Oleh:
TUGAS PERENCANAAN
Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS PERENCANAAN
Oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing
Laporan Tugas Perencanaan ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar sarjana (S1), pada tanggal 25 Mei 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Perencanaan Bangunan
Pengolahan Air Minum (PBPAM).
Tugas perencanaan ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus
dilaksanakan untuk menyelesaikan Program Studi S1 Teknik Lingkungan,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pada penulisan laporan
ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga penyusun untuk segala bentuk dukungan dan doa yang
selalu diberikan kepada penulis.
2. Bapak Okik Hendriyanto Cahyonugroho, ST., MT., selaku koordinator
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Aussie Amalia, ST., MSc., selaku dosen pembimbing Kerja Praktik atas
bimbingannya selama penyusan laporan.
4. Teman-teman angkatan 2014, atas kebersamaan serta kritik dan sarannya,
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan masukkan
yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga laporan tugas
perencanaan ini bermanfaat bagi siapapun yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
4.4.6 Bak Pelarut Koagulan .......................................................... 73
4.4.7 Pipa Pembubuh Koagulan .................................................... 74
4.5 Flokulasi ............................................................................................ 75
4.5.1 Dimensi Bangunan Flokulasi ............................................... 76
4.5.2 Dimensi Kompartemen ........................................................ 77
4.5.3 Saluran Inlet dan Outlet ....................................................... 78
4.6 Sedimentasi ....................................................................................... 79
4.6.1 Zona Inlet ............................................................................. 80
4.6.2 Zona Pengendapan ............................................................... 81
4.6.3 Perforated Baffle .................................................................. 83
4.6.4 Zona Lumpur........................................................................ 84
4.6.5 Plate Settler .......................................................................... 86
4.6.6 Zona Outlet .......................................................................... 87
4.7 Filtrasi .................................................................................................. 90
4.7.1 Dimensi Bangunan Filtrasi................................................... 91
4.7.2 Kehilangan Tekanan Antransit............................................. 92
4.7.3 Kehilangan Tekanan Pasir ................................................... 93
4.7.4 Kehilangan Tekanan Garnet................................................. 94
4.7.5 Backwash ............................................................................. 95
4.7.6 Sistem Underdrain................................................................ 99
4.7.7 Saluran Outlet .................................................................... 100
4.7.8 Volume Air untuk Pencucian ............................................. 101
4.7.9 Ruang Penampung Backwash ............................................ 102
4.7.10 Pipa Drain Backwash ......................................................... 102
4.7.11 Inlet .................................................................................... 103
4.8 Disinfeksi .......................................................................................... 104
4.8.1 Kebutuhan Klor .................................................................. 104
4.8.2 Penampung Klor Berdasarkan Kebutuhan Klor ................. 104
4.8.3 Healoss Pipa ....................................................................... 105
4.9 Reservoir ........................................................................................... 105
4.9.1 Dimensi Reservoir.............................................................. 107
4.9.2 Dimensi Pipa Inlet dan Outket ........................................... 107
4.10 Profil Hidrolis .................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110
LAMPIRAN ..................................................................................................... 112
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kualitas air baku yang bisa disediakan untuk air minum umumnya sangat terasa
untuk penduduk di daerah perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepadatan
penduduk serta pola hidup masyarakat yang umumnya menggunakan badan-badan
air di sekitarnya untuk menunjang keperluan sehari-hari, seperti mandi, mencuci,
kakus, dan sebagainya, sehingga penurunan kualitas badan air karena limbah
domestik sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Selain itu badan air atau sungai juga
masih harus menerima beban industri yang semakin berkembang dan semakin
banyak jumlahnya. Diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu agar air sungai
dapat memenuhi standar kualitas air minum sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dirancang suatu instalasi pengolahan
air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas, sehingga
dapat mengatasi permasalahan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan tugas perencanaan bangunan pengolahan air minum ini adalah
sebagai berikut:
1. Membuat desain unit pengolahan air minum dari pengolahan pre-treatment
sampai reservoir.
2. Menggambar desain unit pengolahan air minum dari pengolahan pre-treatment
sampai reservoir.
2
h. Kadar Besi : 0,8 mg/l
2. Perencanaan awal yang terdiri dari 1 alternatif pengolahan
3. Penentuan unit pengolahan sesuai dengan karakteristik air baku meliputi
a. Intake
b. Prasedimentasi
c. Koagulasi-Flokulasi
d. Sedimentasi
e. Filter
f. Desinfeksi
g. Reservoir
4. Perhitungan meliputi
Desain bangunan pengolahan air minum
5. Gambar rencana meliputi
a. Layout perencanaan
b. Bangunan pengolahan air minum terdiri dari gambar denah, gambar tampak,
gambar potongan, dan gambar detail
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Bangunan Pengolahan Air Minum
2.2.1 Bangunan Penyadap (Intake)
2.2.1.1 Gambaran Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum, intake adalah bangunan penangkap air atau tempat
air masuk sungai, danau, situ, atau sumber air lainnya. Kapasitas bangunan
intake yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan air harian
maksimum.
Persyaratan lokasi penempatan bangunan pengambilan (intake):
1. Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi
yang disebabkan pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk
hidup lain);
2. Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan
dalam pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap
longsor dan lain-lain);
3. Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air
sungai, terhadap gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya
angkat air (up-lift);
4. Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan
sistem gravitasi dalam pengoperasiannya;
5. Dimensi bangunan pengabilan harus mempertimbangkan kebutuhan
maksimum harian;
6. Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi
ketinggian muka air;
7. Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan
karakteristik sumber air baku;
8. Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai
(lifetime) minimal 25 tahun;
9. Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan
material lokal atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007).
5
2.2.1.2 Jenis-jenis Bangunan Penyadap
Menurut Kawamura (2000), bangunan intake memiliki tipe yang
bermacam-macam, antaralain:
1. Bangunan Penyadap Langsung (Direct Intake)
Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau
dengan kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan
terjadinya erosi pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.
6
b. Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber
sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa
pengolahan selanjutnya
7
A = luas penampang (m2)
2. Jumlah jarak bar pada screen (N)
𝐿𝑠𝑐𝑟𝑒𝑒𝑛
𝑁= ................................................... (2.2)
𝑤𝑏𝑎𝑟
8
v2
Hm = k .
2 g …............................................... (2.3)
dimana: Hm = minor losses (m)
k = koefisien kehilangan energi
v = kecepatan (m/dt)
g = pecepatan gravitasi (m2/dt)
9
L = panjang pipa (m)
Q = debit (L/dt)
C = koefisien kekasaran pipa (C = 130 untuk pipa baru)
D = diameter pipa (cm)
Tabel 2.4 Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams
2.2.2 Prasedimentasi
2.2.2.1 Gambaran Umum
Prasedimentasi biasa digunakan untuk menghilangkan partikel padat
seperti kerikil dan pasir yang berasal dari air sungai sebelum dipompa ke unit
pengolahan. Prasedimentasi merupakan salah satu unit pada bangunan
pengolahan air minum yang umumnya digunakan sebagai pengolahan
pendahuluan. Bentuk unit prasedimentasi yang umum digunakan adalah
rectangular dan circular serta terdiri dari empat zona, yaitu zona inlet, zona
pengendapan, outlet, dan zona lumpur. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pengendapan adalah overflow rate, vhorizontal (vh), bilangan Reynold
partikel, serta karakteristik aliran (Reynolds & Richards, 1996).
Bak pengendap pertama terdiri dari empat ruangan fungsional yaitu:
1. Zona Inlet
10
Tempat memperhalus aliran transisi dari aliran influen ke aliran steady
uniform di zona settling (aliran laminer).
2. Zona Pengendapan
Tempat berlangsungnya proses pengendapan/pemisahan partikel-
partikel diskrit di dalam air buangan.
3. Zona Lumpur
Tempat menampung material yang diendapkan bersama lumpur
endapan.
4. Zona Outlet
Tempat memperhalus aliran transisi dari zona settling ke aliran efluen
serta mengatur debit efluen (Qasim et al., 2000).
Zona Lumpur
Menurut Metcalf & Eddy (2003) terdapat beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan untuk mendesain unit prasedimentasi, antaralain: detention
time, overflow rate, average flow, peak hourly flow, dan weir loading. Kriteria
desain unit prasedimentasi dapat dilihat pada tabel 2.5.
11
U.S. customary units SI units
Item
Unit Range Typical Unit Range Typical
Primary settling with waste activated-sludge return
Detention time h 1,5-2,5 2 h 1,5-2,5 2
Overflow rate
Average flow gal/ft2.d 600-800 700 m3/m2.d 24-32 28
2
Peak hourly flow gal/ft .d 1200-1700 1500 m3/m2.d 48-70 60
Weir loading gal/ft.d 10.000-40.000 20.000 m3/m2.d 125-500 250
sumber: Metcalf & Eddy (2003:398)
12
bergerak ke bawah untuk mengendap terganggu. Terdapat beberapa alternatif
untuk mendesain pelimpah agar luas yang dibutuhkan untuk zona outlet tidak
terlalu besar dan beban pelimpah juga tidak terlalu besar, antara lain dapat
dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Beragam Susunan Pelimpah pada Outlet (Qasim et al., 1985)
13
dimana: L = panjang (m)
td = waktu detensi (dt)
c. Kecepatan scoring (vsc)
8 1/2
𝑣𝑠𝑐 = ( ) 𝑣𝑠 ............................................................. (2.8)
𝑓
2. Inlet zone
Bila digunakan multi opening (berupa perforated baffle)
Q C A 2 g hf .................................................... (2.11)
dimana: C = faktor koreksi
A = luasan total perforasi (m2)
hf = headloss melalui perforasi (m)
Headloss melalui perforasi (hf)
hf k
v1 v2 2 ............................................................ (2.12)
2g
dimana: v1 = kecepatan aliran di settling zone (m/det)
v2 = kecepatan aliran di inlet (m/det)
hf = headloss melalaui perforasi (m)
3. Outlet zone
Apabila menggunakan saluran pelimpah :
a. Tinggi air diatas saluran pelimpah (h)
2
Q Cd b 2 g h3 / 2 ............................... (2.13)
3
dimana: Q = kapasitas tiap bak (m3/det)
14
Cd = koefisien drag
b = panjang weir keseluruhan (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
h = tinggi air diatas saluran pelimpah (m)
b. Dimensi saluran pelimpah
Q 1,84 B H 3 / 2 .................................................. (2.14)
dimana: B = lebar pelimpah/gutter (m)
H = kedalaman gutter (m)
4. Sludge zone
Ruang lumpur berbentuk limas terpancung
1
3
V t A1 A2 A1 A2
1/ 2
............................ (2.15)
15
desinfeksi (membunuh bakteri). Daya Pengikat Chlor ditentukan cara selisih
antara chlor yang dibubuhkan dengan sisa chlor setelah kontak setelah kontak
selama 30 menit (Sawyer et al., 1978).
2.2.3.2 Rumus Perhitungan Praklorinasi
Berikut rumusan untuk menghitung kebutuhan klor.
1. Penetapan DPC
a. Siapkan labu erlenmeyer 500 ml/botol yang berisi sebanyak 3 buah
b. Siapkan larutan kaporit 0,1% (0,1 gram/100 ml air)
c. Isi contoh air baku 250 ml yang sudah disaring ke dalam labu
erlenmeyer, tambahkan larutan kaporit masing-masing 0,5 ml;0,75
ml;1,0 ml ke dalam labu erlenmeyer
d. Kocok dan simpan di ruang gelap selama 30 menit
e. Periksa dan catat sisa klor dari masing-masing labu erlenmeyer
f. Hitung DPC dengan rumus:
6. Dimensi bak
Vol. larutan klor = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡 ...................................... (2.22)
16
2.2.4 Koagulasi-Flokulasi
2.2.4.1 Gambaran Umum
Koagulasi-Flokulasi bertujuan untuk menyatukan partikel koloid
sehingga membentuk partikel ukuran lebih besar yang selanjutnya dapat
dipisahkan dengan cara yang lebih efisien melalui sedimentasi, flotasi, atau
penyaringan dengan menambahkan bahan koagulan (Dalimunthe, 2007;
Shammas & Wang, 2016).
Koagulan atau Flokulan dibubuhkan ke dalam air yang dikoagulasi
yang bertujuan untuk memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai
sifat spesifik flok yang diinginkan. Koagulan adalah zat kimia yang
menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini
merupakan donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi
muatan negatif partikel (Pulungan, 2012). Pada tabel 2.7 dapat dilihat
koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air.
Tabel 2.7 Beberapa Jenis Koagulan dalam Praktik Pengolahan Air
Reaksi pH
Nama Formula Bentuk
dengan Air Optimum
Al2(SO4)3.xH2O Bongkah,
Alumunium sulfat Asam 6,0 – 7,8
x = 14,16,18 bubuk
Sodium aluminat Na2Al2O4 Bubuk Basa 6,0 – 7,8
Polyaluminium Cairan,
Aln(OH)mCl3n-m Asam 6,0 – 7,8
Chloride, PAC bubuk
Ferri sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Kristal halus Asam 4–9
Bongkah,
Ferri klorida FeCl3.6 H2O Asam 4–9
cairan
Ferro Sulfat FeSO4.7H2O Kristal halus Asam > 8,5
sumber: Sugiarto (2006)
Penambahan dosis koagulan yang lebih tinggi tidak selalu
menghasilkan kekeruhan yang lebih rendah. Dosis koagulan yang dibutuhkan
untuk pengolahan air tidak dapat diperkirakan berdasarkan kekeruhan, tetapi
harus ditentukan melalui percobaan pengolahan. Tidak setiap kekeruhan yang
tinggi membutuhkan dosis koagulan yang tinggi. Jika kekeruhan dalam air
lebih dominan disebabkan oleh lumpur halus atau lumpur kasar maka
17
kebutuhan akan koagulan hanya sedikit, sedangkan kekeruhan air yang
dominan disebabkan oleh koloid akan membutuhkan koagulan yang banyak.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi koagulan yaitu:
1. Pengaruh pH
Pada koagulan terdapat range pH optimum. Luasnya range pH koagulan
ini dipengaruhi oleh jenis-jenis konsentrasi koagulan yang dipakai. Hal
ini penting untuk menghindari adanya kelarutan koagulan. Proses
koagulan pH yang terbaik adalah 7 (netral).
2. Pengaruh Temperatur
Pada temperatur yang rendah reaksi lebih lambat dan viskositas air
menjadi lebih besar sehingga flok lebih sukar mengendap.
