Anda di halaman 1dari 25

Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kawasan konservasi dapat memberikan banyak kontribusi bagi
pengembangan wilayah, dengan menarik wisatawan ke wilayah pedesaan.
Pengembangan pariwisata di dalam dan di sekitar kawasan konservasi juga
merupakan salah satu cara terbaik untuk mendatangkan keuntungan ekonomi
bagi kawasan terpencil, dengan cara menyediakan kesempatan kerja setempat,
merangsang pasar setempat, memperbaiki prasarana angkutan dan komunikasi
(MacKinnon et al., 1986 ).
Dalam UU 5/1990 tentang Konservasi Sumbr Daya Alam dan
Ekosistemnya, telah ditetapkan adanya pengelolaan kawasan koservasi laut,
yaitu suatu wilayah perairan lait, termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang
mencakup tumbuhan dan hewan didalamnya, serta termasuk bukti peningglan
sejarah dan sosial-budaya di bawahnya, yang dilindungi secara hukum atu cara
lain yang efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah
tersebut.
Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan dimana
konservasi sumber daya alam hayati dilakukan.Di dalam peraturan perundang-
undangan Indonesia yang ada, tidak memuat definisi mengenai kawasan
konservasi secara jelas. Adapun pengertian kawasan konservasi yang
ditemukan dan digunakan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA), Departemen Kehutanan adalah “kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru
dan hutan lindung”. Sementara itu istilah-istilah yang lebih dikenal adalah
“kawasan lindung“.
Kawasan konservasi merupakan salah satu cara yang ditempuh
pemerintah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dari
kepunahan. Pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi ditujukan
untuk mengusahakan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS1


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

dan mutu kehidupan manusia.Oleh karenanya keberadaan fungsi-fungsi


keanekaragaman hayati tersebut sangatlah penting.
Sampai saat ini, sejumlah kawasan konservasi telah ditetapkan yang
jumlahnya mencapai 28,166,580.30 ha (mencakup 237 Cagar Alam, 77 Suaka
Marga Satwa, 50 Taman Nasional, 119 Taman Wisata Alam, 21 Taman Hutan
Raya, 15 Taman Buru) di seluruh Indonesia.
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu
dari enam sub-spesies harimau yang masih tersisa di dunia. Kelima sub-
spesies lainnya adalah Harimau Amur/Siberia (Panthera tigris altaica),
Harimau Bengal/India (Panthera tigris tigris), Harimau Indochina (Panthera
tigris corbetti), Harimau China Selatan (Panthera tigris amoyensis), dan
harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) (WWF, 2010). Harimausumatera
merupakan harimau terkecil dari keseluruhan sub-spesies harimau, dengan
panjang mencapai 2,5 meter dan berat 140 kilogram. Warna bulunya lebih
gelap dari jenis harimau lainnya dan bervariasi dari warna kuning kemerahan
sampai oranye gelap dengan belang berwarna hitam. Perburuan, konflik
antara harimau dengan manusia, dan terfragmentasi dan perusakan habitat
alami mereka, mengakibatkan penurunan populasi harimau sumatera secara
signifikan.Oleh karena itu sejak tahun 1996 lembaga konservasi IUCN
mengkategorikan harimau sumatera dsebagai satwa yang Sangat Kritis
Terancam Punah (critically endangered) (Dephut, 2007). Selain itu harimau
sumatera juga masuk dalam CITES Appendix I yang artinya perdagangan
internasional komersial dilarang.
Keberadaan harimau sumatera saat ini menjadi sebuah polemik
tersendiri karena mengakibatkan konflik antara manusia dan
harimau.Rusaknya habitat alami harimau sumatera mengakibatkan satwa ini
tersingkir dari habitat alaminya, sehingga menimbulkan gangguan terhadap
manusia.Serangan harimau sumatera terhadap manusia dan hewan ternak telah
sering terjadi.Serangan harimau sumatera yang menewaskan 3 ekor ternak
sapi terjadi di Desa Talang Kebun Kecamatan Lubuk Sandi Kabupaten
Seluma Propinsi Bengkulu (Kompas, 2008b). Sementara itu dalam kurun
waktu dua tahun terakhir di Popinsi Sumatera Barat tercatat 26 kasus konflik

