Anda di halaman 1dari 19

BRUCELLA MELITENSIS DAN BRUCELLA OVIS

PADA KAMBING DAN DOMBA

Disusun Oleh:

Paulin Alfagreet Sodha, S.KH


Fareintya , S.KH
Gymnaastiar Galuh Usodo, S.KH
Dwi Bagus Utomo, S.KH
Bintang Maulidya, S.KH
Vidya Kurnia, S.KH

Pendidikan Profesi Dokter Hewan

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

2019

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut Food FAO, WHO, dan OIE, brucellosis merupakan salah satu

penyakit yang harus mendapat perhatian khusus dan diawasi. Dari enam Brucella spp.

yang diketahui menyebabkan penyakit manusia (B. melitensis, B. abortus, B. suis, B.

canis, B. ceti, dan B. pinnipedialis), B. melitensis adalah salah satu penyakit zoonosis

yang berdampak pada kesehatan manusia karena B. melitensismerupakan salah satu

strain brucella yang memiliki virulensi paling tinggi dan merupakan salah satu

spesies brucella yang paling sering ditemukan pada ruminan kecil (highest

prevalence). (Adams, 2002)

Brucella ovis memiliki homologi DNA dengan anggota lain dari genus

Brucelladan karakteristik antigenik dan karakteristik lainnya. Namun, yang jadi

pembeda antara B. melitensis dan B.abortus yaitu B. Ovis memiliki rough phenotype ,

sedangkan B. melitensis dan B. abortus memiliki smooth phenotype.Infeksi juga bisa

terjadi setelah konsumsi susu mentah. Pada susu atau produk susu yang sudah

mendapatpasteurisasi aman dikonsumsi. (Poester, 2019)

1.2 Tujuan
1. Memahami patogenitas Brucella ovis dan Brucella melitensis

2. Memahami bahaya dan dampak dari Brucellaovis danBrucella melitensis

3. Mengetahu penyebaran penyakit Brucella ovis dan Brucella melitensis

1.3 Manfaat

Hasil dari paper ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembanganilmu

pengetahuan dan wawasan.Selainitu, makalah ini dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan informasi dalammengendalikan kejadianbrucellosis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Brucella Ovis

Sumber Infeksi

Ruminan kecil jantan yang terinfeksi adalah sumber infeksi dan memudahkan

merebaknya penyakit dalam kawanan.Sebagian besar Brucella dapat ditularkan

dengan semen dan indukan domba biasanya lebih resisten terhadap infeksi.Infeksi

dapat berakibat kematian embrio, abortus, anak yang dilahirkan mengalami

kelemahan. Pada domba betina yang terinfeksi dan menyebabkan abortus, maka agen

infeksi ini dapat ditemukan di plasenta, vaginal discharge dan susu(Poester, 2019)

Transmisi

Transmisi antar rams terjadi melalui infeksi melalui passive venereal infection

dan atau kontak langsung antar ram. passive venereal infectionterjadi dari domba

betina mengalami estrus bersamaan dengan penjantan estrus dan kemudian

melakukan kawin alam. Kemudian domba betina estrus tersebut dikawin oleh

pejantan lain sehingga hal ini yang menjadi penyebab alami transmisi infeksi dari

jantan ke jantan selama musim kawin. Pejantan juga dapat terinfeksi dengan

mengendus atau menjilat area kelamin seperti preputium atau melakukan aktifitas

homoseksual, hal ini menjelaskan bagaimana pejantan dapat terinfeksi B. ovis

meskipun belum melakukan aktifitas kawin. Sedangkan anak domba yang dilahirkan
dari indukan yang terinfeksi dan meminum susu dari induk tidak akan membuatnya

kebal atau tahan terhadap Brucella (Poester, 2019).

Dampak Ekonomi

Dampakekonomi dari penyakit ini halus tetapi signifikan.Pengaruh penyakit

pada fertilitas pejantandapat menyebabkan kerugian yaitu peternak akan kehilangan

pejantan dengan high potential genetic. Pemeriksaan juga memerlukan pengeluaran

biaya(Poester, 2019)

Zoonotic Implication

B, Ovis bukanlah penyakit zoonosis.

