Disusun oleh:
KELOMPOK 4 E
MUHAMMAD RAFI 5190811047
DICKY PRATAMA 5190811056
AYU FITRI DIANASARI 5190811058
YOGYAKARTA
2022
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR
ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN
Laporan Tugas Besar ini telah diterima salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
KELOMPOK 4 E
MUHAMMAD RAFI 5190811047
DICKY PRATAMA 5190811056
AYU FITRI DIANASARI 5190811058
Laporan Tugas Besar Analisis Struktur Jembatan ini telah diperiksa dan disetujui
oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Besar Analisis Struktur Jembatan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan
tugas besar jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta dari mata kuliah Analisis Struktur Jembatan.
Dalam menyusun laporan ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil.
2. Bapak Ir. Adwitya Bhaskara, S.T., M.T., selaku dosen wali.
3. Bapak Algazt Aryad Masagala, S.T., M.Eng., selaku dosen pengampu mata
kuliah Analisis Struktur Jembatan.
4. Saudara/i Angga Saputra, Apolynaris Jame Tuka, Ersa Kirana Putri, Giska
Ayunisa Risky Nugroho, Yoseph Satrio Resky A.P selaku asisten tugas
besar Analisis Struktur Jembatan
5. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Teknologi Yogyakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu selama penyusunan laporan ini.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki,
laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan untuk peningkatan
berikutnya.
Semoga laporan paraktikum ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
v
BAB 3 BAGAN ALIR PERENCANAAN .................................................... 20
3.1. Bagan Alir Perencanaan .............................................................................. 20
BAB 4 PEMBEBANAN JEMBATAN .......................................................... 21
4.1. Pembebanan Pada Jembatan ........................................................................ 21
4.2. Beban Tetap Pada Jembatan ........................................................................ 21
4.2.1 Beban Mati ........................................................................................ 21
4.2.2 Berat Sendiri ...................................................................................... 23
4.2.3 Berat Mati Tambahan ........................................................................ 24
4.3. Beban Hidup ................................................................................................ 25
4.3.1 Beban Lajur (D) .................................................................................. 25
4.3.2 Pembebanan Truk (T) ........................................................................ 26
4.3.3 Gaya Rem .......................................................................................... 27
4.3.4 Pembebanan Untuk Pejalan Kaki ....................................................... 27
4.3.5 Beban Angin (EW) ............................................................................ 28
4.3.6 Beban Gempa (EQ) ........................................................................... 29
4.3.7 Kombinasi Beban .............................................................................. 30
BAB 5 PEMODELAN .................................................................................... 32
5.1. Pemodelan Analisis SAP 2000 .................................................................... 32
5.2. Output SAP 2000 ......................................................................................... 51
BAB 6 ANALISIS PERHITUNGAN ............................................................ 53
6.1. Data Umum Jembatan ................................................................................ 53
6.2. Perhitungan Pembebanan ............................................................................ 56
6.2.1 Beban Lajur (D) .................................................................................. 56
6.2.2 Beban Kendaraan ............................................................................... 58
6.2.3 Gaya Rem .......................................................................................... 58
6.2.4 Beban Hidup Pejalan Kaki ................................................................. 59
6.3. Beban Angin (EW) ...................................................................................... 60
6.3.1 Tekanan Angin Horizontal ................................................................. 61
6.3.2 Beban Angin ...................................................................................... 61
6.3.3 Beban Angin Perjoint Rangka Jembatan ........................................... 62
6.4. Beban Gempa (EQ) ..................................................................................... 62
6.5. Perhitungan Output Gaya Dalam ................................................................. 67
v
6.5.1 Data profil baja Bracing Atas (IWF.300.300.10.25) .......................... 68
6.6. Perhitungan Baut ....................................................................................... ..70
BAB 7 PENUTUP ...........................................................................................72
7.1. Kesimpulan .................................................................................................72
7.2. Saran ...........................................................................................................75
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 6.20 Data Profil Baja Ikatan Angin Atas .....................................................98
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam perencanaan konstruksi jembatan di Indonesia dan LRFD (Load and
Resistance Factor Design) tanpa mengesampingkan nilai estetika.
Pemilihan jembatan sistem rangka pelengkung di pilih dengan alasan ketika
jembatan sistem rangka pelengkung menahan beban akibat berat sendiri dan beban
lalu lintas, setiap bagian pelengkung menerima gaya tekan yang membuat jembatan
pelengkung lebih efisien dari jembatan balok. Kekuatan struktur jembatan
pelengkung juga masih dibatasi. Untuk jembatan yang struktur utamanya diatas
lantai kendaraan, semakin besar sudut kelengkungannya (semakin tinggi
lengkungannya) maka pengaruh gaya tekan akan semakin kecil, namun itu berarti
bentangnya menjadi lebih kecil. Jika diinginkan membuat jembatan pelengkung
dengan bentang panjang, maka sudut pelengkung harus diperkecil sehingga gaya
tekan menjadi lebih besar dan diperlukan abutmen yang lebih besar untuk menahan
gaya horizontal tersebut.
Bentuk jembatan pelengkung adalah inovasi dari peradaban manusia yang
memiliki nilai estetika tinggi namun memiliki struktur yang sangat kuat yang
terbukti jembatan pelengkung Romawi kuno masih berdiri sampai sekarang (civil
in action, 2009).
2
penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor
kecelakaan bagi penyeberang jalan.
3. Jembatan Kereta Api (railway bridge)
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api. Perencanaan
jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga beban yang
diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api yang melewati jembatan
tersebut.
4. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah
jembatan baru dapat berfungsi.
3
2. Jembatan Gelagar (beam bridge)
Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat
dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan
menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat
yang merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi
panjang bentang 5 – 40 meter.
