang Tua kami yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moral
maupun materi untuk kebutuhan kuliah dan laporan ini. serta
4. Teman-teman teknik sipil yang telah membantu kami dalam praktikum mapun
dalampenyusunan laporan.
Dalam proses penyusunan Tugas Praktikum Mata Kuliah Teknologi Material ini
tentunya penulis masih memahami bahwamasih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat bantuan secara membangun
dari rekan-rekan pembaca sekalian. Kami berharap dengan adanya tugas ini dapat
menambah dan meningkatkan pengalaman maupun penalaran dalam kedisiplinan Ilmu
Teknik Sipil.
Akhir kata kami selaku penyusun laporan ini mengucapkan terimakasih kepada para
dosen yang telah membantu dan membimbing kami dalam praktikum sampai pengerjaan
laporan ini.
Surabaya, April 2022
TEKNOLOGI MATERIAL| i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Pratikum .................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 4
2. Beton ......................................................................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI ................................................................................................................ 8
3.1 Bahan ..................................................................................................................................... 8
3.2 Alat ........................................................................................................................................ 8
3.3 Tahapan Penelitian ................................................................................................................ 9
3.4 Tahapan Penelitian ................................................................................................................ 9
BAB IV HASIL ANALISA PRAKTIKUM ................................................................................. 21
4.1 Hasil Praktikum .................................................................................................................... 21
4.2 Mix Desain ........................................................................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 41
TEKNOLOGI MATERIAL| ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton adalah material konstruksi yang popular di Indonesia dan bahan-bahan
material ini (semen, agregat halus, agregat kasar, dan air) mudah didapat di Indonesia serta
relatif murah harganya. Beton juga dikenal sebagai material yang sangat dibutuhkan dalam
suatu pembangunan.Sebagai bahan material yang cukup dibutuhkan dalam konstruksi,
beton mempunyai beberapa kelebihan. Diantaranya yaitu strukturnya yang kokoh, memiliki
kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan material lain, lebih awet serta tahan lama,dll.
TEKNOLOGI MATERIAL| 1
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu beton, salah satu diantaranya distribusi
susunan butir agregat (gradasi), agregat bergradasi baik dalam campuran beton dapat
menghasilkan beton yang berkualitas yaitu mudah dikerjakan (workability), awet
(durability), kuat (strenght) dan ekonomis. Terkait dengan agregat bergradasi baik peneliti
ingin menganalisis bagaimana jika menggunakan agregat bergradasi terpisah (gap grading)
yaitu agregat yang memiliki satu atau dua jenis butiran. Fakta dari beberapa sumber agregat
yang memiliki susunan butir gap grading, bila dipakai dalam campuran beton akan
menghasilkan beton yang kropos dan berpori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kuat tekan beton. (sumber : Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya Desember
2012, Vol. 05, No. 02, hal 24 – 30).
Praktikum beton pada program studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah bagian dari kegiatan akademis yang
wajib diikuti oleh mahasiswa semester II sebagai salah satu syarat dalam kelulusan mata
kuliah TeknologiMaterial.
Dari praktikum ini kita dapat mengetahui karakteristik dari bahan penyusun beton.
Dalam penyusunan beton, tidak boleh sembarangan dalam memilih bahan yang akan
digunakan. Bahan yang digunakan harus memenuhi standart yang telah ditetapkan melalui
proses pengujian terlebihdahulu. Dengan mengikuti praktikum beton, diharapkan kami
sebagai mahasiswa mampu memahami penerapan ilmu beton khususnya dan Teknik Sipil
pada umumnya di lapanganpekerjaan.
TEKNOLOGI MATERIAL| 2
1.3 Tujuan Pratikum
TEKNOLOGI MATERIAL| 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Beton
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu beton, salah satu diantaranya distribusi
susunan butir agregat (gradasi), agregat bergradasi baik dalam campuran beton dapat
menghasilkan beton yang berkualitas yaitu mudah dikerjakan (workability), awet
(durability), kuat (strenght) dan ekonomis. Terkait dengan agregat bergradasi baik peneliti
ingin menganalisis bagaimana jika menggunakan agregat bergradasi terpisah (gap grading)
yaitu agregat yang memiliki satu atau dua jenis butiran. Fakta dari beberapa sumber agregat
yang memiliki susunan butir gap grading, bila dipakai dalam campuran beton akan
menghasilkan beton yang kropos dan berpori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kuat tekan beton. (sumber : Extrapolasi Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya Desember
2012, Vol. 05, No. 02, hal 24 – 30).
