Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN STRUKTUR

DIKERJAKAN OLEH
KELOMPOK 9 :
1. WAHYU KURNIAWAN (110018068)
2. WIBOWO (110018101)
3. MEYLAN EWINDO HYA MANDACAN (110018092)
4. HENOK PANGKUREI (110018040)
5. MARINUS RIVALDO SELO MALI (110018014)
6. MELTIAN HASIHOLAN SIHOMBING (110018110)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL-S1


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN STRUKTUR

Laporan Praktikum Bahan Struktur ini disusun sebagai syarat telah


terselesaikannya Praktikum Bahan Struktur Semester V
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaann,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Dikerjakan oleh :

WAHYU KURNIAWAN 110018068


WIBOWO 110018101
MEYLAN EWINDO HYA MANDACAN 110018092
HENOK PANGKUREI 110018040
MARINUS RIVALDO SELO MALI 110018014
MELTIAN HASIHOLAN SIHOMBING 110018110

Telah diperiksa dan disetujui oleh:


Dosen Pengampu Asisten

Lilis Zulaicha, ST, MT Rudy Ermawan Sumpeno


NIK 1973 0089 NIM 110017028

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta hidayah-NYA
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Struktur pada mata
kuliah Bahan Struktur dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Secara Akademis, pembuatan serta penyusunan Laporan Praktikum ini merupakan
hasil akhir pada Praktikum Bahan Struktur yang telah dilaksanakan pada tanggal 18
November s.d. 19 November 2020 di Laboratorium Bahan Struktur Program Studi Teknik
Sipil ITNY.

Harapan penyusun, semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada
diri penyusun pribadi maupun rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil sebagai pembelajaran
serta pemahaman pada mata Bahan Struktur dan kedepan sebagai modal dalam dunia kerja.
Bersama ini juga penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada :
1. Ibu Lilis Zulaicha, ST, MT selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah serta Penanggung
Jawab Praktikum Bahan Struktur.
2. Bapak Joko Priyono selaku Staff Laboratorium Bahan Struktur.
3. Saudara Rudy Ermawan Sumpeno dan Saudara Rifki Maulana P selaku Asisten
Dosen Praktikum Bahan Struktur.
4. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil ITNY, yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan ini tentu masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran membangun penyusun harapkan, demi perbaikan serta
penyempurnaan laporan ini serta sebagai pelajaran bagi penyusun untuk pembuatan laporan
lainnya di masa yang akan datang.
Yogyakarta , 29 Desember 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………..…… i
Halaman Pengesahan………………………………………………..…… ii
Kata Pengantar …………………………………………………………..... iii
Daftar Isi………………………………………………………………..…. iv
A. LatarBelakang……………………………………………………..….. 1
B. TujuanPraktikum……………………………..……………….………. 2
C. JenisPraktikum…………………………………..……………………. 2
1. Pemeriksaan berat satuan/berat isi agregat halus…..…………….....3
2. Pemeriksaan berat satuan/berat isi agregat kasar…..…………......... 8
3. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus……….... 13
4. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar……….... 19
5. Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus/pasir……………………... 24
6. Pemeriksaan kadar air agregat halus…………………….……..…...27
7. Pemeriksaan kadar air agregat kasar……………….…………..…...31
8. Pemeriksaan gradasi agregat kasar………………….…………...… 36
9. Pemeriksaan kadar lumpur …...........…………………………..…...41
10. Pemeriksaan nilai slump………………………………………...…. 46
11. Pengujian kuat tarik baja beton………………………………...….. 52
12. Pengujiankuat tekan beton………………………………………... 57
Daftar Pustaka…………………………………………………….…......… 62

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan infrastruktur merupakan upaya penting yang dilakukan oleh suatu


negara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hal ini yang membuat Negara
Indonesia terus melakukan pembagunan diberbagai sektor. Pesatnya pembangunan ini
perlu dibarengi dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Pada perencanaan ini
diperlukan perhitungan dan analisa yang cermat sehingga menghasilkan bangunan yang
kokoh, ekonomis, dan estetika. Didalam pelaksanaan pembangunan ini meliputi
manajemen dan pengawasan sehingga didapatkan konstruksi yang bermutu dan bernilai
ekonomis.
Di dunia teknik sipil ada bermacam-macam bahan yang digunakan mulai dari
bahan kayu, baja, beton, maupun kombinasi. Beton sendiri merupakan bahan konstruksi
yang banyak digunakan mengingat banyak kelebihan dibandingkan bahan konstruksi
lain. Kelebihan dari bahan ini diantaranya harga pembuatan relatif murah, bentuknya
bisa disesuaikan dengan keinginan, memiliki kuat desak yang tinggi, serta bisa
dikombinasikan dengan material baja. Penggunaan beton didalam konstruksi untuk
kolom, balok, plat, fondasi, pekerjaan rigid pavement, dan lain-lain.
Beton sendiri didapatkan dari percampuran antara agregat halus, agregat kasar,
air, dan semen portland serta bisa ditambah zat aditif tertentu. Percampuran komposisi
pada masing-masing material akan menentukan mutu dari beton itu sendiri. Sehingga
untuk mendapatkan mutu beton yang baik maka perlu dilakukan perhitungan komposisi
dari masing-masing bahan penyusun (mix design) dan pengujian terhadap bahan
penyusun maupun pengujian sampel hasil mix design.
Didalam praktikum bahan struktur ini, mahasiswa melakukan serangkaian
pemeriksaan terhadap agregat bahan pembuatan beton dan pengujian terhadap beton.
Hasil dari kegiatan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu dari beton itu sendiri. Sehingga apa yang didapatkan dari
praktikum bisa menjadi bekal di dunia kerja yang akan datang.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman1


2020
B. TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum yang dilakukan di labotarium Bahan Struktur Prodi Teknik Sipil


ITNY mempunyai beberapa tujuan yakni :
1. Pada kegiatan praktikum ini mahasiswa dapat memiliki kemampuan baik
teori maupun praktik sehingga dapat bermanfaat dalam dunia kerja yang
akan datang.
2. Mahasiswa mengetahui bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam
beberapa pengujian pada praktikum ini.
3. Diharapkan mahasiswa mampu membedakan agregat yang baik atau buruk
sebagai bahan pembuatan beton.
4. Dari kegiatan praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas dari beton.
5. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menerapkan metode
pencampuran material beton yang baik dan benar.

C. JENIS PRAKTIKUM
Adapun pengujian-pengujian yang dilakukan dalam Praktikum Bahan Struktur
ini antara lain sebagai berikut :
1. Pemeriksaan berat satuan agregat halus
2. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar
3. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus
4. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
5. Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus/pasir
6. Pemeriksaan kadar air agregat halus
7. Pemeriksaan gradasi agregat halus
8. Pemeriksaan gradasi agregat kasar
9. Pemeriksaan nilai slump (Slump Test)
10. Pengujian kuat tekan beton
11. Pengujian kuat tarik baja beton
12. Pengujian kadar lumpur pasir

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman2


2020
PERCOBAAN NO.01
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT HALUS

Tanggal Praktikum : 18 November 2020


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat satuan butir agregat
dengan isi / volume agregat. Pemeriksaan berat satuan agregat dimaksudkan untuk
menentukan berat jenis agregat halus (pasir).
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan berat volume air, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat
agregat dalam keadaan padat dengan berat volume air.

MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan atau isi suatu contoh
agregat halus dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Berat satuan : perbandingan antara berat agregat dan volume pasir termasuk pori-
pori antara butirannya
3. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 - 3,8
b. Kadar lumpur maksimum 5 %
c. Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3 %, tidak melebihi warna
larutan pembanding.
BAHAN dan ALAT :
Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu siapkan bahan dan alat-alat berikut
ini.
Bahan :
a. Agregat halus
b. Air bersih
Alat :
a. Bejana berbentuk silinder
b. Tongkat tusuk
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
d. Sendok dan pisau aduk
e. Alat bantu lain

LANGKAH KERJA :
Setelah bahan dan alat-alat tersedia, kemudian lakukan pengujian menurut langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Berat isi gembur (shoveled)
1. Timbang berat bejana kosong
2. Timbang berat bejana penuh berisi air
3. Tuangkan air keluar dan bejana dilap dengan kain sampai kering
4. Isikan agregat halus ke dalam bejana hingga permukaan agregat halus kira-
kira 5 cm diatas permukaan bejana
5. Ratakan permukaan agregat halus dengan menggunakan pisau aduk hingga
permukaan agregat halus rata dengan bibir atas bejana
6. Timbang berat bejana berisi agregat halus tersebut
7. Hitunglah berat satuan atau isi agregat halusnya.
b. Berat isi padat (rodded)
1. Timbang berat bejana kosong.
2. Timbang berat bejana penuh berisi air.
3. Tuangkan air dari bejana dan keringkan bejana tersebut dengan kain lap.
4. Isikan agregat halus ke dalam bejana dalam tiga lapisan/tahap, sebagai berikut :
a. Isi sepertiga dari bejana, tusuk-tusuk 25 kali, kemudian ratakan.
b. Tambahkan agregat halus ke dalam bejana itu sampai setinggi 2/3 bagian,
tusuk-tusuk 25 kali lalu ratakan.
c. Tambahkan agregat halus hingga bejana penuh dan tusuk-tusuk 25 kali.
5. Tambahkan agregat halus sehingga tingginya menjadi kira-kira 5 cm diatas
bibir bejana, lalu ratakan dengan tongkat atau mistar hingga agregat halus
setinggi bibir bejana.
6. Timbanglah bejana penuh agregat halus tadi.
7. Hitunglah berat satuan atau isi agregat halusnya.

