BLOK PENGELOLAAN
SUAKA MARGASATWA BENTAYAN
KABUPATEN BANYUASIN DAN MUSI BANYUASIN
PROVINSI SUMATERA SELATAN
PALEMBANG, 2023
LEMBAR PENGESAHAN
BLOK PENGELOLAAN
SUAKA MARGASATWA BENTAYAN
KABUPATEN BANYUASIN DAN MUSI BANYUASIN
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Disusun di : Sekayu
Pada tanggal :
Oleh :
Kepala Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan,
RINGKASAN EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karuniaNya maka Dokumen Evaluasi Penataan Blok Suaka Margasatwa (SM)
Bentayan, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan dapat diselesaikan.
Evaluasi zona/blok pengelolaan adalah kegiatan untuk menilai
perkembangan penerapan kriteria dan kegiatan zona pengelolaan atau blok
pengelolaan KSA/KPA maupun membandingkan perkembangan dari realisasi
masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap penerapan
kriteria dan kegiatan sebagai dasar pengambil keputusan tindakan yang
diperlukan di dalam penyesuaian kriteria dan kegiatan pada zona pengelolaan
atau blok pengelolaan KSA/KPA. Evaluasi Blok Pengelolaan SM Bentayan ini
dibuat dalam rangka efektifitas pengelolaan kawasan melalui penyesuaian
terhadap kondisi tertentu dimana kegiatan-kegiatan pengelolaan tidak dapat
secara maksimal terkendala penetapan blok sebelumnya. Evaluasi blok ini juga
disusun dalam rangka penyesuaian dengan regulasi penetapan kawasan yang
baru.
Evaluasi blok pengelolaan SM Bentayan disusun dengan berpedoman
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.76/Menlhk-Setjen/2015 tentang Kriteria Zona Pengelolaan Taman Nasional
dan Blok Pengelolaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya, dan
Taman Wisata Alam serta Peraturan Direktur Jenderal KSDAE Nomor : P.14/
KSDAE/SET/KSA.0/9/2016 tentang Petunjuk Teknis Evaluasi Zona Pengelolaan
atau Blok Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Terima kasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
berpartisipasi aktif dalam penyusunan Dokumen Evaluasi Blok Pengelolaan SM
Bentayan Provinsi Sumatera Selatan ini serta semua pihak yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran demi penyempurnaan Dokumen ini.
Palembang, Desember 2023
Kepala Balai KSDA Sumsel,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
DESKRIPSI KAWASAN
A. LOKASI
Kawasan SM Bentayan memiliki luas 23.634,15 ha. Secara geografis, SM
Bentayan terletak pada 10338’-1044’ Bujur Timur dan 204’ – 239’ Lintang Selatan.
Secara administrasi pemerintahan, SM Bentayan masuk wilayah Kabupaten Musi
Banyuasin seluas 16.103,07 ha (69,35%) dan Kabupaten Banyuasin seluas 7.116,93 ha
(30,65%). Kawasan SM Bentayan yang masuk Kabupaten Musi Banyuasin antara lain
Kecamatan Bayung Lencir yaitu Desa Mangsang, Kecamatan Tungkal Jaya yaitu Desa
Simpang Tungkal, Beji Mulyo, dan Suka Damai. Adapun kawasan SM Bentayan yang
masuk Kabupaten Banyuasin di Kecamatan Tungkal Ilir yaitu Desa Bentayan dan Desa
Keluang.
