Anda di halaman 1dari 12

IV.

ANALISIS

A. ASPEK PENGELOLAAN DAN KEBIJAKSANAAN


Kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk mempunyai kharakteristik yang
khas, dimana kawasan ini merupakan daerah perpaduan (Ecotone) antara
ekosistem dataran tinggi dan dataran rendah. Kawasan ini bukan bagian dari
jajaran Bukit Barisan tetapi lepas dan membentuk tipe ekosistem tersendiri.
Daerah Ecotene umumnya mempunyai Biodiversitas yang tinggi baik flora
maupun fauna. Flora dan Fauna yang terdapat didalamnya merupakan perpaduan
jenis yang terdapat pada ekosistem dataran tinggi maupun ekosistem dataran
rendah, yang diantaranya dilindungi oleh Undang-Undang. Jenis tumbuhan
penyusun vegetasi umumnya berasal dari jenis-jenis Meranti (Dipterocapacea),
sedangkan fauna yang ditemukan pada kawasan ini antara lain dari kelompok
mamalia seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatraensis) dan Beruang
Madu (Helarctos malayanus) Juga terdapat kelompok Aves dan Reptilia yang
mempunyai jumlah jenis yang tinggi.
Sebagian dari kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk (620 ha) digenangi air
dari proyek PLTA Koto Panjang. Dengan demikian kawasan ini masuk dalam
wilayah pengelolaan Waduk PLTA Koto Panjang. Waduk PLTA Koto Panjang
merupakan kawasan pariwisata unggulan yang terdapat di Kabupaten Kampar.
Dengan demikian objek wisata ini juga merupakan asset pariwisata yang
menunjang Propinsi Riau.

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 1

Potensi wisata yang berada dalam kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk
beserta potensi Sumber Daya Alam lainnya perlu dikelola secara baik dan
terencana. Pengelolaan pemanfaatan potensi wisata ini perlu dilaksanakan dengan
tanpa meninggalkan pertimbangan akan fungsi konservasi kawasan, yang
ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan
kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia.
Keberadaan kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk saat ini menunjang
dalam peningkatan perekonomian masyarakat.Potensi sumber daya alam dan
ekosistem kawasan yang bernilai ekologis dan estetika cukup tinggi, telah
dijadikan sebagai sumber penghasilan oleh masyarakat di sekitar kawasan.
Tingginya potensi Sumber Daya Alam Cagar Alam Bukit Bungkuk
memerlukan suatu perencanaan pengelolaan yang matang dan terencana. Sehingga
potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkesinambungan.
Perencanaan dalam pengelolaan dapat disusun dalam jangka pendek menengah
dan panjang.
Aspek Pengelolaan dan Kebijaksanaan diarahkan pada kegiatan kegiatan
antara lain mengkaji kegiatan-kegiatan ; pengelolaan sesuai status kawasan cagar
alam yaitu penataan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, perlindungan, pengembangan, pembinaan habitat dan populasi satwa.
Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang terkait dengan
kegiatan penataan dapat dilakukan antara lain, Pemantapan kawasan cagar Alam
Bukit Bungkuk meliputi :
Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 2

Pengukuhan status kawasan yang dimulai dari proses penunjukan,


penataan batas sampai pada proses penetapan status dan fungsi kawasan.

Pemeliharaan batas fisik kawasan termasuk rekonstruksi batas,

Penataan kawasan kawasan berupa identifikasi dan penetapan zona-zona


atau blok-blok pengelolaan,

Identifikasi bagian kawasan Cagar Alam yang kondisinya sudah berubah


atau tidak sesuai dengna fingsinya,

Pengusulan perubahan fungsi bagian kawasan yang kondisinya sudah


beruban
Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang terkait dengan

kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan antara lain meliputi :


-

Perlindungan dan pengamanan batas fisik kawasan

Identifikasi daerah-daerah rawan gangguan,

Perlindungan dan pengamanan kawasan melalui kegiatan sosialisasi tata


batas, baik tata batas luar, tata batas fungsi ataupun tata batas (zona-zona atau
blok- blok pengelolaan),

Pengembangan bentuk-bentuk kemitraan denganmasyarakat sekitar dalam


rangka upaya melindungi dan mengamankan kawasan,

pemasangan tanda-tanda larangan ditempat-tempat strategis,

Penegakan hukum dan pembinaan masyarakat, pembuatan embung air


dalam rangka pencegahan kebakaran hutan,

Pemusnahan hama dan penyakit dan gangguan lainnya terutama jenis-jenis


eksotik.