3. Dosis Koagulan
Air dengan kekeruhan yang tinggi memerlukan dosis koagulan yang
lebih banyak. Dosis koagulan persatuan unit kekeruhan rendah, akan
lebih kecil dibandingkan dengan air yang mempunyai kekeruhan yang
tinggi, kemungkinan terjadinya tumbukan antara partikel akan
berkurang dan netralisasi muatan tidak sempurna, sehingga mikroflok
yang terbentuk hanya sedikit, akibatnya kekeruhan akan naik. Dosis
koagulan yang berlebihan akan menimbulkan efek samping pada
partikel sehingga kekeruhan akan meningkat.
4. Pengadukan (mixing)
Pengadukan diperlukan agar tumbukan antara partikel untuk netralisasi
menjadi sempurna. Distribusi dalam air cukup baik dan merata, serta
masukan energi yang cukup untuk tumbukan antara partikel yang
telah netral sehingga terbentuk mikroflok. Pada proses koagulasi ini
pengadukan dilakukan dengan cepat. Air yang memiliki kekeruhan
rendah memerlukan pengadukan yang lebih banyak dibandingkan
dengan air yang mempunyai kekeruhan tinggi.
5. Pengaruh Garam
Garam-garam ini dapat mempengaruhi proses suatu penggumpalan.
Pengaruh yang diberikan akan berbeda-beda bergantung dengan
macam garam (ion) dan konsentrasinya. Semakin besar valensi ion akan
18
semakin besar pengaruhnya terhadap koagulan. Penggumpalan dengan
garam Fe dan Al akan banyak dipengaruhi oleh anion dibandingkan
dengan kation. Jadi natrium, kalsium, dan magnesium relatif tidak
mempengaruhi (Sutrisno, 1992).
Koagulasi atau pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu: pengadukan mekanis, hidrolis, dan pneumatis. Pada pengadukan
mekanis, digunakan peralatan berupa motor bertenaga listrik, poros pengaduk
(shaft), dan alat pengaduk (impeller). Berdasarkan bentuknya terdapat tiga
macam alat pengaduk, yaitu paddle (pedal), turbine, dan propeller (baling-
baling). Bentuk ketiga impeller dapat dilihat pada gambar 2.6, gambar 2.7,
dan gambar 2.8. Kriteria impeller dapat dilihat pada tabel 2.8. Faktor penting
dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah dua parameter pengadukan
yaitu G dan td. Tabel 2.9 dapat dijadikan patokan untuk menentukan G dan
td. Sedangkan untuk menghitung besarnya tenaga (power) yang dibutuhkan,
perlu memperhatikan jenis impeller yang digunakan dan nilai konstanta KL
dan KT yang dapat dilihat pada tabel 2.10.
Gambar 2.6 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping (Masduqi &
Assomadi, 2012:112)
19
(a) (b) (c)
Gambar 2.7 Tipe turbine (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade dengan
piringan, (c) turbine dengan blade menyerong (Qasim, et al., 2000)
(a) (b)
Gambar 2.8 Tipe propeller (a) propeller 2 blade, (b) propeller 3 blade (Qasim, et
al., 2000)
Tabel 2.8 Kriteria Impeller
Kecepatan
Tipe Impeller Dimensi Keterangan
Putaran
Paddle 20-150 rpm diameter: 50-80% lebar bak
lebar: 1/6 – 1/10 diameter
paddle
Turbine 10-150 rpm diameter: 30-50% lebar bak
Propeller 400-1750 rpm diameter: maks. 45 cm Jumlah pitch
1-2 buah
sumber: (Reynolds & Richards, 1996:185)
Tabel 2.9 Nilai Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan Mekanis
Waktu Pengadukan, td Gradien Kecepatan
(detik) (detik-1)
20 1000
30 900
40 790
50 ≥ 700
sumber: Reynolds & Richards (1996:184)
20
Tabel 2.10 Konstanta KL dan KT untuk tangki bersekat
Jenis Impeller KL KT
Propeller, putch of 1, 3 blades 41,0 0,32
Propeller, putch of 2, 3 blades 43,5 1,00
Turbine, 4 flat blades, vaned disc 60,0 5,31
Turbine, 6 flat blades, vaned disc 65,0 5,75
Turbine, 6 curved blades 70,0 4,80
Fan turbine, 6 blades at 45° 70,0 1,65
Shrouded turbine, 6 curved blades 97,5 1,08
Shrouded turbine, with stator, no baffles 172,5 1,12
Flat paddles, 2 blades (single padlles), Di/Wi=4 43,0 2,25
Flat paddles, 2 blades, Di/Wi=6 36,5 1,70
Flat paddles, 2 blades, Di/Wi=8 33,0 1,15
Flat paddles, 4 blades, Di/Wi=6 49,0 2,75
Flat paddles, 6 blades, Di/Wi=8 71,0 3,82
sumber: Reynolds & Richards (1996:188)
Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok
yag berukuran lebih besar. Pada flokulasi, kontak antar partikel melalui tiga
mekanisme, yaitu:
1. Thermal motion, yang dikenal dengan Brownian Motion atau difusi atau
disebut sebagai Flocculation Perikinetic.
2. Gerakan cairan oleh pengadukan
3. Kontak selama pengendapan (Marsono, 2002)
Pengadukan lambat (agitasi dan stirring) digunakan dalam proses
flokulasi, untuk memberi kesempatan kepada partikel flok yang sudah
terkoagulasi untuk bergabung membentuk flok yang ukurannya semakin
membesar. Selain itu, untuk memudahkan flokulan untuk mengikat flok-flok
kecil dan mencegah pecahnya flok yang sudah terbentuk.
Pengadukan lambat dilakukan dengan gradien kecepatan kecil (20
sampai 100 detik-1) selama 10 hingga 60 menit atau nilai GTd (bilangan
Camp) berkisar 48000 hingga 210000. Gradien kecepatan diturunkan secara
bertahap agar flok yang telah terbentuk tidak pecah dan berkesempatan
21
bergabung dengan yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar. Nilai G
dan waktu detensi untuk proses flokulasi adalah:
1. Air sungai
Waktu detensi = minimum 20 menit
G = 10-50 detik-1
2. Air waduk
Waktu detensi = 30 menit
G = 10-75 detik-1
3. Air keruh
Waktu detensi dan G lebih rendah
4. Jika menggunakan garam besi sebagai koagulan
G tidak lebih dari 50 detik-1
5. Flokulator terdiri dari 3 kompartemen
G kompartemen 1: nilai terbesar
G kompartemen 2: 40% dari G kompartemen 1
G kompartemen 3: nilai terkecil
6. Penurunan kesadahan
Waktu detensi = 30 menit
G = 10-50 detik-1
7. Presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dan lain-lain)
Waktu detensi = 15-30 menit
G = 20-75 detik-1
GTd = 10.000-100.000 (Masduqi & Assomadi, 2012:110)
2.2.4.2 Rumus Perhitungan Koagulasi-Flokulasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah :
1. Gradien kecepatan (G)
Merupakan perbedaan kecepatan antara dua titik atau volume terkecil
fluida yang tegak lurus perpindahan. Gradien kecepatan berhubungan
dengan waktu pengadukan. Nilai G yang terlalu besar dapat mengganggu
titik akhir pembentukan flok.
22
1/ 2
P
G .......................................................... (2.23)
C
dimana : G = gradien kecepatan (det-1)
P = power pengaduk
μ = viskositas absolut
C = volume bak (m3)
1/ 2
hf y
G
T ....................................................... (2.24)
dimana : y = densitas air
hf = kehilangan tekanan
T = waktu detensi (td)
2. Waktu kontak (td)
Waktu kontak adalah nilai kontak antara partikel kimia dengan air baku
yang dipengaruhi oleh volume bak dan debit air baku.
volume V
td
debit Q ................................................. (2.25)
3. Putaran rotasi pengaduk (n)
P gc
n3 ............................................... (2.26)
Dt Kt
5
23
n = putaran rotasi pengaduk (rps)
dt = diameter pengaduk
γ = densitas air
Pada faktor desain mempunyai kriteria perencanaan sebagai berikut:
a. Waktu detensi (td) = 20 – 60 det.
b. Putaran paddle (n) = 20 – 150 rpm
c. Gradien kecepatan (G) = 700 – 1000 dt-1
d. Bilangan Reynolds (Nre) = >10.000
e. Camps Number (GT) = 20000 - 30000
f. Kecepatan pada pembubuh (v) = 0,5 – 2 m/dt
g. Dimensi paddle :
Tinggi muka air/lebar bak (H/L) = 1 – 1,25
Diameter paddle/lebar bak (Dt/L) = 0,5 – 0,8
Lebar paddle/lebar bak = (Dw/L) = 0,1 – 0,125
Faktor-faktor yang berpengaruh pada flokulator sama dengan yang
berpengaruh pada bangunan flash mix, diantaranya yaitu:
1. Gradien kecepatan (G)
1/ 2
P
Rumus : G ............................................................ (2.28)
V
Baffle channel dan sistem orifice
gh
G2 ............................................................... (2.29)
td
dimana: v = viskositas kinematis
t = waktu detensi
g = percepatan gravitasi
h = headloss
Pengaduk mekanis dengan paddle
1/ 2
Cd A v3
G .................................................... (2.30)
2 V
dimana: Cd = koefisien drag (tergantung bentuk paddle dan arah aliran)
A = luas permukaan paddle
24
v = viskositas kinematis
v = kecepatan relatif paddle
V = Volume bak flokulasi
2. Headloss saluran (Hf)
Hf akibat belokan k
b 2
....................................... (2.31)
2g
dimana: k = konstanta empiris untuk belokan (1,5)
vb = kecepatan aliran (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
3. Jumlah sekat/baffle (n) untuk around the end
1/ 3
2 t H L G
2
n .................... (2.32)
1,44 f . Q
dimana: n = jumlah sekat
H = kedalaman air (m)
L = panjang bak (m)
G = gradien kecepatan (dt-1)
Q = debit (m3/dt)
t = waktu fluktuasi (dt)
μ = viskositas dinamis (kg/m.det)
ρ = densitas air (kg/m3)
f = koefisien friksi dari sekat
w = lebar bak (m)
2.2.5 Sedimentasi
2.2.5.1 Gambaran Umum
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel solid dari suspensi
menggunakan gaya gravitasi dimana suspensi terpisah menjadi cairan yang
lebih jernih dan suspensi yang lebih pekat. (Al Layla, 1978).
Salah satu pengolahan air minum dan air limbah yang paling umum
digunakan adalah proses sedimentasi. Proses sedimentasi digunakan untuk
menghilangkan partikel diskrit, flokulen, dan presipitat daam pengolahan air.
Proses sedimentasi dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan konsentrasi
suspensi dan partikel flokulen. 4 katagori tersebut adalah pengendapan
25
diskrit, pengendapan flokulen, zona pengendapan, dan pengendapan
kompresi. (Al-Layla, 1978). Pengendapan diskrit dan flokulen berkaitan
dengan pencairan suspensi.
Pada zona pengendapan, massa dari partikel flokulen pada suspensi
secara keseluruhan tetap karena partikel flokulen begitu dekat dan adanya
gaya antar partikel menyebabkan mereka berada pada posisi relatif tetap satu
sama lain.
Proses sedimentasi didesain untuk menghilangkan padatan yang dapat
terendapkan oleh pengendapan gravitasi untuk dapat memaksimalkan unit
proses selanjutnya seperti filtrasi. Proses sedimentasi dibagi menjadi 2
klasifikasi yaitu grit chamber (plain sedimentation) dan sedimentation tanks
(clarifiers). Kriteria dari pengklasifikasian ini adalah ukuran, kualitas, dan
nilai spesifik gravity dari partikel yang terpisahkan,
Efisiensi proses sedimentasi dipengaruhi oleh karakteristik air baku
yang digunakan. Salah satu kunci dari keefektifan proses sedimentasi adalah
bagaimana hasil dari proses koagulasi dan flokulasi. Tiga konfigurasi utama
untuk perencanaan tangki sedimentasi, yaitu:
1. Horizontal rectangular basin
2. Upflow sedimentation tanks
3. Upflow reactor clarifiers with sludge blanket
(Kawamura, 1991)
Tangki persegi panjang dengan aliran horizontal adalah konfigurasi
tangki yang sering digunakan karena stabilitas hidroliknya. Tipe tangki ini
juga dapat diprediksi performanya dan mampu untuk menyaingi flow rate
yang dua kali lebih besar dari desain yang direkomendasikan tanpa perubahan
signifikan pada kualitas airnya. Terlebih lagi, sistem aliran horizontal lebih
mudah dioperasikan.
Banyak pertimbangan penting yang secara langsung dapat
mempengaruhi desain sistem sedimentasi yaitu kandungan padatan terlarut
dalam air baku, kecepatan pengendapan partikel yang akan diendapkan,
kondisi iklim, karakteristik air baku, kondisi geologis di wilayah instalasi,
26
tipe dan keseluruhan sistem sedimentasi, desain inlet dan outlet, metode
penghilangan lumpur, serta bentuk tangki.
Dalam pengolahan air minum, karakteristik air baku perlu
diperhatikan. Jika air baku yang digunakan berasal dari sungai tempat pernah
terjadi banjir bandang, maka proses pengolahan sebaiknya menggunakan Grit
chamber agar pasir dan lumpur dapat terendapkan. Grit chamber adalah
proses plain sedimentation yang menghilangkan partikel diskrit yang
berukuran lebih besar dari 15 µm.
Proses sedimentasi bergantung pada gravitasi pengendapan dari
partikel, karena itulah dalam perencanaannya kecepatan pengendapan adalah
hal penting, agar dapat mengendapkan partikel dalam kisaran temperatur air
tertentu. Kecepatan pengendapan partikel dapat diukur di laboratorium
dengan metode jartest.
Kondisi iklim juga perlu diperhitungkan dalam perencanaan
bangunan sedimentasi, seperti perubahan suhu harian dan musiman, suhu air
dan udara, curah hujan, serta intensitas dan arah angin. Jika temperatur cuaca
harian cenderung berubah-ubah, bak akan mengalami aliran arus pendek
karena kerapatan arus. Pada daerah dengan musim dingin, tangki perlu
ditutup atau dihangatkan.
Pengolahan air yang terdapat pada daerah dengan cuaca panas dapat
bermasalah dengan pertumbuhan alga dan vegetasi pada daerah aliran sungai.
