KERJA PRAKTIK
Dikerjakan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik
Strata Satu (S-1)
SEMARANG
OKTOBER 2019
i
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Mengetahui, Menyetujui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena dengan
penyertaan dan kasih-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
Kerja Praktik. Penyusunan laporan Kerja Praktik ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 pada Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Kerja Praktik dilaksanakan selama enam puluh hari kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan di proyek.
Laporan Kerja Praktik ini ditulis berdasarkan pengamatan secara langsung di
lapangan. Pelaksanaan Kerja Praktik dilakukan di Proyek Pembangunan Wismaya
Residence per 20 Februari 2019. Kerja Praktik merupakan kegiatan pengamatan
terhadap metode pelaksanaan proyek tersebut.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan Kerja Praktik dan
penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada beberapa pihak,
yaitu:
1. Ilham Nurhuda, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
Universitas Diponegoro, Semarang
2. Dr. Dyah Ari W, S.T., M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Universitas Diponegoro, Semarang
3. Dr. Bagus Hario Setiadji, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Sipil Departemen Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang
4. Sukamta, S.T., M.T., Dr.Eng. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik yang
telah membimbing dan mengarahkan saat penyusunan laporan
5. Y.I. Wicaksono, M.S. selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi
untuk menyelesaikan laporan
6. Orang tua, keluarga, dan teman-teman Teknik Sipil 2015 yang tercinta dan
yang ikut membantu secara moral
7. Bapak Radenson Purba dan Bapak Adhe Noor Patria selaku Project Manager
dari PT Langgeng Makmur Perkasa yang memberikan kesempatan kepada
saya untuk melaksanakan KP di proyek ini, beserta anggota tim Site Office
yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan laporan ini:
iii
a. Bapak Ranto selaku pembimbing lapangan selama melaksanakan Kerja Praktik
yang selalu memberi arahan dan bimbingan
b. Bapak Aslam, Bapak Otto, Bapak Saiful dan Bapak Tono selaku tim site office
yang memberikan dukungan
8. Bapak Ilham Julizar, Bapak Ela S., dan Bapak Liki selaku tim konsultan
pengawas dari PT Total Desain Konsultan yang telah membantu dan
mengarahkan pada kegiatan Kerja Praktik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, baik dari teknik penyajian dan materi yang disampaikan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
iv
DAFTAR ISI
v
2.5. Analisis Desain Balok ......................................................................21
BAB III PELAKSANAAN ..............................................................................25
3.1. Tinjauan Umum ................................................................................25
3.2. Site Plan .............................................................................................28
3.3. Tahapan Pekerjaan ..........................................................................30
3.3.1. Pekerjaan Kolom ....................................................................33
3.3.2. Pekerjaan Shear Wall .............................................................44
3.3.3. Pekerjaan Balok dan Plat ......................................................48
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................59
4.1. Kesimpulan .....................................................................................59
4.2. Saran ...............................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................xii
LAMPIRAN .......................................................................................................xiii
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perhitungan regangan, tegangan, gaya, dan momen pada kondisi
balanced ......................................................................................... 12
Tabel 2.2. Perhitungan regangan, tegangan, gaya, dan momen pada kondisi
Z = - 2 ............................................................................................. 15
Tabel 2.3. Perhitungan regangan, tegangan, gaya, dan momen pada kondisi
Z = -2,5 ........................................................................................... 17
Tabel 2.4. Perhitungan regangan, tegangan, gaya, dan momen pada kondisi
Z = - 4 ............................................................................................. 19
Tabel 2.5. Kapasitas momen lentur pada segmen balok ................................. 24
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 3.15 Pemasangan panel bekisting kolom .........................................35
Gambar 3.16 Flat tie......................................................................................35
Gambar 3.17 Pengecekan vertikalitas bekisting ............................................35
Gambar 3.18 Waler bracket...........................................................................36
Gambar 3.19 Push pull prop .........................................................................36
Gambar 3.20 Bekisting kolom K1 yang telah terpasang ...............................37
Gambar 3.21 Pengukuran nilai slump tepat sebelum beton digunakan .........38
Gambar 3.22 Benda uji beton yang berbentuk silider ...................................39
Gambar 3.23 Pengecoran kolom dengan bucket melalu pipa tremie ............40
Gambar 3.24 Pengecoran kolom pinggir dan facade ....................................40
Gambar 3.25 Ilustrasi siar pelaksanaan kolom ..............................................43
Gambar 3.26 Ilustrasi marking SW-1 di Lantai 5A .......................................43
Gambar 3.27 Tulangan S/C ...........................................................................47
Gambar 3.28 Penulangan shear wall .............................................................45
Gambar 3.29 Instalasi bekisting ....................................................................45
Gambar 3.30 Adjuster kicker .........................................................................46
Gambar 3.31 Pengecoran shear wall .............................................................46
Gambar 3.32 Plat dan balok as TA1-TA4 , TA.A-TA.G Zona C lt.5 ..........47
Gambar 3.33 Pemasangan bottom form panel ...............................................48
Gambar 3.34 Pemasangan side beam panel ..................................................48
Gambar 3.35 Hasil pemasangan bekisting balok...........................................49
Gambar 3.36 Pemasangan slab soffit length..................................................49
Gambar 3.37 Pemasangan slab standards panel ...........................................50
Gambar 3.38 Hasil akhir bekisting plat .........................................................50
Gambar 3.39 Panel drop lantai ......................................................................50
Gambar 3.40 Hanger formwork.....................................................................51
Gambar 3.41 Transfer box .............................................................................51
Gambar 3.42 Tulangan balok ........................................................................52
Gambar 3.43 Tulangan plat ...........................................................................53
Gambar 3.44 Pipa cor tipe 125a x 3000 ........................................................54
Gambar 3.45 Ilustrasi fase setting time beton................................................55
Gambar 3.46 Pengecoran plat lantai dan balok ............................................56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
A.5.6 Denah Bekisting Plat
A.5.7 Denah Kicker
A.5.8 Denah Panel Penutup
A.5.9 Denah Drop Lantai
A.5.10 Denah Waller/ Sunken Panel
Lampiran B.Data Proyek
B.1 Kurva S selama Kerja Praktik
Lampiran C.Dokumen Administrasi Kerja Praktik
C.1 Formulir Pengajuan Pembimbing Kerja Praktik
C.2 Formulir Persetujuan Pengajuan Kerja Praktik
C.3 Surat Penugasan Pembimbing Kerja Praktik
C.4 Surat Permohonan Data Kerja Praktik
C.5 Formulir Persetujuan Lokasi Kerja Praktik
C.6 Surat Permohonan Ijin Kerja Praktik
C.7 Surat Balasan Permohonan Ijin Kerja Praktik PT Total Desain
Konsultan
C.8 Surat Persetujuan Pelaksanaan Kerja Praktik
C.9 Surat Perintah Kerja Praktik
C.10 Formulir Kehadiran dan Nilai Kerja Praktik di Lapangan
C.11 Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik PT Total Desain Konsultan
C.12 Surat Ucapan Terima Kasih
C.13 Kartu Peserta Presentasi Kerja Praktik
C.14 Daftar Hadir Mahasiswa yang Mengikuti Presentasi Kerja Praktik
C.15 Lembar Asistensi Kerja Praktik
C.16 Laporan Harian selama Kerja Praktik
xi
DAFTAR PUSTAKA
BSN, 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847-2013,
Badan Standar Nasional, Jakarta.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1. BAB 11.1. Latar Belakang
1.1. Latar Belakang
Pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik sipil tidak cukup hanya melalui
pembelajaran di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuan penting lainnya
yang didapat melalui pengamatan di proyek. Pengamatan menghasilkan suatu
pemahaman yang mendalam mengenai proses dan tahapan kegiatan konstruksi,
softskill dan kerja sama tim.
