Anda di halaman 1dari 170

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proyek


Pertumbuhan penduduk yang meningkat, berdampak pada
meningkatnya kebutuhan sarana dan prasana. Salah satunya bidang
transportasi, kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi juga
menjadi permasalahan yang kompleks. Sarana transportasi adalah
kendaraan yang digunakan untuk melakukan perpindahan. Sedangkan
prasana transportasi adalah fasilitas penunjang sarana transportasi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang
besar dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk
Indonesia terpusat di pulau Jawa, berdampak pada kebutuhan ruang/lahan
penduduk semakin besar. Salah satu kota dengan penduduk yang besar
adalah Kota Semarang.
Fasilitas transportasi yang memerlukan ruang dan solusi untuk
pemecahan keterbatasan lahan akibat semakin banyak dan mudah
masyarakat untuk memenuhi sarana transportasi (kendaraan pribadi)
adalah fasilitas parkir kendaraan. Keterbatasan lahan parkir di Kota
Semarang mengakibatkan pembangunan lahan parkir dititik beratkan ke
arah pembangunan vertikal yaitu pembangunan gedung parkir.
Gereja Isa Almasih Semarang merupakan tempat ibadah dengan
jumlah jemaat yang setiap tahunya bertambah. Jemaat yang
menggunakan kendaraan pribadi pun juga bertambah. Hal ini
menyebabkan ruang parkir jemaat Gereja Isa Almasih Semarang tidak
memenuhi jumlah kendaraan. Solusi untuk memenuhi kebutuhan parkir
kendaraan jemaat adalah pembangunan Proyek Gedung Pringgading no.
24.
Proyek Gedung Pringgading no. 24 merupakan salah satu proyek
yang sedang berjalan pada tahun ini. Proyek ini terletak di Jalan
Pringgading no. 24, Semarang. Proyek Gedung Pringgading no. 24
dikerjakan oleh beberapa PT (Perseroan Terbatas). Pekerjaan struktur

1
2

bawah dikerjakan oleh PT. Frankipile Indonesia, pekerjaan struktur atas


oleh PT. Puri Kencana Mulyapersada, dengan perencana PT. Citra Prima
Sejahtera. Berikut merupakan data – data mengenai proyek Gedung
Pringgading no. 24 :
A. Data Umum
1. Pemilik Proyek : Panitia Pembangunan Gedung Pringgading
no. 24 Semarang
2. Pemberi Tugas : Panitia Pembangunan Gedung Pringgading
no. 24 Semarang
3. Manajemen Konstruksi : PT. Cipta Prima Sejahtera
4. Projek Manajer : Bhartanto Eko
5. Konsultan Arsitektur : PT. Cipta Prima Sejahtera
6. Konsultan Struktur : PT. Cipta Prima Sejahtera
7. Konsultan Mekanikal Elektrikal dan Plumbing :
PT. Cipta Prima Sejahtera
8. Kontraktor : PT. Purikencana Mulya Persada
9. Waktu Pelaksanaan : 455 hari kalender
(Agustus 2017 – November 2018)

B. Data Proyek
1. Nama Proyek : Proyek Gedung Pringgading No. 24
2. Lokasi Proyek : Jalan Pringgading No.24

C. Data Teknis
1. Luas Tanah / Lahan : ± 3.113 m2
2. Luas Bangunan : ± 17.131 m2
3. Jenis Pondasi : Bored Pile
4. Struktur Bangunan : Struktur Beton
5. Jumlah Lantai : 8,5 Lantai + 1 Basement
3

1.2. Lokasi Proyek


Proyek Gedung Pringgading 24 Semarang berlokasi di Jl. Pringgading
No. 24, Kelurahan Brumbungan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota
Semarang. Detail administratif lokasi proyek Gedung Pringgading 24
Semarang ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. Batas administratif proyek
ini antara lain sebagai berikut:
1. Sebelah barat berbatasan dengan jalan Pringgading III,
2. Sebelah timur berbatasan dengan gedung PT. Radio Gaya
Favorit Media Mandiri dan Jalan Ki Mangunsarkoro,
3. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan warga, dan
4. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Pringgading dan Gereja
Isa Almasih Jemaat Pringgading.

Proyek
pembangunan
gedung
pringgading 24

Gambar 1.1 Lokasi Proyek Gedung Pringgading 24 Semarang

Sumber : Google Map, 2017


4

1.3 Fungsi Bangunan

Gedung Pringgading 24 yang berlokasi di Jalan Pringgading no 24


Semarang memiliki 8,5 lantai dan 1 basement dengan luas bangunan
17.131 m2, yang tiap-tiap lantai memiliki kegunaan antara lain :

Tabel 1.1 : Data Basement Gedung Pringgading no. 24


Nama Ruangan Luas (m2)
Ruang Genset 30,22
Ruang Pompa 29,98
Ruang Panel 12,79
Ruang Parkir Mobil 754,76
Ruang Parkir Motor 397,77
Basement Ruang Teknisi 14,97
GWT (Ground Water Tank) 48,90
STP (Sewage Treatment Plant) 43,34
Total 1332,73
Sirkulasi 40% 533,092
Jumlah 1865,822
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017

Tabel 1.2 : Data Lantai 1 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Lobby 177,85
Kantor 40,20
Janitor Room 1,080
Lavatory 16,495
Lantai 1 Parkiran Mobil 1087,14
Parkiran Motor 289,63
Total 1612,395
Sirkulasi 40% 644,958
Jumlah 2257,353
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017
5

Tabel 1.3 : Data Lantai 2 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Kantor 102,344
Janitor 1,08
Pantry 6,49
Gudang 15,25
Parkiran Mobil 1178
Lavatory 15,58
Lavatory Gedung B 13,46
Ruang Tunggu Gedung B 30,57
Lantai 2
Ruang Administrasi Gedung B 16,49
Ruang Konsul Gedung B 12,11
Ruang Persiapan Gedung B 59,39
Playground Gedung B 101,05
Gudang Data Gedung B 3,059
Total 1554,873
Sirkulasi 40% 621,9492
Jumlah 2176,822
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017

Tabel 1.4 : Data Lantai 3 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Ruang Tunggu Sopir 13,53
Parkiran Mobil 1491
Lavatory 3,53
Hall Gedung B 76,93
Ruang Musik/Komputer Gedung B 37,39
23,72
Lantai 3 Lavatory Gedung B
5,16
Ruang Balok 44,48
Ruang Science 42,70
Total 1738,44
Sirkulasi 40% 695,376
Jumlah 2433,816
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017
6

Tabel 1.5 : Data Lantai 4 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Ruang Tunggu Sopir 13,53
Parkiran Mobil 1491
Lavatory 3,53
Lavatory Gedung B 23,72
Ruang Perpustakaan
Ruang Makan
138,96
Ruang Guru
Lantai 4
Dapur
Ruang UKS 9,98
Ruang Kepsek 7,93
Ruang Drama 63,91
Total 1752,56
Sirkulasi 40% 701,024
Jumlah 2453,58
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017

Tabel 1.6 : Data Lantai 5-6 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Ruang Tunggu Sopir 13,53
Parkiran Mobil 1491
Lavatory 3,53
Dapur 11,57
Ruang Makan 55,76
23,72
Lantai 5 dan 6 Lavatory Gedung B
16,89
27,81
Ruang Tidur
69,91
Total 1713,72
Sirkulasi 40% 685,488
Jumlah 2399,208
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017
7

Tabel 1.7 : Data Lantai 7 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Ruang Referensi 50,12
Ruang Staff 29,70
Janitor 3,35
Disable Lavatory 4,40
20,96
Lavatory 29,66
5,46
Ruang Gembala Senior 94,58
84,51
Ruang Rapat Majelis
65,94
Lantai 7 Museum 255,80
Ruang Audio Visual 94,75
Ruang Operator Audio Visual 15,85
88,04
Lavatory Gedung B
4,49
Kantor 1 33,27
Kantor 2 49,31
Kantor 3 68,91
Total 999,1
Sirkulasi 40% 399,64
Jumlah 1398,74
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017
8

Tabel 1.8 : Data Lantai 8 Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Ruang Serbaguna 951,85
Ruang Janitor 3,35
Disable Lavatory 4,40
20,96
Lavatory
29,66
Lantai 8
Aula Kecil 182,51
Gudang 2,89
Total 1195,62
Sirkulasi 40% 478,24
Jumlah 1673,868
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017

Tabel 1.9 : Data Lantai 8-Mezzanine Gedung Pringgading no.24


Nama Ruangan Luas (m2)
Balkon 359
Area Stasiun Radio 75,31
Lantai 8
Total 434,31
Mezzanine
Sirkulasi 40% 173,724
Jumlah 608,034
Sumber : PT. Puri Kencana Mulya Persada, 2017
9

1.4 Tata Cara Pelelangan

Proyek Pembangunan Gedung Pringgading 24, owner menggunakan


sistem pelelangan umum. Pelelangan umum adalah pelelangan yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media
massa atau media online dan atau pada papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat
dapat mengikutinya. Pelelangan umum ditentukan pada Pasal 18 Keppres
No. 14 A tahun 1980.
Menurut Soegeng Djojowirono (1991) pemilihan kontraktor
(pelaksana konstruksi) dapat dilakukan dengan syarat, antara lain:
a. Diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1
(satu) media cetak dan papan pengumuman.
b. Dilakukan penilaian kualifikasi baik prakualifikasi maupun pasca
kualifikasi.
c. Peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada
Lembaga.
d. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha
atau usaha perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh
Lembaga.
Owner proyek pembangunan gedung pringgading 24 menunjuk PT.
Citra Prima Sejahtera sebagai konsultan perencana, manajemen
konstruksi, serta konsultan struktur. Sedangkan, untuk penunjukan
kontraktor owner beserta konsultan melakukan sistem lelang secara
online dan memanggil 3 kontraktor terpilih yaitu PT. Wijaya Kusuma,
PT. Nusa Raya Cipta, dan PT Puri Kencana Mulyapersada. Setelah
melakukan tender, owner proyek pembangunan gedung Pringgading 24
menunjuk proyek dikerjakan oleh PT Puri Kencana Mulyapersada.
10

BAB II PENGELOLA PROYEK

2.1 Uraian Umum


Pelaksanaan proyek adalah kegiatan yang sangat kompleks,
mulai dari perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan yang
melibatkan berbagai unsur – unsur dan komponen pendukung.
Salah satu bagian dalam manajemen proyek adalah
organisasi proyek. Suatu proyek akan berhasil jika memiliki
pengorganisasian yang baik. Pengorganisasi tersebut merupakan
pengelolaan proyek dengan tujuan mengatur tahap – tahap
pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran. Sedangkan
organisasi merupakan sistem dengan keterlibatan banyak pihak
yang bekerja sama dalam melaksanakan tahap – tahap pekerjaan
serta setiap pihak memiliki tugas dan wewenang masing – masing
sesuai bidang dan keahlian. Keuntungan dari adanya organisasi
dalam suatu proyek adalah :
a. Pekerjaan dapat terlaksana dengan baik
b. Minimalisir hambatan / kesalahan tahap – tahap pengerjaan dengan
adanya pembagian tugas serta tanggung jawab sesuai keahlian.
c. Memaksimalkan efektivitas dan efisiensi biaya, waktu, dan mutu
suatu pekerjaan.

2.2. Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau suatu instansi
baik swasta atau pemerintahan yang memiliki proyek atau pekerjaan.
Owner kemudian memberikan proyek tersebut kepada pihak lain yang
mampu melaksanakanya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja yang
telah disepakati untuk merealisasikan proyek, owner mempunyai
kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai proyek.
11

Dalam proyek pembangunan Gedung Pringgading 26 ini, pemilik proyek


atau owner nya yaitu panitia jemaat Gereja Isa Almasih.
2.2.1 Tugas Pemilik Proyek
Pemilik proyek memiliki beberapa tugas yang harus
dilaksanakan demi kelancaran pelaksanaan suatu proyek.
Tugas pemilik proyek adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan dana perencanaan serta pelaksanaan proyek.
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
c. Menyerahkan tugas terhadap pelaksana proyek atau
kontraktor.
d. Melihat dan meminta pertanggung jawaban atas hasil
pengawasan dari konsultan pengawas atau Manajemen
Konstruksi ( MK ).
e. Menerima hasil proyek yang telah dilaksanakan oleh
kontraktor.

2.2.2 Wewenang Pemilik Proyek


Pemilik proyek memiliki wewenang yang mutlak.
Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh pemilik proyek dalam
pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung. Wewenang
pemilik proyek adalah sebagai berikut:
a. Membuat dan mengeluarkan Surat Perintah Kerja ( SPK ).
b. Berhak menyetujui dan menolak apabila ada pekerjaan
tambah kurang atau perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan.
c. Meminta pertanggung jawaban kepada pelaksana proyek
atas hasil pekerjaan.
d. Berhak memutuskan hubungan pekerjaan dengan pelaksana
proyek jika pelaksana tidak dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan perjanjian kontrak.
12

2.3 Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh
pemilik proyek. Konsultan perencana bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan perencanaan proyek yang akan dilaksanakan. Konsultan
perencana dapat berupa perorangan atau badan usaha baik
pemerintah atau swasta. Pada proyek Gedung Pringgading 26 ini
konsultan perencana dilaksanakan oleh PT. Cipta Prima Sejahtera.

2.3.1 Tugas Konsultan Perencana

Konsultan perencana memiliki beberapa tugas yang


wajib dilaksanakan sesuai kontrak yang telah disepakati
sebelumnya. Tugas Konsultan Perencana dalam
pelaksanaan proyek yaitu :

a. Sebagai perencana pekerjaan


Konsultan perencana sebagai perencana pekerjaan
mempunyai tugas dan kewajiban, antara lain :
1. Membuat sketsa gagasan / ide pertama
2. Membuat pra-rencana
3. Membuat rencana pelaksanaan
4. Membuat gambar – gambar detail / penjelasan, lengkap
dengan perhitungan konstruksi
5. Membuat peraturan dan syarat – syarat (bestek dan
voorwaarden)
6. Membuat anggaran biaya
7. Menyelenggarakan pelelangan
13

b. Sebagai pengawas pekerjaan


Konsultan perencana sebagai pengawas pekerjan
mempunyai tugas dan kewajiban, antara lain :

1. Membimbing / memimpin dan mengadakan pengawasan


utama dalamm pelaksanaan pekerjaan.
2. Menyelenggarakan dalam surat – menyurat yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Mengatur, meneliti dan menerima pembayaran angsuran
biaya pelaksanaan pekerjaan.
4. Membuat gambar – gambar tambaha, bila dipandang perlu
5. Memeriksa dan memperbaiki gambar – gambar kerja yang
dibuat kontraktor.
6. Menyusun laporan – laporan kemajuan pekerjaan (laporan
harian, mingguan, dan bulanan)
7. Menyiapkan dan menghitung kemugkinan adanya
pekerjaan tambahan dan pekerjaan kurang (meer en minder
werk).
8. Mengawasi dan menguji kualitas / mutu bahan – bahan
bangunan
9. Menyiapkan dan menyusun berita – berita acara pekerjaan
10. Membuat gambar – gambar revisi.
2.3.2 Wewenang Konsultan Perencana

Dalam hal Perencana bertugas sebagai pengawas


pekerjaan/ direksi, perencana mempunyai wewenang sebagai
berikut :

a. Tanpa persetujuan pemberi tugas, perencana dapat


memerintahkan kepada kontraktor untuk mengadakan
perubahan – perubahan dalam peraturan dan syarat – syarat
serta gambar – gambar rencana dengan ketentuan – ketentuan
:
14

1. Merupakan perubahan dalam syarat – syarat konstruksi


atau perubahan yang perlu untuk memperbaikai segi
estetika dari bentuk – bagian bangunan.
2. Perubahan tidak mengakibatkan penambahan dalam biaya
bangunan dalam batas – batas ketentuan biaya tambahan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Tidak merugikan pemakaian praktis dari bangunan seperti
yang diinginkan oleh pemberi tugas.
b. Harus mendapat persetujuan pemberi tugas untuk pekerjaan
tambahan yang melampaui biaya yang tersedia untuk pekerjaan
tambahan.
c. Perencana mempunyai wewenang untuk menilai tanpa
mengikut sertakan pihak ketiga, apakah berdasarkan keadaan
pekerjaan pada hari pemeriksaan kontraktor berhak atas
pembayaran seluruh atau sebagian biaya pelaksanaan.
15

2.4 Kontraktor (Pelaksana)


Kontraktor merupakan badan usaha yang diberi tugas oleh
owner untuk melaksanakan suatu proyek. Pemberian tugas ini bisa
dilakukan secara penunjukkan langsung atau dengan cara lelang.
Kontraktor merupakan badan usaha baik dari pemerintah maupun
swasta. Kontraktor dalam menjalankan proyek berhubungan dengan
para konsultan dan Manajemen Konstruksi untuk mempermudah
pelaksanaan di lapangan. Pada proyek pembangunan Gedung
Pringgading 26 ini yang ditunjuk sebagai kontraktor yaitu PT. Puri
Kencana Mulyapersada.