Pada daerah dengan cuaca yang banyak terkena matahari, bangunan
pengolahan juga akan bermasalah karena adanya alga. Hal ini dapat dicegah
dengan menutup bak atau menggunakan proses klorinasi. Pada daerah dengan
curah hujan tinggi, bangunan sedimentasi cenderung memiliki partikel
terlarut yang banyak dalam air bakunya. Karena itu desainnya harus memiliki
pengolahan lumpur yang kontinyu untuk menghilangkan akumulasi lumpur
sebelum mengurangi kapasitas efektif bak.
Bak pengendap pertama terdiri dari empat ruangan fungsional yaitu:
1. Zona Inlet
Tempat memperhalus aliran transisi dari aliran influen ke aliran steady
uniform di zona settling (aliran laminer).
27
2. Zona Pengendapan
Tempat berlangsungnya proses pengendapan/pemisahan partikel-
partikel diskrit di dalam air buangan.
3. Zona Lumpur
Tempat menampung material yang diendapkan bersama lumpur
endapan.
4. Zona Outlet
Tempat memperhalus aliran transisi dari zona settling ke aliran efluen
serta mengatur debit efluen (Qasim et al., 2000).
2.2.5.2 Rumus-Rumus Perhitungan
Efisiensi pengendapan partikel flokulan dipengaruhi oleh over flow
rate, detention time dan kedalaman bak pengendap. Pengaruh dari faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Detention time
Membuat bak rectangular, aliran air memiliki kecepatan horisontal (Vo),
sedangkan pengendapan partikel memiliki kecepatan pengendapan (Vs).
Waktu detensi air secara teoritis adalah :
l
t .............................................................................. (2.33)
Vo
dimana : l = panjang bak
Waktu detensi secara teoritis untuk pengendapan flok adalah:
ℎ
𝑡𝑠 = 𝑣𝑠 ................................................................................ (2.24)
28
Over flow rate ditentukan oleh surface area dimana semakin besar
surface area, maka kecepatan pengendapan akan semakin cepat dan
h
efisiensi bak semakin baik. Apabila Vo = Vs = , maka semakin besar
ts
h akan menurunkan efisiensi. Sebaliknya semakin besar waktu detensi
akan meningkatkan efisiensi sedimentasi.
3. Batch settling test
Batch settling test digunakan untuk mengevaluasi karakteristik
pengendapan suspensi flokulen. Diameter coloumn untuk tes 5 – 8 inch
(12,7 – 20,3 cm) dengan tinggi paling tidak sama dengan kedalaman bak
pengendap. Sampel dikeluarkan melalui pori pada interval waktu
periodik. Prosentase penghilangan dihitung untuk masing – masing
sampel yang diketahui konsentrasi suspended solidnya dan konsentrasi
sampel. Prosentase penghilangan diplotkan pada grafik sebagai nilai
penghilangan pada grafik waktu vs kedalaman. Lalu dibuat interpolasi
antara titik – titik yang diplot dan kurva penghilangan, Ra, Rb, dst.
Dalam bangunan sedimentasi ini terdapat kriteria desain yang dapat
digunakan dalam mempermudah desain. Adapun kriteria desain tersebut
adalah sebagai berikut :
Jumlah bak minimum = 2
Kedalaman air = 3 – 4,5 m
Kecepatan aliran = 0,3 – 1,7 m/min
Waktu detensi = 1,5 – 4 jam
Surface loading = 1,25 – 2,5 m/jam
Panjang/lebar = minimum ¼
Kedalaman air/panjang = minimum 1/15
Weir loading rate = 9 – 13 m3/m.jam
Bak sedimentasi dapat berupa circular, rectangular atau square dengan
kedalaman 2-5 m. Dimana rectangular mempunyai panjang sampai 50 m dan
lebar 10 m sedangkan square tank mempunyai panjang ± 2,5 m. Slope ruang
lumpur berkisar antara 2% - 6%, bilangan Reynolds < 2000 agar aliran
laminer.
29
2.2.6 Filtrasi
2.2.6.1 Gambaran Umum
Menurut Al-Layla pada tahun 1978, partikel tersuspensi dan partikel
koloid di dalam air tidak bisa mengendap secara sempurna hanya dengan
menggunakan proses sedimentasi. Untuk lebih menyempurnakan proses
penyisihan partikel tersuspensi dan partikel koloid di dalam air, dapat
dilakukan dengan menggunakan proses filtrasi. Proses filtrasi sendiri adalah
suatu proses di mana air dilewatkan pada pasir dan kombinasi kerikil-kerikil
untuk mendapatkan hasil air yang lebih baik.
Bakteri dan sejenisnya dapat dengan efektif dihilangkan dengan
menggunakan proses filtrasi. Selain itu filtrasi juga dapat mengurangi warna,
rasa, bau, kadar besi juga kadar mangan yang terdapat di dalam air. Proses
pengurangan kadar-kadar tersebut tidak lepas dengan adanya proses fisika
dan kimia yang terjadi di dalam proses filtrasi itu sendiri.
Beberapa faktor yang berkontribusi di dalam proses removal filter
adalah:
a. Proses penyaringan yang terjadi di setiap lapisan permukaan filter
b. Proses sedimentasi di dalam filter
c. Kontak antara partikel flok dengan lapisan kerikil atau dengan flok yang
sudah terkumpul di atas lapisan filter.
d. Proses adsorpsi atau proses eletrokinetik.
e. Proses koagulasi di dalam filter.
f. Proses bilogis di dalam filter.
g. Penggabungan zat-zat koloid di dalam filter.
Pada prosesnya, partikel tersuspensi yang ukuran nya terlalu besar
akan tetap tertahan di atas lapisan pasir. Namun jika ukuran partikel terlalu
kecil (contohnya: partikel koloid dan bakteri) akan lebih sulit untuk
dihilangkan karena akan lebih mudah lolos pada lapisan pasir ini. Pada
lapisan kerikil, jarak di antara lapisan kerikil berfungsi sebagai area
sedimentasi partikel tersuspensi. Namun dapat juga digunakan oleh partikel-
partikel flokyang belum seratus persen terendapkan pada bak sedimentasi
30
untuk mengendap pada lapisan kerikil ini. Pada gambar 2.9 dapat dilihat
bagian-bagian filter.
31
bakteri di dalam air, membutuhkan biaya yang mahal, membutuhkan keahlian
khusus dan menghasilkan lumpur yang banyak.
Media filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir
garnet. Media ini umunya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan
komposisi kimia. Pemilihan media filter yang digunakan dilakukan dnegan
analisis ayakan. Hasil ayakan suatu media filter digambarkan dalam kurva
akumulasi distribusi untuk mencari ukuran efektif dan keseragaman media
yang diinginkan.
Effective Size (ES) atau ukuran efektif media filter adalah ukuran
media filter bagian atas yang dianggap paling efektif dalam memisahkan
kotoran yang besarnya 10% dari total kedalaman lapisan media filter atau 10
% dari fraksi berat, ini sering dinyatakan sebagai P 10 (persentil 10). P10 yang
dapat dihitung dari ratio ukuran rata – rata dan standar deviasinya.
Uniformity Coeffficient (UC) atau koefisien keragaman adalah angka
keseragaman media filter yang dinyatakan dengan perbandinagn antara
ukuran diameter pada 60 % fraksi berat terhadap ukuran (size).
μg
ES = P10 = .................................................................. (2.26)
σg 1,282
P60
UC = = σg 1,535 ............................................................... (2.27)
P10
32
Tabel 2.11 Kriteria Perencanaan Filter Pasir Cepat
Saringan dengan
Saringan Biasa
No Unit Pencucian Antar
(Gravitasi)
Saringan
1 Kecepatan penyaringan (m/jam) 6 – 11 6 – 11
2 Pencucian:
Sistem pencucian Tanpa/dengan Tanpa/dengan
blower & atau blower & atau
surface wash surface wash
Kecepatan (m/jam) 36 – 50 36 – 50
Lama pencucian (menit) 10 – 15 10 – 15
Periode antara dua pencucian 18 – 24 18 – 24
(jam)
Ekspansi (%) 30 – 50 30 – 50
3 Dasar filter
a. Lapisan penyangga dari atas ke
bawah
Kedalaman (mm) 80 – 100 80 – 100
ukuran butir (mm) 2–5 2–5
Kedalaman (mm) 80 – 100 80 – 100
ukuran butir (mm) 5 – 10 5 – 10
Kedalaman (mm) 80 – 100 80 – 100
ukuran butir (mm) 10 – 15 10 – 15
Kedalaman (mm) 80 – 150 80 – 150
ukuran butir (mm) 15 – 30 15 – 30
b. Filter Nozel
Lebar slot nozel (mm) < 0,5 < 0,5
Prosentase luas slot nozel > 4% > 4%
terhadap luas filter (%)
sumber: SNI 6774-2008
2.2.6.3 Filter Pasir Lambat
Filter pasir lambat atau slow sand filter adalah filter yang mempunyai
kecepatan filtrasi lambat yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Filter pasir
lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan biofilm di beberapa
milimeter bagian atas lapisan pasir halus yang disebut lapisan hypogeal atau
schmutzdeecke. Lapisan ini mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera,
dan larva serangga air. Schmutzdeecke adalah lapisan yang melakukan
pemurnian efektif dalam pengolahan air. Selama air melewati schmutzdeecke,
partikel akan terperangkap dan organik terlarut akan teradsorpsi, diserap, dan
dicerna oleh bakteri, fungi, dan protozoa (Masduqi & Assomadi, 2012:176).
Kriteria perencanaan filter pasir lambat dapat dilihat pada tabel 2.12.
33
Tabel 2.12 Kriteria Filter Pasir Lambat
34
Tabel 2.13 Kriteria Filter Bertekanan
35
Tujuan pencucian filter adalah melepaskan kotoran yang menempel
pada media filter dengan aliran ke atas (upflow) hingga media terekspansi.
Umumnya tinggi sebesar 15 sampai 35% (Droste, 1997). Lama pencucian
sekitar 3 hingga 15 menit. Ada beberapa sistem pencucian filter yaitu:
1. Menggunakan menara air
2. Interfilter
3. Pompa backwash
2.2.6.6 Rumus-Rumus Perhitungan
1. Diameter media antrasit
1/2
p p 1
da dp ...................................................... (2.28)
a a 1
dimana: da = diameter antrasit
dp = diameter pasir
ψp = shape factor pasir
ψa = shape factor antrasit
ρp = densitas pasir
ρa = densitas antrasit
2. Kehilangan tekanan pada media (hl)
1 f 2 6 Pi ..................... (2.29)
2
hf k v
di 2
L g f3
dimana: hf = kehilangan tekanan (m)
L = tebal media (m)
K = konstanta
v = kecepatan filtrasi (m/detik)
f = faktor porositas
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
ψ = faktor sperisitas (shape factor)
v = viskositas kinematis (m2/detik)
1,067 D o 2 Cd x
hf 4 ..................................... (2.30)
g d
dimana: hf = kehilangan tekanan (m)
D = tebal media (m)
36
vo = kecepatan filtrasi (m/detik)
Cd = koefisien drag
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
x = weight fraction (%)
ε = porositas efektif
3. Kecepatan pengendapan partikel (vs)
1/ 2
4 g
s Ss 1 d ........................................... (2.31)
3 Cd
dimana: Cd = koefisien drag
Ss = Specific gravity
d = diameter (m)
18,5
Cd ....................................................................... (2.32)
Nre0,6
vs d
Nre .............................................................. (2.33)
Nre = Bilangan Reynold
4. Sistem backwash
a. Syarat ekspansi
p s fe 4,5 .................................................................... (2.34)
dimana: vp = kecepatan partikel
b. Tinggi media terekspansi
Le 1 f L
Pi
................................................ (2.35)
1 fe
c. Porositas efektif
p
0 , 22
fe ..................................................................... (2.36)
s
d. Kehilangan tekanan pada saat backwash
ρs ρ
hf = × (1 f ) × Le ..................................................... (2.37)
ρ
37
Tabel 2.14 Kriteria Desain Bangunan Filter
Nilai
Karakteristik
Rentang Tipikal
I. Single Media
a. Media Pasir
Kedalaman (mm) 610-760 685
ES (mm) 0,35-0,70 0,6
UC <1,7 <1,7
b. Media Anthrasit
Kedalaman (mm) 610-760 685
ES (mm) 0,70-0,75 0,75
UC <1,75 <1,75
c. Rate Filtrasi (L/det-m2) 1,36-3,40 2,72
II. Dual Media
a. Media Pasir
Kedalaman (mm) 150-205 150
ES (mm) 0,45-0,55 0,5
UC 1,5-1,7 1,6
b. Media Anthrasit
Kedalaman (mm) 460-610 610
ES (mm) 0,9-1,1 1
UC 1,6-1,8 1,7
c. Rate Filtrasi (L/det-m2) 2,04-5,44 3,4
III. Multi Media
a. Media Pasir
Kedalaman (mm) 150-230 230
ES (mm) 0,45-0,55 0,50
UC 1,5-1,65 1,60
b. Media Anthrasit
Kedalaman (mm) 420-530 460
ES (mm) 0,95-1,0 1
UC 1,55-1,75 <1,75
c. Garnet
Kedalaman (mm) 75-115 75
ES (mm) 0,20-0,35 0,20
UC 1,6-2,0 <1,6
d. Rate Filtrasi (L/det-m2) 2,72-6,80 4,08
sumber: Reynolds & Richards (1996)
38
BAB 3
DATA PERENCANAAN
39
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kriteria mutu air dari setiap kelas air dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
Temperatur °C Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi
3 3 3 5 Tempertur dari
keadaan alamiah
Residu Terlarut
mg/L 1000 1000 1000 2000
(TDS)
Bagi pengolahan
air minum secara
Residu Tersuspensi
mg/L 50 50 400 400 konvensional,
(TSS)
residu tersuspensi
< 5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO Angka batas
mg/L 6 4 3 0
minimum
Total Fosfat sebagai
mg/L 0,2 0,2 1 5
P
NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
Bagi perikanan,
kandungan amonia
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) bebas untuk ikan
yang peka < 0,02
mg/L sebagai NH3
40
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Bagi pengolahan
air minum secara
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
konvensional, Cu
< 1 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
koncensional, Fe
< 5 mg/L
Bagi pengolahan
air minum secara
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
konvensional, Pb
< 0,1 mg/L
Mangan mg/L 1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Bagi pengolahan
air minum secara
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
konvensional, Zn
< 5 mg/L
Khlorida mg/L 1 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Bagi pengolahan
air minum secara
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
konvensional,
NO2_N < 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Bagi Air Baku
untuk Air Minum
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)
tidak
dipersyaratkan
Belerang sebagai
mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)
H2S
41
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
MIKROBIOLOGI
Bagi pengolahan
air minum secara
jumlah/100
Fecal coliform 100 1000 2000 2000 konvensional,
ml
fecal coliform <
2000 jml/ 100 ml
dan total coliform
jumlah/100
Total coliform 1000 5000 10000 10000 < 10000
ml
jml/100ml
RADIOAKTIVITAS
Gross – A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross – B bg/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)
Detergen sebagai
ug/L 200 200 200 (-)
MBAS
Senyawa Fenol ug/L 1 1 1 (-)
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor dan ug/L
18 (-) (-) (-)
Heptachlor epoxide
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Tocxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)
sumber: PP Nomor 82 Tahun 2001
Selain mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
terdapat juga Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 terdapat syarat kualitas air
minum, yang dapat dilihat pada tabel 3.3.
