Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dengan luas total 816.693.40 hektar
merupakan salah satu Taman Nasional terluas di Pulau Kalimantan dengan tingkat
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Terdapat 8 (delapan) tipe ekosistem yang terbagi
ke dalam 4 Sub Daerah Aliran Sungai, yaitu Sub DAS Embaloh, Sub DAS Sibau, Sub DAS
Mendalam dan Sub DAS Hulu Kapuas. Kawasan TNBK terbentuk atas 8 (delapan) formasi
tipe ekosistem, yaitu: 1).Hutan Dipterocarpaceae Dataran Rendah, 2).Hutan Dipterocarpaceae
Bukit, 3).Hutan Aluvial, 4).Hutan Rawa, 5).Hutan Berbatuan Kapur, 6).Hutan Subgunung,
7).Hutan Gunung dan 8).Hutan Sekunder Tua. Ekosistem yang lengkap merupakan habitat
berbagai satwa langka/endemik dan dilindungi seperti Orangutan (Pongo pygmaeus
pygmeaus), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Kelampiau (Hylobates muelleri), Jenis-
jenis burung khususnya burung Enggang (Bucerotidae). Selain satwa juga terdapat jenis-jenis
tumbuhan langka/ endemik/ dilindungi, antara lain Pohon Ulin/belian (Eusideroxylon
zwagerii), kantong semar (Nephentes spp), bunga raflesia (Raflesia sp.) dan bunga bangkai
(Amorphophallus sp.).
Pelestarian kekayaan jenis ekosistem sebagai habitat flora dan fauna serta pelestarian
populasi spesies-spesies penting merupakan mandat kelola kawasan TNBK. Potensi lain yang
tidak kalah menariknya sehingga kawasan ini perlu dikelola dengan baik adalah adanya
objek-objek wisata yang berskala internasional, seperti kegiatan memancing di alam liar,
rafting, animal watching (burung, orangutan, dll), tracking, dll. Keberadaan masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan dengan kekhasan sosial, budaya dan ekonominya menjadikan
pengelolaan kawasan TNBK menjadi lebih dinamis, untuk dapat mengakomodir kebutuhan
kehidupan sehari-hari mereka. Terdapat dua Desa (Bungan Jaya dan Tanjung Lokang) berada
di dalam dan sebanyak 7 (tujuh) desa yang berada di daerah penyangga. Secara umum etnis
masyarakat Dayak yang berada di dalam dan sekitar kawasan adalah Iban, Tamambaloh,
Taman, Kantu’, Kayan, Bukat dan Punan hovongan. Bentuk interaksi masyarakat terhadap
kawasan TNBK adalah pengambilan ikan di sungai, berburu babi hutan, pengambilan
tanaman obat-obatan, pengambilan emas di sungai dan pengambilan gaharu.
Visi pengelolaan TNBK adalah “Mewujudkan Taman Nasional Betung Kerihun
Sebagai Pusat Pelestarian Keanekaragaman Hayati pada Kawasan Konservasi Lintas Batas di
Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) “. Visi tersebut dijabarkan ke dalam 6 (enam) Misi,

1
yaitu; 1). Meningkatkan kualitas data keanekaragaman hayati yang benar (valid), dapat
dipertanggungjawabkan (reliable) dan mutakhir (up-to-date) serta menyediakan informasi
keanekaragaman hayati yang akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan
(relevance), 2). Membangun perencanaan kelola keanekaragaman hayati yang dapat dicapai
(realistis), menghindari pemborosan sumberdaya (ekonomis), menyesuaikan kondisi
(fleksibel) yang didasari atas partisipasi para pihak khususnya masyarakat lokal, 3).
Meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan, pengawetan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, 4). Membangun dan mengintensifkan
komunikasi, koordinasi dan kerjasama para pihak dalam upaya meningkatkan dukungan
pengelolaan keanekaragaman hayati kawasan Taman Nasional Betung Kerihun, 5).
Memberikan dan membuka peluang akses pemanfaatan potensi kawasan berupa jasa
lingkungan dan hasil hutan bukan kayu serta ruang partisipasi aktif masyarakat lokal dalam
pengelolaan keanekaragaman hayati dan 6). Meningkatkan kinerja kelembagaan melalui
peningkatan kapasitas SDM, pemenuhan sarana dan prasarana pengelolaan, penyediaan
anggaran kelola yang realistis dan berkelanjutan, serta penyempurnaan Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK). Sedangkan tujuan pengelolaan TNBK adalah: 1). Menjamin
kelestarian fungsi ekosistem sebagai habitat berbagai jenis flora dan fauna langka dan
dilindungi serta sebagai The Water Tower DAS Kapuas, 2). Meningkatkan populasi
Orangutan, Beruang Madu, Kelampiau dan Berbagai jenis burung khususnya Rangkong, 3).
Meningkatkan keberdayaan dan peran serta masyarakat adat/ lokal dalam pengelolaan
kawasan melalui penguatan kelembagaan, kerjasama pemanfaatan potensi kawasan (HHBK,
Air, Wisata, dll) dan 4). Menguatkan lembaga kelola konservasi. Kawasan TNBK terbagi
menjadi 1). Zona Inti seluas 385.368 ha (48,17%), 2). Zona Rimba seluas 231.529
ha(28,94%), 3). Zona Pemanfaatan seluas 24.859 ha (3,11%), 4). Zona Religi seluas 10.196
ha (1,27%), 5). Zona Tradisional seluas 143.894 ha (17,99%) dan Zona Khusus Pemukiman
seluas 4.154 ha (0,52%).
1.2 Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pohon pakan Orangutan
Kalimantan(pongo pygmaeus pygmaeus).
1.3 Manfaat
Manfaat Kegiatan magang ini diharapkan bisa memperoleh data dan dapat memberikan
informasi mengenai identifikasi jenis pohon pakan Orangutan Kalimantan(pongo pygmaeus
pygmaeus).yang ada di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun sehingga dapat dijadikan
informasi
BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional Betung Kerihun

Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) memiliki luas ± 800.000 Ha ditunjuk melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 467/Kpts-II/95 tanggal 5 September 1995.
Melalui proses pengukuhan yang panjang, akhirnya TNBK ditetapkan melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 3075/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 23 April
2014 dengan luas kawasan 816.693,40 Ha. Memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
menjadi habitat berbagai satwa dilindungi seperti; Orangutan (Pongo pygmaeus), Kelampiau
(Hylobates muelleri), Beruang Madu (Helarctos malayanus), memiliki keragaman jenis-jenis
burung dan keadaan alam yang sangat indah menjadi alasan utama kawasan Betung Kerihun
ditetapkan sebagai Taman Nasional. Selain keberadaan biodiversity yang luar biasa tinggi
keragamannya, posisi dan letak geografis TNBK sungguh luar biasa pentingnya dari segi
pengaturan tata air (The Water Tower) hulu Sungai Kapuas, kawasan konservasi lintas batas
(Transfrontier Reserve) karena berbatasan langsung dengan Lanjak Entimau Wildlife
Sanctuary dan Batang Ai’ National Park di Sarawak-Malaysia, dan politik pertahanan dan
kedaulatan negara karena sepanjang ± 368 Km panjang batas kawasan berbatasan langsung
dengan Malaysia. Karena nilai penting tersebut keberadaan kawasan TNBK menjadi salah
satu alasan utama Kabupaten Kapuas Hulu dideklarasikan sebagai Kabupaten Konservasi
pada tahun 2003.

2.2 Populasi Orangutan


Perkiraan populasi P.p.pygmaeus terbaru berjumlah antara 3.000-4.500 individu dan
tersebar di luasan habitat lebih dari 750.000 ha. Habitatnya terletak di Utara - Barat
Kalimantan (Indonesia) dari Utara Sungai Kapuas ke Utara-Timur Sarawak (Malaysia),
dengan populasi inti berpusat di empat kawasan konservasi: Taman Nasional Batang Ai dan
Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary (BALE) di Sarawak - Malaysia dan Taman Nasional
Betung Kerihun (TNBK) juga Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) di Kalimantan Barat
- Indonesia (Singleton et al. 2004; Soehartono et al. 2007; Wich et al. 2008).
Dalam laporan hasil survey WWF Indonesia (Tjiu et al., 2010) ada sekitar 1.030
individu orangutan (550-1.830), dengan jumlah dua pertiga dari populasi terkonsentrasi di
wilayah DAS Embaloh di sisi barat TNBK, yang terhubung dengan Cagar Alam Lanjak -
Entimau di Sarawak - Malaysia (Ancrenaz, 2006). Survey yang dilakukan di Taman Nasional

3
Batang Ai (2003-2004) dan Cagar Alam Lanjak Entimau (2005-2007) menemukan sekitar
2.000 individu (tidak dipublikasikan WCS Malaysia, 2009). Populasi orangutan di Taman
Nasional Betung Kerihun tersebar secara acak, dimana individu tersebar tidak merata di
kawasan konservasi. Ada variasi dalam kelimpahan dengan lebih banyak satwa yang
terkonsentrasi di hutan dataran rendah di bawah 500 m dpl,di Indonesia khususnya di sekitar
kawasan Taman Nasional Betung Kerihun populasi orangutan menunjukkan kecenderungan
menurun (Tjiu et al., 2010). Faktor penyebab yang paling utama adalah degradasi habitat oleh
pembalakan liar, konversi hutan skala besar untuk pertanian dan perkebunan, kebakaran
hutan dan perburuan liar untuk perdagangan hewan peliharaan dan makanan. Ancaman
kepunahan kera besar ini bahkan lebih tinggi di hutan di luar kawasan konservasi karena ada
permintaan yang besar untuk lahan-lahan hutan untuk perkebunan komersial dan pertanian,
dan ancaman terhadap populasi secara langsung.
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Strategi Rencana Aksi Konservasi Orangutan
Nasional 2007-2017 (Soehartono et al., 2007). Di dalam dokumen ini terdapat lima strategi
salah satunya adalah strategi monitoring evaluasi dan pengelolaan konservasi orang-utan
yang di dalamnya mencakup aspek penelitian orang-utan.
Pada dasarnya habitat orangutan juga perlu dikelola melalui kerjasama multi-pihak untuk
melindungi dan melestarikan kawasan yang dianggap penting namun informasi mengenai
habitatnya sendiri masih sangat terbatas. Sebagai contoh misalnya dengan menciptakan dan
memelihara koridor (112.975 ha) antara TNBK dan TNDS dimana kawasan ini telah
dibangun stasiun penelitian untuk pemantauan permanen di Bukit Peninjau, Dusun Meliau,
Desa Melemba, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

