DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8 TEKNIK SIPIL B SORE
1
UNIVERSITAS SEMARANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
LEMBAR ASISTENSI
2
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Judul “Praktikum Bahan Bangunan” yang disusun
oleh Kelompok 8 ini telah diperiksa oleh dosen pengampu dan Kepala Laboratorium Bahan dan
Struktur, dan telah Sah dan Memenuhi Syarat.
Hari :
Tanggal :
3
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat yang
diberikan pada kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yaitu membuat laporan
praktikum yang berjudul “Praktikum Bahan Bangunan”. Praktikum ini bertujuan untuk
menambah pengetahuan kami tentang pengujian material, penyusunan beton, dan pengujian kuat
tekan beton
Kelompok kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya laporan ini bukan
hanya kemampuan dan usaha kami semata, namun berkat bantuan dari beberapa pihak, oleh
karena itu kami mengucapakan terima kasih kepada Bapak Ir. Bambang Purnijanto, M.T selaku
Kepala Lab. Bahan Bangunan & Struktur sekaligus Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum
Bahan Bangunan dan Bapak Ir. Bambang Purnijanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing pada saat
praktikum. Serta tak lupa teman–teman Kelompok 8 yang sudah menjadi tim untuk melakukan
pengujian-pengujian material di Laboratorium dan telah memberikan bantuan serta kerjasamanya
dalam penulisan Laporan Praktikum Bahan Bangunan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan laporan ini . oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diperlukan demi
memperbaiki laporan ini. Demikian, semoga laporan ini nantinya bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 8
4
DAFTAR ISI
LEMBAR ASISTENSI....................................................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................3
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................4
DAFTAR ISI...................................................................................................................................5
BAB 1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
1.2 Tujuan...............................................................................................................................6
BAB II
PERCOBAAN RENCANA PENCAMPURAN BETON
(MIX DESIGN CONCRETE) CARA SNI-03-2847-2012...............................................................7
BAB III
PERCOBAAN SLUMP TEST......................................................................................................11
5
3.1 Latar Belakang................................................................................................................11
3.7 Kesimpulan.....................................................................................................................14
BAB IV
PERCOBAAN ANALISA SARINGAN PASIR...........................................................................15
4.8 Pembahasan.....................................................................................................................21
4.9 Kesimpulan.....................................................................................................................23
4.10 Dokumentasi...................................................................................................................24
BAB V
KONSISTENSI NORMAL DAN AWAL PENGIKATAN SEMEN...........................................25
5.3 Bahan..............................................................................................................................25
5.4 Alat..................................................................................................................................26
6
5.5 Langkah Kerja.................................................................................................................26
5.13 Dokumentasi...................................................................................................................31
BAB VI
PERCOBAAN ANALISA UJI KUAT TEKAN BETON.............................................................32
6.10 Pembahasan.....................................................................................................................36
6.12 Langkah langkah yang harus diambil jika uji beton kurang memuaskan.......................39
6.13 Kesimpulan.....................................................................................................................40
6.14 Saran................................................................................................................................40
6.15 Dokumentasi...................................................................................................................41
BAB VII
PENUTUP.....................................................................................................................................42
7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................43
BAB 1
PENDAHULUAN
Beton adalah material konstruksi yang dibentuk dari campuran agregat halus, agregat
kasar, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Beton sendiri merupakan salah satu bahan
bangunan yang saat ini sudah sangat umum digunakan pada pekerjaan konstruksi seperti
bangunan, gedung, rumah tinggal, apartemen, digunakan sebagai jalan raya, jembatan, fly over,
bendungan, dan berbagai proyek konstruksi yang sedang marak saat ini. Selain itu, beton sebagai
material konstruksi mempunyai banyak keuntungan dibanding dengan bahan banngunan yang
lain karena sistem konstruksi beton mempunyai kelebihan diantaranya yaitu bahanbahan
pembentuknya mudah diperoleh, mudah dibentuk, mampu menahan beban yang berat, tahan
terhadap temperatur yang tinggi, dan biaya pemeliharaan cukup murah.
