Anda di halaman 1dari 9

Analisis Dampak Banjir Menggunakan Data SAR

Sentinel-1 Di Kecamatan Sumbermanjing


Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur

Muhammad Rayhan1
1
Mahasiswa Jurusan Geografi (Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia)

E-mail: muhammad.rayhan94@ui.ac.id

Abstrak. Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Bencana banjir merupakan
peristiwa meluapnya volume air menuju daratan akibat sudah tidak dapat tertampung pada badan air.
Dampak dari bencana ini dapat merugikan masyarakat terdapak mulai dari terganggunya aktivitas dan
kehilangan harta dan benda berharga, bahkan dapat menghasilkan korban jiwa. Analisis dampak banjir
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak banjir tahun 2017 di Kecamatan
Sumbermanjing, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data SAR Sentinel-1
dengan memanfaatkan penerapan multi sensor dan multi temporal untuk mendapatkan peta analisis
dampak banjir. Periode yang dipilih dalam penelitian ini dimulai dari tanggal 1 Oktober 2017 sampai
17 Oktober 2017 dan untuk periode sesudah banjir mulai dari 19 Oktober 2017 sampai 25 Oktober
2017. Hasil yang didapatkan pada analisis ini bahwa, luas wilayah yang terjadi banjir sebesar 2.118
hektar, dengan area lahan pertanian terdampak sebesar 216 hektar area lahan perkotaan terdampak yang
lebih besar dengan nilai 324 hektar. Serta diketahui bahwa populasi yang terdampak dari bencana banjir
ini sebesar 2.497 jiwa.
Kata kunci: Google Earth Engine, Kecamatan Sumbermanjing, Banjir, Sentinel-1, SAR

