MATERI DIKLAT
AGRIBISNIS SAPI POTONG
BAGI PENYULUH
MENGENDALIKAN PENYAKIT
TERNAK SAPI
TINJAUAN MODUL
Modul ini disusun untuk keperluan Diklat Agribisnis Sapi Potong Bagi Penyuluh
di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang Nusa Tenggara Timur,
dimana kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 22 Pebruari sampai 6 Maret 2012.
Induk semang dalam hal ini ternak sapi memiliki peran khusus dalam
proses terjadinya suatu penyakit. Masing-masing ras sapi memiliki tingkat
kekebalan atau kepekaan yang berbeda-beda terhadap suatu penyakit.
Penyakit Jembrana misalnya hanya menyerang sapi bali dan tidak pada sapi ras
lainnya. Selain itu, umur ternak mempengaruhi kejadian penyakit. Umur muda
umumnya lebih peka terhadap serangan suatu penyakit dibandingkan dengaan
umur tua, misalnya penyakit SE. Hal ini diduga erat kaitannya dengan status
imunitas (kekebalan), dimana ternak yang tua telah terpapar dengan agen
dalam waktu yang relative lebih lama dibandingkan ternak yang muda, dengan
demikian memiliki system kekebalan yang lebih baik. Namun, tidak selalu berarti
bahwa semua hewan yang tua selalu lebih tahan terhadap penyakit
dibandingkan yang muda . Terbentuknya kekebalan tubuh memiliki bentuk yang
bervariasi, ada ternak yang kekebalannya terbentuk oleh karena terpapar agen
penyakit secara berulang-ulang atau dapat pula terjadi dengan cara terpapar
dengan tingkat infeksi rendah secara terus menerus. Untuk mengetahui status
imunitas ini perlu pemeriksaan serologis.
Selain agen biologic, agen non biologic seperti defisiensi vitamin atau
mineral dapat menimbulkan penyakit. Ternak dengan status nutrisi yang rendah
menyebabkan meningkatnya kepekaan terhadap suatu penyakit. Untuk penyakit
SE, ternak dengan asupan pakan berkualitas rendah lebih mudah tertular
penyakit ini.
b. Biosecurity
Biosecurity adalah serangkaian usaha untuk mencegah atau
mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu system usaha
ternak dan mencegah penyebarannya dari suatu tempat ke tempat lain
yang masih bebas. Prinsip dasar dalam pelaksanaannya isolasi dan
desinfeksi.
Bagi sector peternakan ditingkat pedesaan, istilah dan
pelaksanaan biosecurity masih sangat relative baru sehingga konsep ini
belum banyaak diterapkan. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan miskonsepsi terutama tentang besarnya
biaya dalam penerapan biosecurity tanpa mempertimbangkan
keuntungan yang akan dieroleh.
Biosecurity sector 1-3 yaitu biosecurity yang lebih ditekankan pada
farm-farm besar, mengingat pentingnya pengamanan ternak ini, berkaitan
dengan lingkungannya atau anak kandang dan tamu kandang.
Biosecurity sector 4 ditujukan untuk aneka ternak yang dipelihara warga,
baik secara intensif maupun ekstensif.
Penerapan biosecurity ditingkat peternaak yang hanya
memeliharaa ternaknya sebagai usaha sambilan bukan sebagai usaha
pokok merupakan hal yang menghambat program biosecurity itu sendiri.
Pada hal untuk level ini, peranan biosecurity sangat mampu dalam hal
memberikan jaminan pengamanan hidup bagi peternak, warga sekitar
dan juga bagi ternak yang ada disekitar lokasi dimaksud.
e. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu tindakan ideal dalam melakukan
pencegahan penyakit hewan. Beberaapa penyaakit pada ternak sapi
seperti SE, Anthrax, Brucellosis, Colibacillosis, PMK, dan sebagainya
dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi secara teratur setiap tahun.
Vaksinasi memberikan manfaat jika dilakukan secara teratur pada ternak
sehat dengan usia yang sesuai dosis dan cara aplikasi yang benar.
Pemberian vaksinasi tanpa diikuti tindakan biosecurity atau sanitasi,
hanya sedikit memberikan manfaat pada kejadian atau keparahan suatu
penyakit. Dengan demikian berbagai metode pengendalian atau
pencegahan penyakit umumnya saling berkaitan satu dengan yang lain.