Kerja Praktik mengajak mahasiswa Teknik Sipil untuk mengamati kegiatan
konstruksi dan mengetahui manajemen proyek. Manajemen proyek berkaitan
dengan lima hal, yaitu ruang lingkup, biaya, waktu, kualitas dan resiko. Manajemen
bertujuan untuk membantu proyek mencapai target dengan mengoptimalkan hal
tersebut. Oleh karena itu, penulis berkesempatan melakukan Kerja Praktik di
Wismaya Residence dan bekerjasama dengan pihak Manajemen Konstruksi agar
dapat mengenal mekanisme pelaksanaan pekerjaan proyek, kendala selama
pelaksanaan dan solusi dari kendala tersebut.
Wismaya Residence merupakan proyek bangunan vertikal untuk
mengakomodasi kebutuhan hunian masyarakat. Proyek tersebut memiliki area
dengan luas 1,1 Ha. Proyek terdiri dari dua tower apartemen dengan tinggi 35 lantai
dan ruang komersial/parkir dengan tinggi 4 lantai. Tower pertama berbentuk U yang
terdiri 1.515 unit apartemen dan tower kedua berbentuk L yang mencakup 802 unit.
1
1.3. Lokasi Proyek
Proyek berlokasi di Kota Bekasi. Proyek tersebut berjarak 1,8 km dari Stasiun
Bekasi dan berjarak 3 km dari gerbang tol Bekasi Timur. Gerbang tol Bekasi Timur
menghubungkan Jakarta dengan Cikampek melalui Bekasi. Lokasi proyek dapat
dilihat pada gambar 1.1. dan 1.2. Berikut adalah koordinat dan alamat proyek.
1. Koordinat Proyek
Lokasi Proyek Wismaya Residence adalah :
a. Koordinat UTM (UTM WGS 84):
1) Easting : 720,444.21
2) Northing : 9,309,673.03
b. Latitude dan longitude:
1) Latitude : 6° 14' 29.7096'' S
2) Longitude : 106° 59' 32.6976'' E
2. Alamat Proyek
Deskripsi legal dari proyek tersebut adalah:
3. Batas Proyek
Batas Utara : Perkebunan Pisang
Batas Timur : Perumahan Graha Asri
Batas Barat : Jalan Poncol II
Batas Selatan : Jalan Mayor Madmuin Hasibuan
2
U
Lokasi Proyek
Lokasi Proyek
3
U
Lokasi Proyek
4
1.4. Data Proyek
1.4.1. Data Administrasi
1. Nama Proyek : Wismaya Residence
2. Pemilik Proyek : PT Langgeng Makmur Perkasa
3. Konsultan Struktur : PT Cipta Sukses
4. Konsultan Arsitektur : PT JOSO
5. Konsultan MEP : PT Malmass Mitra Teknik
6. Konsultan MK : PT Total Desain Konsultan
7. Kontraktor : PT Langgeng Makmur Perkasa
8. Saffety Office : PT Langgeng Makmur Perkasa
9. Supplier : PT Farika Beton
10. Jenis Kontrak : Kontrak harga satuan
11. Metode Pembayaran : Monthly Payment Based on Progress
12. Nilai Proyek : Rp. 695,057,776,780.63
13. Waktu Pelaksanaan : 500 hari kalender
14. Sumber Dana : PT Langgeng Makmur Perkasa
15. Masa Pemeliharaan : 2 Tahun
16. Masa Performa : 40 Tahun
5
Pelaksanaan proyek secara umum menggunakan dua pendekatan dasar,
meskipun ada variasi yang merupakan hasil dari hubungan kontrak yang berbeda
antara pemilik dengan pembangun. Pendekatan tersebut antara lain pemisahan
organisasi dan pengintegrasian organisasi.
Proyek Wismaya Residence menggunakan pendekatan integrasi organisasi
(owner-builder operation). Pendekatan ini menjabarkan bahwa pemilik proyek
harus memiliki alur pekerjaan yang stabil sehingga dapat mempertahankan jumlah
tenaga kerja pada proyek. Disamping itu, pemilik dapat menggunakan jasa sub-
kontraktor dengan porsi tertentu di luar dari pihak konsultan dan kontraktor.
Struktur organisasi proyek Wismaya Residence dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Ketika suatu proyek dimulai, seorang manajer proyek dipilih dari cabang
yang tepat untuk memimpin proyek bersama dengan beberapa staf yang sesuai
klasifikasi pekerjaan untuk membentuk tim proyek. Ketika proyek selesai, semua
anggota tim termasuk manajer proyek akan kembali ke pos reguler mereka sampai
penugasan proyek berikutnya.
6
Gambar 1.4. Diagram organisasi MK
1.4.4. Kurva S
Pengendalian sebagai fungsi manajemen adalah usaha secara sistematis untuk
membuat standar pelaksanaan berupa RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)
dengan tujuan pelaksanaan, membuat suatu sistem informasi sebagai feed back,
membandingkan antara kegiatan kostruksi yang terjadi dengan standar yang telah
dibuat sebelumnya, menentukan dan mengukur besarnya deviasi/penyimpangan
serta melakukan tindakan evaluasi dan koreksi untuk menjamin semua sumber daya
yang ada digunakan dengan cara paling efektif dan efisien guna mencapai tujuan
konstruksi. Faktor yang mempengaruhi pengendalian bersamaan dengan
perencanaan adalah biaya yang relatif mahal, beberapa kegiatan yang tidak
mememungkinkan untuk dipantau dan pengendalian yang berlebihan akan
berdampak mengurangi produktivitas konstruksi.
