BAHAN STRUKTUR
DIKERJAKAN OLEH
KELOMPOK 9 :
1. WAHYU KURNIAWAN (110018068)
2. WIBOWO (110018101)
3. MEYLAN EWINDO HYA MANDACAN (110018092)
4. HENOK PANGKUREI (110018040)
5. MARINUS RIVALDO SELO MALI (110018014)
6. MELTIAN HASIHOLAN SIHOMBING (110018110)
LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN STRUKTUR
Dikerjakan oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta hidayah-NYA
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Struktur pada mata
kuliah Bahan Struktur dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Secara Akademis, pembuatan serta penyusunan Laporan Praktikum ini merupakan
hasil akhir pada Praktikum Bahan Struktur yang telah dilaksanakan pada tanggal 18
November s.d. 19 November 2020 di Laboratorium Bahan Struktur Program Studi Teknik
Sipil ITNY.
Harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada
diri penyusun pribadi maupun rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil sebagai pembelajaran
serta pemahaman pada mata Bahan Struktur dan kedepan sebagai modal dalam dunia kerja.
Bersama ini juga penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada :
1. Ibu Lilis Zulaicha, ST, MT selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah serta Penanggung
Jawab Praktikum Bahan Struktur.
2. Bapak Joko Priyono selaku Staff Laboratorium Bahan Struktur.
3. Saudara Rudy Ermawan Sumpeno dan Saudara Rifki Maulana P selaku Asisten
Dosen Praktikum Bahan Struktur.
4. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil ITNY, yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini tentu masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran membangun penyusun harapkan, demi perbaikan serta
penyempurnaan laporan ini serta sebagai pelajaran bagi penyusun untuk pembuatan laporan
lainnya di masa yang akan datang.
Yogyakarta , 29 Desember 2020
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………..…… i
Halaman Pengesahan………………………………………………..…… ii
Kata Pengantar …………………………………………………………..... iii
Daftar Isi………………………………………………………………..…. iv
A. LatarBelakang……………………………………………………..….. 1
B. TujuanPraktikum……………………………..……………….………. 2
C. JenisPraktikum…………………………………..……………………. 2
1. Pemeriksaan berat satuan/berat isi agregat halus…..…………….....3
2. Pemeriksaan berat satuan/berat isi agregat kasar…..…………......... 8
3. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus……….... 13
4. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar……….... 19
5. Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus/pasir……………………... 24
6. Pemeriksaan kadar air agregat halus…………………….……..…...27
7. Pemeriksaan kadar air agregat kasar……………….…………..…...31
8. Pemeriksaan gradasi agregat kasar………………….…………...… 36
9. Pemeriksaan kadar lumpur …...........…………………………..…...41
10. Pemeriksaan nilai slump………………………………………...…. 46
11. Pengujian kuat tarik baja beton………………………………...….. 52
12. Pengujiankuat tekan beton………………………………………... 57
Daftar Pustaka…………………………………………………….…......… 62
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. JENIS PRAKTIKUM
Adapun pengujian-pengujian yang dilakukan dalam Praktikum Bahan Struktur
ini antara lain sebagai berikut :
1. Pemeriksaan berat satuan agregat halus
2. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar
3. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
4. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
5. Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus/pasir
6. Pemeriksaan kadar air agregat halus
7. Pemeriksaan gradasi agregat halus
8. Pemeriksaan gradasi agregat kasar
9. Pemeriksaan nilai slump (Slump Test)
10. Pengujian kuat tekan beton
11. Pengujian kuat tarik baja beton
12. Pengujian kadar lumpur pasir
DASAR TEORI :
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat satuan butir agregat
dengan isi / volume agregat. Pemeriksaan berat satuan agregat dimaksudkan untuk
menentukan berat jenis agregat halus (pasir).
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan berat volume air, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat
agregat dalam keadaan padat dengan berat volume air.
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan atau isi suatu contoh
agregat halus dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Berat satuan : perbandingan antara berat agregat dan volume pasir termasuk pori-
pori antara butirannya
3. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 - 3,8
b. Kadar lumpur maksimum 5 %
c. Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3 %, tidak melebihi warna
larutan pembanding.
BAHAN dan ALAT :
Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu siapkan bahan dan alat-alat berikut
ini.
Bahan :
a. Agregat halus
b. Air bersih
Alat :
a. Bejana berbentuk silinder
b. Tongkat tusuk
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
d. Sendok dan pisau aduk
e. Alat bantu lain
LANGKAH KERJA :
Setelah bahan dan alat-alat tersedia, kemudian lakukan pengujian menurut langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Berat isi gembur (shoveled)
1. Timbang berat bejana kosong
2. Timbang berat bejana penuh berisi air
3. Tuangkan air keluar dan bejana dilap dengan kain sampai kering
4. Isikan agregat halus ke dalam bejana hingga permukaan agregat halus kira-
kira 5 cm diatas permukaan bejana
5. Ratakan permukaan agregat halus dengan menggunakan pisau aduk hingga
permukaan agregat halus rata dengan bibir atas bejana
6. Timbang berat bejana berisi agregat halus tersebut
7. Hitunglah berat satuan atau isi agregat halusnya.
b. Berat isi padat (rodded)
1. Timbang berat bejana kosong.
2. Timbang berat bejana penuh berisi air.
3. Tuangkan air dari bejana dan keringkan bejana tersebut dengan kain lap.
4. Isikan agregat halus ke dalam bejana dalam tiga lapisan/tahap, sebagai berikut :
a. Isi sepertiga dari bejana, tusuk-tusuk 25 kali, kemudian ratakan.
b. Tambahkan agregat halus ke dalam bejana itu sampai setinggi 2/3 bagian,
tusuk-tusuk 25 kali lalu ratakan.
c. Tambahkan agregat halus hingga bejana penuh dan tusuk-tusuk 25 kali.
5. Tambahkan agregat halus sehingga tingginya menjadi kira-kira 5 cm diatas
bibir bejana, lalu ratakan dengan tongkat atau mistar hingga agregat halus
setinggi bibir bejana.