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS2


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

harimau dengan manusia, sebanyak 16 kasus menghilangkan nyawa manusia


dan sisanya memangsa ternak masyarakat (Kompas, 2008).
Untuk mencegah gangguan harimau sumatera terhadap manusia dan
mempertahankan kelestarian spesies tersebut, maka sangat diperlukan upaya
konservasi terhadap harimau sumatera. Dengan demikian harimau sumatera
dapat dipertahankan kelangsungannya dan terhindar dari kepunahan seperti
yang telah dialami oleh harimau Bali (Panthera tigris balica) dan harimau
Jawa (Panthera tigris sondaica). Kedua harimau tersebut telah punah dalam
50 tahun terakhir. Harimau Bali dan Jawa terakhir kali diketahui
keberadaannya pada akhir tahun 1930-an dan 1970-an.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan koservasi satwa liar?
2. Bagaimana bentuk konservasi satwa liar yang ada di Jatim Park 2 Batu
Malang?
3. Bagaimana kondisi nyata dan kelayakan konservasi satwa liar “Harimau
Sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Jatim Park 2 Batu Malang?
4. Bagaimana solusi yang tepat dalam konservasi satwa liar “Harimau
Sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Jatim Park 2 Batu Malang?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan koservasi satwa liar.
2. Untuk mengetahui bentuk konservasi satwa liar yang ada di Jatim Park 2
Batu Malang.
3. Untuk mengetahui kondisi nyata dan kelayakan konservasi satwa liar
“Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Jatim Park 2 Batu
Malang.
4. Untuk mengetahui solusi yang tepat dalam konservasi satwa liar “Harimau
Sumatra (Panthera tigris sumatrae) di Jatim Park 2 Batu Malang.

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS3


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konservasi
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan.Secara harfiah,
konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya
pelestarian atau perlindungan.Sedangkan menurut ilmu lingkungan,
Konservasi adalah:
 Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi,
atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi
energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama
tingkatannya.
 Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap
lingkungan dan sumber daya alam
 Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang
reaksi kiamia atau transformasi fisik.
 Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap
lingkungan
 Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah
dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari
spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan
lingkungan alaminya.

Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan,


Konservasi [sumber daya alam hayati] adalah pengelolaan sumber daya
alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan
suaka margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara
taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan
Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan,


satwa, atau ekosistem tertentu yangperlu dilindungi danperkembangannya

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS4


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

berlangsung secara alami.Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa


keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.

Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk


tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan
rekreasi.Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam.

Di ekosistem hutan, biasanya konflik konservasi muncul antara


satwa endemik dan pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan).Karena
habitatnya menciut dan kesulitan mencari sumber makanan, akhirnya
satwa tersebut keluar dari habitatnya dan menyerang manusia.Konflik
konservasi muncul karena:

1. Penciutan lahan & kekurangan SDA (Sumber Daya Alam)


2. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada SDA
meningkat (sebagai contoh, penduduk Amerika butuh 11 Ha lahan per
orang, jika secara alami)
3. SDA diekstrak berlebihan (over exploitation) menggeser
keseimbangan alami.
4. Masuknya/introduksi jenis luar yang invasif, baik flora maupun fauna,
sehingga mengganggu atau merusak keseimbangan alami yang ada.

Kemudian, konflik semakin parah jika :

1. SDA berhadapan dengan batas batas politik (mis: daerah resapan


dikonversi utk HTI, HPH (kepentingan politik ekonomi)
2. Pemerintah dengan kebijakan tata ruang (program jangka panjang) yang
tidak berpihak pada prinsip pelestarian SDA dan lingkungan.

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS5


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

3. Perambahan dengan latar kepentingan politik untuk mendapatkan


dukungan suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai sumber
keuangan ilegal.

Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut:

a. Karakteristik, keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan


tropis/'tropical rain forest' yang meliputi pegunungan, dataran rendah,
rawa gambut, pantai)
b. Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan
fauna) khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh
muka bumi), langka, atau terancam punah (seperti harimau, orangutan,
badak, gajah, beberapa jenis burung seperti elang garuda/elang jawa,
serta beberapa jenis tumbuhan seperti ramin). Jenis-jenis ini biasanya
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.
c. Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami.
d. Lansekap (bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai
estetik/scientik.
e. Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global.
f. Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa
liar yang menarik).