Kawasan SM Bentayan berbatasan langsung dengan wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara berbatasan dengan hutan produksi (Eks HPH Silva)
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Simpang Tungkal
- Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan PT ConocoPhillips
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa Keluang/ Desa Bentayan
1 Menteri Pertanian No.276/Kpts/Um/ 06 April 1981 Penunjukan Kelompok Hutan Dangku 19.300
4/1981 dan sekitarnya seluas 29.080 Ha dan
kelompok Hutan Bentayan seluas 19.300
Ha yang terletak di DaerahTingkat II
Musi banyuasin dan Daerah Tingkat I
Sumatera Selatan
2 Menteri Pertanian No. 27 Desember Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Dati 29.080
925/Kpts/Um/4/1982 1982 I Sumatera Selatan seluas ±4.624.950
Ha sebagai Kawasan Hutan
Selatan
9 Menteri LHK SK.454/MENLHK/ 17 Juni 2016 Perubahan atas keputusan Menteri 23.634,15
SETJEN/PLA.2/6/2016. Kehutanan No. SK.866/Menhut-II/2014 (shp)
tanggal 29 September 2014 Kawasan
Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi
Sumatera Selatan.
C. HASIL-HASIL INVENTARISASI POTENSI
a. Potensi Flora dan Fauna
Kriteria yang digunakan dalam evaluasi zonasi pengelolaan ini yaitu sensitivitas
ekologi dan sensitivitas sosial. Sensitivitas ekologi merupakan tingkat kepekaan yang
digunakan untuk menilai potensi keanekaragaman hayati, kondisi dan kualitas habitat,
sumber air sebagai penyedia dan penyimpan air, serta karakter fisik kawasan yang
dapat menjadi faktor area terkonsentrasinya aktivitas satwa liar serta sebagai pembatas
keanekaragaman hayati terhadap interaksi manusia. Sensitivitas sosial merupakan
tingkat kepekaan yang digunakan untuk penilaian aktivitas sosial masyarakat di dalam
maupun di sekitar kawasan yang dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik kawasan dan
akan berdampak terhadap perubahan fungsi ekologis kawasan konservasi dan
berpotensi kehilangan potensi keanekaragaman hayati. Kriteria faktor sensitivitas
ekologis terdapat empat sub - faktor yang dinilai, yaitu:
1. Sebaran Satwa
2. Tutupan Lahan
3. Kelerengan/Kontur
4. Sumber Air
Sedangkan kriteria factor sensivitas social terdapat dua sub – factor yang dinilai,
yaitu :
1. Jarinagn Jalan
2. Pemukiman (Daerah Penyangga Kawasan)
Masing - masing faktor dan sub-faktor dilakukan skoring bobot oleh pengguna
metode berdasarkan tingkat kepekaan dilapangan. Berikut gambaran kriteria skoring
bobot dari masing - masing faktor dan sub - faktor:
GOAL
Penataan zonasi
Pengelolaan sesuai
dengan fakta di lapangan
FAKTOR FAKTOR
Eksistem
Eksistem Asli, Buatan/Rusak
2. Eksistem Sekunder,
Penutupan Lahan*² Belum Pernah /Lahan Kosong/
Pernah Berubah
Dirusak Dirambah/
Bukan Hutan
3. Kelerengan/Kontur*³ >10° 1 - 10° 0 - 1°
4. Sumber Air*⁴ <200 m 200 – 300 m >300 m
Keterangan
*¹) Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam radius (jarak) tersebut menunjukkan tanda-
tandakehadiran, aktivitas, dan jejak satwa liar (suara, kotoran, cakaran, jejak, dll)
*²) Angka tersebut menunjukkan kondisi tutupan lahan
*³) Angka tersebut menunjukkan kondisi kelerengan/kontur lahan
*⁴) Angka tersebut menunjukkan radius (jarak) dari sumber air
Dari keempat faktor tersebut dilakukan penjumlahan skor pada setiap faktor–
faktor tersebut. Data yang sebelumnya berupa data vektor diubah menjadi data raster
yang mana pada data raster setiap pixel yang telah diberi nilai sesuai dengan skor
constraints pada setiap sub - faktor. Penjumlahan skor dilakukan dengan nilai constraint
dari setiap pixel tersebut dikalikan dengan bobot dari setiap sub faktor lalu hasilnya
akan dijumlahkan semuanya sehingga mendapatkan jumlah nilai angka tertentu yang
mewakili pixel hasil tersebut yang menunjukkan hasil dari penjumlahan tersebut
terhadap tingkat sensitivitas ekologi. Proses yang dilakukan sama seperti pada proses
dalam analisis yang hasilnya diperuntukkan untuk pemukiman, bahkan dapat
menggunakan data yang sama sehingga pada penjelasan dibawah penetepan nilai
constraints untuk sensitifitas ekologi dilewatkan.