1. Latar belakang
Bencana banjir menjadi sebuah fenomena alam yang berupa kondisi tidak dapatnya wilayah dataran
banjir menampung kuantitas air akibat curah hujan yang tinggi. Banjir merupakan peristiwa
terendamnya suatu daerah yang disebabkan oleh meningkatnya volume air. Kondisi alam dengan
tingkat curah hujan yang tinggi dan banyaknya aktivitas manusia sebagai bentuk alih fungsi lahan dapat
menjadi penyebab banjir. Faktor-faktor yang dapat menybabkan terjadinya banjir yang diantaranya
seperti kondisi topografi, kemampuan infiltrasi pada tanah, dominasi tutupan lahan yang dimiliki, dan
morfologi wilayah. Berdasarkan dari beberapa faktor tersebut dapat digunakan dalam menganalisis
tingkatan bahaya bencana banjir bagi suatu wilayah. Kondisi suatu wilayah yang rentan terhadap
kondisi banjir dapat menjadi sebuah dataran yang rawan banjir jika banyaknya tutupan lahan dan
aktivitas manusia.
Kejadian banjir menimbulkan masalah bagi masyarakat karena dampak yang ditimbulkan seperti
kerugian fisik maupun materi. Bahaya dalam kebencanaan merupakan sebuah potensi bencana yang
dapat terjadi dan menjadi sebuah bencana apabila telah menimbulkan korban berupa harta, benda dan
nyawa (P2MB UPI, 2010). Beberapa riwayat kasus kejadian bencana banjir yang pernah terjadi di
Indonesia menimbulkan kerugian yang sangat besar. Ancaman bencana banjir dapat berdampak pada
kondisi lingkungan dan masyarakat berupa kerusakan, kehilangan, dan kerugian sehingga menimbulkan
sumber masalah tersendiri dalam kehidupan. Dampak yang besar dari bencana banjir ini membuat
perlunya melakukan analisis dampak banjir untuk mengatahui tingkat kerugian di suatu wilayah.
Penginderaan jauh berbasis data radar dapat menjadi solusi dalam membuat analisis dampak banjir
pada suatu Wilayah. Data citra satelit bisa dimanfaatkan untuk mitigasi bencana. Salah satu yang bisa
dimanfaatkan untuk mitigasi bencana adalah citra satelit Synthetic Aperture Radar (SAR). Data SAR
merupakan data citra penginderaan jauh yang menggunakan sensor aktif dengan gelombang mikro dari
spektrum elektromagnetik. Berdasarkan kelebihan yang dimiliki data SAR, maka analisis dampak
banjir dapat dengan mudah dilakukan tanpa mempertimbangkan waktu maupun kondisi cuaca.
Pengolahan data citra berbasis data SAR (Synthetic Aperture Radar) ini menggunakan penginderaan
jauh multi sensor dan multi temporal yang mampu memperoleh informasi mengenai luasan daerah yang
terpapar banjir. Data SAR yang digunakan dalam melakukan analisis ini yaitu jenis Sentinel-1.
Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak banjir untuk mengetahui perubahan yang
terjadi pada sebelum dan setelah kejadian banjir di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang,
Jawa Timur. Alasan memilih lokasi penelitian ini dikarenakan sering terjadinya bencana banjir yang
pernah terjadi di Wilayah Penelitian. Dengan keberadaan analisis ini diharapkan dapat diketahui
dampak apa saja yang diperoleh dari bencana banjir di Wilayah tersebut.
2. Metode Penelitian
2.1. Wilayah Penelitian
Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah dari 33 kecamatan di
wilayah Kabupaten Malang. Secara astronomis Kecamatan Sumbermanjing terletak diantara
112°40’31″ – 112°46’34″ BT dan 8°14’43″ – 8°24’11″ LS. Secara administratif, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan dikelilingi oleh kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Malang. Di sebelah
utara, Kelurahan Sumbermanjing Wetan berbatasan langsung dengan Kecamatan Turen. Sedangkan di
sebelah timur, kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Dampit dan Kecamatan
Tirtoyudo. Di sebelah selatan, Kecamatan Sumbermanjing Wetan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Lalu, di sebelah barat, kecamatan ini juga berbatasan dengan Kecamatan Gedangan. Kecamatan
Sumbermanjing memiliki luas wilayah 27.218,49 Ha atau sekitar 8,04 persen bagian dari Kabupaten
Malang dan berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Mata pencaharian utama
masyarakat Sumbermanjing Wetan adalah petani dan buruh tani dan dengan produk unggulan pertanian
kecamatan ini adalah tebu, kopi, cengkih, dan minyak daun cengkih.
2.2. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan data SAR untuk menganalisis dampak banjir dengan memanfaatkan
penerapan multi sensor dan multi temporal untuk mendapatkan peta analisis dampak banjir. Data SAR
yang digunakan berupa data sentinel-1 level 1 ini merupakan data radar yang sudah diolah dari data
awal atau data mentah. Dengan begitu, dapat dibedakan antara jenis data SAR (SLC dan GRD). Pada
jenis data SAR Level-1 Ground Range Detected (GRD) terdiri dari data SAR yang telah diproyeksikan
ke model Earth ellipsoid. Produk yang dihasilkan memiliki resolusi piksel spasial yang lebih rendah
dan tidak dapat digunakan untuk analisis 3D seperti deformasi lahan. Pada penelitian ini digunakan
jenis data GRD, karena akan menganalisis 2D yaitu analisis banjir. Data jenis ini didapatkan secara
langsung pada website pengolahan google earth engine dengan memasukan coding javascript.

Halaman | 2
2.3. Metode Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengolahan data SAR berbasis Javascript dengan menggunakan
Google Earth Engine. Google Earth Engine merupakan sebuah platform berbasis cloud untuk analisa
data geospasial terutama data raster. Kelebihan dari Google Earth Engine memiliki akses terhadap data
citra satelit dan data lainnya dengan jumlah yang sangat besar dan terus diupdate. Dalam pengolahan
data SAR Sentinel-1 dengan menggunakan Google Earth Engine diperlukan beberapa tahapan untuk
menghasilkan peta analisis dampak banjir di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang.