4
4. Jembatan Gantung (suspension bridge)
Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable) yang
memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatan
biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan
gelagar terletak pada kabel. Apabila terjadi beban angin dengan intensitas
tinggi jembatan dapat ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk
mencegah sulitnya mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi.
Pemasangan gelagar jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel
terpasang, dan kabel sekaligus merupakan bagian dari struktur launching
jembatan. Jembatan ini umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai
1400 meter.
5
efisien karena analisa 11 penampang berdasarkan penampang utuh. Jembatan
jenis ini digunakan untuk variasi bentang jembatan 20 - 40 meter.
6. Jembatan Rangka (truss bridge)
Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa
segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga
setiap batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan
rangka merupakan salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat dalam beragam
variasi bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung atau kantilever. Jembatan
ini digunakan untuk variasi panjang bentang 50 – 100 meter.
6
gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang
bentang 20 – 40 meter.
7
perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan beton prategang
bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah.
4. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang
panjang dengan bsfzeban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
5. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau
berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing – masing
bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur
yang lebih efisien.
8
BAB 2
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN
BAB 2
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN
2.1 Umum
Pada saat ini telah banyak dibangun jembatan bentang panjang maupun
bentang pendek di beberapa wilayah di Indonesia. Namun prasarana tersebut tidak
didukung oleh konstruksi struktur jembatan yang memadai misalkan terjadinya
retak pada bagian gelagar adapula jembatan yang runtuh pada saat proses
pelaksaaan masih dilakukan. Akibatknya terjadi kerusakan pada sejumlah jembatan
di beberapa wilayah Indonesia sehingga jembatan tidak dapat difungsikan
sebagaimana mestinya. Dengan demikian untuk meminimalisir hal yang tidak
diinginkan dibutuhkan perencanaan, pelaksanaan, perawatan serta perbaikan pada
suatu jembatan secara sistematis dan benar. Kriteria perencanaan struktur adalah
memenuhi syarat kekuatan, kelakuan, dan daktilitas.
Konstruksi jembatan dapat dlakukan dengan menggunakan material baja,
beton, dan kayu. Rangka batang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari
sejumlah batang-batang yang disambung satu dengan yang lain pada kedua
ujungnya, sehingga membentuk satu kesatuan struktur yang kokoh. Jembatan
rangka batang jika dibandingkan dengan jembatan sederhana, jembatan rangka
batang dapat memberikan nilai kekakuan yang lebih tinggi untuk panjang bentang
yang sama. Selain itu jumlah material yang diperlukan jembatan rangka batang
lebih sedikit untuk menghasilkan kekakuan yang sama besar. Meskipun analisis
struktur rangka batang dapat dilakukan secara sederhana, namun dalam melakukan
perancangan dan analisis struktur, diperlukan waktu yang bervariasi. Semakin
kompleks bentuk struktur rangka batang dan jumlah batangnya, maka waktu yang
diperlukan untuk merancang dan menganalisis struktur tersebut semakin lama.
Untuk membantu dalam menganalisis struktur jembatan kami menggunakan
software SAP 2000 v.11.11
Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan
pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi
9
persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan
efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah ditentukan.
10
dengan bentang 20 meter, yang akan dibangun di daerah pedalaman atau
pegunungan tentunya kurang relevan karena akan sulit dalam pengangkutan dan
pelaksanaannya yang akan melalui jalan berliku.
11
Tabel 2.1 Tipe Jembatan dan Aplikasi Panjang Jembatan
Panjang
Contoh jembatan dan
No Tipe Jembatan Bentang
Panjangnya
(m)
1 Gelagar Beton Precast 10-300 Stolmasundet, Norwegia, 301 m
2 Gelagar Baja I/Kotak 15-376 Jembatan Stalassa, Itali, 376 m
3 Rangka Baja 40-550 Quebec, Canada, 549 m
4 Baja Lengkung 50-550 Shanghai Lupu, China, 550 m
Wan Xian, China, 425 m (pipa baja
5 Baja Lengkung 40-425
berisi beton)
6 Kabel Tarik 110-1100 Sutong, China, 1088 m
7 Gantung 150-2000 Akaski-Kaikyo, Jepang, 1991 m
12
ditentukan oleh pemiihan tipe struktur utama dan jenis mterial optimum.
13
Memiliki dimensi yang ekonomis dan terletak pada posisi yang aman,
terhindar dari kerusakan akibat: gerusan arus air, penurunan tanah,
longsoran lokal dan global
Kuat menahan beban berat struktur ata, beban lalu lintas, beban angin dan
beban gempa.
Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyutan, tumbukan
kapal, dan tumbukan kendaraan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, secara garis besar jenis pilar dan
tipe-tipe bangunan bawah yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Tipikal Jenis Pilar Jembatan
14
(Sumber: Chen & Duan, 2000)
15
(Sumber: Chen & Duan, 2000)
Acuan perencanaan teknis :
a. Perencanaan bangunan bawah menggunakan Limit States atau Rencana
Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit
States (SLS).
b. Struktur bangunan bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan antara lain: selimut beton yang
digunakan minimal 30 mm (daerah normal) dan minimal 50 mm (daerah
agresif).
16
Disarankan tidak menggunakan fondasi langsung pada daerah dengan
gerusan/scouring yang besar, jika terpaksa berikan perlindungan fondasi
terhadap scouring.
Hindari peletakkan fondasi pada daerah gelincir local dan gelincir global,
jika kepala jembatan atau pilar jembatan harus diletakkan pada lereng
sungai.
Hindari penyebaran gaya dari fondasi kepala jembatan jatuh ke
lereng/tebing sungai.