2.2 Harimau Sumatra


Singa, harimau, kucing dan sejenisnya adalah anggota famili
Felidae, ordo Carnivora.Felidae pertama diketahui pada masa Eocene,
sekitar 40 juta tahun yang lalu. Felidae yang paling dikenal adalah
kucingpeliharaan (subspesies Felis silvestris catus), yang pertama kali
berasosiasi dengan manusia sekitar 7000 dan 4000 tahun yang lalu.
Keluarga liarnya masih tinggal di Afrika dan Asia bagian barat.
Anggota felidae lainnya yang cukup dikenal adalah kucing besar
seperti Singa, Harimau, MacanTutul, Jaguar, Cheetah (yang muncul
sebagai keturunan kucing kecil), dan kucing liar lainnya seperti Lynx,
Puma, Caracal, dan Bobcat. Semua felidae, termasuk pula kucing

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS6


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

peliharaan, adalah superpredator yang mampu menghancurkan seluruh


makhluk hidup yang lebih kecil dari mereka.
Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah
subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan
satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat
ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis
Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-
500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera.Uji genetik
mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang
menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies
terpisah, bila berhasil lestari.
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap
populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional
yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau sumatera terbunuh
antara tahun 1998 dan 2000.

Klasifikasi : Kerajaan: Animalia


Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: P. tigris
Upaspesies: P. t. sumatrae
Nama trinomial
Panthera tigris sumatrae

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS7


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Tabel : Taxonomi Felidae

Berat
Genus dan subgenus Spesies Nama umum badan
(kg)

Genus felis

F. silvestris Wild cat 3-10

F.catus Domestic cat 3,3-4,5

F.bieti Chinese desert cat -


Subgenus felis
F. chaus Jungle cat 4,0-16

F.margarita Sand cat -

F.nigripes Black footed cat -

Subgenus otocolobus F.manul Pallas cat -

F.lynx Lynx 5,0-8,0

Subgenus Lynx F.pardinus Spanish lynx -

F.rufus Bobcat 4.0-15

Subgenus caracal F.caracal Caracal 13-23

Subgenus leptailurus F.serval Serval 8,7-19

F.marmorata Marbled cat 2,0-5,0


Subgenus pardofelis
F.badia Bay cat -

F.temminckii Asian golden cat 6,0-15


Subgenus profelis
F.aurata African golden cat -

F.bengalensis Leopard cat 3,0-7,0

F.rubiginosa Rusty –spotted cat -


Subgenus prionailurus
F.viverrinus Fishing cat -

F.planiceps Flat headed cat 1,6-2,1

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS8


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Subgenus mayailurus F.iriomotensis Iriomote cat -

Subgenus lynchailurus F.colocolo Pampas cat -

F.pardalis Ocelot 11,0-16

F.wiedii Margay 4,0-8,0

Subgenus leopardus F.tigrinus Little spotted cat -

F.geoffroyi Geoffroy’s cat 2,3-5,0

F.guigna Kodkod -

Subgenus oreailurus F.jacobita Mountain cat -

Subgenus herpailurus F.yaguarondi Jaguarondi 4,5-10

Subgenus puma F.concolor Mountain lion 36-103

Genus neofelis

N. nebulosa Clouded leopard 15-23

Genus panther

Subgenus uncial P.uncia Snow leopard 25-75

Subgenus tigris P.tigris Tiger 65-300

Subgenus panther P.pardus Leopard 37-90

Subgenus jaguarius P.onca Jaguar 36-150

Subgenus leo P.leo Lion 120-250

Genus acinonyx

A.jubatus Cheetah 35-72

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS9


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Tabel.Gambaran hematologi beberapa spesies Felidae