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 3

Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang terkait dengan


kegiatan pemanfaatan dapat dilakukan antara lain meliputi :
-

Pariwisata alam yang memanfaatkan Sumber Daya Alam dan keindahan


serta keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Bukit
Bungkuk.

Penelitian dilakukan dalam rangka pengambangan konsep-konsep ekologis


dan pemanfaatan potensi yang ada agar dapat dimanfaatkan bagi kesejateraan
masyarakat.

Cinta Alam dapat dilakukan pada kawasan Cagar Alam terutama oleh
siswa, mahasiswa atau Kelompok Pecinta Alam.
Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang terkait dengan

kegiatan pengawasan dapat dilakukan antara lain meliputi :


-

Pembuatan pos-pos penjagaan (barak Polisi Hutan)

Pemberdayaan masyarakat setempat, untuk ikut serta dalam pengawasan


kawasan Cagar Alam.

Penegakan aspek hukum yang lebih tegas terhadap pelanggar yang dengan
sengaja melakukan perusakan pada kawasan Cagar alam.
Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang terkait dengan

kegiatan pengembangan, pembinaan habitat dan populasi satwa dapat dilakukan


antara lain meliputi :
-

Pengembangan mekanisme koordinasi dengan lintas sektoral yang


dilakukan sejak penyusunan rencana pengelolaan sampai pada tahap
pelaksanaan pengelolaan dan pengembangannnya,

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 4

Bersama-sama organisasi pemerintah atau non pemerintah, baik dalam


maupun luar negeri dan masyarakat mengembangkan suatu sistem kemitraam
dalam upaya antara lain : promosi penelitian, pendidikan, wisata dan dan
kegiatan pemanfaatan potensi kawasan untuk kegiatan budidaya dan
penyuluhan konservasi, baik melalui jalur resmi maupun informal tentang
fungsi, tujuan dan manfaat cagar alam.

Pembinaan dititik beratkan pada pemanfaatan satwa yang berada dalam


kawasan Cagar Alam untuk kepentingan kegiatan yang menunjang budidaya.

B. ASPEK SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA


Keanekaragaman jenis flora dan fauna merupakan salah satu aspek sumber
daya alam hayati yang menjadi potensi biotik yang mendasari penunjukan
kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk menjadi kawasan konservasi.
Potensi fauna yang terdapat di kawasan ini ; Beruang Madu (Helarctos
malayanus), Harimau loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Rusa
(Cervus timorensis), Kancil (Tragulus javanicus), Kera ekor panjang (Macaca
fascicularis), Ayam hutan (Gallus gallus), Bubut besar (Centropus cinensis),
Biawak (Varanus salvator), Bunglon (Colates spp) dan lain-lain. Beberapa
diantaranya termasuk jenis satwa liar yang dilindungi Undang-Undang.
Kondisi habitat Cagar alam ini telah mengalami perubahan akibat campur
tangan manusia. Hal ini mengakibatkan mamalia yang dilindungi tersebut di atas
semakin sulit untuk dijumpai. Sedangkan jenis Biawak (Varanus salvator) dan