Gunakan fondasi sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala atau pilar
jembatan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, secara garis besar tipe-tipe
fondasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5. Pemilihan Bentuk pondasi
17
2.4.1 Sistem Struktur
Dalam perencanaan struktur, jembatan dibagi ke dalam dua sistem struktur,
yaitu sistem struktur bawah (substructure) dan sistem struktur atas (Superstructure)
1. Struktur bawah
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul beban struktur atas dan beban lain
yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air, dan hanyutan, tumbukan,
gesekan, pada tumbuan untuk disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban oleh
fondasi ke dasar tanah.
2. Struktur atas
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliput berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalulintas
kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dan lain sebagainya.
18
1. Kekuatan (Strength)
2. Kekakuan (Stiffness)
3. Ekonomis
Macam-macam alat sambung yaitu:
1. Baut (bolt)
2. Paku keliling (rivet)
3. Las (welding)
4. Paku pin
19
BAB 3
BAGAN ALIR PERENCANAAN
BAB 3
BAGAN ALIR PERENCANAAN
Bagan Alir Untuk mempermudah dalam perencanaan suatu jembatan, dibuat suatu
alur sistematika. Adapun alur sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
MULAI
Mengumpulkan
data dan Literatur
Modifikasi
Tidak OKE
Evaluasi
Desain Awal
OKE
Desain Akir
1. Modifikasi Akhir
Gambar
2. Model Struktur Akhir
3. Hitungan Akhir
20
BAB 4
PEMBEBANAN JEMBATAN
BAB 4
PEMBEBANAN JEMBATAN
21
kerapatan massa dan berat isi untuk berbagai macam bahan diberikan dalam tabel.
Tabel 4.1 berat isi untuk beban mati
No. Bahan Berat isi Kerapatan Massa
(kN/m3) (kg/m3)
1 Lapisan permukaan beraspal
22,0 2245
(bituminous wearing surfaces)
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
3 Timbunan tanah dipadatkan
17,2 1755
(compacted sand, silt or clay)
4 Kerikil dipadatkan (rolled gravel,
18,8-22,7 1920-2315
macadam or ballast)
5 Beton aspal (asphalt concrete) 22,0 2245
6 Beton ringan (low density) 12,25-19,6 1250-2000
7 Beton
22,0-25,0 2320
f’c < 35 MPa
35 < f’c < 105 MPa 22 + 0,022 f’c 2240+2,29 f’c
(Sumber: Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016)
Pengambilan kerapatan massa yang besar, aman untuk suatu keadaan batas
akan tetapi tidak untuk keadaan yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
digunakan faktor beban terkurangi. Akan tetapi, apabila kerapatan massa diambil
dari suatu jajaran nilai, dan nilai yang sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan
tepat, perencana harus memilih di antara nilai tersebut yang memberikan keadaan
yang paling kritis.
22
Tabel 4.2 Faktor beban untuk berat sendiri
Bahan Berat isi Kerapatan Massa
No.
(kN/m3) (kg/m3)
1 Lapisan permukaan beraspal
(bituminous wearing surfaces) 22,0 2245
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
3 Timbunan tanah dipadatkan
(compacted sand, silt or clay) 17,2 1755
4 Kerikil dipadatkan (rolled gravel,
macadam or ballast) 18,8-22,7 1920-2315
5 Beton aspal (asphalt concrete) 22,0 2245
6 Beton ringan (low density) 12,25-19,6 1250-2000
7 Beton f’c < 35 MPa 22,0-25,0 2320
23
Semua jembatan harus direncanakan untuk bisa memikul beban tambahan
yang berupa aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari
kecuali ditentukan lain oleh instansi yang berwenang. Lapisan ini harus
ditambahkan pada lapisan permukaan yang tercantum dalam gambar rencana. Berat
pipa untuk saluran air bersih,saluran air kotor, dan lain-laiinya harus ditinjau pada
keadaan kosong dan penuh sehingga keadaan yang paling membahayakan dapat
diperhitungkan.
24
Gambar 4.1 beban lajur (D)
(Sumber : Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016)
25
jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang
total jembatan:
H TB = 250 untuk L ≤ 80 m
H TB = 250 + 2,5 (L – 80) untuk 80 m < L < 180 m
H TB = 500 untuk L ≥ 180 M
26
sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus terhadap arah angin. Arah ini
harus divariasikan untuk mendapatkan pengaruh yang paling berbahaya terhadap
struktur jembatan atau komponen-komponennya. (Sumber: SNI 1725-2016 Pasal
9.6 Hal 55).
Perencana dapat menggunakan kecepatan rencana dasar yang berbeda untuk
kombinasi pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang bekerja
pada kendaraan. Arah angin rencana harus diasumsikan horizontal. Tekanan angin
rencana dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
PD = PB (VDZ / VB)2
Dengan, PB = tekanan angin dasar
Tabel 4.4 Tekanan Angin Dasar
𝑉𝐷𝑍
PD = PB ( 𝑉𝐵 )2
2. Angin Hisap
𝑉𝐷𝑍
PD = PB ( 𝑉𝐵 )2
27
c. Beban angin per joint rangka jembatan
1. Beban angin tekan = EWs tekan. L
Jadi beban angin tekan perjoint rangka = Beban angin tekan / n (jumlah
joint)
2. Beban angin hisap = EWs tekan. L
Jadi beban angina hisap perjoint rangka = Beban angin tekan / n (jumlah
joint)
𝐶𝑠𝑚
𝐸𝑄 = 𝑥 𝑤𝑡
𝑅𝑑
Keterangan:
EQ = adalah gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm = adalah koefisien respons gempa elastis
Rd = adalah faktor modifikasi respons
Wt = adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup (kN).
