Kesehatan yang baik tergantung sebagian pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi
yang memantau atau mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja
kesehatan dari penyakit. Setiap tahun diperkirakan 2 juta pasien mengalami infeksi saat dirawat
di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena pasien yang dirawat di Rumah Sakit mempunyai daya
tahan tubuh yang melemah sehingga resistensi terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
menjadi turun, adanya peningkatan paparan terhadap berbagai mikroorganisme dan dilakukannya
prosedur invasive terhadap pasien di Rumah Sakit. Mikroorganisme bisa eksis di setiap tempat,
dalam air, tanah, permukaan tubuh seperti kulit, saluran pencernaan dan area terbuka lainnya.
Infeksi yang di derita pasien karena dirawat di Rumah Sakit, dimana sebelumnya pasien tidak
mengalami infeksi tersebut dinamakan infeksi nosokomial. Menurut Patricia C Paren, pasien
dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi
kemudian setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi.
Infeksi nosokomial bisa bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan
yang digunakan untuk pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial antara lain: faktor internal (seperti usia,
penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi flora normal tubuh, personal hygiene
yang rendah, perilaku personal dll) serta faktor eksternal (seperti banyaknya petugas kesehatan
yang kontak langsung dengan pasien, banyaknya prosedur invasif, lama tinggal di RS,
lingkungan yang terkontaminasi dll). Dengan cara mempraktikkan teknik pencegahan dan
pengendalian infeksi, perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan
berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus Keperawatan
disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh,
khususnya yang menimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin,
replikasi intraseluler atau reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi
akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan
mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit
timbul jika pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika
penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular
(contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam virulensi/keganasan dan juga
beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
C. RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar berbagai faktor yang
mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry
dan host/ pejamu yang rentan.
1. Agen infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri, virus,
jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit bisa merupakan flora transient maupun
resident. Organisme transient normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa
hidup dan berbiak di kulit. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan obyek atau orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap
ditularkan, kecuali dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan
mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali
bila gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi
tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan
penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan
dari host/penjamu.
4. Cara penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke orang lain dengan berbagai cara
seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal, kulit atau
darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka penderita;
peralatan yang terkontaminasi; makanan yang diolah tidak tepat; melalui vektor
nyamuk atau lalat.
5. Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh.
Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius.
Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat
masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar.
Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen
masuk ke dalam tubuh.
D. TIPE INFEKSI
a. Kolonisasi Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora
yang menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak
tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme
yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang
sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Infeksi lokal : spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme
tinggal.
c. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain
dan menimbulkan kerusakan.
d. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e. Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
f. Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi kronik : infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam
hitungan bulan sampai tahun)
E. RESIKO INFEKSI
a. Luka
b. Kateter
c. Pemasangan terapi IV
d. Tindakan invasive
e. Pengambilan darah
G. INFEKSI NOSOKOMIAL
Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit.
Maka, kata nosokomial artinya "yang berasal dari rumah sakit" kata infeksi cukup jelas
artinya, yaitu terkena hama penyakit. Menurut Patricia C Paren, pasien dikatakan
mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian
setelah dirawat selama 48-72 jam klien menjadi terinfeksi Infeksi nosokomial bisa
bersumber dari petugas kesehatan, pasien yang lain, alat dan bahan yang digunakan untuk
pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit
Unit perawatan intensif (UPI) merupakan area dalam RS yang berisiko tinggi
terkena Inos. Alasan ruang UPI berisiko terjadi infeksi nosokomial:
Klien di ruang ini mempunyai penyakit kritis
Peralatan invasif lebih banyak digunakan di ruang ini
Prosedur invasif lebih banyak dilakukan
Seringkali prosedur pembedahan dilakukan di ruang ini karena kondisi darurat
Penggunaan antibiotik spektrum luas
Tuntutan tindakan yang cepat membuat perawat lupa melakukan tehnik aseptik
Infeksi iatroigenik merupakan jenis inos yg diakibatkan oleh prosedur diagnostik
(ex:infeksi pada traktus urinarius yg terjadi setelah insersi kateter). Inos dapat terjadi
secara eksogen dan endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal
terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal. Infeksi endogen terjadi bila
sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan.
Traktus respiratorius:
Peralatan terapi pernafasan yang terkontaminasi
Tdk tepat penggunaan tehnik aseptif saat suction
Pembuangan sekresi mukosa yg kurang tepat
Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Luka bedah/traumatik:
Persiapan kulit yg tdk tepat sblm pembedahan
Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Tdk memperhatikan tehnik aseptif selama perawatan luka
Menggunakan larutan antiseptik yg terkontaminasi
Aliran darah:
Kontaminasi cairan intravena saat penggantian
Memasukkan obat tambahan dalam cairan intravena
Perawatan area insersi yg kurang tepat
Jarum kateter yg terkontaminasi
Tehnik mencuci tangan tidak tepat
Asepsis
Asepsis berarti tidak adanya patogen penyebab penyakit. Tehnik aseptik adalah
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari
mikroorganisme. Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis
dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci
tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan
terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut
juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi
membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan
invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip
asepsis bedah adalah sebagai berikut:
Segala alat yang digunakan harus steril
Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
Alat yang steril harus ada pada area steril
Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
Kulit tidak dapat disterilkan
ASUHAN KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN INFEKSI
Pengkajian
Perawat mengkaji hal-hal dibawah ini:
1. Status mekanisme pertahanan
Pertahanan primer tidak adequat (kulit/mukosa rusak, jaringan trauma, obstruksi
aliran limfe, gangguan peristaltik, penurunan mobilitas)
Pertahanan sekunder tidak adequat (penurunan Hb, supresi SDP, supresi respon
inflamasi, leukopenia)
2. Kerentanan klien
Usia
Bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir mempunyai
antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Seiring bertumbuhnya
anak, sistem imun semakin matur, namun bayi masih rentan terhadap organisme
penyebab demam, infeksi usus, dan penyakit infeksius lainnya (mumps dan campak).
