Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM PENGINDRAAN JAUH APLIKASI DARI PENGINDRAAAN JAUH PADA BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN KERUSAKAN

LINGKUNGAN

Oleh : RAHMAN AGUNG (0910953096) ORRY VERNANDA (0910952062) ROLAN ADHYTIA LADNO (0910952018)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang 2013

BAB I LATAR BELAKANG 1 .1. PENDAHULUAN

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu atau teknologi untuk memperoleh informasi atau fenomena alam melalui analisis suatu data yang diperoleh dari hasil rekaman obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Perekaman atau pengumpulan data penginderaan jauh (inderaja) dilakukan dengan menggunakan alat pengindera (sensor) yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit (Lillesand dan Keifer, 1994). Teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) semakin berkembang melalui kehadiran berbagai sistem satelit dengan berbagai misi dan teknologi sensor. Aplikasi satelit penginderaan jauh telah mampu memberikan data/informasi tentang sumberdaya alam dataran dan sumberdaya alam kelautan secara teratur dan periodik. Salah satu keuntungan dari data citra satelit untuk deteksi dan inventarisasi sumberdaya alam , misalnya penginderaan jauh untuk lahan pertanian adalah setiap lembar (scene) citra ini mencakup wilayah yang sangat luas yaitu sekitar 60 180 km2 (360.0003.240.000 ha). Dengan mengamati daerah yang sangat luas sekaligus, beserta keadaan lahan yang mencakup topografi/relief, pertumbuhan tanaman/ vegetasi dan fenomena alam yang terekam dalam citra memberi peluang untuk mengamati, mempelajari pengaruh iklim, vegetasi, litologi dan topografi terhadap penyebaran sumberdaya lahan dan lahan pertanian (Puslit. Tanah dan Agroklimat, 2000). Ketersediaan data Inderaja/citra satelit dalam bentuk digital memungkinkan penganalisaan dengan komputer secara kuantitatif dan konsisten. Dengan teknologi Inderaja, penjelajahan lapangan dapat dikurangi, sehingga akan menghemat waktu dan biaya bila dibanding dengan cara teristris di lapangan. Pemanfaatan teknologi Inderaja perlu lebih dikembangan dan diaplikasikan untuk mendukung efisiensi pelaksanaan inventarisasi sumberdaya lahan/tanah dan identifikasi penyebaran karakteristik lahan pertanian (lahan sawah, lahan kering, lahan rawa, lahan tidur, lahan kritis, estimasi produksi) terutama pada wilayah sentral produksi pangan dan juga bisa dimanfaatkan untukmitigasi bencana. Jadi penginderaan jauh dapat digunakan untuk kajian lingkungan diantaranya yaitu pemetaan penggunaan lahan, mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab, mendeteksi lahan kritis, pemantauan distribusi sumber daya alam, pemetaan untuk keperluan HANKAMNAS, perencanaan pembangunan wilayah, pemetaan daerah rawan bencana, perencanaan tataruang wilayah, pemantauan degradasi lingkungan dan lainnya. Citra yang dapat dimanfaatkan untuk kajian ini diataranya Landsat, Soyuz, dan SPOT. 1.2. Tujuan 1. Memahami aplikasi Pengindraan jauh untuk menganalisa potensi sumber daya alam 2. Aplikasi Pengindraan jauh untuk mengetahui kerusakan alam misalnya; mitigasi bencana, dampak dan upaya penanganan bencana alam.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Inderaja Terdapat dua macam metode pengindraan jauh di luar angkasa yaitu : 1. 2. Dengan mengirimkan satellite mendekati matahari, bulan, dan planet- planet lainnya. Dengan memasang teleskop pada satellite untuk mengambil gambar galaxy yang jauh dari bumi. Istilah teknik remote sensing pertama kali digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1960-an, mencakup fotogrametri, interpretasi foto, foto-geologi, dan lain-lain. Setelah Landsat-1, yaitu satelit pengamat bumi pertama, diluncurkan tahun 1972 oleh Amerika Serikat, remote sensing semakin digunakan secara luas. Di indonesia istilah remote sensing ini diterjemahkan menjadi penginderaan jauh, atau disingkat inderaja. Ada beberapa definisi tentang penginderaan jauh, yaitu antara lain. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa berhubungan langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji. [Lillesand dan Kiefer, 1994] Remote sensing is defined as the science and technology by which the characteristics of objects of interest can be identified, measured, or analysed without direct contact (Penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi dimana karakter obyek kajian dapat diidentifikasi, diukur, atau dianalisis tanpa bersentuhan langsung) [Shunji Murai, editor.] Obyek, daerah, atau fenomena yang diindera dapat terletak baik di permukaan bumi, di atmosfer, atau pun di ruang angkasa. Pada umumnya sumber data inderaja adalah radiasi atau energi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari suatu obyek. Alat pendeteksi dan perekam data tersebut dinamakan remote sensor atau sensor. Alat ini dipasang pada wahana (platform) seperti pesawat terbang, balon, atau satelit. Karena penginderaan ini dilakukan dari jarak jauh, tanpa berhubungan langsung, diperlukan media penghubung, yaitu berupa energi. Data inderaja dapat berbentuk data citra (image), grafik, atau data numerik. Untuk menjadi informasi, data tersebut harus dianalisis. Proses menganalisis data menjadi informasi seringkali disebut interpretasi data. Bila proses tersebut dilakukan secara digital menggunakan komputer disebut pemrosesan atau interpretasi digital. Analisis data inderaja memerlukan data acuan misalnya, peta tematik, data statistik, atau data lapangan. Informasi yang dihasilkan dari analisis data inderaja dapat bermacam-macam tergantung keperluan, antara lain, klasifikasi tutupan lahan, analisis perubahan suatu tampakan, kondisi sumber daya alam, dan lain-lain. Informasi tersebut dimanfaatkan oleh para pengguna, baik pihak pemerintah, swasta, peneliti, ilmuwan, masyarakat, maupun perorangan, untuk membantu