Salah satu instrumen yang digunakan untuk mengendalikan pekerjaan
konstruksi adalah kurva S. Kurva S sangat sering ditemui pada pelaksanaan
konstruksi. Kurva S adalah grafik yang menghubungkan antara waktu pelaksanaan
konstruksi dengan nilai akumulasi kemajuan pelaksanaan proyek yang dinyatakan
dalam bentuk %, mulai dari awal konstruksi sampai selesai.
Manfaat dari Kurva S yang digunakan pada konstruksi, yakni sebagai alat
membuat prediksi penyelesaian proyek, dasar evaluasi kebijakan manajerial dan
alat bantu dalam menghitung cash flow. Kurva S pada proyek ini dapat dilihat di
Lampiran B.1
7
1.5. Ruang Lingkup Proyek
Hal yang ditinjau pada proyek ini adalah manajemen proyek pada bagian
struktur atas Wismaya Residence pada Tower A. Penulis membahas secara spesifik
mengenai metode pelaksanaan struktur atas lt.5a – 9 seperti tata cara pelaksanaan,
peralatan dan material yang digunakan.
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan dalam penyajian laporan Kerja Praktik. Membahas
latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, lokasi proyek, data-data proyek,
ruang lingkup proyek, dan sistematika laporan. Penyajian bab ini bertujuan agar
pembaca memiliki gambaran umum dari proyek tersebut.
5. LAMPIRAN
Memuat dokumen yang berkaitan dengan kegiatan proyek yang berlangsung.
8
BAB II
TINJAUAN PERANCANGAN
9
disebabkan oleh pembebanan yang berlebih, cacat penampang dan
kecelakaan/sabotase. Faktor keamanan merupakan faktor untuk mengevaluasi agar
perancangan komponen struktural terjamin keamanannya namun dengan dimensi
yang minimum. Menilik dari pertimbangan faktor keamanan maka perancangan
kolom yang ditinjau pada bab ini mengacu pada standar yang berlaku di Indonesia.
10
Kolom dengan tipe ini lazim digunakan pada proyek konstruksi dengan
pertimbangan kemudahan pelaksanaan.
11
Distribusi regangan seperti yang digambarkan oleh Gambar 2.3 merupakan
keruntuhan balanced dan batas regangan tekan terkontrol. Itu menandakan
perubahan dari kegagalan kompresi yang ditandai hancurnya beton menuju
lelehnya baja tulangan terluar. Berikut adalah prosedur perhitungan P n dan Mn:
1. Perhitungan nilai C dan regangan pada tulangan
𝑐 = × d1 = × (1200-61) = 683.4 mm
.
𝜀 s1 = × 0.003 = × 0.003 = 0.00273
.
12
Sambungan Tabel 2.1.
Fs7 2 2267,08 465,25 219,05 0,0010 192,065 35,559 5,983
Fs8 2 2267,08 532,63 151,68 0,0007 132,990 21,902 2,071
Fs9 2 2267,08 600,00 84,30 0,0004 73,915 8,245 0,000
Fs10 2 2267,08 667,38 16,93 0,0001 14,840 3,431 -0,231
Fs11 2 2267,08 734,75 -50,45 -0,0002 -44,235 -10,226 1,378
Fs12 2 2267,08 802,13 -117,83 -0,0005 -103,310 -23,883 4,827
Fs13 2 2267,08 869,50 -185,20 -0,0008 -162,385 -37,540 10,117
Fs14 2 2267,08 936,88 -252,58 -0,0011 -221,460 -51,197 17,247
Fs15 2 2267,08 1004,25 -319,95 -0,0014 -280,535 -64,853 26,217
Fs16 2 2267,08 1071,63 -387,33 -0,0017 -339,610 -78,510 37,027
Fs17 5 5667,7 1139,00 -454,70 -0,0020 -398,685 -230,418 124,195
40 45341,6 1389,9763 912
5. Perhitungan nilai Pn
Kapasitas beban aksial nominal dihitung dengan menjumlahkan komponen gaya
aksial.
Pn = Cc + S Fsi = 1389,98 ton
Karena ɛs1 = - ɛy , kondisi keruntuhan balanced, maka Pn = Pb
6. Perhitungan nilai Mn
Perhitungan momen berdasarkan gaya yang bekerja terhadap centroid pada bagian
kolom.
Mn = Cc (h/2-a/2 ) + Fs1 (h/2 – d1) + Fs2 (h/2 – d2) + … + Fs17 (h/2 – d17)
Mn = 912 ton.m
Karena Mn = Mb , maka Mb bernilai 912 ton.m
13
2.3.3. Kondisi ∅ Pn dan ∅ Mn untuk Z= -2
3. Perhitungan nilai a
14
Tinggi blok tegangan persegi ekivalen adalah:
a = 0.78 x 488.14 = 380.749 mm
6. Perhitungan Mn
Momen dihitung berdasarkan gaya yang bekerja terhadap centroid pada bagian
kolom.
Mn = Cc (h/2-a/2 ) + Fs1 (h/2 – d1) + Fs2 (h/2 – d2) + … + Fs17 (h/2 – d17)
Mn = 898 ton.m
15
7. Perhitungan ∅,∅Pb dan ∅Mb.
Faktor reduksi dihitung menurut kode ACI bagian 9.3.2.2. Tulangan yang terjauh
dari daerah tekan adalah tulangan pada baris ke-17. Tulangan ini bagian tekan yang
terkontrol dengan nilai:
∅= 0.65 + ( ɛt - 0.002) x 250/3.
2. Perhitungan tegangan
Tegangan yang terjadi pada tulangan lapis 1 dan 17 adalah:
16
𝑓 = 0.00257 x 200000 = 514 Mpa
𝑓 = - 0.005 x 200000 = -1000 Mpa
3. Perhitungan nilai a
Tinggi blok tegangan persegi ekivalen adalah:
a = 0.78 x 427.13 = 333.16 mm.