Kombinasi antara beberapa jenis metode pencegahan/pengendalian
penyakit memberikan dampak yang lebih baik terhadap pengendaliaan
penyakit ternak yang lebih luas.
Rangkuman
Daftar Pustaka
Dharma, Dewa Made Ngurah ; Anak Agung Gede Putra. 1997. Penyidikan
Penyakit Hewan. CV Bali Media Aksara : Denpasar
DIKLAT AGRIBISNIS SAPI POTONG BAGI PENYULUH
“MENGENDALIKAN PENYAKIT TERNAK SAPI”
Saol Pre-test
3. Tuliskan cara penularan penyakit berikut ini yang pada ternak sapi:
a. Penyakit Ngorok/SE
b. Antrax
c. Jembrana
d. Brucellosis
b. Antrax
c. Jembrana
d. Brucellosis
Penyakit pada ternak besar atau kecil yang disebabkan oleh bakteri diantaranya
adalah penyakit Septicemia Epizootica (SE), Brocellosis, Anthrax, Streptococcosis,
Colibacillosis dan Swine Erysipelas. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang umum
dijumpai menyerang ternak besar atau kecil dan menyebabkan kerugian ekonomi bahkan
dapat menyebabkan kematian yang tinggi bila tidak segera ditangani dengan cermat dan
cepat. Pengetahuan akan penyebab, gejala klinis, cara penularan, serta tindakan
pencegahan dan penanganannya akan sangat membantu mahasiswa yang nantinya akan
lulus dari Politani dan masuk dalam lingkungan masyarakat. Paling tidak para lulusan
nanti dapat melakukan tindakan pencegahan dan penanganan dini ternaknya yang sakit
atau ternak milik masyarakat sekitarnya.
6.2. Penyajian
Kegiatan Belajar IX
Penyakit Septicemia Epizootica (SE) biasa dikenal juga dengan nama penyakit
ngorok atau Septicemia Hemorrhagica adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
menyerang ternak sapi, kerbau, juga babi serta dapat pula menyerang ternak lain seperti
kuda, kambing dan domba. Penyakit ini telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT). Kejadian penyakit umumnya tinggi pada
pergantian musim.
Kerugian ekonomi akibat penyakit ini sangat besar apabila tidak ditangani secara
seksama. Penyakit Septicemia Epizootica biasanya berjalan secara akut dan
menimbulkan kematian yang tinggi, terutama pada penderita yang telah menunjukkan
gejala klinis.
Etiologi/Penyebab
Penularan
Lingkungan dapat tercemar oleh ternak yang sakit karena mengeluarkan nasal
discharge atau sputum waktu batuk. Apabila keadaan sesuai maka kuman yang jatuh di
tanah tersebut akan dapat tahan lebih kurang satu minggu dan dapat menulari
sekelompok ternak yang berada di sekitarnya. Kuman dapat juga hidup secera komersal
pada mukosa nasopharynx ternak dan menjadi sakit apabila ternak dalam keadaan stress.
Gejala Klinis
Masa inkubasi pada sapi adalah 10-14 hari setelah ternak menderita stress.
Kadang-kadang ternak mati secara tiba-tiba tanpa disertai gejala. Umumnya penderita
lesu, suhu tubuh tinggi dapat mencapai 41°C atau lebih, keluar ingus dari hidung, nafsu
makan menurun, malas bergerak, depresi, respirasi dangkal dan terdengar suara
ngorok/mendengkur, batuk-batuk, gangguan pencernaan mungkin timbul berupa
gangguan peristaltik usus yang meningkat, dan diare. Selain itu, adanya pembengkakan
di daerah leher bagian bawah, kepala, tenggorokan, kadang-kadang meluas hingga kaki
depan, alat kelamin dan anus.
Spesimen untuk Pemeriksaan Laboratorium
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan adalah vaksinasi pada ternak secara
teratur minimal setahun sekali dengan vaksin oil adjuvant dengan dosis 3 ml secara
intramuscular. Disamping itu, peraturan yang ketat terhadap lalu lintas
ternak/pemasukan ternak. Pengobatan yang diberikan pada ternak yang sakit adalah
pemberian antibiotic secara dini seperti streptomycin dengan dosis 5-10 mg/kg berat
badan, oxytetracyclin dengan dosis 4-10 mg/kg berat badan.