Keterangan Bobcat tiger lion Cheetah

7,303 ± 13,14 ±
Leukosit ( x 10 ³ / µl ) 11,6 ± 3,52 10,35 ± 3,5
3,69 4,28

Eritrosit ( x 10 6/µl ) 7,83 ± 1,34 6,67 ± 1,01 7,9 ± 1,23 6,84 ± 1,06

Hemoglobin ( g/ dl ) 12 ± 1,8 12,9 ± 1,9 13 ± 2 12,5 ± 1,9

Hematocrit ( % ) 36,9 ± 5,8 38,9 ± 5,7 39,1 ± 5,4 37,9 ± 5,8

MCV (fl) 47,8 ± 6,4 58,8 ± 6 49,9 ± 4,5 55,6 ± 5,5

MCH (pg /cell) 15,4 ± 2 19,7 ± 1,8 16,6 ± 1,5 18,3 ± 1,7

MCHC ( g/dl ) 32,4 ± 2,1 33,4 ± 2,7 33,2 ± 2,9 33 ± 2,6

Neutrophil ( x 10 ³/ µl 0,823 ± 1,153 ± 0,718 ± 0,375 ±


) 1,63 1,55 1,57 0,79

Lymphosit ( x 10 ³/ µl 1,993 ± 1,741 ± 1,904 ± 2,033 ±


) 0,99 1,16 1,16 0,98

0,211 ± 0,368 ± 0,474 ± 0,339 ±


Monosit ( x 10 ³/ µl )
0,24 0,29 0,35 0,31

Eosinophil ( x 10 ³/ µl 0,401 ± 0,454 ± 0,861 ±


0,26 ± 0,21
) 0,42 0,40 0,80

0,068 ± 0,063 ± 0,264 ± 0,083 ±


Basophil ( x 10 ³/ µl )
0,08 0,07 0,43 0,17

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS10


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Tabel .Gambaran kimia darah beberapa spesies Felidae

Kimia darah Bobcat Tiger Lion Cheetah

Calcium ( mg / dl ) 9,7 ± 1,2 10,1 ± 0,7 9,9 ± 1,8 10,6 ± 0,8

Phosphor (mg / dl ) 5,3 ± 1,2 5,8 ± 1,4 5,5 ± 1,3 5,9 ± 1,8

Sodium (mEq/L) 153 ± 4 150 ± 4 151 ± 7 157 ± 5

BUN (mg/dl ) 31 ± 9 27 ± 7 32 ± 9 36 ± 9

Creatinin ( mg / dl ) 2,3 ± 0,8 2,7 ± 0,9 2,5 ± 0,8 2,4 ± 0,9

Uric acid (mg / dl ) 0,3 ± 0,3 0,3 ± 0,3 0,2 ± 0,3 0,2 ± 0,2

Bilirubin total (mg / dl ) 0,3 ± 0,2 0,2 ± 0,4 0,2 ± 0,2 0,3 ± 0,2

Bilirubin (mg/dl) – direct 0,1 ± 0,1 0 0,1 0,1 ± 0,1 0,1 ± 0,1

Bilirubin (mg/dl) –
0,2 ± 0,1 0,2 ± 0,6 0,1 ± 0,2 0,2 ± 0,2
indirect

Glukosa ( mg / dl ) 151 ± 58 135 ± 45 122 ± 35 138 ± 40

Cholesterol ( mg / dl ) 129 ± 44 233 ± 58 171 ± 44 197 ± 59

Triglyceride (mg / dl ) 23 ± 11 40 ± 26 44 ± 28 48 ± 41

AP ( IU / L ) 25 ± 31 40 ± 41 35 ± 39 37 ± 54

Total protein ( g / dl ) 7,1 ± 0,7 7,1 ± 0,6 7,4 ± 0,7 6,7 ± 0,6

Globulin ( g / dl ) 3,7 ± 0,8 3,3 ± 0,6 4,1 ± 0,8 3,1 ± 0,6

Albumin ( g / dl ) 3,5 ± 0,5 3,7 ± 0,5 3,3 ± 0,5 3,6 ± 0,4

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS11


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Konservasi Satwa Liar


Konservasi sumber daya alam adalah kegiatan yang meliputi perlindungan,
pengawetan, pemeliharaan, rehabilitasi introduksi, pelestarian pemanfaatan &
pengembangan.Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat & di air & atau
di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.
Kegiatan konservasi satwa liar di Indonesia dimulai pada permulaan abad ke-
19, diawali dengan berdirinya perkumpulan penggemar alam (Nederlands-
Indische Vereniging voor Natuurbescherming) yang diketuai oleh Drs. S. H.
Koorders.Kegiatan perkumpulan ini menghasilkan bermacam-macam peraturan
dan usulan ditetapkannya beberapa kawasan konservasi alam. Diantaranya pada
tahun 1889 hutan Cibodas dilarang diganggu gugat dan kemudian dikenal sebagai
Cagar Alam Cibodas, dan terakhir statusnya diubah menjadi taman nasional. Pada
tahun 1912 diusulkan lagi beberapa kawasan konservasi alam, salah satunya
adalah Ujung Kulon.
Pada tahun 1900 dibentuk persatuan pemburu satwa liar yang diberi nama
vena/venetoria. Kegiatan Venetoria selain mengadakan kunjungan sambil
melakukan pemburuan satwa liar besar, juga seringkali mengajukan usul kepada
persatuan penggemar alam untuk menetapkan kawasan-kawasan
konservasi.Misalnya pada tahun 1921 Venetoria mengajukan petisi untuk
menetapkan Ujung Kulon sebagai suaka alam.
Selain Dr. S. H. Koorders, juga dikenal A. Hoogerwerf yang pada tahun 1937
menjabat asisten Direktur pada musium zoologi dan Kebun Raya Bogor. Di
samping itu, pada tahun 1932-1957 dia sering melakukan penelitian di kawasan-
kawasan konservasi alam, salah satunya Ujung Kulon. Bukunya yang sangat
terkenal adalah Ujung Kulon :The Land of the Last Javan Rhinoceros, diterbitkan
pada tahun 1970. Setelah zaman Hoogerwerf, perhatian bangsa asing terhadap
konservasi alam di Indonesia semakin meningkat.Walaupun masih sangat
terbatas, peneliti-peneliti Indonesia juga mulai tertarik untuk mendalami masalah-