2.3 Habitat Orangutan


Orangutan terutama hidup di dataran rendah, dan kepadatan tertinggi terdapat diantara
ketinggian permukaan laut sampai sekitar 200-400 m (Payne 1988; van Schaik & Azwar
1991). Batas ketinggian ini mungkin lebih mencerminkan keberadaan tipe makanan yang
disukai daripada karena faktor-faktor iklim. Di dataran rendah orangutan juga tidak tersebar
merata. Berdasarkan tinjauan pustaka yang tersedia, dan dari data survey orangutan di
Kalimantan dan Sumatera, orangutan diketahui lebih umum terdapat di dekat sungai-sungai
kecil atau besar dan di dekat rawa-rawa; kepadatan tertinggi terdapat di petak-petak hutan
aluvial kecil di lembahlembah sungai, dan di hutan-hutan gambut (pasang surut) di dekat
rawa-rawa, atau diantara sungai-sungai. Alasan utama orangutan lebih menyukai lingkungan

4
ini hampir pasti bahwa di dekat sungai lebih banyak pohon buah yang disukai (Meijaard,
2001).

2.4 Pohon Pakan Orangutan


Pakan orangutan dapat berubah-ubah tergantung pada jenis pakan yang tersedia dalam
ruang dan waktu. Orangutan pada dasarnya termasuk primata frugivora. Saat sedang musim
buah, akan orangutan dapat seluruhnya bersumber pada paka buah, dan saat bukan musim
buah, alternatif pakan orangutan adalah dedaunan (25%), kulit kayu (37%), buah (21%), dan
serangga (7%) (Napier dan Napier, 1985). Sumber pakan terpenting adalah buah ara ( Ficcus
sp.) yang berbuah sepanjang tahun. Orangutan juga merupakan pengumpul pakam oportunis,
yaitu memakan apa saja yang dapat diraihnya, termasuk madu pada sarang lebah.
Kegemarannya pada makanan yang tidak biasa ditemui dan tersebar acak di habitatnya,
menyebabkan orangutan selalu bergerak dalam rangka mencari makanan kegemarannya. Saat
bukan musim buah orangutan akan lebih aktif bergerak dibandingkan pada saat musim buah.
Orangutan memiliki kemampuan luar biasa dalam menemukan sumber makanan yang kecil,
jarang dan tersebar acak. (Mac Kinnon, 1974)

5
BAB III
KEADAAN UMUM TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN
3.1 Sub Das Embaloh

Bentuk Sungai Embaloh lebih lebar dari Sungai Tekelan dan batu-batu masifnya tidak
terlalu dominan. Kondisi vegetasi di pinggir sungai cukup rapat dengan kanopi yang saling
bertemu pada beberapa lokasi. Semakin ke hulu terdapat beberapa air terjun kecil di pinggir
Sungai Embaloh dan semakin menambah keseruan penjelajahan sungai ini. Satwa-satwa yang
sering terlihat di pinggiran sungai adalah Burung Raja Udang, Burung Elang, bahkan
kelompok Enggang yang terbang di atas ketinggian. Kelompok primata monyet Ekor Panjang
dan Kelasi juga bisa dijumpai dalam perjalanan ini. Karakteristik sungai yang terdapat di
daerah perhuluan adalah terdapat hamparan batu di pinggir sungai seperti pasir di pinggir
pantai. Beberapa tempat diperhuluan sungai Embaloh ini bisa dijumpai beberapa karangan
yang bisa menjadi alternatif lokasi “rest area”. Pada musim kemarau akan lebih menarik jika
berkemah di lokasi karangan ini karena lebih dekat dengan sungai. Pada salah satu anak
sungai Embaloh, yaitu tepatnya di Sungai Dajoh terdapat potensi air terjun yang menjadi
salah satu destinasi wisata di Sub DAS Embaloh ini. Karena letaknya di Sungai Dajoh,
penamaan air terjun ini sesuai dengan nama sungai tersebut. Lokasi Air Terjun ini berada di
Zona Tradisional yang dapat ditempuh dengan berperahu selama 10 menit dari Riak Tapang,
kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 15 menit dimulai dari muara sungai.
Ketinggian air terjun adalah sekitar 7 meter serta mempunyai telaga yang cukup luas
untuk mandi. Lokasi Camping Ground Tekelan terletak di muara Sungai Tekelan dibangun
sebagai sarana akomodasi bagi wisatawan yang datang ke lokasi Embaloh. Beberapa fasilitas
pendukung telah dilengkapi seperti tapak kemah, toilet, dapur, sarana air bersih dan jalan
interpretasi di sekitar lokasi. Dalam beberapa kurun waktu terakhir,Camping Ground Tekelan
ini menjadi tempat favorit bagi kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Betung Kerihun wi
layah Sub DAS Embaloh. Pengunjung yang menginap dapat merasakan sensasi tinggal di
atas kanopi pohon sambil mengamati satwa terutama burung,serta primata yang memang
banyak penyebarannya di sekitar Riak Tapang ini. Terdapat juga jalan interpretasi di sekitar

6
Riak Tapang dalam rangka pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional B etung
Kerihun . Beberapa flora dan fauna yang menarik dapat dijumpai di jalan interpretasi ini
adalah Babi Hutan (Susbarbatus), Rusa (Muntiachus munt jak), Kelompok Burung, Pohon
Ubah (Syzigium sp.), Kensurai (Dipterocarpus oblongifoli us),Meranti(Shorea sp.) dan
lainnya.

