Anda di halaman 1dari 9

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya

Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

STUDI ANALISA BANJIR DENGAN seni untuk memperoleh informasi tentang


MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SIG DI obyek, daerah atau fenomena dengan jalan
KABUPATEN BOJONEGORO menganalisa data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung
terhadap obyek, daerah atau gejala yang
dikaji’
Disusun Oleh : Sedangkan pengertian Sistem
1. Anna Rosytha Informasi Geografis menurut Aronoff, 1992
2. Dr. Ir. M. Taufik sebagai: ‘seperangkat kerja baik secara
manual maupun didukung oleh piranti
komputer untuk melakukan koleksi,
ABSTRAK menyimpan, mengelola, serta menyajikan
data dan informasi yang bergeoreferensi
Kejadian banjir di Kabupaten untuk tujuan tertentu.’
Bojonegoro ini sering terjadi setiap tahun Dari sini tampak bahwa data yang diolah
pada waktu musim penghujan, kejadian
dalam metode SIG haruslah mengacu pada
banjir tersebut menimbulkan terendamnya sistem koordinat tertentu.
ribuan hektar areal pertanian dan ribuan
rumah warga, banjir yang terjadi di Kedua metode tersebut, baik
Kabupaten Bojonegoro dikarenakan oleh penginderaan jauh maupun SIG merupakan
meluapnya sungai Bengawan Solo, penyebab ‘alat’ atau ‘tools’ yang dapat digunakan
banjir bandang karena hulu sungai tersebut untuk berbagai keperluan, seperti: perikanan
berasal dari pengunungan kapur selatan dengan melihat temperatur permukaan laut
yang curah hujannya tinggi. Mengingat (Sea Surface Temperature/SST), kebakaran
kejadian banjir mengakibatkan kerugian hutan dengan memantau titik-titik api, dunia
yang besar maka perlu adanya kajian untuk perpajakan dan asuransi dengan menghitung
menganalisa potensi rawan banjir di wilayah zona-zona pelanggan, pemantauan distribusi
Kabupaten Bojonegoro. pipa PDAM, dan masih banyak lagi.
Penentuan zona daerah rawan banjir Salah satu kegunaan penginderaan
menggunakan integrasi Citra Landsat ETM 7 jauh dan SIG adalah menduga daerah rawan
dan Peta RBI menghasilkan informasi banjir.
penutupan lahan, jaringan jalan, jaringan
sungai, dan Digital Elevation Model (DEM). Penentuan zona daerah rawan banjir
Data tersebut dikombinasikan dengan data menggunakan satelit penginderaan jauh dan
histori banjir untuk menghasilkan peta Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat
limpasan banjir. Selanjutnya dengan analisa dilakukan dengan memadukan antara
SIG, yaitu overlay data dan network analyst, fenomena banjir dan kemampuan data
dapat dibuat peta visualisasi limpasan dan satelit citra. Adanya suatu sistem yang
genangan air hujan sehingga dapat diketahui dapat terintegrasi dan tersusun dalam suatu
luasan dan faktor penyebab terjadinya SIG secara digital. Aplikasi SIG yang
genangan. dilakukan menggunakan ekstensi Tiga
Dimensi (3D) Analyst yang terdapat dalam
Kata kunci: Bencana Banjir, Citra Landsat software ArcView 3.3, ekstensi 3D Analyst
ETM 7, DEM dan SIG digunakan untuk menggambarkan relief
permukaan bumi dengan pemodelan Digital
Elevation Model (DEM).
A. PENDAHULUAN Sedangkan pemilihan daerah
Menurut Lillesand dan Kiefer 1979, penelitian, yakni Kabupaten Bojonegoro
penginderaan jauh adalah ‘suatu ilmu dan dikarenakan oleh meluapnya Daerah Aliran

ISBN 978-979-99321-6-1 1
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Sungai (DAS) Bengawan Solo Hulu dan model relief rupabumi tiga deimensi (3-
DAS Kali Madiun. Kabupaten Bojonegoro Dimensi) yang menyerupai keadaan
berpotensi terjadi banjir bandang karena hulu sebenarnya di dunia nyata (Real world)
sungai tersebut berasal dari pengunungan divisualisasikan dengan bantuan teknologi
kapur selatan yang curah hujannya tinggi.. computer grafis dan teknologi virtual reality
Mengingat kejadian banjir mengakibatkan (Mogal, 1993).
kerugian yang besar maka perlu adanya Visualisasi DEM dibangun dengan
kajian untuk menganalisa potensi rawan menggunakan aplikasi software 3D Analyst
banjir di wilayah Kabupaten Bojonegoro. berbasis SIG seperti ArcView 3.3.