Pathogenesis

Umumnya, B. ovis memiliki patogenisitas rendah untuk domba betina.Efek

utama dari B.ovis adalah plasentitis, yang terkadang mengganggu nutrisi janin sampai

menyebabkan kematian janin atau anak domba lahir dengan kondisi berat badan yang

kurang dari standart (Poester, 2019).

Clinical Findings

Umumnya tidak terlihat gejala klinis pada betina tetapi pada beberapa

kasusinfeksiini menyebabkan abortus, lahir mati atau anak yang dilahirkan lemah dan

plasenta mengalami makroskopik plasentitis.


Epididimis yang tidak simetris

Regresi sindrom akut diikuti akan terjadi setelah periode laten karena adanya

perkembangan lesi yang dapat diraba di epididimis dan tunika dari satu atau

keduatestis.Hasil palpasi adalah epididimis terasa membesar dan keras; tunika

skrotum menebal dan mengeras; dan testis mengalami atrofi. Abnormalitasdapat

diketahui denganpalpasi, tetapi umumnyapejantan yang terinfeksi tidak menunjukkan

acuteinflammatory stage, hasil semen yang buruk sebagai bentuk chronic stage

meskipun tidak dijumpai abnormalitas secara palpasi (Radostits, 2006)


Clinical Pathology

Semen Examination

Kombinasi antara pemeriksaan semen dan palpasi abnormalitas testis

akanmengidentifikasi sekitar 80% dari domba jantan yang terinfeksi.Pada hewan

yang terinfeksi, temuannya adalah penurunan kualitas semen, output sperma total

berkurang, motilitas yang buruk, dan proporsi spermatozoa dengan kelainan

morfologissekunder. (Radostits, 2006)

Treatment

Pemberian Oxytetracycline long acting secara Intra Muscular pada 20mg/kg

BB dab diberi setiap 3 hari, bersamaan dengan pemberian 20 mg/kg

dihydrostreptomycin sulfate menyebabkan bacteriologic cure sebesar 90%

bedasarkan hasil experiment pada pejantan yang ditantang B. ovis. Pemberian

Oxytetracycline sendiri kurang efektif dan pemberian dihydrostreptomycin sulfate

akhir akhir dilarang untuk hewan penghasil pakan.(Whatmore,2009.)

Kontrol

Vaksinasi

Pemberian vaksin kurang efektif.Vaksin killed B. ovis memiliki efficacy yang

buruk. Penggunaan vaksin yang terbunuh mungkin tidak disarankan dimana upaya

pemberantasan sedang dicoba.(Poester, F.P. 2019)


Distribusi

Brucella ovis sering ditemui di Negara Negara yang memproduksi domba

yaitu Australia, New Zealand, Amerika utara dan selatan, asia tengah, rusia, afrika

selatan, dan eropa.(Poester, 2019)

2.2 Brucella Melitensis

B. melitensis menyebabkan brucellosis pada kambing dan domba, memiliki

kemampuan untuk menginfeksi sebagian hewan domestic dan merupakan penyebab

utama brucellosis pada manusia (Malta fever).Ada tiga biovar organisme yang

diklasifikasikan berdasarkan letak geografis tetapi tidak ada perbedaan dalam hal

patogenisitas atau spesies yang terpengaruh.B. melitensis memiliki hubungan dekat

dengan anggota lain darigenus Brucella, yang saat ini memiliki 10 spesies yang

berkembang berdasarkan perbedaanmoleculer typing. (Radostits, 2006)

Sumber Infeksi

Sumber infeksidari B. melitensis adalah hewan carrier.Ekskresi dari saluran

reproduksi dan susu dapat menjadi sumber penularan.

Saluran reproduksi

Domba jantan atau betina yang terinfeksi, terlepas dari terjadinya abortusatau

melahirkan secara normal, discharge eksudat uterinedanplasenta mengandung

banyakB. melitensis. B. melitensisakan tetap berada dalam uterus atau discharge


uterine setidaknya selama 2 bulan setelah partus. Penularan yang diperantarai oleh

eksudat vagina dari domba atau kambing yang terinfeksi juga dapatmengandung

bakteri, tetapi penularannya antara hewan kemungkinan besar diperatarai oleh

plasenta yang terinfeksi.(Whatmore,2009.)