Setelah sensitifitas ekologi selesai, maka proses selanjutnya penetapan nilai
constraints pada setiap Sub–Faktor sensitivitas sosial dengan penjelasan skor adalah
rendah (skor 1), sedang (skor 2), dan tinggi (skor 3). Nilai constraints (pembatas) pada
sub - faktor sensitifitas sosial sebagai berikut:
Keterangan:
*¹) Angka tersebut menunjukkan radius (jarak) dari jaringan jalan.
*²) Angka tersebut menunjukkan radius (jarak) dari pemukiman di daerah penyangga
kawasan
*³) Angka tersebut menunjukkan radius (jarak) dari potensi wisata alam di daerah
penyangga kawasan
Sama seperti penentuan tingkat sensitifitas sosial sebelumnya dari kedua faktor
tersebut dilakukan penjumlahan skor pada setiap faktor–faktor tersebut. Data yang
sebelumnya berupa data vektor diubah menjadi data raster yang mana pada data raster
setiap pixel yang telah diberi nilai sesuai dengan skor constraints pada setiap sub -
faktor. Penjumlahan skor dilakukan dengan nilai constraint dari setiap pixel tersebut
dikalikan dengan bobot dari setiap sub faktor lalu hasilnya akan dijumlahkan semuanya
sehingga mendapatkan jumlah nilai angka tertentu yang mewakili pixel hasil tersebut
yang menunjukkan hasil dari penjumlahan tersebut terhadap tingkat sensitifitas sosial.
Proses yang dilakukan sama seperti pada proses dalam analisis yang hasilnya
diperuntukkan untuk pemukiman.
Lalu setelah semua hasil skoring dari kedua kriteria faktor tersebut didapatkan
maka pada tahap selanjutnya menggabungkan kedua faktor tersebut untuk
mendapatkan hasil dari penjumlahan nilai sensitifitas sosial dan ekologi
BAB III
DESKRIPSI MASING-MASING BLOK
Luas
No Arahan Blok Ha %
1 Perlindungan 1.349 5,81
2 Rehabilitasi 21.725 93,56
Subblok Rehabilitasi 7.790 34,15
A
Intensif
Subblok Rehabilitasi untuk 6.328 27,74
B
Pengayaan Tanaman
Subblok Rehabilitasi untuk 7.607 33,35
C
Pengayaan Jenis
3 Pemanfaatan 100 0,43
4 Lainnya 46 0,2
Total 23.220 100
A. Blok Perlindungan
Blok perlindungan adalah blok dengan kekhasan/ keunikan dan/atau
keanekaragaman satwa liar yang ditujukan untuk melindungi habitat guna kelangsungan
hidup satwa liar tersebut.
1. Tujuan Penetapan
Tujuan penetapan blok perlindungan SM Bentayan adalah untuk upaya
perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang
peka terhadap gangguan dan perubahan khususnya satwa Gajah, Harimau, Tapir dan
Beruang Madu.
2. Pertimbangan Penetapan Blok
Blok perlindungan SM Bentayan ditentukan dengan pertimbangan :
a. Merupakan areal yang sudah memiliki fungsi perlindungan ekosistem yang
berperan sebagai habitat satwa.
b. Merupakan habitat spesies Gajah, Harimau, Beruang Madu dan Tapir.