3. Sistem Informasi Geografis


B. DASAR TEORI
Dalam sistem pengolahan citra digital,
Pada penelitian ini, ada tiga jenis data
pemanfaatan SIG secara terpadu digunakan
yang digunakan, yakni citra satelit Landsat
untuk memperbaiki hasil klasifikasi.
ETM7 sebagai data raster, peta RBI Tahun
Dengan demikian peranan teknologi SIG
1999 dan tematik sebagai data vektor, dan
dapat diterapkan untuk operasionalisasi
data curah hujan sebagai data tabular.
penginderaan jauh.
1. Pengolahan Citra Satelit Secara teknis SIG mengorganisasikan
Citra satelit yang digunakan dalam dan memanfaatkan data dari peta digital
penelitian ini adalah citra Landsat ETM 7 yang tersimpan dalam basis data. Dalam
(Enhanced Thematic Mapper 7) tahun 2009 SIG, dunia nyata dijabarkan dalam data peta
untuk daerah Bojonegoro dan sekitarnya. digital yang menggambarkan posisi dari
Dari pengolahan didapatkan klasifikasi ruang, dari klasifikasi, atribut data, dan
tutupan lahan berupa: tambak, sungai, sawah hubungan antar item data. Kerincian data
(irigasi dan tadah hujan), dan permukiman dalam SIG ditentukan oleh besarnya satuan
(padat dan renggang), industri, kebun dan pemetaan terkecil yang dihimpun dalam
lahan kosong. basis data. Sedangkan dalam bahasa
pemetaan kerincian itu tergantung dari skala
2. Digital Elevation Model (DEM)
peta dan dasar acuan geografis yang disebut
DEM adalah data digital yang
sebagai peta dasar (Budiman, 1999 : 4 )
menggambarkan geometri dari bentuk
permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri Dalam metodologi SIG tampak bahwa
dari himpunan titik – titik koordinat hasil data yang dioleh dalam metode SIG
sampling dari permukaan dengan algoritma haruslah mengacu pada system koordinat
yang mendefinisikan permukaan tersebut tertentu. Secara garis besar, metodologi
menggunakan himpunan koordiat (Tempfli, Sistem Informasi geografis dapat dilihat
1991). pada bagan berikut :
DEM merupakan suatu system,
model, metode, dan alat dalam
mengumpulkan, prosessing dan penyajian
informasi medan. Susunan nilai – nilai digital
yang mewakili distribusi spasial dari
karajteristik medan, distribusi spasial di
wakili oleh nilai system koordiat horizontal
XY dan karakteristik medan diwakili oleh
ketinggian medan dalam system koordinat Z
(Frederic J. Doyle, 1991).
DEM khususnya digunakan unruk
menggambarkan relief medan. Gambaran