Ketentuan:
Jika T < To , maka Csm = (SDS – As) (T/To) + As
Jika To ≤ T ≤ Ts, maka Csm = SDS
Jika T > TS, maka Csm = SD1/T
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa
rencana. Koefisien percepatan yang telah diperoleh berdasarkan peta gempa
28
dikalikan dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan tanah sampai
kedalaman 30 m di bawah struktur jembatan. Ketentuan pada standar ini berlaku
untuk jembatan konvensional. Ketentuan ini tidak perlu digunakan untuk struktur
bawah tanah, kecuali ditentukan lain oleh pemilik pekerjaan. Pengaruh gempa
terhadap gorong-gorong persegi dan bangunan bawah tanah tidak perlu
diperhitungkan kecuali struktur tersebut melewati patahan aktif. Pengaruh
ketidakstabilan keadaan tanah (misalnya: likuifbeban, longsor, dan perpindahan
patahan) terhadap fungsi jembatan harus diperhitungkan. Perhitungan pengaruh
gempa terhadap jembatan termasuk beban gempa, cara analisis, peta gempa, dan
detail struktur mengacu pada SNI 2833:2008 Standar perencanaan ketahanan
gempa untuk jembatan.
29
8 1DL+0,5LL+1WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)+ Beban Angin (WL)
30
BAB 5
PEMODELAN
BAB 5
PERMODELAN
31
untuk Ordinate pada Y Grid Data diisi sesuai dengan data lebar jembatan
(sesuai gambar). Kemudian pilih OK dan OK lagi.
32
Gambar 5.5 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
5. Menginput penampang baja sesuai data profil paja yang digunakan
yaitu:
Pilih Define Frame Sections
Pilih Add New Property kemudian pilih penampang I (IWF):
Gelagar Melintang : profil IWF 498.432.45.70
Batang Diagonal (Web) : profil IWF 498.432.45.70
Gelagar Memanjang Atas : profil IWF 498.432.45.70
Gelagar Memanjang Bawah : profil IWF 700.300.13.24
Gelagar Memanjang Tengah : profil IWF 350.350.12.19
Bracing Atas : profil IWF 300.300.10.15
Ikatan angin bawah : profil L 250.250.35
Ikatan angin Atas : profil L 250.250.35
33
Gambar 5.7 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
6. Menginput data slab jembatan yang digunakan yaitu:
Pilih Define Area Sections
Pilih Add new section kemudian diisi ketebalan Slab (plat lantai jembatan)
= 0,2 m
34
7. Mulai menggambar model struktur jembatan truss pada grid yang telah
dibuat dengan cara pilih Draw Frame/Cable Element. Penggambaran
dilakukan sesuai denah rangka yang telah dibuat sebelumnya. Metode
penggambaran yaitu terputus tiap segmennya pada tiap – tiap joint
sambungan sesuai dengan penempatan masing – masing nama batangnya.
35
Gambar 5.12 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
9. Setelah itu dipasangi tumpuan pada masing – masing ujung dari struktur
truasnya, yaitu berupa tumpuan sendi dan rol.
Klik terlebih dahulu titik yang akan dipasangi tumpuan sendi (ujung kiri
truss)
Kemudian pilih Assign Joint Restraints kemudian pilih pada bagian
tumpuan sendi OK. Klik lagi titik yang akan dipasangi tumpuan rol
(ujung kanan truss).
36
Klik Set Display Option pada kolom General centang Extrude View
OK
11. Untuk mendapatkan nilai Periode Alami (T) dan Berat Jembatan (Wt)
maka harus dilakukan proses Running Analysis. Namun sebelum itu
jembatan perlu disatukan dulu dalam satu grup.
Blok seluruh bagian jembatan
Pilih Assign Assign to Group Add New Group kemudian OK
Kemudian lakukan Proses Running dengan cara klik Run Analysis (F5)
37
12. Akan muncul nilai periode seperti gambar dibawah ini:
Maka nilai periode alami (T) jembatan = 0,39708 s. Nilai periode harus
berkisar antara 0,3 - 0,8 jika tidak lakukan modify pada material.
38
Gambar 5.20 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
15. Menginput beban mati tambahan pada slab (DL)
Slab (plat lantai) jembatan terlebih dahulu di blok, dengan cara pilih Select
Select Properties Area Sections kemudian pilih Slab OK
Kemudian Assign Area Loads Uniform to Frame
Masukan nilai beban mati tambahan (Dead) = 1,7 kN/m2 OK
39
Gambar 5.22 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
17. Memasukan beban lajur akibat beban kendaraan lalu lintas rencana pada
gelagar memanjang.
a. Beban lajur merata (Q) pada gelagar memanjang
Gelagar memanjang jembatan terlebih dahulu di blok.
Kemudian Assign Frame Load Distributed
Masukan nilai beban hidup (Live) merata = 7,372 kN/m2 OK
40
b. Beban terpusat (P) pada ½ bentang, ¼ bentang kiri, dan ¼ bentang kanan
Klik joint bagian tengah jembatan, joint ¼ dari kiri jembatan, dan ¼ dari
kanan jembatan .
Kemudian Assign Joint Loads Forces.
Pada kolom Force Global Z masukan nilai beban hidup (Live) terpusat
= 9,58 kN OK
41
Gambar 5.28 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
42
Gambar 5.31 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
19. Memasukan beban gempa statik ekivalen pada pusat massa (diafraghma)
slab lantai jembatan. Terlebih dahulu membuat diafraghma pada lantai
jembatan dengan cara blok seluruh gelagar dan lantai jembatan
kemudian Assign Joint Constraints Kemudian dibuat diafraghma
lantainya.
43
Gambar 5.34 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
Pada kolom FX di isikan nilai beban gempa lateral arah X sebesar 1469,247
kN lalu OK.
20. Memasukan beban ultimit kombinasi dari semua beban yang bekerja secara
besaramaan dengan kombunasi sebagai berikut:
Comb 1 : 1,4DL
Comb 2 : 1,2DL + 1,6LL
Comb 3 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 4 : 1,2DL + 1LL – 1EQX – 0,3EQY
Comb 5 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY
Comb 6 : 1,2DL + 1LL – 0,3EQX – 1EQY
Comb 7 : 1,2DL + 1LL + 1,6WL
44
Comb 8 : 1,2DL + 1LL – 1,6WL
Pilih Define Combinations Add New Combo
Masukan kombinasi beban tersebut satu persatu sesuai kode kombinasinya
lalu OK.