6. Timbanglah bejana penuh agregat halus tadi.
7. Hitunglah berat satuan atau isi agregat halusnya.
DATA PENGAMATAN :
HITUNGAN :
Jika : W1 = berat bejana kosong ( gram )
W2 = berat bejana penuh air ( gram )
W3 = berat bejana penuh agregat halus ( gram )
Maka berat satuan/isi agregat halus, dihitung sebagai berikut :
Berat air (A) =( W2 - W1 ) = Volume air ( ) = Volume bejana ( )
ANALISIS :
TABEL PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT HALUS
Percobaan
No. Keterangan Satuan
1
Data tempat
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 320 gram
2 Diameter 10,6 cm
3 Tinggi 14,365 cm
4 Volume 1268,183 cm3
Hasil uji
Kondisi gembur ( shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1550 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 2220 gram
3 A = Berat ( W2 - W1 ) 1230 gram
4 B = Berat agregat halus ( W3 - W1 ) 1900 gram
5 Berat satuan/isi agregat halus ( B / A ) 1,545 gram
6 Berat satuan/isi agregat halus rata - rata gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1550 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus (W3 ) 2360 gram
3 A = Berat ( W2 - W1 ) 1230 gram
4 B = Berat agregat halus ( W3 - W1 ) 2040 gram
5 Berat satuan/isi agregat halus ( B / A ) 1,659 gram
6 Berat satuan/isi agregat halus rata - rata gram
ANALISIS :
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung berat satuan dari agregat halus pada
kondisi gembur dan kondisi padat. Perbedaan dari setiap kondisi terletak pada metode
pengujian yang berbeda. Dimana untuk kondisi gembur itu agregat halus langsung
dimasukkan kedalam bejana sedangkan kondisi padat dilakukan pemadatan terlebih
dahulu dengan ditusuk-tusuk.
Pemeriksaan berat isi agregat halus ini ditinjau dari dua kondisi, yakni kondisi
gembur (sholved) dan dipadatkan (rodded) yang menghasilkan nilai berat satuan
berbeda dimana selisihnya tidak terlalu signifikan. Pada kondisi gembur (sholved)
masih terdapat banyak rongga kosong dikarenakan agregat halus langsung dimasukkan
ke bejana tanpa ada pemadatan terlebih dahulu. Lain halnya dengan kondisi dipadatkan
(rodded) dimana tidak adanya rongga kosong karena dilakukan penusukan pada agregat
didalam bejana. Adapun faktor yang mempengaruhi pada pengujian ini yakni merata
tidaknya penumbukan pada agregat tersebut, kuat tidaknya penumbukan yang dilakukan
serta sebaran dari butiran-butiran agregat halus.
KESIMPULAN :
Berdasarkan pengujian berat satuan agregat halus yang telah dilakukan,
didapatkan nilai dari berat satuan pada setiap kondisi sebesar:
Gembur (sholved) = 1,545
Dipadatkan (rodded) = 1,659
Dari dua kondisi tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa agregat halus dalam
kondisi dipadatkan memiliki nilai berat satuan lebih besar dari kondisi gembur. Hal ini
dikarenakan pada kondisi padat telah dilakukan pemadatan dengan cara ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian dari bejana silinder. Sehingga menyebabkan rongga-
rongga disela-sela agregat halus akan berkurang dan akan terisi oleh butiran-butiran
pasir. Berbeda dengan kondisi gembur yang mana rongga kosong masih banyak
dikarenakan butiran-butiran pasir masih belum mengisi rongga kosong secara
sempurna.
DASAR TEORI :
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat satuan butir
agregat dengan isi / volume agregat. Pemeriksaan berat satuan agregat dimaksudkan
untuk menentukan berat jenis agregat kasar serta mengetahui kemampuannya dalam
menyerap air.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan berat volume air, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat
agregat dalam keadaan padat dengan berat volume air.
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan suatu contoh agregat kasar
dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari bantuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40mm (No.1,5 inci).
2. Berat satuan/berat isi : perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori-
pori antara butirannya.
A. Berat Satuan isi Gembur (shoveled)
BAHAN dan ALAT :
1. Agregat kasar/krikil alam
2. Bejana berbentuk silinder
3. Air bersih
4. Timbangan
LANGKAH KERJA :
DATA PENGAMATAN :
No. Keterangan Percobaan I Satuan
Data tempat
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 250 gram
2 Diameter 9,970 cm
3 Tinggi 14,320 cm
Kondisi gembur ( shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1320 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 1815 gram
Kondisi dipadatkan( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1320 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 1825 gram
HITUNGAN :
Jika : W1 = berat bejana kosong ( gram )
W2 = berat bejana penuh air ( gram )
W3 = berat bejana penuh agregat kasar ( gram )
ANALISIS :
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung berat satuan dari agregat kasar pada
kondisi gembur dan kondisi padat. Perbedaan dari setiap kondisi terletak pada metode
pengujian yang berbeda. Dimana untuk kondisi gembur itu agregat kasar langsung
dimasukkan kedalam bejana tanpa pemadatan sedangkan kondisi padat dilakukan
pemadatan terlebih dahulu dengan ditusuk-tusuk.
Pemeriksaan berat isi agregat kasar ini ditinjau dari dua kondisi, yakni kondisi
gembur (sholved) dan dipadatkan (rodded) yang menghasilkan nilai berat satuan
berbeda dimana selisihnya tidak terlalu signifikan. Pada kondisi gembur (sholved)
terdapat banyak rongga kosong dikarenakan agregat kasar langsung dimasukkan ke
bejana tanpa ada pemadatan terlebih dahulu. Lain halnya dengan kondisi dipadatkan
(rodded) dimana tidak ada rongga kosong dikarenakan telah dilakukan penusukan pada
agregat didalam bejana. Adapun faktor yang mempengaruhi pada pengujian ini yakni
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman12
2020
merata tidaknya penumbukan pada agregat tersebut, kuat tidaknya penumbukan yang
dilakukan serta sebaran dari agregat kasar tersebut.
KESIMPULAN :
Berdasarkan pengujian berat satuan agregat kasar yang telah dilakukan,
didapatkan nilai dari berat satuan pada setiap kondisi sebesar:
Gembur (sholved) = 1,463
Dipadatkan (rodded) = 1,472
Dari dua kondisi tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa agregat kasar dalam
kondisi dipadatkan memiliki nilai berat satuan lebih besar dari kondisi gembur. Hal ini
dikarenakan pada kondisi padat telah dilakukan pemadatan dengan cara ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian dari bejana silinder. Sehingga menyebabkan rongga-
rongga disela-sela agregat kasar akan berkurang dan akan terisi oleh agregat tersebut.
Berbeda dengan kondisi gembur yang mana rongga kosong masih banyak dikarenakan
agregat kasar masih belum mengisi rongga kosong secara sempurna.
PERCOBAAN NO. 03
DASAR TEORI :
Berat jenis agregat adalah rasio perbandingan antara massa padat agregat dan
massa air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan
agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh
permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).
MAKSUD :
Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu
contoh agregat halus, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Berat jenis : perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material
terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan.
Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi.
a. Berat jenis curah kering : perbandingan antara berat dari satuan volume
agregat (termasuk rongga yang impermeable dan permeable di dalam butir
partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu
temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung
dalam volume yang sama pada pada suatu temperatur tertentu.
b. Berat jenis curah jenuh kering permukaan : perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250 C.
c. Berat jenis semu/apparent ( : perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 250 C.