Adapun beberapa hal yang perlu disadari pada pembuatan beton adalah perancangan
komposisi bahan untuk pembuatan beton yang akan menjadi penentu kualitas beton, yang berarti
pula kualitas sistem struktur total. Agar dipahami dan mempelajari seluruh perilaku elemen
gabungan pembentuk beton diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dari setiap komponen
pembentuk beton yaitu berupa agregat halus, agregat kasar, semen, dan air. Pada umur tertentu
kekuatan beton bergantung pada perbandingan berat air dan berat semen yang dicampurkan pada
saat pembuatan beton.
Pada dasarnya beton memiliki sifat dasar, yaitu kuat terhadap tegangan tekan dan lemah
tehadap tegangan tarik. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis bahan penyusunnya, jika bahan
penyusunnya bagus, maka beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan tinggi. Kekompakan
dan kerjasama susunan yang dibutuhkan bahan beton sangat berpengaruh untuk memenuhi kuat
tekannya. Oleh karena itu untuk mengetahui prosedur pembuatan beton yang benar maka
dilakukanlah praktikum ini dengan pengujian kuat tekan beton pada umur beton 7, 14, dan 28
hari.
8
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui prinsip kerja dari pengujian bahan bangunan yang sering
digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
b. Untuk mengetahui prinsip kerja dari pengujian material yang digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan sebuah konstruksi bangunan.
c. Untuk mengetahui prosedur perencaan dan pembuatan Job Mix Formula Beton.
d. Untuk memahami tentang pengendalian mutu dalam pelaksanaannya di dunia
konstruksi.
e. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan pada pekerjaan proyek
konstruksi.
f. Untuk mengetahui kuat tekan beton pada umur 14 hari.
9
BAB II
PERCOBAAN RENCANA PENCAMPURAN BETON
(MIX DESIGN CONCRETE) CARA SNI-03-2847-2012
Beton merupakan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada
struktur bangunan. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan konstruksi yang
mempunyai banyak kelebihan, antara lain mudah dikerjakan dengan cara mencampur semen,
agregat, air, dan bahan tambahan lainnya bila diperlukan dengan perbandingan tertentu.
Kelebihan beton yang lain adalah, ekonomis (dalam pembuatannya menggunakan bahan dasar
lokal yang mudah diperoleh), dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki,
mampu menerima kuat tekan dengan baik, tahan aus, rapat air, awet dan mudah perawatannya,
maka beton sangat populer dipakai baik untuk struktur-struktur besar maupun kecil. Untuk itu
bahan konstruksi ini dianggap sangat penting untuk terus dikembangkan. Salah satu inovasi
adalah penggantian agregat kasar sebagai salah satu bahan penyusun beton. Kerikil atau batu
pecah (split) merupakan agregat kasar yang umumnya digunakan pada campuran beton. Sudah
banyak penelitian yang mengkaji tentang penggantian kerikil atau batu pecah (split) sebagai
agregat kasar dengan bahan material yang lain, salah satunya adalah Limbah atau bahan yang
sudah tidak dapat difungsikan kembali dan dapat digunakan untuk pengganti agregat kasar.
Sebagai contoh limbah pecahan beton. Menggunakan kembali limbah pecahan beton untuk
penggunaan beton baru, menjadi alternatif bahan beton yang menguntungkan, karena agregat
yang digunakan adalah agregat yang telah dibuang. Pemanfaatan kembali limbah beton akan
meningkatkan umur penggunaan material dari limbah itu sendiri. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai bahan pengganti penyusun beton adalah Sika Tilefix-200TA[1]. Dengan
pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh Sika Tilefix200TA
sebagai bahan pengganti semen pada campuran beton (Asri Mulyadi et al., 2022)
10
Tujuan dari praktikum pengerjaan mix design concrete adalah untuk mengetahui informasi
tentang komposisi dari agregat halus, agregat kasar, semen serta air, yang digunakan sebagai
pedoman pembuatan beton den gan mutu yang telah ditentukan, sehingga beton memiliki
kualitas dan kuantitas yang sebaik – baiknya.
a. Semen Type I
b. Agregat Halus (Pasir)
c. Agregat Kasar (Krikil/kricak)
d. Air
a. Tabel – tabel (dapat diambil dari Tugas Mix Design Concrete dari mata kuliah
teknologi bahan bangunan).