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 5

Ular sawah (Phyton reticulatus) dapat dikatakan masih banyak terdapat di dalam
kawasan.
Perkiraan jumlah jenis mamalia penting dan dilindungi yang dijumpai di
Sungai Harau kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk terdapat 11 jenis yang terdiri
dari Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) 2 ekor, Beruang madu
(Helarctos malayanus) 6 ekor, Kancil (Tragulus javanicus) 15 ekor, Bajing
terbang (Petaurus elegans) 8 ekor, Kijang (Muntiacus muntjac) 15 ekor, Kukang
(Nycticebus coucang) 7 ekor, Landak (Hystrix bractyura) 15 ekor, Napuh
(Tragulus napuh) 20 ekor, Rusa (Cervus unicolor) 5 ekor, Tapir (Tapirus indicus)
2 ekor dn Ungko (Hylobates agilis) 4 ekor.
Prakiraan jumlah jenis aves di Sungai Harau terdapat 15 jenis yang terdiri
dari Ayam hutan (Gallus gallus) 2 ekor, Balam (Streptopelia chinensis) 4 ekor,
Beo (Gracula religiosa) 1 ekor, Bubut besar (Centropus sinensis) 2 ekor, Cerutut
(Pycnonotus goiavier) 7 ekor, Elang hitam (Spizaetus bartelsi) 4 ekor, Enggang
(Buceros rhinoceros) 3 ekor, Gagak (Cervus enca) 2 ekor, Murai batu (Cocsicus
malabaricus) 1 ekor, Kutilang (Pycnonotus aurigaster) 4 ekor, Layang-layang
(Hirondo striolata) 11 ekor, Penyesip (Dicaeum chrysorrheum) 2 ekor, Perenjak
daun (Phylloscopus trivirgatus) 4 ekor, Raja udang (Halcyon cipensis) 2 ekor
daan Elang bondol (Heliartus indicus) 2 ekor.
Prakiraan jenis mamalia penting dan dilindungi di Sungai Mahat kawasan
Cagar Alam Bukit Bungkuk berjumlah 11 jenis yang terdiri dari Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) 1 ekor, Beruang madu (Helarctos
malayanus) 2 ekor, Kancil (Tragulus javanicus) 6 ekor, Bajing terbang (Petaurus

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 6

elegans) 2 ekor, Kijang (Muntiacus muntjac) 4 ekor, Kukang (Nycticebus


coucang) 3 ekor, Landak (Hystrix bractyura) 4 ekor, Napuh (Tragulus napuh) 2
ekor, Rusa (Cervus unicolor) 3 ekor, Tapir (Tapirus indicus) 1 ekor dn Ungko
(Hylobates agilis) 1 ekor.
Prakiraan jumlah jenis Aves yang terdapat di Sungai Mahat kawasan Cagar
Alam Bukit Bungkuk adalah 12 jenis yang terdiri dari Ayam hutan (Galllus
gallus) 2 ekor, Bondol (Lonchura leucogastroides) 5 ekor, Bubut besar
(Centropus sinensis) 2 ekor, Cerutut (Pycnonotus goiavier) 6 ekor, Cucak
(Pycnonotus zeilanicus) 1 ekor, Elang hitam (Spizaetus bartelsi) 1 ekor, Enggang
(Buceros rhinoceros) 2 ekor, Gagak (Cervus enca) 1 ekor, Pergam (Ducula
lacermulata) 2 ekor, Punai tanah (Treton sp.), Srigunting (Dicrurus annectans) 2
ekor dan Pelatuk gunung (Picus pyctatus) 2 ekor.
Potensi flora terdiri dari beberapa jenis tumbuhan seperti : Meranti
(Shorea sp), Bintangur (Calophyllum spp), Kempas (Koompassia malaccensis
maing), Keruing (Dipterocarpus sp), Balam (Palaquium gulta), Durian Hutan
(Durio sp), Kulim (Scorodocarpus boornensis), Suntai (Palaqium walsurifolium),
Rengas (Gluta renghas) dan lain-lain. Diantara beberapa jenis ini mempunyai
nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Bila dilihat dari tingkat kerapatan vegetasi strata Pohon di kawasan Cagar
Alam Bukit Bungkuk terlihat bahwa jenis Dolik (Cripteromia icak), Kempas
(Koompassia malaccensis), Mahang (Macaranga sp.), Marpuyan (Rhodamnia sp.)
dan Ubar (Eugenia sp) mempunyai kerapatan yang tertinggi.