ISBN 978-979-99321-6-1 2
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

5. Faktor Yang Mempengaruhi


Limpasan
• Jenis Presipitasi
Jenis Presipitasi ada dua yaitu
hujan dan salju.
• Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah
besarnya curah hujan per satuan
waktu.
• Lamanya Curah Hujan
Jika lama curah hujan lebih
pendek, maka limpasan akan
sama dan tidak tergantung pada
intensitas curah hujan. Dan jika
curah hujan lebih panjang, maka
limpasan permukaan akan lebih
Gambar 1. Metodologi SIG panjang.
• Distribusi Curah Hujan Dalam
Adapun kegunaan SIG adalah : daerah Pengaliran
a. Visualisasi Informasi, yaitu bentuk Debit curah hujan dapat
penyajian informasi melalui penglihatan. mempengaruhi debit puncak,
Semua informasi yang divisualisasikan yaitu daerah pengaliran yang luas
dapat dilihat, diinterpretasi, dan dengan distribusi hujan merata
selanjutnya dianalisa. mengakibatkan debit maksimum.
b. Pengorganisasian Informasi, yaitu • Arah pergerakan hujan.
penyampian informasi menurut Curah hujan bergerak sepanjang
hubungan yang logis. Dalam SIG, data sistem aliran sungai yang
diatur secara keruangan (spasial) mempengaruhi debit puncak dan
c. Pengkombinasian informasi, yaitu untuk limpasan permukaan.
mengintegrasikan data yang terkadang • Kelembaban tanah.
berasal dari sumber berbeda dalam skala, Kadar kelembaban tanah
system proyeksi serta cara penyimpanan. berpengaruh terhadap kapasitas
d. Analisa Informasi, yaitu mempelajari dan infiltrasi dimana tanah yang
menginterpretasi data/informasi yang lembab yang menyebabkan
telah diproses untuk keperluan tertentu. limpasan yang semakin besar.
• Kelembaban tanah.
4. Limpasan Permukaan (Surface Kadar kelembaban tanah
Runoff). berpengaruh terhadap kapasitas
Air hujan yang turun ke bumi
infiltrasi dimana tanah yang
mengalami siklus hidrologi yaitu penguapan
lembab yang menyebabkan
(evapotranspirasi), penyerapan oleh tanah
limpasan yang semakin besar.
(infiltrasi), dan limpasan permukaan bumi
• Kondisi meteorologi yang lain.
(surface run off). Limpasan diidefinisikan
bagian air yang mengalir diatas permukaan
tanah. Genangan didefinisikan endapan air C. METODOLOGI PENELITIAN
yang tidak mengalirkan limpasannya ke Untuk mempermudah pemahaman
saluran pembuangan. terhadap langkah-langkah (prosedur)
penelitian, berikut disajikan diagram alir
pengolahan data (gambar 1). Hasil akhir

ISBN 978-979-99321-6-1 3
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

yang diharapkan dari penelitian adalah antar satu wilayah dengan wilayah
berupa peta genangan wilayah Studi. yang lain. Batas wilayah berupa
batas desa, batas kecamatan, dan
batas kabupaten.
2. Citra Landsat TM7 (Terkoreksi)
a. Pemotongan Citra.
Proses pemotongan citra (cropping)
bertujuan untuk mendapatkan citra
digital yang hanya meliputi daerah
penelitian sehingga pemrosesan
data menjadi lebih efektif. Proses
pemotongan citra secara sederhana
dilakukan dengan menampilkan
citra berdasarkan masukan
koordinat geografis yang
membatasi daerah penelitian.
b. Penajaman.
Penajaman citra ini didasarkan
pada pemetaan kembali tingkat
kepekatan dalam suatu citra setelah
mengalami perubahan
(transformasi), dan bentuk
Gambar 2. Metodologi Penelitian transformasi ini tergantung pada
kriteria yang dipilih. Adapun
Penjelasan Flowchart pengolahan Data. lingkup operasi peningkatan mutu
1. Peta Rupa Bumi (RBI) Indonesia citra yaitu peningkatan kontras,
a. Digitasi potongan kepekatan, peningkatan
Melakukan digitasi peta RBI ketajaman tepi, peningkatan warna,
Kabuapten Bojonegoro. Proses menonjolkan obyek utama.
digitasi meliputi : Penajaman citra bertujuan untuk
 Peta Kontur. peningkatan mutu citra, yaitu
Peta kontur adalah peta yang menguatkan kontras kenampakan
memberikan informasi tentang yang tergambar dalam citra digital.
koordinat secara tiga dimensi (x,y,z) c. Klasifikasi.
dari setiap titik pada permukaan Klasifikasi citra secara digital
daerah Lamongan. Interval kontur merupakan proses pembagian pixel
12.5 meter. ke dalam kelas tertentu. Biasanya
 Peta Jaringan Sungai. tiap pixel merupakan satu unit
Peta Jaringan Sungai adalah peta perpaduan nilai dari beberapa band
yang memberikan informasi jaringan spektral. Dengan membandingkan
sungai sehingga dapat diketahui suatu pixel dengan pixel lainnya
aliran air sungai tersebut. Di samping yang diketahui identitasnya, akan
itu juga memberikan informais memudahkan untuk memasukkan
tentang badan air dan batas laut. kelompok yang memiliki pixel
serupa ke dalam kelas yang cocok
 Peta Administrasi. untuk kategori informasi yang
Peta Administrasi adalah peta yang diperlukan oleh pengguna data
memberikan informasi batas wilayah remote sensing. Klasifikasi citra