2.1.1 Semen
Semen yaitu salah satu bahan pembuatan bangunan yang paling penting dalam
dunia konstruksi saat ini. Bahan ini memiliki kegunaan untuk mengikat bahan bangunan
lainnya secara bersamaan. Pada zaman dahulu untuk membuat bangunan, bahan yang
digunakan sebagai bahan perekat adalah tanah liat basah dan kapur. Salah satu faktor
yang menjadi perubahan dunia konstruksi menjadi modern adalah dengan hadirnya
TEKNOLOGI MATERIAL| 4
material semen. Bahan ini dapat membuat bangunan yang lebih kokoh dan kuat, gedung
pencakar langit hingga gedung bertingkat dan besar. Dengan adanya material semen
juga memungkinkan manusia membangun konstruksi bendungan, kanal, kampus,
sekolah, rumah sakit, terowongan, jembatan secara permanen.
Dalam bubuk semen, ada banyak bahan mineral dan kimia yang terkandung
didalamnya. Kualitas semen dapat dipengaruhi oleh setiap kandungan bahan tertentu.
Secara umum semen merupakan bubuk berwarna abu-abu gelap yang terbuat dari
Alkali, Magnesium Oksida, Alumina, kapur, Sulfur Trioxide, Iron Oxide dan Silika.
2.1.2 Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besarnya. Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati
bulat dengan ukuran butiran antara 0,063 mm — 150 mm. Agregat menurut asalnya
dapat dibagi dua yaitu agregat alami yang diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang
diperoleh dari batu pecah. Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami
yang berupa coarse agregat (kerikil ), coarse sand ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir
halus ). Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat (strengter) dan
pengisi (filler), dan menempati 60% — 75% dari volume total beton.
A. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu.
Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand)
dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk
besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
TEKNOLOGI MATERIAL| 5
Persen Butiran yang Lewat Ayakan
Lubang
Zona I (Pasir Zona II (Pasir Zona III (Pasir Zona IV (Pasir
ayakan (mm)
Kasar) Agak Kasar) Agak Halus) Halus)
B. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:Agregat
kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar yang butirannya pipih
hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat
seluruhnya.Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya.
Bila melampaui harus dicuci.Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak
beton, seperti zat yang relatif alkali.
TEKNOLOGI MATERIAL| 6
2.1.3 Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air bereaksi
dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Air untuk pembuatan beton minimal
memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara
tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut ini :
1) Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik) lebih dari 15
gr/ltr.
TEKNOLOGI MATERIAL| 7
BAB III
METODOLOGI
Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji di Laboratorium Beton
Jurusan Teknik Sipil Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Benda uji
dalam penelitian ini adalah beton normal dan waktu pengujian dilakukan setelah beton berumur
14 dan 28 hari.
3.1 Bahan
1. Semen Portland
Penelitian ini menggunakan semen Portland merk Semen Gresik dengan satuan
40kg/sak.
2. Air
Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur, minyak,
dan tidak mengandung garam dan zat-zat lain yang dapat larut serta merusak beton. Air
yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Agregat
Dalam penelitian ini digunakan agregat halus berupa pasir alami serta agregat
kasar berupa batu pecah. Agregat yang digunakan terlebih dahulu dilakukan
penyelidikan terhadap analisa saringan, kelembaban, berat jenis, kadar air resapan,
dan berat volume.