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 7

Jenis vegetasi strata pohon yang memiliki nilai frekunsi relatif terbesar
adalah jenis Marpuyan (Rhodamnia sp.), kemudian diikuti oleh jenis Mahang
(Macaranga sp.), Ubar (Eugenia sp), Kempas (Koompassia malaccensis) dan
Keruing (Dypterocarpus borneensis).
Dan jenis vegetasi strata pohon yang memiliki Indeks Nilai Penting
tetinggi adalah jenis Ubar (Eugenia sp), kemudian diikuti oleh jenis Marpuyan
(Rhodamnia sp.), Mahang (Macaranga sp.), Keruing (Dypterocarpus borneensis)
dan Petatal (Strombosia javanica).
Tingkat kerapatan vegetasi strata sapling di kawasan cagar Alam Bukit
Bungkuk yang tertinggi adalah jenis Marpuyan (Rhodamnia sp.), Bintangur
(Calophyllum sp), Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Asam kandis (Callophylum
sp.), Gelam (Malaleuca leucodendron), Sungkai (Peronema canescens) dan Ubar
(Eugenia sp).
Jenis vegetasi strata sapling yang memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi
adalah jenis Bintangur (Calophyllum sp), Gelam (Malaleuca leucodendron),
Kemenyan (Styrac benzoin), Marpuyan (Rhodamnia sp.), dan Pasak bumi
(Eurycoma longifolia).
Dan jenis vegetasi strata sapling yang memiliki Indeks Nilai Penting
tertinggi di kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk adalah Bintangur (Calophyllum
sp), kemudian diikuti oleh jenis Marpuyan (Rhodamnia sp.), Gelam (Malaleuca
leucodendron), Pasak bumi (Eurycoma longifolia), Asam kandis (Callophylum
sp), dan Ubar (Eugenia sp).

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 8

Vegetasi pada tingkat strata seedling di kawasan Cagar Alam Bukit


Bungkuk yang terlihat mempunyai kerapatan tertinggi terlihat adalah jenis Asam
kandis (Callophylum sp), Mahang (Macaranga sp.), Gelam (Malaleuca
leucodendron), Keranji (Dialium platysepallum), dan Pasak bumi (Eurycoma
longifolia).
Vegetasi strata seedling yang mempunyai nilai frekuensi relatif yang
tertinggi adalah Mahang (Macaranga sp.), kemudian diikuti oleh jenis Asam
kandis (Callophylum sp), Marpuyan (Rhodamnia sp), Pasak bumi (Eurycoma
longifolia), dan Ribu-ribu (Dyospiros sp).
Vegetasi strata seedling yang mempunyai Indeks Nilai Penting yang
tertinggi di kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk adalah Mahang (Macaranga
sp.), Asam kandis (Callophylum sp), dan Pasak bumi (Eurycoma longifolia).
Melihat potensi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati ini, maka
dapat dikatakan bahwa potensi sumber daya alam hayati dan ekosistem kawasan
ini perlu dilindungi dan dilestarikan keberadaannya, dan dengan disertai
pengelolaan yang baik akan dapat meningkatkan kepariwisataan di kawasan Cagar
Alam ini.

C. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat


Secara tradisional masyarakat di sekitaran Cagar Alam Bukit Bungkuk,
mempunyai hubungan yang erat, baik secara ekonomi maupun secara sosial
budaya dengan hutan disekitarnya. Ada beberapa Desa yang merupakan daerah
yang mempunyai interaksi langsung dengan kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk
Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 9