b. Alat Tulis dan Kalkulator
a. Volume =π x r x r x t
= 3,14 x 7,5 x 7,5 x 30
= 5.298 cm3
= 0,005298 m3 x 2 buah
= 0,010596 m3
11
b. Volume =p x l x t
= 60 x 15 x 15
= 13.500 cm3
= 0,0135 m3
c. Volume =s x s x s
= 15 x 15 x 15
= 3.375 cm3 x 2buah
= 6.750 cm3
= 0,00675 m3
d. Volume keseluruhan Benda Uji
Volume = 0,010596 m3 + 0,0135 m3 + 0,00675 m3
= 0,0308 m3
e. Toleransi
Koefisien = 5% x 0,030846 m3
= 0,00154 m3
f. Volume Total
= 0,0324 m3
a. Semen
Volume = 371 kg/m3 x 0,0324 m3
= 12,204 kg
b. Pasir
Volume = 798 kg/m3 x 0,0324 m3
= 25,8552 kg
c. Kerikil
Volume = 1047 kg/m3 x 0,0324 m3
12
= 33.923 kg
d. Air
Volume = 209 liter x 0,0324 m3
= 6,7716 liter
Gambar 2.1 Penimbangan Campuran Beton Gambar 2.2 Menyiapkan alat alat praktikum
13
BAB III
PERCOBAAN SLUMP TEST
Pada umumnya dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling sering digunakan
ialah beton. Dimana penggunaan beton adalah pilihan utama karena beton merupakan bahan
dasar yang mudah dibentuk dengan harga relatif murah dan materialnya mudah didapatkan
dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya Beton merupakan suatu bahan komposit
(campuran) dari beberapa material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara
semen, agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu.
Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas masing-
masing material pembentuk. Air memiliki peran yang sangat penting dalam proses pencampuran
material-material pembentuk beton, karena air berfungsi memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat yang menimbulkan kelecakan pada campuran beton sehingga dapat
memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability). Untuk dapat menghasilkan
workability yang tinggi tentunya dibutuhkan nilai slump yang tinggi pula, hal ini mengakibatkan
penggunaan air dalam campuran beton juga bertambah. Dengan bertambahnya penggunaan air
tentunya akan meningkatkan Faktor Air Semen (FAS) yaitu perbandingan air terhadap semen
(w/c) yang dapat mengakibatkan (Abdul Karim et al., 2022)
14
c. Semen
d. Air
15
f. Letakkan kerucut tepat disamping beton yang sudah tercetak,kemudian balik kerucut
dan letakkan tongkat besi di atas kerucut sehingga melewati atas beton yang sudah
tercetak
g. Ukur nilai slump sebanyak tiga kali lalu dirata – rata, nilai rata rata tersebut
merupakan hasil pengukuran slump.
h. Toleransi nilai slump dari beton segar 12 ± 2 dari nilai yang ditentukan misalnya
8cm,10cm,atau 12cm
i. Kemudian untuk penggunaan cetakan, pertama – tama olesi bagian dalam cetakan
kubus dan silinder beton dengan pelumas atau oli yang telah disediakan sebelumnya
agar beton tidak lengket saat sudah kering dan mengeras nanti.
j. Masukkan adukan beton tersebut kedalam cetakan sebanyak 3 lapisan yang tiap
lapisannya ditumbuk dengan besi penumbuk sebanyak kuranglebih 25 kali searah
jarum jam, dan sesudah penuh ratakan bagian permukaan dan berilah penomoran
sesuai kelompok praktikum.
k. Biarkan cetakan selama 1x24 jam. Kemudian buka cetakan dan rendam beton hasil
cetakan kedalam bak berisi air selama waktu 7 hari, 14 hari.
l. Setelah tercapai batas selang waktu yang ditentukan, lakukan pengujian untuk
mengukur kuat tekan beton.
5.6 Hasil Percobaan Slump Test
h1 = 6 cm
h2 = 7 cm
h3 = 7 cm
Rata-rata = 6,666 cm
5.7 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data rata rata nilai slump 6,666 cm
yang ternyata jumlahnya kurang dari nilai slump yang telah ditentukan, yaitu sekitar 8 cm hingga
12 cm, sehingga nilai slump hasil praktikum dinyatakan TIDAK MEMENUHI. Karena adukan
itu padat, sedangkan pada pekerjaan beton slump harus bersifat “workability” yaitu kemudahan
dalam pekerjaan dimana semakin cair adukan, maka semakin memudahkan dalam proses
pekerjaan beton. Berdasarkan standar (ASTM C-143).