Milk

Mayoritas kambing yang terinfeksi selama masa

kebuntinganakanmenyebabkan adanyaB. melitensis dalam susu ketika di masa laktasi

dan yang kemudian akan ditularkanpada masa laktasi. Pada domba, uterus dan susu

biasanya tidak mengandung B. melitensis sebanyakkambing, tetapi tidak menutup

kemungkinan B. melitensis ditemukandi susu kambing sepanjang masa laktasi.

(Radostits, 2006)

Transmisi

Penularan utama pada hewan terjadi melalui kontak dengan bahan yang

terkontaminasi plasenta, fetus, cairan fetus, dan cairan vagina dari ternak abortus atau

partus. Penularan yang lainnya juga terjadi melalui kontak dengan kulit, selaput

konjungtiva, secara inhalasi (mukosa saluran pernafasan), per-oral (mukosa

gastrointestinal/orofaring), vertikal, dan kontak dengan susu terkontaminasi.

Penularan secara veneral tidak terlalu penting, yang lebih penting adalah penularan

dari semen yang terkontaminasi melalui inseminasi buatan. Ternak lebih sering

asimtomatik setelah abortus yang pertama, akan tetapi bersifat karier dan
mengeluarkan bakteri melalui air susu. Selain melalui air susu bakteri juga

dikeluarkan melalui urine, feses, cairan higroma, air liur, hidung dan okular. Bakteri

dapat menyebar melalui cairan muntah termasuk padang rumput, pakan dan air yang

tercemar (Neta, 2010).

In utero infection

Infeksi janin selama kehamilan tidak belum tentu menghasilkan abortus:

anakandapat dilahirkan dengan kondisi hidup tetapi lemah. Dalam beberapa

kasus,infeksi tetap ada dan dalam bentuk laten sampai kematangan seksual, kemudian

saat kambing atau dombabunting akan mengalami gangguan kebuntingan. Kolostrum

dan SusuInfeksi laten juga dapat diperoleh dari konsumsisusudan kolostrum yang

terinfeksi.Ini adalah rute utama transmisi yang menyebabkaninfeksi yang

berkelanjutan dalam kelompok atau kawanan.(Poester, 2019)

Dampak Ekonomi

Biaya meliputi kerugian produksi yang terkait dengan infeksi pada hewan,

biaya yang cukup besar untuk program pencegahan, dan penyakit manusia.Kerugian

lebih lanjut karena adanya pembatasan dalam perdaganganhewan internasional dan

produk asal hewan.(Poester, 2019)

Terjadinya B. melitensis di populasi domba dan kambing dari negara-negara

yangtelah memberantas B. abortus menimbulkan ancaman yang berkelanjutan bagi

bukan saj untuk domba dan kambing, tetapi juga untuk sapi.(Poester, 2019)
Implikasi zoonosis

B. melitensis adalah yang paling invasif dan pathogen untuk manusia dan

merupakan penyebab MaltaFever pada manusia, yaitu penyakit yang sangat

melemahkan. Kontrol dan pemberantasan infeksi pada populasi hewan selalu

mendapatkan prioritas tinggi.Karena patogenitasnya pada manusia dan hewan, B.

melitensis merupakan salah sati agen bioterrorism dan agroterrorism.Diperkirakan

kurang dari 10 CFU mampu menginfeksi manusia melalui aerosol.(Poester, 2019)

Patogenitas

Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui mukosa port entery kemudian masuk

ke dalam sel limfoepitel dan difagositosis oleh sel neutrofil dan sel makrofag

kemudian masuk ke dalam limfoglandula.Fagositosis tidak terjadi karena bakteri ini

mempunyai zat antifagositosit yaitu protein 5 guanin monofosfat yang mampu

bertahan dan bereplikasi di dalam sel neutrofil. Apabila sistem pertahanan

tidakmampu mengatasi adanya infeksi maka akan muncul bakterimia setelah 10-20

hari dan persisten selama 30 hari sampai 2 bulan pascainfeksi. Setelah bakterimia

pada hewan bunting maka bakteri akan masuk ke dalam plasenta hewan bunting dan

daerah ambing. Infeksi pada hewan yang tidak bunting akan menuju ke daerah

ambing dan sering tanpa gejala klinis ataupun lesi. Bakteri dalam makrofag

akanbersirkulasi dalam jaringan limfoid dan terlokalisir dalam sistem

retikuloendotelhati, limfa dan sumsum tulang belakang, ginjal, persendian yang


mengakibatkan adanya radang sendi dan higroma. Higroma terjadi karena adanya

infeksi pada membran persendian sehingga berisi cairan jernih, fibrin, maupun nanah

sehingga terlihat adanya benjolan yang sangat mencolok (Neta, 2010).