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS12


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

masalah konservasi satwa liar.Pada mulanya artikel yang ditulis oleh bangsa
Indonesia hampir tidak ada.Pada tahun 1955, F. J. Appelman seorang rimbawan
senior Indonesia menulis artikel tentang konservasi alam di Indonesia dalam
majalah kehutanan Tectona.
Perhatian pemerintah mulai timbul lagi sejak tahun 1974, diawali oleh
kegiatan Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam yang berhasil menyusun
rencana pengembangan kawasan-kawasan konservasi di Indonesia dengan
bantuan FAO/UNDP (Food and Agriculture Organization of the United Nations
Development Programme), dan usaha penyelamatan satwa liar yang diancam
kepunahan dengan bantuan NGO.
Pada waktu pertemuan teknis IUCN (International Union for The
Conservation of Nature and Natural Resources) ke-7 di New Delhi, India pada
tanggal 25-28 November 1969, Indonesia mengirimkan beberapa utusan,
diantaranya adalah Ir. Hasan Basjarudin dan Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng. Pada
konferensi tersebut wakil dari Indonesia menyampaikan makalahnya dengan judul
“Suaka Alam dan Taman Nasional di Indonesia: Keadaan dan permasalahannya”
dan “Pendidikan Konservasi Alam di Indonesia”. Kedua makalah tersebut
mendapat tanggapan positif dari peserta konferensi, sehingga perhatian dunia luar
terhadap kegiatan konservasi alam di Indonesia semakin meningkat.
Pada tahun 1982 di Bali diadakan Kongres Taman Nasional Sedunia ke-3
yang melahirkan Deklarasi Bali. Terpilihnya Bali sebagai tempat kongres
mempunyai dampak yang positif bagi perkembangan pengelolaan hutan suaka
alam dan taman nasional di Indonesia. Pada tahun 1978 tercatat tidak kurang dari
104 jenis telah dinyatakan sebagai satwa liar dilindungi. Pada tahun 1985,
keadaannya berubah menjadi 95 jenis mamalia, 372 jenis burung, 28 jenis reptil, 6
jenis ikan, dan 20 jenis serangga yang dilindungi.
Kemajuan kegiatan konservasi alam di Indonesia juga banyak dirangsang oleh
adanya World Conservation Strategy, yang telah disetujui pada waktu sidang
umum PBB tanggal 15 Maret 1979. Pada tahun 1983 dibentuk Departemen
Kehutanan, sehingga Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam statusnya
diubah menjadi Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
(PHPA) yang tugas dan tanggung jawabnya semakin luas. Di fakultas-fakultas

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS13


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

kehutanan dan biologi sudah mulai diajarkan ilmu konservasi alam dan
pengelolaan satwa liar.Bahkan di beberapa fakultas kehutanan sudah
dikembangkan jurusan Konservasi Sumber Daya Alam.
Dari segi undang-undang dan peraturan tentang perlindungan alam juga
banyak mengalami kemajuan, beberapa undang-undang dan peraturan
peninggalan pemerintah Hindia Belanda, telah dicabut dan diganti dengan UU No.
5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Dan pada tahun 1990-an mulai banyak berdiri LSM di Indonesia yang menangani
tentang satwa liar.