42
Tabel 3.3 Syarat Kualitas Air Minum
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Parameter yang berhubungan
1
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
Jumlah per
1) E. Coli 0
100 ml sampel
Jumlah per
2) Total Bakteri Koliform 0
100 ml sampel
b. Kimia Anorganik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Fluorida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit, (sebagai NO2-) mg/l 3
6) Nitrat, (sebagai NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
43
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1. KIMIAWI
a. Bahan Anorganik
Air Raksa mg/1 0,001
Antimon mg/1 0,02
Barium mg/1 0,7
Boron mg/1 0,5
Molybdenum mg/1 0,07
Nikel mg/1 0,07
Sodium mg/1 200
Timbal mg/1 0,01
Uranium mg/1 0,015
b. Bahan Organik
Zat Organik (KMn04) mg/1 10
Deterjen mg/1 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/1 0,004
Dichloromethane mg/1 0,02
1,2-Dichloroethane mg/1 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dichloroethene mg/1 0,05
Trichloroethene mg/1 0,02
Tetrachloroethene mg/1 0,04
Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/1 0,01
Toluene mg/1 0,7
Xylenes mg/1 0,5
Ethylbenzene mg/1 0,3
Styrene mg/1 0,02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/1 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/1 0,3
Lain-lain
Di(2-ethylhexyl)phthalate mg/1 0,008
Acrylamide mg/1 0,0005
Epichlorohydrin mg/1 0,0004
Hexachlorobu tadiene mg/1 0,0006
44
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Ethylenediaminetetraacetic acid
mg/1 0,6
(EDTA)
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/1 0,2
c. Pestisida
Alachlor mg/1 0,02
Aldicarb mg/1 0,01
Aldrin dan dieldrin mg/1 0,00003
Atrazine mg/1 0,002
Carbofuran mgjl 0,007
Chlordane mg/1 0,0002
Chlorotoluron mg/1 0,03
DDT mg/1 0,001
1,2- Dibromo-3-chloropropane
mg/1 0,001
(DBCP)
2,4 Dichlorophenoxyacetic acid
mg/1 0,03
(2,4-D)
1,2-Dichloropropane mg/1 0,04
Isoproturon mg/1 0,009
Lindane mg/1 0,002
MCPA mg/1 0,002
Methoxychlor mg/1 0,02
Metolachlor mg/1 0,01
Molinate mg/1 0,006
Pendimethalin mg/1 0,02
Pentachlorophenol (PCP) mg/1 0,009
Permethrin mg/1 0,3
Simazine mg/1 0,002
Trifluralin mg/1 0,02
Chlorophenoxy herbicides selain
2,4-D dan
MCPA
2,4-DB mg/1 0,09
Dichlorprop mg/1 0,1
Fenoprop mg/1 0,009
Mecoprop mg/1 0,001
2,4, 5-Trichlorophenoxyacetic
mg/1 0,009
acid
45
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
Desinfektan dan Hasil
d.
Sampingannya
Desinfektan
Chlorine mg/1 5
Hasil sampingan
Bromate mg/1 0,01
Chlorate mg/1 0,7
Chlorite mg/1 0,7
Chlorophenols
2,4,6 -Trichlorophenol (2,4,6-TCP) mg/1 0,2
Bromoform mg/1 0,1
Dibromochloromethane
mg/1 0,1
(DBCM)
Bromodichloromethane
mg/1 0,06
(BDCM)
Chloroform mg/1 0,3
Chlorinated acetic acids
Dichloroacetic acid mg/1 0,05
Trichloroacetic acid mg/1 0,02
Chloral hydrate
Halogenated acetonitrilies
Dichloroacetoni trile mg/1 0,02
Dibromoacetonitrile mg/1 0,07
Cyanogen chloride (sebagai
mg/l 0,07
CN)
2. RADIOAKTIFITAS
Gross alpha activity Bq/l 0,1
Gross beta activity Bq/l 1
sumber: Permenkes Nomor 492 Tahun 2010
46
Tabel 3.4 Jenis Pengolahan Berdasarkan Parameter
47
BAB 4
PERHITUNGAN
48
b. Perhitungan:
Jumlah jarak bar pada screen (N) = Lebar bar screen : Jarak antar bar
= 8 m : 0,05 m
= 160
Jumlah bar (n) =N–1
= 160 – 1
= 159 buah
Area terbuka = L – (n × w)
= 8 – (159 × 0,02)
= 4,82 m
Luas screen (A) = L + area terbuka
= 8 + 4,82
= 12,82 m2
Kecepatan di saluran menuju screen adalah
𝑄 0,74 𝑚3 /𝑠
𝑉𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = = = 0,05772 𝑚/𝑠
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑐𝑟𝑒𝑒𝑛 12,82 𝑚3 /𝑠
𝑣2
Headloss akibat kecepatan (Hv) = 2𝑔
0,057722
= 2 × 9,81
= 0,00017 m
Headloss melalui screen (Hfscreen)
𝑤 4/3
𝐻𝑓𝑠𝑐𝑟𝑒𝑒𝑛 = 𝛽 × ( ) × 𝐻𝑣 × sin 𝛼
𝑏
0,02 4/3
𝐻𝑓𝑠𝑐𝑟𝑒𝑒𝑛 = 1,83 × ( ) × 0,00017 × sin 45°
0,05
𝐻𝑓𝑠𝑐𝑟𝑒𝑒𝑛 = 0,00008 m
Hf total = Hv + Hfscreen
= 0,00017 + 0,00008 m
= 0,00025 m
Tinggi bangunan screen (h) = tinggi sungai + fb
= 4 m + 0,3
= 4,3 m
Bentuk dari screen dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini
49
Gambar 4.2 Screen
4.1.3 Pipa Sadap Air Baku
Pada pengambilan air baku dari sungai, diperlukan pipa sadap untuk
mengalirkan air ke sumur pengumpul. Berikut data-data yang direncanakan untuk
pipa sadap air baku :
a. Kriteria Perencanaan
vrencana = 1 m/detik
Debit (Q) = 740 liter/detik = 0,74 m3/detik
Jumlah pipa = 3 buah
Panjang =4m
Koefisien kekasaran pipa (C) = 130 (Evett & Liu, 1987)
Slope pipa = 0,01
b. Perhitungan
Debit tiap pipa (Qpipa) = 0,74 m3/detik / 3 = 0,247 m3/detik
Luas penampang pipa (A) = Q / v
= 0,247 m3/detik / 1 m/detik = 0,247 m3/detik
4𝐴 4×0,246
Diameter pipa (D) = √ =√ = 0,561 m ≈ 0,60906 m = 24 inch
𝜋 3,14
Hf pada pipa 1
10,67× 𝐿
𝐻𝑓 = 𝐶 1,85 ×𝐷4,87 × 𝑄1,85
10,67 × 4
𝐻𝑓 = × 0,2471,85
1301,85× 0,609064,87
3,204
𝐻𝑓 =
727,93
𝐻𝑓 = 0,004400875 𝑚
50
Hf pada pipa 2
10,67× 𝐿
𝐻𝑓 = 𝐶 1,85 ×𝐷4,87 × 𝑄1,85
10,67 × 4
𝐻𝑓 = × 0,2471,85
1301,85 × 0,609064,87
3,204
𝐻𝑓 =
727,93
𝐻𝑓 = 0,004400875 𝑚
Hf pada pipa 3
10,67× 𝐿
𝐻𝑓 = 𝐶 1,85 ×𝐷4,87 × 𝑄1,85
10,67 × 4
𝐻𝑓 = × 0,2471,85
1301,85 × 0,609064,87
3,204
𝐻𝑓 =
727,93
𝐻𝑓 = 0,004400875 𝑚
Penanaman pipa
Beda tinggi pipa = slope × L pipa
= 0,01 × 4 m
= 0,04 m
4.1.4 Sumur Pengumpul
Sumur pengumpul berfungsi untuk mengumpulkan air baku dari air sungai
untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi air sungai. Level air sungai yang
fluktuatif dapat mempengaruhi kinerja dari Instalasi Pengolahan Air Minum,
sehingga dikhawatirkan proses pengolahan tidak berjalan dengan maksimal.
a. Kriteria Perencanaan
Jumlah sumur pengumpul =1
Kedalaman sumur (h) =5m
Free board = 0,3 meter
Q yang masuk ke dalam sumur = 0,74 m3/detik
Waktu detensi (td) = 30 menit = 1800 detik
Saluran terbuat dari beton, dengan nilai n = 0,015 dengan tebal dinding
30 cm
(Tata Cara Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan Nomor 12/PRT/M/2014)
51
Diameter pipa sadap = 0,60906 m = 24 inch
b. Perhitungan
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑄 ×𝑡𝑑
Luas (A) Sumuran = =
ℎ ℎ
0,74 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 × 1800𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 5𝑚
2
= 266,4 m
Jika P = 2L , maka: A =P×L
266,4 m2 = 2L2
L = 11,54 m ≈ 15 m
Panjang = 2 × L = 2 × 15 = 30 m
Kedalaman + Free board = 5 m + 0,3 m = 5,3 m
52
Q=vxA
Q 0,24667
A= 0,24667 m2
v 1
4A 4(0,24667)
D= 0,56056 m = 560,56 mm ≈ 609,06 mm
3,14
Diameter pipa = 609,06 mm = 60,906 cm = 24 inch
Q 0,24667
vcek = 0,84707 m/detik
A 1 x(0,60906)2
4
Digunakan 3 buah pompa
𝑄 0,74 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Q pompa = ∑ 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = = 0,24667 m3/detik
3
Jadi debit tiap pompa adalah 0,24667 m3/detik atau 246,67 L/detik
Headloss pompa
Pengaliran dari sumur pengumpul ke unit selanjutnya menggunakan
pompa sejumlah 3 buah.
Diameter pipa = 0,60906 m
Mayor losses
10,67 × 𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 𝑄1,85
𝐶 1,85 ×𝐷4,87
10,67 × 7,7
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 123,331,85
1301,85 × 0,60906 4,87
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0,008471684 m
10,67 × 𝐿𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒
𝐻𝑓𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = × 𝑄1,85
𝐶 1,85 ×𝐷4,87
10,67 × 15
𝐻𝑓𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = × 123,331,85
1301,85 × 0,60906 4,87
𝐻𝑓𝑑𝑖𝑠𝑐ℎ𝑎𝑟𝑔𝑒 = 0,01650328 m
53
Minor losses
v2 12
Head velocity (Hv) = 0,05097m
2 g 2 9,81
54
Gambar 4.4 Kurva Karakteristik Pompa
Berdasarkan kurva di atas diperoleh:
Tipe pompa = 250 × 200 – 315
dimana:
250 = diameter hisap (suction)
200 = diameter keluar (discharge)
315 = Frekuensi (Hz)
55
4.2 Prasedimentasi
Bangunan prasedimentasi adalah bangunan yang berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel diskrit yang terkandung dalam air baku.
Pengendapan di dalam bangunan prasedimentasi dilakukan secara gravitasi. Denah
bangunan prasedimentasi dapat dilihat pada gambar 4.5.
56
Gambar 4.6 Performance curves for settling basins of varying effectiveness
(Hazen, 1904)
Berdasarkan grafik di atas untuk persen removal 70% maka
t Vo
= =1,5
td Q/A
Tes kolom dilakukan dengan ketinggian kolom 2 m selama 1 jam sehingga :
H 2
Vo = = = 0,00055556 m/detik
t 1 × 3600
t Q Vo
= =
td A 1,5
t Q
= = 0,0003 m/detik
td A
4.2.1 Zona Inlet
Zona inlet berfungsi untuk mengalirkan air baku ke bangunan
prasedimentasi. Zona inlet harus didesain sedemikian rupa agar proses pengaliran
ke bak prasedimentasi dapat berjalan dengan baik.
a. Kriteria Perencanaan
Direncanakan saluran berbentuk segi empat
Debit air baku (Q) = 740 L/detik
Kecepatan aliran (v) = 0,65 m/detik
Kedalaman saluran =2m
Tebal dinding = 0,3 m
57
Koefisien manning saluran beton (n) = 0,013 (Tata Cara Perencanaan
Sistem Drainase Perkotaan, Nomor 12/PRT/M/2014)
b. Perhitungan
Luas penampang (A) =Q/v
= 0,74 m3/detik / 0,65 m/detik = 1,13846 m2
𝐴 1,13846
Kedalaman saluran (H) = √2 = √ = 0,75447 m
2
= 0,37724 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
0,65 = 0,013 × 0,37724⅔ × 𝑠 ½
s = 0,00035
Slope = Hf / W
0,00035 = Hf / 1,50895
Hf = 0,000526257 m
𝑣2 0,652
Head kecepatan outlet (hv) = = = 0,021534 m
2𝑔 2×9,8
58
Jumlah bak = 4 bak
Debit tiap bak (Qbak) = 740 L/detik / 4 bak = 185 L/detik
Waktu detensi (td) = 1 jam = 3600 detik
Kedalaman (h) =2m
Free board = 0,3 m
Kecepatan (v) = 1 m/detik
Suhu air = 30° C dengan υ = 0,8039 × 10-6 m2/detik ; ρ = 995,68 kg/m3 ;
μ = 0,008004 kg/m.s
k = 0,05
Faktor friksi Darcy-Weisbach (f) = 0,025
Spesific gravity (Sg) = 2,65 (Masduqi & Assomadi, 2012)
b. Perhitungan
h 2
Kecepatan aliran (vo) = 0,00055556 m/detik
td 3600
Qtiapbak 0,185
Luas bak (A) = 333 m2
vo 0,00055556
Diasumsikan Panjang (L) : Lebar (W) = 2 : 1
diasumsikan L = b, maka
333 = 2b × b
b = √166,5
Lebar (b) = 12,903 m ≈ 13 m
Panjang (L) = 25,807 m ≈ 26 m
P 26
Kecepatan Horizontal (vh) = 0,0071686 m/detik
td 3600
18×𝑣𝑜×𝜇 ½
Diameter partikel (d) =[ ]
(𝑆𝑔−1)𝑔
18×0,00055556×0,008004
=[ (2,65−1)9,8
]
= 0,0022237 m
1
8k (Sg-1)d .g ⁄2
Kecepatan scoring (vsc) = [
f
]
1
8×0,05 (2,65−1)0,0022237×9,81 ⁄2
=[ ]
0,025
= 0,75888 m/detik
59
Jika nilai vh < vsc maka tidak terjadi penggerusan
𝑣 2
Kontrol Froud Number (Nfr) = g ℎx R
0,00716862
= 9,81 x 0,37724
= 1,38863 × 10-5
vh x R
Kontrol Reynold number (Nre) = υ
0,0071686 × 0,37724
= 0,8039 × 10−6
= 3363,929
Nilai Nre < 2000 dan NFr < 10–5, jika tidak sesuai maka aliran dapat
dikatakan turbulen. Pada perhitungan di atas nilai NFr > 10–5 dan nilai Nre > 2000,
sehingga agar partikel dapat mengendap sempurna direncanakan perforated baffle
pada bak sedimentasi agar aliran menjadi laminer.