Dewasa awal sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang
menginvasi. Pada usia lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan,
system imun juga mengalami perubahan.
Status nutrisi
Pengurangan asupan protein dan dan nutrien lain seperti karbohidrat
menyebabkan penurunan pertahanan tubuh. Perawat mengkaji asupan diet klien dan
kemampuan klien untuk mengkonsumsi makanan (ada tidak gangguan dalam proses
menelan maupun sistem pencernaannya).
Stress
Tubuh berespon terhadap stess emosi atau fisik melalui sindrom adaptasi umum.
Jika stess terus berlangsung, kadar kortison yan tinggi menyebabkan daya tahan tubuh
menurun.
Hereditas
Kelainan hereditas tertentu mengganggu pertahanan individu terhadap infeksi.
Proses penyakit
Klien yang sakit pada system imun berisiko terutama terhadap infeksi. Klien yang
mengalami sakit komplek (komplikasi) lebih berisiko terhadap infeksi.
Terapi medis
Beberapa obat dan terapi medis mempengaruhi system imun. Perawat perlu
mengkaji obat yang dikonsumsi klien.
3. Penampilan klinis
Tanda dan gejala infeksi bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik. Perawat perlu
mengkaji tanda yang muncul pada klien.
4. Data laboratorium
Perawat mengkaji hasil pemeriksaan laboratorium klien.
Diagnosa
Risiko infeksi b.d gangguan imunitas
Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
Risiko cidera b.d gangguan imunitas
Kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebiasaan diet yg buruk
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan fungsi GI
Perencanaan
Tujuan umum dari perawatan termasuk hal berikut:
Pencegahan paparan terhadap organisme infeksius
Memantau & menurunkan penyebaran infeksi
Mempertahankan resistensi terhadap infeksi
Klien & keluarga belajar tentang kontrol infeksi
Implementasi
Pencegahan penyakit (menghancurkan reservoar infeksi, mengontrol portal keluar dan
masuk, menghindari tindakan penularan, mencegah bakteri menemukan tempat untuk
tumbuh)
Tindakan perawatan akut (pemberian antibiotik (Resep Medis) yg tepat dan tindakan
perawatan Luka lainnya)
Kontrol agen infeksius:
Pembersihan. Membuang semua material asing seperti kotoran dan materi organic
dari suatu obyek.
Desinfeksi. Merupakan proses memusnahkan bakteri, kecuali bagian spora
Sterilisasi. Penghancuran dan pemusnahan seluruh mikroorganisme, termasuk
spora.
Kontrol reservoar
Mandi secara teratur
Mengganti balutan yang basah atau kotor
Benda terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
Jarum terkontaminasi dibuang pada tempat yang tepat
Luka bedah dirawat dengan benar
Perawatan botol & kantong drainase
Pertahankan larutan dalam botol
Pengendalian penularan:
Cuci tangan
Menghindari penggunaan alat yg sama pada beberapa pasien
Menghindari benda kotor menyentuh seragam perawat
Instruksikan pengunjung untuk cuci tangan sebelum mengunjungi klien
Biasakan klien untuk cuci tangan
Kontrol terhadap portal masuk
Mempertahankan integritas kulit & membran mukosa
Kulit dijaga tetap lembab
Pengaturan posisi
Lakukan hygiene oral
Hati-hati dlm merawat luka
Hati-hati dalam membuang alat-alat medis sekali pakai
Perlindungan terhadap penjamu yang rentan:
Tindakan isolasi
Pertahankan status nutrisi
Pertahankan personal hygiene
Berikan dukungan sosial pd klien yg diisolasi
Lingkungan protektif
Perlindungan terhadap pekerja:
Gown
Masker
Sarung tangan
Kacamata pelindung
Pengumpulan spesimen
Membungkus barang atau linen
Evaluasi
Evaluasi tindakan/implementasi yang telah dilakukan, apabila tindakan belum
bisa menyelesaikan masalah maka tindakan keperawatan diteruskan, bila masalah sudah
teratasi, tindakan dihentikan.
Misalnya, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien.
Tidak menggunakan satu alat secara berturut-turut pada beberapa pasien tanpa
dibersihkan dengan baik lebih dahulu setelah dipakai pada seorang pasien. Memandikan
dan membersihkan pasien jangan dianggap pekerjaan rutin yang harus diselesaikan
selekasnya, tetapi harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab akan keselamatan
pasien terhadap ancaman infeksi nosokomial.