Kemudian klik Run Now dan tunggu sampai proses selesai Analysis
Complete kemudian OK.
22. Cek kapasitas penampang dengan cara
Klik Start Steel Design/Check of Structure
45
Tunggu sampai prosesnya selesai kemudian perhatikan gradasi warnanya
(jangan sampai ada batang yang berwarna merah).
46
Gambar 5.40 Langkah-Langkah SAP Pembebanan Jembatan
Kemudian di Ms. Excel data tersebut diolah untuk memproleh nilai Momen
M3 (Mu+ dan Mu-), Gaya Geser V2 (Vu+ dan Vu-), serta Gaya Aksial P (Pu+
dan Pu-).
24. Mencari nilai lendutan (displacement) di tengah bentang (1/2 L) maupun di
seperempat bentang kiri dan kanan jembatan.
Klok joint pada gelagar ditengah bentang untuk mendapatkan nilai lendutan
½L
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output
Displacement OK
47
5.2 OUTPUT SAP2000
1. Gambar
Gambar Jembatan Truss 3D dapat dilihat pada gambar berikut.
48
Gambar 5.45 BMD jembatan Truss
5. Gaya aksial Jembatan Truss
Berikut adalah hasil akibat adanya gaya aksial yang terjadi pada
jembatan truss.
49
BAB 5
ANALISIS PERHITUNGAN
BAB 6
ANALISIS PERHITUNGAN
50
Tabel 6.1 Gelagar Memanjang A (GPA)
IWF 498.432.45.70
H= 498 mm
B= 432 mm
t1 = 45 mm
t2 = 70 mm
r= 22 mm
A= 77010 mm2
Ix = 2980000000 cm4
Iy = 9440000000 cm4
Zx = 12000 cm3
51
H= 350 mm
B= 350 mm
t1 = 12 mm
t2 = 19 mm
r= 18 mm
2
A= 17390 mm
4
Ix = 403000000 cm
4
Iy = 136000000 cm
3
Zx = 1360 cm
52
H= 250 mm
B= 250 mm
t1 = 35 mm
t2 = 35 mm
r= mm
A= 16260 mm2
Ix = 144000000 cm4
Iy = 37900000 cm4
Zx = 519 cm3
6.2 Pembebanan
Beban hidup adalah semua berat benda yang melintas pada jembatan, yaitu
berat kendaraan. Trailer yang melewati jembatan dan juga berat pejalan kaki yang
melewati jembatan.
53
Gambar 6.1 Beban Lajur (D)
= 7,88 1,5
= 11,812 kN/m
PTD = ( 1 DLA) p s
= (1 + 0,4) 49 1, 5
= 102,9 kN
54
6.2.2 Beban Kendaraan
Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban pejalan kaki dan
beban bergerak (kendaraan). Beban kendaraan yang diperhitungkan adalah truk
Sesuai SNI 1725-2016 pasal 8.4.1 seperti ditunjukan pada gambar 4.3.
55
Jarak gelagar (s) = 1, 5 m
HTB
n
Gaya rem =
= 250/5
= 50 kN
Jumlah joint pada gelagar = 9 joint
Gaya Rem
Maka gaya rem yang bekerja pada joint gelagar =
Jumlah joint
= 50/9
= 5,56 kN
= 4,010 kN/m2
56
6.3 Beban Angin (EW)
Tekanan angin yang diasumsikan disebabkan oleh angin rencana dengan
kecepatan dasar (VB) sebesar 90 hingga 126 km/jam. Beban angin harus
diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan yang terekspos oleh angin.
Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua komponen, termasuk
sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus terhadap arah angin. Arah ini
harus divariasikan untuk mendapatkan pengaruh yang paling berbahaya terhadap
struktur jembatan atau komponen-komponennya.
(Sumber: SNI 1725-2016 Pasal 9.6 Hal 55).
Perencana dapat menggunakan kecepatan rencana dasar yang berbeda untuk
kombinasi pembebanan yang tidak melibatkan kondisi beban angin yang bekerja
pada kendaraan. Arah angin rencana harus diasumsikan horizontal. Tekanan
angin rencana dapat ditentukan dengan persamaan:
𝑉𝐷𝑍 2
𝑃𝐷 = 𝑃𝐵 𝑥 ( 𝑉𝐵 ) ................................................................... persamaan 1.1
Dengan :
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/m pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
57
6.3.1 Tekanan Angin Horizontal (VDZ)
Tabel 6.9 Nilai Vo dan Zo
𝑉10 𝑍
𝑉𝐷𝑍 = 2,5 𝑥 𝑉𝑜 𝑥 ( 𝑉𝐵 ) ln (𝑍𝑜)
= 163,7409 km/jam
Hasil perhitungan tekanan angin rencana lebih dari 4,4 kN/m, maka
beban angin yang digunakan adalah sebesar 7,944023 kN/m pada bidang
tekan, dan 3,972012 kN/mm pada bidang hisap.
58
= 7,944023 kN/m 𝑥 40 m
= 317,760 kN
Jumlah joint rangka (n) = 24 joint
Beban Angin Tekan
Beban angin tekan perjoint rangka = (Jumlah Joint Rangka)
= 317,760/24
= 13,24 kN
2. Beban angin hisap
Beban angin hisap = Ews hisap 𝑥 L
= 3,972012 kN/m 𝑥 40 m
= 158,880 kN
Jumlah joint rangka (n) = 24 joint
Beban Angin Tekan
Beban angin hisap perjoint rangka = (Jumlah Joint Rangka)
= 158,880/24
= 6,62 kN
Dimana:
EQ : Gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : Koefisien respons gempa elastik pada moda getar ke-m
R : Faktor modifikasi respon
Wt : Berat total struktur (kN)
Perhitungan gempa menggunakan SNI 2833-2016 tetang perancangan
jembatan terhadap beban gempa dengan peta gempa 2010. Perhitungan gempa
secara statik ekivalen.