2.4.1 Tugas Kontraktor


Kontraktor dalam pelaksanaan proyek memiliki
beberapa tugas yang harus dilaksanakan. Berikut adalah
tugas-tugas dari kontraktor:
a. Melaksanakan pekerjaan pembangunan proyek sesuai
dengan desain dan peraturan yang telah direncanakan dan
ditentukan dalam kontrak sebelumnya.
b. Membuat jadwal pekerjaan dan metode yang digunakan
pada pelaksanaan proyek
c. Membuat dan memberikan laporan kemajuan proyek
meliputi laporan harian, mingguan, dan bulanan.
d. Menyediakan peralatan, material, dan tenaga kerja untuk
pelaksanaan proyek yang mengacu pada gambar dan juga
memperhatikan biaya, waktu, dan kualitas.
e. Menjaga semua material, peralatan dan pekerja hingga serah
terima pekerjaan
f. Menjalakan pekerjaan sesuai dengan jadwal dan mengatasi
keterlambatan
16

g. Mengusahakan efisiensi dan efektifitas tenaga kerja, alat dan


material.

2.4.2 Struktur Organisasi Kontraktror

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kontraktor


Sumber : PT Purikencana Mulyapersada, 2017

Jabatan yang berada di lapangan dalam struktur organisasi


kontraktor adalah sebagai berikut:
a. Project Manager
b. Site Manager
c. Pelaksana
d. Drafter
e. Surveyor
f. Logistik
17

2.4.3 Tugas Masing – Masing Jabatan dalam Kontraktor


a. Project Manager
Project Manager mempunyai tugas serta tanggung
jawab serta dalam hal perencanaan, penjadwalan proyek dan
koordinasi pelaksanaan sebuah proyek. Project Manager adalah
penanggung jawab utama dalam menjamin suatu pekerjaan
proyek sesuai perencanaan. Tugas dan tanggung jawab Project
Manager, antara lain :
1. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaan yang berada di bawah wewenang
dan tanggung jawabnya.
2. Mempelajari dengan seksama kontrak dan prosedur
pekerjaan (intern maupun ekstern).
3. Merencanakan struktur organisasi skala / jenis proyek yang
akan dilaksanakan.
4. Mempersiapkan / merencanakan dan mengoperasikan
rencana dan metode kerja secara lengkap meliputi hal – hal
:
a. Schedule
b. Metode pelaksanaan pekerjaan
c. Personil
d. Kebutuhan proyek lainnya sesuai dengal jumlah dan
kuantitasnya.
5. Koordinasi dengan pemilik satuan kerja sebelum proyek
dimulai guna membahas prosedur, schedule, perhitungan
program dan lain – lain.
6. Koordinasi dengan personil proyek yang telah ditunjuk
dalam melaksanakan tugas masing – masing.
7. Mengajukan kebutuhan pendanaan dan
mempertanggungjawabkan pemakaiannya kepada kantor.
8. Melaksanakan pertemuan rutin dengan owner, MK, dan
personil kontraktor yang diadakan setiap Hari Kamis.
18

9. Melaksanakan kontrol atas keuangan, administrasi,


personil, peralatan, material dan lain – lain berhubungan
dengan pelaksanaan.
10. Melakukan tagihan sampai dengan menghasilkan
pelunasan.
11. Membuat laporan akhir proyek sesuai kebutuhan dan
menyerahkan semua berkaas – berkas proyek ke
perusahaan.
12. Mengendalikan pelaksanaan produksi proyek.
13. Mengajukan pekerjaan tambah atau kurang dalam rapat
koordinasi proyek pembangunan gedung pringgading no.
24.
Pada proyek pembangunan pringgading no. 24
seorang Project Manager bertanggung jawab kepada
Construction Manager dan berkoordinasi dengan site
manager MK dalam menjalankan setiap tugas dan
wewenangnya.

b. Site Manager
Site Manager mempunyai tugas serta tanggung jawab
dalam perencanaan, pelaksanaan dalam proyek. Tugas dan
tanggung jawab Site Manager, antara lain :
1. Memberikan petunjuk dan pengawasan pada tiap pekerjaan
menyesuaikan metode kerja yang ditentukan oleh Project
Manager.
2. Melaksanakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
schedule dan kualitas yang sudah di tentukan.
3. Menghentikan pekerjaan ketika tidak sesuai dengan
ketentuan.
4. Mengesahkan tagihan sub kontraktor dan mandor mengenai
harga satuan dan volume.
5. Pembukuan semua berkas transaksi dalam pekerjaan.
19

6. Membuat laporan harian pekerjaan yang diketahui oleh


pihak MK.
7. Melaporkan setiap pekerjaan kepada Project Manager.
8. Membuat RAP proyek yang akan dilaksanakan dan menjadi
sebuah keuntungan sebagai pekerja lapangan.
9. Membuat builk stat pembesian.

Pada proyek pembangunan gedung pringgading no.24


seorang Site Manager bertanggung jawab kepada project
manager dalam menjalankan tugas dan wewenang di
lapangan.

c. Pelaksana
Pelaksana mempunyai tugas serta tanggung jawab dalam
perencanaan, pelaksanaan dalam proyek. Tugas dan tanggung
jawab Pelaksana, antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan mutu
proyek.
b. Melaksanakan pekerjaan sesuai mutu dan durasi yang sudah
direncanakan.
c. Membuat opname prestasi pekerjaan yang bersangkutan.
d. Membuat laporan harian atau mingguan pekerjaan yang
telah di laksanakan.

Di lapangan tugas dan wewenang pelaksana dirangkap


oleh Site Manager pada 3 bulan awal proyek dikarenakan
kekosongan personil pada jabatan ini dan bertanggung jawab
langsung secara lisan kepada Project Manager. Setelah
jabatan pelaksana diisi, seorang pelaksana bertanggung
jawab kepada Site Manager dalam melaksanakan tugas dan
wewenang.
20

d. Drafter
Tugas dan tanggung jawab drafter :
1. Membuat shop drawing.
2. Melakukan pengarsipan serta penyimpanan gambar desain
dan perencanaan.
3. Melaksanakan penyediaan gambar pelaksana lapangan.
Pada proyek pembangunan gedung pringgading no.24
seorang drafter bertanggung jawab kepada Project Manager
dan melaksanakan tugas yang diberikan Project Manager
dengan diketahui Site Manager.
e. Surveyor
Tugas dan tanggung jawab Surveyor adalah sebagai
berikut :

1. Melakukan pengukuran as di lapangan sesuai dengan


gambar rencana.
2. Menggunakan dan merawat alat – alat ukur yang dipakai.
3. Melakukan metode pelaksanaan pengukuran sesuai kondisi
lapangan.

Pada proyek pembangunan gedung pringgading no. 24


seorang surveyor stand by dilapangan ketika pekerjaan
struktur sedang dikerjakan dan bertanggung jawab kepada
Project Manager.

f. Logistik
Tugas dan wewenang logistik adalah :

1. Memonitor dan membuat laporan keluar masuk material,


alat dan kendaraan berat.
2. Membelanjakan dan melaporkan keperluan material / alat
menyesuaikan kebutuhan di lapangan.
21

3. Memonitor dan melaporkan pekerjaan dari sub kontraktor


berkaitan dengan kubikasi dan hasil tes laboratorium.

Pada proyek pembangunan gedung pringgading no. 24


seorang logistik bertanggung jawab kepada Project Manager
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
22

2.5 Manajemen Konstruksi (MK)

MK merupakan badan usaha yang ditunjuk oleh pemilik proyek


untuk pengendalian dan pengawasan pada saat pelaksanaan Konstruksi.
MK menjalakan tugas dan bertanggung jawab secara kontraktual
terhadap pemilik proyek.

2.5.1 Tugas MK
MK memiliki tugas – tugas yang wajib
dilaksanakan. Berikut adalah tugas-tugas dari MK :
a. Pada fase pelelangan kontraktor mengundang
kontraktor untuk lelang, menyiapkan dokumen
lelang, membantu pada saat prosesi kontrak oleh
owner dengan kontraktor
b. Membuat laporan dokumen administrasi mengenai
pelaksanaan proyek
c. Melakukan pengawasan secara rutin selama proyek
berlangsung
d. Megadakan rapat rutin dengan pemilik proyek,
konsultan perencana, dan kontraktor guna
mengevaluasi proyek yang sedang berlangsung
e. Melaporkan progres pekerjaan dan masalah yang
terjadi di lapangan kepada pemilik proyek
f. Memberikan saran kepada kontraktor dan pemilik
proyek perihal pengerjaan proyek
g. Memberi surat teguran kepada kontraktor apabila
ada pekerjaan yang menyimpang dari desain yang
telah direncanakan
23

2.5.2 Struktur Organisasi MK


Jabatan yang berada dalam struktur organisasi kontraktor
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Organisasi MK


Sumber : PT. Citra Prima Sejahtera

Jabatan yang berada di Lapangan dalam struktur


organisasi kontraktor adalah sebagai berikut:
a. Site Manager
b. Administrasi
c. Supervisor 1
d. Supervisor 2
24

2.5.3 Tugas Masing – Masing Jabatan dalam MK


a. Site Manager
Site Manager mempunyai tugas serta tanggung
jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dalam proyek.
Tugas dan tanggung jawab Site Manager, antara lain :
1. Memberikan petunjuk dan pengawasan terhadap tim
kontraktor dengan metode pelaksaan pekerjaan.
2. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
schedule dan kualitas yang sudah di tentukan.
3. Menghentikan pekerjaan ketika tidak sesuai dengan
ketentuan.
4. Pembukuan semua berkas transaksi dalam pekerjaan.

Pada proyek pembangunan gedung pringgading no. 24


seorang Site Manager bertanggung jawab kepada project
coordinator dalam menjalankan tugas dan wewenang di
lapangan.

b. Administrasi
Tugas administrasi adalah melaksanakan administrasi
proyek dari awal hingga akhir agar setiap dokumen yang
terkait dengan proyek tersebut dapat terdokumentasi secara
rapi dan mudah untuk di cari.
Selain itu membantu manajer proyek dalam membuat
dokumen manajemen proyek yang berhubungan dengan
proyek maupun secara umum sehingga dapat memudahkan
kerja dari manajer. Pada proyek pembangunan gedung
pringgading no.24 seorang administrasi bertanggung jawab
kepada Site Manager dalam menjalankan tugas dan
wewenang di lapangan.
25

c. Supervisor
Tugas dan tanggung jawab supervisor :
1. Mengikuti petunjuk Site Manager dalam melakukan
tugasnya.
2. Mengadakan pengawasan terus menerus di lokasi
pekerjaan yang sedang dikerjakan dan memberikan
laporan kepada Site Manager atas pekerjaan yang tidak
sesuai dengan dokumen kontrak. Semua hasil
pengamatan harus dilaporkan secara tertulis.
3. Terus menerus mengawasi dan mencatat serta mengecek
hasil pengukuran.
4. Menyiapkan catatan harian untuk peralatan, tenaga kerja
dan bahan yang digunakan oleh kontraktor untuk
menyelesaikan pekerjaan harian.
5. Mengirim laporan harian pekerjaan kepada site engineer
dan chief inspector.
6. Membantu direksi lapangan untuk melakukan “opname”
hasil pekerjaan atas pekerjaan yang telah selesai
Seorang supervisor pada proyek pembangunan
gedung pringgading no.24 bertanggung jawab kepada
Site Manager dalam menjalankan tugas dan wewenang
di lapangan.
26

2.6 Hubungan Kerja

Gambar 2.3 : Struktur Organisasi Proyek Gedung Pringgading 24


Sumber : PT Purikencana Mulyapersada, 2017

Dalam gambar struktur organisasi proyek Gedung Pringgading


dapat dilihat bahwa ada 2 garis penunjuk yaitu garis hitam (garis
penugasan), dan garis merah (garis koordinasi). Yang dimaksud garis
penugasan adalah kewenangan dari pihak Owner untuk memberi tugas
kepada wakil Owner, begitupun wakil Owner bisa memberi tugas
kepada project manager, dan seterusnya. Sedangkan garis koordinasi
adalah kewajiban untuk saling berkerja sama antar bidang. Contohnya
pada pihak project manager harus bisa bekerja sama dengan pihak
manajemen konstruksi dan pihak administrasi keuangan.
27

Penjelasan dari bagan hubungan kerja pengelola proyek adalah


sebagai berikut:
1. Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana:
Hubungan pemilik proyek dan konsultan perencana terikat oleh
kontrak antara kedua belah pihak. Pemilik proyek memiliki sebuah ide atau
keinginan untuk membuat suatu bangunan oleh karena itu pemilik proyek
menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan dan mendesain suatu
ide bangunan yang diinginkan pemilik proyek. Konsultan perencana
menghasilkan produk berupa gambar – gambar rencana, perhitungan,
peraturan dan syarat – sayarat. Pemilik proyek memberikan biaya atas jasa
yang diberikan oleh konsultan perencana.

2. Hubungan Kerja antara Pemilik Proyek dengan MK:


Manajemen konstruksi memberikan layanan jasa berupa pengendalian
dan pengawasan proyek kepada pemilik proyek. Manajemen konstruksi
setelah melakukan tugas – tugas nya akan dibayar oleh Pemilik proyek
sesuai kontrak yang telah disepakati bersama.

3. Hubungan Kerja antara Pemilik Proyek dengan Kontraktor:


Pemilik proyek yang dibantu oleh MK mengadakan pelelangan atau
penunjukan langsung untuk memilih kontraktor yang akan melaksanakan
proyek tersebut. Pihak Kontraktor memberikan jasa professional dengan
cara merealisasikan keinginan pemilik proyek yang telah didesain oleh
konsultan perencana berupa bangunan, sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya atas jasa yang telah diberikan oleh kontraktor.

4. Hubungan Kerja antara MK dengan Kontraktor:


MK bertugas sebagai pengendali dan pengawas dari kontraktor
sebagai pelaksana proyek. Manajemen konstruksi berhak memberi surat
teguran kepada kontraktor apabila melakukan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan gambar kerja dan kontrak yang telah disepakati, sedangkan
28

kontraktor apabila ada pekerjaan tambah kurang harus meminta


persetujuan terlebih dahulu kepada manajemen konstruksi.

5. Hubungan Kerja antara MK dengan Konsultan Perencana:


Konsultan perencana salah satu tugasnya mendesain sebuah proyek ke
dalam gambar, namun bila pada saat proses pengerjaan dilapangan pada
suatu kondisi yang tidak dapat mengikuti gambar kerja atau ada perubahan
maka manajemen konstruksi berhak meminta revisi gambar kerja kepada
konsultan perencana.
29

BAB III PELAKSANAAN

3.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Pada setiap proyek pembangunan diperlukan cara atau metode
pelaksanaan. Metode pelaksanaan dapat memudahkan pelaksana dan
para pekerja pada saat melakukan sebuah pekerjaan secara
terstruktur, baik, dan efisien.
Dalam metode pelaksanaan berisi tahapan – tahapan
pelaksanaan sebuah pekerjaan secara sistematis. Contohnya yaitu
metode pelaksanaan struktur yaitu metode pelaksanaan pada bagian
struktur, mulai dari pekerjaan penulangan sampai pengecoran sampai
menjadi beton. Metode pelaksanaan struktur terbagi menjadi
beberapa metode yaitu metode pembesian, metode bekisting, dan
metode pengecoran.
Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 ini memiliki
Standart Operation Procedure (SOP) yang dijadikan pedoman yang
berkaitan dengan metode pelaksanaan. SOP ini digunakan
dilapangan untuk mengkontrol sebuah pekerjaan supaya berjalan
sesuai rencana yang telah dibuat dan disepakati.
Selama proyek pembangunan Gedung Pringgading 24,
pekerjaan yang saya amati meliputi:
Pekerjaan tanah
Pekerjaan pemotongan bored pile
Pekerjaan capping beam
Pekerjaan bekisting konvensional
Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pengecoran
Pekerjaan lantai kerja.
30

3.1.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah pada proyek Gedung Pringading 24 ini


meliputi pekerjaan galian biasa untuk pile cap dan basement.
Pelaksanaan pekerjaan tanah dibagi menjadi 5 zona agar
penggunaan alat dan pencapaian waktu lebih efisien. Berikut
ini adalah denah zona – zona yang akan digali terlebih dahulu.

1 4

2 5

Gambar 3.1 Gambar pembagian zona galian


Sumber : PT. Puri Kencana Mulyapersada,2017
31

Gambar 3.1 menjelaskan pembagian luasan galian dibagi


menjadi lima zona. Dimulai dari menggali pada zona 1 dengan
luas 494,76 m2, kemudian dilanjutkan pada zona 2 dengan luas
554,59 m2, zona 3 dengan luas 381,05 m2, zona 4 dengan luas
451,14 m2, dan zona 5 dengan luas 359,93 m2.