2.3.1. Pembuatan Repository, Folder, dan File

Pada tahap yang pertama dalam menggunakan Google Earth Engine, diperlukan membuat Repository,
Folder, dan File. Dalam membuat beberapa komponen tersebut yang menjadi tempat penyimpanan.
Tahapan dalam membuatnya dapat dengan memilih NEW yang terdapat pada bar Scripts dan lakukan
pemberian nama pada masing-masing komponen tersebut. Diawali dengan membuat repository, lalu
folder, dan terkahir membuat file.

Gambar 1. Hasil pembuatan repository, folder, dan file

2.3.2. Penentuan Geometri Poligon serta Penentuan Periode Sebelum dan Sesudah Banjir
Dalam proses ini diawali dengan menentukan terlebih dahulu periode sebelum dan sesudah banjir.
Periode tersebut disesuaiakan dengan tanggal terjadinya banjir di Kecamatan Sumbermanjing
Kabupaten Malang. Pada periode sebelum dipilih mulai dari tanggal 1 Oktober 2017 sampai 17 Oktober
2017 dan untuk periode sesudah banjir mulai dari 19 Oktober 2017 sampai 25 Oktober 2017. Setelah
itu, buat polygon area pada wilayah penelitian dengan dengan memilih draw rectangle dan buat
rectangle di sekitar wilayah. Lalu input coding javascript Google Earth Engine untuk menginput
keterangan yang sudah dijelaskan. Dalam penentuan parameter dipilih VH, karena sering digunakan
dalam analisis banjir. Pada pass direction dipilih Descending dan untuk differences threshold sebesar
1.1. bagian keterangan geometry diubah jadi AOI (Area of Interest).

Halaman | 3
Gambar 2. Tampilan proses pembuatan geometry dan periode tanggal

Setelah itu lakukan penginputan data GRD dengan memasukan coding javascript. Dengan keterangan
data Copernicus/SI_Grid dan dilakukan penentuan instrument mode menggunakan IW, lalu
polarization, pass direction, dan resolution meters sebesar 10. Lalu, lakukan penulisan script untuk
keterangan data berdasarkan parameter periode, lalu print data yang terpilih pada console dengan
melakukan extract tanggal dari metadata, dan keterangan print sebelum kejadian dan set print setelah
kejadian.

Gambar 3. Memanggil dan melihat filter data GRD

2.3.3. Mosaik, Noise, dan Menghitung Difference


Pada proses ini diawali dengan membuat mosail pada data yang terpilih yaitu data sebelum banjir dan
setelah banjir dan dipotong sesuai study area. Selanjutnya, dalam langkah noise atau radar speckle
dilakukan dengan melakukan smoothing dengan besaran radius 50 dengan fungsi circle dalam satuan
meter. Pada proses menghitung luasan yang terdampak banjir pada periode sebelun dan setelah banjir
dapat dilakukan dengan ambang batas atau threshold pada wilayah penelitian.

Halaman | 4
Gambar 4. Tampilan Proses membuat Mosaik, Noise, dan Menghitung Difference

2.3.4. Uncertainty
Pada data SAR diperlukan proses meminimalisir Uncertainty atau penekanan ketidakpastian. Dengan
begitu dibuatlah ketentuan pada script Google Earth Engine pada beberapa ketentuan pada analisis ini
seperti badan air permanen dikeluarkan dan pada area tergenang lebih dari >10 bulan/tahun diberikan
nilai 0. Dalam analisis banjir ini hanya menggunakan luasan area yang datar atau dengan kemiringan
lereng atau slope dibawah 5%. Dengan begitu akan meminimalisir ketidakpastian dari hasil akhirnya.

Gambar 5. Tampilan Proses Meminimalisir Uncertainty

2.3.5. Menghitung Luasan Banjir


Dalam menghitung luasan banjir dalam script diawali dengan membuat layer raster dan menjumlahkan
piksel banjir. Setelah itu, diberikan keterangan satuan yang digunakan berupa ha.