16
Sedangkan syarat variasi pengukuran yang memenuhi syarat dari 3 pengukuran minimum 2
memenuhi syarat dengan selisih pengukuran tidak lebih dari 21 mm. (SNI 1972:2008)
Gambar 3.1 Pengukuran Slump Test Gambar 3.2 Pengukuran Slump Test
17
Gambar 3.3 Alat – Alat Pengujian Slump Test
BAB IV
PERCOBAAN ANALISA SARINGAN PASIR
18
kerikil kasar, d) ukuran butir 40 - 70 mm disebut kerikil kasar sekali, dan e) ukuran butir > 70
mm digunakan untuk konstruksi beton siklop (cyclopean beton). Berdasarkan uraian di atas
maka peneliti tertarik untuk mengetahui kombinasi agregat alami yang menghasilkan sifat beton
segar yang baik. Selanjutnya perlu pula diketahui pengaruh kombinasi agregat alami terhadap
kuat tekan dan porositasnya. (Nurlita Pertiwi, 2014)
19
4.5 Hasil Percobaan Analisa Saringan Pasir
Tabel 4.1 Saringan Pasir
Lubang
Berat Tertingal Berat Tertinggal
No Saringan Berat Komulatif
(gram) (%)
(mm)
1 9,75 59,8 5,98 5,98
2 4,75 57,2 5,72 11,7
3 2,36 107,2 10,72 22,42
4 1,18 143,8 14,38 36,8
5 0,60 176,5 17,65 54,45
6 0,30 169,4 16,94 71,39
7 0,15 213,4 21,34 92,73
8 0,075 43,7 4,37 97,1
9 0,00 1,9 0,19 97,29
JUMLAH 972,90 97,29 392,57
20
4.6 Tabel Acuan
4.6.1 Tabel Acuan
100%-Berat
Tertinggal Komulatif
Lubang Ayakan
(Persen yang
terlewat)
9,5 94,02
4,75 88,3
2,36 77,58
1,18 63,2
0,6 45,55
0,3 28,61
0,15 7,27
0,075 2,9
0 2,71
Ayakan
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
(mm)
10 100 100 100 100
4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 - 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
21
4.7 Grafik Percobaan Analisa Saringan Pasir
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berat tertinggal di 2.71 2.9 7.27 28.61 45.55 63.2 77.58 88.3 94.02
ayakan
Atas 10 20 34 70 95 100 100 NaN NaN
Bawah 0 5 15 30 60 90 100 NaN NaN
Lubang Ayakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berat tertinggal di 2.71 2.9 7.27 28.61 45.55 63.2 77.58 88.3 94.02
ayakan
Atas 10 30 59 90 100 100 100 NaN NaN
Bawah 0 8 35 55 75 90 100 NaN NaN
Axis Title
22
c. Grafik Gradasi Pasir Zona III
Gradasi Pasir Zona III
110 100 100 100 100
90 94.02
85 88.3
90 79 75 77.58
Berat Tertinggal %
70 60 63.2
45.55
50 40
28.61
30
10 12 7.27
10 2.71
0 2.9
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B 2.71 2.9 7.27 28.61 45.55 63.2 77.58 88.3 94.02
e
r
a
t
t
e Lubang Ayakan
r
t
i
n
g
g
a
l
d
i
a
y
a
k
a
n
A 10 40 79 100 100 100 100 NaN NaN
t
a
s
B 0 12 60 75 85 90 100 NaN NaN
a
w
a
h
90 63.2
50 45.55
50 28.61
15 15 7.27
2.71
0 2.9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berat tertinggal di 2.71 2.9 7.27 28.61 45.55 63.2 77.58 88.3 94.02
ayakan
Atas 15 50 100 100 100 100 100 NaN NaN
Bawah 0 15 80 90 95 95 100 NaN NaN
Lubang Ayakan
23
4.8 Pembahasan
a. Analisis Hasil
Hasil penimbangan berat agregat halus menggunakan neraca yang terperangkap di masing
masing saringan dapat disimpulkan bahwa ada agregat yang tertahan di saringan. Total dari
penimbangan agregat adalah 972,90 gram. Besaranya berbeda dengan berat agregat awal yaitu
1000 gram, ada berat tertinggal sebanyak 27,10 gram. Hal tersebut disebabkan oleh tidak
terangkutnya semua agregat di saringan sebelumnya.