3.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian berasal dari Laboratorium Beton Jurusan Teknik
Sipil Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
TEKNOLOGI MATERIAL| 8
3.3 Tahapan Penelitian
TEKNOLOGI MATERIAL| 9
Agregat Halus (Pasir)
A. Tujuan
2. Oven
3. Tin box
D. Prosedur Pengujian
1. Pasir dalam keadaan asli dimasukkan dalam tin box lalu ditimbang.
E. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 10
2. Percobaan Berat Jenis Pasir (ASTM C 128-93)
A. Tujuan
B. Peralatan
3. Oven
4. Pan
5. Kompor
C. Bahan
Pasir
D. Prosedur Pengujian
1. Persiapan untuk cek kondisi SSD :
a. Rendam pasir 24 jam, selanjutnya angkat dan tiriskan hingga airnya hilang.
b. Keringkan dengan kompor sambil dibolak-balik dengan sendok untuk mencari
keadaan SSD.
c. Tempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak mengisap air.
d. Isi kerucut SSD 1/3 tingginya dan rojok 9 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 kali, isi
lagi 1/3 tinggi dan rojok 8 kali.
e. Rapatkan permukaannya dan angkat kerucutnya, bila masih berbentuk kerucut maka
pasir belum SSD.
f. Keringkan dan ulangi lagi pengisian dengan prosedur sebelumnya, bila kerucut
diangkat dan pasir gugur tepi berpuncak maka pasir sudah dalam kondisi SSD dan
siap untuk digunakan dalam pengujian.
TEKNOLOGI MATERIAL| 11
2. Timbang labu takar 1000 cc.
3. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram, dan masukkan pasir ke dalam labu
takar dan timbang.
4. Isi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih hingga penuh.
5. Pegang labu takar yang sudah berisi air dan pasir posisi miring, putar kekiri dan kekanan
hingga gelembung-gelembung udara pasir keluar.
6. Sesudah gelembung-gelembung keluar tambahkan air ke dalam labu takar hingga batas
kapasitas, dan timbang (W1).
7.Keluarkan pasir dan air dari dalam labu takar dan labu takar dibersihkan, kemudian isi labu
takar dengan air sampai batas kapasitas dan timbang
TEKNOLOGI MATERIAL| 12
3. Percobaan Berat Volume Pasir (ASTM C 29/ C 29M - 91 )
A. Tujuan
Menentukan berat volume pasir baik dalam keadaan lepas maupun padat
1. Timbangan
Pasir
D. Prosedur Pengujian
1. Tanpa rojokan/dilepas
2. Dengan rojokan
TEKNOLOGI MATERIAL| 13
4. Percobaan Air Resapan Pasir (ASTM C 128-93)
A. Tujuan
2. Oven
3. Pan
D. Prosedur pengujian
E. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 14
Agregat Kasar (Batu Pecah)
A. Tujuan
1. Timbangan
2. Oven
3. Tin Box
D. Prosedur Pengujian
2. Agregat kasar dimasukkan ke oven selama 24 jam dengan temperatur (100 + 5)℃.
E. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 15
2. Percobaan Berat Jenis Batu Pecah (ASTM C 127-88)
A. Tujuan
1. Timbangan 25 kg
3. Oven
4. Kain lap
D. Prosedur pengujian
1. Agregat kasar yang telah direndem selama 24 jam diangkat kemudian dilap satu
persatu.
3. Masukkan keranjang yang berisi agregat kasar kondisi SSD dalam air.
E. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 16
3. Percobaan Berat Volume Batu Pecah (ASTM C 29/C 29 -91 a)
A. Tujuan
Menentukan berat volume batu pecah baik dalam keadaan lepas maupun padat.
D. Prosedur Pengujian
Tanpa Rojokan
Silinder diisi dengan batu pecah sampai penuh dan angkat lalu jatuhkan ke lantai
sebanyak 3 kali, ratakan permukaannya.
Dengan Rojokan
Silinder diisi dengan batu pecah 1/3 bagian, kemudian dirojok 25 kali demikian
hingga penuh dan tiap bagian dirojok 25 kali.
Permukaannya diratakan.
E. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 17
4. Percobaan Air Resapan Batu Pecah (ASTM C 127-88)
A. Tujuan
1. Timbangan 25 kg
2. Oven
D. Prosedur Pengujian
F. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 18
Campuran Agregat
A. Tujuan
D. Prosedur Pengujian
E. Pengambilan Data
TEKNOLOGI MATERIAL| 19
2. Percobaan Analisa Saringan Batu Pecah ( ASTM C 136-95a )
A. Tujuan
1. Timbangan 25 kg
2. Satu set ayakan ASTM, dengan diameter 3/2’’, 3/4’’, dan 3/8’’ bila perlu dengan
4,75’’ dan 2,38’’
3. Alat penggerak listrik
B. Prosedur Pengujian
3. Masukkan agregat kasar ke dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan di atas, dan digetarkan dengan mesin penggetar selama 10 menit.
4. Agregat kasar yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan ditimbang.
C. Pengambilan Data
Catatan :
Bila batu pecah yang tersedia sudah merupakan campuran maka untuk analisa saringan
ditimbang sebagai berikut :
a. Batu pecah/kerikil Ф max 38 mm sebanyak 15 kg
TEKNOLOGI MATERIAL| 20
BAB IV
HASIL ANALISA PRAKTIKUM
A. Tujuan
B. Pengambilan Data
PERCOBAAN NOMOR 1 2 3
Berat pasir asli (w1) 52,52 gram 52,2 gram 47,43 gram
Berat pasir oven (w2) 51,02 gram 50,83 gram 46,13 gram
Kelembaban pasir
2,94 % 2,69 % 2,82 %
(w2-w1)/w2x100%
Rata – rata
2,82 %
kelembaban pasir
PERCOBAAN 1
Kelembaban pasir =
= 2,94 %
TEKNOLOGI MATERIAL| 21
PERCOBAAN 2
Kelembaban pasir =
= 2,69 %
PERCOBAAN 3
Kelembaban pasir =
= 2,82 %
TEKNOLOGI MATERIAL| 22
PERCOBAAN BERAT JENIS PASIR
A. Tujuan
B . Pengambilan Data
PERCOBAAN NOMOR 1
Berat labu + pasir + air (W1) 1606,63
Berat pasir SSD 500
Berat labu + air (W2) 1279,56
Berat jenis pasir = 500/(500 + W2 – W1) 2,891
PERCOBAAN 1
Kelembaban pasir =
Kesimpulan :
Berdasarkan table dan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa besarnya berat jenis pasir dalam
kondisi SSD sebesar 2,89 gr/cm³. Berdasarkan ASTM C 128-78, nilai berat jenis pasir berkisar
antara 2,4 - 2,9 gr. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir memenuhi syarat sebagai material
campuran beton
TEKNOLOGI MATERIAL| 23
PERCOBAAN AIR RESAPAN PASIR
A. Tujuan
B. Pengambilan Data
PERCOBAAN NOMOR
1
Berat pasir SSD
500
Berat pasir oven (W1)
489,02
PERCOBAAN 1
= 2,24 %
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa besar kadar air resapan pasir
sebesar -15%. Berdasarkan ASTM C 128-93, nilai kadar air resapan pasir yang baik dibawah 2%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir tidak memenuhi syarat sebagai material campuran
beton
TEKNOLOGI MATERIAL| 24
PERCOBAAN BERAT VOLUME PASIR
A. Tujuan
Menentukan berat volume pasir baik dalam keadaan lepas maupun padat
B. Pengambilan Data
= 4,916 kg = 14,75 kg
= 4,666 kg = 14,00 kg
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa berat volume pasir dengan
rojokan sebesar 4916 gr/cm3 dan tanpa rojokan sebesar 4666 gr/cm3. Berdasarkan ASTM C 29-
91, nilai berat volume pasir berkisar antara 1,25 – 1,59 gr/cm3. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasir tidak memenuhi syarat sebagai material campuran beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 25
PERCOBAAN KELEMBABAN BATU PECAH
A. Tujuan
PERCOBAAN NOMOR 1 2 3
