Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Model Dan Nilai Promosi Kesehatan”

Disusun Oleh :

Nama : Siti Nur Aini

NIM : 2001021018

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

HUSNA, S.KM., M.KM.

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2020

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dewasa ini dengan melihat era globalsasi yang semakin maju, masih ada pula sisi lain yang
negative. Diantaranya kurangnya pengetahuan tentang kesehatan. Pada masyarakat awam
sering kali kita jumpai orang yang acuh tak acuh terhadap masalah kesehatannya dan
menganggap remeh jika terkena suatu peyakit. Apalagi pada kumpulan masyarakat yang
tingkat ekonominya rendah. Maraca ingin berobat saja merasa malas karena biaya rumah
sakit dan prawatannya yang sangat mahal serta tidak sebanding dengan pendapatan yang
diperoleh sehari-hari.
Dengan keadaan lingkungan yang memiliki sanitasi rendah dan kurangnya pengetahuan
tentang sanitasi lingkungan di sekitanya, sering kali mereka terkena penyakit-penyakit akibat
terinfeksi mikrooganisme, bakteri, jamur ataupun kuman yang terdapat di lingkungan sekitar
mereka. Penyakit-penyakit seperti itu disebut penyakit infeksi.
Jadi, kesimpulannya penyakit infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh
hingga menimbulkan gejala-gejala penyakit. Atau juga dapat diartikan sebagai invasi dan
pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh terutama yang menyebabkan cidera seluler
local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler atau respon antigen-antibodi.
Terjadinya penyakit infeksi bisa terjadi karena adanya tiga unsure yaitu factor
mikroorganisme, factor hospes pada infeksi dan reaksi hospes dengan mikroorganisme.
Demikian tadi sekilas wacana yang akan dibahas pada makalah ini. Dengan melihat melihat
latar belakang wacana diatas maka penulis memutuskan untuk membuat makalah ini dengan
judul penyaki infeksi.
2. Rumusan Masalah
1. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor jasad renik (mikroorganisme) yang mempengaruhi
terjadinya penyakit infeksi !
2. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor hospes yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi !
3. Jelaskan reaksi hospes dan jasad renik yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi !

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui factor-faktor jasad renik (mikroorganisme) yang mempengaruhi terjadinya
penyakit infeksi.
2. Mengetahui factor-faktor hospes yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi.
3. Mengetahui reaksi hospes dan jasa renik yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi.

BAB II
PEMBAHASAN

Penyakit infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga menimbulkan gejala-
gejala penyakit. Atau juga dapat diartikan sebagai invasi dan pembiakan mikroorganisme pada
jaringan tubuh terutama yang menyebabkan cidera seluler local akibat kompetisi metabolism,
toksin, replikasi intraseluler atau respon antigen-antibodi.

Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya infeksi ada tiga yaitu : factor mikroorganisme, factor
hospes pada infeksi dan reaksi hospes dengan mikroorganisme.

1. Faktor mikroorganisme
a. Daya Transmisi
Pemindahan secara langsung. Faktor yang penting dalam terjadinya infeksi adalah cara
masuknya agen menular hidup ke dalam tubuh. Cara pemindahan infeksi yang mungkin
paling jelas adalah pemindahan secara langsung dari satu orang ke orang lain. Misalnya
melalui batuk, bersin, dan berciuman.
b. Daya Infasi
Masuknya mikroorganisme ke dalam hospes baru. Agen mikroba harus mampu bertahan
di dalam tubuh hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi.
c. Kemampuan Untuk menimbulkan penyakit
Beberapa organisme sebenarnya menyebabkan cedera pada hospes, sebagian besar
melalui cara imunologis. Misalnya basil Tuberculosis yang tidak memiliki toksin sendiri.
2. Faktor Hospes
1. Barier mekanisme tubuh (pertahanan mekanik)
Terdiri dari : kulit dan mukosa orofaring, saluran pencernaan, saluran pernafasan, sawar
pertahanan lain.
2. Radang sebagai pertahanan
3. Fagositosis oleh makrofag pada kelenjar limfe
4. Makrofag dari sistem monosit-makrofag (jika masuk aliran darah)