yang berada pada 2 Kecamatan : 1). Kecamatan Bangkinang Barat : Desa Kuok,
Desa Siabu dan Desa Merangin, 2). Kecamatan XIII Koto Kampar : Desa Pulau
Gadang dan Desa Tanjung Alai. Sedangkan desa-desa lainnya yang berada pada 2
Kecamatan tersebut berada jauh dari kawasan dan interaksi dengan kawasan
hampir dikatakan tidak ada
Dibentuknya kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang mempunyai
tujuan utama melestarikan sumber daya alam, tentunya akan membatasi
pemanfaatan langsung sumber daya alam yang ada bagi masyarakat di sekitarnya.
Dari sinilah biasanya konflik masyarakat lokal dengan Cagar Alam mulai terjadi.
Beberapa permasalahan sosial ekonomi masyarakat di Cagar Alam Bukit
Bungkuk seperti pematokan batas cagar alam di dalam kebun karet milik
masyarakat, pengambilan/penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan lainnya
yang sudah semakin merambah kedalam kawasan hutan, adanya masyarakat yang
berladang di dalam kawasan, hal seperti itu kalau tidak cepat diatasi akan menjadi
konflik yang besar.
Sebagai gambaran yang akan menimbulakan adanya ancaman bagi
kawasan adalah pada jenis pekerjaan penduduk sebagai petani yang dikhawatirkan
akan membuka lahan di kawasan tersebut. Besarnya rumah tangga petani di
Kecamatan Bangkinang Barat + 7.233 dan di Kecamatan XIII Koto Kampar
berjumlah 20.302. Ini merupakan ancaman yang cukup besar. Sedangkan pada
jenis pekerjaan lainnya diperkirakan sama sekali tidak akan memberikan dampak
pada kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk.

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 10

Ditinjau dari segi kebudayaan masyarakat setempat dapat dilihat bahwa


pada umumnya masyarakat di sekitar kawasan adalah orang-orang yang melihat
garis keturunan melalui seorang wanita (Matrilineal). Dalam pemilikan lahan
biasanya dilakukan melalui adanya izin dari mamak (adat) yang biasanya dikenal
dengan sebutan tanah ulayat (16.000 Ha) untuk Kecamatan Bangkinang Barat dan
pada Kecamatan XIII Koto Kampar tidak ditemukan lagi setelah adanya
permukiman kembali masyarakat yang terkena genangan PLTA Koto Panjang.
Menurut informasi yang diperoleh tanah ulayat tersebut berada diluar kawasan
dan lembaga adat di daerah setempat mempunyai aturan yang cukup ketat dalam
pemanfaatan hutan. Hanya saja perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat sekitar
tentang adanya kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk yang berdasarkan survey
masih banyak masyarakat yang tidak mengenal kawasan cagar Alam Bukit
Bungkuk.
Dengan memperhatikan kondisi permasalahan saat ini, jika tidak ada
upaya penanganan yang serius, maka akan bisa dilihat berbagai kecenderungan
yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang, antara lain :
-

Adanya pertambahan penduduk disekitar kawasan Cagar Alam akan


semakin mengikat Cagar Alam Bukut Bungkuk dalam hal pemanfaatan lahan
dan pengambilan hasil hutan di dalam kawasan tersebut.

Adanya kecenderungan kegiatan perladangan dan tanaman kebun karet


rakyat yang semakin masuk ke dalam kawasan Cagar Alam Bukit Bungkuk.
Selain hal-hal tersebut di atas, adanya pembangunan yang sudah atau

sedang dilaksanakan khususnya di sekitar Cagar Alam Bukit Bungkuk yang

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 11

menyangkut pengembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat akan pula


mempengaruhi apa yang akan terjadi di masa datang, misalnya :
-

Adanya pembangunan DAM PLTA Koto Panjang yang berbatasan


langsung dengan Cagar Alam Bukit Bungkuk, akan menambah mata
pencaharian masyarakat di sekitarnya sehingga diharapkan pressure/tekanan
terhadap Cagar Alam Bukit Bungkuk akan semakin menurun.

Adanya pemukiman masyarakat pendatang di sekitar Cagar Alam


Bukit Bungkuk di satu sisi akan berdampak positif berupa penularan teknologi
budidaya pertanian lebih maju, di pihak lain akan meningkatkan resiko adanya
tekanan terhadap Cagar Alam Bukit Bungkuk yang lebih besar.

Adanya berbagai kegiatan pembangunan ekonomi (perkebunan dan


HPH) akan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat desa sehingga
diharapkan tekanan terhadap Cagar Alam akan semakin menurun.

Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk

IV - 12

Anda mungkin juga menyukai