2. Perforated Baffle
a. Kriteria Perencanaan
Perforated baffle dipasang tegak lurus dengan lebar bak prasedimentasi
Diameter lubang (Dlubang) = 0,15 m
Panjang baffle = lebar bak pengendap = 12,90349 m
Tinggi baffle = tinggi bak pengendap = 2,3 m
Asumsi kecepatan aliran melalui lubang (v) = 0,6 m/detik
b. Perhitungan
Luas tiap lubang (A) = ¼ × π × Dlubang2
= ¼ × 3,14 × 0,152
= 0,0176625 m2
𝑄
Luas total lubang = 0,6×𝑣
0,185 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,6×0,6 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0,51389 m2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
Jumlah lubang (n) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
0,51389
= 0,0176625 = 29,09491 ≈ 30 lubang
60
lebar baffle−( ∑ lubang x d )
Jarak horizontal antar lubang (sh) = ( ∑ lubang+1 )
12,90349−(10×0,5)
= (10 + 1)
= 1,03668 m
tinggi baffle−( ∑ lubang x d )
Jarak vertikal antar lubang (sv) = ( ∑ lubang+1 )
2,3−(3×0,5)
= (3 + 1)
= 0,4625 m
0,000741512
= 9,81 x 0,0375
61
b. Perhitungan
Konsentrasi effluen (Cef) = (100% – 70%) × TSS
= 0,30 × 500 mg/L = 150 mg/L
Konsentrasi lumpur (Cs) = 70% × TSS
= 0,70 × 500 mg/L = 350 mg/L
Berat lumpur per hari (Ws) = Q × Cs × 86400
= 185 L/detik × 350 mg/L × 86400
= 5594,4 kg/hari
𝑊𝑠 5594,4 kg/hari
Debit lumpur kering (Qds) = = = 5,168 m3/hari
𝜌𝑠 2600 𝑔𝑟/𝑚3
62
a. Kriteria Perencanaan
Pengurasan dilakukan secara gravitasi
Asumsi kecepatan aliran lumpur (v) = 1 m/detik
Asumsi waktu pengurasan = 60 menit = 3600 detik
Volume bak lumpur (V) = 172,135 m3
b. Perhitungan
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
Debit lumpur pada pipa = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛
172,135 𝑚3
= = 0,0478 m3/detik
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄 0,0478 𝑚3 /detik
Luas penampang pipa (A) = = = 0,0478 m2
𝑣 1 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
4A 4(0,0478)
Diameter pipa (D) = 0,247 m
3,14
4.2.4 Zona Outlet
Outlet zone merupakan tempat yang digunakan untuk mengalirkan air baku
hasil dari proses pengendapan di settling zone. Berikut ini merupakan perhitungan
dari outlet zone.
a. Kriteria Perencanaan
Debit air = 0,740 m3/detik
0,74 𝑚3 /detik
Debit per unit = 4
= 0,185 𝑚3 /detik
63
Jarak antar gutter = 2 × lebar gutter
Coefficient of discharge (Cd) = 0,6
b. Perhitungan
𝑄 0,185 𝑚3/detik
Debit tiap gutter = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑢𝑡𝑡𝑒𝑟 6
= 0,03083 m3/detik
𝑄 0,185 𝑚3/detik
Panjang weir yang dibutuhkan (B) = 𝑊𝐿𝑅 = 4,1 × 10−3 𝑚3 /𝑚2 .𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 7,52 m = 752 cm
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑒𝑖𝑟 7,52 m
Panjang gutter = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑒𝑖𝑟 12
= 0,627 m ≈ 0,65 m = 65 cm
Tinggi air di atas weir / pelimpah (hw)
2
Q = 𝐶𝑑 × 3 × √2𝑔 × 𝐿 × ℎ3/2
2
0,185 m3/detik = 0,6 × 3 × √2 × 9,81 × 12,9 × ℎ3/2
64
Lebar (b) = 2 × 0,59151 m
= 1,183 m ≈ 1,20 m = 120 cm
Kedalaman + freeboard = 0,59151 m + 0,3 m = 0,892 m
Kecepatan dalam saluran pengumpul (v) = Q / A
0,740 𝑚3 /detik
= (0,592 m ×1,183 m)
= 1,06 m/detik
(h × b)
Jari-jari hidrolis (R) = (2h +b)
(0,592 × 1,183)
= (2×0,592 +1,183)
= 0,296 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
1,06 m/detik = 0,013 × 0,296 ⅔ × 𝑠 ½
s = 0,00096
Slope = Hf / L
0,00096 = Hf / 12,9
Hf = 0,0124 m
𝑣2 1,062
Head kecepatan outlet (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,0571 m
65
(h × b)
Jari-jari hidrolis (R) = (2h +b)
(0,9 × 4,2)
= (2×0,9 +4,2)
= 0,624 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
0,2 m/detik = 0,013 × 0,624 ⅔ × 𝑠 ½
s = 0,0000127
Slope = Hf / L
0,0000127 = Hf / 2 m
Hf = 0,000025 m
𝑣2 0,22
Head kecepatan outlet (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,00204 m
4.3 Praklorinasi
Praklorinasi bertujuan untuk mengoksidasi logam-logam, membunuh
mikroorganisme seperti plankton dan juga membunuh spora dari lumut, jamur, dan
alga. Konsentrasi yang diberikan adalah 2-3 gr/m3 air, tergantung pada turbiditas
air (Aji, 2015). Terdapat 2 metode untuk menghitung penampung klor, yaitu
berdasarkan kebutuhan klor dan waktu detensi. Pada perhitungan, ditampilkan 2
metode tersebut agar dapat dibandingkan antara metode satu dan lainnya. Pada
gambar 4.7 dapat dilihat unit praklorinasi.
4.3.1 Kebutuhan Klor
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik
Sisa klor = 0,3 mg/L (SNI 6774: 2008)
Gas klor (Cl2) diinjeksikan ke dalam pipa menggunakan tabung
klorinator
Kebutuhan klor secara teoritis yaitu 1 mg/L klor dapat mengoksidasi 1,58
mg/L besi. Kecepatan reaksi oksidasi tergantung pada pH yaitu 8-8,3.
66
Oksidasi besi membutuhkan waktu 15-30 menit (Masduqi & Assomadi,
2012:316).
Waktu detensi (td) = 15 menit = 900 detik
Densitas klor = 860 kg/m3
Kadar klor dipasaran = 60%
b. Perhitungan
Klor yang dibubuhkan = dosis klor + sisa klor
= 1 mg/L + 0,3 mgL = 1,3 mg/L
Kebutuhan klor = Kadar kaporit dipasaran × klor yang dibubuhkan ×
debit air yang diolah
= (1/60%) × 1,3 mg/L × 740 L/detik
= 1603,333 mg/detik = 1,6 kg/detik = 138,528 kg/hari
4.3.2 Penampung Klor Berdasarkan Kebutuhan Klor
a. Kriteria Perencanaan
Kapasitas tabung klorinator = 50 kg (Putra & Marsono, 2015)
b. Perhitungan
Kebutuhan tabung klor = kebutuhan klor / kapasitas tabung
138,528 kg/hari
= 50 𝑘𝑔/𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔
= 0,00093217 m2
4𝐴 4×0,00093217
Diameter pipa (D) =√𝜋 =√ = 0,03445 m
3,14
67
10,67× 𝐿
Headloss pipa (Hf) = 𝐶 1,85 ×𝐷4,87 × 𝑄1,85
10,67 ×3
= 1301,85 ×0,0422 4,87 × 0,0018641,85
= 0,17366 m
Headloss total oulet = hv + hf
= 0,20408 m + 0,17366 m = 0,37774 m
4.4 Koagulasi
Koagulasi bertujuan untuk menyatukan partikel koloid sehingga
membentuk partikel ukuran lebih besar yang selanjutnya dapat dipisahkan dengan
cara yang lebih efisien melalui sedimentasi, flotasi, atau penyaringan dengan
menambahkan bahan koagulan (Dalimunthe, 2007; Shammas & Wang, 2016).
Koagulan dibubuhkan ke dalam air yang dikoagulasi yang bertujuan untuk
memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai sifat spesifik flok yang
diinginkan. Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan
negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang
digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel (Pulungan, 2012).
4.4.1 Dimensi Bangunan Koagulan
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Waktu detensi (td) = 30 detik (Reynolds & Richards, 1996:184)
Kedalaman (h) =2m
Gradien kecepatan (G) = 900/detik (Reynolds & Richards, 1996:184)
Jenis impeller = flat paddles, 4 blades, Di/Wi = 6 (Reynolds
& Richards, 1996:188)
Nilai KL = 49
Nilai KT = 2,75
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis air (ρ) = 995 kg/m3
Jumlah bak = 2 buah
b. Perhitungan
0,74 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Debit tiap bak (Q) = = 0,37 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
2
68
Volume bak (V) = Q × td
= 0,37 m3/detik × 30 detik
= 11,1 m3
Volume bak = L×b×h
diasumsikan b = L, maka
11,1 = L2× 1,5
L = √7,4
Panjang (L) = 2,72 m ≈ 3 m
Lebar (b) = 2,72 m ≈ 3 m
Kedalaman (h)+freeboard = 1,5 m + 0,3 m = 1,8 m
Volume bak = L × b × h = 3 × 3 × 1,5 = 13,5 m3
Power yang dibutuhkan (P) = G2 × μ × V
900 2
= (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘) × 0,00089 kg/m.detik × 13,5 m3
= 9732,15 watt
Asumsi efisiensi motor = 80%
Power yang dihasilkan (P') = P × efisiensi motor
= 9732,15 watt × 80%
= 7785,72 watt = 7785,72 N.m/detik
4.4.2 Ukuran Impeller dan Kecepatan Rotasi
a. Kriteria Perencanaan
Asumsi putaran paddle =100 rpm = 1,667 rps (Reynolds &
Richards, 1996:185)
b. Perhitungan
Diameter impeller (Di)
𝑃 1/5
=( )
𝐾𝑇 𝑛3 𝜌
1/5
7785,72 𝑁.𝑚 1 1 𝑚3 𝑘𝑔.𝑚
= [( )( ) (( )( )( )]
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2,75 1,667 𝑟𝑝𝑠)3 995 𝑘𝑔 𝑁.𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 2
= 0,91 m ≈ 1 m
69
Lebar paddle
Di/Wi = 4
Wi = Di / 4
Wi = 1 / 4 = 0,25 m
Jarak paddle dari dasar bak = ½ × Di
= ½ × 1 = 0,5 m
𝐷2 ×𝑛×𝜌
Cek Nre =
𝜇
12 ×1×995
= 0,00089
70
𝑄 0,37
Kecepatan aliran (v) = 𝐵 ×𝐻 = = 0,3 m/detik
1 ×0,8
(h × b)
Jari-jari hidrolis (R) =
(2h +b)
(0,8 × 1)
= (2×0,8 +1) = 0,31 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
0,3 m/detik = 0,013 × 0,31 ⅔ × 𝑠 ½
s = 0,00007
Slope = Hf / L
0,00007 = Hf / 3
Hf = 0,00029 m
𝑣2 0,32
Head kecepatan (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,00447 m
Headloss total = Hf + hv
= 0,00021 m + 0,00447 m = 0,00476 m
4.4.4 Kebutuhan Koagulan
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Dosis tawas optimum = 30 mg/L (Mariam & Handajani, 2012)
Densitas tawas = 980 kg/m3
Kadar air dalam larutan = 95%
Kadar tawas dalam larutan = 5%
Kadar tawas di pasaran = 70%
b. Perhitungan
Kebutuhan tawas = Dosis tawas optimum × Q
= 30 mg/L × 740 L/detik
= 22.200 mg/detik = 1918,08 kg/hari
Kebutuhan tawas di pasaran= Kebutuhan tawas / kadar tawas
= 1918,08 / 70% = 2740,11 kg/hari
Kebutuhan tawas = kebutuhan tawas di pasaran / densitas tawas
= 2740,11 kg/hari / 980 kg.m3
= 2,796 m3/hari
71
kadar air dalam larutan
Kebutuhan air pelarut = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
× 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑠
95%
= × 2,796 m3/hari
5%
= 53,125 m3/hari
Larutan total = kebutuhan tawas + kebutuhan air pelarut
= 2,796 m3/hari + 53,125 m3/hari
= 55,921 m3/hari = 0,00064723 m3/detik
Debit koagulan yang diinjeksikan = 0,00064723 m3/detik
4.4.5 Pipa Penyalur Air Pelarut
Pipa penyalur air pelarut berfungsi untuk menyalurkan air untuk melarutkan
koagulan agar koagulan (tawas) dapat lebih mudah dilarutkan ke dalam air baku.