b. Analisis Grafik
Dari data yang diolah dihasilkan empat grafik yang mana grafik itu adalah Grafik Gradasi
Pasir Zona I, Grafik Gradasi Pasir Zona II, Grafik Gradasi Pasir Zona III, Grafik Gradasi Pasir
Zona IV, setelah diamati untuk hasil grafik diatas bahwa pasir yang digunakan untuk pengujian
masuk kedalam Gradasi Pasir Zona I.
4.9 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari data percobaan saringan pasir diatas, antara lain
sebagai beikut :
1. Pasir yang digunakan untuk percobaan merupakan jenis pasir yang agak kasar.
2. Modulus Halus Butir (MHB) Pasir sebesar 4 %.
3. Pada percobaan diatas pasir tidak kehilangan berat sama sekali, dikarenakan pasir
yang dimasukkan kedalam Mesin Sieve Shaker Digital seberat 1000 gram, akan
tetapi total berat pasir yang tertinggal kurang dari 1000 gram yaitu 972,90 gram. Hal
ini disebabkan ketidaktepatan penimbangan berat dari masing masing saringan oleh
praktikan, ada agregat yang jatuh saat dipindahkan dari saringan ke dalam wadah
untuk di timbang, tertinggalnya sebagian agregat pada saringan dan pada wadah
tempat menimbang.
24
4.10 Dokumentasi Percobaan
Gambar 4.1 Pengujian Analisa Saringan Pasir Gambar 4.2 Alat penguji analisa saringan pasir
25
BAB V
KONSISTENSI NORMAL DAN AWAL PENGIKATAN SEMEN
Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker
terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan
tambahan[1]. Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal dan paling banyak
digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang umum dipakai adalah semen tipe I dan
ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat besar. Semen portland jika
dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan keterbatasan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi mutu beton. Pembagunan infrastruktur semakin meningkat mengakibatkan
permintaan jumlah semen meningkat pula. Oleh sebab itu, penggunaan suatu bahan bangunan
semen yang cocok dengan peruntukannya sangat diperlukan guna mengurangi .adanya
pemborosan yang tidak diinginkan tanpa mengenyampingkan persyaratan teknis yang harus
dipenuhi. Salah satu untuk mengurangi penggunaan biaya besar tersebut maka akan diproduksi
semen berdasarkan ASTM. Semen yang akan diproduksi ini akan menghemat biaya produksi
secara tidak langsung yakni dengan mengurangi pemakaian klinker pada proses pembuatan
semen dan menggantikannya dengan sejumlah bahan lain. Bahan yang dimaksud adalah
pozzolan[2] . Penambahan pozzolan pada semen dapat digantikan oleh Tanah Napa. Dimana
Tanah Napa ini memiliki karekteristik yang sama dengan natural pozzolan. Sedangkan dari
tinjauan persyaratan teknisnya salah satu upaya untuk menghemat energi dan meningkatkan
kualitas semen adalah dengan memperhatikan karakteristik semen yaitu kehalusan semen,
konsistensi normal dan waktu pengikatan.[2]. Penelitian ini dilaksanakan untuk menyelidiki
karakteristik semen dari penambahan tanah napa pada semen. Dengan melihat waktu pengikatan,
konsistensi normal dan kehalusan butiran semen. (Mawardi et al., 2012)
26
c. Menentukan suhu yang dibutuhkan untuk mempercepat peningkatan semen / pc
5.3 Bahan
a. Semen /pc
b. Air Ledeng secukupnya
c. Minyak / pelumas
5.4 Alat
a. Timbangan Digital
b. Mangkok porselin dan penumbuk (cawan)
c. Cincin ebonit
d. Gelas ukur 100 cc
e. Alat vicat, lengkap dengan peralatan jarumnya
f. Plat kaca ukuran 15 x 15 x 0,5 cm
g. Pisau / Sendok Pengaduk
h. Stopwatch
i. Termometer
27
g. Ketuk ketuk cincin ebonite yang sudah terisi jenangan semen dengan perlahan untuk
menghilangkan gelembung – gelembung udara yang terdapat dalam jenangan semen.