3. Kegiatan yang Dilakukan
Dalam aktivitas pengelolaannya, kegiatan yang boleh dilakukan di dalam blok
perlindungan adalah :
a. Perlindungan dan Pengamanan
b. Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
c. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan
d. Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak permanen dan terbatas untuk
kegiatan pendidikan, penelitian dan pengelolaan.
B. Blok Rehabilitasi
Blok rehabilitasi atau restorasi merupakan bagian kawasan konservasi yang di
dalamnya dapat dilakukan kegiatan pemulihan kembali atas kerusakan kawasan dan
potensi sumberdaya alam, agar dapat berfungsi atau mendekati fungsi seperti sebelum
mengalami kerusakan.
Blok rehabilitasi merupakan blok dimana areal/bagian kawasan mengalami
degradasi/kerusakan dan diperlukan/dilakukan upaya pemulihan habitat sesuai kondisi
awalnya untuk menunjang peningkatan daya dukungnya. Bagian kawasan yang menjadi
prioritas rehabilitasi merupakan areal dengan tingkat tekanan kerusakan tinggi dan areal
rentan/kritis, yang disebabkan oleh fenomena kebakaran dan tekanan degradasi lahan
(perambahan lahan).
Blok rehabilitasi SM Bentayan dikelola dengan arahan dasar subblok yang
didasarkan pada sistem grid dengan kriteria-kriteria yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Tiga sub blok tersebut adalah :
1. Tujuan Penetapan
Tujuan penetapan blok rehabilitasi adalah untuk :
a. Mengembalikan fungsi habitat sesuai fungsi awalnya dan mengembalikan
keberlangsungan proses-proses ekologis ekosistem.
b. Mencegah dan menanggulangi bentuk tekanan terhadap kerusakan/degradasi
kawasan SM Bentayan.
c. Sebagai bentuk kolaborasi pengelolaan dengan masyarakat sekitar yang dapat
dilibatkan dalam proses rehabilitasi kawasan.
2. Pertimbangan Penetapan Blok
Blok rehabilitasi di SM Bentayan ditunjuk berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
a. Adanya perubahan fisik lahan yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian
habitat dan ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia.
b. Kemudahan aksesibilitas untuk menunjang kegiatan rehabilitasi lahan.
3. Kegiatan yang Dilakukan
Dalam aktivitas pengelolaannya, kegiatan yang boleh dilakukan di dalam blok
rehabilitasi adalah :
a. Perlindungan dan pengamanan.
b. Pemanfaatan kawasan dan potensinya untuk kegiatan penelitian, pendidikan
c. Rehabilitasi dan restorasi ekosistem dengan jenis dan tumbuhan asli dan prospektif,
d. Habitat improvement.
C. Blok Pemanfaatan
Blok pemanfaatan merupakan bagian SM Bentayan yang letak, kondisi, dan
potensi alamnya dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengetahuan,
dan kondisi/ jasa lingkungan.
1. Tujuan Penetapan
Blok pemanfaatan SM Bentayan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pengembangan bidang pendidikan dan penelitian terkait rehabilitasi lahan untuk
mendukung terwujudnya habitat satwa liar.
2. Pertimbangan Penentuan Blok
Blok pemanfaatan di SM Bentayan ditunjuk berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Adanya kebutuhan untuk mengembangkan model rehabilitasi khusus untuk
pengembangan habitat satwa liar
b. Akses mudah dan ketersediaan SDM di sekitarnya.
3. Kegiatan yang Dilakukan
Dalam aktivitas pengelolaannya, kegiatan yang boleh dilakukan di dalam blok
pemanfaatan adalah Pembuatan demplot model rehabilitasi lahan untuk habitat satwa
liar.
D. Blok Lainnya
Blok yang ditetapkan karena adanya kepentingan khusus guna menjamin
efektivitas pengelolaan SM Bentayan. Blok lainnya antara lain : blok perlindungan
bahari, blok koleksi tumbuhan dan/atau satwa, blok tradisional, blok rehabilitasi, blok
religi, budaya, dan sejarah, dan blok khusus.