Berikut ini adalah urutan proses perhitungannya.
a. Kriteria Perencanaan
Kebutuhan air pelarut = 53,125 m3/hari
Waktu Injeksi = 300 detik
Periode pelarutan = 4 jam sekali
Kecepatan aliran diasumsikan = 1,5 m/detik
Kedalaman (h)+freeboard = 1,5 m + 0,3 m = 1,8 m
Panjang pipa (L) =3m
Koefisien kekasaran pipa (C) = 130 (Evett & Liu, 1987)
b. Perhitungan
4 𝑗𝑎𝑚
Kebutuhan air untuk pelarutan = 53,125 m3/hari × 24 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 8,854 m3
Volume bak pelarut = L×b×h
diasumsikan nilai h = 2 m dan b = L, maka
8,854 = L2× 1,8
L = √4,919
Panjang (L) = 2,218 m ≈ 2,5 m
Lebar (b) = 2,218 m ≈ 2,5 m
kebutuhan air untuk pelarutan 8,854 𝑚3
Debit air yang diinjeksikan = = 300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑠𝑖
= 0,0295 m3/detik
72
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑗𝑒𝑘𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
Luas penampang pipa (A) = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛
0,0295 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= = 0,0197 m2
1,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
4𝐴 4(0,0197)
Diameter pipa (D)=√ =√ = 0,158 m ≈ 168,3 mm = 6 inch
𝜋 3,14
Headloss pipa
Diameter pipa = 0,1683 m
Mayor losses
10,67× 𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 𝑄1,85
𝐶 1,85 ×𝐷4,87
10,67 × 3
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 0,02951,85
1301,85 × 0,16834,87
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0,04595 m
Minor losses
v2 1,5 2
Head velocity (Hv) = 0,11468 m
2 g 2 9,81
Valve; ada 1 valve dimana k valve = 0,3
𝑣2
𝐻𝑚 = Σ 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒 × 𝑘 ×
2𝑔
1,52
𝐻𝑚 = 1 × 0,3 ×
2(9,81)
𝐻𝑚 = 0,034404 m
Hf minor losses = Hv + Hm
= 0,11468 + 0,034404
= 0,149084 m
Hf total = Hf suction + Hf minor losses
= 0,04595 m + 0,149084 m
= 0,19504 m
4.4.6 Bak Pelarut Koagulan
a. Kriteria Perencanaan
Periode pelarutan = 4 jam sekali
Kedalaman bak + freeboard = 1,5 m + 0,3 m = 1,8 m
Dimensi Panjang : Lebar =1:1
73
b. Perhitungan
1 ℎ𝑎𝑟𝑖
Volume bak = Larutan total × frekuensi pelarutan × 24 𝑗𝑎𝑚
24 𝑗𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 55,921 m3/hari × ×24 𝑗𝑎𝑚
4
= 13,98 m3
Volume bak = L×b×h
diasumsikan b = L, maka
13,98 = L2× 1,8
L = √7,767
Panjang (L) = 2,787 m ≈ 3 m
Lebar (b) = 2,787 m ≈ 3 m
4.4.7 Pipa Pembubuhan Koagulan
a. Kriteria Perencanaan
Kecepatan aliran pembubuhan (v) = 1,5 m/detik
Panjang pipa (L) =3m
Debit koagulan yang diinjeksikan (Q) = 0,00064723 m3/detik
Koefisien kekasaran pipa (C) = 130 (Evett & Liu, 1987)
b. Perhitungan
𝑄
Luas penampang pipa (A) = 𝑣
0,00064723 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 1,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,000431487 m
4A 4(0,000431487)
Diameter pipa (D) =
3,14
0,023445 m ≈ 0,0267 m = ¾ inchi
Headloss pipa
Diameter pipa = 0,0267 m
Mayor losses
10,67× 𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 𝑄1,85
𝐶 1,85 ×𝐷4,87
10,67 × 3
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 0,000647231,85
1301,85 × 0,0254,87
𝐻𝑓𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 0,31404 m
74
Minor losses
𝑣2 1,52
Head velocity (Hv) = 2𝑔 = 2×9,81 = 0,11468 m
4.5 Flokulasi
Bak pengaduk lambat merupakan bangunan untuk proses flokulasi yaitu
tempat untuk membentuk flok-flok menjadi lebih besar agar dapat lebih mudah
terendapkan secara gravitasi. Flok-flok tersebut pada umumnya merupakan
partikel-partikel yang bersifat stabil dimana partikel tersebut tidak dapat
mengendap tanpa campuran bahan kimia. Jenis bangunan pengaduk lambat yang
dipilih adalah pengadukan secara hidrolis dengan menggunakan baffle channel.
Pada gambar 4.9 dapat dilhat denah bangunan pengaduk lambat.
75
4.5.1 Dimensi Bangunan Flokulasi
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Jumlah bak = 2 buah
Kedalaman (h) =2m
Kompartemen = 3 buah
Waktu detensi (td) = 1800 detik (Masduqi &
Assomadi, 2012:110)
Gradien kecepatan kompartemen 1 (G1)= 50/detik
Gradien kecepatan kompartemen 2 (G2)= 20/detik
Gradien kecepatan kompartemen 3 (G3)= 10/detik
(Masduqi & Assomadi, 2012:110)
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis air (ρ) = 995 kg/m3
Nilai koefisien kekasaran dinding (f) = 0,3
b. Perhitungan
Debit tiap bak (Q) = 0,74 m3/detik / 2
= 0,37 m3/detik
td total dari 3 kompartemen = td × kompartemen
= 1800 detik × 3 buah = 5400 detik
Volume total (V) = Q tiap bak × td
= 0,37 × 5400 = 1998 m3
Luas penampang total (A) = Volume / h
= 1998 m3 / 2 m = 999 m2
Panjang (L) : Lebar (b) =2:1
Volume bak = L×b×h
diasumsikan L = b, maka
999 = b2× 2
b = √499,5
Lebar (b) = 22,35 m
Panjang (L) = 44,70 m
76
Jadi untuk tiap kompartemen :
Panjang (L) = 45 m
𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 22,35 𝑚
Lebar (W) = = = 7,45 m ≈ 7,5 m
3 3
= 64,93028 ≈ 65
Jarak antar sekat =L/n
= 45 / 65 = 0,69 m
𝜇 .𝑡
Headloss pada kompartemen 1 (Hf1) =𝜌 . 𝑔 𝐺 2
0,00089 × 1800
= × 502
995 × 9,8
=0,41031 m
b. Perhitungan Kompartemen 2
1/3
2.𝜇.𝑡𝑑 𝐻.𝐿.𝐺 2
Jumlah baffle (n) = [(𝜌(1,44+𝑓)) ( ) ]
𝑄
1/3
2×0,00089 ×1800 2×45×20 2
=[( )( ) ]
995(1,44+0,3) 0,37
= 35,24958 ≈ 36
Jarak antar sekat =L/n
= 45 / 36 = 1,25 m
𝜇 .𝑡
Headloss pada kompartemen 2 (Hf2) =𝜌 . 𝑔 𝐺 2
0,00089 × 1800
= 995 × 9,8
× 202
=0,06565 m
c. Perhitungan Kompartemen 3
1/3
2.𝜇.𝑡𝑑 𝐻.𝐿.𝐺 2
Jumlah baffle (n) = [(𝜌(1,44+𝑓)) ( ) ]
𝑄
1/3
2×0,00089 ×1800 2×45×10 2
=[( )( ) ]
995(1,44+0,3) 0,37
= 22,20584 ≈ 23
77
Jarak antar sekat =L/n
= 45 / 23 = 1,9565 m
𝜇 .𝑡
Headloss pada kompartemen 3 (Hf3) =𝜌 . 𝑔 𝐺 2
0,00089 × 1800
= × 102
995 × 9,8
=0,01641 m
d. Total headloss (kompartemen 1, 2, dan 3) = Hf1 + Hf2 + Hf3
= 0,41031 + 0,06565 + 0,01641
= 0,49237 m
4.5.3 Saluran Inlet dan Outlet
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Jumlah bak = 2 buah
Debit tiap bak (Q) = 0,74 m3/detik / 2
= 0,37 m3/detik
Panjang saluran (L) =4m
Lebar saluran (B) =1m
Kedalaman (H) saluran +freeboard = 0,5 m + 0,3 m = 0,8 m
Saluran terbuat dari beton, dengan nilai n = 0,015 dengan tebal dinding
30 cm (Tata Cara Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan Nomor
12/PRT/M/2014)
b. Perhitungan
Debit tiap bak (Q) = 0,37 m3/detik
𝑄 0,37
Kecepatan aliran (v) = = = 0,3 m/detik
𝐵 ×𝐻 1 ×0,8
(h × b) (0,8 × 1)
Jari-jari hidrolis (R) = (2h +b) = (2×0,8 +1)
= 0,31 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
0,3 m/detik = 0,013 × 0,31 ⅔ × 𝑠 ½
s = 0,00007
Slope = Hf / L
0,00007 = Hf / 3
78
Hf = 0,00029 m
𝑣2 0,32
Head kecepatan (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,00447 m
Headloss total = Hf + hv
= 0,00021 m + 0,00447 m = 0,00476 m
4.6 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan partikel flokulen yang mana selama
pengendapan terjadi saling interaksi antar partikel. Selama operasi pengendapan,
ukuran partikel flokulen bertambah besar, sehingga kecepatannya juga meningkat.
Pada bak sedimentasi ini terjadi pengendapan partikel hasil proses koagulasi-
flokulasi pada pengolahan air minum.
79
Gambar 4.11 Denah Bangunan Sedimentasi
= 0,25 m
80
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
0,65 = 0,013 × 0,25⅔ × 𝑠 ½
s = 0,0008
Slope = Hf / W
0,0008 = Hf / 1
Hf = 0,00080362 m
𝑣2 0,752
Head kecepatan outlet (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,028669 m
81
b. Perhitungan
Qtiapbak 0,185
Luas bak (A) = 333 m2
vo 0,00055556
Diasumsikan Panjang (L) : Lebar (W) = 2 : 1
diasumsikan L = b, maka
333 m2 = 2b × b
b = √166,5
Lebar (b) = 12,903 m ≈ 13 m
Panjang (L) = 25,807 m ≈ 26 m
Q 0,185
Kecepatan Horizontal (vh) = 0,0035577 m/detik
L h 26 2
18×𝑣𝑜×𝜇 ½
Diameter partikel (d) = [ (𝑆𝑔−1)𝑔 ]
18×0,00055556×0,008004
=[ (2,65−1)9,8
]
= 0,00074151 m
1
8k (Sg-1)d .g ⁄2
Kecepatan scoring (vsc) =[ f
]
1
8×0,05 (2,65−1)0,00074151×9,81 ⁄2
=[ ]
0,025
= 0,43822 m/detik
Jika nilai vh < vsc maka tidak terjadi penggerusan
𝑣 2
Kontrol Froud Number (Nfr) = g ℎx R
0,00355772
=
9,81 × 0,37724
= 3,441×10-6
vh x R
Kontrol Reynold number (Nre) = υ
0,0035577 × 0,37724
= 0,8039 × 10−6
= 1,49903
Nilai NFr > 10–5 dan Nre < 2000, jika tidak sesuai maka aliran dapat dikatakan
turbulen. Pada perhitungan di atas nilai NFr < 10–5 dan nilai Nre < 2000, sehingga
diperlukan perforated baffle untuk membuat aliran menjadi laminer.
82
4.6.3 Perforated Baffle
a. Kriteria Perencanaan
Perforated baffle dipasang tegak lurus dengan lebar bak prasedimentasi
Diameter lubang (Dlubang) = 0,15 m
Panjang baffle = lebar bak pengendap = 12,90349 m
Tinggi baffle = tinggi bak pengendap = 2,3 m
Asumsi kecepatan aliran melalui lubang (v) = 0,6 m/detik
b. Perhitungan
Luas tiap lubang (A) = ¼ × π × Dlubang2
= ¼ × 3,14 × 0,152
= 0,0176625 m2
𝑄
Luas total lubang =
0,6×𝑣
0,185 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,6×0,6 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 0,51389 m2
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
Jumlah lubang (n) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
0,51389
= 0,0176625 = 29,09491 ≈ 30 lubang
= 1,03668 m
tinggi baffle−( ∑ lubang x d )
Jarak vertikal antar lubang (sv) = ( ∑ lubang+1 )
2,3−(3×0,5)
= (3 + 1)
= 0,4625 m
0,000741512
= 9,81 x 0,0375
83
𝑣2 0,00074151
Headloss perforated baffle (hv) = 2𝑔 = 2×9,8
= 6,54802×10-7 m
84
𝑄𝑑𝑠 5,906 𝑚3 /hari
Debit lumpur (Qs) = %𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 0,05
=196,878 m3/hari
= 590,633 detik
85
𝑄 0,333 𝑚3/detik
Luas penampang pipa (A) = = = 0,41667 m2
𝑣 0,8 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
4A 4(0,41667)
Diameter pipa (D) = 0,7286 m
3,14
= 728,6 mm ≈ 762 mm = 30 inch
4.6.5 Plate Settler
Plate settler merupakan keeping pengendap yang dipasang pada settling
zone (zona pengendapan) di bak sedimentasi dengan kemiringan tertentu yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas bidang pengendapan
sehingga proses fisika dari sedimentasi dapat berlangsung lebih effektif.
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 0,74 m3/detik
Jumlah bak = 4 bak
0,74 𝑚3 /detik
Debit per unit = = 0,185 𝑚3 /detik
4
172,135 𝑚3
= = 0,0478 m3/detik
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑤 0,05
Luas plat (Aplat) = 𝑠𝑖𝑛𝛼 × 𝐿 = ×6
𝑠𝑖𝑛60
= 0,346 m2
86
𝑄𝑝𝑙𝑎𝑡 0,0478
Beban pengaliran pada plat (vh) =𝐴 = 0,346×𝑠𝑖𝑛60
𝑝𝑙𝑎𝑡 ×𝑠𝑖𝑛𝛼
= 0,001367 m/detik
18×𝑣𝑜×𝜇 ½
Diameter partikel (d) = [ (𝑆𝑔−1)𝑔 ]
18×0,00055556×0,008004
=[ (2,65−1)9,8
]
= 0,00074151 m
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝐴𝑝𝑙𝑎𝑡
Jari-jari hidrolis plat (R) = 𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 2(𝐸𝐵+𝐿)
0,346
= 2(26+6) = 0,00541 m
1
8k (Sg-1)d .g ⁄2
Kecepatan scoring (vsc) =[ f
]
1
8×0,05 (2,65−1)0,00074151×9,81 ⁄2
=[ ]
0,025
= 0,43822 m/detik
Jika nilai vh < vsc maka tidak terjadi penggerusan
𝑣 2
Kontrol Froud Number (Nfr) = g ℎx R
0,00136732
= 9,81 × 0,00541
= 3,521×10-5
vh x R
Kontrol Reynold number (Nre) = υ
0,0013673 × 0,00541
= 0,00089
= 0,0083156
Nilai NFr >10–5 dan Nre < 2000, jika tidak sesuai maka aliran dapat dikatakan
turbulen. Pada perhitungan di atas nilai NFr > 10–5 dan nilai Nre < 2000, sehingga
pada bak sedimentasi terbentuk aliran laminer.