59
Lokasi = Kendari
Jenis Tanah = Sedang
1. Menentukan parameter percepatan gempa
Percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
PGA = 0,2 s
Gambar 6.6 Peta Respon Spektra Percepatan 0,2 detik di batuan dasar untuk
probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun
Respon spektra percepatan 1 detik di batuan dasar (S1)
S1 = 0,1 s
60
Gambar 6.7 Peta Respon Spekta percepatan 1 detik di batuan dasar untuk
ptobabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun
2. Menentukan Faktor Situs
Faktor amplifikasi untuk PGA dan periode 0,3 detik
Tabel 6.10 Faktor amplifikasi untuk PGA 0,3 detik
61
Tabel 6.11 Faktor amplifikasi untuk periode 1 detik
= 0,3428571 s
To = 0,2 𝑥 TS = 0,2 𝑥 0,3428571
= 0,0685714 s
Periode getar alami SAP 2000 (T) = 0,35535 s (TO≤T≤Ts)
Ketentuan :
Jika T<TO, maka Csm = (SDS-As)(T/TO)+As
Jika TO≤T≤Ts, maka Csm = SDS
Jika T>Ts, maka Csm = SD1/T
= 2192,3071 kN
62
4. Kombinasi pembebanan
Kombinasi beban adalah penjumlahan jenis beban kerja yang diperkirakan
dapat bekerja bersamaan dengan jenis beban lain dalam dalam waktu yang
sama. Kombinasi beban yang digunakan untuk analisis struktur jembatan
adalah seperti pada tabel 8.
Tabel 6.12 Kombinasi Pembebanan
No Kombinasi Beban Keterangan
1 1,4DL Beban mati berat sendiri (DL)
2 1,2DL + 1,6LL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)
3 1DL+0,5LL+1EQX+0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)+Beban gempa sumbu x
(EQX)+Beban gempa sumbu y (EQY)
4 1 DL+0,5LL+1EQX-0,3EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)+Beban gempa sumbu x
(EQX)-Beban gempa sumbu y (EQY)
5 1DL+0,5LL-0,3EQX+1 EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)-Beban gempa sumbu x
(EQX)+Beban gempa sumbu y (EQY)
6 1DL+0,5LL-0,3EQX-1EQY Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)-Beban gempa sumbu x
(EQX)-Beban gempa sumbu y (EQY)
7 1DL+0,5LL+1WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)+Beban Angin (WL)
8 1DL+0,5LL+1WL Beban mati berat sendiri (DL) + Beban
hidup (LL)+ Beban Angin (WL)
63
Tabel 6.14 Data Profil Baja Gelagar Melintang
Bracing Atas = BA 300.300.10.15
Kuat Leleh Baja (Fy) = 240 Mpa W = 94 kg/m
Kuat Tarik Baja (Fu) = 370 Mpa Ix = 204000000 mm4
4
Elastisitas Baja (Ɛ) = 2100000 Mpa Iy = 67500000 mm
Angka Poison = 0,3 rx = 131 mm
h = 300 mm ry = 75,1 mm
bf = 300 mm L = 8000 mm
tw = 10 mm Sx = 1360000 mm3
3
tf = 15 mm Sy = 450000 mm
2
A = 11980 mm L total = 40000 mm
G = 80000 Mpa Fr = 70
K = 0,65 Fcr = 3454,949984
𝐾𝑥𝐿
Sumbu Y (𝜆𝑦) =( ) ≤ 200
ry
0,65 𝑥 8000
=( ) ≤ 200
75,1
Karena 𝜆𝑥 > 𝜆𝑦, atinya sumbu Y lebih lemah dari sumbu X batang tekan
lebih berpotensi tertekuk terlebih dahulu pada sumbu Y. Maka perhiungan
dilakukan pada sumbu Y.
64
300
= (2 x 15)
= 10
250
𝜏𝑟 = (√Fy)
250
= (√240)
= 16,137
𝜆𝑓 ≤ 𝜆𝑟
10 ≤ 16,137.... KOMPAK
b. Web
ℎ
𝜆𝑤 = (tw)
300
= ( 10 )
= 30
665
𝜆𝑟 = ( √fy )
665
= (√240)
= 42,925
𝜆𝑤 ≤ 𝜆𝑟
30 ≤ 42,925 .... KOMPAK
3. Kontrol lentur
Menentukan batasan momen plastis (Mp)
J = 2 𝑥 (1 𝑥 bf 𝑥 tf3) + 1 𝑥 (ℎ − 2𝑡𝑓) x tw3
3 3
1 3 1 3
= 2 𝑥 (3 𝑥 300 𝑥 15 ) + 3 𝑥 (300 − 2𝑥15) x 10
= 337500 mm4
1
IW = x Iy x h²
4
= 1
x 67500000 x 300²
4
= 1518750000000 mm6
X1 = 𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴
𝑥 2
𝑆𝑥
= 65
=
= 42571,20124 Mpa
2
𝑆𝑥 𝐼𝑤
4𝑥( ) 𝑥
X2 = 𝐺𝐽 𝐼𝑦
2
1360000 1518750000000
= 4𝑥( ) 𝑥
80000 𝑥 337500 67500000
= 0,00022835 mm2/N
Zx = 𝑏𝑓𝑥 𝑡𝑓 (𝑑 − tf) + 1 𝑥 𝑡𝑤 𝑥 (𝑑 − 2𝑡𝑓)
4
= 300 𝑥 15 (300 − 15) + 1 𝑥 15 𝑥 (300 − 2 𝑥 15)
4
= 1464750 mm3
Mn = MP = 𝑍𝑥 ∗ 𝐹𝑦
= (1464750 x 240)
= 351540000 Nmm
Menentukan kuat nominal penampang dengan pengaruh tekuk lateral
Kontrol penampang termasuk bentang pendek, menengah, atau panjang.