ISBN 978-979-99321-6-1 4
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

bertujuan untuk mengelompokkan 5. Peta Tata Guna Lahan – Peta


dan melakukan segmentasi terhadap Limpasan dan Genangan Air Hujan
kenampakkan – kenampakkan yang Peta tata guna lahan – limpasan dan
homogen dengan menggunakan genangan air hujan adalah overlay
teknik kuantitatif. Klasifikasi citra peta tata guna lahan dengan peta
yang dilakukan adalah klasifikasi limpasan dan genangan air hujan dan
terbimbing. Klasifiksi citra dibagi ke peta administrasi. Hal ini bertujuan
dalam beberapa kelas yaitu badan untuk mengetahui tata guna lahan
air, jalan, pemukiman, sungai, pada area limpasan dan genangan air
tambak, tanah, dan vegetasi. hujan.
d. Digitasi 6. Peta DEM - Limpasan dan Genangan
Melakukan proses digitasi obyek Air Hujan
sesuai dengan hasil klasifikasi obyek. Peta DEM – limpasan dan genangan
Hasil digitasi tersebut menghasilkan air hujan adalah overlay DEM dengan
peta : peta limpasan dan genangan air hujan
 Peta Tata Guna Lahan dan peta administrasi. Hal ini
Peta Tutupan Lahan adalah peta yang bertujuan untuk mengetahui
memberikan informasi wilayah ketinggian pada area limpasan dan
sesuai dengan peruntukannya. Peta genangan air hujan.
tutupan lahan diklasifikasi menjadi 7. Peta Isohyet - Limpasan dan
badan air, jalan, pemukiman, sungai, Genangan Air Hujan
Peta isohyet – limpasan dan genangan
tambak, tanah, dan vegetasi.
air hujan adalah overlay peta isohyet
 Peta wilayah Limpasan dan
dengan peta limpasan dan genangan
Genangan Air Hujan
air hujan dan peta administrasi. Peta
Peta wilayah banjir adalah peta yang
isohyet dibuat menggunakan data
memberikan informasi wilayah yang
curah hujan rata-rata tahun 2000-
terkena dampak dari limpasan dan
2009. Hal ini bertujuan untuk
genangan air hujan. mengetahui tinggi curah hujan pada
3. Pembuatan DEM area limpasan dan genangan air hujan.
DEM merupakan penggambaran 8. Analisa
relief bumi dengan sebuah model di a) Analisa peta limpasan dan
dalam komputer. DEM akan genangan air hujan tentang
menghasilkan model 3D dari luasan limpasan dan genangan
permukaan di Kabupaten air hujan.
Bojonegoro. DEM diperoleh dari b) Analisa dari overlay peta
pengolahan peta kontur administrasi dengan peta
menggunakan aplikasi 3D analyst limpasan dan genangan air hujan
pada software ArcView 3.3. untuk mengetahui limpasan dan
4. Peta Dampak Limpasan dan genangan air hujan yang
Genangan Air Hujan berdampak pada batas
Peta dampak limpasan dan genangan administrasi.
air hujan adalah overlay peta limpasan c) Analisa dari overlay peta tata
dangan genangan air hujan, peta guna lahan dengan peta
jaringan sungai dengan peta limpasan dan genangan air hujan
administrasi. Hal ini bertujuan untuk untuk mengetahui tata guna
mengetahui limpasan dan genangan air lahan pada area limpasan dan
hujan yang berdampak pada batas genangan air hujan.
administrasi.