Tabel 2.3. Perhitungan regangan, tegangan, gaya dan momen pada kondisi Z = -2,5
Jrk Thd
Material Jml As Depth ɛ Tegangan (f) Gaya Momen
Netral
Tulangan (mm2) (mm) (mm) (MPa) (ton) (tonm)
Beton (Cc) 260,55 519,929 225,348
Fs1 5 5667,7 61,00 366,13 0,0026 400,000 209,071 124,605
Fs2 2 2267,08 128,38 298,76 0,0021 419,668 88,175 45,756
Fs3 2 2267,08 195,75 231,38 0,0016 325,025 66,296 30,375
Fs4 2 2267,08 263,13 164,01 0,0012 230,382 44,417 17,942
Fs5 2 2267,08 330,50 96,63 0,0007 135,739 22,537 8,457
Fs6 2 2267,08 397,88 29,26 0,0002 41,095 9,500 1,920
Fs7 2 2267,08 465,25 -38,12 -0,0003 -53,548 -12,379 -1,668
Fs8 2 2267,08 532,63 -105,50 -0,0007 -148,191 -34,259 -2,308
Fs9 2 2267,08 600,00 -172,87 -0,0012 -242,835 -56,138 0,000
Fs10 2 2267,08 667,38 -240,25 -0,0017 -337,478 -78,017 5,256
Fs11 2 2267,08 734,75 -307,62 -0,0022 -400,000 -92,471 12,460
Fs12 2 2267,08 802,13 -375,00 -0,0026 -400,000 -92,471 18,691
Fs13 2 2267,08 869,50 -442,37 -0,0031 -400,000 -92,471 24,921
Fs14 2 2267,08 936,88 -509,75 -0,0036 -400,000 -92,471 31,151
Fs15 2 2267,08 1004,25 -577,12 -0,0041 -400,000 -92,471 37,381
Fs16 2 2267,08 1071,63 -644,50 -0,0045 -400,000 -92,471 43,612
Fs17 5 5667,7 1139,00 -711,87 -0,0050 -400,000 -231,178 124,605
40 45341,6 -6,871 749
5. Perhitungan Pn
Kapasitas beban aksial nominal, Pn dihasilkan dengan menjumlahkan komponen
gaya aksial.
Pn = Cc + S Fsi
Pn = - 6.87 ton.
17
6. Perhitungan Mn
Momen dihitung berdasarkan gaya yang bekerja terhadap centroid pada bagian
kolom.
Mn = Cc (h/2-a/2 ) + Fs1 (h/2 – d1) + Fs2 (h/2 – d2) + … + Fs17 (h/2 – d17)
Mn = 749 ton.m
Faktor reduksi ,∅dihitung menurut kode ACI bagian 9.3.2.2. Tegangan yang terjauh
dari daerah tekan.. Dengan demikan, ini merupakan bagian tekan terkontrol.
∅= 0.65 + ( ɛt - 0.002) x 250/3
∅ = 0.9
18
Jarak dari serat tekan terjauh ke sumbu netral adalah:
.
c=( ) × 1139.0 = 310.64 mm.
. .
a = 242,3 mm
Gaya beserta dengan regangan serta tegangan lebih jelasnya ditabulasikan pada
tabel 2.4.
Tabel 2.4. Perhitungan regangan, tegangan, gaya dan momen pada kondisi Z = -4
Faktor reduksi bernilai 0,9 sesuai dengan perhitungan reduksi pada poin
sebelumnya. Kapasitas tekan aksial dan momen adalah:
∅ Pn = - 411.16 ton
∅ Mn = 565.218 ton.m
19
2.3.6. Kondisi Tarik Murni
Kondisi ini dipertimbangkan sebagai tarik aksial konsentris. Kekuatan tarik
murni dihitung dengan mengasumsikan bagian penampang telah mengalami retak
dan tulangan sebagian besar sudah leleh. Kapasitas kolom kondisi tarik murni
adalah:
𝑃𝑛𝑡 = − 𝑓𝑦 𝑥 𝐴𝑠𝑖
Gambar 2.7. Diagram interaksi desain kolom beton bertulang K1 tulangan D-19, f’c=45
Mpa b=600 mm dan h=1200 mm
20
2.4. Perancangan Balok
Balok merupakan elemen struktur yang menahan beban transversal yang
berupa beban lentur, geser ataupun torsi sehingga dapat menahan balok supaya
tidak tertekuk. Beberapa jenis material yang dapat digunakan untuk membuat
balok, yaitu baja, kayu, aluminium. Material yang digunakan pada proyek ini adalah
beton bertulang.
Balok sangat lemah dalam menahan gaya geser sehingga setiap balok perlu
dipasang sengkang atau cincin balok untuk mengatasinya. Masing-masing
sengkang ditempatkan dengan jarak yang rapat pada bagian tumpuan dari balok dan
dipasang agak renggang pada bagian tengah bentang balok. Balok beton bertulang
harus didesain agar dapat memenuhi tujuan utamanya yaitu syarat keamanan.
Struktur harus aman terhadap beban atau efek beban yang terjadi pada masa
operasional bangunan. Oleh karena itu, perlu memerhatikan metode yang tepat
dalam perencanaan balok.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk perencanaan balok,
diantaranya metode working stress, beban ultimate dan metode limit state. Metode
working stress berdasarkan pada teori linear elastik. Metode ini memastikan
keamanan yang memadai dengan membatasi tegangan pada material. Metode
beban ultimate berdasarkan pada kekuatan puncak beton bertulang pada saat beban
terbesar diberikan dengan meningkatkan daya dukungnya menggunakan beberapa
faktor contohnya faktor beban untuk memberikan batas keamanan yang diinginkan.
Metode limit state adalah metode yang berdasarkan pada batas yang dapat diterima
untuk persyaratan keselamatan. Berdasarkan hal yang telah dipelajari pada kuliah
maka metode yang digunakan pada perancangan kolom adalah metode beban
ultimate.
21
Gambar 2.8. Potongan denah balok pada lantai 5A zona C
22
2. Perhitungan tinggi efektif d
Selimut p = 40 mm (Balok Tidak Berhubungan dengan Cuaca)
d’= 40 + 10 + 19 + 19 = 88 mm
d = H – d’ = 500 – 88= 412 mm
.
𝜌 = ×𝜌 = × 0.032 = 0.194
. .
, , √
min = = = 0.00342
, ,
min = = = 0.0035
Menurut perhitungan diatas, nilai rasio yang dipakai adalah min sebesar 0.0035.
, × × × , ×√ × ×
Asmin = = = 423.115 mm2
i) 𝜀 = = = 0,002
23
× . ×
ii) a = = = 162.993 mm
, × × . × ×
.
iii) c = = = 203.74 mm
,
( ) ( . )
iv) 𝜀 = × 0,003 = × 0,003 = 0.0036 > 0.002
.