Pekerjaan galian pada proyek ini tidak dikerjakan oleh


subkon, tetapi kontraktor mengerjakannya sendiri dan juga
menggunakan alat sendiri. Apabila pekerjaan tidak terlalu
banyak maka hanya menggunakan sedikit alat berat. Apabila
pekerjaan sedang banyak dan dikejar oleh waktu, maka
menambah jumlah alat berat.

Pekerjaan galian dilakukan dengan tahapan – tahapan


tertentu agar mudah untuk dikerjakan. Pekerjaan galian
dilakukan sesuai zona yang ditentukan agar alat berat juga
memiliki akses menuju zona selanjutnya. Pekerjaan galian di
kerjakan dari bagian permukaan tanah sesuai dengan elevasi
yang telah direncanakan.
Metode pelaksanaan pekerjaan galian meliputi:

1. Melakukan pengukuran,
2. Menentukan elevasi rencana,
3. Penggalian mengacu pada elevasi recana yang telah
direncanakan.
4. Setelah proses penggalian kemudian tanah akan
dipadatkan,
5. Tanah hasil timbunan di alokasikan ketempat yang
membutuhkan
32

3.1.2 Metode Pelaksanaan Pemotongan Bored Pile

Pada proyek pembangunan gedung pringgading no. 24,


setelah pekerjaan galian tanah selesai sesuai elevasi yang
dicapai, kontraktor melakukan pemotongan bored pile untuk
dilanjutkan dengan pekerjaan struktrur. Berikut metode
pelaksanaan Pemotongan Bored Pile, antara lain :

Gambar 3.2 Metode pekerjaan pemotongan bored pile


33

1. Cutter concrete bored pile keliling sesuai elevasi rencana (tebal


cutter / kedalaman 75 mm)
2. Kupas / Chipping selimut beton (keliling) bored pile sampai
terlihat tulangan bored pile dengan alat manual / breaker.

Gambar 3.3 Hasil pekerjaan chipping bored pile


34

3. Tulangan bored pile dibengkokan ke luar.


4. Potong bored pille dengan betel / pahat dan palu di elevasi
rencana sehingga di dapat permukaan rata.

Gambar 3.4 Pekerjaan drilling bored pile

5. Merobohkan potongan bored pile dengan manual / crane.


35

3.1.3 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Capping Beam

Capping Beam digunakan untuk memperkuat dinding


penahan tanah dan juga berfungsi sebagai balok pengunci pada
konstruksi soldier pile. Proses pelaksaanan pekerjaan capping
beam yang dilakukan pertama yaitu drilling soldier pile sampai
elevasi rencana. Kemudian pemasangan pembesian capping
beam sesuai dengan shop drawing. Setelah dilakukan
pembesian dilakukan pemasangan bekisting, lalu setelah
semua bekisting dipasang pengecoran capping beam dan
proses akhirnya dilakukan pelepasan bekesting. Pada Proyek
Pembangunan Gedung Pringgading 24 ukuran capping beam
yaitu 50 x 60 cm dengan ukuran selimut beton 3 cm meskipun
bersentuhan dengan tanah. Beton yang digunakan untuk
pengecoran capping beam dengan mutu K300

Gambar 3.5 Capping beam sebelum di cor


36

3.1.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Konvensional

Bekisting menjadi hal penting yang harus direncanakan


dalam suatu pelaksanaan proyek. Bekisting memiliki fungsi
sebagai cetakan sementara yang digunakan untuk menahan
beton pada saat pengecoran dan bekisting dibentuk dengan
bentuk yang diinginkan. Bekisting akan dilepas atau dibongkar
apabila beton sudah mencapai kekuatan yang cukup. Pada
proyek pembanguan Gedung Pringgading 24 menggunkan
bekisting konvensional dibuat sendiri dengan material
diantaranya kayu, multiplex, dan paku. Pembuatan bekisting
konvensional dilakukan oleh tenaga kerja yang trampil.

Gambar 3.6 Pembuatan bekisting konvensional


37

3.1.5 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian

Pembesian merupakan bagian dari suatu struktur dalam


bangunan, yang berfungsi menahan gaya tarik akibat pada
beton. Pekerjaan pembesian adalah pekerjaan perakitan besi
tulangan sesuai standarisasi penulangan struktur agar
mendapatkan kekuatan tarik beton yang direncanakan.
Lingkup pekerjaan pembesian antara lain :
1. Pembesian kolom
2. Pembesian balok
3. Pembesian tie beam
4. Pembesian pile cap

Berikut merupakan metode pekerjaan pembesian kolom :


1. Flow chart metode kerja pembesian kolom

Gambar 3.7 Flow chart metode kerja pembesian kolom


Sumber : PT Purikencana Mulyapersada, 2017
38

2. Fabrikasi Besi

Pekerjaan fabrikasi merupakan tahap awal pada pekerjaan


pembesian, yaitu merupakan proses perakitan tulangan baik
tulangan pokok maupun tulangan sengkang antara lain proses
pemotongan, pembengkokan dan penyambungan sesuai
dengan standarisasi struktrur dengan lokasi yang ditentukan
untuk fabrikasi tidak menghambat pekerjaan lain.
Peralatan yang digunakan untuk fabrikasi tulangan :

a. Mesin pembengkok besi (bar bender)

Gambar 3.8 Alat bengkok tulangan (bar bender)

b. Mesin pemotong besi (bar cutter)


39

Gambar 3.9 Alat potong tulangan (bar cutter)


3. Pemasangan tulangan

Pelaksanaan pekerjaan pembesian pada proyek


pembangunan gedung pringgading no. 24, besi tulangan
dengan panjang 12 m datang terlihat pada gambar 3.10 dan
dipindahkan di depan bedeng / direksi kit dengan
menggunakan mobile crane terlihat pada gambar 3.11

Gambar 3.10 Tulangan datang diangkut dengan truk


40

Gambar 3.11 Pemindahan tulangan ke depan bedeng menggunakan mobile


crane (lokasi yang ditentukan)

Pada gambar 3.12 terlihat hasil dari fabrikasi tulangan


sengkang dan gambar 3.13 hasil fabrikasi tulangan utama.

Gambar 3.12 Hasil fabrikasi tulangan sengkang


41

Gambar 3.13 Hasil fabrikasi tulangan pokok pile cap

Setelah tulangan datang dan difabrikasi, tulangan hasil


fabrikasi dipasang pada sesuai gambar shop drawing dan
standarisasi penulangan terlihat pada gambar 3.14 Standarisasi
penulangan antara lain pemotongan dan pembengkokan besi yang
disesuaikan dengan gambar kerja atau gambar shop drawing.

Gambar 3.14 Pekerjaan pemasangan tulangan kolom


42

Setelah tulangan terpasang dan telah dicek jarak antar


sengkang dan jarak antar tulangannya, langkah selanjutnya
adalah pemasangan beton decking kolom dengan tebal 2,5 cm
sebelum pemasangan bekisting.Selain kolom adapun
pembesian plat, balok, tie beam dan pile cap merupakan
metode pekerjaan pembesian kolom :

1. Flow chart metode kerja pembesian plat, balok, tie beam


dan pile cap

Gambar 3.15 Flow chart metode kerja pembesian balok


Sumber : PT Purikencana Mulyapersada, 2017
43

Gambar 3.16 Flow chart metode kerja pembesian plat


Sumber : PT Purikencana Mulyapersada, 2017

2. Fabrikasi Besi
Proses fabrikasi adalah awal dari tahap pekerjaan
pembesian dan proses perakitan tulangan yang meliputi proses
44

memotong, pembengkokan dan penyambungan. Penempatan


fabrikasi ini ditentukan pada:
a. Kapasitas tempat fabrikasi
b. Kemudahan dalam distribusi
c. Akses tukang
d. Kondisi lapangan
e. Faktor persediaan
f. Pengorganisasian proyek
g. Penanganan material
h. Pengelasan

3. Pemasangan tulangan
Dalam pelaksaan pekerjaan pembesian pada proyek
gedung pringgadinng, besi besi tulangan yang datang dilokasi,
lokasi penyimpanan material diletakkan di lokasi fabrikasi besi.
Transportasi besi ke tempat penempatan lokasi dengan secara
diangkut secara manual.
Tahap tahap pelaksaan pekerjaan pembesian harus tetap
dalam pengawasan kontaktor, dalam pembuatan dan pelaksaan
pekerjaan pembesian harus sesuai dengan daftar pemotongan
dan pembengkokan besi tulangan pada gambar kerja bar
banding schedule.
45

4. Pekerjaan pembersihan
Setelah semua pekerjaan telah dilakukan dan dilakukan
pengecekan oleh pengawas proyek segera dilakukan
pembersihan dengan alat bantu kompesor udara.
Hal tersebut dilakukan saat lokasi pengecoran dalam kondisi
tidak terdapat material atau bahan bahan yang dapat
mengurangi kekuatan beton.

3.1.6 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran


Pengecoran dilakukan setelah proses penulangan dan
pemasangan bekisting selesai. Setelah itu mendatangkan truk concrete
pump dan readymix yang sudah berisi agregat beton yang di
rencanakan.

Gambar 3.17 Pengecoran tie beam

Setelah concrete pump didatangkan pekerja melakukan setting


concrete pump dengan memasang pipa – pipa untuk jalannya agregat
beton ke zona yang sudah ditentukan untuk pengecoran.
46

Gambar 3.18 Finishing lantai kerja setelah di cor

Setelah pipa concrete pump dipasang diberi semen bubuk agar


tidak terjadi kemampatan agregat beton dalam pipa.

3.1.7 Metode Pekerjaan Pelaksanaan Lantai Kerja

Lantai kerja untuk proyek pembuatan gedung berlantai


dilakukan setelah pemasangan pondasi dan elevasi galian atau urugan
tanah yang sudah dipadatkan. Setelah itu dilakukan pengecoran lantai
kerja ketebalan 10 cm dengan mutu beton K-300.
47

Gambar 3.19 Setelah cor lantai kerja

Penuangan agregat beton dengan menggunakan gerobak


sorong sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan. Sebagai alat
untuk memberi tanda elevasi dengan menggunakan patok yang diberi
benang kasur, sehingga pekerja sesuai dengan tanda ukuran maupun
elevasi yang sudah di tentukan oleh tim pengukur.
48

Gambar 3.20 Hasil lantai kerja

Finishing dilakukan setelah agregat beton tuangkan sesuai


dengan elevasi yang sudah ditentukan. Kemudian pemerataan agregat
beton dilakukan secara manual menggunakan papan dan cetok papak.
49

3.2 Alat
Alat merupakan salah satu faktor penting dalam berlangsungnya
proyek. Dengan adanya alat berat akan membuat pekerjaan lebih mudah
dan cepat seingga dapat menghemat waktu dan biaya.
Peralatan dan alat berat yang ada dalam Proyek pembangunan
Gedung Pringgading 24 sebagai berikut :

1. Towing

Gambar 3.21 Towing


Towing adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk
mengangkut alat berat atau bahan matrial pada jarak yang jauh,
Jika tidak menggunakan towing maka perjalanan alat berat ke
proyek akan membutuhkan waktu yang cukup lama. sehingga
yang diharapkan dari pengunaan towing adalah waktu yang
dibutuhkan akan lebih singkat. Pada proyek pembangunan
Gedung Pringgading 24 Semarang, towing berfungsi untuk
mengangkut alat berat dari gudang penyimpanan ke tempat
proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang.

Tipe : Mitsubishi
50

Status : Milik Kontraktor


Pekerjaan : a. mengangkut alat (excavator, bar cutter,
bar bander, concrete vibrator, jack hammer)
b. mengangkut bahan (besi tulangan,
semen)

2. Dump Truck

Gambar 3.22 Dump Truck


Dump truck adalah truk yang dapat dikosongkan isinya
tanpa penanganan, dan berfungsi sebagai pembawa material dari
satu tempat ke tempat lainnya dengan mobilisasi maksimal supaya
mempermudah dan mempercepat pekerjaan. Jika tidak
menggunakan dump truck, maka memindahkan tanah akan lama
dikarenakan jarak pembuangan tanah yang cukup jauh. Pada
proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang alat ini
digunakan untuk memindahkan tanah dari galian ruang basement
ke proyek PT. Puri Kencana yang lain di Alas Tua Genuk. Dump
truck yang digunakan yaitu jenis Rear Dump Truck (penumpahan
ke belakang).
Tipe : Hino, Mitsubishi dan Dyana H T
51

Tahun pembuatan : 2009 – 2014


Status : Milik Kontraktor
Kapasitas : 7 ton
Pekerjaan : Mengangkut material
3. Excavator

Gambar 3.23 Excavator


Excavator adalah alat berat yang berfungsi untuk menggali
tanah dan memindahkan tanah ke dump truck tetapi excavator juga
dapat digunakan untuk memindahkan material dan alat. Jika
penggalian menggunakan tenaga manusia maka pekerjaan akan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Pada proyek pembangunan
Gedung Pringgading 24 Semarang alat ini digunakan untuk
menggali ruang basement dan memindahkan material dan alat
lainnya.
Tipe : Komatsu
Tahun pembuatan : 2009-2014
Kapasitas : 1 m3
Jumlah : 2 unit
Status : Milik Kontraktor
52

Pekerjaan : a. Menggali dan memindahkan tanah


b. Memindahkan alat (bar cutter, bar
bender, pompa air, dll)
c. Memindahkan material (besi tulangan)
4. Truck mixer

Gambar 3.24 Truck mixer


Truck mixer adalah alat yang digunakan untuk mengangkut
adukan beton ke lokasi proyek serta menjaga keadaan beton cair
sesuai dengan mutu rencana. Selama pengangkutan, tangki pengaduk
harus terus berputar, hal ini untuk mempertahankan stabilitas
kekentalan dan tidak mengeras sebelum dipakai. Truck ini dilengkapi
tangki reservoir yang mampu menyimpan ±5 sampai 6 m3. Di dalam
truck dilengkapi dengan spiral pisau satu arah rotasi putaran. Pisau
ini berfungsi sebagai pengaduk material beton cor selama waktu
transportasi ke lokasi pengecoran. Pada proyek yang cukup besar
seperti pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang harus
menggunakan beton dari batching plan, dikarenakan pembuatan yang
cepat dan mutu beton terjamin. Truck mixer membawa adukan beton
dari batching plan Pionir Beton ke lokasi proyek.
Truk mixer PT. Pionir Beton memiliki Spesifikasi sebagai berikut :
53

Tipe : Hyno
Tahun pembuatan : 2010
Semen : Tiga Roda PT. Indocement Tunggal
Prakasa
Mutu beton : K-300
Kapasitas produksi : 20m3/ jam
Pekerjaan : Membawa adukan cor

5. Concrete Pump

Gambar 3.25 Concrete pump


Concrete pump merupakan alat yang digunakan untuk
memompa beton dari truck mixer menuju ke bagian yang akan dicor.
Alat ini digunakan pada saat letak tempat pengecoran sulit dijangkau
oleh truck mixer. Penggunaan concrete pump ini untuk
meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu pengecoran.
Keuntungan menggunakan concrete pump yaitu :
a. Mempercepat penyaluran beton segar.
b. Mempermudah proses pekerjaan.
c. Mengurangi bahaya kecelakaan.
d. Praktis.
54

Jika pengangkutan beton menggunakan tenaga manusia,


pekerjaan akan sangat lama dan pengerasan beton akan terjadi
sebelum digunakan.
Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
menggunakan concrete pump milik PT. Pionir Beton.
Truck concrete pump memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Tipe : IHI
Tahun pembuatan : 2009
Jumlah unit : 1 Unit
Status : Sewa
Harga sewa : 3.5 juta / 8 jam
Pekerjaan : Memompa ready mix ketempat yang sulit
dijangkau
6. Bar Cutter

Gambar 3.26 Bar cutter

Bar cutter berguna untuk memotong tulangan sesuai


dengan panjang yang dibutuhkan. Alat ini sangat berguna dan
55

juga efisien dengan adanya alat ini pemotongan tulangan akan


lebih cepat. Harga menggunakan alat dan tidak akan sama saja,
dikarenakan status alat milik kontraktor, tetapi waktu akan lebih
cepat jika menggunakan alat tersebut.
Tipe : TOYO B42
Tahun pembuatan : 2010
Kapasitas : 42 mm
Jumlah : 1 unit
Status : Milik Kontraktor
Pekerjaan : Memotong Besi

7. Bar Bender

Gambar 3.27 Bar bender

Bar bender berguna untuk menekuk tulangan dalam


berbagai macam sudut dan sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan.
Dengan adanya alat ini pekerjaan pembesian lebih mudah dan
cepat. Harga menggunakan alat dan tidak akan sama saja,
dikarenakan status alat milik kontraktor, tetapi waktu akan lebih
cepat jika menggunakan alat tersebut.
Tipe : TAKEDA B42
Tahun pembuatan : 2010
Kapasitas : 42 mm
56

Jumlah : 1 unit
Status : Milik Kontraktor
Pekerjaan : Membengkokkan besi

8. Concrete Vibrator

Gambar 3.28 Concrete Vibrator

Concrete Vibrator merupakan alat penggetar yang


digunakan untuk meratakan adukan beton yang dituangkan dalam
bekisting sehingga beton dapat mengisi ruang seluruh bekisting.
Alat ini berupa tongkat besi dengan bagian penggetar pada
ujungnya. Tujuan digunakan concrete vibrator adalah untuk
mendapatkan beton yang baik, merata dan tidak keropos pada
waktu beton kering.
Tipe : Mikasa M TR 100
Tahun pembuatan : 2011
Kapasitas : 3 hp
Jumlah :2
Status : Milik Kontraktor
Pekerjaan : Meratakan penyebaran ready mix
57

9. Pompa Air

Gambar 3.29 Pompa Air

Proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang


dikerjakan pada saat musim hujan, maka ketika pekerajaan
basement berlangsung pompa air sangat dibutuhkan untuk
membuang air. Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading
24 Semarang pompa air digunakan untuk membuang air yang ada
dalam galian basement ke saluran kota . Air dalam galian
basement ini harus dibuang karena air yang menggenang akan
mengganggu pekerjaan proyek.