DATA PENGAMATAN :

No. Keterangan Percobaan 1 Satuan


Data tempat
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 320 gram
2 Diameter 10,6 cm
3 Tinggi 14,365 cm
Kondisi gembur ( Shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1550 gram
2 Berat bejana penuh agregat halus ( W3 ) 2220 gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1550 gram
2 Berat bejana penuh agregat halus ( W3 ) 2360 gram

HITUNGAN :
Jika : W1 = berat bejana kosong ( gram )
W2 = berat bejana penuh air ( gram )
W3 = berat bejana penuh agregat halus ( gram )
Maka berat satuan/isi agregat halus, dihitung sebagai berikut :
Berat air (A) =( W2 - W1 ) = Volume air ( ) = Volume bejana ( )

Berat agregat halus (B)= ( W3 - W1 )

Jadi berat satuan/ isi agregat halus

ANALISIS :
TABEL PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT HALUS

Percobaan
No. Keterangan Satuan
1
Data tempat
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 320 gram
2 Diameter 10,6 cm
3 Tinggi 14,365 cm
4 Volume 1268,183 cm3
Hasil uji
Kondisi gembur ( shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1550 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 2220 gram
3 A = Berat ( W2 - W1 ) 1230 gram
4 B = Berat agregat halus ( W3 - W1 ) 1900 gram
5 Berat satuan/isi agregat halus ( B / A ) 1,545 gram
6 Berat satuan/isi agregat halus rata - rata gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1550 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus (W3 ) 2360 gram
3 A = Berat ( W2 - W1 ) 1230 gram
4 B = Berat agregat halus ( W3 - W1 ) 2040 gram
5 Berat satuan/isi agregat halus ( B / A ) 1,659 gram
6 Berat satuan/isi agregat halus rata - rata gram
ANALISIS :
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung berat satuan dari agregat halus pada
kondisi gembur dan kondisi padat. Perbedaan dari setiap kondisi terletak pada metode
pengujian yang berbeda. Dimana untuk kondisi gembur itu agregat halus langsung
dimasukkan kedalam bejana sedangkan kondisi padat dilakukan pemadatan terlebih
dahulu dengan ditusuk-tusuk.
Pemeriksaan berat isi agregat halus ini ditinjau dari dua kondisi, yakni kondisi
gembur (sholved) dan dipadatkan (rodded) yang menghasilkan nilai berat satuan
berbeda dimana selisihnya tidak terlalu signifikan. Pada kondisi gembur (sholved)
masih terdapat banyak rongga kosong dikarenakan agregat halus langsung dimasukkan
ke bejana tanpa ada pemadatan terlebih dahulu. Lain halnya dengan kondisi dipadatkan
(rodded) dimana tidak adanya rongga kosong karena dilakukan penusukan pada agregat
didalam bejana. Adapun faktor yang mempengaruhi pada pengujian ini yakni merata
tidaknya penumbukan pada agregat tersebut, kuat tidaknya penumbukan yang dilakukan
serta sebaran dari butiran-butiran agregat halus.

KESIMPULAN :
Berdasarkan pengujian berat satuan agregat halus yang telah dilakukan,
didapatkan nilai dari berat satuan pada setiap kondisi sebesar:
 Gembur (sholved) = 1,545
 Dipadatkan (rodded) = 1,659
Dari dua kondisi tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa agregat halus dalam
kondisi dipadatkan memiliki nilai berat satuan lebih besar dari kondisi gembur. Hal ini
dikarenakan pada kondisi padat telah dilakukan pemadatan dengan cara ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian dari bejana silinder. Sehingga menyebabkan rongga-
rongga disela-sela agregat halus akan berkurang dan akan terisi oleh butiran-butiran
pasir. Berbeda dengan kondisi gembur yang mana rongga kosong masih banyak
dikarenakan butiran-butiran pasir masih belum mengisi rongga kosong secara
sempurna.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman7


2020
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 1 : Pemeriksaan berat satuan agregat halus
Meltian Hasiholan
= Menganalisa data hasil pengujian
Sihombing
Meylan Ewindo Hya
= Mencatat data hasil pengujian
Mandacan
Henok Pangkurei = Menimbang benda uji

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman8


2020
PERCOBAAN NO. 02
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT KASAR

Tanggal Praktikum : 18 November 2010


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat satuan butir
agregat dengan isi / volume agregat. Pemeriksaan berat satuan agregat dimaksudkan
untuk menentukan berat jenis agregat kasar serta mengetahui kemampuannya dalam
menyerap air.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat
dengan berat volume air, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat
agregat dalam keadaan padat dengan berat volume air.

MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan suatu contoh agregat kasar
dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari bantuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir antara 4,75 mm (No.4) sampai 40mm (No.1,5 inci).
2. Berat satuan/berat isi : perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori-
pori antara butirannya.
A. Berat Satuan isi Gembur (shoveled)
BAHAN dan ALAT :
1. Agregat kasar/krikil alam
2. Bejana berbentuk silinder
3. Air bersih
4. Timbangan

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman9


2020
LANGKAH KERJA :
1. Timbang berat bejana kosong
2. Timbang berat bejana penuh berisi air
3. Tuangkan air keluar dari bejana, dan bejana dilap dengan kain sampai kering
4. Isikan agregat kasar ke dalam bejana hingga tinggi agregat kira-kira 5 cm
dari bibir atas bejana bejana
5. Ratakan agregat dengan menggunakan tongkat atau penggaris, hingga
permukaannya rata dengan bibir atas bejana
6. Timbang bejana penuh agregat
7. Hitunglah berat satuan atau isi agregat kasar

B. Berat satuan isi padat (Rodded)


BAHAN dan ALAT :
1. Agregat kasar
2. Air bersih
3. Bejana berbentuk silinder
4. Tongkat tusuk
5. Timbangan
6. Alat bantu lain

LANGKAH KERJA :

1. Timbang berat bejana kosong


2. Timbang bejana penuh air
3. Tuangkan air dari bejana dan laplah bejana dengan kain hingga kering
4. Isikan agregat kasar ke dalam bejana dengan tiga lapisan/langkah :
a) Isi bejana dengan agregat kasar kira – kira 1/3 bagian, lalu tusuk-tusuk 25
kali dan ratakan permukaannya
b) Tambahkan agregat kasar ke dalam bejana sampai setinggi kira – kira 2/3
bagian, tusuk-tusuk 25 kali lalu ratakan permukaannya
c) Tambahkan agregat kasar hingga bejana penuh dan tusuk-tusuk 25 kali
5. Tambahkan agregat kasar sampaisetinggi kira-kira 5 cm diatas bibir bejana,
lalu ratakan dengan tongkat atau penggaris
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman10
2020
6. Timbanglah bejana penuh berisi agregat kasar tadi
7. Hitunglah berat isinya

DATA PENGAMATAN :
No. Keterangan Percobaan I Satuan
Data tempat
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 250 gram
2 Diameter 9,970 cm
3 Tinggi 14,320 cm
Kondisi gembur ( shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1320 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 1815 gram
Kondisi dipadatkan( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1320 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 1825 gram

HITUNGAN :
Jika : W1 = berat bejana kosong ( gram )
W2 = berat bejana penuh air ( gram )
W3 = berat bejana penuh agregat kasar ( gram )

Maka berat satuanisi agregat kasar dihitung sebagai berikut :

Berat air = ( W2 - W1) = Volume air ( ) = Volume agregat ( )

Berat agregat halus = ( W3 - W1 )


Jadi berat satuan/ isi agregat kasar

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman11


2020
ANALISIS :

No. Keterangan Percobaan I Satuan


Data tempat
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 250 gram
2 Diameter 9,970 cm
3 Tinggi 14,320 cm
4 Volume 1118,402 cm3
Hasil uji
Kondisi gembur ( shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1320 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 1815 gram
3 A = Berat ( W2 - W1 ) 1070 gram
4 B = Berat agregat halus ( W3 - W1 ) 1565 gram
5 Berat satuan/isi agregat kasar ( B / A ) 1,463 gram
6 Berat satuan/isi agregat kasar rata - rata gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1320 gram
2 Berat bejana berisi penuh agregat halus ( W3 ) 1825 gram
3 A = Berat ( W2 - W1 ) 1070 gram
4 B = Berat agregat halus ( W3 - W1 ) 1575 gram
5 Berat satuan/isi agregat kasar ( B / A ) 1,472 gram
6 Berat satuan/isi agregat kasar rata - rata gram

ANALISIS :
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung berat satuan dari agregat kasar pada
kondisi gembur dan kondisi padat. Perbedaan dari setiap kondisi terletak pada metode
pengujian yang berbeda. Dimana untuk kondisi gembur itu agregat kasar langsung
dimasukkan kedalam bejana tanpa pemadatan sedangkan kondisi padat dilakukan
pemadatan terlebih dahulu dengan ditusuk-tusuk.
Pemeriksaan berat isi agregat kasar ini ditinjau dari dua kondisi, yakni kondisi
gembur (sholved) dan dipadatkan (rodded) yang menghasilkan nilai berat satuan
berbeda dimana selisihnya tidak terlalu signifikan. Pada kondisi gembur (sholved)
terdapat banyak rongga kosong dikarenakan agregat kasar langsung dimasukkan ke
bejana tanpa ada pemadatan terlebih dahulu. Lain halnya dengan kondisi dipadatkan
(rodded) dimana tidak ada rongga kosong dikarenakan telah dilakukan penusukan pada
agregat didalam bejana. Adapun faktor yang mempengaruhi pada pengujian ini yakni
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman12
2020
merata tidaknya penumbukan pada agregat tersebut, kuat tidaknya penumbukan yang
dilakukan serta sebaran dari agregat kasar tersebut.

KESIMPULAN :
Berdasarkan pengujian berat satuan agregat kasar yang telah dilakukan,
didapatkan nilai dari berat satuan pada setiap kondisi sebesar:
 Gembur (sholved) = 1,463
 Dipadatkan (rodded) = 1,472
Dari dua kondisi tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa agregat kasar dalam
kondisi dipadatkan memiliki nilai berat satuan lebih besar dari kondisi gembur. Hal ini
dikarenakan pada kondisi padat telah dilakukan pemadatan dengan cara ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali setiap 1/3 bagian dari bejana silinder. Sehingga menyebabkan rongga-
rongga disela-sela agregat kasar akan berkurang dan akan terisi oleh agregat tersebut.
Berbeda dengan kondisi gembur yang mana rongga kosong masih banyak dikarenakan
agregat kasar masih belum mengisi rongga kosong secara sempurna.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman13


2020
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 2 : Pemeriksaan berat satuan agregat kasar
Meylan Ewindo Hya
= Menganalisa data hasil pengujian
Mandacan
Henok Pangkurei = Mencatat data hasil pengujian
Meltian Hasiholan
= Menimbang benda uji
Sihombing

PERCOBAAN NO. 03

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman14


2020
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

Tanggal Praktikum : 18 – 19 November 2010


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Berat jenis agregat adalah rasio perbandingan antara massa padat agregat dan
massa air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan
agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh
permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).
MAKSUD :
Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu
contoh agregat halus, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Berat jenis : perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material
terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan.
Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi.
a. Berat jenis curah kering : perbandingan antara berat dari satuan volume
agregat (termasuk rongga yang impermeable dan permeable di dalam butir
partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu
temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung
dalam volume yang sama pada pada suatu temperatur tertentu.
b. Berat jenis curah jenuh kering permukaan : perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250 C.
c. Berat jenis semu/apparent ( : perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 250 C.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman15


2020
3. Penyerapan air : penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap
kedalam pori-pori, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya. Agregat
0
dinyatakan kering ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5) C dalam
rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada
(sampai beratnya tetap).
4. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 – 3,80.
b. Kadar lumpur maksimum 5%
c. Kadar zat organik di uji dengan larutan NaOH 3%, tidak melebihi warna
larutan pembanding
d. Berat jenis pasir 2,4 – 2,9
ALAT :
1. Timbangan : Timbangan harus memenuhi ketelitian sesuai dengan persyaratan
2. Piknometer : Botol gelas untuk benda uji agar dengan mudah dimasukkan volume
agregat halus secara berulang
3. Desikator
4. Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memilki kapasitas yang
sesuai,dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai
temperatur (100+5)
5. Termometer : Alat pengukur temperatur dengan rentang temperatur yang sesuai
dan ketelitian pembaca 1
6. Alat bantu lain:
a. Alat pemanas untuk mengeluarkan gelembung.
b. Saringan No.4 dengan ukuran 4,75 mm.
c. Talam, dan lain-lain.