24
-BAB III
PELAKSANAAN
25
Gambar 3.1 Site plan proyek Wismaya Residence
1. Tower A dan B Wismaya Residence
2. Tempat Penyimpanan Besi
Tempat penyimpanan harus menjamin besi tidak terkena air hujan secara
langsung dan bebas dari genangan air. Hal itu dapat membuat besi menjadi
berkarat dan mengurangi mutu besi.
26
3. Tower Crane
Tower crane adalah alat berat yang digunakan untuk mengangkut material
ataupun bahan konstruksi dari bawah menuju atas bangunan. Alat itu sifatnya
sementara sepanjang masa pembangunan. Menara ini dapat menjangkau area
dengan radius terjauh 60 m dengan beban maksimum yang dapat diangkut
sebesar 10 ton.
4. Kantor Direksi Keet Proyek
Kantor direksi keet adalah kantor sementara bagi pekerja proyek. Kantor
berfungsi sebagai tempat beraktifitas, bekerja dan berpikir insinyur sehingga
dapat melaksanakan pekerjaan secara efisien dan efektif. Syarat yang harus
dipenuhi dalam membangun sebuah direksi keet yakni:
a. Luas direksi keet sesuai dengan kebutuhan. Kantor direksi keet
mengakomodasi ruangan untuk drafter, staf engineering, staf K3 dan project
manager,
b. Berada di tempat yang strategis. Direksi keet pada proyek berada di Tower A
sehingga meminimalkan penggunaan site,
c. Udara yang sejuk dengan jumlah pendingin ruangan minimal satu buah setiap
ruangnya,
d. Penerangan dan ventilasi udara yang cukup dan
e. Peralatan keamanan (Kotak P3K, Tabung, APAR, Jalur Evakuasi).
5. Tempat Fabrikasi Tulangan
Tempat yang memfasilitasi pekerja untuk merakit tulangan sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Pada umumnya tempat ini mengakomodasi bar cutter dan bar
bender.
6. Gudang Material dan Peralatan
Gudang material dan peralatan merupakan tempat penyimpanan material dan
peralatan yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan. Syarat yang
harus dimiliki gudang material dan peralatan, yakni:
a. Teroganisir,
b. Penyusunan material dengan rapi,
c. Pengumpulan material sesuai jenis dan tipe,
d. Peralatan keamanan tabung APAR.
27
e. Catatan pengeluaran material.
7. Pos Keamanan
Pos keamanan merupakan tempat petugas keamanan proyek bekerja. Tempat ini
memudahkan pengawasan keamanan seluruh kegiatan proyek serta menjaga
agar orang yang tidak berkepentingan tidak masuk ke dalam kawasan proyek
mengingat potensi bahaya yang besar. Desain pos keamanan harus memenuhi
standar persyaratan sebagai berikut:
a. Penempatan pos mempunyai jarak pandang siaga yang memenuhi,
b. Ruangan yang cukup dengan ruang istirahat,
c. Penerangan yang cukup,
d. Helm tamu dan pekerja,
e. Safety shoes tamu dan pekerja,
f. Tabung APAR,
g. Kotak P3K,
h. Buku tamu.
7. Jalan Proyek
Jalan proyek merupakan akses bagi kendaraan berat untuk masuk dan keluar
proyek. Jalan tersebut harus memenuhi karakteristik truk yang akan
menggunakannya. Jalan tersebut harus memenuhi syarat kelandaian tertentu
supaya truk tidak mengalami kesulitan saat pengoperasiannya.
28
Gambar 3.2. Diagram alir pekerjaan struktur atas Wismaya Residence
29
3.3.1. Pekerjaan Kolom
Pekerjaan kolom merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, antara
lain penentuan sumbu as, pembesian tulangan, pemasangan bekisting, pengecoran
beton dan perawatan beton. Berikut adalah penjelasan rinci proses pekerjaan
tersebut.
1. Penentuan sumbu utama kolom. Sumbu utama berupa titik dan garis yang
digunakan untuk menentukan letak kolom, bekisting dan kicker. Posisi kolom,
lubang sparing (berwarna biru) dan garis yang terkait dapat dilihat pada Gambar
3.3.
30
b. Pembacaan dan pemahaman shop drawing. Shop drawing denah kolom K1
lantai 5 dapat dilihat pada Lampiran A.1.1.
c. Centering theodolite tepat di atas garis pinjaman dengan lantai di bawahnya
melalui lubang sparing, kemudian diatur sehingga theodolite tegak, datar dan
siku terhadap garis pinjaman. Posisi lubang sparing pada plat dapat dilihat
pada Lampiran A.5.2 yang ditandai dengan kotak. Pemasangan theodolite
ditunjukkan oleh Gambar 3.5.
31
g. Pemindahan theodolite ke titik selanjutnya kemudian ikuti langkah c, tembak
dan bidik.
h. Pengukuran posisi kolom dengan garis pinjaman yang berjarak 1 m dari as
kolom.
2. Pekerjaan fabrikasi dan pemasangan tulangan. Pekerja merakit tulangan dalam
dua tahapan. Tahap pertama, tulangan dirakit di tempat fabrikasi tulangan,
kemudian tulangan diangkut ke atas menggunakan tower crane. Tahap kedua
menambahkan tulangan yang kurang pada kolom. Pekerjaan pembesian kolom
K1A memiliki volume sebesar 420 kg dan dapat diselesaikan oleh tiga pekerja
dalam waktu 110 menit. Langkah-langkah pekerjaan kolom adalah:
a. Penyediaan tulangan baja dengan spesifikasi teknis berupa diameter dan mutu
baja tertentu.
b. Pemotongan tulangan dengan bar cutter. Panjang tulangan utama baja
disesuaikan dengan catatan struktural konsultan perencana. Panjang tulangan
utama termasuk panjang lewatan dan panjang kolom rencana. Panjang
lewatan bisa berbeda tergantung diameter, mutu baja dan jaraknya.
c. Pembengkokan tulangan sengkang dengan menggunakan bar bender.
Pembengkokan dilakukan menurut gambar detail teknis dari perencana.
Proses pembengkokkan tulangan dapat dilihat pada Gambar 3.7.
32
e. Perakitan tulangan utama dengan tulangan sengkang dan kemudian diikat
dengan kawat benrat menggunakan kakatua. Perakitan tulangan kolom dapat
dilihat pada Gambar 3.8.
33
4. Pemasangan beton decking dengan jarak 70 cm. Tahu beton memiliki mutu
beton yang sama dengan kolom dan memiliki tinggi sesuai dengan selimut beton
rencana. Beton decking diilustrasikan oleh Gambar 3.10.