PELAKSANAAN :
1. Isi piknometer dengan air sampai line terakhir dan ditimbang (B)
2. Kemudian keluarkan air dari piknometer dan dibersihkan luar dalam
DATA PENGAMATAN :
HITUNGAN :
Keterangan : W1 = berat piknometer ( gram )
W2 = berat piknometer berisi agregat halus ( gram )
W3 = berat piknometer berisi agregat halus dan air ( gram )
W4 = berat piknometer berisi air ( gram )
a. Berat jenis curah kering
Perhitungan berat jenis curah kering (Sd),dengan rumus berikut ini :
Berat jenis curah kering =
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
(gram)
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
Keterangan :
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
(gram)
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
c. Berat jenis semu (apparent)
Lakukan perhitungan berat jenis semu (Sa),seperti berikut ini :
Berat jenis semu=
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
(gram)
d. Penyerapan air
Perhitungan presentase penyerapan air (Sw),dengan cara :
Penyerapan air =
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
S= Berat benda uji kondisi SSD/ jenuh kering permukaan (gram)
PERHITUNGAN:
KESIMPULAN :.
Berdasarkan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus yang telah
dilakukan, didapatkan nilai dari berat jenis pada setiap keadaan sebesar:
Berat jenis curah kering ( Sd ) = 2,600
Berat jenis curah jenuh kering permukaan ( Ss ) = 2,667
Berat jenis semu ( Sa ) = 2,788
Dari ketiga hasil tersebut, agregat halus yang diuji dinyatakan memenuhi syarat
karena berada pada rentang 2,4 – 2,9. Sementara penyerapan air agregat halus sebesar
2,567 % jika kita melihat persyaratan dimana nilai penyerapan air maksimal 5% maka
penyerapan air agregat memenuhi syarat. Sehingga disimpulkan bahwa agregat halus
tersebut bisa digunakan sebagai campuran beton.
ANALISIS:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghitung berat jenis dan penyerapan air
agregat halus yang mana akan digunakan sebagai bahan pembuat beton. Berat jenis
agregat sendiri akan berbeda-beda pada setiap keadaan hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya air yang terkandung pada agregat. Misalnya pada keadaan curah kering
memiliki nilai berat jenis yang paling kecil dikarenakan kandungan air pada agregat
sangat sedikit setelah dilakukan pengeringan dengan oven. Berbeda dengan kondisi
berat jenis semu dimana agregat berada pada keadaan kenyang air sehingga memiliki
berat jenis yang paling besar.
Agregat halus yang diuji memiliki penyerapan air yang sesuai dengan
persyaratan dikarenakan agregat tersebut berada pada kondisi ideal berkaitan dengan air
yang dikandung oleh agregat. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan
beton.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 3 : Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
PERCOBAAN NO. 04
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
DASAR TEORI :
Berat jenis agregat adalah rasio perbandingan antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan
agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh
permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).
MAKSUD :
Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu
contoh agregat kasar, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 4,75 mm (No.4 inchi) sampai 40 mm (No. inchi)
2. Berat jenis : perbandingan antara berat dari suatu volume dari suatu material
terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan.
Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi.
a. Berat jenis curah kering ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan jenuh pada
suhu 25º C.
b. Berat jenis permukaan jenuh ialah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
c. Berat jenis semu/apparent ( ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan
kering
pada suhu 25ºC.
3. Penyerapan air ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
4. Syarat mutu agregat kasar
ukuran nominal maksimum 37,5 mm (saringan No. inci) atau lebih kecil,
dan wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum
agregat yang lebih besar.
3. Tangki/tandon air : Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh benda uji dan
wadahnya akan ditempatkan dengan benar-benar terendam ketika digantung
dibawah timbangan, dilengkapi dengan suatu saluran pengeluaran untuk menjaga
agar ketinggian air tetap.
4. Alat penggantung (kawat) : kawat untuk menggantung wadah contoh benda uji
haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk memperkecil seluruh
kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
5. Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memiliki kapasitas yang
sesuai,dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai
temperatur (110+5) .
6. Alat bantu lain
PELAKSANAAN :
1. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selam 24 ± 4 jam.
2. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan harus satu persatu.
3. Timbang benda kering- permukaan jenuh (B) sebanyak 3 kg.
DATA PENGAMATAN :
HITUNGAN :
1. Berat jenis curah kering
0
Lakukan perhitungan berat jenis curah kering (Sd) pada temperatur air 23 C
dengan rumus sebagai berikut :
Berat jenis curah kering =
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan diudara (gram)
C = Berat uji dalam air(gram)
2. Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan/SSD)
Lakukan perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) pada
0
temperatur air 23 C :
Berat jenis curah jenuh kering permukaan =
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
C = Berat uji dalam air(gram).
4. Penyerapan air
Perhitungan presentase penyerapan air (Sw),dengan cara :
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
ANALISIS :
Rata -
No. Perhitungan Rumus I II Satuan
rata
1 Berat jenis curah kering ( Sd A
) 2,315 2,257 2,286 Gram
(B−C )
2 Berat jenis curah jenuh kering B
permukaan ( Ss ) 2,350 2,291 2,320 Gram
(B−C )
3 Berat jenis semu ( Sa ) A
2,398 2,336 2,367 Gram
( A−C)
4 Penyerapan air ( Sw ), % (B− A)
X 100 % 1,5 1,5 1,5 %
A
ANALISIS:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghitung berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar yang mana akan digunakan sebagai bahan pembuat beton. Berat jenis
KESIMPULAN :.