3. Reaksi hospes dengan jasad renik


Secara biologi, sebenarnya setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan penyakit,
melainkan untuk menghasilkan agen yang jenisnya sama.Antara hospes dan agen, menular
tidak saling menyerang atau menguntungkan bagi yang satu tanpa menimbulkan cidera pada
yang lain: komensalisme,mutualisme dan parasitisme.

A. Faktor-Faktor Jasad Renik (Mikro-organisme)


1. Daya transmisi
Pemindahan secara langsung. Faktor yang penting dalam terjadinya infeksi adalah
cara masuknya agen menular hidup ke dalam tubuh. Cara pemindahan infeksi yang
mungkin paling jelas adalah pemindahan secara langsung dari satu orang ke orang
lain. Misalnya melalui batuk, bersin, dan berciuman. Individu yang terinfeksi
mengeluarkan organisme ke lingkungan sekitar dan akan mengendap berbagai
permukaan kemudian organisme tersebut dapat dilepaskan kembali ke udara sehingga
menyebar secara tidak lansung kepada hospes lain. Trasfusi darah dapat juga sarana
penyebaran infeksi, seperti pada kasus hepatitis virus. Jenis pemindahan tidak lansung
yang lebih komplek melibatkan vektor-vektor seperti serangga. Faktor selektif ilmiah
lain yang mempengaruhi daya komunikasi mikroba adalah daya tahannya terhadap
antibiotik.
2. Daya invasi
Masuknya mikroorganisme ke dalam hospes baru. Agen mikroba harus mampu
bertahan di dalam tubuh hospes tersebut untuk dapat menimbulkan infeksi. Terdapat
banyak cara yang digunakan oleh berbagai agen menular untuk bertahan hidup pada
atau dalam tubuh hospes. Misalnya kolera disebabkan oleh organisme yang tidak
pernah memasuki jaringan tetapi hanya menduduki epitel usus, melekat kuat pada
permukaan sehingga tidak terhanyut oleh gerakan usus.
Beberapa organisme setelah memasuki jaringan dan mendudukinya tidak pernah
menyebar sama sekali. Organisme yang menimbulkan tetanus misalnya tidak
menyebar keseluruh tubuh. Mikroorganisme mempunyuai cara-cara tertentu untuk
menerobos barrier hospes atau menghindari mekanisme pertahanan hospes.
Organisme yang lain menyekresi racun yang mematikan leukosit. Dengan demikian
organisme ini tidak tertangkap .
3. Kemampuan untuk Menimbulkan Penyakit
Beberapa organisme sebenarnya menyebabkan cedera pada hospes, sebagian besar
melalui cara imunologis. Misalnya basil Tuberculosis yang tidak memiliki toksin
sendiri.Banyak mikroorganisme lain seperti bakteri gram negative, sebagai dari
strukturnya mengandung endotoksin kompleks yang dilepaskan waktu
mikroorganisme tersebut mengalami lisis. Pelepasan endotoksin ada hubungannya
dengan timbulnya demam dan dalam keadaan – keadaan yang lebih ekstrim, seperti
septikemia gram negatif, dengan timbulnya sindrom syok.
Beberapa organisme menimbulkan cedera pada hospes, sebagian besar dengan cara
imunologis dengan membantu pembentukan kompleks antigen – antibodi, yang
selanjutnya dapat menimbulkan kelainan, misalnya pada kompleks imun
glomerulonefritis. Ujung akhir dari spectrum adalah virus merupakan parasite obligat
intraseluler.Secara singkat,virus adalah potongan sederhana bahan genetik
(DNA,RNA) yang mempunyai alat untuk menyusupkan dirinya ke dalam sel hospes.