4.6.6 Zona Outlet
Outlet zone merupakan tempat yang digunakan untuk mengalirkan air baku
hasil dari proses pengendapan di settling zone. Berikut ini merupakan perhitungan
dari outlet zone.
a. Kriteria Perencanaan
Debit air = 0,740 m3/detik
0,74 𝑚3 /detik
Debit per unit = = 0,185 𝑚3 /detik
4
87
Perbandingan lebar : kedalaman =2:1
Panjang saluran = Lebar bak prasedimentasi = 12,90349 m ≈13 m
Koefisien manning saluran beton (n) = 0,013 (Tata Cara Perencanaan
Sistem Drainase Perkotaan, Nomor 12/PRT/M/2014)
Panjang gutter = lebar bak = 13 m
Weir Loading Rate (WLR) = 150-500 m3/m2.hari (Metcalf &
Eddy, 2003:398)
WLR ditentukan perencana = 250 m3/m2.hari
= 2,89 × 10-3 m3/m2.detik
Rencana jumlah gutter = 6 buah
Tiap gutter terdapat 2 weir, sehingga terdapat 12 weir
Tebal weir = 0,15 m = 15 cm
Lebar gutter = 1,5 × tinggi air dalam gutter
Coefficient of discharge (Cd) = 0,6
b. Perhitungan
𝑄 0,185 𝑚3/detik
Debit tiap gutter = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑢𝑡𝑡𝑒𝑟 = 6
= 0,03083 m3/detik
𝑄 0,185 𝑚3/detik
Panjang weir yang dibutuhkan (B) = 𝑊𝐿𝑅 = 2,89 × 10−3𝑚3/𝑚2.𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 10,656 m ≈ 12 m
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑒𝑖𝑟 12 m
Panjang gutter = = =1m
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑒𝑖𝑟 12
88
Tinggi gutter = Ho + freeboard
= 0,216 m + 0,1 m
= 0,316 m = 31,6 cm ≈ 35 cm
Lebar gutter (Lg) = 1,5 × Ho = 1,5 × 0,216 m
= 0,324 m = 32,4 cm ≈ 100 cm
Saluran Pengumpul
Debit (Q) = 0,74 m3/detik
0,74 𝑚3 /detik
Debit per unit = 2
= 0,37 𝑚3 /detik
= 0,308 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
0,5 m/detik = × 0,308 ⅔ × 𝑠 ½
0,013
s = 0,0002034
Slope = Hf / L
0,0002034 = Hf / 26 m
Hf = 0,005288 m
𝑣2 0,52
Head kecepatan outlet (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,01276 m
89
4.7 Filtrasi
Pada perencanaan ini dipilih filter pasir cepat dengan dual media, yaitu
media pasir dan anthrasit. Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi:
1. Bak filter. Bak ini merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah
dan ukuran bak tergantung debit pegolahan (minimum dua bak)
2. Media filter. Media filter merupakan bahan berbutir/granular yang
mempunyai pori-pori. Di pori-pori antar butiran inilah air mengalir dan
terjadilah proses penyaringan. Media dapat tersusun oleh satu macam bahan
(single media), dua macam (dual media), atau banyak media (multi media).
Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi: seragam
(uniform), gradasi (stratified), tercampur (mixed)
3. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran air yang telah
melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Underdrain
terdiri atas:
a. Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan
masuknya air dari media filter ke dalam pipa.
b. Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold.
c. Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan
mengalirkannya ke bangunan penampung air (Masduqi & Assomadi,
2012:172).
Denah bangunan filter dapat dilihat pada gambar 4.13 dan 4.14.
90
Gambar 4.14 Detail Filter (Davis, 2010)
91
4.7.2 Kehilangan Tekanan Antransit
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis air (ρ) = 995 kg/m3
Diameter media (d) = 1 mm = 0,001 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Shape factor (Ф) = 1,57 (Davis, 2010: 11-43)
Porositas (ε) = 0,6 (Masduqi & Assomadi,
2012:179)
Rate filtrasi = 4,08 L/detik-m2 (Reynold &
Richards, 1996:317)
Kecepatan filtrasi (va) =0,00408 m/detik (Reynold &
Richards, 1996:317)
Kedalaman media (D) = 460 mm = 0,46 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
b. Perhitungan
Фρd𝑣𝑎
Nre =
𝜇
1,57 × 995 × 0,001 × 0,00508
=
0,00089
= 7,16
Koefisien drag (CD) = untuk 1 < Nre < 104
24 3
maka CD = 𝑁𝑟𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑟𝑒
24 3
= 7,16 + + 0,34
√7,16
= 4,81
1,067 𝐷 𝑉𝑎2 𝐶𝐷
Kehilangan tekanan (HL) = ∑
Ф 𝑔 ε4 𝑑
= 0,01970 m
92
4.7.3 Kehilangan Tekanan Pasir
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis air (ρ) = 995 kg/m3
Diameter media (d) = 0,5 mm = 0,0005 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Shape factor (Ф) = 0,82 (Davis, 2010: 11-43)
Porositas (ε) = 0,4 (Masduqi & Assomadi,
2012:179)
Rate filtrasi = 4,08 L/detik-m2 (Reynold &
Richards, 1996:317)
Kecepatan filtrasi (va) =0,00408 m/detik (Reynold &
Richards, 1996:317)
Kedalaman media (D) = 230 mm = 0,23 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
b. Perhitungan
Фρd𝑣𝑎
Nre =
𝜇
0,82 × 995 × 0,0005 × 0,00408
=
0,00089
= 1,87
Koefisien drag (CD) = untuk 1 < Nre < 104
24 3
maka CD = 𝑁𝑟𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑟𝑒
24 3
= 1,87 + + 0,34
√1,87
= 15,37
1,067 𝐷 𝑉𝑎2 𝐶𝐷
Kehilangan tekanan (HL) = ∑
Ф 𝑔 ε4 𝑑
= 0,60969 m
93
4.7.4 Kehilangan Tekanan Garnet
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis air (ρ) = 995 kg/m3
Diameter media (d) = 0,2 mm = 0,0002 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Shape factor (Ф) = 0,6 (Davis, 2010: 11-43)
Porositas (ε) = 0,38 (Masduqi & Assomadi,
2012:179)
Rate filtrasi = 4,08 L/detik-m2 (Reynold &
Richards, 1996:317)
Kecepatan filtrasi (va) = 0,00408 m/detik
Kedalaman media (D) = 150 mm = 0,15 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
b. Perhitungan
Фρd𝑣𝑎
Nre =
𝜇
0,6 × 995 × 0,0002 × 0,00408
=
0,00089
= 0,55
Koefisien drag (CD) = untuk 1 < Nre
24
maka CD =
𝑁𝑟𝑒
24
= 0,55
= 43,85
1,067 𝐷 𝑉𝑎2 𝐶𝐷
Kehilangan tekanan (HL) = ∑
Ф 𝑔 ε4 𝑑
= 4,75914 m
94
4.7.5 Backwash
1. Media Anthrasit
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis media (ρ) = 1,35 kg/L = 1350 kg/m3 (Masduqi &
Assomadi, 2012:179)
Kedalaman media (D) = 460 mm = 0,46 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Diameter media (d) = 1 mm = 0,001 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Spesific gravity (Sg) = 1,60 (Davis, 2010: 11-43)
Shape factor (Ф) = 1,57 (Davis, 2010: 11-43)
Porositas (ε) = 0,6 (Masduqi & Assomadi,
2012:179)
Asumsi kecepatan filtrasi (va) = 0,00408 m/detik (Reynold &
Richards, 1996:317)
b. Perhitungan
Фρd𝑣𝑎
Nre =
𝜇
1,57 × 995 × 0,001 × 0,00408
=
0,00089
= 9,72
Koefisien drag (CD) = untuk 1 < Nre < 104
24 3
maka CD = 𝑁𝑟𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑟𝑒
24 3
= 9,72 + + 0,34
√9,72
= 3,77
4𝑔 1/2
Kecepatan pengendapan partikel (vs) = [3𝐶 (𝑆𝑔 − 1)𝑑]
𝐷
4×9,81 1/2
= [3×3,77 (1,60 − 1)0,001]
= 0,04561 m/detik
95
Kecepatan backwash (vb) = vs × ε4,5
= 0,04561 m/detik × 0,64,5
= 0,0045787 m/detik
Debit backwash (Qb) = 0,0045787 m/detik × 1000 L/m3
= 4,5787 L/dt-m2
Kehilangan tekanan awal backwash (HL) = (Sg – 1)(1 – ε)(D)
= (1,60 – 1)(1 – 0,6)(0,46)
= 0,1104 m
(1−𝜖)
Tinggi ekspansi media pasir (Le) =𝐷 𝑣𝑏
[1−( )0,22 ]
𝑣𝑠
(1−0,6)
= 0,46 0,0045787 0,22
[1−( ) ]
0,04561
= 0,46356 m
2. Media Pasir
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis media (ρ) = 2,65 kg/L = 2650 kg/m3 (Masduqi &
Assomadi, 2012:179)
Kedalaman media (D) = 230 mm = 0,23 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Diameter media (d) = 0,5 mm = 0,0005 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Spesific gravity (Sg) = 2,65 (Davis, 2010: 11-43)
Shape factor (Ф) = 0,82 (Reynold & Richard, 1996: 299)
Porositas (ε) = 0,4 (Masduqi & Assomadi,
2012:179)
Asumsi kecepatan filtrasi (va) = 0,00408 m/detik (Reynold &
Richards, 1996:317)
b. Perhitungan
Фρd𝑣𝑎 0,82 × 995 × 0,0005 × 0,00408
Nre = =
𝜇 0,00089
= 4,98
96
Koefisien drag (CD) = untuk 1 < Nre < 104
24 3
maka CD = 𝑁𝑟𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑟𝑒
24 3
= 4,98 + + 0,34
√4,98
= 6,5
4𝑔 1/2
Kecepatan pengendapan partikel (vs) = [3𝐶 (𝑆𝑔 − 1)𝑑]
𝐷
4×9,81 1/2
= [ 3×6,5 (2,65 − 1)0,0005]
= 0,040736 m/detik
Kecepatan backwash (vb) = vs × ε4,5
= 0,040736 m/detik × 0,44,5
= 0,00065956 m/detik
Debit backwash (Qb) = 0,00065956 m/detik × 1000 L/m3
= 0,65956 L/dt-m2
Kehilangan tekanan awal backwash (HL) = (Sg – 1)(1 – ε)(D)
= (2,65 – 1)(1 – 0,4)(0,23)
= 0,2277 m
(1−𝜖)
Tinggi ekspansi media pasir (Le) =𝐷 𝑣𝑏
[1−( )0,22 ]
𝑣𝑠
(1−0,4)
= 0,23 0,00065956 0,22
[1−( ) ]
0,040736
= 0,23142 m
3. Media Garnet
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Viskositas absolut air (μ) = 0,00089 kg/m.detik
Massa jenis media (ρ) = 1,95 kg/L = 1950 kg/m3 (Masduqi &
Assomadi, 2012:179)
Kedalaman media (D) = 150 mm = 0,15 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Diameter media (d) = 0,2 mm = 0,0005 m (Reynold &
Richards, 1996:317)
Spesific gravity (Sg) = 3,9 (Davis, 2010: 11-43)
97
Shape factor (Ф) = 0,6 (Davis, 2010: 11-43)
Porositas (ε) = 0,38 (Masduqi & Assomadi,
2012:179)
Asumsi kecepatan filtrasi (va) = 0,00408 m/detik
b. Perhitungan
Фρd𝑣𝑎
Nre =
𝜇
0,6 × 995 × 0,0002 × 0,00408
=
0,00089
= 1,07
Koefisien drag (CD) = untuk 1 < Nre < 104
24 3
maka CD = 𝑁𝑟𝑒 + + 0,34
√𝑁𝑟𝑒
24 3
= 1,07 + + 0,34
√1,07
= 25,61
4𝑔 1/2
Kecepatan pengendapan partikel (vs) = [3𝐶 (𝑆𝑔 − 1)𝑑]
𝐷
4×9,81 1/2
= [3×25,61 (3,9 − 1)0,0002]
= 0,01721 m/detik
Kecepatan backwash (vb) = vs × ε4,5
= 0,01721 m/detik × 0,384,5
= 0,00022123 m/detik
Debit backwash (Qb) = 0,00022123 m/detik × 1000 L/m3
= 0,22123 L/dt-m2
(1−0,38)
= 0,15 0,00022123 0,22
[1−( ) ]
0,01721
= 0,15090 m
98
Antrasit
460 mm
Pasir 230 mm
Garnet 150 cm
4A 4(0,061667 )
Diameter pipa (Dmanifold) =
3,14
= 0,28028 m ≈ 0,3239 m = 12 inch
Panjang pipa manifold (Lmanifold) = Panjang bak – jarak dinding
= 7,450 m – 0,2 m = 7,25 m
2. Pipa Lateral
a. Kriteria Perencanaan
Jarak antara lateral = 15 cm = 0,15 m (Masduqi & Assomadi,
2012:202)
Diameter pipa lateral (Dlateral) = 0,15 m
99
b. Perhitungan
Luas penampang pipa (Alateral) = ¼ × π × Dlateral2
= ¼ × 3,14 × 0,152
= 0,0176625 m2
𝐿𝑚𝑎𝑛𝑖𝑓𝑜𝑙𝑑
Jumlah pipa lateral (nlateral) =𝐷
𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 +𝑊𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
𝐿𝑚𝑎𝑛𝑖𝑓𝑜𝑙𝑑
=𝐷
𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 +𝑊𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙
= 24,1661 ≈ 24 buah
Jumlah lateral tiap sisi = 24 / 2 = 12 buah
𝐿𝑏𝑎𝑘 −𝐷𝑚𝑎𝑛𝑖𝑓𝑜𝑙𝑑 −(2×𝐷𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 )
Panjang pipa lateral (Llateral) = 2
3,725− 0,28028 −(2×0,15)
= 2
= 1,57232 m
3. Orifice
a. Kriteria Perencanaan
Diameter pipa (Dorifice) = 1,5 cm = 0,015 m (Masduqi &
Assomadi, 2012:202)
b. Perhitungan
Luas lubang orifice (Aorifice) = ¼ × π × Dlateral2
= ¼ × 3,14 × 0,152
= 0,000176625 m2
0,0025×𝐴𝑓
Jumlah lubang tiap filter (norifice) = 𝐴𝑜𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒
0,0025×27,75
= 0,000176625
100