Tipe : Bosco
Jumlah :2
Status : Milik Kontraktor
Pekerjaan : Membuang air yang ada dalam galian
basement ke saluran kota
58

10. Perancah atau Scaffolding

Gambar 3.30 Scaffolding

Perancah adalah suatu struktur sementara yang digunakan


untuk menyangga manusia dan material dalam pekerjaan konstruksi.
Alat ini digunakan untuk membantu pekerja apabila pekerjaan
bangunan gedung sudah mencapai ketinggian 2 meter sehingga tidak
dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah terbuat dari pipa-pipa besi
yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menopang beban
yang ada diatasnya. Keuntungan menggunakan perancah yaitu :
a. Efektif, dapat diatur sesuai dengan ketinggian yang
dikehendaki.
b. Murah, karena dapat digunakan berulang kali.
c. Mudah dan cepat waktu pemasangan dan pembongkarannya.
59

11. Total station

Gambar 3.31 Total station

Total Station merupakan alat ukur sudut dan jarak. Untuk total
dilengkapi dengan processor sehingga bisa menghitung jarak datar,
koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa perhitungan. .
Tipe : Topcon GTS 102N
Tahun pembuatan : 2011
Jumlah : 2 unit
Status : Milik kontraktor
Pekerjaan : a. Penentuan BM pada depan proyek
sebagai acuan lalu menggunakan alat total
station untuk menentukan titik as bangunan
b. Mengecek kolom miring atau tidak
c. mengecek elevasi plat lantai pada
basement apakah sudah rata atau belum
60

12. Jack Hammer

Gambar 3.32 Jack Hammer

Jack Hammer adalah alat berat yang digunakan untuk


menghancurkan beton.. Alat ini digunakan untuk menghancurkan
kepala bored pile agar sesuai dengan ketinggian yang diinginkan
untuk dilakukan pekerjaan pemasangan pile cap. Ujung pada Jack
Hammer diarahkan ke kepala bored pile sampai hancur.
Tipe : Makita HM1306
Jumlah :2
Status : Milik Kontraktor
Pekerjaan : Menghancurkan kepala bored pile
61

13. Mobile Crane

Gambar 3.33 Mobile Crane

Mobile crane adalah alat yang digunakan untuk


mengangkat material kontruksi dari tempat satu ketempat yang
ditentukan. Alat ini dapat berputar 360 derajat. Selama melakukan
kerja praktek di proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang, alat ini digunakan untuk bongkar besi tulangan.
Tipe : Mitsubishi
Status : Milik Kontraktor
Pekerjaan : Membongkar bahan material besi tulangan
dari truck
62

14. Lampu Penerangan (Halogen)

Gambar 3.34 Lampu Halogen


Sumber : https://www.indotrading.com/product/lampu-sorot-halogen-p205276.aspx
Diunduh 12 Maret 2018

Lampu Halogen adalah lampu penerangan pada pembangunan


proyek. Lampu berdaya watt besar ini berfungsi sebagai sumber
penerangan pada waktu lembur dan pengecoran pada malam hari.
Pekerjaan pada malam hari berakhir pukul 22.00, tetapi jika ada
pekerjaan pengecoran maka akan lembur sampai selesai.
Tipe : Halogen QVF
Status : milik kontraktor
Pekerjaan : Memberikan penerangan pekerjaan pada
malam hari dan lembur jika ada pekerjaan
pengecoran
63

15. Gerobak Dorong

Gambar 3.35 Gerobak Dorong

Gerobak dorong befungsi untuk membawa barang-barang


keperluan pekerjaan pada proyek, seperti : paku, palu, ember, dan
lainnya. Gerobak dorong pada proyek pembangunan Gedung
Pringgading 24 Semarang juga dapat berfungsi untuk mengangkut
beton pada pekerjaan pengecoran.
Tipe : Artco
Status : milik kontraktor
Pekerjaan : a. Membawa material (pasir, semen, batako
dan kerikil)
b. Membawa alat-alat (palu, paku, ember,
dan pompa air)
64

3.3 Bahan Konstruksi


Pekerjaan proyek Pringgading memiliki keterikatan dengan
beberapa aspek konstruksi, salah satunya adalah material bahan yang di
gunakan.Material bahan dapat berpengaruh pada konstruksi yang di
rencanakan. Bahan yang di gunakan agar mencapai konstruksi yang
direncanakan pada proses pekerjaan sangat beragam, di sesuaikan
dengan jenis pekerjaan, kualitas/ mutu yang di gunakan, waktu untuk
melaksanakan pekerjaan serta biaya yang di miliki. Pada pelaksanaan
pekerjaan proyek memiliki bahan material yang di gunakan, sebagai
berikut:
1. Tanah
Tanah pada perencanaan pekerjaan digunakan pada tahap
penimbunan. Tanah yang di gunakan pada proses pekerjaan di
dapatkan dari metode cut and fill. Dasar penggunaan tanah dari
metode tersebut adalah meminimalisir pengeluaran biaya untuk
membeli tanah timbunan dan mengendalikan area pembuangan
tanah. Sedangkan tanah berasal dari tanah urugan itu sendiri dan
disimpan di penyimpanan didaerah kaligawe sebagian ditempatkan
didaerah Jalan Gajah Raya, jalan Tri lomba juang dan Jalan Sri
Kuncoro.

Gambar 3.36 Tanah


65

2. Air
Air merupakan bahan yang di gunakan selama pekerjaan
proyek berlangsung dari mulai tahap persiapan hingga tahap
pelaksanaan selesai, oleh karna itu air merupakan bahan bangunan
yang sangat penting dalam pekerjaan suatu proyek. Selain sebagai
bahan campuran untuk membuat beton dan plesteran air digunakan
untuk mencuci bahan bangunan serta peralatan selain itu air
digunakan untuk perawatan beton setelah pengecoran.Air yang
digunakan dalam campuran beton harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI 1971 antara lain, air tidak
menggandung unsur minyak, asam alkali, garam-garaman dan
bahan yang dapat merusak atau menurunkan mutu pekerjaan
(merusak beton atau baja tulangan). Proyek Prnggading
menggunakan sumber air PDAM, karena di wilayah proyek air
tidak keluar dari sumur bor.

Gambar 3.37 Air


66

3. Agregat Halus ( Pasir )


Agregat halus yang berada di lapangan digunakan untuk
pengaplikasian Pile Cap. Sedangkan pasir berasal dari muntilan,
Jawa Tengah. Dengan harga Rp. 2.305.000/Truk.

Gambar 3.38 Pasir


Sumber : http://infohargabahanbangunan.blogspot.co.id/2013/03/tips-memilih-dan-
menggunakan-pasir.html

4. Agregat Kasar ( Batu Pecah)


Agregat kasar yang berada di lapangan memiliki kemiripan
dengan agregat halus, Agregat kasar yang dimaksut adalah batu
belah atau split. Batu belah berasal dari muntilan, Jawa Tengah.
Dengan diameter 1 cm – 2 cm.
67

Gambar 3.39 Split


Sumber : http://infohargabahanbangunan.blogspot.co.id/2013/03/tips-memilih-dan-
menggunakan-pasir.html

5. Semen
Semen merupakan bahan material pelengkap pada
pembuatan beton, semen di gunakan sebagai material perekat pada
campuran agregat halus (pasir), agregat kasar (Batu Pecah) dan air.
Pada pelaksanaan kerja praktek proyek pembangunan Gedung
Pringgading 24 Semarang menggunakan Semen Portland. Semen
Portland yang digunakan yaitu Indocement. Semen ini digunakan
sebagai salah satu material pembuatan beton decking.
Penggunaan semen pada proyek ini cukup sedikit
dikarenakan pembuatan beton pada proyek ini menggunakan beton
readymix sehingga pendatangan material semen hanya ketika
dibutuhkan.
68

Gambar 3.40 Semen

6. Ready Mix
Beton merupakan campuran pasir, semen, batu pecah dan air,
tetapi untuk meningkatkan kemudahan pekerjaan dan membatasi
jumlah volume rongga digunakan bahan aditif dalam campuran
beton. Fungsi ready mix pada pekerjaan proyek Pringgading 24
adalah sebagai Pekerjaan pengecoran pile cap, pengecoran kolom,
pengecoran balok, precast plat lantai, ramp, Sherwall, Tie Beam
dll. Dengan menggunakan Mutu beton K300 (f’c = 25 MPa) yang
diproduksi oleh PT. Pionirbeton Industri, Aris Putra Beton, PT
Varia Usaha Beton dan Jati Kencana Beton.
Tabel 3.1 Mutu Beton Stuktur
Mutu Beton
Stuktur
karakteristik F’c (Mpa)
Plat Lantai K-300 25 MPa
Tangga K-300 25 MPa
Pile Cap K-300 25 MPa
Tie Beam K-300 25 MPa
Kolom K-300 25 MPa
Shear Wall K-300 25 MPa
69

Precast Plat Lantai K-300 25 MPa


Sumber : PT. Purikencana Mulyapersada, 2017

Pada Proyek pekerjaan Pringgading 24 PT. Pionirbeton


Industri melakukan pengecoran pada lokasi Lantai kerja, Pile Cap
& Tie Beam, Dinding Raitining wall dan Plat lantai Basement.
Sedangkan PT Varia Usaha Beton melakukan pengecoran pada
lokasi Pile Cap & Tie Beam dan Kolom Parkir.

Keunggulan menggunakan beton ready mix antara lain :


1. Mutu lebih terjamin yaitu komposisi material pembentuk beton
dan kualitas adukan lebih konsisten.
2. Dapat menghasilkan beton bermutu tinggi.
3. Lebih efisien. Waktu pengecoran beton lebih cepat dan
penggunaan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan
menggunakan beton site mix.

Gambar 3.41 Ready Mix


70

7. Besi Tulangan
Besi tulangan merupakan material yang di gunakan untuk
memberikan kekuatan tarik pada beton bertulang.Tulangan yang di
gunakan di pabrikasi sesuai dengan desain yang telah di
rencanakan. Pada pelaksanaan pekerjaan, setelah besi tersebut
mengalami proses pabrikasi langsung di cor dengan beton ready
mix dengan pertimbangan besi tulangan yang digunakan besi
ulir.Dasar penggunaan tulangan ulir adalah memiliki kekuatan 400
Mpa dan memiliki spesifikasi yang baik untuk tulangan
longitudinal (tulangan memanjang).Besi yang digunakan dalam
proyek Pringgading 24 diproduksi oleh master steal dan lautan steal
dengan diameter yang digunakan yaitu Ø8, D13, D10, D16, D19,
D22, D25, D28,dan D32.
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat
digunakan pada elemen beton bertulang di batasi hanya pada Baja
Tulangan dan Kawat Baja saja. Belum ada peraturan yang
mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja tulangan atau
kawat baja tersebut.
Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu
a. Baja Tulangan Polos (BJTP)
b. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)
71

Berikut tabel dimensi Tulangan Ulir :


Tabel 3.2 Ukuran D Tulangan Ulir

Sumber :SNI 03-2847-20

Sedangkan menurut SII 0136 – 80 spesifikasi baja tulangan


yang beredar di pasaran Indonesia yaitu :
Tabel 3.3 Notasi dan Kualitas Baja Tulangan
Jenis Kelas Simbol Tegangan Leleh Minimum Tegangan Ultimate Minimum
MPa MPa
(kgf/cm2) (kgf/cm2)

Polos 1 BJTP24 235 382


(2400) (3900)

2 BJTP30 294 480


(3000) (4900)
Ulir 1 BJTD24 235 382
(2400) (3900)

2 BJTD30 294 480


(3000) (4900)
3 BJTD35 343 490
(3500) (5000)
4 BJTD40 392 559
(4000) (5700)
5 BJTD50 490 610
(5000) (6300)
Sumber : SII 0136 – 80
72

Tabel 3.4. Dimensi dan Berat Baja Tulangan


Tulangan Baja Diameter Tulangan Luas Berat Nominal

Polos Deform (mm) Nominal (kg/m)


(mm2)
P6 D6 6 28,3 0,222

P8 D8 8 50,3 0,395

P9 D9 9 63,6 0,499

P10 D10 10 78,5 0,617

P12 D12 12 113,1 0,888

P13 D13 13 132,7 1,040

P14 D14 14 154 1,210

P16 D16 16 201,1 1,580

P18 D18 18 254,5 2,000

P19 D19 19 283,5 2,230

P20 D20 20 314,2 2,470

P22 D22 22 380,1 2,980

P25 D25 25 490,9 3,850

P28 D28 28 615,7 4,830

D29 29 660,5 5,190

P32 D32 32 804,3 6,310

D36 36 1017,9 7,990

D40 40 1256,5 9,870

D50 50 1963,5 15,400

Sumber : SII 0136 – 80


73

Gambar 3.42 Baja Tulangan

8. Kawat Pengikat/ Bendrat


Pada proyek ini kawat bendrat digunakan untuk pengikat
antar besi tulangan agar bisa membentuk suatu bentuk struktur
yang dikehendaki. Kawat ini mempunyai diameter 1 mm.
Pengaplikasian kawat bendrad lainnya di lapangan adalah untuk
mengikat tahu beton dengan kolom. Persyaratan kawat pengikat
dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2 adalah :
a. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan
diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan dahulu dan
tidak bersepuhkan seng.
b. Dalam hal pemakaian kawat pengikat untuk berkas tulangan
yang terdiri dari 2, 3 atau 4 batang yang sejajar, maka
diameter kawat pengikat minimum adalah 2,5 mm dan jarak
pengikatan tak lebih dari 24 kali diameter pengenal batang
terkecil.
74

Gambar 3.43 Kawat Pengikat

9. Sika Chapdur
Sika Chapdur digunakan sebagai bahan pelapis kedap air
(anti bocor atau waterproofing) dengan bahan dasar semen yang
telah dimodifikasi. Pada proyek Pringgading 24 Sika Chapdur
digunakan untuk bahan tambahan pada pengecoran plat lantai
kerja.

Gambar 3.44 Sika Chapdur


75

10. Calbond (Bonding)


Calbond atau bonding adalah bahan yang digunakan untuk
perekat antara beton lama dengan beton baru.

Gambar 3.45 Calbond


11. Papan Multiplek
Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang, multiplek digunakan sebagai bahan bekisting dan
dinding kantor proyek. Untuk bahan bekisting, multiplek yang
digunakan mempunyai lapisan halus agar beton yang dicetak halus
dan rata permukaannya dan jika kondisi multiplek yang digunakan
masih bagus bisa digunakan berulang kal. Sedangkan untuk
pemakaian multiplek digunakan sekitar 4 kali untuk pemasangan
bekisting selama digunakan masih bagus untuk bisa digunakan
berulang kali. Pada awal pembuatan bekisting menggunakan
rangka kayu meranti (setara) atau system scaffolding dan steel
prop. Dengan Memakai multiplek tebal minimum 12 mm, untuk
sisi yang bersentuhan dengan beton, di beri bahan anti lengket agar
mudah di buka nantinya. Pada pemakaian pertama masih berkisar
sekitar 100% , setelah pemakaian kedua berkurang sekitar 75%,
setelah penggunaan yang ketiga berkurang menjadi 40%, pada
pemakaian terakhir penggunaan papan multiplex hanya sekitar 5%
76

dari jumlah pembuatan awal bekisting sehingga tidak dapat


digunakan lagi dikarenakan terjadi kerusakan dan harus dibuat
ulang apabila bekisting tidak cukup lagi. Untuk jumlah pembelian
papan multiplek dilakukan secara bertahap untuk awal pemesanan
berkisar 50 papan multiplek.