Gambar 6. Tampilan Proses Menghitung Luasan Banjir

Halaman | 5
2.4. Analisis Data
Dalam analisis data yang dilakukan pengolahan untuk mendapatkan beberapa informasi mengenai
aspek yang menjadi dampak banjir. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap populasi terdampak,
area lahan pertanian terdampak, dan area lahan perkotaan. Proses awal yang dilakukan dengan
memasukan script yang sudah disediakan mengenai analisis dampak pada populasi terdapmpak.
Pengaturan pada script yang digunakan pada proses ini yaitu dengan menggunakan data populasi global
milik JRC dengan resolusi 250 meter. Sedangkan, dalam menghitung areal lahan pertanian terdampak
menggunakan bantuan data MODIS Land Cover Type Yearly Global dengan resolusi 500 meter. Lalu,
untuk menghitung areal perkotaan terdampak digunakan bantuan data MODIS Land Cover Type Yearly
Global juga. Setelah itu, hasilnya dapat dijadikan menjadi panel peta dengan script yang sudah
diberikan, dan klik run. Selain itu, data juga bias dilakukan export dengan memasukan beberapa script
sebelum di klik run dan akan muncul hasilnya pada toolbar task.

Gambar 7. Tampilan Proses Menghitung Populasi yang Terdampak oleh Banjir

Gambar 8. Tampilan Proses Menghitung Areal Lahan Pertanian yang Terdampak

Halaman | 6
Gambar 9. Tampilan Proses Menghitung Area Lahan Perkotaan yang Terdampak

3. Hasil dan Pembahasan


Kondisi topografi wilayah kepesisiran Kabupaten Malang bagian selatan terdiri atas dataran tinggi dan
dataran rendah atau daerah lembah dengan elevasi 0 hingga 650 mdpl. Daerah dataran tinggi didominasi
oleh kenampakan tebing karst di bagian selatan pada ketinggian 300 hingga 650 mdpl. Berdasarkan
penilaian Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) dari Kabupaten Malang memiliki risiko bencana
banjir yang tinggi. Kecamatan Sumbermanjing memiliki ancaman bahaya bencana banjir yang cukup
tinggi.
Salah satu faktor yang membuat Kecamatan Sumbermanjing mengalami banjir adalah kondisi curah
hujan yang tinggi. Pada saat mengalami intensitas curah hujan yang tinggi, seringkali membuat sungai
tidak mampu menampung debit air. Selain faktor curah hujan yang tinggi, kejadian banjir di Kecamatan
Sumbermanjing juga disebabkan oleh adanya pengendapan yang berasal dari erosi Sub-DAS
Penguluran dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Kondisi ini dikarenakan minimnya vegetasi
penutup serta penggunaan lahan yang tidak tepat pada wilayah sub-DAS nya. Besarnya sedimentasi
yang terlarut pada aliran sungai akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga mampu menimbulkan
genangan atau banjir pada saat volume aliran melebihi kapasitas maksimum sungai.
Untuk dapat menampilkan hasil dalam bentuk layout dengan keterangan judul, peta utama, hasil
analisis, dan legenda diperlukan beberapa proses input script yang sudah disediakan yaitu pada bagian
Membuat komponen aksesoris dan panel informasi tambahan, Panel di sebelah kiri, dan Panel sebelah
kanan. Pada peta utama juga terlihat terdapat warna biru yang menandakan area yang terdampak banjir,
dan warna hijau yang mengindikasikan lahan pertanian yang terdampak. Untuk warna kuning hingga
merah mengindikasikan kepadatan penduduk dari yang paling rendah atau 0 – rentang warna kuning
hingga paling tinggi atau >200 – hingga rentang warna merah.
Berdasarkan hasil dari pengolahan dat berupa peta analisis dampak banjir Kecamatan
Sumbermanjing Kabupaten Malang didapatkan informasi sesuai yang ditetapkan pada analisis data.
Diketahui bahwa luas wilayah yang terjadi banjir sebesar 2.118 hektar. Berdasarkan data GHSL 2015
(250m) diketahui bahwa populasi yang terdampak dari bencana banjir ini sebesar 2.497 jiwa.
Sedangkan, untuk area lahan pertanian terdampak berdasarkan data MODIS Land Cover 2019 (500m)
sebesar 216 hektar. Berdasarkan data yang sama pada analisis area lahan pertanian, didapatkan juga
luasan area lahan perkotaan terdampak yang lebih besar dengan nilai 324 hektar. Hasil yang didapat
dari proses penginderaan jauh menggunakan Google Earth Engine ini hanya didapatkan dari proses
analisis data citra satelit saja tanpa adanya validasi langsung di Wilayah penelitian.