B. Faktor-Faktor Hospes Pada Infeksi


Mekanisme pertahanan tubuh terhadap agen menular:
1. Barier mekanisme tubuh( pertahanan mekanik)
a. Kulit dan mukosa orofaring
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang utuh
memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar dan epitel
berlapis gepeng sebagai barier meanis yang baik sekali terhadap infeksi. Namun
jika terjadi luka iris, abrasi atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu
basah) dapat memungkinkan agen menular masuk. Selain sebagai barier
sederhana, kulit juga mempunyai kemampuan tertentu untuk melakukan
dekontaminasi terhadap dirinya sendiri. Organisme yang melekat pada permukaan
luar kulit akan dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas.Selain
dekontaminasi fisik juga terdapat kontaminasi kimiawi yang terjadi dengan cara
berkeringat dan sekresi kelnjar sebasca yang membersihkan permukaan kulit.
Kulit juga memiliki flora normal yang dapat berpengaruh terhadap dekotaminasi
biologis dengan menghalangi pembiakan organisme-organisme lain yang melekat
pada kulit. Lapisan mulut dan sebagian besar faring serupa dengan kulit karena
terdiri dari epitel berlapis yang merupakan bagian dari barrier mekanisme untuk
mencegah invasi mikroba. Namun, barier mekanis ini sebenernya memiliki
kelemahan disepanjang gusi dan di daerah tonsil. Mukosa orofaring juga
didekontaminasi oleh aliran saliva yang dengan mudah menghanyutkan partikel-
partikel yang ada. Selain itu terdapat zat-zat dalam saliva yang menghambat
mikroorganisme tertentu. Mulut dan faring juga memiliki banyak flora normal
yang dapat bekerja untuk menghalangi pertumbuhan beberapa kuman yang
potensial.
b. Saluran Pencernaan
Mukosa lambung adalah tipe kelnjar dan bukan merupakan barier mekanisme
yang baik. Sering terjadi luka-luka kecil atau erosi pada lapisan lambung,tetapi
tidak mempunyai arti pada proses infeksi, sebab suasana lambung sendiri sangat
tidak sesuai untuk banyak mikroorganisme.Sebagian besar disebabkan oleh
keasaman lambung yang tinggi dan lambung cenderung memindahkan isinya ke
usus halus dengan proses yang relatif cepat. Lapisan usus halus juga bukan barier
mekanisme yang baik, dan secara mudah dapat ditembus oleh banyak bakteri.
Gerakan peristaltic untuk mendorong isi usus berlangsung cepat sekali sehingga
populasi bakteri dalam lumen dipertahankan tetap sedikit. Bila motilitas usus
terganggu, jumlah jasad renik dalam usus halus akan meningkat dan akan
menginvasi mukosa.Bakteri normal yang jumlahnya banyak ini berkompetisi
untuk mendapatkan makanan atau mereka benar-benar mengeluarkan substansi
antibakteri (antibiotik).
c. Saluran pernafasan
Epitel pada saluran nafas misalnya pada lapisan hidung, lapisan nasofaring, trakea
dan bronkus, terdiri dari sel – sel tinggi yang beberapa diantaranya mengeluarkan
mukus, tetapi sebagian besar diperlengkapi dengan silia pada permukaan lumen
mereka. Tonjolan- tonjolan kecil ini bergetar seperti cambuk dengan gerakan
yang diarahkan kemulut, hidung dan keluar tubuh. Jika jasad renik terhirup,
mereka cenderung menegnai selimut mukosa yang dihasilkan dari mukus, untuk
digerakkan keluar dan atau dibatukkan atau ditelan. Kerja perlindungan ini
dipertinggi dengan adanya antibodi didalam sekresi. Jika beberapa agen
menghindar dari pertahanan ini dan mencapai ruang – ruang udara didalam paru-
paru, maka disana selalu terdapat makrofag alveoler yang merupakan barisan
pertahanan lain.
d. Sawar Pertahanan Lain
Permukaan lain dalam tubuh dilengkapi dengan mekanisme-mekanisme
pertahanan yang serupa. Dalam saluran kemih, lapisan epitelnya adalah epitel
berlapis banyak yang memiliki barrier mekanis, tetapi salah satu pertahanan
utama saluran kemih adalah kerja aliran kemih dalam menghalau mikroba keluar.
Semua hal yang mengganggu kelancaran aliran kemih yang normal, apakah itu
penyumbatan ureter atau hanya kebiasaan buruk menahan kencing dapat
memudahkan terjadinya infeksi. Konjungtiva mata sebagian dilindungi secara
mekanis dan yang lain oleh air mata. Mukosa vagina merupakan epitel yang
kuat,berlapis banyak dan sifat pertahanan mekanismenya diperkuat oleh adanya
flora normal yang berjumlah banyak dan sekresi mucus.