Gambar 3.46 Papan Multiplek

12. Beton Tahu ( Concrete Decking)


Beton Tahu adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai
ukuran selimut beton yang diinginkan. Pemberian beton Tahu ini
sangat penting karena jika tulangan tidak terlindung baik dengan
selimut beton akan sangat mudah sekali terserang korosi. Fungsi
dari beton tahu yaitu untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan
posisi yang diinginkan. Pada proyek ini beton tahu yang digunakan
merupakan campuran dari bahan semen, air dan pasir 1yang
dibentuk silinder kemudian diberi pengait diatasnya. Diameter
beton tahu yaitu menyesuiakan ketebalan selimut beton.
77

Gambar 3.47 Beton Decking

13. Batako
Batako merupakan campuran dari bahan semen, air, kricak,
dan pasir. Batako yang digunakan adalah batako berlubang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 10 cm dinding pemisah lubang 15 mm dan
luar 20 mm. Batako ini digunakan untuk bekisting pada pile cap.
Batako pada proyek Pringgading 24 diproduksi dari Cv. Lima Jari
dengan harga Rp. 2.450 per Buah. Untuk lokasi penyimpanan dari
batako ditempatkan di sekitar Plat lantai.

Gambar 3.48 Batako


78

14. Balok Kayu


Balok kayu di proyek pembangunan Gedung Pringgading
24 Semarang digunakan untuk bahan pembuatan kantor direksi,
support untuk bekisting, dan keperluan lainya.

Gambar 3.49 Balok kayu


79

3.4 Struktur Atas


3.4.1 Uraian Umum

Pada proyek pembangunan gedung pringgading no. 24


pekerjaan struktur atas yang dikerjaan PT. Purikencana
Mulyapersada meliputi :

a. Pekerjaan Capping beam


b. Pekerjaan Tie beam
c. Pekerjaan Pile cap
d. Pekerjaan Struktur balok
e. Pekerjaan Struktur kolom
f. Pekerjaan Plat lantai

Selama praktik kerja berlangsung penulis hanya dapat


mengamati pekerjaan struktur capping beam pada zona 3,
pekerjaan lantai kerja, tie beam dan lantai kerja pada zona
1,2,3.
Semua pekerjaan beton bertulang pada proyek
pembangunan gedung pringgdading no. 24 berpedoman pada
tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung,
SNI 03-2847-202 dan tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk bangunan gedung SNI 03-1726-2002.
Pekerjaan lantai kerja menggunakan adukan beton 1:3:5
setebal 50 cm disediakan pada bagian bawah dari lapisan
pondasi, pile cap, balok dan pelat yang berhubungan dengan
tanah.
80

3.4.2 Pekerjaan Galian

Pekerjaan galian adalah suatu jenis pekerjaan yang


dilakukan untuk mengeruk permukaan tanah dengan
membuat lubang. Pada proyek pembangunan Gedung
Pringgading 24 Semarang, pekerjaan galian yang dimaksud
adalah pekerjaan galian untuk basement, dan galian untuk
pile cap.
Galian di sini menggunakan alat berat eskavator, ini
dikarenakan lahan yang luas. Dalam melakukan galian
basement, lokasi proyek dibagi menjadi 5 zona. Galian
untuk basement sedalam 3,5 meter dari elevasi ±0.00.

Gambar 3.50 Denah Galian Basement


81

Gambar 3.51 Sketsa Kedalaman Galian Basement

Gambar 3.52 Galian Basement


82

3.4.3 Pekerjaan Pile Cap

Pekerjaan pile cap adalah suatu cara untuk megikat


pondasi sebelum didirikan kolom dibagian atasnya.
Pekerjaan pile cap melibatkan berbagai macam pekerjaan
yaitu pekerjaan galian, pekerjaan setengah bekisting,
pembongkaran kepala bored pile, pekerjaan pembesian,
pekerjaan bekisting, dan pekerjaan pengecoran.
Pile cap di proyek ini mempunyai 3 bentuk yaitu
trapesium, persegi panjang dan persegi. Proses
pembuatanya sama, yang membedakan hanya pada proses
pemasangan besi tulangan. Berikut adalah gambar dimensi
pile cap :

Gambar 3.53 Tampak Atas Pile Cap Persegi


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017
83

Gambar 3.54 Potongan Pile Cap Persegi


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.55 Tampak Atas Pile Cap Persegi Panjang


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017
84

Gambar 3.56 Potongan Pile Cap Persegi Panjang


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017
85

Gambar 3.57 Tampak Atas Pile Cap Trapesium


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.58 Potongan Pile Cap Trapesium


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017
86

a. Pekerjaan Galian
Setelah pekerjaan galian untuk ruang basement
selesai, galian selanjutnya adalah galian untuk pile cap.
Galian untuk pile cap dibagi menjadi 3 bentuk karena pile
cap direncanakan menjadi 3 bentuk yaitu pile cap
trapesium (mengikat 3 bored pile), pile cap persegi
panjang (mengikat 2 bored pile), pile cap persegi
(mengikat satu bored pile).

Gambar 3.59 Galian untuk Pile Cap

b. Pekerjaan Pembongkaran Kepala Bored Pile


Pekerjaan pembongkaran kepala bored pile ini
dilakukan setelah pekerjaan galian. Pekerjaan ini
dilakukan karena bored pile dibuat sampai ke permukaan
tanah normal, akan tetapi setelah galian untuk ruang
basement, bored pile terlihat lebih tinggi dari lantai kerja
basement dan pile cap, sehingga perlu dihancurkan agar
tinggi permukaan bored pile sesuai dengan rencana yaitu
10 cm dari lantai kerja pile cap.
87

Gambar 3.60 Pembongkaran Kepala Bored Pile

c. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting ini dikerjakan setelah pekerjaan
galian selesai. Pekerjaan ini memang tidak terurut seperti
pekerjaan pembuatan pile cap, ini dikarenakan kondisi
lapangan yang tidak seperti yang diharapkan. Muka air
tanah lebih tinggi dari yang direncanakan, ini
menyebabkan genangan air di dalam lokasi pembuatan
pile cap. Selain itu karena cuaca pada musim hujan
sehingga menyebabkan genangan air semakin tinggi.
Oleh karena itu, dibuat bekisting supaya air di sekitar
lokasi galian pile cap tidak mengalir ke dalam. Setengah
bekisting ini terbuat dari pasangan batako dan dibuat
permanen sehingga tidak perlu dibongkar.
88

Gambar 3.61 Bekisting Pile Cap

d. Pekerjaan Pembesian
1. Pekerjaan pembesian pile cap trapesium dan persegi
panjang
Pekerjaan pembesian pada proyek
pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
pada dimensi pile cap trapesium dan persegi
panjang yang meliputi pekerjaan pemotongan besi
tulangan adalah besi utuh yang dipotong sesuai
dengan ukuran tulangan pile cap.

Gambar 3.62 Pemotongan Besi Tulangan


89

Pekerjaan pembengkokan besi tulangan adalah


proses pengerjaan besi tulangan yang sudah
dipotong, kemudian dibengkokan dengan bar tender
sesuai dengan ukuran dan sudutnya.

Gambar 3.63 Proses Pembengkokan Besi Tulangan

Gambar 3.64 Besi tulangan yang sudah dibengkokkan


90

Pekerjaan perakitan tulangan adalah proses


dimana besi yang sudah dipotong dan dibengkokan
dirakit dan dijadikan satu dengan cara diikat dengan
menggunakan kawat atau bendrat. Untuk pile cap
berbentuk trapesium, perakitan dilakukan di tempat
galian pile cap yang sudah dipasang bekisting.

Gambar 3.65 Perakitan Tulangan

2. Pekerjaan pembesian pile cap persegi


Pekerjaan pembesian pada proyek
pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang,
dimensi pile cap persegi meliputi pekerjaan
pemotongan besi tulangan, pekerjaan pekerjaan
pembengkokan tulangan, dan pekerjaan pekerjaan
perakitan. Pada dasarnya proses pengerjaan antara
pile cap trapesium, persegi panjang dan pile cap
persegi sama, yang membedakan adalah pekerjaan
perakitannya. Dimana perakitannya dilakukan di
91

luar lubang galian untuk pile cap. Besi tulangan


dirakit terlebih dahulu, kemudian diangkat dan
diletakkan di lubang pile cap.

Gambar 3.66 Pile cap persegi yang sudah dirakit

Gambar 3.67 Tulangan pile cap persegi yang dirakit di tempat

e. Pekerjaan Pengecoran
Pelaksanaan pekerjaan pile cap pada proyek
pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
dilakukan secara manual dan dikerjakan beriringan
dengan pekerjaan tie beam yang artinya pengecoran
dilakukan dilapangan, suppliers yang dipilih yaitu PT
Varia Usaha Beton dan PT. Pionirbeton Industri. Jenis
92

beton yang disediakan merupakan beton jenis ready mix


dimana bahan material semen, air, agregat kasar maupun
halus sudah tercampur dalam satu wadah. Sehingga saat
memasuki area proyek, beton ready mix dapat langsung
digunakan di lapangan. Sebelum dilakukan pengecoran
pile cap dan tie beam, dilakukan uji slump test untuk
mengetahui konsistensi atau kekakuan dari campuran
beton segar untuk menentukan tingkat workabilitynya.
Beton cor yang digunakan adalah beton mutu K-300
dengan nilai slump test yang didapat 10±2cm.

Gambar 3.68 Pekerjaan Pengecoran

Sebelum dilakukan pengecoran, lubang pile cap


harus kering terlebih dahulu. Akan tetapi,sesuai kondisi di
lapangan yang tidak memungkinkan untuk menguras
karena air masih terus menggenangi lubang pile cap,
sehingga tetap dilakukan pengecoran. Selain itu, besi
tulangan juga harus bersih. Kemudian beton dari ready
mix disalurkan melalui concrete pump ke pile cap yang
93

akan di cor. Selama proses pengecoran digunakan alat


vibrator yang dimasukan ke pile cap yang dimasukkan ke
balok untuk memadatkan hasil pengecoran.

Gambar 3.69 Proses Pengecoran Pile Cap

Diperlukan concrete vibrator untuk memadatkan


hasil adukan agar beton dapat mengisi seluruh volume
ruangan yang dicetak oleh bekisting sehingga tidak
terdapat rongga udara yang dapat membuat beton menjadi
keropos. Cara pemakaian vibrator yaitu dengan
memasukkannya ke dalam beton yang telah dituangkan
dengan waktu cepat. Setelah itu, vibrator diangkat dengan
perlahan saat proses pemadatan dilakukan. Saat
memasukkan vibrator ke dalam beton, sebaiknya hindari
bersentuhan dengan bekisting. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi supaya tidak terjadi getaran tambahan
yang mengakibatkan pemadatan tidak maksimal dan
adanya retakan kecil setelah pemadatan selesai.
Menghindari vibrator agar tidak terjadi kontak dengan
94

besi tulangan ini berfungsi agar pelekat besi tidak rusak.


Pada saat mengeluarkan batang vibrator sebaiknya
hindari penarikan batang vibrator secara horisontal.
Lakukan dengan miring untuk menghindari terjadinya
mortar channel (campuran beton tersingkir dari penarikan
yang dilakukan secara horisontal). Setelah pengecoran
tidak ada pembongkaran bekisting karena bekisting sudah
di pasang secara permanen dengan menggunakan
pasangan batako.

3.4.4 Pekerjaan Capping Beam


Pekerjaan capping beam merupakan pekerjaan yang sama
dengan pile cap, yang membedakan yaitu pada proses
pengikatan. Jika pile cap diikat dengan bored pile, capping
beam mengikat dengan soldier pile. Soldier pile adalah pondasi
yang berbentuk seperti bored pile tetapi disusun rapat dan
terletak di samping bangunan tinggi di sekitar lokasi proyek
pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang. Soldier pile
berfungsi sebagai dinding penahan tanah agar bangunan tinggi
di samping lokasi proyek tidak miring.
Proses pembuatan capping beam meliputi pekerjaan
perapian soldier pile, pembuatan lantai kerja, pemasangan besi
tulangan, pemasangan bekisting, proses pengecoran dan
pembongkaran bekisting, serta perataan dan pemadatan tanah
di sekitar capping beam. Untuk dimensi dari capping beam
adalah 40/60 dengan besi tulangan utama dan sengkang.
95

a. Pekerjaan Perapian Soldier Pile


Pekerjaan perapian soldier pile adalah pekerjaan
menghancurkan kepala soldier pile dengan menggunakan
alat jack hammer. Pekerjaan ini dilakukan untuk
mengurangi tinggi kepala soldier pile agar sesuai rencana
untuk pemasangan capping beam.

Gambar 3.70 Finishing Pemecahan Kepala Soldier Pile

b. Pekerjaan Lantai kerja


Pekerjaan lantai kerja atau pembuatan lantai kerja
ini berfungsi sebagai dasar dari capping beam. Lantai
kerja ini terbuat dari campuran air, semen, dan pasir.
Selain itu lantai kerja juga berfungsi sebagi dudukan
beton decking untuk menyangga tulangan agar selimut
beton sesuai ukuran yang direncanakan.
96

Gambar 3.71 Lantai Kerja untuk capping beam

c. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian adalah pekerjaan yang
dilaksanakan setelah lantai kerja dan tinggi soldier pile
sudah sesuai rencana. Pekerjaan pembesian meliputi
pekerjaan pemotongan besi tulangan dengan
menggunakan bar cutter. Setelah dipotong sesuai dengan
panjang rencana, besi tulangan dibengkokkan dengan
menggunakan bar tender. Setelah dibengkokkan sesuai
dengan sudut dan panjang yang sudah direncanakan,
setelah itu adalah proses perakitan, dimana besi tulangan
yang sudah siap dirakit dan dijadikan satu sehingga
membentuk tulangan capping beam.
97

Gambar 3.72 Tulangan Capping Beam

d. Pekerjaan Bekisting
Pekerjaan bekisting adalah pekerjaan yang
dikerjakan setelah pekerjaan pembesian selesai. Bekisting
terbuat dari papan multiplek dan balok kayu sebagai
penopang, agar papan multiplek lebih kuat menahan beton
saat pengecoran. Pekerjaan bekisting capping beam
dibuat setelah pembuatan lantai kerja selesai.

Gambar 3.73 Bekisting Capping Beam


98

e. Pekerjaan Pengecoran
Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, yang
perlu diperhatikan adalah penyiraman cairan calbond.
Cairan ini berfungsi sebagai perekat antara beton lama
(soldier pile) dengan beton baru.

Gambar 3.74 Pengecoran Capping Beam

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah peletakan


vibrator concrete karena fungsinya sangat penting yaitu
untuk memadatkan hasil adukan beton agar dapat mengisi
seluruh ruang kosong pada bekisting sehingga tidak
terdapat rongga udara yang menyebabkan keropos.

f. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Proses pembongkaran bekisting capping beam
dilakukan setelah 2 hari dari pengecoran terakhir, dengan
syarat capping beam tidak menerima beban diatasnya.
99

Alasan lain dilakukannya pembongkaran itu agar


bekisting dapat digunakan untuk bagian yang lain. Jika
hasil capping beam tidak rapi maka dilakukan
penambalan dengan campuran semen dan air.

Gambar 3.75 Pembongkaran bekisting capping beam

g. Pekerjaan Perataan dan Pemadatan Tanah Di Sekitar


Capping Beam
Pekerjaan ini dilakukan agar tanah bekas galian
untuk capping beam kembali rata dan padat, itu juga akan
menambah kekuatan capping beam.
100

Gambar 3.76 Perataan dan pemadatan tanah di sekitar capping beam


101

3.4.5 Pekerjaan Tie Beam

Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading 24


Semarang, pekerjaan tie beam dilaksanakan bersamaan dengan
pekerjaan pile cap. Tie beam adalah balok yang posisinya
bertumpu pada permukaan tanah yang berfungsi sebagai
penghubung antara pile cap yang satu dengan pile cap lainnya,
sebagai pengikat kolom, sebagai penopang plat lantai dan
dinding bata, serta untuk mencegah terjadinya penurunan tanah.
Pekerjaan tie beam meliputi pekerjaan galian, pekerjaan
pembuatan lantai kerja, pekerjaan penulangan, pekerjaan
bekisting, pekerjaan pengecoran, dan pembongkaran bekisting.
Tie beam di proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang mempunyai 3 tipe yaitu :
Tabel 3.5 Tipe-tipe Tie Beam

No. Tipe Tulangan Utama Sengkang


1. TB1 8D25 + 4D19 D16-150
S
2. TB2 8D25 + 4D19 D16-150
u
3. TB2A 10D25 + 4D19 D16-150
m
Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017
102

Gambar 3.77 Potongan Tie Beam


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

a. Pekerjaan galian.
Pekerjaan galian untuk tie beam dikerjakan beriringan
dengan galian pile cap, akan tetapi untuk galian tie beam
tidak sedalam galian pile cap. Galian tie beam dibuat
memanjang untuk menghubungkan antara pile cap yang
satu dengan pile cap lainnya.
103

Gambar 3.78 Galian Tie Beam

b. Pekerjaan pembuatan lantai kerja.


