1.1.Latar Belakang
Dalam sejarah kehidupan, mikroorganisme telah
banyak sekali memberikan peran sebagai bukti
keberadaannya. Begitu banyak dan dominannya
peranan mikroorganisme dalam kehidupan ini menjadi
salah satu unsur dalam cakupan mikrobiologi. Dengan
semakin majunya teknologi mikroskop, semakin
mendukung perkembangan mikrobiologi, sehingga
pembahasan tentang ilmu ini semakin luas dan
mendalam. Bahkan mikrobiologi telah dibagi menjadi
beberapa cabang, seperti mikrobiologi pertanian,
mikrobiologi kesehatan, mikrobiologi lingkungan dan
lain-lain.
Pembagian ini bertujuan untuk mengakomodir
perkembangan mikrobiologi yang pesat dan besarnya
peranan serta mungkin dampak dari mikroorganime di
dalam kehidupan. Mikrobiologi dalam kehidupan telah
diterapkan di banyak sekali sektor kehidupan, yang
paling mashur adalah di bidang pangan; pembuatan
tempe, bir, tape, keju dan lain-lain, Dalam bidang
kesehatan penggunaan mikroorganisme dapat
mengetahui lebih dalam tentang penyakit infeksi,
penyebarannya serta cara pengobatannya dengan
berbagai cara seperti pemberian antibiotika.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.2.1. Untuk mengetahui beberapa mikroba yang
menyebabkan penyakit
1.2.2. Untuk mengetahui penyebaran mikroba dan
kondisi lingkungan penyebab penyakit
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Mikrobiologi Kesehatan
2.1.1. Postulat Koch
Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan
metoda laboratorium dan menentukan kriteria yang
diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik
merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini
dikenal dengan postulat Koch
yaitu:
1. Mikroorganisma tertentu selalu ditemukan berasosiasi
dengan penyakit yang ditimbulkan.
2. Mikroorganisma dapat diisolasi dan ditumbuhkan
sebagai biakan murni di laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang
yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisma tersebut dapat diisolasi kembali dari
hewan yang telah terinfeksi tersebut.
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan
ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai
penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari
30 tahun). Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit
tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1
mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat
Koch.
Pada tahun 1892 Dimitri Ivanovski menunjukkan
bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada
tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman
yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang
ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter
tersebut diketahui dapat menyaring bakteri. Penelitian
selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut
mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil dari bakteri.
Yellow fever merupakan penyakit pertama pada
manusia yang diketahui disebabkan oleh virus.
Pada tahun 1900 seorang ahli bedah bernama
Walter reed (1851-1902) dengan menggunakan
manusia sebagai volunteer membuktikan bahwa virus
tersebut dibawa oleh nyamuk tertentu lainnya
membawa protozoa penyebab malaria. Salah satu cara
penting untuk mencegah penyakit tersebut adalah
mengurus air yang tergenang yang digunakan nyamuk
untuk tempat berkembang biak.
2.1.2 Mekanisme Penetrasi Bakteri Patogen
Suatu patogen pertama kali harus mencapai
jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum
melakukan kerusakan. Dalam banyak kasus, hal yang
dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus
menembus kulit, membran mukosa, atau epitel intestin,
permukaan yang secara normal bertindak sebagai
barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke
lapisan subkutan hampir selalu terjadi melalui luka,
jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit
yang utuh.
Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis
mukus, yang tersusun dari beberapa senyawa
karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama
yang dilalui oleh patogen ketika memasuki inang
beberapa organisme memiliki kemampuan untuk
menguraikan mukus dengan menggunakan enzim yang
dikeluarkannya. Faktor lain yang membantu
penembusan lapisan mukosa adalah motilitas atau
pergerakan. Sebagai contoh motilitas dalam kolonisasi
Vibrio cholerae. Motilitas meningkatkan serbuan
salmonella dan penembusan sel epitel, meskipun tidak
sangat diperlukan. Walaupun demikian, patogen lain
yang menembus permukaan mukosa dan berinteraksi
secara baik dengan sel epitel mukosa adalah nonmotil
(tidak bergerak). Beberapa contoh termasuk spesies
Shigella dan Yersiniae. Sel M suatu sel epitel khusus,
memiliki sedikit mukus pada permukaannya, sebaliknya
sel epitel bentuk silinder dilapisi mukus yang lebih
tebal. Sebagian besar mikroorganisme menembus lewat
sel M karena tidak terdapat barrier mukus pada sel M.
Beberapa toxin bakteri yang menyebabkan diare juga
menyebabkan hilangnya mukus. Hilangnya mukus
memudahkan jalan masuk ke sel epitel mukosa,
meskipun mikroorganisme penghasil toxin tersebut
ingin menghindari pencucian selama proses ini.