Bakteri yang bereplikasi terutama di sel makrofag atau neutrophil dalam

cairan susu mempunyai peran yang sangat penting untuk terjadinya reinfeksi. Sapi,

kambing maupun hewan lain yang terinfeksi di dalam kelenjar ambing, ketika

bunting kembali akan mengalami bakterimia dan dapat menginfeksi

uterusnya.Penyebaran ke dalam kelenjar susu melalui migrasi sel neutrofil dalam

sistem peredaran darah umum dan bereplikasi di dalam alveoli dan duktus, dan

selanjutnya menyebar ke dalam kelenjar getah bening supramamari. Penyebaran ke

dalam kelenjar susu merupakan fase kedua dari infeksi dan sering mengakibatkan

mastitis limfoplasmasitik interstisial (Adams, 2002).

Penularan sering terjadi secara peroral melalui saluran pencernaan.Bakteri

diinternalisasi oleh M sel dalam peyer patch, kemudian menyebar ke dalam kelenjar

getah bening regional dan berkembangbiak di dalam makrofag secara fakultatif

intraseluler.Selanjutnya menyebar melalui aliran darah menuju ke jaringan yang

lainnya, terutama di uterus hewan bunting (Xavier et al., 2010).

Kemampuan Brucella spp.untuk menyebabkan penyakit memerlukan

beberapa langkah penting selama infeksi. Brucella spp.dapat menyerang sel epitel

host, memungkinkan infeksi melalui permukaan mukosa: sel M di usus telah


diidentifikasi sebagai pintu masuk Brucella spp. Jika Brucella spp.telah menginvasi,

biasanya melalui saluran pencernaan atau pernapasan, mereka mampu bertahan

secara intraseluler dalam sel host fagositik atau non-fagositik (OIE, 2013).

Mekanisme yang memungkinkan invasi pada sel inang oleh Brucella spp.tidak

sepenuhnya jelas, tetapi meskipun reseptor host spesifik yang berinteraksi dengan

Brucella belum diidentifikasi, masuknya Brucella ke dalam sel inang membutuhkan

perubahan cytoskeletal. Menariknya, invasi melalui saluran pencernaan tidak

menimbulkan respons inflamasi dari inang.Karena itu, Brucella spp.menyerang secara

diam-diam atau tidak diperhatikan oleh sistem imun bawaan inang. Bahkan, Brucella

spp.memiliki mekanisme yang mencegah aktivasi innate immune system host.

Memang, Brucella Toll / interleukin-1 receptor (TIR) protein yang mengandung

domain mencegah Toll-like receptor (TLR) 2 pensinyalan dengan mengganggu

MyD88, dan juga menghambat pematangan DC, sekresi sitokin dan presentasi

antigen (OIE, 2013).

Brucella spp.kekurangan faktor virulensi bakteri klasik seperti eksotoksin,

sitolysin, kapsul, fimbriae, flagella, plasmid, fag lisogenik, lipopolisakarida

endotoksik (LPS), dan penginduksi apoptosis sel inang. Namun, LPS memainkan

peran penting dalam virulensi Brucella karena mencegah pembunuhan bakteri yang

dimediasi komplemen dan memberikan resistensi terhadap peptida antimikroba

seperti defensin dan laktoferin. Mekanisme virulensi penting lainnya dari Brucella

adalah sistem pengaturan dua komponen BvrR / BvrS, yang diperlukan untuk
modulasi sitoskeleton sel inang pada invasi Brucella, dan untuk pengaturan ekspresi

protein membran luar, beberapa di antaranya diperlukan untuk virulensi penuh.