Pembuatan lantai kerja ini dilakukan setelah galian
tie beam selesai dikerjakan. Lantai kerja ini dibuat dengan
campuran air, semen, dan pasir. Untuk ketebalan lantai
kerja hampir sama dengan tebal balok kayu, yaitu ukuran
4/6. Kayu ukuran 4/6 ini dipilih sebagai bekisting lantai
kerja karena tebalnya sesuai dan dapat dibongkar dengan
mudah untuk mempercepat pekerjaan.
104

Gambar 3.79 Lantai Kerja Tie Beam

c. Pekerjaan penulangan tie beam.


Proses penulangan pada tie beamsama seperti
penulangan pile cap dan capping beam. Perakitan besi
tulangan tie beam dilakukan di lapangan. Pada proyek
pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
menggunakan tulangan D25, D16,dan D19. Jarak
sengkang 150 mm dengan dimensi 300 mm x 800 mm
dan 400 mm x 900 mm. Untuk jenis tie beam dibagi
menjadi 3 yaitu TB1, TB2, dan TB2A.

Gambar 3.80 Perakitan Tulangan Tie Beam


105

Gambar 3.81 Tulangan Tie Beam

d. Pekerjaan bekisting.
Bekisting yang digunakan dari bahan multiplek
sama dengan bahan bekisting capping beam, akan tetapi
ukuranya yang berbeda. Bekisting dipasang dikedua sisi
kanan dan kiri tulangan dengan jarak selimut yang
dibatasi dengan beton decking.

Gambar 3.82 Bekisting Tie Beam


106

e. Pekerjaan pengecoran.
Pekerjaan pengecoran tie beam dilakukan
bersamaan dengan pengecoran pile cap. Pada proyek ini
dilakukan karena akses jalan.

Gambar 3.83 Pengecoran Tie Beam

f. Pekerjaan pembongkaran bekisting tie beam.


g. Pembongkaran bekisting dilakukan setelah 2 hari. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi pengikatan sempurna pada beton
yang sudah dicor. Pada proyek ini jika pada saat
pembongkaran bekisting hasil dari tie beam kurang rapi,
maka akan dilakukan penambalan dengan campuran
semen, pasir, dan air.
107

Gambar 3.84 Hasil Pengecoran Tie Beam

3.4.6 Pekerjaan Kolom

Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang


memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai
penerus beban seluruh bangunan ke pondasi dan penahan
bangunan agar tidak mudah roboh. Pada proyek
pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
menggunnakan 18 tipe kolom, yaitu Kolom K1, kolom K2,
kolom K3, kolom K4, kolom K5, kolom K6, kolom K7,
kolom K8, kolom K8A, kolom K9, kolom K10, Kolom
K11, kolom K12, kolom K13, kolom K14, kolom K15,
kolom K16, dan kolom K17. Pada proyek pembangunan
Gedung Pringgading 24 Semarang, pekerjaan kolom yang
dilakukan yaitu pembesian kolom pada basement.
108

Pembesian merupakan hal terpenting dalam sebuah


struktur. Dalam pembangunan proyek Gedung Pringgading
24 Semarang, semua pembesian menggunakan besi ulir
sesuai SNI. Pembesian yang dipasang sesuai dengan
gambar rencana. Selimut beton yang digunakan untuk
kolom yaitu 25 mm. Proses pembesian menggunakan bar
bender dan bar cutter. Bar bender adalah alat untuk
membengkokkan besi tulangan dan bar cutter adalah alat
untuk memotong besi tulangan. Langkah-langkah
pembesian kolom pada basement yaitu :
a. Memahami gambar rencana mengenai penulangan kolom.
b. Mempersiapkan tulangan-tulangan yang dibutuhkan
untuk kolom, baik tulangan utama maupun tulangan
sengkang.
c. Tulangan-tulangan tersebut dibengkokkan dan dipotong
menggunakan bar bender dan bar cutter.
d. Perakitan tulangan dilakukan di lokasi sesuai gambar
rencana.
e. Pemasangan tulangan yang telah dirakit dan disambung
dengan sambungan lewatan, untuk tulangan kolom yaitu l
d + 12 db.
Dimensi struktur kolom yang digunakan pada gedung ini
antara lain :
Tabel 3.6 Dimensi Kolom

No. Tipe Dimensi Kolom Tulangan Utama Sengkang


1. K1 40 cm x 40 cm 4x6D19 D10-100
2. K2 40 cm x 40 cm 4x6D19 + 4D25 D10-100
3. K3 40 cm x 50 cm 22D22 D10-100
4. K4 40 cm x 40 cm 4x6D32 D13-100
109

5. K5 40 cm x 40 cm 4x8D32 D13-100
6. K6 25 cm x 25 cm 4x7D19 D10-100
7. S K7 25 cm x 25 cm 4x4D19 D10-100
8. u K8 20 cm x 20 cm 4x4D16 D10-100
9. m
K8A 25 cm x 25 cm 4x4D16 D10-100
10. b K9 40 cm x 40 cm 4x7D25 D13-100
11. eK10 40 cm x 50 cm 4x6D22 D13-100
12. rK11 4x9D28 +
40 cm x 50 cm D13-100
: 4x1D16
13. K12 40 cm x 40 cm 4x5D25 D10-100
14. PK13 40 cm x 40 cm 4x5D25 D10-100
15. TK14 40 cm x 65 cm 4x5D25 + D10-130
. 4x1D16
16. K15 20 cm x 40 cm 4x5D16 D10-100
P
17. K16 20 cm x 40 cm 4x5D22 D10-100
u
18. r K17 40 cm x 40 cm 4x9D32 D13-100
Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
110

Gambar 3.85 Potongan kolom K1


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.86 Potongan kolom K2


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
111

Gambar 3.87 Potongan kolom K3


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.88 Potongan kolom K4


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
112

Gambar 3.89 Potongan kolom K5


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.90 Potongan kolom K6


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
113

Gambar 3.91 Potongan kolom K7


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.92 Potongan kolom K8


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
114

Gambar 3.93 Potongan kolom K8A


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.94 Potongan kolom K9


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
115

Gambar 3.95 Potongan kolom K10


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3. 96 Potongan kolom K11


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
116

Gambar 3.97 Potongan kolom K12


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.98 Potongan kolom K13


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
117

Gambar 3.99 Potongan kolom K14


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.100 Potongan kolom K15


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
118

Gambar 3.101 Potongan kolom K16


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017

Gambar 3.102 Potongan kolom K17


Sumber: PT. Puri Kencana Mulyapersada, 2017
119

Gambar 3.103 Pembesian Kolom

Gambar 3.104 Pertemuan Kolom dengan Tie Beam


120

Gambar 3.105 Pertemuan Kolom dengan Pile Cap dan Tie Beam
121

3.4.7 Pekerjaan Shearwall

Shearwall atau dinding geser merupakan struktur


dinding beton bertulang yang dirancang untuk menahan
gaya geser dan gaya lateral akibat gempa bumi. Fungsi
shearwall yaitu sebagai kekuatan dan kekakuan. Arti
kekuatan yaitu dinding geser harus memberikan kekuatan
lateral untuk melawan gempa horisontal dan untuk
mentransfer gaya horisontal ke elemen berikutnya seperti
balok dan plat lantai. Sedangkan kekakuan pada shearwall
mempunyai arti dapat memberikan kekakuan lateral untuk
mencegah goyangan yang berlebih pada atap atau lantai,
untuk mencegah membingkai lantai dan atap, dan untuk
mencegah kerusakan struktural apabila mendapat gaya
horisontal. Berdasarkan letak dan fungsinya, shearwall atau
dinding geser dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Bearing wall, yaitu dinding geser yang berfungsi
mendukung sebagian besar beban gravitasi.
2. Frame wall, yaitu dinding geser yang berfungsi
sebagai penahan gaya lateral, gaya geser, dan pengaku
pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak di antara
dua kolom struktur.
3. Core wall, yaitu dinding geser yang terletak di pusat-
pusat massa bangunan yang berfungsi sebagai
pengaku bangunan gedung. Biasanya core wall
diletakkan pada lubang lift yang berfungsi sebagai
dinding lift.
Pekerjaan shearwall yang sudah dilakukan yaitu frame
wall yang berada di antara 2 kolom basement.
122

Langkah-langkah pembesian shear wall pada


basement yaitu sebagai berikut :
a. Memahami gambar rencana mengenai tulangan untuk
shear wall. Mempersiapkan tulangan-tulangan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan shear wall.Tulangan yang
digunakan untuk shear wall pada basement yaitu
tulangan pokok D16-160 dengan tulangan sengkang
12D13, tulangan pokok D16-175+ D13-175 dengan
tulangan tumpuan pada tulangan sengkang 4D13 dan
tulangan lapangan 16D13, dan tulangan pokok D16-
175 dengan tulangan sengkang 6d13-15.
b. Pemasangan tulangan dilakukan di tempat.

Gambar 3.106 Pembesian shear wall pada basement

3.4.8 Pekerjaan Dinding Basement

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat


dari bangunan yang keseluruhan atau terletak di bawah
tanah. Jadi, dapat dikatakan bahwa basement merupakan
ruang bawah tanah dari bagian bangunan gedung. Struktur
basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi)
123

secara garis besar terdiri dari pile cap, tie beam, kolom,
dinding basement, shearwall, balok, dan plat lantai.
Pembuatan dinding basement harus dirancang kokoh
dan kuat karena menahan tekanan tanah dan air tanah.
Pekerjaan dinding basement yang dilakukan yaitu
pemasangan pembesian dinding basement. Langkah-
langkah pembesian pada dinding basement yaitu :
a. Memahami gambar rencana mengenai tulangan untuk
dinding basement.
b. Mempersiapkan tulangan-tulangan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan dinding basement. Tulangan yang
digunakan untuk dinding basement yaitu D16-200.
c. Pemasangan tulangan dilakukan di tempat.

Gambar 3.107 Pembesian Dinding Basement


124

3.4.9 Pekerjaan Plat Lantai Basement

Pekerjaan lantai dilakukan setelah pekerjaan struktur


di bawahnya. Langkah-langkah pekerjaan plat lantai
basement yaitu:
1. Pembuatan Lantai kerja
Lantai kerja merupakan lapisan dibawah tulangan
plat lantai, yang terdiri dari tanah padat, pasir urug 10 cm
dan lantai kerja 5 cm. Cara membuat lantai kerja yaitu :
a. Tanah bekas galian dipadatkan menggunakan alat
pemadat (stamper).
b. Setelah permukaan rata dan padat, kemudian
dilapisi dengan pasir urug setebal 10 cm dan
diratakan menggunakan papan perata.
c. Pembuatan lantai kerja dengan menggunakan cor
beton yang terdiri dari semen, pasir, kricak, dan air.
d. Kemudian cor beton diratakan menggunakan papan
perata.

Gambar 3.108 Lapisan di bawah lantai kerja


125

Gambar 3.109 Pembuatan lantai kerja

Gambar 3.110 Perataan cor beton pada lantai kerja


126

2. Plat Lantai Basement


Plat lantai adalah bagian dari struktur gedung
yang berfungsi sebagai tempat berpijak. Plat lantai
didukung oleh tie beam yang bertumpu langsung oleh
tanah. Langkah-langkah pekerjaan plat lantai yaitu :
a. Pembesian plat lantai
Pembesian plat lantai dilakukan di tempat.
Di bawah plat lantai diberi beton decking untuk
menjaga selimut beton dengan ketebalan 2,5 cm
yang diikat dengan kawat bendrat.
b. Pemasangan bekisting
Pemasangan bekisting dilakukan di
sekeliling plat lantai bagian luar dengan
ketinggian sesuai tebal lantai.
c. Pengecoran plat lantai
Proses pengecoran meggunakan beton ready
mix dengan supplier PT. Pionirbeton Industri dan
PT. Varia Usaha Beton. Kapasitas beton tersebut
yaitu 6 m3 per satu mixer truck. Pada pengecoran
plat lantai basement menggunakan concrete pump
(mesin pemompa beton) karena lokasi yang jauh
dari mixer truck.Saat proses pengecoran
menggunakan concrete pump dibutuhkan alat
getar (concrete vibrator) untuk memadatkan
beton dan mengurangi atau menghilangkan
gelembung udara yang terjebak di dalam beton.
Untuk merekatkan beton yang lama dan beton
baru diberi cairan bonding agar beton lama dan
beton baru saling mengikat dan tidak lepas.
127

Setelah dilakukan pengecoran, permukaan beton


diratakan dengan menggunakan papan perata dan
memastikan tebal beton sesuai gambar rencana.
d. Pembongkaran bekisting
Pembongkaran bekisting dilakukan setelah
beton mengeras yaitu setelah 2 hari.

Gambar 3.111 Pengukuran pembuatan plat lantai


128

Gambar 3.112 Plat lantai


129

Gambar 3.113 Pengecoran plat lantai menggunakan concrete pump


130

Gambar 3.114 Perataan plat lantai pada saat pengecoran


131

3.5 Lingkungan
1. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yaitu
suatu kajian yang berisikan mengenai dampak besar dan penting
suatu kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
menjadi pertimbangan pengambilan suatu keputusan tentang
penyelenggaraan kegiatan di indonesia. AMDAL dibuat pada saat
perencanaan suatu proyek yang diperkirakan apabila memberikan
pengaruh terhadapat lingkungan di sekitarnya. Tetapi pada proyek
kami berkas AMDAL yang sudah dibuat dibawa oleh owner dan
menjadi berkas yang tidak boleh diminta oleh pihak luar maupun
kami mahasiswa kerja praktik.
Dalam proyek pembangunan gedung Pringgading 24
bersebelahan dengan rumah warga sekitar, demikian batas area
lokasi proyek :
a. Batas bagian Barat : Jalan kampung
b. Batas bagian Utara : Rumah warga
c. Batas bagian Timur : Rumah warga
d. Batas bagian Selatan : Jalan raya Pringgading
Untuk bagian Utara bagaian belakang area proyek di beri
spelling 50 cm dan ditanam soldier pile, sebagai meminimalisir
terjfadinya penurunan rumah warga yang bersebelahan dengan
lokasi proyek pada saat penggalian basement. Sedangkan di bagian
Barat, Utara bagian depan, dan juga Timur hanya diberi spelling 1
meter dari rumah warga maupun jalan kampung. Sedangkan
pondasi gedung dikerjakan oleh lain pihak sebelum PT . Puri
Kencana Mulyapersada, pondasi menggunakan bored pile yang
dikarenakan proses pembuatan pondasi tidak terlalu mengganggu
warga sekitar proyek, jika dibandingkan dengan menggunakan
132

pondasi tiang pancang yang sekiranya mengganggu warga sekitar


dan membahayakan bangunan sekitar proyek yang langsung
bersebelahan dengan rumah warga.
Dikarenakan lokasi proyek bersebalahan dengan rumah
warga,pihak kontraktor memperhitungkan radius crane yang akan
digunakan, walaupun saat ini belum adanya crane. Agar dikemudian
hari operasional kerja crane tidak mengganggu dan merugikan
warga sekitar proyek.

2. Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L)

Pada proyek pembangunan gedung Pringgading 24, untuk


menjaga kesehatan dan keselamatan karyawan dari pihak kontraktor
memberi fasilitas asuransi BPJS apabila mengalami sakit maupun
kecelakaan yang tidak diinginkan, semua biaya asuransi ditanggung
dari pihak kantor kontraktor.

3. Standart Operasional Prosedur ( SOP )


SOP berperan pada pelaksanaan suatu proyek agar dapat
berjalan dengan lancar dan meminimalisir terjadinya kecelakaan
diarea proyek.
Pada proyek pembangunan Gedung Pringgigading 24, dari
pihak yang terkait dalam pelaksanaan pembangunan mengeluarkan
SOP tentang lapangan pekerjaan dan lingkungan, yang meliputi :
lingkungan yang akan dijelaskan pada sub bab A, sampah yang
akan dijelaskan pada sub bab B, maupun jam kerja yang akan
dijelaskan pada sub bab C.
133

A. Lingkungan
Dalam SOP Lingkungan di proyek pembangunan gedung
Pringgading 24 ini memuat pemasangan ramabu – rambu di sekitar
proyek. Rambu – rambu yang dipasang bertujuan sebagai tanda
untuk pengingat agar masyarakat maupun pekerja lebih berhati –
hati. Lingkungan meliputi eksternal dan internal.

a. Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal meliputi lingkungan yang
berada di luar lokasi.