h. Ratakan permukaan cincin ebonit dengan sendok pengaduk. Letakkan plat kaca
berikut cincin yang berisi jenangan semen pada alat vicat.
i. Gunakan jarum Ø 10 mm, kemudian lepaskan jarum secara bebas (bila ujung jarum
sudah berada diatas / menyentuh permukaan jenangan dan posisi sekala
menungjukkan 0)
j. Akibat berat sendiri jarum akan turun menembus pasta semen.
k. Setelah 30 detik penurunan dalam menembus jenangan, matikan skrup pengunci dan
baca penurunanya.
Percobaan diatas diulang dengan prosentase jumlah air sedemikian rupa sehingga diperoleh
nilai Konsistensi Normal.
28
5.6 Data Percobaan Konsistensi ( Kekentalan ) Normal
Catatan : Pada percobaan ini harus dihindari adanya getaran-getaran ataupun goncangan-
goncangan. Tusukkan jarum selama percobaan tidak lebih dekat dari 5 mm satu sama
lainnya, dan tidak lebih dekat dari 10 mm dari sisi cincin ebonite bagian dalam.
29
5.7 Grafik Konsistensi Normal
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Penurunan Jarum 0 0 0 1 1 3 4 5 6 7 9 10 13 15
( mm )
Presentase Air
1. Setelah melakukan percobaan maka diperoleh seperti data diatas dan dari data
tersebut dapat dibuat sebuah grafik.
2. Dari grafik diatas diperoleh hasil konsistensi normal yang didapat pada penurunan 10
mm adalah 35% dengan prosentase air yang diperlukan sebanyak 105%.
30
5 60 36 260 Semen Gresik
Berikut adalah grafik waktu peningkatan awal semen yang didapat dari data table waktu
peningkatan awal semen.
Waktu Penurunan
31
5.11 Pembahasan Waktu Pengikatan Awal Semen
Waktu ikat semen dipengaruhi oleh banyaknya jumlah air dan waktu yang diperlukan
untuk semen dapat mengeras. Semakin lama waktu yang diperlukan maka semakin keras semen
yang didapat dari tabel diatas dapat diketahui bahwa lamanya waktu untuk terjadinya pengikatan
awal.
5.12 Kesimpulan
Waktu ikat semen dipengaruhi oleh banyaknya jumlah air dan waktu yang diperlukan
untuk semen dapat mengeras. Maka semakin keras semen yang didapat. Jadi semakin banyaknya
air yang ditambahkan akan semakin lama untuk semen agar dapat mengeras.
32
5.13 Dokumentasi Percobaan
33
BAB VI
PERCOBAAN ANALISA UJI KUAT TEKAN BETON
a. Timbangan
b. Compression Machine
c. Penggaris / Roll meter
34
d. Benda Uji
- 2 buah kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm
35
6.5 Tabel Rekap Kuat Tekan Beton
Perbandingan Kuat Tekan Beton pada umur yang Berbeda. Menurut SNI adalah
Tabel 6.1
UMUR HARI
3 7 14 21 28
BETON
46% 70% 88% 96% 100%
SEMEN TIPE 1
0,46 0,70 0,88 0,96 1,00
Tabel 6.2
Luas
Benda Tanggal Tanggal Umur Berat Beban
No penampan
uji Pembuatan Pengujian (hari) (kg) (T)
g (cm2)
Berat
Berat Isi =
Volume
7,820
Kubus I = = 2.300
0,0034
7,110
Kubus II = = 2.091,17
0,0034
36
6.9 Tegangan Beton Umur 14 Harix
Kubus I
- Luas penampang = 225 cm²
- Hasil pencatatan uji tekan = 27 Ton
27 .000
- Kuat tekan beton (Fc) =
225
= 120 kg/cm2
= 12 Mpa
Estimasi tegangan umur 14 hari ke 28 hari
Konversi dari 14 hari ke 28 hari = 0,88
120
Fc = = 136,363 Kg/cm2
0 , 88
= 13,6 Mpa
Kubus II
- Luas penampang = 225 cm²
- Hasil pencatatan uji tekan = 32 Ton
32.000
- Kuat tekan beton (Fc) =
225
= 142,222 kg/cm2
= 14,222 Mpa
Estimasi tegangan umur 14 hari ke 28 hari
Konversi dari 14 hari ke 28 hari = 0,88
142,222
Fc = = 161,61 kg/cm2
0 ,88
= 16,61 Mpa
37
Tabel 6.1 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Beton Pada 14 hari
7
5
3
1
Kubus I Kubus II
Series1 13.6 16.61
38
6.10 Pembahasan
Dari hasil percobaan tersebut diketahui untuk berat beton I dan II yaitu 7,820 dan
7,110 Kg dan menghasilkan 27 dan 32 Ton saat uji tekan yang kemudian dikonversikan
menjadi 12 dan 14,222 Mpa, dari hasil tersebut kemudian dicari kuat tekan beton setelah
umur 28 Hari dan mendapatkan hasil 13,6 dan 16,61 Mpa.