3.2 Bentuk Konservasi Satwa Liar di Jatim Park 2 Batu Malang


Bentuk konservasi satwa liar yang ada di Jatim Park 2, kota Batu
Malang berupa konservasi secara ex-situ. Batu secreet zoo / jatim park II
merupakan kebun binatang berkonsep modern dimana kebun bintang
tersebut memiliki fasilitas yang lengkap baik oleh pengunjung maupun
oleh satwa itu sendiri. Luas lahan yang digunakan cukup luas dengan
beraneka ragam macam satwa disana . daerah setiap satwa pun di pisah
kan menurut jenis dan spesies sehingga kebun jatim park II tertata rapi dan
rapi
3.3 Kondisi Konservasi Satwa Liar Harimau Sumatra (Panthera Tigris
Sumatrae) di Jatim Park 2 Batu Malang
A. Beberapa gambar yang ada di kandang harimau Sumatra
(Panthera Tigris Sumatrae)

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS14


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS15


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

B. Analisa gambar pengamatan

1. Morfologi :
Harimau sumatera adalah subspesies harimau
terkecil.Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap di
antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran
lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera
jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau
sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300
pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa
dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78
inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg.
Belang harimau sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau
lain. Warna kulit harimau sumatera merupakan yang paling gelap
dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga
oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta
surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan.
Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi
rimba.Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan
mereka mampu berenang cepat.Harimau ini diketahui
menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan
tersebut lambat berenang.Bulunya berubah warna menjadi hijau
gelap ketika melahirkan.
Motif belang pada harimau sangat unik. Layaknya sidik jari
pada manusia, tidak ada harimau yang mempunyai motif yang
sama persis. Bahkan ketika bulunya dicukur habis, motif belang
akan tetap ada di kulitnya.
2. Luas kandang harimau :
3. Pakan yang diberikan

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS16


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

a. Jenis pakan : Daging


b. Pemberian pakan : 3 kali sehari (pagi jam 6.00, siang jam
13.00 dan sore jam 18.00) @ hariamau sekali makan 5 kg
c. Keadaan di alam liar harimau dewasa mampu memakan 40
kg daging sekaligus. Setelah makan besar harimau bisa
tidak makan lagi selama 1 atau 2 minggu
4. Model Konservasi : kandang terbuka
5. Jumlah populasi hewan dalam kandang : 3 ekor
6. Tingkah laku :
 Pasif.
 Harimau (Panthera tigris sumatrae) menyukai air dan
merupakan perenang yang handal
 Air liur harimau berfungsi sebagai antiseptik yang
membantu mengobati lukanya
7. Gerakan :
 Kurang bebas berekspersi dimana kegiatan sehari – hari
hewan hanya terdiam dalam kandang, mondar – madir
seperti ada rasa gelisa dan cemas.
 Harimau lebih suka memanjat dan mencakar pohon guna
mengasa kuku agar selalu tajam.
8. Reproduksi :
 seksual (kawin)
 Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa
kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina
melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan
paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada
hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang
ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau
hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama.
Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun
mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak
harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS17


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka


dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada
umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau
Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20
tahun dalam kurungan.
9. Sosialisasi (antar kerabat) :
 Harimau Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka
berburu pada malam hari
10. Tingkah laku pertahanan diri :
 Taring tajam
 Kuku retraktil
 Insting pendengaran, penciuman yang tajam
 Kecepatan berlari dalam mengejar mangsa
11. Sanitasi dan perlengkapan kandang
Pemeliharaan di lembaga konservasi ex-situ kandang merupakan salah
satu aspek yang penting untuk keberhasilan pengelolaan.
Syarat-syarat kandang yang baik :
• Dapat melindungi satwa dari panas, suhu, hujan, dan badai.
• Ventilasinya cukup.
• Tidak lembab
• Aman (aman terhadap satwa, keeper, dan pengunjung)
• Drainasenya bagus (air mudah mengalir)
• Kemiringan lantai 30%.

C. FELIDAE

Hewan dalam kelompok ini termasuk hewan yang populer di kebun


binatang.Meskipun ukuran besarnya bervariasi, tetapi secara fisik memiliki

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS18


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

kesamaan.Demikian pula tindakan medis juga identik dengan yang dilakukan


pada kucing domestik.

Terdapat 28 species dalam kelompok Felidae.yang kharakteristik adalah


kukunya yang retraktil.

 Formula gigi : 3/3 ;1/1; 2-3/2; 1/1, sehingga total 28 – 30 .