2. Radang Sebagai Pertahanan


Jika agen menular berhasil menembus salah satu barier tubuh dan memasuki jaringan,
maka barisan pertahanan berikutnya adalah reaksi peradangan akut. Reaksi
peradangan adalah suatu keadaan saat aspek humoral (antibody) dan aspek seluler
pertahanan tubuh bersatu. Efek opsonisasi antibody dan komponen-komponen
komplemen misalnya, akan meningkatkan aktivitas fagosit antimikroba.
Jika reaksi peradangan akut tidak sanggup mengatasi kuman itu,interaksi tersebut
dapat menyebar lebih luas keseluruh tubuh. Biasanya penyebaran terjadi secara pasif
bila dipandang dari kerja mikroba, dan biasanya organisme tersebut dibawa oleh
cairan tubuh.Pengeluaran cairan eksudat dapat memindahkan interaksi.Sebenarnya
fagosit tersebut tidak langsung membunuh kuman tetapi berkelana terlebih dahulu ke
tempat lain dalam tubuh. Penyebaran cenderung terjadi pada ruang yang berdekatan.
Misalnya,jika ada satu bagian saluran gastrointestinal yang mengalami perforasi, dan
organisme didalamnya memasuki ruang peritoneum maka organisme itu dapat
menyebar ke seluruh permukaan peritoneum. Jika beberapa agen mencapai suatu
permukaan jaringan ikat,seperti sepanjang otot,maka agen tersebut dapat menyebar
dengan cepat sepanjang permukaan itu. Jika organisme yang menular itu dapat
mencapai selaput otak (selaput yang meliputi seluruh sistem saraf pusat),maka
organisme itu dapat menyebar dengan cepat ke seluruh proses cerebrospinalis.
3. Pembuluh limfe pada infeksi
Karena alasan –alasan penting,maka aliran limfe dipercepat pada keadaan radang
akut. Sayangnya, hal ini berarti bahwa agen-agen menular kadang-kadang juga ikut
menyebar dengan cepat sepanjang pembuluh limfe bersamaan dengan aliran limfe
tersebut.Kadang-kadang mengakibatkan terjadinya limfangitis,tetapi lebih sering
agen-agen menular itu langsung terbawa ke kelenjar limfe,disini agen tersebut cepat
difagositosis oleh makrofag.Pada keadaan ini,maka cairan limfe mungkin dapat
terbebas dari agen-agen menular tersebut.
4. Pertahanan terakhir
Jika penyebaran agen menular tidak terhenti pada kelenjar limfe atau jika agen
tersebut langsung memasuki vena ditempat primernya, maka dapat terjadi infeksi
pada aliran darah. Ledakan bakteri didalam aliran darah sebenarnya tidak jarang
terjadi, dan peristiwa yang dinamakan bakteremia ini biasanya ditangani secara cepat
dan efektif oleh makrofag dari sistem monosit – makrofag. Namun,jika organisme
yang masuk itu berjumlah sangat besar dan jika organisme tersebut cukup resisten,
maka sistem makrofag dapat ditaklukkan. Hal ini mengakibatkan organisme tersebut
dapat menetap didalam darah, dan dapat menimbulkan gejala-gejala malese,
kelemahan, dan tanda-tanda demam,menggigil dan sebagainya. Keadaan ini
dinamakn septicemia atau sepsis, atau sering juga disebut ‘keracunan darah’.
Akhirnya, pada beberapa keadaan,organisme tersebut dapat mencapai jumlah yang
sangat besar, sehingga mereka bersirkulasi dalam bentuk gumpalan-gumpalan,
tersangkut pada banyak organ dan menimbulkan banyak sekali mikroabses. Keadaan
seperti ini dinamakan septikopiemia atau singkatnya piemia.