PELAKSANAAN :
1. Isi piknometer dengan air sampai line terakhir dan ditimbang (B)
2. Kemudian keluarkan air dari piknometer dan dibersihkan luar dalam

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman16


2020
3. Siapkan pasir SSD sebanyak 500 gram (S)
4. Masukkan pasir SSD ke dalam tabung ukur, jangan sampai tumpah
5. Setelah itu masukkan air sampai line terakhir
6. Goyang-goyangkan sampai udara nampak keluar
7. Tambahkan air kembali sampai line akhir dan ditimbang (C)
8. Keluarkan air dari tabung ukur
9. Keluarkan pasir dari tabung ukur dan keringkan selama 24 jam
10. Timbang pasir kering oven (A)

DATA PENGAMATAN :

No. Pengujian Notasi I II Satuan


1 Berat benda uji kondisi jenuh kering S 500 500 gram
muka
2 Berat benda uji kering oven A 490 485 gram
3 Berat piknometer yang berisi air B 660 685 gram
4 Berat piknometer dengan benda uji dan C 970 1000 gram
air

HITUNGAN :
Keterangan : W1 = berat piknometer ( gram )
W2 = berat piknometer berisi agregat halus ( gram )
W3 = berat piknometer berisi agregat halus dan air ( gram )
W4 = berat piknometer berisi air ( gram )
a. Berat jenis curah kering
Perhitungan berat jenis curah kering (Sd),dengan rumus berikut ini :
Berat jenis curah kering =

Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
(gram)
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

b. Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan)


Lakukan perhitungan berat jenis curah dalam basis jenuh kering permukaan
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman17
2020
(Ss),dengan menggunakaan rumus :
Berat jenis curah jenuh kering permukaan =

Keterangan :
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
(gram)
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
c. Berat jenis semu (apparent)
Lakukan perhitungan berat jenis semu (Sa),seperti berikut ini :
Berat jenis semu=

Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan
(gram)
d. Penyerapan air
Perhitungan presentase penyerapan air (Sw),dengan cara :
Penyerapan air =

Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
S= Berat benda uji kondisi SSD/ jenuh kering permukaan (gram)

PERHITUNGAN:

No Perhitungan Rumus I II Rata - Satuan


. rata
1 Berat jenis curah kering ( A
Sd ) 2,579 2,622 2,600 Gram
(B+ S−C )
2 Berat jenis curah jenuh S
kering permukaan ( Ss ) 2,632 2,703 2,667 Gram
(B+ S−C )

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman18


2020
3 Berat jenis semu ( Sa ) A
2,722 2,853 2,788 Gram
(B+ A−C)
4 Penyerapan air ( Sw ), % (S−A )
2,041 3,093 2,567
A

KESIMPULAN :.
Berdasarkan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus yang telah
dilakukan, didapatkan nilai dari berat jenis pada setiap keadaan sebesar:
 Berat jenis curah kering ( Sd ) = 2,600
 Berat jenis curah jenuh kering permukaan ( Ss ) = 2,667
 Berat jenis semu ( Sa ) = 2,788
Dari ketiga hasil tersebut, agregat halus yang diuji dinyatakan memenuhi syarat
karena berada pada rentang 2,4 – 2,9. Sementara penyerapan air agregat halus sebesar
2,567 % jika kita melihat persyaratan dimana nilai penyerapan air maksimal 5% maka
penyerapan air agregat memenuhi syarat. Sehingga disimpulkan bahwa agregat halus
tersebut bisa digunakan sebagai campuran beton.

ANALISIS:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghitung berat jenis dan penyerapan air
agregat halus yang mana akan digunakan sebagai bahan pembuat beton. Berat jenis
agregat sendiri akan berbeda-beda pada setiap keadaan hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya air yang terkandung pada agregat. Misalnya pada keadaan curah kering
memiliki nilai berat jenis yang paling kecil dikarenakan kandungan air pada agregat
sangat sedikit setelah dilakukan pengeringan dengan oven. Berbeda dengan kondisi
berat jenis semu dimana agregat berada pada keadaan kenyang air sehingga memiliki
berat jenis yang paling besar.
Agregat halus yang diuji memiliki penyerapan air yang sesuai dengan
persyaratan dikarenakan agregat tersebut berada pada kondisi ideal berkaitan dengan air
yang dikandung oleh agregat. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan
beton.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 3 : Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman19


2020
Henok Pangkurei = Menganalisa data hasil pengujian
Meltian Hasiholan
= Mencatat data benda pengujian dan hasil pengujian
Sihombing
Meylan Ewindo Hya
= Menyiapkan dan menimbang benda uji
Mandacan
Wahyu Kurniawan = Menimbang benda uji setelah oven

PERCOBAAN NO. 04
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

Tanggal Praktikum : 18 – 19 November 2020

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman20


2020
Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Berat jenis agregat adalah rasio perbandingan antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan
agregat untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh
permukaan kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).

MAKSUD :
Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu
contoh agregat kasar, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 4,75 mm (No.4 inchi) sampai 40 mm (No. inchi)

2. Berat jenis : perbandingan antara berat dari suatu volume dari suatu material
terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan.
Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi.
a. Berat jenis curah kering ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan jenuh pada
suhu 25º C.
b. Berat jenis permukaan jenuh ialah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
c. Berat jenis semu/apparent ( ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan
kering
pada suhu 25ºC.
3. Penyerapan air ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
4. Syarat mutu agregat kasar

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman21


2020
a. Kehalusan (modulus halus butir) 6 – 7,1
b. Kadar lumpur maksimum 1 %
c. Kadar zat organik di uji dengan larutan Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %
d. Berat jenis kerikil 2,5 – 2,7
ALAT :
1. Timbangan : Timbangan harus sesuai dengan persyaratan.Timbangan harus
dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk menggantung wadah contoh benda
uji di dalam air pada bagian tengah-tengah alat penimbang.
2. Wadah contoh benda uji : Suatu keranjang kawat 3,35 mm untuk agregat dengan

ukuran nominal maksimum 37,5 mm (saringan No. inci) atau lebih kecil,

dan wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum
agregat yang lebih besar.
3. Tangki/tandon air : Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh benda uji dan
wadahnya akan ditempatkan dengan benar-benar terendam ketika digantung
dibawah timbangan, dilengkapi dengan suatu saluran pengeluaran untuk menjaga
agar ketinggian air tetap.
4. Alat penggantung (kawat) : kawat untuk menggantung wadah contoh benda uji
haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk memperkecil seluruh
kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
5. Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memiliki kapasitas yang
sesuai,dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai
temperatur (110+5) .
6. Alat bantu lain
PELAKSANAAN :
1. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selam 24 ± 4 jam.
2. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan harus satu persatu.
3. Timbang benda kering- permukaan jenuh (B) sebanyak 3 kg.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman22


2020
4. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan
udara yang tersekap dan tentukan beratnya didalam air (C) dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25ºC).
5. Diangkat dari air kemudian dimasukkan oven 24 jam dengan temperatur (110+5)0 C
6. Agregat kasar dikeluarkan dari oven dan setelah dingin dilakukan penimbangan (A).

Catatan : banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian


butir-butir berat dan ringan; bahan semacam ini memberikan harga-harga
berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan
sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan
untuk mendapatkan harga rata rata yang memuaskan.

DATA PENGAMATAN :

No. Pengujian Notasi I II Satuan


1 Berat benda uji kering oven A 1000 1000 gram
2 Berat benda uji jenuh kering permukaan B 1015 1015 gram
3 berat benda uji dalam air C 583 572 gram

HITUNGAN :
1. Berat jenis curah kering
0
Lakukan perhitungan berat jenis curah kering (Sd) pada temperatur air 23 C
dengan rumus sebagai berikut :
Berat jenis curah kering =

Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan diudara (gram)
C = Berat uji dalam air(gram)
2. Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan/SSD)
Lakukan perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) pada
0
temperatur air 23 C :
Berat jenis curah jenuh kering permukaan =

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman23


2020
Keterangan :
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
C = Berat uji dalam air(gram)
3. Berat jenis semu (apparent)
0
Perhitungan berat jenis semu (Sa),pada temperatur air 23 C dengan cara
berikut ini :
Berat jenis semu =

Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
C = Berat uji dalam air(gram).
4. Penyerapan air
Perhitungan presentase penyerapan air (Sw),dengan cara :

Penyerapan air = x 100

Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)

ANALISIS :

Rata -
No. Perhitungan Rumus I II Satuan
rata
1 Berat jenis curah kering ( Sd A
) 2,315 2,257 2,286 Gram
(B−C )
2 Berat jenis curah jenuh kering B
permukaan ( Ss ) 2,350 2,291 2,320 Gram
(B−C )
3 Berat jenis semu ( Sa ) A
2,398 2,336 2,367 Gram
( A−C)
4 Penyerapan air ( Sw ), % (B− A)
X 100 % 1,5 1,5 1,5 %
A

ANALISIS:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghitung berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar yang mana akan digunakan sebagai bahan pembuat beton. Berat jenis

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman24


2020
agregat sendiri akan berbeda-beda pada setiap keadaan hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya air yang terkandung pada agregat. Misalnya pada keadaan curah kering
memiliki nilai berat jenis yang paling kecil dikarenakan kandungan air pada agregat
sangat sedikit setelah dilakukan pengeringan dengan oven. Berbeda dengan kondisi
berat jenis semu dimana agregat berada pada keadaan kenyang air sehingga memiliki
berat jenis yang paling besar.
Agregat kasar yang diuji memiliki penyerapan air yang sesuai dengan
persyaratan yang ada pada SNI S-04-1989-F yang diadopsi pada SNI 03-2847-2002
dikarenakan agregat tersebut berada pada kondisi ideal berkaitan dengan air yang
dikandung oleh agregat. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan beton.