3.2 VISI dan MISI


VISI
“Mewujudkan Taman Nasional Betung Kerihun sebagai Pusat Pelestarian
Keanekaragaman Hayati pada Kawasan Konservasi Lintas Batas di Jantung Kalimantan
(Heart of Borneo) “
MISI
1. Meningkatkan kualitas data keanekaragaman hayati yang benar (valid), dapat
dipertanggungjawabkan (reliable) dan mutakhir (up-to-date) serta menyediakan informasi
keanekaragaman hayati yang akurat (accurate), tepat waktu (timelines) dan relevan
(relevance);
2. Membangun perencanaan kelola keanekaragaman hayati yang dapat dicapai (realistis),
menghindari pemborosan sumberdaya (ekonomis), menyesuaikan kondisi (fleksibel) yang
didasari atas partisipasi para pihak khususnya masyarakat lokal;
3. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan, pengawetan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati secara berkelanjutan bersama masyarakat;
4. Membangun dan mengintensifkan komunikasi, koordinasi dan kerjasama para pihak dalam
upaya meningkatkan dukungan pengelolaan keanekaragaman hayati kawasan Taman
Nasional Betung Kerihun;
5. Memberikan dan membuka peluang akses pemanfaatan potensi kawasan berupa jasa
lingkungan dan hasil hutan bukan kayu serta ruang partisipasi aktif masyarakat lokal
dalam pengelolaan keanekaragaman hayati;
6. Meningkatkan kinerja kelembagaan melalui peningkatan kapasitas SDM, pemenuhan
sarana dan prasarana pengelolaan, penyediaan anggaran kelola yang realistis dan
berkelanjutan, serta penyempurnaan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK).

3.3 Letak, Luas dan Sejarah Kawasan


Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) adalah kawasan konservasi terbesar di
Propinsi Kalimantan Barat yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu. Secara administratif

7
termasuk dalam wilayah empat kecamatan yaitu Kecamatan Putussibau Utara, Kecamatan
Putussibau Selatan, Kecamatan Embaloh Hulu, dan Kecamatan Batang Lupar. Secara
geografis TNBK terletak diantara koordinat 112010’ 47” BT - 1036’ 35” LU dan 114012’ 49
BT” - 0036’ 26” LU .
Kawasan TNBK memiliki total area 816.693,40 hektar atau sekitar 27,37% dari luas
total Kabupaten Kapuas Hulu. Total garis perbatasan TNBK sepanjang 784 km yang terbagi
menjadi sepanjang 368 km berbatasan dengan Malaysia, 138 km dengan batas Propinsi
Kalimantan Timur, dan berbatasan dengan hutan lindung sepanjang 278 km (TNBK 2014).
Walaupun kawasan TNBK hanya berada dalam satu wilayah Kabupaten, namun
batas-batas wilayahnya meliputi batas Negara dan batas Provinsi. Batas-batas dimaksud
adalah:
‫٭‬ Sebelah Utara berbatasan dengan Malaysia (Sarawak),
‫٭‬ Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur,
‫٭‬ Sebelah Selatan berbatasan dengan hutan lindung Kabupaten Kapuas Hulu,
‫٭‬ Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Lanjak/Nanga Badau.
Penunjukan kawasan konservasi ini pada awalnya adalah Cagar Alam (CA) seluas
600.000 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian pada tanggal 12 Oktober 1982,
dan luasnya ditambah menjadi 800.000 ha berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan
No. 118/Kpts-II/1992 pada tanggal 11 Februari 1992. Untuk mengakomodir tujuan
pelestarian keanekaragaman hayati sekaligus mendorong pembangunan sosial ekonomi
masyarakat yang tinggal di sekitarnya pada tanggal 5 September 1995 status Cagar Alam
diubah menjadi status Taman Nasional dengan surat keputusan Menteri Kehutanan No.
467/Kpts-II/1995 dengan nama Taman Nasional Bentuang Karimun. Pada tanggal 2
September 1999, terjadi perubahan nama dari Taman Nasional Bentuang Karimun menjadi
Taman Nasional Betung Kerihun. Perubahan nama ini berdasarkan kondisi di lapangan
bahwa terdapat Gunung Betung di wilayah barat dan Gunung Kerihun di bagian Timur.
Setelah tata batas di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun sudah temu gelang,
pada tanggal 23 April 2014 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.
3075/Menhut-VII/KUH/2014 statusnya ditetapkan sebagai taman nasional dengan luas
816.693,40 ha.

8
3.4 Struktur organisasi
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor:
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional

9
Gambar 1.Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau
Sentarum

3.4.1 Struktur organisasi Bidang PTN 1 Mataso

Kepala Balai Besar


(Ir. Arief Mahmud, M.Si.)

Kabag TU
(Murlan Dameria Pane,
S.Hut., M.Si.)