Berdasarkan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar yang telah
dilakukan, didapatkan nilai dari berat jenis pada setiap keadaan sebesar:
Berat jenis curah kering ( Sd ) = 2,286
Berat jenis curah jenuh kering permukaan ( Ss ) = 2,320
Berat jenis semu ( Sa ) = 2,367
Dari ketiga hasil tersebut, agregat kasar yang diuji dinyatakan tidak memenuhi
syarat karena berada dibawah rentang 2,5 – 2,7. Sementara penyerapan air agregat
kasar sebesar 1,5 % jika kita melihat persyaratan dimana nilai penyerapan air maksimal
3% maka penyerapan air agregat memenuhi syarat. Sehingga disimpulkan bahwa
agregat kasar tersebut tidak dianjurkan digunakan sebagai campuran beton,
dikarenakan berat jenis agregat kasar yang tidak memenuhi syarat.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 4 : Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Wahyu Kurniawan = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mencatat data benda pengujian dan hasil pengujian
Meltian Hasiholan
= Menyiapkan dan menimbang benda uji
Sihombing
Meylan Ewindo Hya = Menimbang dan mengeringkan benda uji dng handuk
PERCOBAAN NO. 05
PEMERIKSAAN KONDISI SSD
AGREGAT HALUS /PASIR
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa kondisi jenuh kering muka suatu contoh
agregat halus/pasir, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus: Pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
KESIMPULAN :
Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel agregat halus yang dimasukkan
ke dalam kerucut didapatkan bahwa sampel tersebut tergolong SSD namun cenderung
ANALISIS
Pada pengujian yang sudah dilakukan didapatkan bahwa agregat halus
dalam kondisi SSD. Dimana agregat ini memiliki kandungan air ideal yang tidak
menyebabkan penambahan ataupun pengurangan dalam beton. Adapun faktor yang
mempengaruhi hasil dari pengujian ini yakni perlakuan terhadap pasir pada saat
diangin-anginkan yang kurang tepat dan kuat lemahnya pada saat penumbukan.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 5 : Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus
Henok Pangkurei = Menganalisa data hasil pengujian
PERCOBAAN NO. 06
DASAR TEORI :
Kadar air merupakan persentase kandungan air pada suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis) . Maka Jumlah air
yang di ketahui sangat mempengaruhi kandungan air dalam agregat pada saat
malakukan campuran beton. Agregat yang basah akan mudah membuat pengadukan
campuran beton lebih basah begitu sebaliknya.
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa kadar air suatu contoh agregat
halus/pasir, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
Agregat halus adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortal (adukan) beton, atau didefinisikan sebagai bahan yang di
pakai sebagai pengisi, di pakai Bersama dengan bahan perekat dan bentuk suatau
massa yang keras, padat Bersatu yang disebut beton. pasir alam sebagai bahan alami
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu yang mempunyai
ukuran butir sebesar 4,75mm (No.4)
1. Pengujian kadar air pasir contoh
Dalam pengujian kadar air pasir, bahan dan alat yang di perlukan
sebagi berikut :
a. Bahan dan alat
1. Pasir contoh yang akan diuji
2. Timbangan dengan ketelitian yaitu 0,1 gram
3. Oven
4. Tempat pasir/cawan
5. Sendok
b. Langkah kerja
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman31
2020
1. Ambil dari contoh pasir yang tersedia dengan cara kuartering kira-kira
sebanyak 500 gram
2. Timbang pasir contoh dengan cawannya seberat W2 gram, buatlah secara
duplo (dua percobaan terpisah).
0
3. Keringkan pasir dalam oven, dengan suhu 105 C selama 24 jam atau
sampai beratnya tetap.
4. Keluarkan dari dalam oven kemudian sampel didinginkan selanjutnya
masing-masing contoh uji pasir beserta cawannya ditimbang, W3 gram.
5. Hitung pasir kadar air contoh tersebut.
2. Pengujian kadar air pasir dalam keadaan SSD
Kadar air pasir dalam keadaan SSD biasa disebut dengan penyerapan air oleh
agregat halus / pasir
a. Bahan dan alat
1. Kerucut terpancung dari kuningan (kerucut uji pasir SSD)
2. Alat penumbuk uji pasir SSD
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Cawan/tempat pasir
5. Sendok
6. Ember dan air bersih
7. Goni
8. Oven
b. Langkah kerja
1. Ambil pasir contoh sebanyak kira-kira 500 gram
2. Rendam pasir tersebut dalam air bersih selama 24 jam
3. Buang air dalam ember, tempatkan pasir di atas goni dan ratakan agak
tipis, serta diangin-anginkan dalam ruangan yang terlindung dari sinar
matahari langsung
4. Jika pasir sudah dalam keadaan SSD, ambil sebagian contohnya dan
masukan kedalam cawan dan timbanglah beratnya, W2 gram, buatlah
pengujian secara duplo
5. Keringkan pasir dengan suhu 105° C, sampai beratnya tetap
DATA PENGAMATAN :
HITUNGAN :
Jika :
W1 = berat cawan kosong ( gram )
W2 = berat cawan dengan contoh pasir uji ( gram )
W3 = berat cawan dengan contoh pasir uji kering oven (
gram ) Maka untuk mencari kadar air pasir contoh menggunakan
rumus :
Jika berat cawan kosong = W1 gram, maka :
Kadar air pasir SSD
KESIMPULAN :
Kadar air sangat penting dalam agregat yang sudah di uji. Hal yang harus di
perhatikan dalam menghitung kadar air dalam agregat sebagai: perbedaan dari berat
agregat sebelum kondisi SSD dan berat agregat sesudah di masukan dalam oven dan
ANALISA
Kadar air agregat halus yang perlu di lihat sesuai ketentuan, harus melebihi dari
3 % yang diuji jika kurang dari 3% hal ini dapat menyebabkan agregat halus yang akan
sangat kering dan tidak sesuai standar SNI yang sudah di tentukan. Sehingga apabila
digunakan pada campuran beton akan mengakibatkan beton mudah pecah. Oleh karena
itu, jika agregat halus akan digunakan sebagai bahan campuran sebaiknya kadar air
ditingkatkan terlebih dahulu agar campuran beton maksimal dengan hal syarat yang
sudah di tentukan.
DASAR TEORI :
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat . Gradasi
agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan
workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Gradasi agregat ditentukan dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus
melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawat
dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi pesegi
dari saringan tersebut. Agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkan suatu
butiran yang mempunyai kemampatan yang tinggi agar mempunyai kualitas tahan kuat
beton.
MAKSUD:
Maksud percobaan gradasi agregat adalah menentukan distribusi ukuran
butiran batu yang sesaui saringan pada suatu contoh agregat halus dengan pengertian
sebagai berikut :
1. Agregat halus: pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Gradasi adalah : distribusi ukuran butiran agregat.
3. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5-3,80
b. Kadar lumpur maksimum 5%.
c. Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3%, tidak melebihi warna
larutan pembanding.
LANGKAH KERJA :
1. Ambillah contoh agregat halus yang tersedia.
0
2. Keringkan agregat halus dalam oven sampai beratnya tetap pada suhu 105 C.
3. Timbang agregat halus kering oven seberat 0.1 gram.
4. Bersihkan semua ayakan yang akan dipakai dengan menggunakan sikat agar
dalam ayakan tidak terdapat sisa-sisa agregat halus.
5. Masukkan agregat halus ke dalam ayakan standar yang tersusun menurut
diameter-diameter sebagai berikut : 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60
mm, 0,30 mm, 0,15 mm, dan 0,075mm, dengan diameter terbesar paling atas.
6. Ayaklah agregat halus tersebut dengan menggunakan mesin penggetar ayakan
selama 5 menit.
7. Tuangkan agregat halus yang tertinggal pada masing-masing ayakan pada cawan
yang telah diberi nomor agar tidak salah data. Ayakan harus sebersih-bersihnya
dapat dilakukan agar tidak ada agregat halus yang tertinggal pada ayakan.