KESIMPULAN :.
Berdasarkan pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar yang telah
dilakukan, didapatkan nilai dari berat jenis pada setiap keadaan sebesar:
 Berat jenis curah kering ( Sd ) = 2,286
 Berat jenis curah jenuh kering permukaan ( Ss ) = 2,320
 Berat jenis semu ( Sa ) = 2,367
Dari ketiga hasil tersebut, agregat kasar yang diuji dinyatakan tidak memenuhi
syarat karena berada dibawah rentang 2,5 – 2,7. Sementara penyerapan air agregat
kasar sebesar 1,5 % jika kita melihat persyaratan dimana nilai penyerapan air maksimal
3% maka penyerapan air agregat memenuhi syarat. Sehingga disimpulkan bahwa
agregat kasar tersebut tidak dianjurkan digunakan sebagai campuran beton,
dikarenakan berat jenis agregat kasar yang tidak memenuhi syarat.

PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 4 : Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Wahyu Kurniawan = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mencatat data benda pengujian dan hasil pengujian
Meltian Hasiholan
= Menyiapkan dan menimbang benda uji
Sihombing
Meylan Ewindo Hya = Menimbang dan mengeringkan benda uji dng handuk

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman25


2020
Mandacan

PERCOBAAN NO. 05
PEMERIKSAAN KONDISI SSD
AGREGAT HALUS /PASIR

Tanggal Praktikum : 18 November 2010


Pelaksana : Kelompok 09
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman26
2020
DASAR TEORI :
SSD atau Saturated Surface Dry adalah keadaan pada agregat yang tidak
terdapat air pada permukaannya tetapi pada rongganya terisi oleh air sehingga tidak
mengakibatkan penambahan maupun pengurangan kadar air dalam beton.
Pemeriksaan SSD adalah untuk memperoleh pasir yang sesuai sebagai bahan
campuran adukan beton, hal ini berhubungan dengan sedikit atau banyaknya air yang
dikandung oleh pasir tersebut.

MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa kondisi jenuh kering muka suatu contoh
agregat halus/pasir, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus: Pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).

CARA MEMBUAT PASIR DALAM KONDISI JENUH KERING MUKA


(SSD)
1. Ambil pasir secukupnya (kira-kira 1kg) dari contoh pasir yang tersedia dengan cara
kuartering.
2. Rendam pasir tadi dalam air bersih sampai semua pasir terendam air, selama 24
jam.
3. Ambil pasir dari dalam air, letakan diatas goni dan pasir diratakan
permukaannya hingga timbunan tipis kira-kira setebal 3-5 cm dan diangin-
anginkan didalam ruangan (terlindung dari sinar matahari langsung). Pada saat-
saat tertentu pasir dibolak-balik.
4. Jika pasir sudah tampak tidak basah lagi permukaanya, ujilah dengan alat uji pasir
SSD, yaitu berupa kerucut terpancung dari kuningan dan tongkat uji/pemukul.

CARA MENGUJI PASIR SSD :

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman27


2020
1. Letakan kerucut (terpancung) uji pasir SSD ditempat yang datar, dengan bagian
yang besar dibawah.
2. Pegang tepi kerucut dengan kuat.
3. Isikan pasir yang akan diuji kedalam kerucut sampai kira-kira sepertiga kerucut.
4. Tumbuklah pasir dengan menggunakan tongkat uji/pemukul sebanyak 8 kali.
5. Menumbuknya hanya menggunakan tongkat ke atas permukaan pasir dalam
kerucut dengan berpindah-pindah tempat (kerucut tidak boleh terkena
penumbuk).
6. Isikan lagi pasir kedalam kerucut sampai isi kerucut kira-kira 2/3 tinggi kerucut.
7. Tumbuk lagi sebanyak 8 kali seperti langkah (4).
8. Tambahkan pasir kedalam kerucut hingga rata permukaan kerucut, dan tumbuk
lagi 8 kali.
9. Tambahkan pasir lagi kedalam kerucut hingga pasir melebihi bibir kerucut.
10. Ratakan permukaan pasir di atas bibir kerucut dengan menggunakan pisau aduk
sehingga permukaan pasir rata dengan permukaan kerucut.
11. Bersihkan pasir yang berada di sekitar kerucut.
12. Angkat kerucut dengan hati-hati vertikal ke atas.
13. Periksalah keadaan pasir yang keluar dari kerucut tadi.
- Jika keadaannya masih berbentuk kerucut terpancung seperti cetakannya,
berarti pasir masih basah.
- Jika pasirnya turun dengan cepat sehingga permukaannya hampir rata,
maka pasir dalam keadaan kering.
- Keadaan SSD tercapai, jika pasir berbentuk kerucut dengan tinggi sedikit
lebih rendah dari pada tinggi kerucut (terpancung) uji.

KESIMPULAN :
Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel agregat halus yang dimasukkan
ke dalam kerucut didapatkan bahwa sampel tersebut tergolong SSD namun cenderung

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman28


2020
ke kering. Hal ini terlihat dari gambar hasil uji, dimana tinggi pasir sedikit rendah dari
tinggi kerucut namun pasir sedikit hampir mendekati rata.
Oleh karena itu sampel yang telah diuji dan memenuhi syarat SSD bisa
digunakan didalam pembuatan beton.

Berikut gambar hasil uji kondisi SSD agregat halus :

Kategori :Keadaan pasir SSD (Saturated Surface Dry )

ANALISIS
Pada pengujian yang sudah dilakukan didapatkan bahwa agregat halus
dalam kondisi SSD. Dimana agregat ini memiliki kandungan air ideal yang tidak
menyebabkan penambahan ataupun pengurangan dalam beton. Adapun faktor yang
mempengaruhi hasil dari pengujian ini yakni perlakuan terhadap pasir pada saat
diangin-anginkan yang kurang tepat dan kuat lemahnya pada saat penumbukan.

PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 5 : Pemeriksaan kondisi SSD agregat halus
Henok Pangkurei = Menganalisa data hasil pengujian

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman29


2020
Meltian Hasiholan
= Mencatat data hasil pengujian
Sihombing
Meylan Ewindo Hya
= Menimbang benda uji
Mandacan

PERCOBAAN NO. 06

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman30


2020
PEMERIKSAAN KADAR AIR
AGREGAT HALUS

Tanggal Praktikum : 18 – 19 November 2020


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Kadar air merupakan persentase kandungan air pada suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis) . Maka Jumlah air
yang di ketahui sangat mempengaruhi kandungan air dalam agregat pada saat
malakukan campuran beton. Agregat yang basah akan mudah membuat pengadukan
campuran beton lebih basah begitu sebaliknya.

MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa kadar air suatu contoh agregat
halus/pasir, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
Agregat halus adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortal (adukan) beton, atau didefinisikan sebagai bahan yang di
pakai sebagai pengisi, di pakai Bersama dengan bahan perekat dan bentuk suatau
massa yang keras, padat Bersatu yang disebut beton. pasir alam sebagai bahan alami
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu yang mempunyai
ukuran butir sebesar 4,75mm (No.4)
1. Pengujian kadar air pasir contoh
Dalam pengujian kadar air pasir, bahan dan alat yang di perlukan
sebagi berikut :
a. Bahan dan alat
1. Pasir contoh yang akan diuji
2. Timbangan dengan ketelitian yaitu 0,1 gram
3. Oven
4. Tempat pasir/cawan
5. Sendok
b. Langkah kerja
Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman31
2020
1. Ambil dari contoh pasir yang tersedia dengan cara kuartering kira-kira
sebanyak 500 gram
2. Timbang pasir contoh dengan cawannya seberat W2 gram, buatlah secara
duplo (dua percobaan terpisah).
0
3. Keringkan pasir dalam oven, dengan suhu 105 C selama 24 jam atau
sampai beratnya tetap.
4. Keluarkan dari dalam oven kemudian sampel didinginkan selanjutnya
masing-masing contoh uji pasir beserta cawannya ditimbang, W3 gram.
5. Hitung pasir kadar air contoh tersebut.
2. Pengujian kadar air pasir dalam keadaan SSD
Kadar air pasir dalam keadaan SSD biasa disebut dengan penyerapan air oleh
agregat halus / pasir
a. Bahan dan alat
1. Kerucut terpancung dari kuningan (kerucut uji pasir SSD)
2. Alat penumbuk uji pasir SSD
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
4. Cawan/tempat pasir
5. Sendok
6. Ember dan air bersih
7. Goni
8. Oven
b. Langkah kerja
1. Ambil pasir contoh sebanyak kira-kira 500 gram
2. Rendam pasir tersebut dalam air bersih selama 24 jam
3. Buang air dalam ember, tempatkan pasir di atas goni dan ratakan agak
tipis, serta diangin-anginkan dalam ruangan yang terlindung dari sinar
matahari langsung
4. Jika pasir sudah dalam keadaan SSD, ambil sebagian contohnya dan
masukan kedalam cawan dan timbanglah beratnya, W2 gram, buatlah
pengujian secara duplo
5. Keringkan pasir dengan suhu 105° C, sampai beratnya tetap

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman32


2020
6. Timbanglah pasir tersebut dengan cawannya, andaikan beratnya W3 gram
7. Lakukanlah perhitungan kadar airnya

DATA PENGAMATAN :

No. Data Pengujian Notasi I II Satuan


1 Berat cawan kosong W1 35 35 gram
2 Berat benda uji SSD + cawan W2 535 535 gram
3 Berat benda uji kering oven + W3 525 525 gram
cawan

HITUNGAN :
Jika :
W1 = berat cawan kosong ( gram )
W2 = berat cawan dengan contoh pasir uji ( gram )
W3 = berat cawan dengan contoh pasir uji kering oven (
gram ) Maka untuk mencari kadar air pasir contoh menggunakan
rumus :
Jika berat cawan kosong = W1 gram, maka :
Kadar air pasir SSD

Karena dilakukan secara duplo (dua contoh), maka hasilnya di rata-rata .