L = 8000 mm
LP = 1,76 x ry x √ 𝐸
𝐹𝑦
210000
= 1,76 x 75,1 x √ 240
= 12363,93267 mm
FL = Fy – Fr
= 240 – 70
= 170 MPa
Lr = 𝑋1
𝑟𝑦 ( ) √1 + 1 + 𝑋2 𝑥 𝑓𝑙²
𝑓𝑙
42571,20124
= 75,1 ( ) √1 + 1 + 0,00022835𝑥 170²
170
= 36451 mm
Jadi, Lp < L < Lr, termasuk ...BENTANG MENENGAH
Menentukan kuat lentur plastis MP
Maka Mn = Mp = 351540000 Nmm
ØMn = 0,9 x Mn = 351540000 x 0,9
66
= 316636000 KNm
Mu ≤ ØMn
33,5003 ≤ 316,386 → AMAN
4. Kontrol kuat geser
Ketebalan minimum Web = ℎ 𝐸
≤ 2,24 𝑥√
𝑡𝑤 𝑓𝑦
300 210000
= ≤ 2,24 𝑥√
10 240
5. Parameter kelangsingan
Ditinjau berdasarkan sumbu lemah (Y)
𝐿 𝐾 𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = √
𝜋 𝑟𝑦 𝐸
8000 𝑋 0,65 240
𝜆𝑐𝑦 = √
3,14 𝑥 75,1 210000
= 0,236
Nilai koefisien tekuk ( ω ) diambil berdasarkan
Untuk λc ≤ 0,25 maka ω =1
1,43
Untuk 0,25 < λc< 1,2 maka ω =
1,6 − 0,67 𝜆𝑐
Untuk λc ≥ 1,2 maka ω = 1,25 λc2
67
1,43
Maka ω =
1,6 − 0,67 𝜆𝑐
= 1,43
1,6 − 0,67 𝑥 0,236
= 0,992
6. Tahanan Nominal Tekan
Nn = Ag x Fcr
= 11980 x 3454,94
= 41390300,81
φ Nn = 0,9 x 41390300,81
= 37251270,73
Nu = Pu < φ Nn
17,068 kN < 37251270,73 kN.... AMAN
68
Tabel 6.15 Rekapitulasi Frame
Kontrol Lentur Kontrol Kuat Geser Tahanan Tekan Tahanan Tarik
FRAME
Mu ᶲMn Vu ᶲVn Nu ᶲNn Pu ᶲTn Pu Tn
BA 33,5003 316,386 17,068 388,8 17,068 37251270,7 17,068 2587680 17,068 3590406
300.300.10.15 AMAN AMAN AMAN AMAN AMAN
BD 137,3095 3107,06604 34,087 2904,336 34,087 523115371 34,087 16634160 34,087 23079897
498.432.45.70 AMAN AMAN AMAN AMAN AMAN
GM 814,7089 3107,06604 234,969 2904,336 234,969 523115371 - - - -
498.432.45.70 AMAN AMAN AMAN - -
GM 2 1174,122 3107,06604 380,735 2904,336 380,735 523115370,6 - - - -
498.432.45.70 AMAN AMAN AMAN - -
GPA 248,6153 3107,06604 62,13 2904,336 62,13 523115370,6 62,13 16634160 62,13 23079897
498.432.45.70 AMAN AMAN AMAN AMAN AMAN
GPB 52,9435 1349,73821 62,996 1179,36 62,996 5968355715 - - - -
700.300.13.24 AMAN AMAN AMAN - -
GPT 38,8878 538,527312 44,786 544,32 44,786 7492185336 - - - -
350.350.12.19 AMAN AMAN AMAN - -
IAA L 10,656 467,586 6,315 1134 6,315 20913137,98 6,315 3512160 6,315 4873122
250.250.35.35 AMAN AMAN AMAN
IAA L 33,6398 467,586 50,471 1134 50,471 20913137,98 - - - -
250.250.35.35 AMAN AMAN AMAN - -
TJ 498.432.45.70 - - - - - - 0 16634160 0 23079897
- - - AMAN AMAN
50
6.5.2 Perhitungan Baut
Tabel 6.16 Perhitungan Baut
Pu Vu Mu
FRAME
Max Min Max Min Max Min
BA 300.300.10.15 72,372 73,738 17,068 17,067 33,5003 37,0766
BD 498.432.45.70 2484,281 1538,248 34,087 34,078 137,3095 85,7584
GM 498.432.45.70 0 0 234,969 234,969 814,7089 23,6377
GM 2 498.432.45.70 0 0 380,735 380,735 1174,122 42,0396
GPA 498.432.45.70 1550,625 4401,148 62,13 62,13 248,6153 0
GPB 700.300.13.24 0 0 62,996 62,996 52,9435 95,63
GPT 350.350.12.19 0 0 44,786 44,786 38,8878 45,020
IAA L 250.250.35.35 121,203 124,545 6,315 6,315 10,656 3,07
IAB L 250.250.35 0 0 50,471 50,471 33,6398 42,99
TJ 400.400.13.21 1214,651 169,524 0 0 0 0
50
Faktor pengaruh ulir pada bidang geser r1 = 0,4
Luas penampang baut Alr = p/4*d2 = 380,285 mm2
Faktor reduksi kekuatan geser fr = 0,75
Tahanan geser nominal 1 baut Vn = r1 x m x Alr x fub = 250966,5714 N
Tahanan geser 1 baut fr x Vn = 188241,4286 N
5. Terhadap Tumpu
Diameter baut d = 22 mm
Tebal plat badan tw = 10 mm
Tegangan tarik putus plat fup = 550 Mpa
Tahanan tumpu nominal plat Rn= 2,4 x d x tw x fup = 290400 N
Tahanan tumpu plat fr x Rn = 217800 N
6. Menghitung Jumlah baut
𝑃𝑢
Jumlah baut n= = 23,38
𝑉𝑑
= 23 baut
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan
jarak antar AS Baut 3d ≤ S ≤ 15 tp
jadi, 0,072 ≤ 0,072 ≤ 0,3
jarak baut ke tepi plat= 34mm (Diambil dari SNI 1729:2015 Tabel J3.4M Hal 128)
7. Kontrol Plat Siku
Luas geser plat siku (175.175.15) A = 7600 𝑚𝑚2 dari table baja
Kuat rencana ΦRn=Φ x 0.6 x Anv = 32022 N
2ΦRn = 64044 KN
2ΦRn ≥ PU
64044 ≥ 62130 AMAN!!