ISBN 978-979-99321-6-1 5
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

d) Analisa overlay dari DEM 2. Penajaman Citra


dengan peta limpasan dan Penajaman Citra Landsat TM7 akan
genangan air hujan. untuk dilakukan dengan meningkatkan kontras
mengetahui ketinggian pada area warna dan cahaya dari suatu citra sehingga
limpasan dan genangan air hujan. memudahkan untuk interpretasi dari analisis
e) Analisa overlay peta isohyet citra. Pada penajaman citra kali ini
dengan peta limpasan dan dilakukan dengan menggunakan modifikasi
genangan air hujan. Peta isohyet histogram. Histogram adalah suatu tampilan
digunakan data curah hujan rata- grafik dari distribusi frekuensi relatif dalam
rata tahun 2000-2009. Hal ini suatu dataset. Suatu kotak analog
bertujuan untuk mengetahui transformasi akan menampilkan histogram
tinggi curah hujan pada area data masukan dan data keluaran setelah
limpasan dan genangan air hujan. ditransformasi dan garis transformasi.
9. Peta Visualisasi Limpasan dan
Genangan Air Hujan dengan faktor
Penyebab dan Dampaknya
Peta visualisasi limpasan dan genangan
air hujan dengan faktor penyebab dan
dampaknya merupakan hasil overlay
antara peta administrasi, peta jaringan
sungai, peta limpasan dan genangan air
hujan, peta tata guna lahan, DEM, peta
isohyet. Peta tersebut yang mampu
memberikan infromasi luasan, faktor
penyebab, dan area dampak limpasan
dan genangan air hujan.

D. HASIL DAN DISKUSI


1. Pemotongan Citra Landsat TM7 Gambar 4. Penajaman dengan
Proses pemotongan citra (cropping) histogram
dilakukan pada daerah Bojonegor yang
dilalui oleh sungai Bengawan Solo. 3. Klasifikasi Citra
Pemotongan dapat dilakukan dengan Pada citra Landsat TM7 terkoreksi di
menggunakan menu map computation / daerah Kabupaten Bojonegoro terdapat
annotation pada ER Mapper 7.0 streapping yang tidak begitu menghambat
proses klasifikasi karena ketika proses
klasisifikisi dilakukan, di orientasikan
menggunakan peta RBI Kabupaten
Bojonegoro.
Klasifikasi yang dilakukan pada citra
Landsat TM7 menggunakan klasifikasi
visual. Hasil dari klasifikasi citra Landsat
TM7 yaitu berupa Peta tutupan lahan yang
diklasifikasi menjadi 8 kelas yaitu :

a) Sungai
b) Pemukiman
c) Badan Air
Gambar 3. Hasil Pemotongan Citra Landsat d) Jalan
TM7 Kabupaten Bojonegoro

ISBN 978-979-99321-6-1 6
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

e) Vegetasi mempresentasikan data permukaan bumi


f) Tanah atau model permukaan digital
g) Tambak (Prahasta,2001). Hasil TIN di buat menjadi
h) Awan sebuah pemodelan yang di kenal dengan
DEM.
Tabel 1. Jenis dan luas area tutupan lahan Pembuatan DEM dikelompokkan
No Jenis Tutupan Area (Ha) Area (%)
menjadi dua yaitu DEM di daerah limpasan
dan genangan air hujan dan DEM secara
Lahan keseluruhan pada Kabupaten Bojonegoro.
1. Sungai 74119.68 8,47% Kedua DEM tersebut memiliki ketinggian
2. Pemukiman 90316.71 10,32% yang sama yaitu 0-175 m. DEM
diklasifikasi menjadi 14 kelas dengan
3. Badan Air 9987.48 1,14%
interval 12.5 m. Berikut ini DEM Sepanjang
4. Jalan 67695.21 7,74% Sungai Bengawan Solo Kabupaten
5. Vegetasi 294101.73 33,61% Bojonegoro, dan DEM Kabupaten
6. Tambak 89.55 0,01% Bojonegoro.
7. Tanah 338287.86 38,66%
8. Awan 500.85 0,06%
Total 875099,07 100%

Gambar 6. Hasil DEM Kabuapten


Bojonegoro
Gambar 5. Peta Tata Guna Lahan
Kabuapten Bojonegoro 5. Peta Limpasan dan Genangan Air
Hujan
4. Pembuatan DEM Peta dampak limpasan dan genangan
Peta kontur dibuat dari Peta Rupa Bumi air hujan adalah overlay peta limpasan dan
Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000. Kontur genangan air hujan dengan peta jaringan
dibuat dengan menghubungkan titik sungai, dan peta administrasi . Hal ini
ketinggian yang sama. Dengan skala bertujuan untuk mengetahui limpasan dan
1 : 25.000, peta kontur memiliki interval 12.5 genangan air hujan yang berdampak pada
meter. batas administrasi.
Peta kontur dikonversikan menjadi
jaringan-jaringan segitiga yang di kenal
dengan Triangulated Irregular Network
(TIN). TIN adalah model data vektor
berbasiskan topologi yang digunakan untuk

ISBN 978-979-99321-6-1 7
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Kabupaten Sidoarjo. Program Studi