ANALISIS :
Rata -
No. Perhitungan Rumus I II Satuan
rata
A = berat benda uji kering
1 ( W3-W1 ) 490 490 490 gram
oven
2 B = Berat air ( W2 - W3 ) 10 10 10 gram
3 Kadar air benda uji B/A 2,04 2,04 2,04 %

KESIMPULAN :
Kadar air sangat penting dalam agregat yang sudah di uji. Hal yang harus di
perhatikan dalam menghitung kadar air dalam agregat sebagai: perbedaan dari berat
agregat sebelum kondisi SSD dan berat agregat sesudah di masukan dalam oven dan

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman33


2020
dibagi setalah kondisi kering dalam oven. Dari berat agregat asli dan berat agregat
setelah pengeringan oven, maka semakin kecil nilanya pada timbangan, pada
perbedaan yang sebelum dan sesudah di oven. Kadar air berbanding lurus dengan
jumlah air yang terkandung dalam agregat, semakin besar jumlah air yang terkandung
dalam agregat, semakin besar kadar air dalam agregat, begitu juga sebaliknya. Melalui
dari pengujian ini didapatkan nilai kadar air agregat halus sebesar 2,04 %.
Syarat dan ketentuan
:
Kadar air 3% < …….. <5%
2,04 % <
5%
Agregat halus dapat diuji bernilai persentase di atas, kadar air yang kurang
cukup dari nilai persentase di atas minimal air yang di perlukan dalam kandungan
sebesar 3%, maka kadar air yang harus di perhatikan sebelum dipakai sebagai bahan
campuran adukan beton, angregat halus tersebut harus dibasahi hingga mencapai
batas kadar air yang ditentukan sesuai syarat agar dapat digunakan sebagai bahan
campuran adukan beton.

ANALISA
Kadar air agregat halus yang perlu di lihat sesuai ketentuan, harus melebihi dari
3 % yang diuji jika kurang dari 3% hal ini dapat menyebabkan agregat halus yang akan
sangat kering dan tidak sesuai standar SNI yang sudah di tentukan. Sehingga apabila
digunakan pada campuran beton akan mengakibatkan beton mudah pecah. Oleh karena
itu, jika agregat halus akan digunakan sebagai bahan campuran sebaiknya kadar air
ditingkatkan terlebih dahulu agar campuran beton maksimal dengan hal syarat yang
sudah di tentukan.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman34


2020
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 6 : Pemeriksaan kadar air agregat halus
Wahyu Kurniawan = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mencatat data benda pengujian dan hasil pengujian
Meylan Ewindo Hya
= Menyiapkan dan menimbang benda uji
Mandacan
Meltian Hasiholan
= Menimbang benda uji setelah oven
Sihombing

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman35


2020
PERCOBAAN NO. 07
PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS

Tanggal Praktikum : 18 November 2020


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat . Gradasi
agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan  menentukan
workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Gradasi agregat ditentukan dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus
melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawat
dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi pesegi
dari saringan tersebut. Agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkan suatu
butiran yang mempunyai kemampatan yang tinggi agar mempunyai kualitas tahan kuat
beton.

MAKSUD:
Maksud percobaan gradasi agregat adalah menentukan distribusi ukuran
butiran batu yang sesaui saringan pada suatu contoh agregat halus dengan pengertian
sebagai berikut :
1. Agregat halus: pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Gradasi adalah : distribusi ukuran butiran agregat.
3. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5-3,80
b. Kadar lumpur maksimum 5%.
c. Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3%, tidak melebihi warna
larutan pembanding.

Laporan Praktikum Bahan Struktur Kelompok 9 Teknik Sipil ITNY Halaman36


2020
ALAT DAN BAHAN :
1. Pasir
2. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
3. Oven
4. Tempat pasir
5. Sendok
6. Ayakan standar
7. Sikat halus

LANGKAH KERJA :
1. Ambillah contoh agregat halus yang tersedia.
0
2. Keringkan agregat halus dalam oven sampai beratnya tetap pada suhu 105 C.
3. Timbang agregat halus kering oven seberat 0.1 gram.
4. Bersihkan semua ayakan yang akan dipakai dengan menggunakan sikat agar
dalam ayakan tidak terdapat sisa-sisa agregat halus.
5. Masukkan agregat halus ke dalam ayakan standar yang tersusun menurut
diameter-diameter sebagai berikut : 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60
mm, 0,30 mm, 0,15 mm, dan 0,075mm, dengan diameter terbesar paling atas.
6. Ayaklah agregat halus tersebut dengan menggunakan mesin penggetar ayakan
selama 5 menit.
7. Tuangkan agregat halus yang tertinggal pada masing-masing ayakan pada cawan
yang telah diberi nomor agar tidak salah data. Ayakan harus sebersih-bersihnya
dapat dilakukan agar tidak ada agregat halus yang tertinggal pada ayakan.
8. Timbanglah sisa di atas masing-masing ayakan tersebut.
9. Hitung Modulus Kehalusan Butir agregat halus contoh yang telah dikerjakan.
DATA PENGAMATAN :

Lubang Berat Tertinggal


No.
ayakan (mm) (gram)
1 9.5 0
2 4.75 10
3 2.36 45
4 1.18 70
5 0.6 230
6 0.3 405
7 0.15 190
8 0.075 35
Jumlah 985

CARA MENGHITUNG MODULUS HALUS BUTIR PASIR :


1. Buatlah tabel untuk menghitung dengan kolom-kolom seperti contoh.
2. Tulis diameter ayakan yang digunakan berurutan mulai dari diameter terbesar
sampai dengan terkecil pada kolom paling kiri.
3. Cantumkan hasil pengujian ayak yang anda dapatkan dengan menuliskan berat
sisa ayakan pada masing- masing ayakan sesuai dengan diameter ayakan masing-
masing dalam gram, dalam kolom “berat tertinggal”.
4. Jumlahkan berat tertinggal tadi dan tuliskan pada bagian bawah tabel. Angka ini
kadang-kadang tidak tepat sama dengan banyaknya pasir yang diayak, karena saat
membersihkan ayakan baik sebelum maupun sesudah dipakai tidak selalu bersih.
Kelebihan atau kekurangan berat dari berat sebelumnya tidak boleh lebih dari
1%. Jika selisih berat lebih dari 1%, maka pengayakan harus diulang.
5. Tuliskan pada kolom “persen tertinggal” angka – angka pada kolom ke (2) tadi
nilai tertinggal dalam % (jumlah berat tertinggal= 100%).
6. Persen tertinggal komulatif dicari dengan cara sebagai berikut :
Ayakan no.1 = % tertinggal komulatif = 0
Ayakan no.2 = % tertinggal no.1 + % tertinggal no.2
Ayakan no.3 = % tertinggal no.1 + % tertinggal no.2 + % tertinggal no.3
Ayakan no.4 = % tertinggal no.1 + % tertinggal no.2 + % tertinggal no.3 + %
tertinggal no.4.
Begitu seterusnya untuk % tertinggal komulatif berikutnya.
7. Persen tembus komulatif, dihitung dengan cara :
Angka pada setiap ayakan didapat dengan menghitung :100% - %
tertinggal komulatif. Jadi, % tertinggal komulatif + % lolos komulatif=
100%.
8. Jumlah semua angka-angka pada kolom % tertinggal dan % tertinggal komulatif.
9. Yang dimaksud dengan angka kehalusan atau modulus halus butir
(mhb) adalah jumlah % tertinggal komulatif dibagi 100.

ANALISIS :
Lubang Berat Persen Persen Persen lolos Batas Batas
No. Bawah Atas
ayakan ( mm tertinggal ( gram tertinggal ( % ) tertinggal komulatif ( %
1 9.50 0 0,000 0,000 100 0 0
2 4.75 10 1,015 1,015 98,985 0 10
3 2.36 45 4,569 5,584 94,416 12 40
4 1.18 70 7,107 12,690 87,310 60 79
5 0.60 230 23,350 36,041 63,959 75 100
6 0.30 405 41,117 77,157 22,843 85 100
7 0.15 190 19,289 96,447 3,553 90 100
8 0.075 35 3,553 100 0,000 100 100
Jumlah 985 100 228,934
Modulus halus butir ( mhb ) 2,289

KESIMPULAN :
Data Analisa yang lolos dalam ayakan dapat diketahui kualitas gradasi yang
baik dan buruk dalam ayakan bisa dapat kita ketahui. Di lihat pada nomor saringan
maka dapat kita simpulkan bawah bahan kualitas kehalusan dari agregat tersebut baik
untuk di pakai, Grafik hasil perhitungan ada pada tabel Analisis agregat yang sudah di
tetapkan pada standar SNI-03-2847-2002.
Berdasarkan hasil percobaan yang sudah di lakukan dapat di klasifikasi dengan
ketentuan standar SNI-03-2847-2002, maka yang di lihat hasil gradasi pasir yang
sudah diuji sesuai dengan nomor-nomor saringan berada pada zona III dengan
Modulus Halus Butir (MHB) 2,289 hasil tersebut sudah memenuhi syarat bila
dibandingkan dengan persyaratan 1,5 – 3,80. Maka hasil tersebut memenuhi
syarat yang sudah di tentukan.

Berikut ini grafik presentase butir lolos :

100
90
80
Butiran Lolos ( %)

70
60
50
40
30
20
10
0
0.08 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5

ANALISIS
Berdasarkan kurva gradasi agregat halus yang telah dibuat menunjukan
bahwa agregat halus tersebut cukup ideal karena berada diantara batas atas dan
batas bawah kurva gradasi ideal agregat halus. Dengan demikian menunjukkan bahwa
agregat halus yang telah diuji merupakan heterogen. D i m a n a pembagian butir
(gradasi) agregat cukup merata.
PEMBAGIAN JOBDESK

PERCOBAAN 7 : Pemeriksaan gradasi agregat halus


Meylan Ewindo Hya
= Menganalisa data hasil pengujian
Mandacan
Meltian Hasiholan
= Mencatat data benda uji dan hasil pengujian
Sihombing
Henok Pangkurei = Menyiapkan dan menimbang benda uji
PERCOBAAN NO. 08
PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT KASAR

Tanggal Praktikum :18 - 19 November 2020


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat kasar dengan menggunakan ayakan. Gradasi agregat kasar ialah distribusi
ukuran butiran dari agregat kasar. Bila butir-butir agregat  mempunyai ukuran yang
sama ( seragam ) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiran bervariasi
akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori di
antara butiran yang lebih besar, sehingga  pori-porinya menjadi sedikit. Hal ini
mempengaruhi Agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkan suatu
butiran yang memiliki kemampatan tinggi sehingga hanya membutuhkan sedikit
bahan pengikat beton yang sudah di buat.