Berat Batu Pecah asli (w1) 50,15 gram 59,26 gram 55,65 gram
Berat Batu Pecah (w2) 49,53 gram 58,44 gram 54,78 gram
Kelembaban Batu Pecah
1,25 % 1,4 % 1,58 %
(w2-w1)/w2x100%
Rata rata kelembaban
1,41 %
Batu Pecah
Percobaan 1
–
Kelembaban Batu Pecah =
= 1,25 %
Percobaan 2
–
Kelembaban Batu Pecah =
= 1,4 %
TEKNOLOGI MATERIAL| 26
Percobaan 3
–
Kelembaban Batu Pecah =
= 1,58 %
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa kelembaban batu pecah sebesar
-1,41% (Kering). Berdasarkan ASTM C 556-89, nilai kelembaban batu pecah berkisar antara 1%
- 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa batu pecah tidak memenuhi syarat sebagai material
campuran beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 27
PERCOBAAN BERAT JENIS BATU PECAH
A. Tujuan
B . Pengambilan Data
PERCOBAAN NOMOR 1
Barat Ag. Kasar (W1) 2000 gram
Berat Ag. Kasar di airr (W2) 1189,11 gram
Berat jenis pasir = W1 / ( W1 – W2 ) 2,47 gr/cm3
PERCOBAAN 1
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa berat jenis batu pecah sebesar
2,47 gr/cm3. Berdasarkan ASTM C 127-88, nilai berat jenis batu pecah berkisar antara 2,4 – 2,9
gr/cm3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa batu pecah memenuhi syarat sebagai material
campuran beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 28
PERCOBAAN AIR RESAPAN BATU PECAH
A. Tujuan
B. Pengambilan Data
PERCOBAAN NOMOR
1
Berat batu pecah SSD
1000 gram
Berat batu pecah kering oven ( W )
977,35 gram
PERCOBAAN 1
= 2,069 %
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa air resapan batu pecah sebesar
2,069%. Berdasarkan ASTM C 127-89-93, nilai air resapan batu pecah berkisar antara 1% - 4%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa batu pecah memenuhi syarat sebagai material campuran
beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 29
PERCOBAAN BERAT VOLUME BATU PECAH
A. Tujuan
Menentukan berat volume batu pecah baik dalam keadaan lepas maupun padat
B. Pengambilan Data
= 5166 kg = 15,50 kg
= 4733 kg = 14,20 kg
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel dan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa berat volume batu pecah
dengan rojokan sebesar 5166 gr/cm3 dan tanpa rojokan sebesar 4733 gr/cm3. Berdasarkan ASTM
C 29-91, berat volume batu pecah berkisar antara 1,2 – 1,75 gr/cm3. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa batu pecah tidak memenuhi syarat sebagai material campuran beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 30
TES KONDISI DAN ANALISA AYAKAN PASIR
Lubang Pasir % %
Ayakan Tertinggal Lolos Spesifikasi
in/mm gram % E%
#4.76 79,24 7,92 7,92 92,08 90-100
#2.38 59,99 5,99 13,91 86,09 80-100
#1.19 107,45 10,7 24,61 75,39 50-85
#0.59 223,6 22,3 46,91 53,09 25-60
#0.297 445,09 44,5 91,41 8,59 10-30
#0.149 80,15 8,02 99,43 0,57 0,5-5
PAN 0 0 0
Jumlah 995,52 99,43 284,19
Fm Pasir :
= 2,9
FM
Pembahasan :
% = Agregat / 1000 x 100 %
% lolos = 100% - E%
Fm Pasir = Jumlah E% / 100
Kesimpulan :
Berdasarkan ASTM C 1366-95a Fm Pasir 2,3-3,1. Dari hasil di lapangan didapat Fm Pasir 2,8419 = 2,9 sehingga pasir
memenuhi syarat sebagai material campuran beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 31