a. Nilai rata rata dari semua pasangan uji yang masing masing terdiri dari 2 jenis beton
(silinder dan kubus) hasil uji kuat tekan tidak kurang dari fc’
b. Tidak satupun hasil uji tekan (silinder dan kubus) kurang dari fc 3,5 Mpa
Menurut SNI 03-2847-2002. Jika salah satu dari 2 persyaratan tersebut tidak
terpenuhi maka untuk adukan berikutnya harus diambil langkah langkah untuk
meningkatkan kuat rata rata betonnya khususnya jika persyaratan kedua tidak dipenuhi
maka harus diambil langkah langkah sebagai berikut.
39
b. Evaluasi Mutu Perawatan Beton di Lapangan
Benda Uji di ambil untuk contoh harus dibuat dan dirawat sesuai cara perawatan di
laboratorium, misalnya :
Hasil dari uji ini merupakan gambaran dari hasil pembuatan adukan beton pada struktur
yang sebenarnya di lapangan. Untuk memisahkan mutu pelaksanaan perawatan dan pelindungan
dari beton yang dibuat di lapangan, dilakukan dengan membuat benda Uji Silinder beton yang
dirawat di lapangan kurang dari 85% dari kuat tekan uji yang dirawat dilapangan masih lebih
tinggi dari Fc + 4 Mpa.
Apabila kuat tekan benda uji yang dilapangan kurang dari 85%, maka cara perawatan harus
ditingkatkan, Kecuali jika kuat tekan uji yang dirawat dilapangan masih lebih tinggi dari Fc + 4
Mpa.
6.12 Langkah langkah yang harus diambil jika uji beton kurang memuaskan
Apabila hasil pemeriksaan hasil uji dirawat di laboratorium menujukkan bahwa ada salah
satu benda uji (ratarata benda uji yang diambil dari beton pada saat yang sama) yang kuat
tekannya kurang dari 85% dari yang disyaratkan, maka harus mengambil langkah–langkah untuk
memastikan bahwa struktur beton masih mempunyai daya dukung beban yang cukup, yang
artinya tidak membahayakan.
Langkah pertama yang dapat diambil antara lain adalah dengan melakukan analisa ulang
struktur berdasarkan kuat tekan beton yang actual, jika langkah pertama telah menunjukan
bahwa stuktur tidak mampu menahan beban benda yang bekerja langkah berikutnxya adalah
non-destructive atau dengan semi destructivetest pada daerah yang diperkirakan kurang
memenuhi persyaratan kelayakan kuat tekan beton.
40
Alat uji tersebut adalah schimianathammer test yang ditemukan pada 1989 dan sangat
popular dan sering digunakan karena sederhana, alat ini mengukur besar pantulan dari masa besi
yang dibenturkan ke permukaan beton.