34
b. Pengecekan ketersediaan panel aluminum dan komponen pendukung.
Komponen pendukung dari bekisting, antara lain wingnut, pin dan baji.
Bekisiting aluminium diilustrasikan oleh Gambar 3.12 dan digambarkan lebih
lengkap pada lampiran gambar A.5.1.
35
melepaskan bekisting dengan beton tanpa mengkontaminasi beton. Gambar
3.14 mencitrakan pekerjaan pengecatan panel bekisting.
36
Gambar 3.16. Flat tie
Sumber : Presentasi KingHing untuk Wismaya Residence
g. Pemasangan pipa PVC pada alur jaringan elektrikal.
h. Pengecekan kualitas instalasi bekisting. Pengecekan bekisting kolom
dilakukan setelah pemasangan bekisting plat lantai. Tahapan yang perlu
dilakukan adalah:
1) Pengecekan ketinggian dan kerataan bekisting. Pelaksana menandai
kolom/dinding dengan menggunakan alat pengukur laser kemudian
mengecek garis kontrol elevasi lantai. Elevasi kolom/dinding diukur
dengan mengurangi elevasi plat dengan ketebalan bekisting.
2) Pengecekan kelurusan dinding/kolom menurut garis marking bagian luar
dari dinding dan kolom. Arahkan laser ke garis marking terhadap meteran
kemudian mengukur jarak dari garis marking ke dinding/kolom serta
mengurangi ketebalan bekisting (4 mm). Gambar 3.17 menggambarkan
pekerja sedang mengecek vertikalitas bekisting.
37
4) Pemeriksaaan sisi bekisting kolom. Bertujuan untuk memastikan sisi
bawah bekisting telah tertutup secara sempurna. Jika ada celah maka perlu
ditutup dengan styrofoam agar beton tidak keluar melalui celah tersebut.
5) Pemeriksaan perkuatan support samping. Support samping terdiri dari
waler bracket,tie rod, diagonal bracing ( push pool prop ) , wing nut dan
flat tie. Pastikan wingnut dengan tie rod telah terpasang rapat dan kuat.
Gambar waler bracket dapat dilihat pada Gambar 3.18.
38
dilengkapi dengan prop foot. Prop foot berupa plat dengan lubang yang
ditancapkan ke atas plat. Prop foot berfungsi sebagai tumpuan push pull
prop dan ditancapkan ke plat. Shop drawing posisi prop foot dapat dilihat
pada Lampiran A.5.7. Gambar 3.20 menggambarkan dengan panel dan
support bekisting yang telah terpasang.
39
tinggi 30 cm, tebal plat 1,5 mm. Kemudian tongkat baja memiliki
diameter 16 mm dan panjang 60 cm.
b) Pembasahan kerucut abrams dan meletakkan kerucut abrams di atas
permukaan yang datar dengan kondisi lembab, tidak menyerap air dan
kaku.
c) Pengisian cetakan dibagi tiga kali, masing-masing sekitar sepertiga
volume cetakan – tiap lapis dipadatkan sebanyak 25 kali tusukan merata
dan menembus lapisan di bawahnya – namun tidak sampai menyentuh
dasar cetakan.
d) Melebihkan lapisan terakhir – setelah dipadatkan lalu diratakan dengan
cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya – agar padat.
e) Pengangkatan kerucut abrams sesaat setelah permukaan atas beton
diratakan. Kerucut diangkat dalam waktu tiga sampai tujuh detik secara
vertikal – tidak dibolehkan mengangkatnya dengan cara memutar
ataupun menggeser ke samping –.
f) Peletakan cetakan di samping beton yang diuji – boleh diletakkan
secara terbalik posisinya – dan ukur nilai slump-nya. Nilai slump adalah
besaran yang menyatakan penurunan permukaan atas beton pada posisi
titik tengah permukaan atasnya. Pengukuran slump digambarkan oleh
Gambar 3.21.
40
3) Pembuatan sampel benda uji sebanyak empat set – masing-masing set
yang akan dites pada umur 7, 14, 28 dan 50 hari – untuk setiap volume
pekerjaan beton tidak lebih dari 30 m3. Benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sesuai PBI 1971. Langkah-
langkah pembuatan sampel benda uji menurut PBI 1971 adalah:
a) Pengisian cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, setiap lapis
diisi sepertiga isi cetakan dan tiap lapis dipadatkan sebanyak 25 kali
secara merata.
b) Perataan permukaan beton.
c) Pendiaman beton selama satu hari dan letakkan pada tempat yang bebas
getaran.
d) Pembukaan cetakan benda uji lalu mengeluarkan benda uji pada usia
satu hari.
e) Perendaman benda uji ke bak yang berisi air, Bertujuan agar curing
beton berlangsung dengan baik sampai batas waktu pengujian beton.
41
Gambar 3.23. Pengecoran kolom dengan bucket melalu pipa tremie
6) Pengecoran beton melalui pipa tremie dengan tinggi jatuh tidak melebihi
2 m. Bertujuan untuk mencegah segregasi/pemisahan agregat kasar dari
adukannya akibat campuran yang kurang lecak.
7) Pencegahan agar pengecoran tidak tumpah. Lakukan pembersihan segera
apabila tabung dan flat tie terkena tumpahan beton. Beton yang tumpah
dan mengeras dapat mengakibatkan kesulitan saat dibuka.
42
9) Pemadatan beton sesaat setelah penuangan secara manual dan dengan alat.
Pemadatan bertujuan untuk mengeluarkan gelembung udara yang terjebak
pada campuran beton sehingga beton mendapat kekuatan yang merata dan
terhindar dari keropos. Hal-hal dari alat penggetar yang perlu diperhatikan
adalah:
a) Pemasukan jarum penggetar ke dalam adukan secara vertikal.
b) Pencegahan jarum agar tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mengeras. Jarum tidak boleh lebih dekat dari 5 cm dari cetakan
atau beton yang sudah mengeras.
c) Penggetaran beton tiap lapisan agar beton terpadatkan dengan baik.
d) Penarikan jarum penggetar apabila adukan mulai tampak mengkilap –
air semen mulai memisahkan diri dari agregat – pada umumnya kondisi
ini tercapai sampai 30 detik.
e) Pengaturan jarak antar pemasukan jarum sehingga daerah pengaruhnya
saling menutupi.
f) Penetapan siar pelaksanaan (sambungan pengecoran) kolom. Akhir
pengecoran kolom berada pada posisi ambang bawah balok struktur
terbesar yang ditumpunya. Jarak yang ditetapkan pada umumnya 3-4
cm dari ambang bawah balok terbesar. Siar pelaksanaan kolom
diilustrasikan oleh Gambar 3.25.