mereka dalam proses pengambilan keputusan, sebagai landasan bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pembangunan, perencanaan pengembangan wilayah, atau manajemen sumberdaya alam. Dewasa ini sejalan dengan perkembangan teknologi wahana ruang angkasa dan sensor citra, pemanfaatan teknologi inderaja semakin meluas dalam berbagai bidang kajian, antara lain untuk pemetaan, pertanahan, geologi, kehutanan, pertanian, keteknikan, industri, perkotaan, cuaca, kelautan, hankam, kajian bencana alam, pertambangan, kebudayaan, geopolitik, lingkungan dan lain-lain. Terjadinya peningkatan penggunaan teknologi ini, antara lain disebabkan karena: a. Cakupan citra inderaja relatif luas dan lengkap dengan ujud dan posisi obyek menyerupai keadaan sebenarnya, serta rekaman data dapat menjadi dokumentasi. b. Karakteristik obyek yang tidak kasat mata, misalnya perbedaan panas akibat kebocoran pipa, dapat dideteksi melalui citra infra merah panas. c. Pada data citra tertentu dapat memberikan kesan tiga dimensi. d. Perekaman data dilakukan dengan periode waktu yang relatif pendek, e. Mampu memperoleh data untuk daerah yang sulit dijangkau secara teristris. f. Format data berbentuk digital sehingga pengolahannya dapat secara digital. g. Informasi multi-spektral, multi-sensor, multi temporal semakin banyak dan resolusi spasial semakin tinggi. Keseluruhan proses mulai dari perolehan data, penganalisisan data sehingga penggunaan data disebut Sistem Inderaja. 2.2. Keunggulan Penginderaan jauh 1. Citra menggambarkan objek di permukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah luas dan sifat gambar yang permanen. 2. Citra tertentu dapat menggambarkan tiga dimensi jika dilihat dengan stereoskop. Gambaran tida dimensi memungkinkan untuk pengukuran tinggi dan volume. 3. Citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya, contoh: untuk mengetahui kebocoran pipa bawah tanah. 4. Citra dapat dibuat dengan cepat walaupun daerahnya sulit ditempuh memalui darat, contoh: hutan, pegunungan, rawa. 5. Citra sebagai cara pemetaan daerah bencana. 2.3. Pemanfaatan citra penginderaan jauh Daya guna dari citra penginderaan jauh adalah; 1) Pemetaan geologi/geomorfologi 2) Survey tanah, 3) Pemetaan Land Use, 4) Pemantauan sumber daya alam,