Gambar 3.115 Rambu – rambu tentang tamu

Pada gambar 3.115 ditujukan rambu – rambu tentang tamu


yang tidak sembarang orang yang diperbolehkan untuk
memasuki area lokasi proyek yang dipasang pada pintu
depan gerbang proyek, agar dapat diketahui oleh tamu
ataupun warga sekitar proyek.
134

Gambar 3.116 Rambu – rambu tentang Alat Pelindung Diri (APD)

Pada gambar 3.116 yang ditunjukkan rambu – rambu


tentang APD untuk tamu yang akan berkunjung ke area
proyek yang di wajibkan untuk memakai APD yang
ditentukan agar digunakan dengan baik dan benar, hal ini
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan yang
tidak di inginkan.
135

Gambar 3.117 Rambu – rambu diluar proyek

Sumber : Abraham Daksa, 2017

Pada gambar 3.117 ditunjukkan rambu – rambu mengenai


adanya aktifitas proyek di sekitar lokasi, agar masyarakat
berhati-hati dan waspada apabila adanya keluar - masuk
kendaraan proyek. Namun pada pada proyek pembangunan
gedung pringgading 24 tidak ditemukan adanya rambu
rambu diluar lokasi proyek yang memperingatkan adanya
aktifitas proyek.
136

Gambar 3.118 Pagar seng

Pada gambar 3.118 menunjukkan pagar seng yang


bertujuan untuk antisipasi adanya gangguan lingkungan
dari luar lokasi proyek agar aktifitas pada lingkungan
proyek tidak terganggu.
137

Gambar 3.119 Pembersihan akses jalan menuju lokasi proyek


Sumber : Abraham Daksa, 2017

Pada gambar 3.119 menunjukkan para pekerja proyek


membersihkan sisa – sisa tanah yang terjatuh dari truk
proyek yang mengangkut tanah pada akses jalan keluar
masuk proyek agar tidak mengganggu masyarakat sekitar
yang melintas pada jalan tersebut. Namun selama saya
melaksanakan kerja peraktik di proyek pembangunan
gedung Pringgading 24 saya belum menemukan hal seperti
di gambar.

Gambar 3.120 Pengeboran secant pile


Sumber : Abraham Daksa, 2017
138

Pada gambar 3.120 terlihat proses pengeboran secant piles


yang lokasinya bersebelahan dengan rumah warga,
dikarenakan pada proyek kami saat pembuatan secant piles
dilaksanakan oleh kontraktor sebelum PT. Puri Kencana
Mulyapersada maka saya tidak tahu persis prosesi
pembuatan secant piles namun dari info yang saya dapat
dari kontraktor pada proses pengeboran suara yang
dihasilkan sangat kencang maka dari itu dilakukan
pengeboran pada pagi sampai sore hari untuk
meminimalisir terganggunya masyarakat sekitar apabila
dilakukan pada saat malam hari.

b. Lingkungan internal

Lingkungan internal meliputi lingkungan yang berada


di dalam lokasi.
139

Gambar 3.121 Rambu – rambu tentang Alat Pelindung Diri


(APD)

Pada gambar 3.121 yang ditunjukkan rambu – rambu


tentang APD untuk pekerja yang akan melakukan aktifitas
pada area proyek yang di wajibkan untuk memakai APD
yang ditentukan agar digunakan dengan baik dan benar, hal
ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan
yang tidak di inginkan.

Gambar 3.122 Rambu – rambu tentang situasi di area proyek


140

Pada gambar 3.122 ditunjukkan rambu – rambu yang


menghimbau agar berhati – hati saat di lokasi proyek agar
tidak terlalu dekat dengan obyek yang diberi rambu – rambu
untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan.

Gambar 3.123 Police line

Pada gambar 3.123 menunjukkan galian yang


tergenang air, maka dari itu pihak kontraktor memasang
police line pada galian yang tergenang air agar pekerja
ataupun tamu tidak terjebur dalam galian yang tergenang
air.
141

Gambar 3.124 Bak cuci

Pada gambar 3.124 menunjukkan bak cuci yang


disediakan oleh pihak kontraktor yang ditujukan untuk
kendaraan yang akan keluar dari lokasi proyek untuk dicuci
terlebih dahulu sebelum melewati gerbang proyek.

Gambar 3. 125 Petugas membersihkan truk proyek


142

Pada gambar 3.125 menunjukkan petugas yang


sedang membersihkan truk yang hendak keluar dari area
lokasi proyek, hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan
lingkungan maupun akses jalan setelah keluar dari area
proyek agar kenyamanan masyarakat terjaga.

Gambar 3.126 Pekerja saat memasang secant pile


Sumber : Abraham daksa, 2017

Pada gambar 3.126 menunjukkan pekerja saat


memasang secant piles yang mneggunakan atribut lengkap
APD, dengan arahan yang diberikan project manager saat
pelaksanaan pengeboran maupun pengecoran secant piles,
namun pada proyek pembangunan gedung Pringgading 24
pekerjaan itu dilaksanakan oleh kontraktor sebelum PT.
Puri Kencana Mulyapersada jadi kami tidak melihat
langsung proses pengeboran dan pengecoran secant piles.
143

B. Sampah
Sampah menjadi salah satu faktor yang terpenting dalam
menjaga lingkungan di lokasi proyek, karena bila tidak tangani
sampah di proyek dapat menghambat dan mengganggu jalannya
pelaksanaan pekerjaan, pada proyek pembangunan gedung
Pringgading 24 setiap hari setelah jam kerja untuk sampah yang
sudah terkumpul akan dibakar.

Gambar 3.127 Tempat pembuangan sampah

Pada gambar 3.127 menunjukkan tempat pembuangan


sampah yang disediakan agar lingkungan proyek terjaga
kebersihannya dan menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja bagi
para pekerja, hal ini menjadi tanggung jawab bersama pekerja.
144

Gambar 3.128 Tempat buang air kecil maupun besar

Pada gambar 3.128 menunjukkan tempat buang air bersar


maupun air kecil pada proyek pembangunan gedung Pringgading
24, agar pekerja tidak kesulitan apabila ingin buang air besar
maupun kecil, dan tidak mengganggu kinerja pekerja saat bekerja.

C. Ketentuan operasional kerja


Proyek pembangunan gedung pringgading 24 semarang,
yang berada bersebelahan dengan perkampungan warga tidak ingin
mengganggu kenyamanan warga sekita, maka dari itu demi
menjaga kenyamanan warga dari pihak kontraktor memberlakukan
jam operasional kerja yaitu mulai pukul 08.00 dengan hingga pukul
22.00 berlaku untuk pekerja mandor maupun tukang, sedangkan
untuk operasional kerja alat berat di mulai pukul 08.00 sampai
dengan pukul 17.00 . Dalam operasional kerja tersebut diharapkan
warga sekitar proyek tidak terganggu yang diakibatkan proses
pembangunan gedung pringgading 24.
145

Gambar 3.129 Lampu Halogen


Sumber : https://www.indotrading.com/product/lampu-sorot-halogen-p205276.aspx
Diunduh 12 Maret 2018

Pada gambar 3.129 adalah lampu yang digunakan pada


proyek apabila jam operasional kerja melewati pukul 18.00 atau
dengan kata lain lembur, lampu hologen bertujuan untuk membantu
pekerja dalam bekerja malam hari agar daerah proyek tetap terang.
146

3.6 Manajemen Proyek


Manajemen proyek yaitu melakukan pengorgansasian, pengawasan,
dan pengelolaan secara menyeluruh supaya tujuan – tujuan proyek dapat
tercapai dan berjalan sesuai rencana dengan cara mengendalikan mutu,
biaya dan waktu.

1. Pengendalian Mutu (Quality Control)


Pengendalian mutu bertujuan untuk mencapai persyaratan mutu
proyek pada pekerjaan untuk memastikan kualitas mutu bahan yang
dihasilkan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
Standar manajemen mutu yang digunakan PT. Purikencana
Mulyapersada yaitu ISO 9001-2008. Pengendalian mutu pada proyek
pembangunan gedung Pringgading No.24 yang dilakukan sebagai
berikut:
a. Standard Operating Prosedure (SOP)
SOP merupakan dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang
digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan suatu pekerjaan
yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja yang efektif. Pada
proyek pembangunan proyek Pringgading 24 terdapat SOP guna
sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan. Contoh – contoh
SOP yang ada yaitu jaringan kerja, prinsip control progress,
peringatan denda, dan masih banyak lagi.
b. Ijin Kerja
Ijin kerja merupakan sebuah ijin tertulis, dalam ijin kerja ini
terdapat 2 macam ijin kerja yaitu request dan work permit. Request
dibutuhkan Kontraktor untuk meminta ijin bekerja kepada MK.
Contohnya di proyek pembangunan gedung Pringgading 24 yaitu
untuk melaksanakan pengecoran, PT. Purikencana Mulyapersada
meminta ijin kerja (request) kepada PT. Cipta Prima Sejahtera
selaku MK.
147

Work permit atau ijin kerja Keselamatan Kesehatan dan Keamanan


Kerja (K3) dikeluarkan oleh MK atau Kontraktor kepada para
pekerja dalam melaksanakan pekerjaan yang dianggap bahaya.
Bekerja pada ketinggian, pada ruang terbatas seperti plafond, atau
bekerja dilokasi berbahaya merupakan pekerjaan yang memerlukan
ijin kerja K3. Pada pembangunan gedung Pringgading 24,
diterapkan K3 untuk para pekerjanya demi keselamatan para
pekerja. Contoh – contohnya yaitu para pekerja menggunakan helm
proyek, safety shoes dan beberapa spanduk yang berisi anjuran
untuk penggunaan K3 telah terpasang. Pada proyek ini para hanya
pekerja dari kontraktor yang diberikan asuransi yaitu BPJS, untuk
pembayaran BPJS nominal perbulannya tidak diberitahu oleh pihak
kontraktor. Suatu pekerjaan tidak akan dimulai apabila ijin kerja
belum disetujui oleh pihak pengawas.

Gambar 3.130 Pekerja gedung Pringgading 24


148

c. Mock Up (Acuan)
Mock up yaitu suatu contoh nyata sebuah proyek yang
dilaksanakan meskipun proyek tersebut belum jadi. Standar bentuk
dan hasil kualitas suatu hasil pekerjaan yang akan dijadikan acuan
hasil pelaksanaan suatu pekerjaan. Pada proyek pembangunan
gedung pringgading 24, pembuatan mock up dikerjakan oleh
perencana yaitu PT. Cipta Prima Sejahtera.

Gambar 3.131 Gedung Pringgading 24

d. Bahan
Kualiatas mutu bahan penting sekali untuk dijaga, apabila kualitas
mutu bahan menurun itu juga berefek kepada bangunan yang
dibangun. Pada proyek pembangunan gedung pringgading 24
bahan untuk proyek ada yang disimpan dalam gudang dan ada
yang hanya disusun di dekat gudang. Bahan yang disusun dekat
gudang yaitu besi tulangan dan kayu, karena jumlah dan ukurannya
yang ditidak memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam gudang.
149

Gambar 3.132 Kayu bekesting

Gambar 3.133 Besi tulangan

e. Slump Test
Slump test merupakan uii untuk memeriksa kualitas beton,
menentukan tingkat workability, dan bertujuan untuk mengetahui
nilai slump tes. Ketentuan dari nilai slump berkisar antara 8-12 cm.
Beton dikatakan terlalu cair apabila hasil tes menunjukan
penurunan lebih dari 12 cm dan dikatakan padat apabila hasil tes
kurang dari 8 cm. Pada proyek pembangunan gedung Pringgading
24, setiap truck readymix yang datang diambil beberapa beton
untuk dilakukan slump test dan nilai slump test pada proyek ini
yaitu 10.
150

Gambar 3.134 Uji Slump

f. Uji Kuat Tekan Beton


Uji kuat beton dilakukan memastikan mutu beton yang
digunakan, dengan cara mengambil sampel sebelum dilakukan
pengecoran. Kemudian dimasukkan kedalam tabung silinder
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Sample beton dites di
laboraturium untuk megetahui kuat tekan beton pada umur 7 hari,
14 hari, dan 21 hari.
151

Gambar 3. 135 Sampel beton

Tabel 3.7 Jumlah sampel yang diambil untuk uji beton

Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017

Hasil dari tes uji kuat tekan beton, akan dilihat pola retakan
dan hasil kuat tekannya. Pada proyek pembangunan gedung
Pringgading 24, sampel untuk uji beton diambil 2 sampel dari
setiap truck readymix. Beton yang digunakan pada proyek ini
menggunakan mutu K300 dan menggunakan Pionir beton sebagai
supplier untuk beton. Pengujian kuat tekan beton dilakukan di
laboratorium Politeknik Negeri Semarang.
152

g. Uji Tekuk dan Tarik Besi Tulangan


Uji tekuk dan Tarik besi tulangan dilakukan guna untuk
mengecek besi yang telah dipesan sesuai dengan spesifikasi yang
tela diminta. Pada proyek pembangunan gedung pringgading uji
tekuk dan tarik besi tulangan dilakukan di laboraturium Politeknik
Negeri Semarang. Besi yang di uji yaitu ukuran :
- Diameter 10 mm besi ulir
- Diameter 13 mm besi ulir
- Diameter 16 mm besi ulir
- Diameter 19 mm besi ulir
- Diameter 22 mm besi ulir
- Diameter 25 mm besi ulir

Gambar 3.136 Uji Tekuk


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017
153

Gambar 3.137 Uji Tarik


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017

Pada uji tekuk dan tarik yang dilakukan di laboraturium Politeknik


Negeri Semarang, besi yang digunakan untuk uji panjangnya 1 m.
Dari hasil pengujian tekuk dan Tarik yang telah dilakukan tersebut,
PT. Purikencana Mulyapersada meminta hasil uji disertai dengan
grafik.
154

Gambar 3.138 Hasil uji


Sumber: PT. Purikencana Mulyapersada, 2017

h. Pengawasan Pekerjaan
Pengawasan dilakukan dengan melihat setiap pekeraan yang
sedang dikerjakan di lapangan. Pengawasan bertujuan untuk
mengontrol setiap pekerjaan yang sedang dilaksanakan agar sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat dan agar tidak terjadi
kesalahan maupun kecurangan pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Pada proyek gedung Pringgading pengawasan dilakukan pada
setiap pekeraan yang dilakukan mulai pada galian, penulangan,
155

bekesting, pengecoran, dan pekerjaan lainnya. apakah jumlah,


ukuran dan panjang besi sesuai dengan rencana. Dan lihat kondisi
sambungan besi apakah sudah terkait dengan benar. Pengawas juga
melakukan dokumentasi sebagai laporan untuk diberikan kepada
konsultan.
i. Laporan pelaksanaan
Laporan pelaksanaan dibuat berdasarkan dari hasil
pekerjaan harian yang telah dilaksanakan. Selain laporan harian,
ada juga laporan mingguan dan bulanan yang dibuat. Laporan -
laporan tersebut diserahkan kepada pemilik proyek untuk
mengetahui progres proyek berjalan sesuai dengan kontrak atau
tidak. Pada proyek Pringgading 24 ini laporan harian dan laporan
mingguan selalu dibuat. Laporan ini juga menjadi salah satu bahan
yang dibahas pada rapat bersama Owner dan Manajemen
kontruksi.

Gambar 3.139 Laporan Bulanan


156

j. Pengadaan Rapat
Pengadaan rapat mingguan bertujuan guna mendiskusikan
apabila terjadi masalah, perubahan – perubahan dilapangan, dan
semua yang berhubungan dengan proyek yang dilaksanakan.
Laporan pelaksanaan proyek juga akan didiskusikan didalam rapat
mingguan. Pada proyek pembangunan gedung Pringgading 24,
rapat mingguan selalu diadakan secara rutin bersama Owner dan
Manajemen konstruksi.

2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya merupakan salah satu aspek yang penting dan
sangat perlu untuk dikendalikan. Pengendalian biaya pada proyek
bertujuan mengatur anggaran biaya yang diperlukan suatu proyek, agar
pengeluaran tidak melebihi anggaran yang sudah direncanakan dan
menghasilkan keutungan proyek yang maksimal. Untuk mengontrol
biaya pada proyek dilakukan pengawasan terhadap:
a. Bahan
Bahan menjadi salah satu aspek yang vital dalam sebuah proyek.
Bahan juga dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya pekerjaan
sebuah proyek. Pada setiap proyek perlu adanya pengamanan atau
perlindungan terhadap bahan yang akan digunakan, baik terhadap
cuaca maupun orang – orang yang tidak bertanggung jawab.
Dengan adanya perlakuan khusus tersebut bahan akan dapat
digunakan secara optimal dan tidak menghambat pekerjaan. Pada
proyek pembangunan gedung Pringgading 24 bahan – bahan yang
diperlukan disimpan pada gudang yang telah dibuat. Pemanfaatan
bahan yang mungkin masih dapat digunakan kembali, untuk dapat
digunakan secara optimal. Pengoptimalan bahan ini bertujuan
supaya tidak ada bahan yang terbuang secara cuma - cuma.
157

Contohnya pada saat pembuatan tulangan dimana pemotongan dan


pebengkokan besi harus direncanakan terlebih dahulu sehingga
dapat dikerjakan dengan efisien tanpa ada besi yang tersisa.
Apabila terdapat besi yang tersisa setelah pembuatan tulangan,
sebisa mungkin besi dapat digunakan kembali.