Bidang PTN I Mataso


(Junaidi, S.Hut., M.Si)

Seksi PTN 1 Seksi PTN I Seksi PTN II Tj.Kerja


Seksi PTN I Lanjak (Wahyu Setiyakusumo,SP)
Lanjak
( Parsaoran Samosir)

Resort Resort Resort Nanga Potan


Sebabai Sadap (M.Hendry MH)
(Arifin, (Ahmad
S.Hut .,M.Sc Rindoan.S.Hut)

10
Fungsional
PEH,PENYULUH,POLHUT
Gambar 2.Struktur Organisasi Bidang 1 PTN Mataso

BAB IV
PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Sistem Kegiata Magang


Saya diletakan di Kantor PTN Bidang Wilayah 1 Mataso, disana saya ditugaskan
untuk mengambil data herpetofauna di SUB Das Embaloh yang berada Diantara Wilayah
Resort Sadap dan Resort Sebababai selama 10 hari dilapangan. Setelah pengambilan data
selesai saya lalu ditugas kan untuk merekap semua data yang telah diambil sekaligus
membantu kegiatan yang ada. Tidak hanya mengambil data di SUB Das Embaloh saya juga
membantu mengambil data pemberdayaan masyaralat di dusun Sadap Desa Benua Sadap
dalam Bidang BioGas disana, tidak hanya itu saya juga membatu Pelatiahan Masyarakat
Peduli Api (MPA) di Kantor Seksi PTN Wilayah 1 Lanjak selama kurang lebih 4 hari dan
membantu penanaman pohon dusun Karangan Bunud di Dusun Benua Sadap pada peringatan
hari Bumi. Dan hari selebihnya saya dan teman teman mengimput atau megolah data di
Kantor Bidang PTN Wilayah 1 Mataso.
4.2 Pelaksanaan Magang
4.2.1 Pengambilan data pohon pakan orangutan di Sungai Takelan, Bukit Santu’ Sub
DAS Embaloh
Pengambilan data dilakukan selama 10 hari dilapangan. Metode yang dipakai pada
saat pengambilan data adalah metode analisis vegetasi pada ukuran plot 20x20 meter. Pada
pengambilan data dilapangan menggunakan table tally sheet yang di mana dari tally sheet
tersebut akan dilakukan pengelompokan jenis pohon pakan orangutan dengan cara
meganalisis data tersebut yang bersumber dari jurnal,internet dan artikel, data yang
didapat kan ada 28 jenis pohon pakan orangutan.
4.2.2 Pemberdayaan masyarakat di desa Sadap Dusun Benua Sadap
Pemberdayaan yang dilakukan adalah pemberdayaan yang sudah ada yaitu
pemanfaatan Biogas. Pemanfaatan biogas didusun sadap ini didapat melalui pengolahan
kotoran hewan dan diolah menjadi bahan bakar berupa energi gas atau api. Pembagunan
biogas ini dimulai sejak tahun 2015 akhir ke 2016 awal. Pembangunan biogas ini dibantu
oleh pemerintah Taman Nasional dan NGO. Tetapi pembangunan biogas ini tidak

11
disalurkan dirumah rumah hanya dibuatkan ruangan yang digunakan seluruh masyarakat
untuk memasak (biasanya untuk membuat kerupuk rebung), dikarenakan tidak cukupnya
biaya dipunya.

4.2.3 Pelatihan pembuatan pupuk cair dari limbah/residu biogas dan pemasangan
alat filter biogas yang dilakukan oleh Dosen Teknik Lingkungan UNTAN di
Biogas Dusun Sadap
Pelatihan ini dilakukan selama 1 hari kepada masyarakat dan kelompok pengelolah
rumah biogas masyarakat di rumah biogas, Output dari kegiatan ini mengajarkan kepada
masyarakat bagaimana cara pembuatan pupuk cair dari menggunakan bahan limbah biogas
yang dimana dapat juga dimafaatkan untuk tanaman pertanian masyarakat. Sedangkan
pada pemasangan alat filter biogas ini berfungsi sebagai pemisah antara uap air dan gas
yang di hasilkan dari biogas tersebut sehigga hasil dari gas tersebut dapat digunakan.
4.3 Pengalaman Positif yang di Peroleh saat Magang
Pengalaman positif yang saya dapat kan saat saya magang di Balai Besar Taman
Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum khusus nya di Bidang PTN Wilayah 1 Mataso
iyalah saya dapat belajar banyak hal mengenai flora dan fauna khusus nya dibidang pohon
pakan orangutan. Pada saat di kantor resort sadap saya di sambut baik oleh Kepala resort dan
Polisi Kehutanan dan saling berbagi pengetahuan tentang flora dan fauna yang ada di
kawasan Taman Nasional Betung Kerihun yang dilindungi. Tidak hanya itu pada saat di desa
saya juga disambut baik oleh masyarakat seperti keluarga sendiri, saya juga diajari cara kerja
dari sistem biogas dan diperkenalkan lahan etnobotani yang ada disana. saya juga banyak
mendapatkan pengalaman baru seperti ritual adat yang dilakukan untuk menyembuhkan anak
dimasyarakat, cara pembuatan pupuk cair dari bahan limbah biogas dan pemasangan alat
filter biogas. Banyak hal positif yang diberikan dan kami sangat berterimakasih atas itu
semua kepada Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum.

12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil

5.1.1. Kondisi Ekologis


Sub DAS Embaloh Daerah Aliran Sungai Embaloh yang terletak di dalam kawasan
TNBK adalah sekitar 55% di bagian hulunya. Dari segi fungsi tata air (hidrologi),kawasan ini
merupakan kawasan yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem seluruh
Sub DAS Embaloh yang bermuara di Sungai Kapuas. Banyak penduduk yang bergantung
pada keseimbangan Sub DAS Embaloh ini, terutama perkampungan antara Banua Martinus
dan Nanga Embaloh. Penduduk diantara kedua desa ini banyak bermatapencarian menangkap
ikan. Karena mobilitas penduduk juga mengandalkan transportasi sungai yang memerlukan
minimal kedalaman tertentu, maka pasokan air dari daerah hulu juga sangat vital. ‘.