BAB III

Proses Pengindraan Jauh dalam Analisa Sumber Daya Alam dan Kerusakan Lingkungan

Untuk bidang sumber daya alam, pengindraan jauh dapat dimanfaatkan dalam memetakan potensi lahan sumber daya alam. Misalnya pengindraan jauh pada bidang pertanian. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang lahan pertanian persawaahan. Sawah merupakan tipe penggunaan lahan yang pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu sawah selalu mempunyai permukaan datar atau yang didatarkan (dibuat teras), di samping itu mempunyai pematang untuk menahan air genangan. Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, sawah dapat dibedakan menjadi sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah lebak dan sawah pasang surut. Tanaman utama lahan sawah adalah padi. Tetapi kenyataannya sawah juga ditanami palawija, sayursayuran, tebu, tembakau dan lain-lain, baik secara rotasi maupun tumpang sari. Semua ini bergantung pada ketersediaan air dan juga karena permintaan pasar. Indikator lain atau fenomena umum yang dapat dipergunakan sebagai ciri atau indikasi keberadaan lahan sawah antara lain sebagai berikut: a. Kenampakan vegetasi: yaitu adanya kebun campuran dan pekarangan/permukiman (umumnya didominasi oleh tanaman tahunan atau buah-buahan). Biasanya petani tinggal di daerah permukiman yang dekat dengan lahan sawah yang mereka garap. b. Kenampakan buatan: yaitu adanya bangunan seperti waduk, dam/bendungan, saluran irigasi, jarring-jaring jalan. Sarana ini merupakan sarana penunjang dalam produksi padi. Ciri-ciri kenampakan tersebut di atas digunakan sebagai acuan (guide) dalam analisis untuk pengenalan sawah. Untuk memudahkan pengenalan (detection) lahan sawah dan tanaman padi pada citra satelit dilakukan pemilihan kombinasi atau gabungan (tiga) band. Hasil perhitungan nilai OIF citra satelit Landsat TM yang dianalisis dan digunakan dalam indentifikasi lahan sawah disajikan pada Lampiran 1. Nilai OIF tertinggi hasil perhitungan berturut-turut adalah kombinasi band 5,4 dan 3 kombinasi band 5,4 dan 2 dan kombinasi band 5,4 dan 1 dengan nilai IOF berturut-turut 77,36; 68,53 dan 67,68. Data digital dengan ketiga kombinasi band tersebut bila didisplay dengan menggunakan filter standard (merah, hijau dan biru) akan menghasilkan tampilan mendekati warna sebenarnya (nearly true color) sehingga memudahkan interpreter dalam mengenal obyek untuk mendeteksi lahan sawah, dan tanaman padi dan berbagai tipe penggunaan/lainnya. Gambar kenampakan lahan sawah dan tanaman padi pada citra satelit Landsat Thematic Mapper Gabungan band 5,4, dan 3 disajikan pada Gambar 1.

Nilai reflektansi kondisi lahan sawah dan perkembangan pertumbuhan tanaman padi disajikan pada Tabel 1.

Nilai rataan reflektansi (nilai spektrum/pixel) lahan sawah dan berbagai tipe penggunaan/penutupan lahan hasil analisis citra satelit disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 4, pada tabel dan gambar ini data diambil contoh didaerah lampung.