Nb : Perhitungan Pada Joint – joint Yang Lain ditabelkan Pada Lampiran.
Tabel 6.17 Rekapitulasi Joint
REKAP
JOINT JML. BAUT DIAMETER JML. BARIS JENIS
Joint 1 24 22 2 A-325
Joint 2 8 22 2 A-325
Joint 3 16 22 2 A-325
Joint 4 5 22 2 A-325
Joint 5 10 22 2 A-325
Joint 6 9 22 2 A-325
51
BAB 7
PENUTUP
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Hasil akhir dari perhitungan jembatan Truss adalah sebagai berikut:
1. Beban mati tambahan QDL = 4,4 kN
2. Beban hidup
a. Beban lajur
QTD = 11,8125 Kn
PTD = 102,9 kN
b. Beban kendaraan = 112,5 kN
c. Gaya rem yang bekerja pada joint gelagar = 5,56 kN
d. Beban hidup pejalan kaki QP = 4,010 kN/m2
3. Beban angin
Tekanan angin horizontal Vdz = 163,74 km/jam
Beban angin (EWS)
a. Angin tekan = 7,9440 kN/m
b. Angin hisap = 3,9720 kN/m
Beban angin per joint rangaka jembatan
a. Beban angin tekan = 317,760 kN
b. Beban angin hisap = 158,880 Kn
4. Beban gempa
a. Parameter percepatan gempa
PGA = 0,2
Ss = 0,5
S1 = 0,1
b. Faktor situs
FPGA = 1,4
Fa = 1,4
Fv = 2,4
c. Gempa statik ekuivalen
As = 0,28
71
Sds = 0,7
Sd1 = 0,24
Periode alami dari SAP 2000 (T) = 0,35535 s
Berat struktur (WT) = 4868,977 kN
EQ = 2192,3071 Kn
5. Output dalam SAP
Bracing Atas (BA)
a. PU Max = 73,372
b. Pu Min = 73,738
c. Vu max = 17,068
d. Vu min = 17,067
e. Mu Max = 33,5003
f. Mu Min = 37,0766
Bracing Diagonal (BD)
a. PU Max = 2484,281
b. Pu Min = 1538,248
c. Vu max = 34,087
d. Vu min = 34,087
e. Mu Max = 137,3095
f. Mu Min = 85,7584
72
d. Vu min = 380,735
e. Mu Max = 1174,122
f. Mu Min = 42,0396
Gelagar Memanjang A (GPA)
g. PU Max = 1550,625
c. Pu Min = 4401,148
d. Vu max = 62,13
e. Vu min = 62,13
f. Mu Max = 248,6153
g. Mu Min =0
Gelagar Memanjang B (GPB)
a. PU Max =0
b. Pu Min =0
c. Vu max = 62,996
d. Vu min = 62,996
e. Mu Max = 52,9435
f. Mu Min = 95,63
Ikatan Angin Atas (IAA)
a. PU Max = 121,203
b. Pu Min = 124,524
c. Vu max = 6,315
d. Vu min = 6,315
e. Mu Max = 10,656
f. Mu Min = 3,07
Ikatan Angin Bawah (IAB)
a. PU Max =0
b. Pu Min =0
c. Vu max = 50,471
d. Vu min = 50,471
e. Mu Max = 33,639
f. Mu Min = 42,99
Tinggi Jembatan (TJ)
73
a. PU Max = 1214,651
b. Pu Min = 169,524
c. Vu max =0
d. Vu min =0
e. Mu Max =0
f. Mu Min =0
6. Jumlah baut
REKAP
JOINT JML. BAUT DIAMETER JML. BARIS JENIS
Joint 1 24 22 2 A-325
Joint 2 8 22 2 A-325
Joint 3 16 22 2 A-325
Joint 4 5 22 2 A-325
Joint 5 10 22 2 A-325
Joint 6 9 22 2 A-325
74
7. Rekapitulasi Frame
75
7.2 Saran
a. Pada pengerjaan tugas besar Analsis Struktur Jembatan selanjutya,
sebaiknya di tambahkan perhitungan slab (Lantai Jembatan) agar
diperoleh data hitungan yang lebih detail.
b. Dalam pengerjaan perencanaan jembatan harus melakukan survey
lokasi terlebih dahulu guna untuk mendapatkan data-data yang valid
lokasi tersebut.
c. Pada saat melakukan input data pada program SAP2000 harus dengan
teliti sesuai dengan data yang telah direncanakan.
d. Pada saat melakukan perancangan elemen-elemen struktur hendaknya
mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan
dilapangan dari segi ekonomisnya.
76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Putri Febrianty, Dwi. 2021. Tugas Besar Analisis Struktur Jembatan. Yogyakarta:
Universitas Teknologi Yogyakarta
LAMPIRAN