MAKSUD:
Maksud dari percobaan tersebut untuk menentukan distribusi ukuran butiran pada
suatu contoh agregat kasar dengan pengertian percobaan sebagai berikut:
1. Agregat kasar : Kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran

antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. inci)


2. Gradasi adalah : Distribusi ukuran butiran agregat kasar.
3. Syarat mutu agregat kasar
a. Kehalusan (modulus halus butir) 6 – 7,1
b. Kadar lumpur maksimum 1 %
c. Kadar zat organik di uji dengan larutan Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %
d. Berat jenis pasir 2,5 – 2,7
ALAT DAN BAHAN :
1. Agregat kasar / kerikil
2. Oven
3. Desikator
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5. Tempat agregat
6. Ayakan standar
7. Sikat halus
8. Alat bantu lain

LANGKAH KERJA :
a. Ambil agregat dari contoh yang tersedia, sebanyak kira-kira 200 gram.
0
b. Keringkan agregat kasar dalam oven sampai beratnya tetap pada suhu 105 C.
c. Ambil agregat dari oven dan masukkan kedalam desikator untuk mendiginkan.
d. Ambil agregat dari dalam desikator dan timbang beratnya.
e. Susunlah ayakan berurutan dengan diameter terbesar di bagian paling atas.
f. Masukkan agregat kering oven tadi ke dalam ayakan yang paling atas.
g. Ayaklah agregat dengan mesin penggetar selama 3 menit.
h. Tuangkan berat tertahan di masing – masing ayakan hingga dalam ayakan tidak
ada agregat tertinggal. Jangan lupa beri nomor ayakan pada setiap tempat sisa
ayakan berurutan dari ayakan yang paling atas.
i. Timbang berat tertahan pada masing – masing ayakan tersebut.
j. Masukkan ke dalam tabel perhitungan yang tersedia.
k. Hitung modulus halus agregat kasar.
DATA PENGAMATAN :
Lubang Berat
No. ayakan (mm) tertinggal (gram)
1 75 0
2 50 0
3 37,5 0
4 30 0
5 25 5
6 19 75
7 12 345
8 9,5 290
9 4,75 260
10 2,36 15
Jumlah 990

CARA MENGHITUNG MODULUS HALUS BUTIR KERIKIL :

a. Buatlah tabel dengan kolom – kolom berurutan dari kiri : Nomor, diameter
ayakan (mm), berat tertinggal (gram), persen tertinggal, persen tertinggal
komulatif, persen lolos komulatif.
b. Isikan hasil uji di atas pada kolom 2 : berat tertinggal (gram)
c. Jumlahkan semua berat tertahan (berat tertinggal) ayakan. Jumlah ini boleh
berubah dari berat sebelum diayak tetapi kelebihan/kekurangannya tidak boleh
lebih dari 5% berat semula.
d. Isi kolom ke tiga dengan mengubah angka – angka kolom kedua dalam persen
berdasarkan atas jumlah nyata dari hasil uji.
e. Untuk mengisi kolom-kolom selanjutnya sama dengan cara menentukan
kehalusan butir pada agregat halus.
ANALISIS DATA :
Lubang Berat tertinggal Persen Persen Persen lolos Batas Batas
No. ( gram )
ayakan ( mm tertinggal ( % tertinggal komulatif ( % Bawah Atas
1 75 0 0 0 100 100 100
2 50 0 0,000 0,000 100,000 100 100
3 37,5 0 0,000 0,000 100,000 95 100
4 30 0 0,000 0,000 100,000 25 55
5 25 5 0,505 0,505 99,495 0 10
6 19 75 7,576 8,08 91,919 0 0
7 12 345 34,848 42,93 57,071 0 0
8 9,5 290 29,293 72,22 27,778 0 0
9 4,75 260 26,263 98,48 1,515 0 0
10 2,36 15 1,515 100,00 0,000 0 0
Jumlah 990 100 322,222
Modulus halus butir ( mhb ) 3,222

KESIMPULAN :
Maka dapat disimpulkan berdasarkan data hasil percobaan sesuai tabel di atas,
dilihat pada percobaan dapat mengacu pada SNI S-04-1989-F yang di ambil dari
SNI 03-2847-2002, dapat di ketahui bahwa agregat kasar tersebut memiliki modulus
halus butir (mhb) sebesar 3,222 maka tidak memenuhi syarat yang sudah di tentutakn
bila dibandingkan dengan persyaratan 6 –7. Sehingga agregat kasar tersebut tidak
dapat memenuhi syarat yang sudah di tentukan sesuai standar SNI.

Berikut gambar grafik presentase butir lolos :

TABEL GRADASI AGREGAT KASAR


100
90
Persen Lolos Saringan ( %)

80
70
60
50
40
30
20
10
0
2.36 4.75 9.5 12 19 25 30 37.5 50 75
ANALISIS
Berdasarkan analisis kurva gradasi yang lolos dibuat sesuai data tersebut menunjukan
bahwa dilihat agregat kasar kurang baik di gunakan karena berada diluar data yang
sudah tentutan maka gradasi ideal agregat kasar kurang baik di gunakan. Hal ini
sangat di buktikan bawah pembagian butir (gradasi) agregat kasar yang sangat
cenderung homogen. Di lihat pada grafik presentase lolos kumulatif pada lubang
ayakan 19mm (91,919%),12mm (57,071%) dan 9,5 (27,778%) berada diatas batas-
batas kurva agregat ideal yang menunjukkan agregat yang lolos pada nomor saringan
lebih besar dari batas yang sudah di tentukan. Untuk mengatasi agregat yang berada di
atas kurva dapat melakukan pemelihan agregat kasar untuk ukuran agar komposisi
yang lebih memenuhi standar yang berada diantara batas atas dengan batas bawah
kurva.

PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 8 : Pemeriksaan gradasi agregat kasar
Meltian Hasiholan
= Menganalisa data hasil pengujian
Sihombing
Henok Pangkurei = Mencatat data benda uji dan hasil pengujian
Meylan Ewindo Hya
= Menyiapkan dan menimbang benda uji
Mandacan
PERCOBAAN NO. 09
PEMERIKSAAN NILAI SLUMP

Tanggal Praktikum : 19 November 2020


Pelaksana : Kelompok 09

SLUMP TEST :
Slump test bertujuan untuk memperoleh angka slump beton guna
memperkirakan tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, dituang dan dipadatkan
menunjukkan workability atau istilah bakunya (seberapa lecak/encer/muddy) pada
suatu adukan beton. Dalam melakukan test harus berahati-hati dalam Langkah-
langkah yang sudah di tetapkan agar nilai atau data tersebut memenuhi syarat

SAMPLING :
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya
dari truk beton atau trukready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin
dilakukan begitu truk sudah sampai dilokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi
(akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu ditempat beton dituangkan dari
ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk
ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua cara :
1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0,2 meter
kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu
sebanyak 0.2 meter kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut
boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan.
2. Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton
dalam truk.
SLUMP TEST :
Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu encer dan
tidak terlalu keras/kental. Slump yang diukur harus berada dalam range atau dalam
batas toleransi dari yang ditargetkan.

ALAT :
1. Slump cone/kerucut terpancung ukuran standar (diameter atas 100 mm, diameter
bawah 200 mm dan tinggi 300 mm)
2. Sekup kecil
3. Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm)
4. Penggaris/mister/ruler
5. Papan slump (ukuran 500x500 mm)

BAHAN :
Dari hasil hitungan mix design yang terlampir, diperoleh bahan dan kuat tekan beton
yang direncanakan sebagai berikut :
1. Air sebanyak = 1,312 liter
2. Semen sebanyak = 3,124 kg
3. Pasir sebanyak = 3,640 kg
4. Split sebanyak = 5,456 kg
5. Direncanakan kuat tekan beton = 42 Mpa

LANGKAH KERJA :
1. Bersihkan cone/kerucut.
2. Basahi permukaannya dengan air dan ditempatkan di papan slump.
3. Papan slump harus bersih, stabil/tidak mudah bergeser, tidak berdebu, tidak
miring dan tidak menyerap air
4. Ambil sampel beton segar dari tempat adukan
5. Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari cone
dengan sampel. Padatkan dengan cararodding, yaitu menusuk-nusuk beton
sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar hingga kebagian tengah.
6. Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya
sampai kebagian atas lapisan pertama bukan kedasar cone.
7. Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan
kedua.
8. Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan menggunakan batang besi.
Bersihkan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone kebawah, dan
lepaskan pijakan.
9. Diamkan bahan yang sudah ditumbuk didalam cone selama 1 menit.
10. Angkat pelan-pelan cone tersebut jangan sampai sampel bergerak/bergeser.
11. Balikkan cone, tempatkan disamping sampel dan letakkan batang besi di atas
cone yang terbalik tersebut.
12. Ukur slump di beberapa titik, dan catat dan laporkan harga rata-ratanya.
13. Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel
lain, kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton
tersebut boleh ditolak.

PERHITUNGAN NILAI SLUMP :


Bentuk Slump akan berbeda sesuai dengan kadar airnya.
 Gambar 1 : Collapse / runtuh

Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran


dalam cetakan runtuh sempurna, bisa juga karena merupakan
campuran yang workabilitynya tinggi yang diperuntukkan untuk
lokasi pengecoran tertentu sehingga memudahkan pemadatan,

 Gambar 2 : Shear

Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan dan sebagian runtuh
sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum
rata tercampur.

 Gambar 3 : True

Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.Jika pada sat uji
slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse atau shear, maka
tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru. Cukup ambil
sample beton segar yang baru dan mengulang pengujian.
Sesuai pada langkah ke 12, berikut gambar 3 titik tertinggi, sedang dan terendah

(a) Terendah Slump (b) Sedang Slump (c) Tertinggi Slump


11,3 cm 14,7 cm 17,6 cm
NILAI SLUMP = Tinggi cetakan - tinggi ratarata benda uji
Data yang di dapat :
- Tinggi kerucut / cetakan (T) = 300 mm
- Titik tertinggi slump (a) = 176 mm dari batang logam yang diletakkan
di permukaan kerucut terbalik
- Titik tinggi sedang (b) = 147 mm dari batang logam yang diletakkan
di permukaan kerucut terbalik
- Titik terendah (c) = 113 mm dari batang logam yang diletakkan
di permukaan kerucut terbalik
Mencari tinggi rata-rata :
Ta : 176 mm
Tb : 147 mm
Tc : 113 mm +
Ttot : 436 mm
Rata-rata tinggi slump
Ttot/n : 436/3
: 145,333 mm = 14,533 cm

KESIMPULAN :
Kesimpulan dalam melakukan percobaan dapat dilakukan 1 x uji slump agar sesuai
dengan data yg di tetapkan memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Hasil percobaan yang di lakukan dalam bentuk slump adalah false dengan nilai
slump tidak sesuai dengan perencanaan yang di tetapkan. Yang di rencanakan
pada nilai slump sebesar 10 cm. maka hasil yang di dapat dalam percobaan
yaitu nilai rata-rata sebesar 14,533 cm.