TES KONDISI DAN ANALISA AYAKAN PASIR
Lubang
Ayakan Batu Pecah % Lolos
in/mm Tertinggal
gram % E%
#3" 0 0 0 100
#1½" 0 0 0 100
#¾" 181,79 9,09 9,09 90,91
#3/8" 1286,78 64,76 73,85 26,15
#4.76 458,41 25,92 99,77 0,23
#2.38 0 0 99,77 0,23
#1.19 0 0 99,77 0,23
#0.59 0 0 99,77 0,23
#0.0297 0 0 99,77 0,23
#0.149 0 0 99,77 0,23
PAN 0 0 0,00
Jumlah 1926,98 99,77 681,56
Fm Batu Pecah : FM = 6,81
Pembahasan :
% = Agregat / 1926,98 x 100%
% Lolos = 100% - E%
Fm kr = jumlah E% / 100
TEKNOLOGI MATERIAL| 32
4.2 Mix Desain
Penyelesaikan
1. Kuat karakteristik beton fc’ = 30 Mpa pada umur 28 hari
2. Standar Deviasi diketahui S = 65 kg/cm2
Persentase cacat yang digunakan = 5 % (1,64 )
TEKNOLOGI MATERIAL| 33
4. kekuatan rata rata yang hendak di capai = 30 + 10
= 40 Mpa
5. Mutu semen yang digunakan = semen type 1
6. Jenis agregat halus = Pasir alami Zona IV
Jenis agregat kasar = Batu Pecah
7. Faktor air semen = 0,47
TEKNOLOGI MATERIAL| 34
Nilai Faktor
Kondisi Lingkungan Jumlah Semen Minimum PC Air Semen
m3 beton ( kg ) Maksimum
TEKNOLOGI MATERIAL| 35
8. Faktor Air Semen Maksimum = 0,6
9. Slump test = 8 cm
10. Ukuran Agregat maksimum = 30 mm
11. Kadar air bebas = 205
= 436 kg/m3
TEKNOLOGI MATERIAL| 36
19. Agregat gabungan = berat jenis beton –( kadar semen + kadar air )
= 2410 – (436 + 205 )
= 1769 kg/m3
20. Kadar agregat halus = 45 % x 1769
= 796 kg/m3
21. Kadar agregat kasar = 1769 – 796
= 973 kg/m3
=5
=6
Setelah koreksi:
= 206
= 801
= 967
TEKNOLOGI MATERIAL| 37
Cek jumlah bahan
TEKNOLOGI MATERIAL| 38
VOLUME 6
NO JENIS BERAT KOREKSI
BENDA UJI
2410 kg 2410 kg 77 kg
TOTAL
TEKNOLOGI MATERIAL| 39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN : Setelah dilakukan tahap perhitungan perencanaan beton dan pembuatan benda
uji, serta analisi yang dilakukan terhadap bahan bahan campuran beton maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Dalam setiap perencaanan Mix Design beton harus dilakukan analisa bahan
campuran terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan dan spesifikasi dari
masing masing bahan campuran beton.
2. Diperlukannya perencanaan mix design beton yang akurat untuk membuat
beton yang memiliki daya tahan dan juga ekonomis.
3. Dari hasil praktikum Tekhnologi Material ini diharapkan agar dapat
merencanakan Beton yang sesuai dengan kegunaannya nanti. Sehingga beton
yang digunakann nantinya memiliki daya tahan yang sesuai dengan kebutuhan
bangunan dan dapat bertahan untuk waktu yang lama serta memiliki harga yang
ekonomis.
SARAN : Agar didapatkan hasil Beton dengan kuat tekan sesuai dengan yang di
inginkan maka diperlukan perhitungan yang teliti dan dengan hati hati. Dan
untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang sesuai dengan kuat tekan yang
diharapkan dibutuhkan kerjasama yang baik, ketelitian dan juga keseriusan
dalam pembuatan beton.
TEKNOLOGI MATERIAL| 40
DAFTAR PUSTAKA
https://novotest.id/pengertian-semen-dan-klasifikasinya/
https://hizrian.medium.com/pengertian-agregat-dan-klasifikasinya-342a92049a98
https://dwikusumadpu.wordpress.com/tag/syarat-air-untuk-pembuatan-
beton/#:~:text=Penggunaan%20air%20untuk%20beton%20sebaiknya,lebih%20dari%201
5%20gr%2Fltr.
TEKNOLOGI MATERIAL| 41