8. Timbanglah sisa di atas masing-masing ayakan tersebut.
9. Hitung Modulus Kehalusan Butir agregat halus contoh yang telah dikerjakan.
DATA PENGAMATAN :
ANALISIS :
Lubang Berat Persen Persen Persen lolos Batas Batas
No. Bawah Atas
ayakan ( mm tertinggal ( gram tertinggal ( % ) tertinggal komulatif ( %
1 9.50 0 0,000 0,000 100 0 0
2 4.75 10 1,015 1,015 98,985 0 10
3 2.36 45 4,569 5,584 94,416 12 40
4 1.18 70 7,107 12,690 87,310 60 79
5 0.60 230 23,350 36,041 63,959 75 100
6 0.30 405 41,117 77,157 22,843 85 100
7 0.15 190 19,289 96,447 3,553 90 100
8 0.075 35 3,553 100 0,000 100 100
Jumlah 985 100 228,934
Modulus halus butir ( mhb ) 2,289
KESIMPULAN :
Data Analisa yang lolos dalam ayakan dapat diketahui kualitas gradasi yang
baik dan buruk dalam ayakan bisa dapat kita ketahui. Di lihat pada nomor saringan
maka dapat kita simpulkan bawah bahan kualitas kehalusan dari agregat tersebut baik
untuk di pakai, Grafik hasil perhitungan ada pada tabel Analisis agregat yang sudah di
tetapkan pada standar SNI-03-2847-2002.
Berdasarkan hasil percobaan yang sudah di lakukan dapat di klasifikasi dengan
ketentuan standar SNI-03-2847-2002, maka yang di lihat hasil gradasi pasir yang
sudah diuji sesuai dengan nomor-nomor saringan berada pada zona III dengan
Modulus Halus Butir (MHB) 2,289 hasil tersebut sudah memenuhi syarat bila
dibandingkan dengan persyaratan 1,5 – 3,80. Maka hasil tersebut memenuhi
syarat yang sudah di tentukan.
100
90
80
Butiran Lolos ( %)
70
60
50
40
30
20
10
0
0.08 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
ANALISIS
Berdasarkan kurva gradasi agregat halus yang telah dibuat menunjukan
bahwa agregat halus tersebut cukup ideal karena berada diantara batas atas dan
batas bawah kurva gradasi ideal agregat halus. Dengan demikian menunjukkan bahwa
agregat halus yang telah diuji merupakan heterogen. D i m a n a pembagian butir
(gradasi) agregat cukup merata.
PEMBAGIAN JOBDESK
DASAR TEORI :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat kasar dengan menggunakan ayakan. Gradasi agregat kasar ialah distribusi
ukuran butiran dari agregat kasar. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang
sama ( seragam ) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiran bervariasi
akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori di
antara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit. Hal ini
mempengaruhi Agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkan suatu
butiran yang memiliki kemampatan tinggi sehingga hanya membutuhkan sedikit
bahan pengikat beton yang sudah di buat.
MAKSUD:
Maksud dari percobaan tersebut untuk menentukan distribusi ukuran butiran pada
suatu contoh agregat kasar dengan pengertian percobaan sebagai berikut:
1. Agregat kasar : Kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
LANGKAH KERJA :
a. Ambil agregat dari contoh yang tersedia, sebanyak kira-kira 200 gram.
0
b. Keringkan agregat kasar dalam oven sampai beratnya tetap pada suhu 105 C.
c. Ambil agregat dari oven dan masukkan kedalam desikator untuk mendiginkan.
d. Ambil agregat dari dalam desikator dan timbang beratnya.
e. Susunlah ayakan berurutan dengan diameter terbesar di bagian paling atas.
f. Masukkan agregat kering oven tadi ke dalam ayakan yang paling atas.
g. Ayaklah agregat dengan mesin penggetar selama 3 menit.
h. Tuangkan berat tertahan di masing – masing ayakan hingga dalam ayakan tidak
ada agregat tertinggal. Jangan lupa beri nomor ayakan pada setiap tempat sisa
ayakan berurutan dari ayakan yang paling atas.
i. Timbang berat tertahan pada masing – masing ayakan tersebut.
j. Masukkan ke dalam tabel perhitungan yang tersedia.
k. Hitung modulus halus agregat kasar.
DATA PENGAMATAN :
Lubang Berat
No. ayakan (mm) tertinggal (gram)
1 75 0
2 50 0
3 37,5 0
4 30 0
5 25 5
6 19 75
7 12 345
8 9,5 290
9 4,75 260
10 2,36 15
Jumlah 990
a. Buatlah tabel dengan kolom – kolom berurutan dari kiri : Nomor, diameter
ayakan (mm), berat tertinggal (gram), persen tertinggal, persen tertinggal
komulatif, persen lolos komulatif.
b. Isikan hasil uji di atas pada kolom 2 : berat tertinggal (gram)
c. Jumlahkan semua berat tertahan (berat tertinggal) ayakan. Jumlah ini boleh
berubah dari berat sebelum diayak tetapi kelebihan/kekurangannya tidak boleh
lebih dari 5% berat semula.
d. Isi kolom ke tiga dengan mengubah angka – angka kolom kedua dalam persen
berdasarkan atas jumlah nyata dari hasil uji.
e. Untuk mengisi kolom-kolom selanjutnya sama dengan cara menentukan
kehalusan butir pada agregat halus.