2. Maka dapat di lihat dari nilai slump sangat tergolong tinggi sehingga pada saat
melakukan penegerjaan (workability) menjadi lebih mudah dilakukan, maka
dalam menentukan nilai factor air semen (FAS) sehingga diperoleh nilai FAS
yang kurang akurat.
PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 9 : Pemeriksaan nilai slump
Wibowo = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mencampurkan bahan-bahan benda pengujian dan Menyiapkan bahan
Wahyu Kurniawan benda uji
Meltian Hasiholan
= Menimbang kebutuhan bahan uji sesuai mix desain
Sihombing
PERCOBAAN NO. 10
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

Tanggal Praktikum : 16 Desember 2020


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI :
Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh
mesin tekan. Jadi dalam proses pengujiannya, benda yang berasal dari beton akan
ditekan menggunakan mesin tekan untuk melihat seberapa jauh kekuatan tekanannya.
Pada dasarnya, kuat tekan beton menjadi sifat yang paling penting dalam
kualitas beton dibandingkan dengan sifat lainnya. Hal ini karena banyak sifat-sifat
fisik utama beton bisa ditentukan dari berbagai kuat tekan beton seperti kuat geser
beton, modulus elastisitas beton, kuat tarik belah beton, syarat kedap air, syarat
keawetan beton dan lain sebagainya.

MAKSUD/TUJUAN :
Tujuan dalam melakukan Tes Uji Tekan ini agar mahasiswa dapat mengetahui
hasil yang sudah di lakukan dalam setiap percobaan yang sudah di lakukan hingga
terjadinya beton. Maka hal yang harus di perhatikan hasil kuat tekan beton dalam
mesin tekan bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai beton
tersebut. Ketika melakukan Test harus berahati-hati agar beton tersebut memenuhi
syarat yang sudah di tentukan sesuai standar SNI.
SAMPLING
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton,
misalnya dari truk beton atau truck ready-mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera
mungkin dilakukan begitu truk sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil
di lokasi (akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu tempat beton dituang dari
ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk
ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua cara :

1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0,2 meter
kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu
sebanyak 0,2 meter kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut
boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan.
2. Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton
dalam truk.

UJI KUAT TEKAN


Uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari beton yang sudah
mengeras. Tes ini dilakukan di laboratorium, dan tentu saja bukan di lokasi proyek
(off-site). Yang biasa di lokasi (site) hanyalah membuat atau mencetak beton silinder
untuk diuji, karena sampelnya ada di site. Tidak boleh membawa sampel ke
laboratorium, kemudian masukkan ke cetakan silinder. Cetakan silinder harus
disediakan di lokasi proyek.
2
Kekuatan beton dapat diukur dalam satuan MPa atau satuan lain misalnya kg/cm .
Kuat tekan ini menjukkan mutu beton yang diukur pada umur 28 hari.
ALAT :
1. Cetakan silinder (diameter 100 mm x 200 mm, atau diameter 150 x 300 mm)
2. Sekup kecil
3. Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm, salah satu ujungnya
dibulatkan)
4. Pelat baja sebagai dudukan
BAHAN :
Adukan beton untuk benda uji yaitu di dapat dari perhitungan mix design
beton. Perbandingan campuran yang digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Air sebanyak = 1,312 liter
2. Semen sebanyak = 3,124 kg
3. Pasir sebanyak = 3,64 kg
4. Split sebanyak = 5,456 kg
5. Mutu beton disyaratkan (f’c) = 30 Mpa
6. Mutu beton rencana (f’c + Margin) = 42 Mpa

LANGKAH KERJA :
Pembuatan benda uji :
1. Bersihkan cetakan silinder dan lumuri permukaan dalamnya dengan form oil, agar
adukan beton tidak menenmpel di permuakaan metal dari cetakan tersebut
2. Ambil sampel adukan beton
3. Isi 1/3 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan pemdatan dengan cararodding
sebanyak 25 kali. Pemadatan juga dapat dilakukan di atas meja getar
4. Isi lagi cetakan menjadi 2/3 dari isi cetakan dengan sampel dan lakukan
pemadatan dengan cara rodding sebanyak 25 kali sampai ke atas lapisan pertama
5. Isi lagi cetakan silinder hingga sampel beton sedikit meluap. Lakukan rodding 25
kali sampai ke atas lapisan kedua
6. Ratakan beton yang meluap, bersihkan tumpahan-tumpahan beton yang
menempel di sekitar cetakan
7. Beri label dan letakkan di tempat yang teduh dan kering dan biarkan beton setting
sekurang-kurangnya selama 24 jam
8. Buka cetakan dengan hati-hati
9. Lakukan perawatan terhadap silinder beton dengan cara direndam dalam air 2-3
hari sebelum dilakukan pengujian
10. Bawa beton silinder ke laboratorium untuk dilakukan uji kuat tekan

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON :


Peralatan :
Siapkan peralatan pengujian yang terdiri dari :
1. Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan
2. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh
3. Alat pengukur dimensi/jangka sorong
4. Satu set alat pelapis (capping)

Persiapan pengujian :
1. Siapkan formulir data pengujian kuat tekan beton
2. Ambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam
(curing), kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab
3. Tentukan berat dan ukuran benda uji
4. Lapisi (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang,
dengan cara : lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) yang
dinding dalamnya telah diberi lapisan tipis gemuk, kemudian letakkan benda uji
tegak lurus cetakkan pelapis sampai mortar belakang cair menjadi keras; dengan
cara yang sama dilakukan pelapisan pada permukaan lainnya
5. Benda uji siap untuk diperiksa

Pengujian :
Pelaksanaan pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan/hidupkan mesin tekan beton
2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
3. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
2
sampai 4 kg/cm per detik
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur, dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
5. Gambar/skets pecahnya benda uji dan catatlah keadaan benda uji

DATA PENGAMATAN :
Silinder :

Berat Diameter 2 3
No. Umur Tinggi ( mm ) Luas ( mm ) Volume ( mm )
( gr ) ( mm )
28
1 hari 12650 152 300 18145,8392 5443751,75

HITUNGAN :
Nilai kuat tekan beton dihitung dengan rumus berikut :
f’c =

keterangan :
P = Beban maksimum ( N )
2
A = Luas penampang bidang tekan (mm )
Beban Beban Tekan/P Luas Kuat Tekan
Jenis 2
Tekan ( T ) ( kg ) ( mm ) Beton ( Mpa )
Silinder 34 333426 18145,84 23,4074

KESIMPULAN :
Kesimpulan Dari kuat tekan beton dapat diketahui bawah kuat tekan beton,
sebelum melakukan kuat tekan beton, beton tersebut di rendam selama 28 hari dan di
keringkan selama 1 hari sebelum melakukan percobaan kuat tekan beton. Agar hasil
yang di lakukan maksimal dan memperoleh nilai-nilai yang baik dan benar. Dari hasil
percobaan kuat tekan beton memperoleh nilai rata-rata sebesar 23,4074 Mpa. Hasil
tersebut belum masuk dalam kuat tekan beton yang disyaratkan yaitu : 1 x 30 Mpa =
30 Mpa.
Analisa perbedaan uji kuat tekan beton yaitu :
 Setelah melakukan percobaan dapat ketahui hasil yang tidak memenuhi syaratkan
yaitu 30 Mpa. Karena pada saat melakukan percobaan agregat kasar/halus yang
tidak teliti serta air yang berikan kurang maka kuat tekan beton kurang maksimal
dari syarat dan ketentuan yang sudah di tentukan.
 Pengadukan campuran yang tidak merata serta penumbukan yang kurang kuat
maka dapat menimbulkan perekat yang kurang masimal hingga dapat menyebabkan
nilai workability (kemudahan pengerjaan) yang begitu rendah sehingga pada
saat pengujian kuat tekan beton kurang maksimal dan tidak sesuai syarat yang
sudah di tentukan.
disimpulkan bahwa pada saat pemilihan agregat baik kasar maupun halus
harus bersih dan tidak ada kotoran tanah, karena sangat mempengaruhi kuat tekan
beton yang sudah di hasilkan dan uji kuat tekan, akan mengalami kuat tekan yang
tidak maksimal maka harus teliti dalam pemelihan agregat.
GAMBAR SILINDER BETON SEBELUM DILAKUKAN PENGUJIAN
TEKAN
GAMBAR SILINDER BETON SETELAH DILAKUKAN PENGUJIAN
TEKAN

PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 10 : Pengujian kuat tekan beton
Wahyu Kurniawan = Menganalisa data hasil pengujian
Henok Pangkurei = Mempersiapkan dan menguji benda uji
PERCOBAAN NO. 11
METODE PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA BETON

Tanggal Praktikum : 20 November 2020


Pelaksana : Kelompok 09

DASAR TEORI
Dalam bidang konstruksi, secara umum baja dibagi dalam dua
kelompok,yaitu baja keras dan baja lunak (struktur). Dalam hal ini lebih difokuskan
pada baja tulangan sebagai sarana praktikum di laboratorium bahan Konstruksi
Teknik jurusan teknik Sipil. baja tulangan atau sering juga disebut besi beton,
berbentuk lonjoran-lonjoran bulat dengan permukaan polos atau ulir/sirip (deform).
Simbol yang digunakan untuk bajatulangan polos adalah BJTP dan untuk baja
tulangan ulir adalah BJTP.

Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari baja, terutama mengenaibatas leleh,


kuat tarik dan regangannya, biasanya dilakukan pengujian kuattarik. Umumnya hasil
pengujian tersebut dapat digambarkan dalam suatudiagram yang menyatakan
hubungan antara tegangan dan regangan yangterdirikurva yang menghubungkan
antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi).

Maksud dan Tujuan


Maksud
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat bahan logam yang mengalami beban
bentur atau kejut pada berbagai temperatur maka akan melakukan pengujian kuat tarik baja
beton.

Tujuan
Tujuan metode ini agar besi yang digunakan dalam struktur beton kuat menahan
konstruksi bangunan maupun bangunan lainya maka dari itu dibuatkanlah uji kuat
tarik baja beton agar mahasiswa tahu kelemahan dan kelebihan kuat tarik baja
beton yang telah di laksanakan.
Pengelolaan Contoh
Pengelolaan contoh disyaratkan, sebagai berikut :
1) Setiap contoh diberi label yang jelas, sehingga identitas contoh dapat diketahui.
2) Label contoh meliputi:
a. nomor contoh
b. jenis dan grade baja beton
c. dimensi contoh
d. asal pabrik
3) Petugas/teknisi yang mengambil contoh.
4) Tanggal pengambilan contoh.
5) Contoh-contoh baja beton harus ditempatkan pada tempat yang baik sehingga
terhindar dari pengaruh korosi dan bahaya destruksi lainnya.