A B C

Gambar 3. Akses lokasi menuju kawasan Taman Nasional Betung Kerihun


Pada gambar 1 ini menjelaskan kondisi akses yang dilalui menuju kawasan Taman
Nasional Betung Kerihun yang dimana menyeberangi Sub DAS Embaloh dengan waktu
perjalan yang ditempuh menuju lokasi yaitu 3 jam perjalanan.
5.1.2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data menggunakan metode analisi vegetasi tanaman pada jalur
transek tanaman yang dimana berjalan dalam 1kilometer yang dimana dalam transek tersebut
dibuat plot berukuran 20x20 meter dimana jarak antara plot 200 meter. Dalam pengambilan
data dilapangan menggunakan Tally Sheet dari ukuran plot yang dibuat dalam 1 jalur transek
tersebut, jumlah jalur pengamatan yang dilakukan yaitu 3 Jalur transek yang dimana dalam 1
jalur transek terdiri dari 4 plot pendataan. Panjang jalur pengamatan yaitu 1 kilometer yang

13
dimana jarak antara plot satu dengan yang lain berjarak 200 meter dan plot yang digunakan
dalam pengambilan data berukuran 20x20 meter.

20 20
me m
A ter C et
20
m er
20 meter
et 200 meter 200 meter 200
D meter
20
er
meter
B
20 meter 20 meter
Gambar 4. Desain jalur petak pengamatan
Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pukul 08.00 – 15.00 WIB pengambilan
data ini dilakukan dengan membuat plot ukuran 20x20 meter lokasi dari pengamatan ini
dilakukan dibukit Santu’, kemudian mencatat hasil dari pendataan dilapangan kedalam table
tally sheet seperti diameter pohon,tinggi pohon dan nama lokal pohon seperti dilakukan pada
gambar 3 dibawah ini.

A B C

Gambar 5. Pengumpulan data lapangan di bukit Santu’


5.1.3. Potensi Pohon Pakan Orangutan
Pakan orangutan dapat berubah-ubah tergantung pada jenis pakan yang tersedia
dalam ruang dan waktu. Orangutan pada dasarnya termasuk primata frugivora. Saat sedang
musim buah, akan orangutan dapat seluruhnya bersumber pada paka buah, dan saat bukan
musim buah, alternatif pakan orangutan adalah dedaunan (25%), kulit kayu (37%), buah

14
(21%), dan serangga (7%) (Napier dan Napier, 1985). Sumber pakan terpenting adalah buah
ara ( Ficus spp.) yang berbuah sepanjang tahun. Orangutan juga merupakan pengumpul
pakam oportunis, yaitu memakan apa saja yang dapat diraihnya, termasuk madu pada sarang
lebah. Kegemarannya pada makanan yang tidak biasa ditemui dan tersebar acak di
habitatnya, menyebabkan orangutan selalu bergerak dalam rangka mencari makanan
kegemarannya. Saat bukan musim buah orangutan akan lebih aktif bergerak dibandingkan
pada saat musim buah.
Orangutan memiliki kemampuan luar biasa dalam menemukan sumber makanan yang kecil,
jarang dan tersebar acak. (Mac Kinnon, 1974).
Bedasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan teridentifikasi 10 Jenis pohon
pakan orangutan berjumlah 28 Pohon yang terdapat di Hutan alam Taman Nasional Betung
Kerihun pada Sub DAS Embaloh yang terdiri dari 7 Famili berbeda dan pada family

Family Nama Ilmiah Nama Lokal Jumlah pohon


Anacardiaceae Camnosperma auriculatum Terentang 2 pohon
Pentaspodon motleyi hook.f Pelanjau 2 pohon
Fagaceae Castanopsis Sp Berangan 2 pohon
Quercus Sp Kempilik 9 pohon
Myrtaceae Eugenia Sp Ubah 6 pohon
Ebenaceae Diospyros confertiflora Kayu malam 1 pohon
Euphorbiaceae Elatcriospermaum tapos Kelampai 1 pohon
blume
Burseraceae Canarium Sp Babai 1 pohon
Fabaceae Koompassia malaccensis Kempas 2 pohon
Koompassia excelsa Tapang 2 pohon
Total 28 pohon
Fagaceae banyak di temukan yaitu berjumlah 11 pohon yang terdiri dari 2 jenis pohon
berbeda. Sedangkan famili dari Anacardiaceae, Myrtaceae, Fabaceae, Ebenaceae,
Euphorbiaceae dan Burseraceae merupakan jenis paling sedikit ditemukan yang dimana
dapat dilihat pada table 1 dibawah ini.
Table 1. Data Pohon Pakan Orangutan