 Kucing domestic dapat sebagai model fisiologi felidae
 Keistimewaan dari golongan felidae ini mempunyai kuku yang retraktil,
kecuali pada cheetah, kukunya sama dengan golongan canidae.
 Kukunya bisa tertarik keluar dengan adanya ligamen flexor digitalis.
 Pulsus 40 – 50 / menit, respirasi 10/ menit, temperatur 37,8 – 38,9° C.
 Hidupnya soliter, kecuali pada singa.
 Daerah teritorial ditandai dengan air kencing atau raungan.

D. Penyakit yang Sering Menyerang


1. PANLEUKOPENIA. (feline distemper, cat plague, infeksi feline enteritis)
a. Gejala Klinis : leukopenia, enteritis, kematian yang tinggi
temperatur meningkat : 56 °C selama 30 menit.
b. Virus ini dapat dimusnahkan dengan desinfeksi : formalin atau
pemanas. Panas yang tinggi tanda awal dari penyakit dan kasus
perakut, kematian terjadi pada tahap ini. Bila berlanjut , tampak
depresi, vomit, anorexia, diare, dehidrasi yang berat dan adanya
gejala syaraf yaitu convulsi dan ataxia.
c. Terapi : terapi supportive dan mempertahankan kondisi pasien
sampai daya/ sistem imunitas dapat mengatasi infeksi.Terapi cairan
: salin diberikan IV / SC 20 – 60 ml / kg BB. Antibiotik - broad
Spectrum untuk mencegah infeksi sekunder.

2. FELINE VIRAL RESPIRATION


a. Kondisi : kompleks, tetapi yang paling penting adalah
Rhinotracheitis dan Calicivirus.Rhinotracheitis adalah strain herpes

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS19


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

virus yang menyerang sistem respirasi atas, sedang calicivirus,


ulcerasi pada mukosa mulut.
b. Gejala Klinis : Panas, nasal mucopurulent, discharge, mata, salivasi
banyak, leucocystosis, dehidrasi berat, anorexia, emasiasia.
c. Terapi : Supportive.Antibiotik spectrum.
3. FELINE INFECTIOUS PERITONITIS
a. Distribusi sangat luas, kematian tinggi.
b. Gejala : Depresi, panas, berat badan turun dan distensi abdominal,
pada rongga peritonium ditemukan cairan serofibrinosus banyak.
c. Terapi : Antibiotika, Prednisolone 5 mg/ kg untuk 7 – 8
minggu.Bila gejala membaik,terapi maintenance dilanjutkan untuk
4 minggu dengan ½ dosis.
4. FELINE INFEKTIOUS ANEMIA
a. Merupakan infeksi akut dan kronik yang menyebabkan anemia
hemolytic. Causa Hemobartonella felis
b. Gejala Klinis anemia akut : panas, anorexia, depresi, kadang-
kadang icterus, disertai splenomegalli.
c. PCV : 5 – 20 %.
d. Diagnosa : · dengan pemeriksaan mikroskop, pemeriksaan
retikulosis dengan pewarnaan Wright-Giemsa, terdapat anemia
regeneratif.
e. Terapi : Transfusi darah pada pasien PCV rendah.Antibiotik
tetracycline atau chloramphenicol 20 mg/ kg.
5. PARASIT DISEASETOXOPLASMOSIS
a. penyakit yang penting pada golongan felidae
b. Causa : Toxoplasma Gondii dalam bentuk sporozoa, bentuk Cyst
terdapat dalam feaces.
c. Gejala Klinis : Tidak tampak jelas, dapat mengenai: respirasi,
digestive dan syaraf, terjadi fever, anorexia, depresi, pneumonia,
diare dan kadang- kadang ditemukan kebutaan.
d. Diagnosa : tergantung anamnesa, tanda- tanda klinis dan adanya
Cyst dalam feaces, pemeriksaan serologis.

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS20


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

e. Terapi : · Golongan sulfas (sulfa diazin, sulfa methazin) 60 – 120


mg/ dosis terbagi.Pyrimethamin (Diaprim), 2 mg/ Kg BB.
6. COCCIDIOSIS
a. Parasit Intestinal  Isospora, Eimeria spp
b. Gejala : diare berdarah, lemah, dehidrasi, anemi dan depresi.
Infeksi pada dewasa sering asymtomatis.
c. Terapi : Gejala diare  anti diare, kaolin, rectin.Memperbaiki
dehidrasi  acidosis metabolic LR : 20 – 40 ml/
Kg.Sulfadimethoxine 50 mg/ kg/hari, Per Oral / injeksi.
7. NEMATODA
a. Ascaridiasis paling sering menyerang.
b. Gejala Klinis : tidak patognomosis.
c. Diagnosa : ditemukan telur cacing dewasa pada feces.
d. Terapi : Golongan Felidae sangat sensitif dengan golongan
piperazin dan thiabendazole, obat cacing yang direkomendasikan
Disophenol (DNP) 0,22 ml/ Kg, tetapi mungkin toxic pada hewan
dengan berat kurang dari 50 Kg.