ANALISIS DATA :
Lubang Berat tertinggal Persen Persen Persen lolos Batas Batas
No. ( gram )
ayakan ( mm tertinggal ( % tertinggal komulatif ( % Bawah Atas
1 75 0 0 0 100 100 100
2 50 0 0,000 0,000 100,000 100 100
3 37,5 0 0,000 0,000 100,000 95 100
4 30 0 0,000 0,000 100,000 25 55
5 25 5 0,505 0,505 99,495 0 10
6 19 75 7,576 8,08 91,919 0 0
7 12 345 34,848 42,93 57,071 0 0
8 9,5 290 29,293 72,22 27,778 0 0
9 4,75 260 26,263 98,48 1,515 0 0
10 2,36 15 1,515 100,00 0,000 0 0
Jumlah 990 100 322,222
Modulus halus butir ( mhb ) 3,222
KESIMPULAN :
Maka dapat disimpulkan berdasarkan data hasil percobaan sesuai tabel di atas,
dilihat pada percobaan dapat mengacu pada SNI S-04-1989-F yang di ambil dari
SNI 03-2847-2002, dapat di ketahui bahwa agregat kasar tersebut memiliki modulus
halus butir (mhb) sebesar 3,222 maka tidak memenuhi syarat yang sudah di tentutakn
bila dibandingkan dengan persyaratan 6 –7. Sehingga agregat kasar tersebut tidak
dapat memenuhi syarat yang sudah di tentukan sesuai standar SNI.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2.36 4.75 9.5 12 19 25 30 37.5 50 75
ANALISIS
Berdasarkan analisis kurva gradasi yang lolos dibuat sesuai data tersebut menunjukan
bahwa dilihat agregat kasar kurang baik di gunakan karena berada diluar data yang
sudah tentutan maka gradasi ideal agregat kasar kurang baik di gunakan. Hal ini
sangat di buktikan bawah pembagian butir (gradasi) agregat kasar yang sangat
cenderung homogen. Di lihat pada grafik presentase lolos kumulatif pada lubang
ayakan 19mm (91,919%),12mm (57,071%) dan 9,5 (27,778%) berada diatas batas-
batas kurva agregat ideal yang menunjukkan agregat yang lolos pada nomor saringan
lebih besar dari batas yang sudah di tentukan. Untuk mengatasi agregat yang berada di
atas kurva dapat melakukan pemelihan agregat kasar untuk ukuran agar komposisi
yang lebih memenuhi standar yang berada diantara batas atas dengan batas bawah
kurva.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 8 : Pemeriksaan gradasi agregat kasar
Meltian Hasiholan
= Menganalisa data hasil pengujian
Sihombing
Henok Pangkurei = Mencatat data benda uji dan hasil pengujian
Meylan Ewindo Hya
= Menyiapkan dan menimbang benda uji
Mandacan
PERCOBAAN NO. 09
PEMERIKSAAN NILAI SLUMP
SLUMP TEST :
Slump test bertujuan untuk memperoleh angka slump beton guna
memperkirakan tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, dituang dan dipadatkan
menunjukkan workability atau istilah bakunya (seberapa lecak/encer/muddy) pada
suatu adukan beton. Dalam melakukan test harus berahati-hati dalam Langkah-
langkah yang sudah di tetapkan agar nilai atau data tersebut memenuhi syarat
SAMPLING :
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya
dari truk beton atau trukready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin
dilakukan begitu truk sudah sampai dilokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi
(akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu ditempat beton dituangkan dari
ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk
ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua cara :
1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0,2 meter
kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu
sebanyak 0.2 meter kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut
boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan.
2. Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton
dalam truk.
SLUMP TEST :
Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu encer dan
tidak terlalu keras/kental. Slump yang diukur harus berada dalam range atau dalam
batas toleransi dari yang ditargetkan.
ALAT :
1. Slump cone/kerucut terpancung ukuran standar (diameter atas 100 mm, diameter
bawah 200 mm dan tinggi 300 mm)
2. Sekup kecil
3. Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm)
4. Penggaris/mister/ruler
5. Papan slump (ukuran 500x500 mm)
BAHAN :
Dari hasil hitungan mix design yang terlampir, diperoleh bahan dan kuat tekan beton
yang direncanakan sebagai berikut :
1. Air sebanyak = 1,312 liter
2. Semen sebanyak = 3,124 kg
3. Pasir sebanyak = 3,640 kg
4. Split sebanyak = 5,456 kg
5. Direncanakan kuat tekan beton = 42 Mpa
LANGKAH KERJA :
1. Bersihkan cone/kerucut.
2. Basahi permukaannya dengan air dan ditempatkan di papan slump.
3. Papan slump harus bersih, stabil/tidak mudah bergeser, tidak berdebu, tidak
miring dan tidak menyerap air
4. Ambil sampel beton segar dari tempat adukan
5. Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari cone
dengan sampel. Padatkan dengan cararodding, yaitu menusuk-nusuk beton
sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar hingga kebagian tengah.
6. Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya
sampai kebagian atas lapisan pertama bukan kedasar cone.
7. Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan
kedua.
8. Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan menggunakan batang besi.
Bersihkan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone kebawah, dan
lepaskan pijakan.
9. Diamkan bahan yang sudah ditumbuk didalam cone selama 1 menit.
10. Angkat pelan-pelan cone tersebut jangan sampai sampel bergerak/bergeser.
11. Balikkan cone, tempatkan disamping sampel dan letakkan batang besi di atas
cone yang terbalik tersebut.
12. Ukur slump di beberapa titik, dan catat dan laporkan harga rata-ratanya.
13. Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel
lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton
tersebut boleh ditolak.
Gambar 2 : Shear
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan dan sebagian runtuh
sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum
rata tercampur.
Gambar 3 : True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.Jika pada sat uji
slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse atau shear, maka
tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru. Cukup ambil
sample beton segar yang baru dan mengulang pengujian.
Sesuai pada langkah ke 12, berikut gambar 3 titik tertinggi, sedang dan terendah
KESIMPULAN :
Kesimpulan dalam melakukan percobaan dapat dilakukan 1 x uji slump agar sesuai
dengan data yg di tetapkan memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Hasil percobaan yang di lakukan dalam bentuk slump adalah false dengan nilai
slump tidak sesuai dengan perencanaan yang di tetapkan. Yang di rencanakan
pada nilai slump sebesar 10 cm. maka hasil yang di dapat dalam percobaan
yaitu nilai rata-rata sebesar 14,533 cm.
2. Maka dapat di lihat dari nilai slump sangat tergolong tinggi sehingga pada saat
melakukan penegerjaan (workability) menjadi lebih mudah dilakukan, maka
dalam menentukan nilai factor air semen (FAS) sehingga diperoleh nilai FAS
yang kurang akurat.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 9 : Pemeriksaan nilai slump
Wibowo = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mencampurkan bahan-bahan benda pengujian dan Menyiapkan bahan
Wahyu Kurniawan benda uji
Meltian Hasiholan
= Menimbang kebutuhan bahan uji sesuai mix desain
Sihombing
PERCOBAAN NO. 10
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
DASAR TEORI :
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh
mesin tekan. Jadi dalam proses pengujiannya, benda yang berasal dari beton akan
ditekan menggunakan mesin tekan untuk melihat seberapa jauh kekuatan tekanannya.
Pada dasarnya, kuat tekan beton menjadi sifat yang paling penting dalam
kualitas beton dibandingkan dengan sifat lainnya. Hal ini karena banyak sifat-sifat
fisik utama beton bisa ditentukan dari berbagai kuat tekan beton seperti kuat geser
beton, modulus elastisitas beton, kuat tarik belah beton, syarat kedap air, syarat
keawetan beton dan lain sebagainya.
MAKSUD/TUJUAN :
Tujuan dalam melakukan Tes Uji Tekan ini agar mahasiswa dapat mengetahui
hasil yang sudah di lakukan dalam setiap percobaan yang sudah di lakukan hingga
terjadinya beton. Maka hal yang harus di perhatikan hasil kuat tekan beton dalam
mesin tekan bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai beton
tersebut. Ketika melakukan Test harus berahati-hati agar beton tersebut memenuhi
syarat yang sudah di tentukan sesuai standar SNI.