Siar Pelaksanaan
Siar Pelaksanaan
43
Pekerjaan pengecoran untuk satu kolom K1A dengan dimensi
600x1200x3000 mm memiliki kebutuhan volume 2,16 m 2. Pekerjaan
dilaksanakan oleh lima pekerja yang memiliki tugas masing-masing untuk
menumpahkan beton, menggetarkan beton dan sebagai koordinator TC.
Pekerjaan bekisting untuk kolom K1 dapat diselesaikan dalam waktu 8 menit.
j. Pembongkaran bekisting kolom setelah beton dianggap mengeras.
Pembongkaran dapat dilakukan satu hari setelah pengecoran. Pembongkaran
menunggu pengecoran balok dan plat selesai. Berikut tahapan pembongkaran
bekisting kolom :
1) Membuka sistem perkuatan bekisting.
2) Membuka pin dan baji.
3) Membuka panel bekisting kolom.
4) Mentransfer panel ke atas lantai.
k. Perawatan beton cukup dengan menyiramkan air kepada permukaan kolom
selama dua minggu setelah pengecoran.Curing bertujuan untuk
mempertahankan kondisi kehilangan kelembapan minimal dan suhu yang
konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hidrasi semen.
Kelembapan menjamin reaksi antara semen dengan agregat tetap terjaga
sehingga menghasilkan karakteristik beton yang diinginkan.
44
Gambar 3.26. Ilustrasi marking SW-1 di Lantai 5A
2. Perakitan tulangan shear wall di los pembesian. Setelah dirakit, tulangan
diangkut ke atas. Pada saat pemasangan tulangan, diperlukan kehati-hatian
dalam menyambung tulangan shear wall yang lama dengan tulangan yang akan
dipasang. Beberapa hal yang diperhatikan dalam perakitan tulangan shear wall:
a. Pemotongan dan pembengkokan tulangan sesuai dengan gambar detail
rencana dan jadwal pembengkokan tulangan.
b. Lokasi perakitan tulangan berdekatan dengan lokasi besi.
c. Tulangan berbentuk S/C berfungsi sebagai penahan anti tekuk pada tulangan
longitudinal dan pengunci antara tulangan vertikal dengan horizontal saat
gempa bumi terjadi. Tulangan berbentuk S/C dibentuk dengan sudut 180 °
atau 135°. Tulangan itu diilustrasikan oleh Gambar 3.27.
45
Penulangan shear wall SW-1 memiliki kebutuhan volume 3316.73 kg.
Pekerjaaan dilaksanakan oleh lima pekerja yang memiliki tugas masing-
masing untuk fabrikasi dan sebagai koordinatior TC. Pekerjaan bekisting
dapat diselesaikan dalam waktu empat hari. Penulangan shear wall
diilustrasikan oleh Gambar 3.28. Gambar penulangan shear wall SW1 pada
lantai 5 dapat dilihat pada Lampiran A.1.5.
46
f. Pemasangan penyangga/adjuster kicker pada setiap sisi shear wall.
Penyangga berfungsi untuk menahan beban beton pada saat pengecoran.
47
vibrator yang digunakan secara bersamaan supaya adukan beton tercampur
dengan baik.
Pengecoran shear wall SW-1 memiliki kebutuhan volume 14,04 m 2.
Pekerjaaan dilaksanakan oleh enam pekerja yang memiliki tugas
menumpahkan beton dan menggetarkan beton. Pekerjaan bekisting dapat
diselesaikan dalam kurun waktu 225 menit dengan estimasi 15 x cycle time
dimana 1 cycle time 15 menit.
h. Pembongkaran bekisting shear wall setelah tujuh hari pengecoran. Curing
dilakukan setelah pembongkaran bekisting.
48
Pekerjaan balok dan plat secara garis besar terdiri dari empat langkah utama
seperti pemasangan bekisting, marking, penulangan dan pengecoran. Berikut
adalah penjelasan secara rinci:
1. Pembacaan shop drawing untuk mengetahui lokasi balok dan plat yang akan
dikerjakan. Shop drawing berisi posisi bekisting berikut kode identitas
komponen panelnya beserta posisi penempatan dan ukurannya. Shop drawing
balok dapat dilihat pada Lampiran A.5.5 dan shop drawing plat Lampiran A.5.6.
2. Persiapan komponen bekisting yang diperlukan.
3. Pemasangan panel bekisting balok dengan dimensi 300x500 mm.Berikut
prosedur pemasangan bekisting balok:
a. Pemasangan bottom form panel di atas bekisting dinding/kolom. Pemasangan
bottom form panel dapat dilihat pada Gambar 3.33.
49
d. Pemasangan pin dan baji pada lubang-lubang yang ada.
50
pemasangan slab standards panel dan hasil akhir pekerjaan dapat dilihat
pada Gambar 3.37 dan 3.38.
51
2) Pemasangan hanger formwork. Komponen ini berfungsi untuk
memperkaku bekisting. Hanger formwork dapat dilihat pada Gambar 3.40.
52
Gambar shop drawing balok arah sumbu x dan y lantai 5 dapat dilihat pada
Lampiran A.3.1 dan A.3.2.
b. Pembengkokan tulangan utama dan pemotongan tulangan utama sesuai
menurut standar detail pekerjaan yang dapat dilihat pada Lampiran A.4.1.
c. Pemasangan beton decking di sisi atas bekisting sisi bawah balok.
d. Peletakan tulangan bawah, tengah dan atas sesuai dengan ukuran, dimensi
serta letaknya. Posisi penjangkaran untuk penulangan balok juga perlu
diperhatikan menurut Lampiran A.4.3.
e. Pemasangan tulangan sengkang melalui samping balok. Perhatikan juga
panjang sambungan lewatannya jika tulangan bersifat menerus. Panjang
sambungan lewatan dapat dilihat pada Lampiran A.4.3.
f. Pengaturan jarak antar tulangan sengkang, Jarak tulangan sengkang pada
umumnya rapat pada daerah tumpuan dan renggang pada daerah lapangan.
Panjang pengaturan sengkang untuk balok dapat dilihat pada Lampiran A.4.3.
g. Pengikatan tulangan sengkang dengan tulangan utama menggunakan kawat.
h. Pelepasan balok kayu dan pengembalian posisi tulangan bawah ke awal.