Pada Tabel 2 dan Gambar 4, terdapat kecenderungan nilai reflektan sebagian besar jenis penggunaan lahan pada band 1, band 2 dan band 7 (kecuali sawah dan waduk) mempunyai kesamaan atau kemiripan nilai pixel dan selang kelasnya kecil/ sempit, sehingga penggunaan kombinasi band 1, band 2 dan band 7 tidak akan menghasilkan hasil analisis klasifikasi penggunaan/penutupan lahan yang baik. Pada band 5 dan band 4, terlihat hampir semua jenis penggunaan lahan mempunyai selang kelas nilai pixel dengan jenis penggunaan lahan lainnya yang cukup jelas perbedaannya. Dengan demikian kombinasi gabungan antara band 5 dan band 4 dianggap cukup baik untuk identifikasi dan klasifikasi tipe penggunaan/penutupan lahan. Berdasarkan analisis nilai IOF-nya, ternyata gabungan band 5 dan band 4 dan salah satu band lainnya cukup baik dalam deteksi dan klasifikasi penggunaan/penutupan lahan termasuk untuk deteksi dan klasifikasi lahan sawah dan penyebarannya. Untuk sumber daya alam dan kerusakan lingkungan terdapat beberapa foto yang terkait tentang makalah yang dibuat.

LAMPIRAN

REFERENSI

http://earthy-moony.blogspot.com/2011/10/manfaat-citra-penginderaan-jauh-untuk.html http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/docs/213_doc_5.pdf http://vickybiologi.blogspot.com/2012/10/melestarikan-keanekaragaman-hayati.html http://paparisa.unpatti.ac.id/paperrepo/ppr_iteminfo_lnk.php?id=208 http://fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/15/aplikasi-penggunaan-satelit-penginderaan-jauhdi-indonesia-pada-pengendalian-masalah-lingkungan/

Untuk keperluan pengolahan data digunakan personal computer (PC) yang kompatibel dengan sistem operasi Microsoft Windows XP. Adapun perangkat lunak yang digunakan ialah ER-Mapper versi 6.4, Arc-Info 3.5, Arc-View versi 3.1, dan Adobe Photoshop versi 6.0. Data citra satelit yang diolah dibagi dalam tiga warna berbeda yaitu merah, hijau, dan biruf/ed, green, blue/ RGB), untuk menghasilkan citra yang lebih jelas dilakukan proses penajaman. Penajaman pada objek menggunakan ERMapper. Pewarnaan dimaksud untuk membedakan antara objek yang satu dan objek lainnya pada citra. Metode Optimum Index Factor (OIF) adalah nilai statistik yang dapat digunakan untuk memilih kombinasi optimal dari tiga Kanal pada citra satelit menggunakan komposit warna. Hasil kombinasi optimum band didapat dari masing-masing kombinasi 3-Kanal yang menghasilkan 'informasi' (= satu nilai tertinggi) dari kombinasi tersebut berupa nilai jumlah tertinggi dari standar deviasi. Pertimbangkan daftar input peta yang memuat 7 band, bernama tmb1, tmb2, ... tmb7. Untuk setiap kombinasi tiga band dalam daftar peta, nilai OIF dihitung melalui rumus sederhana yang menggunakan standar deviasi dari band dan koefisien korelasi antara pasangan band. Menghitung Optimum Index Faktor. Output OIF nilai: Setelah matriks kovarians-varian atau matriks korelasi telah dihitung untuk daftar peta masukan, Anda dapat menampilkan peringkat OIF kombinasi nilainilai dan band yang sesuai dengan mengklik tombol Keterangan tambahan di kotak dialog Properties dari daftar peta masukan. Nilai-nilai OIF disimpan dalam file definisi objek dari daftar peta (. MPL). Algoritma: 1. Pertama jumlah kemungkinan kombinasi dari tiga band dalam daftar peta ditentukan sebagai:

dimana: N adalah jumlah band dalam daftar peta. untuk 3 band, hanya ada 1 kombinasi; untuk 4 band, ada 4 kombinasi; untuk 5 band, ada 10 kombinasi; untuk 6 band, ada 20 kombinasi, dan untuk 7 band, ada 35 kombinasi. 2. Kemudian, untuk setiap kombinasi tiga band, yang OIF dihitung sebagai:

dimana: Stdi Stdj Stdk Corrij Corrik Corrjk standar deviasi dari band i standar deviasi dari band j standar deviasi dari band k koefisien korelasi i band dan band j koefisien korelasi i band dan band k koefisien korelasi j band dan band k

3. Akhirnya, nilai-nilai OIF peringkat terbenttuk

Anda mungkin juga menyukai