SAMPLING
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton,
misalnya dari truk beton atau truck ready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera
mungkin dilakukan begitu truk sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil
di lokasi (akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu tempat beton dituang dari
ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk
ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua cara :
1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0,2 meter
kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu
sebanyak 0,2 meter kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut
boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan.
2. Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton
dalam truk.
LANGKAH KERJA :
Pembuatan benda uji :
1. Bersihkan cetakan silinder dan lumuri permukaan dalamnya dengan form oil, agar
adukan beton tidak menenmpel di permuakaan metal dari cetakan tersebut
2. Ambil sampel adukan beton
3. Isi 1/3 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan pemdatan dengan cararodding
sebanyak 25 kali. Pemadatan juga dapat dilakukan di atas meja getar
4. Isi lagi cetakan menjadi 2/3 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan
pemadatan dengan cara rodding sebanyak 25 kali sampai ke atas lapisan pertama
5. Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding 25
kali sampai ke atas lapisan kedua
6. Ratakan beton yang meluap, bersihkan tumpahan-tumpahan beton yang
menempel di sekitar cetakan
7. Beri label dan letakkan di tempat yang teduh dan kering dan biarkan beton setting
sekurang-kurangnya selama 24 jam
8. Buka cetakan dengan hati-hati
9. Lakukan perawatan terhadap silinder beton dengan cara direndam dalam air 2-3
hari sebelum dilakukan pengujian
10. Bawa beton silinder ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat tekan
Persiapan pengujian :
1. Siapkan formulir data pengujian kuat tekan beton
2. Ambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam
(curing), kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab
3. Tentukan berat dan ukuran benda uji
4. Lapisi (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang,
dengan cara : lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) yang
dinding dalamnya telah diberi lapisan tipis gemuk, kemudian letakkan benda uji
tegak lurus cetakkan pelapis sampai mortar belakang cair menjadi keras; dengan
cara yang sama dilakukan pelapisan pada permukaan lainnya
5. Benda uji siap untuk diperiksa
Pengujian :
Pelaksanaan pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan/hidupkan mesin tekan beton
2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
3. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
2
sampai 4 kg/cm per detik
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur, dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
5. Gambar/skets pecahnya benda uji dan catatlah keadaan benda uji
DATA PENGAMATAN :
Silinder :
Berat Diameter 2 3
No. Umur Tinggi ( mm ) Luas ( mm ) Volume ( mm )
( gr ) ( mm )
28
1 hari 12650 152 300 18145,8392 5443751,75
HITUNGAN :
Nilai kuat tekan beton dihitung dengan rumus berikut :
f’c =
keterangan :
P = Beban maksimum ( N )
2
A = Luas penampang bidang tekan (mm )
Beban Beban Tekan/P Luas Kuat Tekan
Jenis 2
Tekan ( T ) ( kg ) ( mm ) Beton ( Mpa )
Silinder 34 333426 18145,84 23,4074
KESIMPULAN :
Kesimpulan Dari kuat tekan beton dapat diketahui bawah kuat tekan beton,
sebelum melakukan kuat tekan beton, beton tersebut di rendam selama 28 hari dan di
keringkan selama 1 hari sebelum melakukan percobaan kuat tekan beton. Agar hasil
yang di lakukan maksimal dan memperoleh nilai-nilai yang baik dan benar. Dari hasil
percobaan kuat tekan beton memperoleh nilai rata-rata sebesar 23,4074 Mpa. Hasil
tersebut belum masuk dalam kuat tekan beton yang disyaratkan yaitu : 1 x 30 Mpa =
30 Mpa.
Analisa perbedaan uji kuat tekan beton yaitu :
Setelah melakukan percobaan dapat ketahui hasil yang tidak memenuhi syaratkan
yaitu 30 Mpa. Karena pada saat melakukan percobaan agregat kasar/halus yang
tidak teliti serta air yang berikan kurang maka kuat tekan beton kurang maksimal
dari syarat dan ketentuan yang sudah di tentukan.
Pengadukan campuran yang tidak merata serta penumbukan yang kurang kuat
maka dapat menimbulkan perekat yang kurang masimal hingga dapat menyebabkan
nilai workability (kemudahan pengerjaan) yang begitu rendah sehingga pada
saat pengujian kuat tekan beton kurang maksimal dan tidak sesuai syarat yang
sudah di tentukan.
disimpulkan bahwa pada saat pemilihan agregat baik kasar maupun halus
harus bersih dan tidak ada kotoran tanah, karena sangat mempengaruhi kuat tekan
beton yang sudah di hasilkan dan uji kuat tekan, akan mengalami kuat tekan yang
tidak maksimal maka harus teliti dalam pemelihan agregat.
GAMBAR SILINDER BETON SEBELUM DILAKUKAN PENGUJIAN
TEKAN
GAMBAR SILINDER BETON SETELAH DILAKUKAN PENGUJIAN
TEKAN
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 10 : Pengujian kuat tekan beton
Wahyu Kurniawan = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mempersiapkan dan menguji benda uji
PERCOBAAN NO. 11
METODE PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA BETON
DASAR TEORI
Dalam bidang konstruksi, secara umum baja dibagi dalam dua
kelompok,yaitu baja keras dan baja lunak (struktur). Dalam hal ini lebih difokuskan
pada baja tulangan sebagai sarana praktikum di laboratorium bahan Konstruksi
Teknik jurusan teknik Sipil. baja tulangan atau sering juga disebut besi beton,
berbentuk lonjoran-lonjoran bulat dengan permukaan polos atau ulir/sirip (deform).
Simbol yang digunakan untuk bajatulangan polos adalah BJTP dan untuk baja
tulangan ulir adalah BJTP.
Tujuan
Tujuan metode ini agar besi yang digunakan dalam struktur beton kuat menahan
konstruksi bangunan maupun bangunan lainya maka dari itu dibuatkanlah uji kuat
tarik baja beton agar mahasiswa tahu kelemahan dan kelebihan kuat tarik baja
beton yang telah di laksanakan.
Pengelolaan Contoh
Pengelolaan contoh disyaratkan, sebagai berikut :
1) Setiap contoh diberi label yang jelas, sehingga identitas contoh dapat diketahui.
2) Label contoh meliputi:
a. nomor contoh
b. jenis dan grade baja beton
c. dimensi contoh
d. asal pabrik
3) Petugas/teknisi yang mengambil contoh.
4) Tanggal pengambilan contoh.
5) Contoh-contoh baja beton harus ditempatkan pada tempat yang baik sehingga
terhindar dari pengaruh korosi dan bahaya destruksi lainnya.