53
b. Penandaan posisi sesuai ukuran batang pada kedua arah dengan
menggunakan batu kapur, correction pen atau spray paint.
c. Peletakan tulangan sesuai dengan posisinya.
d. Pengikatan tulangan lapis pertama dan kedua pada bagian lapisan bawah
dengan menggunakan kawat benrat dengan alat kakatua. Pengikatan
dilakukan dengan teknik figure 8 ties. Teknik ini dengan cara menarik kawat
di bagian belakang melintasi bar depan secara diagonal kemudian melintasi
bar belakangnya secara diagonal juga dengan arah yang berlawanan dengan
bar depan lalu memutar ujung kawat awalnya. Kemudian memotong kawat
tersebut dan menekuk ujung yang telah dipotong ke arah dalam. Teknik ini
mencegah tulangan yang diikat bergerak secara diagonal.
e. Pemasangan beton decking pada lapisan bawah tulangan plat.
f. Pemasangan tulangan lapis pertama dan kedua pada lapisan atas tulangan.
g. Pemasangan tulangan penumpu dengan cara mengikatnya dengan tulangan
bawah menggunakan kawat benrat.
Gambar 3.43 mengilustrasikan tulangan plat S2 yang telah selesai dibuat.
54
6. Pembersihan sisi dalam panel bekisting dari residu dan partikel debris dengan
menggunakan alat kompresor udara kemudian mengumpulkan debris menuju
sambungan kolom balok serta membuangnya melalui celah opening bekisting.
7. Pengecoran beton dengan langkah-langkah berikut.
a. Persiapan peralatan pengecoran seperti pompa kodok, jaringan pipa pompa
beton, seal dan klem pengikat. Persiapan dilakukan 6-8 jam sebelum
pengecoran. Gambar 3.44 mengilustrasikan jaringan pipa cor dari pompa
kodok menuju lantai yang akan dicor.
55
iii) Beton belum menghasilkan panas hidrasi,
iv) Beton masih dapat mengalir secara konstan tanpa penggetar beton
pada saat penuangan.
b) Waktu setting dibagi dua, yaitu:
i) Initial setting. Masa dimana proses pengikatan antara material
semen dengan agregat. Proses ini ditandai dengan hidrasi beton dan
mengakibatkan workability beton menjadi berkurang,
ii) Waktu total adalah waktu yang dibutuhkan oleh beton agar
mengeras dengan sempurna.
Untuk beton tanpa bahan tambah, acuan waktunya adalah:
i) Waktu initial setting 45 – 120 menit dari pencampuran beton,
ii) Batas kondisi plastis adalah 1,5 – 2 jam dari awal pencampuran
beton,
iii) Waktu total 3 – 4 jam sejak hidrasi beton dimulai.
c) Fase hardening merupakan proses pengerasan beton.
Pengecoran dilakukan pada saat beton masih dalam kondisi plastis sampai
selesai proses pemadatan. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 3.45.
56
2) Pengujian slump yang dilakukan oleh teknisi dan disaksikan oleh
kontraktor.
3) Pembuatan benda uji yang dilakukan teknisi.
4) Pemompaan beton. Berikut tahapan dalam pemompaan beton segar:
a) Mempersiapkan operasi,
b) Menghidupkan concrete pump,
c) Memompa beton. Tahapannya adalah:
i) Pelumasan pipa penyaluran beton dengan menggunakan mortar
melalui bucket,
ii) Pengaturan posisi pipa fleksibel ke tempat pengecoran dengan
mengatur posisi distributor boom,
iii) Koordinasi operasi pemompaan dengan operator truck mixer.
5) Penambahan es batu ke dalam molen. Hal ini bertujuan untuk
mendinginkan beton yang diakibatkan oleh suhu lingkungan yang panas.
6) Penyiraman sambungan beton lama dengan calbond. Calbond berfungsi
sebagai perekat antara beton lama dengan beton.
7) Pengecoran balok dan plat.
8) Pemadatan beton dengan electric concrete vibarator dan diratakan dengan
menggunakan ruskam.
Pengecoran balok dan plat lantai pada zona C memiliki volume sebesar
72,491 m3. Pekerjaan dilakukan oleh sepuluh pekerja dan dapat diselesaikan
dalam waktu 220 menit.
57
10)Perataan adukan dengan kayu sesuai dengan tinggi elevasi lantai
11)Pelepasan relat saat beton sesaat beton sedikit mengeras dan ratakan bekas
relat dengan menggunakan ruskam.
8. Perawatan beton dengan memberi lapisan geomembran di atas permukaan beton
dan disiram dengan air.
9. Pembongkaran panel bekisting plat menggunakan formwork remover. Pipa
support plat dapat dilepas bila sudah 12 hari setelah pengecoran, pipa support
balok 16 hari setelah pengecoran dan pipa support cantilever 24 hari setelah
pengecoran.
58
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Pengamatan yang dilaksanakan selama enam puluh hari kerja di proyek
pembangunan Wismaya Residence menghasilkan beberapa kesimpulan.
1. Proyek Wismaya Residence merupakan proyek dengan sistem operasi owner-
builder operation dimana pemilik proyek membangun sendiri proyek dengan
dibantu oleh sub-kontraktor.
2. Dengan mengacu pada data dari kurva S, maka diambil kesimpulan bahwa dari
seratus persen biaya pekerjaan struktur tower, 23 % adalah biaya perkerjaan
beton, 26 % bekisting, 50 % biaya tulangan dan 1% biaya lain-lain.
3. Pembuatan satu kolom bertipe K1 pada lantai 5-9 Tower A membutuhkan
volume tulangan sebanyak 420 kg, volume bekisting sebesar 10,18 m 2 dan
volume beton sejumlah 2,16 m3.
4. Pembuatan satu shear wall bertipe SW1 pada lantai 5-9 Tower A memerlukan
tulangan sejumlah 3316,73 kg, bekisting seluas 73,5 m2 dan volume beton
sebanyak 14,04 m3.
5. Pembuatan balok dan plat pada lantai 5-9 Tower A zona C menghabiskan
tulangan seberat 8342 kg, bekisting seluas 738 m2 dan volume beton sejumlah
72,941 m3.
6. Proyek mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh pengawasan terhadap
jadwal kerja tidak berjalan secara efektif.
4.2. Saran
Dalam pelaksanaan terdapat beberapa masalah yang umum ditemukan. Pada
kesempatan ini, penulis memberikan saran yang mungkin dapat membantu dalam
pekerjaan konstruksi ini.
1. Mengintensifikan pekerjaan pemantauan terhadap kurva-S dan jadwal rencana
agar kemajuan pekerjaan dapat diketahui secara realistis dan terkontrol.
59