Peralatan
Peralatan untuk pengujian kuat Tarik baja beton terdiri dari :
1. Mesin uji tarik, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Mempunyai kecepatan tarik yang merata dan dapat diatur sedemikian rupa
sehingga besarnya penambahan tegangan tidak melebihi 10 Mpa untuk setiap
detik.
- Pembacaan gaya, dapat dilakukan dengan ketelitian 10% dari gaya tarik
maksimum.
2. Alat pengukur geser.
3. Peralatan pembuat benda uji, yaitu:
- Alat pemotong baja
- Alat penggores benda uji
- Mesin bubut
Cara Uji
Proses pengujian dilakukan sebagai berikut:
1. Buat benda uji untuk setiap contoh dengan bentuk dan dimensi yang sesuai
dengan ketentuan.
2. Setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda.
3. Setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh serta
dimensinya.
4. Pasang benda uji dengan cara menjepit bagian h dari benda uji pada alat penjepit
mesin tarik; sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji.
5. Tarik benda uji dengan penambahan beban sebesar 10 MPa/detik sampai benda
uji putus; catat dan amatilah besarnya perpanjangan yang terjadi setiap
penambahan 10 MPa
6. Catat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada batas putus Pmaks, bila
benda uji merupakan baja lunak.
7. Buatlah grafik antara gaya tarik yang bekerja dan perpanjangan
8. Ukur diamter bagian benda uji yang putus (Du) dan panjang setelah putus (lu).

DATA PENGAMATAN
Diameter Panjang dp 10
Do Du lo lu
No. (mm) (mm) (mm) (mm)
1 10,2 9,85 20 22
2 10 9,75 20 23,1
3 10 9,40 20 23
4 9,98 9,50 20 20
5 9,99 9,25 20 23
6 9,98 9,35 20 23
7 9,77 9,95 20 22
8 9,54 8,50 20 28
9 9,77 9,25 20 21
10 9,98 9,25 20 23
HITUNGAN
1. Kekuatan tarik

2. Prosentasi perpanjangan s

3. Kontraksi

ANALISIS

Diameter Luas Kekuatan Tarik ( mm2 ) Panjang dp E maks Kontraksi


No. Do Du Aso Asu Putus 10lo lu
( mm ) ( mm ) ( mm^2 ) ( mm^2 ) N (ton) Mpa ( mm ) ( mm )
1 10,2 9,85 81,713 76,201 4,0 524,925 20 22 10 6,75
2 10 9,75 78,540 74,662 4,0 535,748 20 23,1 16 4,94
3 10 9,40 78,540 69,398 4,0 576,387 20 23 15 11,64
4 9,98 9,50 78,226 70,882 4,0 564,317 20 20 0 9,39
5 9,99 9,25 78,383 67,201 4,0 595,233 20 23 15 14,27
6 9,98 9,35 78,226 68,661 4,0 582,568 20 23 15 12,23
7 9,77 9,95 74,969 77,756 4,0 514,427 20 22 10 -3,72
8 9,54 8,50 71,480 56,745 4,0 704,908 20 28 40 20,61
9 9,77 9,25 74,969 67,201 4,0 595,233 20 21 5 10,36
10 9,98 9,25 78,226 67,201 4,0 595,233 20 23 15 14,09
∑ 99,21 94,05 773,271 695,908 40,0 5788,979 200 228,1 141 100,55
rata-rata 9,921 9,405 77,327 69,591 4 578,898 20 22,81 26 10,05548851

KESIMPULAN

Pada kesempulan ini pengujian y a n g s u d a h d i k e t a h u i y a i t u


kuat tarik baja beton,panjang baja (Lo) = 20 mm dan sesudah diuji panjangnya
maka akan berubah sesuai tarik baja dan biasa di sebut (Lu) = 22,81 mm,serta
lingkaran dan juga diameter sebelum di uji mempunyai ukuran (Do) = 9,921 mm dan
sesudah di uji maka bentuk lingkaran atau diameterpun berubah (Du) = 9,405 mm.
Tujuan menandai besi baja sebelum diuji adalah untuk mengetahui regangan saat putus ketika besi baja

diuji tarik. Agar memudahkan dalam perhitungan benda uji. Dari pengujian kuat tarik baja
beton, baja dapat menerima gaya sampai sebesar 8 Div (4 Ton) dan mengalami
perpanjangan sebesar 10,06 % . Benda uji putus pada segmen 1 pada kekuatan tarik 8
Div (4 Ton).

HASIL UJI TARIK BAJA

PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 11 : Metode Pengujian kuat tarik baja beton
Henok Pangkurei = Menganalisa data hasil pengujian
Wahyu Kurniawan = Mencatat data awal benda uji dan hasil pengujian
Meltian Hasiholan
= Menyiapkan dan menandai benda uji
Sihombing
Meylan Ewindo Hya
= Mengukur benda uji hasil dari pengujian
Mandacan
PERCOBAAN NO. 12

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR

Tanggal : 18 - 19 November 2020

Praktikan : Kelompok 09

A. Pendahuluan

Pasir adalah bahan bangunan yang sangat penting di gunakan maka di lihat
butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan tertinggal diatas ayakan 0,075
mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang lain
seperti tanah dan silt. Jika pada permukaan agregat mengandung lumpur lebih dari 5% maka
lumpur ini akan menghalangi lekatan antara pasta semen dengan permukaan agregat halus, yang
berakibat kekuatan mortar berkurang, dan akhirnya kuat tekan beton juga akan ikut berkurang.
Mengingat mekanisme mortar pada agregat kasar yang tertekan adalah mekanisme bertumpu maka
adanya lumpur pada agregat kasar tidak besar pengaruhnya dibandingkan dengan adanya lumpur pada
agregat halus karena mekanisme agregat halus dengan pasta semen adalah mekanisme lekatan.
Semakin banyak kandungan lumpur pada agregat halus maka kekuatan beton akan semakin berkurang
B. Tujuan
Tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui kandungan kadar lumpur terhadap
beton cukup signifikan di mana semakin bersih beton maka semakin kuat tekan beton
akan semakin tingg, maka pada saringan nomor 200 bertujuan untuk bahan
pengikatnya pada saat melakukan kuat tekan beton maka harus lebih berhati-hati
dalam memakai agregat, karena agregat sangat berperan penting dalam kuat tekan
beton.

C. Benda Uji
a. Pasir lolos ayakan 4,8 mm seberat 500 gram.
b. Air bersih
D. Alat
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
E. Pelaksanaan
1. Contoh benda uji dimasukan ke dalam gelas ukur.
2. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3. Gelas ukur dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
4. Letakkan gelas ukur ditempat yang datar selama 24 jam sampai
lumpur mengendap
5. Ukur tinggi pasir (V1) dan ukur tinggi lumpur (V2).

F. Perhitungan
Kadar lumpur = %

ANALISIS DATA :

No Data Pengujian Notasi I II Satuan


.
1 Tinggi pasir mula - mula 6,5 9,4 cm
2 Tinggi air + pasir 12 14,3 cm
3 Tinggi pasir V1 6,2 8,8 cm
4 Tinggi lumpur V2 0,1 0,1 cm

Rata -
No. Perhitungan Rumus I II Satuan
rata

1 Kadar lumpur (V 2) 1,587 1,123 1,355 %


(V 1+V 2)

KESIMPULAN

Dari Hasil pengujian kandungan kadar lumpur diperoleh dengan cara endapan
dengan kadar lumpur rata – rata 1,355 % sangat maksimal dan dapat di ketahui
hasil praktikum mengenai kandungan lumpur pasir pada campuran beton, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semakin banyak kandungan lumpur pasir yang terdapat pada campuran
beton maka kuat tekan beton akan mengalami penurunan, berdasarkan
kajian teoritis pola runtuh mortar pada beton, kandungan lumpur ini akan
menghalangi lekatan antara pasta semen dengan permukaan agregat halus,
yang berakibat kuat tekan beton berkurang.
2. Penurunan kuat tekan beton terjadi pada beton yang memiliki kandungan
lumpur pasir lebih dari 5%.
3. Kekuatan kuat tekan beton relatif kecil terjadi pada kadar lumpur pasir
kurang dari 5% sampai maka kulitas perekatnya akan lebih besar dalam
tekanan kuat beton.

SEBELUM LUMPUR MENGENDAP SESUDAH LUMPUR MENGENDAP


PEMBAGIAN JOBDESK
PERCOBAAN 12 : Pemeriksaan kadar lumpur
Marinus Rivaldo Selo
= Menganalisa data hasil pengujian
Mali
Meylan Ewindo Hya
= Mencatat data awal benda uji
Mandacan
Meltian Hasiholan
= Menyiapkan benda uji
Sihombing
Meylan Ewindo Hya
= Mengamati hasil dari pengujian
Mandacan
Wahyu Kurniawan = Mencatat hasil pengujian

Wahyu Kurniawan
Wibowo = Menginput data dan hasil perhitungan kedalam laporan
Marinus Rivaldo Selo
Mali

FORMULIR PERENCANAAN ADUKAN BETON NORMAL

No Uraian Keterangan

Kuat tekan yang disyaratkan Umur 28 Hari (fc)


1 30 Mpa
2 Deviasi standar (Sr) 7 Mpa
3 Nilai tambah / margin (M) 12 Mpa
4 Kuat tekan rata-rata 42 Mpa
5 Jenis semen Tipe 1 ( Biasa )

6 Jenis agregat kasar Batu Pecah

Jenis agregat Halus Alami

7 Factor air semen (w/c) 0.42

8 Factor air semen maksimum 0.60

9 Slump 100 Mm
10 Ukuran maksimum Kerikil 30-60 Mm
11 Kebutuhan air 225 liter/m3
12 Kadar semen 535,7 Kg/m3
13 Kadar semen minimum 275 Kg/m3
Di pakai kebutuhan sem
14 paling besar 535,7 Kg/m3
15 Factor air semen yang disesuaikan 225 liter/m3
16 Golongan pasir Zone 1
17 Persentase pasir terhadap ca 40 %
18 Berat jenis kerikil 2,6 Kg/m3
19 Berat jenis campuran beton 2320 Kg/m3
20 Kebutuhan agregat campuran 1559,3 Kg/m3
21 Kebutuhan agregat halus 623,72 Kg/m3
22 Kebutuhan agregat kasar 935,58 Kg/m3

Berat Total Air Seme Agr. Agr.


Volum (kg) n Halus Kasar
e (liter)
(kg) (kg) (kg)
1 m3 2320 225 535,7 623,72 935,58
0,005301 m3 12,3 1,193 2,84 3,306 4,96
0,005301+10% m3 13,53 1,312 3,124 3,64 5,456
DAFTAR PUSTAKA

- Buku Praktikum Bahan Struktur (TSS0109T)


- http://kuliahinsinyur.blogspot.co.id/2012/06/concrete -slump-test-uji-
slump- beton.html#.WT4vwOCyQaE
- http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256207/pendidikan/sni-07-2529-1991.pdf
- https://www.academia.edu/10084912/7._PENGUJIAN_KUAT_TARIK_BAJA_BETON

Anda mungkin juga menyukai