Cyclic β-1,2-glukan, yang juga merupakan bagian dari membran luar, juga diperlukan

untuk kelangsungan hidup intraseluler Brucella. Brucella spp.mengekspresikan

sistem sekresi tipe IV (T4SS), yang dikodekan oleh komponen-komponen dari operon

virB, yang sangat penting untuk kelangsungan hidup intraseluler dalam sel inang dan

virulensi in vivo (OIE).(Whatmore, 2009.)

Patobiologi

Brucella melitensis pertama kali diisolasi oleh Sir David Bruce pada tahun

1887, dari limpa seorang tentara Inggris di pulau Malta, dan yang didominasi oleh

Micrococcus melitensis. Meyer dan Shaw berganti nama menjadi bakteri Brucella

melitensis pada tahun 1920, untuk menghormati Dr Bruce. Organisme ini

menyebabkan masalah signifikan pada manusia dan pada kambing dan domba di

seluruh dunia.Kambing sangat rentan terhadap infeksi dan merupakan inang utama

untuk B. melitensis.Kambing yang terinfeksi adalah penyebab utama brucellosis

manusia, zoonosis di seluruh dunia (OIE, 2013).

Pada ruminansia bunting, lebih dari 85% Brucella dapat ditemukan di

kotiledon, membran plasenta, dan cairan amnion, mencapai hingga 1 × 1010 colony-

forming units (CFU) ml dalam cairan allantoic dan 1 × 1013 CFU/g pada jaringan

dalam kotiledon. Oleh karena itu, kambing yang terinfeksi Brucella merupakan
ancaman serius penularan penyakit ke hewan lain dalam kawanan dan ke peternak

maupun dokter hewan atau paramedic(Poester, 2019).

Berbeda dengan B. abortus, yang biasanya tidak diisolasi dari sampel vagina

sebelum partus atau aborsi, B. melitensis sering dapat diisolasi dari vagina kambing

hamil yang terinfeksi sebelum melahirkan. Shedding Brucella berkurang dalam satu

bulan, tetapi organisme dapat diisolasi hingga satu tahun setelah proses kelahiran.

Mirip dengan situasi pada spesies ruminansia lainnya, B. melitensis melokalisasi

dalam jaringan reproduksi dan janin kambing bunting, menyebabkan nekrosis dan

eksudasi pada jaringan plasenta.(Whatmore,2009.)

Tindakan Pada Kasus Brucella Melitensis

Peningkatan eksport domba dari Indonesia meningkat sehingga menjaga

kualitas juga harus dijaga.Hal ini yang dilakukan karantina dalam menyikapi keadaan

ini, yaitu menjaga kepercayaan negara tujuan terhadap Indonesia dan mencegah

kerugian dari perusahaan pengirim. Dengan monitoring dari pihak karantina akan

dapat mencegah keluarnya B. Melitensis dari wilayah Indonesia sehingga

terminimalisir kerugian yang ditimbulkan karena penolakan ketika di negara tujuan.

Distribusi

Distribusi B. melitensis lebih terbatasdaripada B. abortus dan Negara utama

yang terdapat B. melitensis adalah di wilayah Mediterania, meliputi Eropa selatan.


Infeksi juga ada di Asia barat dan tengah, Meksiko, negara-negara di Amerika Tengah

dan Selatan, dan di Afrika.Eropa Utara bebas dari infeksi.(Whatmore,2009.)

Prevalensi infeksi bervariasi antara negara dan wilayah, tetapi di banyak

Negara Negara yang mengalami penurunan prevalensi 20 tahun terakhir dalam

kaitannya dengan kebijakan wajib vaksinasi.Namun, Vaksinasi dinilai tidak efisien

dikarenakan peternak mendapatkan income yang tidak terlalu besar dan kondisi alam

yang berubah. Bahkan OIE juga telah mengumukan bahwa wabah B. melitensis

terjadi di Bulgaria(Poester, 2019)

Eksport kambing dan domba dari Indonesia

Di tahun 2018, Indonesia mengirimkan eksport ternak domba ekor tipis

sebanyak 5000 ekor ke Malaysia dan juga Uni Emirat Arab sebanyak 300

ekor.Peningkatan eksport domba dari Indonesia meningkat sehingga menjaga kualitas

juga harus dijaga.Hal ini yang dilakukan oleh karantina dalam menyikapi keadaan ini,

yaitu menjaga kepercayaan negara tujuan terhadap Indonesia dan mencegah kerugian

dari perusahaan pengirim. Dengan monitoring dari pihak karantina akan dapat

mencegah keluarnya B. Melitensis dari wilayah Indonesia sehingga terminimalisir

kerugian yang ditimbulkan karena penolakan ketika di negara tujuan.