15
5.1.4. Hasil Nama-nama pohon yang di indentifikasi

Nama Lokal Nama Ilmiah Familly Jumlah


Keladan Dryobalanops oblongifolia dyer Dipterocarpaceae 7
Kelansau Dryobalanops abnormis Dipterocarpaceae 4
Ubah Eugenia Sp Myrtaceae 6
Terentang Camnosperma auriculatum Anacardiacceae 2
Kempilik Quercus Sp Fagaceae 9
Resak Vatica Sp Dipterocarpaceae 7
Keruing Dipterocarpus kunseleri king Dipterocarpaceae 1
Meranti Shorea Sp Dipterocarpaceae 1
Kumpang Horsfieldia earnosa Myristiceae 2
Jelentik Baccaurea dolichobothys Phyllanthaceae 7
Kayu Malam Diospyros confertiflora Ebenaceae 1
Pelanjau Pentaspodon motley hook.f Anacardiaceae 2
Kempas Koompassia malaccensis Fabaceae 2
Tekam Hopea Spp Dipterocarpaceae 3
Babai Canarium Sp Burseraceae 1
Tapang Koompassia excelsa Fabaceae 2
Merkunyit Shorea assamica Dipterocarpaceae 1
Berangan Castanopsis Sp Fagaceae 2
Engkelung Shorea pauciflora Dipterocarpaceae 2
Perawan Lilin Shorea Sp Dipterocarpaceae 1
Penyauk Dryobalanops Sp Ebenaceae 1
Sepid Unai Shorea Sp Dipterocarpaceae 2
Lelangai Shorea amplexicaulis ashton Dipterocarpaceae 1
Kempilik Quercus Sp Fagaceae 1
Total 69
Tabel 2. Daftar nama-nama pahon yang terindetifikasi
Dari data yang didapat dilapangan dan dilakukan indentifikasi pohon terdapat 69 jenis
pohon yang dimana diantara jenis-jenis pohon tersebut paling banyak muncul yaitu jenis-
jenis pohon yang termasuk dalam keluarga(family) dari Dipterocarpaceaen seperti Keladan
(Dryobalanops oblongifolia dyer), Kelansau (Dryobalanops abnormis), Lelangai (Shorea
amplexicaulis ashton), Sepid unai (Shorea Sp), Perawan lilin (Shorea Sp), Engkelung
(Shorea pauciflora), Merkunyit (Shorea assamica), Tekam (Hopea Spp), Keruing

16
(Dipterocarpus kunseleri king), Meranti (Shorea Sp), Resak (Vatica Sp) sedangkan family
dari Anacardiaceae, Fagaceae, Myrtaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Burseraceae dan
Fabaceae merupakan jenis pohon pakan Orangutan yaitu Terentang (Camnosperma
auriculatum), Pelanjau (Pentaspodon motleyi hook.f), Berangan (Castanopsis Sp),Kempilik
(Quercus),Ubah (Eugenia Sp), Kayu malam (Diospyros confertiflora), Kelampai
(Elatcriospermaum tapos blume), Babai (Canarium Sp), Kempas (Koompassia
malaccensis), Tapang (Koompassia excelsa) yang berjumlah 28 Pohon

17
5.2 PEMBAHASAN
Daftar isi

DESKRIPSI JENIS
1. Campnosperma auriculatum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil
(kelas) : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Camonosperma
Spesies : C. auriculatum
Deskripsi Jenis
Pohon ini adalah sejenis pohon penghuni rawa-rawa dari suku Anacardiaceae yang
dimana dapat digunakan sebagai bahan bangunan yang berkualitas baik,ringan,halus,
mudah di bentuk,bebas dari rayap,serat lurus dan diperdagangkan secara internasional.
Dari biji terentang dapat digunakan sebagai minyak nabati dan minyak lampu dengan
cara di goreng dan dikempa contohnya pada daerah Sumatra Selatan yang mengunakannya
sebagai minyak goreng dan minyak lampu,kayu pohon ini juga dapat dimanfaatkan sebagai
papan,sampan dan baling-baling kincir air sedangkang pada orang-utan sendiri pohon ini
dimanfakan sebagai pakannya pada buah,serat dan daun dari pohon itu sendiri yang
dimana juga 90% oranguran memakan buah-buahan.

2. Pentaspodon motleyi hook.f


Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil
(kelas) : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Pentaspadon

18
Spesies : P.motleyi hook,f
Deskripsi Jenis
Pohon ini merupakan spesies tanaman dalam keluarga Anacardiaceae yang ditemukan
di Indonesia,Malaysia,Papua Nugini dan Kepulauan Solomon yang dimana pohon ini
banyak dijumpai di hutan dataran rendah tepi sungai,kadang-kadang di tempat yang
terganang musiman atau dirawa.
Pohon ini dapat dimanfaatkan buahnya yang dimana dapat dimakan setelah direbus,
minyak dari pohon dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kulit dan
resin yang diperoleh dari batang adalah obat anti-iritasi sedangkan pada orangutan buah
dari pohon ini sering dimakan atau sebagai pakan orangutan.

3. Castanopsis Sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Magnoliophyta
(kelas) : Magnoliopsida
Ordo : Fagales
Famili : Fagaceae
Genus : Castanopsis
Deskripsi Jenis
Barangan merupakan kelompok pohon dalam genus Castanopsis dari suku Fagaceae
yang ditemukan di daerah Taiwan,Indonesia dan jepang serta pohon ini dapat hidup
diiklim tropis dan subtropis, tumbuhan ini tumbuh subur disepanjang tepi sungai dan rawa-
rawa yang dimana pohon yang memiliki buah. sedangkan pemanfaatannya kayu dari
pohon ini digunakan sebagai bahan bangunan, yang dimana pohon ini juga dimanfaatkan
oleh orang hutan sebagai pakan dari orangutan itu sendiri
4. Quercus Sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Magnoliophyta
(kelas) : Magnoliopsida
Ordo : Fagales
Famili : Fagaceae
Genus : Quercus

Deskripsi Jenis

19
5. Eugenia Sp

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil
(kelas) : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Deskripsi Jenis