Magister Teknik Sipil Bidang
Keahlian Penginderaan jauh ITS.
Surabaya.
4. Hardika, Erwin. 2006, Estimasi
daerah Rawan Banjir Menggunakan
Metode Pendekatan Topographic
Wetness Index, http://www.bpdas-
tondano.net/file.upload/ karyailmiah /
rawanbencana banjir.htm. Dikunjungi
pada tanggal 15 Juni 2009.
5. Hardiyanti, Sri P, Interpretasi Citra
Digital, PT.Grassindo press,
Gambar 7. Peta Limpasan dan Bandung.
Genangan di kabupaten Bojonegoro 6. Jawa Timur Dalam Angka 2007,
(01-9-2007), BPS Propinsi Jawa
E. KESIMPULAN Timur.
 Terjadinya genangan air disebabkan 7. Jensen, J.R., 1996, Introductory
oleh banyak faktor, antara lain faktor Digital Image Processing : A Remote
alamiah dan faktor tindakan manusia. Sensing Persepective Second Edition,
Faktor alamiah, diindikasikan oleh Prentice hall Inc., New Jersy.
curah hujan yang tinggi, topografi suatu 8. Lillesend, M.T. and Kiefer, R.W.
daerah dan kondisi alam daerah itu
1987. Remote Sensing and Image
(jenis tanah, bentuk aliran sungai, dsb).
Interpretation. 2 ed. John Wiley and
Sedangkan faktor tindakan manusia
Sons. Canada. P:721.
antara lain: perubahan tata guna lahan
9. Linsley JR, Ray K, Kohler, Max A
akibat penggundulan hutan
dan Paulhus, Joseph L.H, (1982),
(deforestasi) dan perluasan kota.
Hidrologi untuk Insinyur,
F. Faktor penyebab area limpasan dan
genangan air hujan disebabkan oleh Terjemahan, Edisi ketiga, Erlangga,
vegetasi dalam jumlah sedikit di Jakarta.
sepanjang Sungai Bengawan Solo, 10. Pohl, 1996, Communication-Driven
ketinggian yang relatif sangat rendah Alignment of Sparse Data Structures
yaitu 0-12.5 meter. - An Approach Towards Algebraic
Mapping, RWC [2 citations — 1 self].
G. DAFTRA PUSTAKA 11. Pohl, C., 1996, Geometric Aspects of
1. Atang, Ramadhany. 2007, Analisa Multisensor Image Fusion for
Perbandingan Penggunaan Software Topographic Map Uploading In The
Autodesk Land Destop 2004 Dengan Humid Tropics, Ph.D., Dissertation,
Terramodel 9.6 Untuk pengolahan ITC., Publication No. 39, ITC.
data Topografi. Program Studi 12. Prahasta Eddy, 2006, praktis
Teknik Geodesi ITS. Surabaya. penginderaan jauh & pengolahan
2. Benyamin Lakitan. 1991, Dasar – citra dijital dengan perangkat lunak
dasar Klimatologi, Raja Grafindo ER Mapper, Informatika, Bandung .
Persada, Jakarta. 13. Prahasta Eddy, 2001, Sistem
3. Hardaningrum, Farida. 2005, informasi geografis, Informatika
Pemanfaatan Penginderaan jauh Dan press, Bandung, 2001.
Sistem Informasi geografis Untuk 14. Sabins, F.F.Jr., 1986, Remote
Analisa Limpasan Air Hujan di Sensing Principles and

ISBN 978-979-99321-6-1 8
Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya
Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Interpretation Second Edition W.H.


Freeman and Co., Sanfransisco.
15. Tempfli, K. (1991) DTM and
differential modelling. In: Proceedings
ISPRS and OEEPE joint workshop on
updating digital data by
photogrammetric methods,
September 15-17 1991, Oxford,
England / ed. by P.R.T. Newby . -
(OEEPE publication ; 27), pp. 193-
200.
16. Wilson, E.M., (1993), Hidrologi
Teknik, Terjemahan, Edisi keempat,
ITB, Bandung.
17. Wolf, P.R., 1983, Elements of
Photogrammetry : With Air Photo
Interpretation and Remote Sensing,
2nd Edition, McGrow-Hill Book
Company.

ISBN 978-979-99321-6-1 9

Anda mungkin juga menyukai