3.4 Solusi dan Kebijakan dalam Konservasi Satwa Liar

Di Indonesia, kebijakan konservasi diatur ketentuannya dalam UU 5/90


tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. UU ini
memiliki beberpa turunan Peraturan Pemerintah (PP), diantaranya:

1. PP 68/1998 terkait pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan


Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
2. PP 7/1999 terkait pengawetan/perlindungan tumbuhan dan satwa
3. PP 8/1999 terkait pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar/TSL
4. PP 36/2010 terkait pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa
(SM), taman nasional (TN), taman hutan raya (Tahura) dan taman wisata
alam (TWA).

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS21


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS22


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) merupakan sub spesies


harimau terkecil didunia. Termasuk harimau endemik asli Indonesia dan
merupakan satu – satunya harimau terakhir yang terdapat di Indonesia. Setelah
kepunahan dari Harimau Jawa terlebih dahulu serta Harimau Bali. Nasib harimau
sumatera semakin hari semakin kritis, karena pembukaan lahan perkebunan yang
mengalihfungsikan hutan habitat harimau tersebut demi kepentingan perusahaan.
Belum lagi konflik yang sering terjadi antara manusia dan harimau di daerah
perbatasan kampong dengan hutan tempat mereka tinggal. Maka dari itu harimau
sering masuk ke kampung warga dan memangsa ternak mereka atau bahkan
menyerang manusia. Harimau sering dianggap hama bagi masyarakat sekitar
kawasan hutan. Dan perburuan yang dilakukan orang tidak bertanggung jawab
untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual bagian – bagian tubuh dari
harimau sumatera. Dengan kejadian – kejadian tersebut itu yang menyebabkan
menurunnya populasi harimau sumatera dan masuk dalam daftar satwa sangat
terancam punah.

4.2 Saran

Melakukan konservasi exsitu merupakan salah satu cara untuk


mengembangbiakan harimau sumatera agar populasinya tidak semakin sedikit.
Serta memberikan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar kawasan hutan supaya
tidak merusak habitat mereka. Peran pemerintah juga sangat penting yaitu
konsistensi dalam melindungi harimau sumatera dan memberikan jerat hokum
bagi pemburu harimau tersebut. Dan Pemerintah daerah di Sumatera lebih
mengalisis dalam pemberian ijin pembukaan lahan perkebunan demi menjaga
habitat hutan tempat tinggal harimau sumatera tersebut dan seisinya.

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS23


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Daftar Pustaka

Aliambar , S.H. 2000. Pengendalian Hewan. Disampaikan pada Kursus Dasar


Pengelolaan satwa Liar bagi Perawat Satwa . Di PKBSI Jakarta.

Birchard S.J. and R.G. Sherding . 2000. Saunders manual of small animal
practice. W.B. Saunders Co. Philadelphia

Fowler M.E. ; R.E. Miller. 2003. Zoo and Wild Animal Medicine. Elsevier
Science. USA..

Fowler M.E. ; R.E. Miller. 1999. Zoo and Wild Animal Medicine. W.B. Saunders
Co.

Ken .P.M.. 1999. Frogs & Toads. Quintet Publishing Limited.London.

Klostt, G. ; E.M. Lang. Handbook of Zoo Medicine. Van Nostrand Reinhold Co.

Mader, D.R. 1997. Reptile medicine and Surgery. W.B. Saunders Co.
Philadelphia

Poole, T. 1987. The Care and Management of Laboratory Animals. Churchil


Livingstone Inc. New York.

Quesenberry, K,E and Hillyer, E,V. 1993. Exotic pet Mediceine 1 in The
Veterinary Clinics of North America. W.B. Saunders Co.

Rahardjo S, 2003. Manajemen Kesehatan Ular. Disampaikan pada seminar


Nasional Kesehatan Hewan air dan Konservasi Satwa Liar .Di FKH
Unair.

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS24


Konservasi Satwa Liar “Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae )Jatim Park 2

Fakultas Kedokteran Hewan UWKS25

Anda mungkin juga menyukai