Karna sebenarnya yang tercakup adalah kekerasan permukaan beton maka dapat
diperhatikan hal-hal berikut :
a. Lapisan permukaan yang sudah dilapisi plaster harus dikupas dan permukaan beton
harus dihaluskan.
b. Permukaan beton harus kering
c. Bagian beton yang di uji harus kaku
Dan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian semi
destructivetest adalah sesuai dengan SKSNN-61-1990-80 yaitu :
Selanjutnya kuat tekan beton dianggap tidak membahayan jika hasil uji inti ini dapat
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Kuat tekan rata rata dari 3 benda uji borinti (satu titik bor diambil dari 3 benda uji)
mempunyai kuat tekan tidak kurang dari 0,85 fc
b. Kuat tekan masing masing benda uji bor inti tidak ada satupun kurang dari 0,75 fc.
Jika hasil bor inti ternyata menunjukkan bahwa beton tidak memenuhi syarat langkah
langkah berikutnya dapat berupa uji beban untuk menguji bagian struktur yang digunakan atau
langkah langkah lain dianggap tepat oleh penanggung jawab proyek.
41
6.13 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kuat tekan beton
untuk berat beton I dan II yaitu 7,820 dan 7,110 Kg dan menghasilkan 27 dan 32
Ton saat uji tekan yang kemudian dikonversikan menjadi 12 dan 14,222 Mpa, dari
hasil tersebut kemudian dicari kuat tekan beton setelah umur 28 Hari dan
mendapatkan hasil 13,6 dan 16,61 Mpa. Dari hasil data tersebut menunjukan bahwa
mutu beton belum sesuai deangn renacana, karena menurut SNI 03-2847-2002 yang
menyatakan bahwa mutu beton K-225 memiliki 18,68 Mpa. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan hasil mutu beton rencana dengan SNI adalah dapat kami
simpulkan sebagai berikut:
a. Pada saat pengadukan harus secara tepat agar tidak terjadi kekurangan atau
kelebihan.
b. Pada waktu mengangkat kerucut Abram dengan arah vertical mengukur slump
test harus berhati – hati.
c. Agar pengisian sempurna usahakan agar tidak terjadi rongga, harus di tusuk-tusuk
searahjarum jam.
Berhati- hati saat mengerjakan pengamatan maupun percobaan mesin yang dapat
berakibat benda uji rusak dan lain-lain.
42
6.15 Dokumentasi Percobaan
Gambar 6.1 Proses pengujian kuat tekan beton Gambar 6.2 Alat penguji kuat tekan beton
43
BAB VII
PENUTUP
Dengan telah selesainya praktikum bahan bangunan ini, kami Kelompok 8 selaku penyusun
laporan berharap agar pembaca lebih meningkatkan semangat dalam mempelajari ilmu
pengetahuan, karena merupakan landasan dan bekal bagi kita untuk meraih kesuksesan dan cita -
cita kita.
Apabila kami dalam menyusun laporan ini terdapat kekeliruan ataupun kesalahan kata
maupun tulisan yang kurang berkenan, kami selaku kelompok 8 mengucapkan mohon maaf
kepada pembaca dan seluruh pihak yang bersangkutan. Dan semoga apa yang telah kami
sampaikan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat sehingga berguna untuk masa depan.
Atas segala kritik dan saran pembaca, kami dari kelompok 8 mengucapkan banyak terimakasih
demi kelengkapan kesempurnaan laporan ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
Suanto, Pengki, and Hermantoni Hermantoni, 2022 "ANALISIS KUAT TEKAN MUTU
BETON K225 MENGGUNAKAN LIMBAH PECAHAN BETON DAN SIKA TILEFIX-
200TA."
Pertiwi, Nurlita. "Pengaruh gradasi agregat terhadap karakteristik beton segar." Jurnal Forum
Bangunan. Vol. 12. No. 1. 2014.
Anwar, Mawardi, Riri Nofrita, and Desy Kurniawati. "Karakteristik Uji Blaine, Konsistensi
Normal dan Waktu Pengikatan Semen yang Menggunakan Tanah Napa Sebagai Bahan
Adiktif." Periodic 1.1 (2012): 35-37.
Pane, Fanto Pardomuan, H. Tanudjaja, and Reky S. Windah. "Pengujian kuat tarik lentur beton
dengan variasi kuat tekan beton." Jurnal Sipil Statik 3.5 (2015).
45