Untuk ikut serta mencegah timbulnya resistensi bakteri dan fungi terhadap
antibiotik, gunakanlah antibiotik secara bertanggung jawab, yaitu hanya terhadap bakteri
dan fungi yang rentan, dan dalam jumlah yang memadai serta di bawah pengawasan
dokter.
KETERAMPILAN TERKAIT DENGAN PENGONTROLAN INFEKSI
Untuk hasil yang maksimal disarankan mencuci tangan dengan baik, tidak
terburu-buru, serius dan teliti yaitu minimal dilakukan selama 20 detik. Dengan
melakukan pencucian tangan yang bersih dan teratur dapat menjauhkan kita dari virus,
bakteri dan kuman penyebab penyakit yang umumnya menyerang sistem pencernaan
tubuh kita.
Salah satu penyakit yang biasa diakibatkan oleh kuman yang ikut masuk ke dalam
tubuh manusia bersama makanan adalah diare alias mencret. Selain di disebabkan oleh
kuman penyakit, diare juga dapat ditimbulkan oleh kekurangan cairan tubuh alias
dehidrasi (kurang minum).
Proses Langkah / Tahap Mencuci Tangan Dengan Sabun Antiseptik Yang Baik :
1. Basahi sampai bersih dan rata tangan kita dengan air bersih yang mengalir.
2. Sabuni telapak tangan kita sampai berbusa secukupnya dengan sabun batang / cair yang
dapat membunuh kuman.
3. Usap-usap kedua telapak tangan kita sampai rata.
4. Usap kedua bagian punggung tangan sampai merata.
5. Bersihkan jari dan kuku jari kita sampai bersih.
6. Bilas dengan air bersih yang mengalir sampai busa sabun tidak ada yang tersisa.
7. Lap tangan kita dengan lap tangan atau tisu yang bersih sampai kering.
8. Tips Tambahan :
Sebaiknya kuku jari tangan kita tidak dibiarkan panjang, karena dapat menjadi sarang
penyakit. Jika memang suka kuku panjang maka rawatlah dengan baik dan hindarkan dari
benturan / cedera kuku agar kuku tidak terluka atau terlepas.
PROSEDUR PEMASANGAN SARUNG TANGAN
Memakai Sarung Tangan Steril
Pengertian
Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan
penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.
Tujuan
1. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien
2. Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
3. Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah
dari klien satu ke klien yang lainnya
Persiapan alat
1. Sarung tangan steril
2. Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
3. Handuk bersih
4. Sabun
Prosedur
Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
Lakukan cuci tangan
Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya ke samping
Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada permukaan dalam pembungkus.
Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset
kurang lebih 5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih
dominan.
Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung
tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset
tidak menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari-jari anda pada posisi yang
tepat.
Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset
sarung tangan kedua.
Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari-jari dan
ibu jari sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang
terbuka. Pertahankan ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang
Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya
terbuka saat pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.
PROSEDUR MENYIAPKAN LARUTAN STERIL
Dalam setiap tindakan, wajib hukumnya bagi setiap tenaga keperawatan untuk
memperhatikan tentang pe-I (pencegahan infeksi). Maka dari itu, wajib pula untuk mengetahui
setiap langkah dari pe-I itu sendiri. Hal dasar yang wajib dimengerti oleh para tenaga
keperawatan mengenai pe-I, salah satunya adalah bagaimana membuat laruan klorin 0,5 %.
Untuk membuat larutan klorin, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan dulu
jenis konsentratnya. Karena, lain jenis lain pula cara perhitungnnya. Hanya dibutuhkan sedikit
perhitungan yang sangat sederhana.. Bila jenis konsentrat yang digunakan adalah bubuk, maka
rumus perhitungannya . . .
STERILISASI ALAT
Sterilisasi
Pengertian ;
Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada
peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi, atau
menggunakan bahan kimia.
Jenis peralatan yang dapat disterilkan :
Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga
lambung, drain dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang infus dan lain-lain.
Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju,
sprei, sarung bantal dan lain-lain.
Pelaksanaan :
Sterilisasi dengan cara rebus. Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air
sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan
dari logam, kaca dan karet.
Sterilisasi dengan cara stoom. Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam
autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan
lain-lain.
Sterilisasi dengan cara panas kering. Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap
panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia. Mensterikan peralatan dengan
menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk
peralatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-
lain.
Perhatian :
Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.
Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis
peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian
dapat disterilkan.
Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung
sejak peralatan disterilkan).
Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum
waktu untuk mensterilkan selesai.
Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril.
Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya.
Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.
Pelaksanaan :
Sama dengan pelaksanaan pemeliharaan peralatan dai logam. Tapi khusus spuit,
pengisapnya dikeluarkan dan jarumnya dilepas, kemudian masing-masing alat dibungkus dengan
kain kasa, dan setelah itu baru dimasukkan kedalam sterilisator yang sudah berisi air dan
diltakkan berdampingan.
http://dianhusadalarasati.blogspot.com/p/pengontrolan-infeksi.html