20
6. Diospyros confertiflora
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil
(kelas) : Rosidae
Ordo : Ericales
Famili : Ebenaceae
Genus : Diospyros
Spesies : D.confertiflora
Deskripsi Jenis
Pohon ini merupakan keluarga dari Ebenaceae yang dimana habitatnya tumbuh di hutan
dataran rendah dan dapat ditemukan di Semenanjung Thailand, Sumatra, Semenanjung
Malaysia dan Kalimantan

7. Elateriospermum tapos blume

21
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil
(kelas) : Rosidae
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Elasteriospermum
Spesies : E. tapos blume
Deskripsi Jenis
Pohon ini tumbuh di daerah perbukitan primer dan hutan sekunder yang dimana
seberannya di Kalimantan, Sumatra, Jawa, Thailand dan Semenanjung Malaysia dan
merupakan keluarga dari Euphorbiaceae pada bagian bijinya dapat dimakan,dimasak atau
dipanggang contohnya di daerah Sumatra bijinya dibuat sebagai pasta dan digunakan
membumbui bererapa jenis sambal.
Pada kayunya digunakan sebagai kayu bakar,gangang pisau penyadap karet dan
digunakan sebagai bahan konstruksi bagunan, buah dari pohon ini merupakan jenis pakan
dari orangutan tersebut dimana orangutan lebih banyak memakan buah-buahan.

8. Canarium Sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Magnoliphyta
(kelas) : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Burseracea
Genus : Canarium
Deskripsi Jenis
Pohon ini merupakan jenis pohon tropis dari keluarga Burseraceae yang tersebar di
daerah Asia Selatan,Nigeria selatan,Madagaskar,India,Tiongkok Selatan,Indonesia dan
Filipina yang dimana dari beberapa jenis dari spesies ini memiliki kacang yang dapat
dimakan seperti kacang galip(C.indicum) dan kacang pili(C.ovatum).
Manfaat lain yaitu pada bagian dalam cangkang ini sering dipakai penganti almond
untuk menghiasi kue dan minyak dari biji yang diekstrak dapat menggantikan minyak

22
kelapa dan pada kayu nya dipergunakan sebagai pembuat dayung dan perahu sedangkang
orang-utan sendiri memanfaatkan kenari(Canarium) sebagai pakan dari orangutan itu
sendiri

9. Koompassia malaccensis

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil
(kelas) : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Koompassia
Spesies : K. malaccensis
Deskripsi Jenis
Pohon ini termasuk suku caesalpiniaceae yang banyak tumbuh di hutan hujan tropis
masuk dalam keluarga Fabaceae yang tersebar di Semenanjung Malaysia, Sumatra, Bangka
Belitung dan Kalimantan tumbuhan ini biasa disebut juga Impas.
Pada pemanfaatannya kayu ini banyak digunakan untuk bahan konstruksi berat,bantalan
kereta api,bangunan kerangka pintu sedangkan buah berupa polong tidak pecah walaupun
saat masak, tumbuhan pohon ini merupakan pakan orang-utan itu sendiri yang dimana dari
buahnya dimakan oleh orangutan.

10. Koompassia excelsa

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
(divisi) : Aniospermae
(Sub divisi) : Eudikotil

(kelas) : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae

23
Genus : Kompassia
Spesies : K. excelsa
Deskripsi Jenis
Pohon ini biasa disebut Tualang yang termasuk dalam suku johar-joharan untuk
pensebarannya di Malaysia Utara,Sumatra,Kalimantan,Thailand dan Filipina. Pohon ini
sebagian besar di hutan hujan dataran rendah.

BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan

24
1. Dari data yang telah saya lakukan terdapat 8 jenis pakan Orangutan di bukit Santu’
yaitu Camnosperma, Auriculatum Pentaspodon Motleyi Hook.F, Castanopsis Sp,
Ouercus Sp, Eugenia Sp, Diospyros Confertiflora Elatcriospermaum Tapos dan
Canarium Sp
2. Dari data pakan Orangutan tersebut family yang paling banyak yaitu Anacardiaceae,
Ebenaceae dan Fagaceae sebanyak 2 jenis dan lainnya terdapat hanya 1 jenis yaitu
Myrtaceae, Euphorbiaceae, dan Burseraceae
Saran
1. Dalam pengumpulan data yang saya lakukan masih ada kekurangan dalam identifikasi
Pohon pakan orangutan sehingga di perlukan dilakukan identifikasi Lagi terhadap
pohon pakan Orangutan

25
DATAR PUSTAKA

Malkmus R, Manthey U, Vogel G, Hoffmann P And Kosuch J. 2002. Amphibians And


Reptiles Of Mount Kinabalu (North Borneo). A.R.G. Gantner Verlag
Kommanditgesell Schaft. FL 9491 Ruggen.
Mediansyah. 2011. Pengenalan Metode Survey Herpetofauna Dilapangan. Pontianak,
Indonesia.
Indraniel Das. 2006. Snake And Other Reptile Of Borneo. U.S.A
TNBK [Taman Nasional Betung Kerihun]. 2000. Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Betung Kerihun Kalimantan Barat 2000-2024. Pontianak (ID): Unit Taman Nasional
Betung Kerihun.
Stebbins, R.C & Cohen, N.W. 1997. A Natural History of Amphibians. Princeton University.
New Jersey.
Das,I. 1997. Conservation problem of tropical Asia’s most threatened turtle, In: Van Abbema,
J. (Ed). Proceeding : Conservation, restro-ration and management of tortoise and
turtle, 295-308.
Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Puslitbang L

Anda mungkin juga menyukai