Halaman | 7
Gambar 10. Peta Analisis Dampak Banjir
Kecamatan Sumbermanjing Kabupetan Malang 2017

4. Kesimpulan
Pemanfaatan data SAR jenis Sentinel-1 Level 1 dapat digunakan untuk melakukan analisis dampak
banjir di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang. Dari data ini dilakukan pengolahan dengan
menggunakan pengolahan penginderaan jauh multi sensor dan multi temporal yang mampu
memperoleh informasi mengenai luasan daerah yang terpapar banjir. Hasil kajian yang diperoleh dari
penelitian ini menunjukkan bahwa metode analisis data SAR (Synthetic Aperture Radar) Sentinel-1
sangat potensial digunakan untuk melakukan pemetaan genangan banjir. Maka diketahui besaran luas
terdampak banjir di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang sebesar 2.118 hektar. Berdasarkan
penggunaan lahannya yang paling terdampak terdapat pada area lahan perkotaan sebesar 324 hektar.
Dan besarnya populasi penduduk yang terdampak dari bencana banjir ini didapatkan sebesar 2.497 jiwa.
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bentuk visual untuk menggambarkan dampak dari
bencana banjir di Kecamatan Sumbermanjing, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Halaman | 8
Daftar Pustaka

EMAS2 UI. (2021). Analisis Bencana Banjir Berbasis Data SAR. Penginderaan Jauh Radar.
https://emas2.ui.ac.id/pluginfile.php/1423219/mod_resource/content/2/Minggu%2015
%20%20Analisis%20Bencana%20Banjir%20Berbasis%20Data%20SAR.pdf

Pradana, I. H., Irawan, L. Y., Setiawan, D., Yuliano, F. S., & Mufid, H. A. (2020). Analisis
Daerah Tergenang Banjir di Desa Sitiarjo, Kabupaten Malang Menggunakan Data SAR
(Synthetic Aperture Radar) Sentinel-1. Jurnal Georafflesia: Artikel Ilmiah Pendidikan
Geografi.

Hakim, A. (2018). Sinergitas Masyarakat dan Bidang Kelembagaan Dalam Penanganan


Pemulihan Pasca Bencana Banjir di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing. Jurnal
Kesehatan dan Lingkungan.

Su’ud, M.M & Bisri, M.H. (2019). Studi Kapasitas Masyarakat Sebagai Mekanisme Bertahan
Menghadapi Bencana Banjir di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang. Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran IPS, 4(2).

Kesbangpol & Linmas. (2018). Laporan Kejadian Kebencanaan Wilayah Kabupaten Malang.
Kabupaten Malang: Kesbangpol dan Linmas.

DeVries, B., Huang, C., Armston, J., Huang, W., Jones, J. W., & Lang, M. W. (2020). Rapid
and robust monitoring of flood events using Sentinel-1 and Landsat data on the Google
Earth Engine.

Jaswadi, R. (2012). Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Risiko
Banjir di Kecamatan Pasarkliwon, Kota Surakarta. MGI. 26 (1).

Maulana. (2015). Pemetaan Multi Rawan Bencana di Wilayah Kabupaten Malang Bagian
Selatan dengan Menggunakan Pendekatan Studi Bentang Alam. PUSPICS UGM. 6 (1).

Halaman | 9

Anda mungkin juga menyukai