Diameter pipa outlet = Diameter pipa manifold (Masduqi & Assomadi,
2012:202)
Diameter pipa outlet = 0,218 m ≈ 0,3239 m = 12 inch
Panjang pipa outlet =5m
Koefisien kekasaran pipa (C) = 130 (Evett & Liu, 1987)
Koefisien kehilangan energi belokan (kcurve) = 0,8
Koefisien kehilangan energi gate valve (kvalve) = 0,19
Koefisien kehilangan energi tee (ktee) = 0,3
b. Perhitungan
Kecepatan aliran pada pipa (voutlet) = Qf / A
= 0,061667 / ¼ × 3,14 × 0,32392
= 0,74879 m2/detik
10,67× 𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
Headloss pipa outlet (Hfout) = 𝐶 1,85 ×𝐷4,87
× 𝑄1,85
10,67 × 5
= × 0,061671,85
1301,85 × 0,32394,87
= 0,0091671 m
𝑣2 0,748792
Head kecepatan outlet (hvout) = 2𝑔 = = 0,028577 m
2×9,8
𝑣2 0,74879 2
Minorloss belokan (Hmcurve) =𝑘 × 2𝑔 = 0,8 × 2×9,8
= 0,022862 m
𝑣2
Minorloss gate valve (Hmvalve) = 𝑘 × 2𝑔
0,748792
= 0,19 × = 0,0054297 m
2×9,8
𝑣2 0,74879 2
Minorloss tee (Hmtee) = 𝑘 × 2𝑔 = 0,3 × 2×9,8
= 0,008573 m
101
Durasi surfacewash (tsw) = 300 detik (Masduqi & Assomadi, 2012)
Durasi backwash (tbw) = 600 detik (Masduqi & Assomadi, 2012)
b. Kriteria Perencanaan
Luas bak filtrasi (Afiltrasi) = 4 m × 7,5 m = 30 m
Volume air untuk surfacewash = Afiltrasi × vwash × tsw
= 30 m × 0,0125 m/detik × 300 detik
= 16,875 m3 ≈ 17 m3
Volume air untuk backwash = Afiltrasi × vwash × tbw
= 30 m × 0,0125 m/detik × 600 detik
= 225 m3
Volume air pencucian = volume surfacewash + volume backwash
= 17 m3 + 225 m3 = 242 m3
Debit surfacewash = volume surfacewash / durasi surfacewash
= 17 m3 / 300 detik = 0,056667 m3/detik
Debit backwash = volume backwash / durasi backwash
= 225 m3 / 600 detik = 0,375 m3/detik
Debit total backwash = Debit surfacewash + Debit backwash
= 0,43167 m3/detik
4.7.9 Ruang Penampung Backwash
a. Kriteria Perencanaan
Volume air pencucian = 242 m3
Panjang bak = 4 m × 12 bak = 48 m
Tinggi bak filtrasi =3m
b. Kriteria Perencanaan
Lebar bak = volume air pencucian / panjang bak
keseluruhan / tinggi bak filtrasi
= 242 m3 / 48 m / 3 m = 1,68 m ≈ 2 m
4.7.10 Pipa Drain Backwash
a. Kriteria Perencanaan
Kecepatan aliran pada pipa (v) = 2 m/detik
Debit air = debit total backwash (Q) = 0,43167 m3/detik
b. Kriteria Perencanaan
102
0,43167 𝑚3/detik
Luas pipa (A) =Q/v= = 0,2158 m2
2 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
4𝐴 4×0,2168
Diameter pipa (D) = √ 𝜋 = √ = 0,524 m ≈ 0,5588 m = 22 inch
3,14
4.7.11 Inlet
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 0,74 m3/detik
Panjang saluran (L) =4m
Kecepatan aliran (v) = 1 m/detik
Koefisien manning saluran beton (n) = 0,013 (Tata Cara Perencanaan
Sistem Drainase Perkotaan, Nomor 12/PRT/M/2014)
b. Kriteria Perencanaan
0,74 𝑚3/detik
Luas saluran pembawa (A) =Q/v= = 0,74 m2
1 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0,296 m
1
Kecepatan aliran (v) = 𝑛 × 𝑅⅔ × 𝑠 ½
1
1 = 0,013 × 0,296⅔ × 𝑠 ½
s = 0,00086
Slope = Hf / W
0,00035 = Hf / 1,50895
Hf = 0,00343 m
𝑣2 12
Head kecepatan outlet (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,05102 m
103
4.8 Disinfeksi
Disinfeksi diartikan sebagai destruksi mikroba yang bersifat patogen.
Disinfeksi dimaksudkan untuk melindungi pengguna air dari penularan penyakit
yang dapat disebarkan melalui air, antaralain: disenteri, kolera, tipus, poliomyelitis,
hepatitis, dan sebagainya. Pada perencanaan ini, klor atau kaporit dipilih sebagai
bahan kimia yang digunakan untuk proses disinfeksi.
4.8.1 Kebutuhan Klor
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik
Sisa klor = 0,3 mg/L (SNI 6774: 2008)
Gas klor (Cl2) diinjeksikan ke dalam pipa menggunakan tabung
klorinator
Dosis klor optimum (BPC) = 2 mg/L (Qasim, et al., 2000)
Panjang pipa =5m
Densitas kaporit = 860 kg/m3
Kadar klor dipasaran = 60%
b. Perhitungan
Klor yang dibubuhkan = dosis klor + sisa klor
= 2 mg/L + 0,3 mgL = 2,3 mg/L
Kebutuhan klor = Kadar kaporit dipasaran × klor yang
dibubuhkan × debit air yang diolah
= (1/60%) × 2,3 mg/L × 740 L/detik
= 2836,667 mg/detik = 245,088 kg/hari
4.8.2 Penampung Klor Berdasarkan Kebutuhan Klor
a. Kriteria Perencanaan
Kapasitas tabung klorinator = 50 kg (Putra & Marsono, 2015)
b. Perhitungan
Kebutuhan tabung klor = kebutuhan klor / kapasitas tabung
245,088 kg/hari
= 50 𝑘𝑔/𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔
104
4.8.3 Headloss Pipa
a. Kriteria Perencanaan
Debit (Q) = 740 L/detik = 0,74 m3/detik
Panjang pipa (L) =2m
Koefisien kekasaran pipa (C) = 130 (Evett & Liu, 1987)
v rencana = 2 m/detik
b. Perhitungan
Luas penampang (A) =Q/v
= 0,74 m3/detik / 2 m/detik = 0,37 m2
4A 4(0,37)
Diameter pipa (D) = 0,68654 m ≈ 0,7 m
3,14
10,67× 𝐿𝑠𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
Headloss pipa (Hf) = × 𝑄1,85
𝐶 1,85 ×𝐷4,87
10,67 × 2
= × 0,371,85
1301,85 × 0,74,87
= 0,008528064 m
𝑣2 22
Head kecepatan (hv) = 2𝑔 = 2×9,8 = 0,20408 m
Headloss total = hf + hv
= 0,008528064 m + 0,20408 m
= 0,21261 m
4.9 Reservoir
Kebutuhan distribusi air ditentukan dengan menggunakan analisis fluktuasi
kebutuhan air (pemakaian dan pengaliran air). Cara ini didasarkan pada besarnya
pengaliran air/suplai dan pemakaian air (demand) dalam 1 hari. Dimana dalam
proses suplai, dilakukan pemompaan selama 24 jam. Pada gambar 4.16 dapat dilihat
denah reservoir, pada tabel 4.1 dapat dilihat penentuan dan pengaliran air tiap jam.
105
Gambar 4.16 Denah Reservoir
Tabel 4.1 Persentase Penentuan dan Pengaliran Air tiap Jam
% %
% % % Selisih
Jam Pemakaian Pemakaian
Supply Selisih Kumulatif
Konsumen Kumulatif
00 – 01 1,0 1,0 4,167 3,167 3,167
01 – 02 1,0 2,0 4,167 3,167 6,334
02 – 03 1,0 3,0 4,167 3,167 9,501
03 – 04 1,0 4,0 4,167 3,167 12,668
04 – 05 1,5 5,5 4,167 2,667 15,335
05 – 06 3,5 9,0 4,167 0,667 16,002
06 – 07 7,0 16,0 4,167 -2,833 13,169
07 – 08 7,2 23,2 4,167 -3,033 10,136
08 – 09 7,4 30,6 4,167 -3,233 6,903
09 – 10 6,7 37,3 4,167 -2,533 4,370
10 – 11 7,0 44,3 4,167 -2,783 1,587
11 – 12 7,5 51,8 4,167 -3,333 -1,746
12 – 13 7,9 59,7 4,167 -3,733 -5,479
13 – 14 7,0 66,7 4,167 -2,833 -8,312
14 – 15 5,3 71,9 4,167 -1,083 -9,395
15 – 16 5,7 77,6 4,167 -1,483 -10,878
16 – 17 7,0 84,6 4,167 -2,833 -13,711
17 – 18 5,9 90,5 4,167 -1,733 -15,444
18 – 19 3,0 93,5 4,167 1,167 -14,277
19 – 20 2,0 95,5 4,167 2,167 -12,110
20 – 21 1,5 97,0 4,167 2,667 -9,443
21 – 22 1,0 98,0 4,167 3,167 -6,276
22 – 23 1,0 99,0 4,167 3,167 -3,109
23 – 24 1,0 100,0 4,167 3,167 0,058
100,008 0,058
sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan tabel di atas diperoleh pengisian kapasitas reservoir,
didapatkan bahwa % volume terbesar = + 16,002% dan yang terkecil = - 15,444%,
sehingga volume reservoir distribusinya adalah:
106
% Volume yang dibutuhkan :
% Volume = 16,002 % - (-15,444 %)
= 31,446 % dari debit perencanaan
Volume Reservoir :
Volume = 31,446 % × Q yang menuju reservoir (2 bak)
= 31,446 % × 0,1 m3/dt × 86400 detik/hari
= 271,69 m3 ≈ 272 m3
4.9.1 Dimensi Reservoir
a. Kriteria Perencanaan
Kedalaman reservoir =3m
Volume total bak reservoir = 272 m3
Jumlah reservoir = 2 buah
Reservoir berbentuk segi empat dengan perbandingan B : L = 1 : 2.
b. Perhitungan
272 𝑚3
Volume tiap reservoir = = 136 𝑚3
2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 136 𝑚3
Luas bak (A) = = = 45,3 𝑚2
𝐻 3𝑚
Q 0,1
A = = = 0,2 m2
vasumsi 0,5
107
4 A
D =
4x0,2
= 0,505 m = 505 mm ≈ 508 mm = 20 inch
108
4. Koagulasi
Muka air awal = + 0,622 m
Headloss saluran intlet = 0,00476 m
Headloss saluran outlet = 0,00476 m
Muka air akhir = + 0,622 – (0,00476 + 0,00476) = + 0,613 m
5. Flokulasi
Muka air awal = + 0,588 m
Headloss saluran intlet = 0,00476 m
Headloss kompartemen I, II, dan III = 0,49237 m
Headloss saluran outlet = 0,00476 m
Muka air akhir = + 0,588 – (0,00476 + 0,49237 + 0,00476) = 0,086 m
6. Sedimentasi
Muka air awal = + 0,085 m
Headloss inlet = 0,02947 m
Headloss perforated baffle = 6,548 × 10 -7 m
Tinggi air di atas weir = 0,023 m
Headloss saluran pengumpul outlet = 0,01804 m
Muka air akhir = + 0,085 – (0,029 + 6,548 × 10 -7 + 0,023) = 0,014 m
7. Filtrasi
Muka air awal = + 0,010 m
Headloss di inlet = 0,05445 m
Headloss media = 0,68384 m
Headloss di outlet = 0,074609 m
Muka air akhir = + 0,010 – (0,0544 + 0,684 + 0,075) = - 0,803 m
8. Disenfeksi
Muka air awal = - 0,803 m
Headloss pipa desinfeksi = 0,21261 m
Muka air akhir = - 0,803 – 0,21261 = - 1,015 m
109
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Syahrul, 2015. Pengaruh Pemberian Tawas Terhadap Penjernihan Air Pada
Sungai Belawan. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Amirtharajah, A. and O’Melia, C. R., 1999. Water Quality and Treatment (AWWA),
5th ed., AmericanWaterWorks Association, Denver, Colorado.
Davis, Mackenzie L., 2010, Water and Wastewater Engineering: Design Principles
and Practice. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
Droste, R.L., 1997. Theory and Practice of Water dan Wastewater Treatment. John
Willey & Sons Inc., New Jersey.
Evett, J.B. & Cheng Liu, 1987. Fundamentals of Fluids Mechanics. The McGraw-
Hill Companies, Inc. New York.
Fair, G.M., J.C. Geyer, & D.A. Okun, 1968. Water and Wastewater Engineering,
Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal.
John Wiley & Sons Inc. Toronto.
Fatimah, Siti, V. Darsono, & V.Y.E. Sulistyawati, 2007. Pemanfaatan Air Sungai
Progo untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Sleman. Jurnal
Teknik Sipil volume 7 No. 2: 180-187.
Joko, Tri, 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
110
Katz, M., & D. Foulkes, 1962. On the Use of Mass Media as “Escape” Clarification
of a Concept. The Public Opinion Quarterly, 26, 377-388.
Masduqi, A. & A.F. Assomadi, 2012. Operasi & Proses Pengolahan Air Edisi
Kedua. ITS Press. Surabaya.
Metcalf & Eddy, 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. The
McGraw-Hill Companies, Inc. New York.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Putra, A.P. & B.D. Marsono, 2015. Desain Mobile Unit Instalasi Pengolahan Air
Minum untuk Kondisi Darurat Bencana Banjir Menggunakan Membran
Mikrofiltrasi. Jurnal Teknik ITS Vol.4, No.1, D30-D34.
Reynolds, Tom D., & Paul A. Richards, 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering Second Edition. PWS Publishing Company.
Boston.
Sawyer, C.N., P.L, Mc Carty, & G.F. Parkin, 1978. Chemistry for Environmental
Engineering. McGraw Hill Book Company. Singapura.
Schulz, C.R. & D.A. Okun, 1984. Surface Water Treatment for Communities in
Developing Countries. John Wiley & Sons. Canada.
Qasim, S.R, E.M. Motley, & G. Zhu, 2000. Water Works Engineering: Planing,
Design, and Operation. Prentice-Hall of India. New Delhi.
111