Gambar 3.140 Direksi keet dan Gudang

b. Alat
Penggunaan alat dalam pelaksanaan proyek harus disesuaikan
dengan kapasitas alat dan metode kerja yang digunakan, supaya
alat tersebut dapat bekerja dengan maksimal. Penyesuaian alat ini
dapat menghemat biaya dan menjadikan perkerjaan menjadi
efisien. Perawatan alat juga harus dilakukan supaya tidak terjadi
kerusakan, apabila alat rusak itu akan menabah biaya pengeluaran.
Pada proyek gedung Pringgading 24 ini tidak menyewa alat – alat
berat dari pihak lain, melainkan milik PT. Purikencana
Mulyapersada sendiri selaku kontraktor dalam proyek ini.
Penggunaan alat berat milik sendiri ini sangat menghemat biaya
karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk menyewa alat-alat
berat. Perawatan juga dilakukan dengan cara menyimpan alat – alat
158

pada gudang dan memiliki teknisi mesin sendiri. Pernah terjadi


pada saat sore hari saat melakukan galian tanah, hidrolis backhoe
bocor kemudian langsung diperbaiki oleh teknisinya. Apabila ada
alat – alat yang tidak bisa diperbaiki langsung dan perbaikannya
membutuhkan waktu yang cukup lama, maka alat akan diganti dan
diambil dari gudang PT. Purikencana Mulyapersada.

Gambar 3.141 Excavator PT. Purikencana Mulyapersada

c. Tenaga Kerja
Penentuan jumlah tenaga kerja harus dipertimbangakan sesuai
dengan volume pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk
mengerjakan sebuah pekerjaan. Tenaga kerja juga diberlakukan
lembur apabila waktu sudah mepet atau mengalami keterlamabatan
dalam pelaksanaan suatu proyek. Dalam proyek juga harus
diberlakukan K3 untuk keamanan para tenaga kerja. Pada Proyek
pembangunan gedung Pringgading 24 tenaga kerja diambil dari
Juwangi Purwodadi, karena disana terkenal terdapat pekerja yang
terampil. Pekerja yang terampil juga mempermudah pekerjaan
yang dilakukan, sehingga dapat mengurangi resiko kesalahan kerja
yang dapat menambah biaya pengeluaran. Penambahan dan
159

pengurangan tenaga kerja juga diterapkan dalam proyek ini sesuai


kebutuhan pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Cara tersebut
digunakan untuk mengoptimalkan tenaga kerja dan untuk
menghemat biaya. Para tenaga kerja juga sempat harus lembur
dikarenakan proyek mengalami keterlambatan dan pada saat
pengecoran dimalam hari.

Gambar 3.142 Lembur kerja

3. Pengendalian waktu
a. Supplier
Pada proyek pembangunan gedung Pringgading 24 tidak hanya
memiliki satu supplier saja melainkan beberapa supplier. Supplier
untuk besi tulangan ada 2 yaitu Lautan steel dan Master steel.
Untuk beton cor ada 4 supplier yaitu Pionir, Varia, Jaya Kencana
Beton (JKB), dan Adhi Persada Beton (APB). Memiliki beberapa
supplier ini bertujuan agar ada pengganti apabila bahan yang
dibutuhkan seperti besi tulangan kosong di salah satu supplier,
sehingga tidak menghambat waktu pengerjaan suatu pekerjaan.
160

Pemesanan bahan kepada supplier dilakukan 2 atau 3 minggu


sebelum proses pekerjaan dimulai sehingga tidak terjadi
keterlambatan pengeriman atau stock yang dibutukan habis.

b. Time Schedule
Dalam pengendalian waktu dibutuhkan penjadwalan
pelaksanaan pekerjaan atau yang biasa disebut time schedule,
supaya proyek selesai tepat waktu. Time schedule digunakan
sebagai alat untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan yang dapat
diketahui waktu untuk memulai, durasi lama pekerjaan, pekerjaan
mana saja yang bisa dilakukan pada waktu yang bersamaan, dan
kapan pelaksanaan pekerjaan selesai.
Dengan dibuatnya time schedule maka kurva s dapat dibuat.
Kurva s berisikan biaya dan setiap volume pekerjaan yang ada
selama proyek berlangsung. Dengan membuat kurva s dapat
diketahui bahwa progres proyek berjalan sesuai rencana atau
mengalami keterlamabatan. Progres ini dapat dilihat dari garis
realisasi dilapangan, apabila garis realisasi berada di atas atau
sejajar dengan garis rencana maka proyek berjalan sesuai rencana
atau mungkin lebih cepat dan apabila garis realisasi berada di
bawah garis rencana berarti proyek mengalami keterlambatan.
Pada proyek pembangunan gedung pringgading kurva s progres
tidak ditampilkan di direksi keet, hanya kurvas s rencana saja yang
ditempel di direksi keet. Selama saya melakukan kerja praktik
yang dimulai pada tanggal 10 September 2017, bahwa proyek ini
sempat mengalami keterlambatan dari rencana awal.
Laporan yang digunakan untuk kegiatan pengendalian kualitas
pekerjaan dan waktu antara lain;
a. Laporan Harian,
161

b. Laporan Mingguan,
c. Laporan bulanan.

3.7 Permasalahan dan Solusi Permasalahan


Tahap pelaksanaan merupakan wujud dari setiap rencana yang telah
dibuat dan disepakati oleh pihak owner dan perencana. Pada pelaksanaan
fisik proyek sangat memungkinkan timbul masalah–masalah yang tidak
sesuai dengan rencana. Untuk mengatasi permasalahan yang ada perlu
adanya rapat koordinasi kedua belah pihak antara owner dan perencana,
tidak hanya satu pihak saja yang mengatasi. Permasalahan tersebut harus
dicari solusi dan pemecahan terbaik dengan mempertimbangkan segala
aspek. Berikut permasalahan dan solusi permasalahan yang ada
dilapangan pada proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang, meliputi :
3.7.1 Permasalahan
1. Cuaca
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan
proyek adalah hujan. Dalam pekerjaan pelaksanaan, faktor
alam dan cara mengatasinya antara lain :
a. Proyek pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
dikerjakan pada musim hujan sehingga menyebabkan
lokasi proyek banyak tergenang air, terutama pada galian
basement dan pile cap. Selain itu proses pengecoran juga
menjadi sangat terganggu saat hujan turun karena dapat
mempengaruhi mutu beton.

b. Muka air tanah pada proyek ini tidak sesuai dengan


rencana sehingga saat galian basement dan pile cap,
162

mengeluarkan air yang mengganggu proses pengerjaan


pembesian, pengecoran dan pembuatan lantai kerja.

2. Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan Kerja (K3)


Pada proyek pembangunan Gedung Pringgading no.24
keselamatan kerja pada pekerja kurang diperhatikan. Masih
ada pekerja yang tidak memakai perlengkapan alat pelindung
diri (APD) saat bekerja. Mulai dari kurangnya kesadaran
pekerja, kurangnya staff yang memperhatikan K3 dan tidak
adanya sanksi bagi pekerja yang tidak memakai K3. Selain itu,
belum adanya rambu – rambu K3 mengakibatkan
ketidakdisiplinan pekerja dalam mematuhi aturan K3.

3. Alat
Faktor peralatan yang dihadapi yaitu kurangnya alat-alat
yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan. Pada pekerjaan awal,
pembesian dilakukan dengan manual yang membuat pekerjaan
menjadi lama. Lalu, kurangnya vibrator yang digunakan pada
waktu pengecoran.
Mogoknya alat berat di area proyek Gedung
Pringgading no.24 menyebabkan mobilitas pekerja serta alat
berat lain terhambat.

4. Pengadaan
Permasalahan pada bagian pengadaan yaitu keterlambatan
material dan tidak tersedianya pada pabrikan material yang ada
di gambar. Keterlambatan material sangat menghambat
pekerjaan dan juga berdampak pada keuangan proyek. Akibat
163

dari keterlambatan material dan alat, pekerja tidak dapat


sepenuhnya bekerja dengan efektif banyak waktu terbuang sia–
sia sedangkan pekerja tetap masuk dan tetap dihitung hari kerja
masalah ini akan sangat merugikan kontraktor. Pada awal
pekerjaan proyek pembangunan Gedung Pringgading 24
Semarang terdapat keterlambatan besi tulangan karena
kenaikan harga mencapai 20 % dari kontrak awal PT.
Purikencana Mulyapersada dan ketidaktersediaan spesifikasi
besi tulangan rencana maupun kurangnya stock besi tulangan
dari Supplier (Master Steel).
Contoh keterlambatan material yang lain yaitu
keterlambatan dari beton ready mix saat proses pengecoran, ini
mnyebabkan waktu bekerja menjadi semakin lama. Untuk
keterlambatan alat jack hammer, ini menyebabkan proses
penghancuran kepala bored pile menjadi semakin lama..
Selain keterlambatan ketidaktersediaan material (tulangan)
di wilayah proyek Gedung Pringgading no. 24 merupakan
hambatan dalam pekerjaan pula. Contoh, pada proyek
pembangunan Gedung Pringgading no.24 yaitu
ketidaktersediaan besi tulangan D32.

5. Pelaksanaan
Permasalahan pada waktu pelakasanaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti keterbatasan pengawas, kelalaian
pekerja, urutan pekerjaan yang kurang tepat, dan kesulitan
pada saat pengaplikasian gambar perencanaan. Berikut
pemasalahan yang ada di lapangan pada saat pelaksanaan :
164

a. Pemasangan bekisting kolom dengan menggunakan


multiplek yang dikhawatirkan tidak lurus yang akan
menyebabkan kolom membengkok.
b. Pemasangan tulangan plat lantai yang salah dan
menyebabkan tulangan bergeser tidak sesuai perencanaan.

6. Non Teknis
Permasalahan non teknis dapat menjadi kendala untuk
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan dapat menjadi kendala
saat pelaksaan berlangsung. Pada proyek pembangunan
Gedung Pringgading 24 Semarang, keterlambatan yang terjadi
secara non teknis yaitu ijin buang tanah galian. Sesuai
peraturan terbaru di Semarang, apabila ingin membuang tanah
bekas galian harus mendapatkan ijin yang disebut Ijin Galian
C. Karena proses birokrasi yang susah dan harus mengunggu
dengan rentang waktu sekian, sehingga ijin buang tanah bekas
galian menjadi mundur.

3.7.2 Solusi Permasalahan


1. Cuaca
Cara mengatasinya untuk hujan yang turun saat
pengecoran, contoh pada saat pengecoran plat lantai adalah
dengan memasang tenda dari terpal dan kayu di atas lokasi yang
akan di cor.
165

Gambar 3.143 Pengecoran plat lantai saat hujan

Cara mengatasi genangan air yang disebabkan oleh muka


air tanah adalah dengan membuat galian yang lebih dalam dari
galian pile cap dan basement kemudian air tersebut disedot
dengan menggunakan pompa air. Kemudian air tersebut dibuang
ke saluran air yang ada di depan lokasi proyek.

Gambar 3.144 Genangan air di lokasi proyek


166

2. Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan Kerja (K3)


Pada proyek pembangunan gedung pringgading 24 belum
ada solusi untuk menangani permasalahan K3. Permasalahan
kurangnya kesadaran K3 kurang diperhatikan oleh pihak
kontraktor maupun MK saat pekerjaan berlangsung, meski
begitu masih belum ada kecelakaan kerja selama pengamatan
berlangsung.

Gambar 3.145 Kurangnya kesadaran K3

3. Alat
Solusi kurangnya alat kerja adalah peminjaman alat
otomatis untuk pembesian bar bender, bar cutter dan cutten
wheel sejak pekerjaan awal sehingga dapat menghemat waktu.
Penambahan vibrator minimal 2 vibrator sehingga proses
pengecoran dapat berjalan dengan cepat.
Langkah yang dilakukan dan diarahkan untuk menangani
mogoknya alat berat oleh Project Manager dengan mengganti
167

dengan alat berat yang baru dan memperbaiki alat yang rusak di
tempat, serta melakukan pemindahan zona yang dikerjakan.

Gambar 3.146 Perbaikan alat berat

4. Pengadaan
Solusi untuk menangani ketidaktersediaan besi tulangan
yaitu sementara mengganti supplier besi tulangan.
Solusi untuk menangani keterlambatan yaitu pengecekan
barang material dan alat sebelum pekerjaan dilakukan.
Maksimal kurang dari 3 hari waktu pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilakukan, lakukan pengecekan material dan alat yang
dibutuhkan terlebih dahulu. Selain itu menggunakan alat yang
tersedia yaitu dengan alat bor stamper untuk memecah kepala
bore piled.
168

Ketidaktersediaan besi tulangan D32 sehingga harus


mengganti D tulangan dengan mutu yang sama menjadi D25
mengakibatkan jumlah otomatis bertambah.

5. Pelaksanaan
Solusi pada permasalahan pelaksanaan antara lain :
Solusinya yaitu :
a. Pemasangan bekisting kolom dengan melakukan
penembakan as kolom serta selimut kolom dengan total
station oleh surveyor sebelum pemasangan agar
menghindari terjadinya kemiringan kolom.
b. Pemasangan kawat bendrat pada keempat sisi bagian
tulangan yang diperlukan untuk diikat.

6. Non Teknis
Solusi dari Project Manager melimpahkan tanggung jawab
izin buang galian kepada sub kontraktor pengambil tanah galian.
Permasalahan izin lokasi dan tanah galian yang dibuang sudah
bukan menjadi tanggung jawab PT Purikencana Mulyapersada
karena sub kontraktor mau menanggung permasalahan izin dan
bebas memanfaatkan tanah galian yang telah diangkut dari
proyek.
169

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Hasil Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Pringgading no. 24
Semarang adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil kurva S, selama pengamatan di lapangan pada bulan
September sampai dengan Desember, memiliki progres yang bagus yaitu
diatas kurva S rencana meski di lapangan masih tedapat masalah alat,
pengadaan, dan kurangnya kedisiplinan K3,
2. Pengaruh cuaca dalam pekerjaan proyek sudah dapat diatasi dengan
metode kerja yang diarahkan Project Manajer,
3. Permasalahan K3 di proyek pembangunan gedung pringgading no.24
selama kami mengamati kurang diperhatikan,
4. Pada proyek pembangunan gedung pringgading 24 memiliki hambatan
kerja dikarenakan masalah alat yaitu selama waktu yang cukup lama
terdapat alat berat yang mogok dan diperbaiki ditempat sehingga mobilitas
pekerja terganggu,
5. Pemasalahan pengadaan menjadi hambatan pekerjaan pada proyek yaitu
ketidaktersediaan tulangan dan kenaikan harga tulangan,
6. Urutan perkerjaan dibagi kedalam 5 zona kerja untuk memudahkan
mobilitas pekerja serta alat berat, pembagian zona kerja ditunjukan pada
gambar 3.1,
7. Setiap minggu dilakukan rapat mingguan untuk membahas setiap ada
pekerjaan baru, kendala dalam suatu pekerjaan dan evaluasi setiap
pekerjaan yang dikerjakan supaya pekerjaan tetap berjalan dengan lancar.
170

4.2 Saran
Beberapa kekurangan pada proyek perlu untuk ditingkatan supaya lebih
baik lagi, saran yang dapat disampaikan penulis adalah:
1. Masalah yang masih ada tidak berpengaruh pada progres pekerjaan, tetapi
menurut kelompok kami pekerjaan lebih maksimal jika penanganan
masalah dilakukan lebih cepat dan kedisiplinan K3 diperhatikan,
2. Metode yang diarahkan Project Manager sudah efisien, yaitu dengan
menggunakan terpal penutup saat pengecoran saat cuaca hujan dan
dewatering muka air tanah,
3. Kurangnya kesadaran dan disiplin K3, diperlukan staff K3 untuk
mengawasi dan memperhatikan penggunaan kelengkapan alat pelindung
diri (APD) pekerja, Pembuatan rambu – rambu harus lebih diutamakan
karena menyangkut keamanan pekerja dan warga,
4. Permasalahan alat sudah diatasi dengan baik dengan mendatangkan alat
berat baru milik PT,
5. Permasalahan pengadaan tidak akan terjadi jika rutin mengecek kenaikan
harga dan mengorder bahan material jauh hari sebelum suatu pekerjaan
dimulai,
6. Pembagian zona kerja terbukti efisien dan membuat hambatan yang ada
dalam pekerjaan tidak mempengaruhi progres kurva S,
7. Rapat yang diadakan tiap hari kamis sangat baik, koordinasi antara MK
dan Kontraktor serta keputusan owner menghasilkan progres pekerjaan
yang baik pula.

Anda mungkin juga menyukai