Penyakit Antrax adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
infeksi kuman Bacillus anthracis dan dapat menyerang semua jenis ternak besar dan
kecil, bangsa burung, carnivora, serta hewan berdarah dingin. Antrax juga dapat
menyerang manusia dan merupakan salah satu penyakit zoonosis yang penting dan
sering menyebabkan kematian pada manusia. Pada ternak selain kerugian karena
kematian, juga kehilangan tenaga kerja serta penderita tidak boleh dipotong.
Etiologi/Penyebab
Penularan penyakit antrax dapat terjadi melalui alat pernafasan yang mungkin
terjadi pada pekerja penyortir bulu/kulit ternak (misalnya domba). Saluran pencernaan
dengan tertelannya spora kuman antrax baik melalui makanan maupun minuman yang
tercemar serta kulit yang terluka dan biasanya terjadi pada manusia yang banyak
berhubungan dengan ternak.
Gejala Klinis
Penyakit Anthrax dapat diobati dengan pemberian suntikan anti serum dengan
dosis 50-100 ml untuk hewan kecil dan 50-150 ml untuk hewan besar. Penyuntikan
serum homolog secara IV atau SC sedangkan anti serum heterolog secara SC. Selain itu,
dengan antibiotic seperti penicillin dan tetracycline (harus dengan pengawasan dokter
hewan)
Kegiatan Belajar X
Etiologi/Penyebab
Penyakit brucellosis pada sapi disebabkan oleh Brucella abortus bovis, pada babi
oleh Brucella suis, dan pada domba oleh Brucella ovis. Kuman Brucella berbentuk
cocobacillus, gram negative, tidak berspora dan bersifat aerob.
Cara Penularan
Gejala Klinis
Gejala klinis utama yang terlihat pada sapi adalah terjadinya abortus pada umur
semester terakhir (setelah umur kandungan 5-8 bulan, yang dapat diikuti kemajiran
temporer atau permanen, serta menurunnya produksi susu. Keluron atau keguguran
dapat terjadi satu, dua, atau tiga kali kemudian kelahiran normal kembali (ternak
kelihatan sehat walaupun mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat infeksius, cairan
janin yang keluar kelihatan keruh). Pada pejantan menunjukkan gejala epididimitis
(radang epididimis) dan orchitis (pembengkakan scrotum) serta adanya pembengkakan
persendian terutaman persendian lutut.
Etiologi/Penyebab
Streptococcosis pada babi adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Streptococcus suis type II (serogrup D). Di Indonesia, streptococcosis pada babi
disebabkan oleh S. equi subspecies zooepidemicus (serogrup C). Kuman ini berbentuk
untaian seperti rantai, bersifat gram posetif.
Cara Penularan
Gejala Klinis
Gejala klinis penyakit streptococosis adalah pada stadium awal penderita tampak
depresi, lesu, nafsu makan menurun. Demam tinggi mencapai 42°C, terjadi peradangan
pada persendian lutut (arthritis) sehingga menimbulkan kepincangan, terdapat gangguan
pernafasan. Selain itu, terjadi gangguan syaraf yang ditunjukkan dengan adanya tremor,
inkoordinasi gerak, muntah darah dan epistaksis, kulit mengalami eritema serta
berwarna merah kebiruan.
Spesimen yang dapat diambil berupa cairan asites, cairan sendi, swab anus, swab
hidung, swab tenggorokan/mulut, darah jantung atau dari organ hati, ginjal, paru-paru,
limpa, otak serta usus untuk kepentingan isolasi agen penyebab. Sedangkan untuk
pemeriksaan histopatologi dapat dikirim otak, hati, ginjal, jantung, paru-paru dan limpa
dalam container berisi formalin 10%.
Swine erysipelas adalah penyakit menular yang menyerang babi, bersifat akut
atau kronis, ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan pada kulit dan arthritis.
Etiologi/Penyebab
Gejala Klinis
Untuk isolasi kuman dapat dikirim organ yang mengalami kelainan seperti limpa,
limfoglandula, kulit, cairan persendian dalam botol yang berisi medium transport. Serum
untuk uji serologi.
6.3. Penutup
6.3.1. Rangkuman
2. Jelaskan gejala klinis dari ternak yang terserang a). penyakit SE dan b). penyakit
Anthrax.
DAFTAR PUSTAKA
Dharma D. Made Ngurah dan Putra Anak Agung G. 1997. Penyidikan Penyakit Hewan.
CV Bali Media Adhikarsa. Denpasar.
Subronto dan Tjahayati Ida. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.