C. Respon hospes terhadap mikroba


Sering dianggap bahwa interaksi antara hospes dan agen menular merupakan suatu
peperangan dengan seluruh kemampuan yang ada atau ‘’pertarungan sampai mati’’.Ada
kecenderungan besar yang menganggap agen menular sebagai benda yang ‘’buruk’’ secara
intrinsik karena ditakdirkan untuk menimbulkan penyakit. Namun secara biologi, sebenarnya
setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan penyakit, melainkan untuk menghasilkan
agen yang jenisnya sama. Jika hubungan antara hospes dan agen menular tidak saling
menyerang, maka jenis interaksi ini disebut komensialisme.
Jika interaksi memberikan beberapa keuntunganbagi kedua belah pihak, maka interaksi
ini disebut mutualisme. Komensialisme dan mutualisme merupakan hasil yang paling sering
terjadi akibat interaksi infeksi dialam dan timbulnya penyakit menular dalam arti evolusi
(dan ternyata banyak sekali) merupakan penyimpangan dari keadaan ini. Interaksi yang
kompleks dari hospes dan faktor-faktor lingkungan menentukan timbulnya infeksi. Virulensi
atau patogenisitas mikroorganisme tertentu berkaitan dengan status hospes.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab pembahasan masalah dapat disimpulkan bahwa penyakit
infeksi adalah Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh hingga menimbulkan gejala-gejala
penyakit. Faktor-faktor pada penyakit infeksi meliputi : Faktor mikroba, factor hospes dan
reaksi hospes dan jasad renik terhadap infeksi.
Faktor mikroba antara lain : daya transmisi, daya invasi dan kemampuan menimbulkan
penyakit. Sedangkan faktor hospes pada infeksi antara lain :
1. Barier mekanisme tubuh (pertahanan mekanik)
Terdiri dari : kulit dan mukosa orofaring, saluran pencernaan, saluran pernafasan, sawar
pertahanan lain.
2. Radang sebagai pertahanan
3. Fagositosis oleh makrofag pada kelenjar limfe
4. Makrofag dari sistem monosit-makrofag (jika masuk aliran darah)

Reaksi hospes dengan jasad renik meliputi : komensalisme, mutualisme dan parasitisme.
Karena sebenarnya setiap agen yang hidup bukan untuk menimbulkan penyakit, melainkan
untuk menghasilkan agen yang jenisnya sama.

B. Saran
Demikian lah makalah yang dapat kami buat, kami sebagai manusia biasa menyadari bahwa
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/infeksi.htm

agildhiemitra.files.wordpress.com/.../mikroorganisme-penyebab-keracunan-makanan-dan-

penyakit-menular.doc

http://mawarmawar.wordpress.com/tag/mikroorganisme/
http://syarifahlizaalatas.blog.friendster.com/2008/01/infeksi/

http://blog.uin-malang.ac.id/alan/2011/01/10/infeksi-radang/

http://nirwan-anwarcom.blogspot.com/2009/04/patofisiologi-infeksi.html

http://yesg-ners.blogspot.com/2009/05/mekanisme-infeksi.html

Anda mungkin juga menyukai