Peralatan
Peralatan untuk pengujian kuat Tarik baja beton terdiri dari :
1. Mesin uji tarik, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Mempunyai kecepatan tarik yang merata dan dapat diatur sedemikian rupa
sehingga besarnya penambahan tegangan tidak melebihi 10 Mpa untuk setiap
detik.
- Pembacaan gaya, dapat dilakukan dengan ketelitian 10% dari gaya tarik
maksimum.
2. Alat pengukur geser.
3. Peralatan pembuat benda uji, yaitu:
- Alat pemotong baja
- Alat penggores benda uji
- Mesin bubut
Cara Uji
Proses pengujian dilakukan sebagai berikut:
1. Buat benda uji untuk setiap contoh dengan bentuk dan dimensi yang sesuai
dengan ketentuan.
2. Setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda.
3. Setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh serta
dimensinya.
4. Pasang benda uji dengan cara menjepit bagian h dari benda uji pada alat penjepit
mesin tarik; sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji.
5. Tarik benda uji dengan penambahan beban sebesar 10 MPa/detik sampai benda
uji putus; catat dan amatilah besarnya perpanjangan yang terjadi setiap
penambahan 10 MPa
6. Catat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada batas putus Pmaks, bila
benda uji merupakan baja lunak.
7. Buatlah grafik antara gaya tarik yang bekerja dan perpanjangan
8. Ukur diamter bagian benda uji yang putus (Du) dan panjang setelah putus (lu).
DATA PENGAMATAN
Diameter Panjang dp 10
Do Du lo lu
No. (mm) (mm) (mm) (mm)
1 10,2 9,85 20 22
2 10 9,75 20 23,1
3 10 9,40 20 23
4 9,98 9,50 20 20
5 9,99 9,25 20 23
6 9,98 9,35 20 23
7 9,77 9,95 20 22
8 9,54 8,50 20 28
9 9,77 9,25 20 21
10 9,98 9,25 20 23
HITUNGAN
1. Kekuatan tarik
2. Prosentasi perpanjangan s
3. Kontraksi
ANALISIS
KESIMPULAN
diuji tarik. Agar memudahkan dalam perhitungan benda uji. Dari pengujian kuat tarik baja
beton, baja dapat menerima gaya sampai sebesar 8 Div (4 Ton) dan mengalami
perpanjangan sebesar 10,06 % . Benda uji putus pada segmen 1 pada kekuatan tarik 8
Div (4 Ton).
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 11 : Metode Pengujian kuat tarik baja beton
Henok Pangkurei = Menganalisa data hasil pengujian
Wahyu Kurniawan = Mencatat data awal benda uji dan hasil pengujian
Meltian Hasiholan
= Menyiapkan dan menandai benda uji
Sihombing
Meylan Ewindo Hya
= Mengukur benda uji hasil dari pengujian
Mandacan
PERCOBAAN NO. 12
Praktikan : Kelompok 09
A. Pendahuluan
Pasir adalah bahan bangunan yang sangat penting di gunakan maka di lihat
butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal diatas ayakan 0,075
mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang lain
seperti tanah dan silt. Jika pada permukaan agregat mengandung lumpur lebih dari 5% maka
lumpur ini akan menghalangi lekatan antara pasta semen dengan permukaan agregat halus, yang
berakibat kekuatan mortar berkurang, dan akhirnya kuat tekan beton juga akan ikut berkurang.
Mengingat mekanisme mortar pada agregat kasar yang tertekan adalah mekanisme bertumpu maka
adanya lumpur pada agregat kasar tidak besar pengaruhnya dibandingkan dengan adanya lumpur pada
agregat halus karena mekanisme agregat halus dengan pasta semen adalah mekanisme lekatan.
Semakin banyak kandungan lumpur pada agregat halus maka kekuatan beton akan semakin berkurang
B. Tujuan
Tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui kandungan kadar lumpur terhadap
beton cukup signifikan di mana semakin bersih beton maka semakin kuat tekan beton
akan semakin tingg, maka pada saringan nomor 200 bertujuan untuk bahan
pengikatnya pada saat melakukan kuat tekan beton maka harus lebih berhati-hati
dalam memakai agregat, karena agregat sangat berperan penting dalam kuat tekan
beton.
C. Benda Uji
a. Pasir lolos ayakan 4,8 mm seberat 500 gram.
b. Air bersih
D. Alat
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
E. Pelaksanaan
1. Contoh benda uji dimasukan ke dalam gelas ukur.
2. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3. Gelas ukur dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
4. Letakkan gelas ukur ditempat yang datar selama 24 jam sampai
lumpur mengendap
5. Ukur tinggi pasir (V1) dan ukur tinggi lumpur (V2).
F. Perhitungan
Kadar lumpur = %
ANALISIS DATA :
Rata -
No. Perhitungan Rumus I II Satuan
rata
KESIMPULAN
Dari Hasil pengujian kandungan kadar lumpur diperoleh dengan cara endapan
dengan kadar lumpur rata – rata 1,355 % sangat maksimal dan dapat di ketahui
hasil praktikum mengenai kandungan lumpur pasir pada campuran beton, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semakin banyak kandungan lumpur pasir yang terdapat pada campuran
beton maka kuat tekan beton akan mengalami penurunan, berdasarkan
kajian teoritis pola runtuh mortar pada beton, kandungan lumpur ini akan
menghalangi lekatan antara pasta semen dengan permukaan agregat halus,
yang berakibat kuat tekan beton berkurang.
2. Penurunan kuat tekan beton terjadi pada beton yang memiliki kandungan
lumpur pasir lebih dari 5%.
3. Kekuatan kuat tekan beton relatif kecil terjadi pada kadar lumpur pasir
kurang dari 5% sampai maka kulitas perekatnya akan lebih besar dalam
tekanan kuat beton.
Wahyu Kurniawan
Wibowo = Menginput data dan hasil perhitungan kedalam laporan
Marinus Rivaldo Selo
Mali
No Uraian Keterangan
9 Slump 100 Mm
10 Ukuran maksimum Kerikil 30-60 Mm
11 Kebutuhan air 225 liter/m3
12 Kadar semen 535,7 Kg/m3
13 Kadar semen minimum 275 Kg/m3
Di pakai kebutuhan sem
14 paling besar 535,7 Kg/m3
15 Factor air semen yang disesuaikan 225 liter/m3
16 Golongan pasir Zone 1
17 Persentase pasir terhadap ca 40 %
18 Berat jenis kerikil 2,6 Kg/m3
19 Berat jenis campuran beton 2320 Kg/m3
20 Kebutuhan agregat campuran 1559,3 Kg/m3
21 Kebutuhan agregat halus 623,72 Kg/m3
22 Kebutuhan agregat kasar 935,58 Kg/m3