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Brucellosis merupakan penyakit zoonosis disebabkan oleh Brucella sp. yang

termasuk pada golongan II sesuai Kepmentan No.3238 tahun 2009 tentang jenis

HPHK, Penggolongan dan Klasifikasi media pembawa. Brucella sp.merupakan gram

negative berbentuk coccobacillus. Terdiri dari berbagai spesies tergantung pada

hostnya.

Brucella Melitensis dapat menginfeksi pada Kambing dan Domba yang

bersifat pathogen terhadap manusia. Brucella Ovis dapat menginfeksi pada kambing

dan tidak bersifat pathogen terhadap manusia. Penularan pada manusia dapat melalui

susu mentah yang tidak dimasak dengan sempurna, daging yang dimasak kurang

matang. Melalui membrane mukosa atau kulit yang terluka, atau dapat melalu organ

abortus dari hewan.

Penuluran melalui aerosol dapat terjadi. Pada hewan penularan dapat terjadi

melalui masuknya bersama jaringan atau cairan tubuh yang terinfeksi, kontak

langsung, alat reproduksi atau secara perkawinan dan muntahan. Untuk diagnosis

Brucella dapat dilakukan pemeriksaan Serologis (brucellosis card test, ELISA), PCR,

Brucella milk ring test.


DAFTAR PUSTAKA

Acha, P.N. dan Boris, S. 2003. Zoonosis and Communicable Disease Common to
Man and Animal Volume 1: Bacterioses and Mycoses, 3rd Edition.
Washington.

Adams, G.L. 2002.The pathology of reflects brucellosis the outcome of the battle
between the host genome and the Brucella genonoe. Journal of Veterinary
Microbiology 90: 553-561.

Blasco, J.M. Control and eradication of Brucella melitensis in sheep and goats. Vet
Clin North AmFood Anim Pract. 2011;27:95-104.

Cirl C., Wieser A., Yadav, M., Duerr, S., Schubert, S., Fischer, H., Stappert, D.,
Wantia, N., Rodriguez,N., Wagner, H., Svanborg, C., Miethke, T. Subversion
of Toll-like receptor signalling by a unique family of bacterial
Toll/interleukin-1 receptor domain-containing proteins. Nat Med. 399–406.

Neta, A.V.C., Mol, J.P.S., Xavier, M.N., Paixão, T.A., Lage, A.P., Santos, R.L.
2010.Pathogenesis of Bovine brucellosis.Journal of Veterinary.Sci J. 184:
146-145.

Poester, F.P, L.E. Samartino & R.L. Santos.Pathogenesis and phatobiology of


brucellosisin livestock.OIE Terestial Manual.diakses pada 23 oktober
2019.https: //www.oie.int/doc/ged/d12413.pdf

Radostits, O. 2006.Veterinary Medicine: a Textbook of the Diseases of Cattle, Horses,

Sheep, Goats, and Pigs. 10th ed. W.B. Saunders. London.


Ridler, A.L., West, D.M. Control of Brucella ovis infection in sheep. Vet Clin North
Am Food Anim Pract. 2011;27:61-66.

Xavier, M.N., Silva, T.M.A., Costa, E.A., Paixa, T.A., Moustacas, V.S., Carvalho,
C.A.J.,Sant’Anna, F.M., Robles, C.A., Gouveia,A.M.G., Lage, A.P., Tsolis,
R.M., Santos, R.L. 2010. Pathogenesis of Brucella sp..The Open Veterinary
Science Journal 4:109-118.

Whatmore, A.M.2009.Current understanding of the genetic diversity of Brucella, an


expanding genus of zoonotic pathogens. Inf Genet Evol.;9:1168-1184.

Anda mungkin juga menyukai