Sebagian besar infeksi mikroorganisme dimulai
dengan menembus membran mukosa pada saluran
pernafasan, urin, atau saluran reproduksi. Hal ini
membuktikan bahwa bakteri atau virus mampu memulai
infeksi dengan kemampuan melekat secara spesifik
kepada sel epitel. Bukti untuk spesifinitas ada beberapa
tipe. Pertama merupakan spesifisitas jaringan. Suatu
mikroorganisme penyebab infeksi tidak melekat pada
semua sel epitel secara bersama-sama, tapi
memperlihatkan selektifitas dengan melekat pada
daerah tubuh tertentu dimana secara normal dia dapat
masuk. Sebagai contoh, Neisseria gonorrhoae, agen
penyebab penyakit menular secara seksual melekat
lebih kuat terhadap epitel urogenital dibanding ke
jaringan lain. Kedua, spesifisitas inang, suatu strain
bakteri yang secara normal menginfeksi manusia akan
lebih kuat melekat kepada sel epitel manusia yang
cocok dibanding dengan sel yang sama pada hewan atau
sebaliknya.
Perlekatan terhadap permukaan mukosa
memainkan suatu peranan yang besar dalam kolonisasi
mukosa untuk hampir semua patogen mukosa.
Mekanisme yang sebenarnya digunakan untuk
perlekatan sering melibatkan pengikatan pada
permukaan bakteri seperti pili(fimbria) terhadap
reseptor permukaan sel inang. Banyak penelitian yang
sudah dilakukan terhadap daerah ini, termasuk
karakterisasi gen yang dilibatkan pada sintesis pili dan
identifikasi reseptor inang. Sebagai alternatif, bakteri
dapat membuat adhesin non-fimbria sebagai perantara
perlekatan. Sebagai contoh adalah adhesin non-fimbria
dari bakteri E.coli dan hemaglutinin bentuk filamen dari
bordetella pertussis.
Jenis perlekatan lainnya adalah perlekatan terhadap
reseptor permukaan mukosa, beberapa adhesin bakteri
memerantarai kontak bakteri dengan bakteri lain,
terbentuk dalam susunan mikrokoloni yang berikatan
secara bersentuhan. Beberapa patogen yang diperantarai
tipe tersebut termasuk enteropatogen bakteri E.coli dan
V. Cholerae. Peranan perlekatan antara bakteri dalam
kolonisasi mukosa tetap menentukan, meskipun hal ini
bersifat spekulasi dengan alasan sekali suatu patogen
berhasil berikatan terhadap permukaan inang, mereka
dapat menyebar. Proses ini menguntungkan karena
dapat menolong sel-sel lain yang berikatan. Dengan
kata lain, bakteri berpisah pada permukaan inang,
mereka dapat tetap tinggal dan saling berikatan dengan
sesamanya lebih cepat daripada langsung kepada
permukaan sel inang, yang membatasi daerah ini.
Perlekatan antara bakteri ini dianggap bahwa bakteri
mengekspresikan reseptor khusus yang menyerupai sel
inang atau adhesin tersebut dapat mengenali reseptor
yang berbeda pada bakteri dan sel inang. Dengan kata
lain, bakteri mengekspresikan tipe adhesin yang
berbeda untuk kontak antar spesies(bakteri sel inang)
dan dalam suatu spesies (bakteri-bakteri).
BAKTERI
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit
adalah,
1. Staphylococcus
Staphylococcus merupakan bagian mikroflora
indigenus dan berpindah ke berbagai bagian tubuh
tanpa gejala. Penyebaran dari tempat tersebut
menyebabkan penyakit endemik dan epidemik. Sumber
infeksi staphylococcus merupakan pasien atau pegawai
rumah sakit yang memiliki lesi. Pembersihan nanah dari
lesi pasien, dapat membahayakan orang lain karena
kemampuan bakteri untuk menyebar melalui
lingkungan yang terkontaminasi. Kontak langsung
melalui tangan merupakan salah satu jalur penularan
terpenting (Kusnadi, 2003).
2. Streptococcus pyogenes
3. Corynebacterium diphtheriae
4. Streptococcus pneumoniae
Perlekatan terhadap permukaan mukosa merupakan
awal peristiwa kolonisasi dan infeksi. Streptococcus
pneumoniae melekat dan berinteraksi dengan
Nasetilglukosamin-galaktosa dari glikolipid permukaan
sel. Kekuatan melekat terhadap sel epitel sangat penting
untuk kolonisasi pneumococcus pada nasofarinx dan
menyebabkan otitis media (infeksi telinga-tengah).
5. Haemophilus influenzae
H. influenzae merupakan bakteri bentuk batang
gram-negatif, pleomorfik, kecil dan pertumbuhannya
lambat. Pada cairan spinal, caiiran sendi, dan kultur
primer dari bahan tersebut pada medium yang
diperkaya, bakterii ini sebagiian besar berbentuk
kokobasil, berukuran lebar 0,2-0,3 (m dan panjang 0,5-
0,8 mm. Meskipun tidak menyebabkan influenza
epidemik sebagaimana namanya, bakteri ini mampu
menyebabkan infeksi yang berat. Pada bayi dan anak-
anak, bakteri ini menyebabkan meningitis akut, dan
beberapa penyakit serius lain. H. influenzae tipe b
merupakan patogen primer pada anak-anak dibawah 5
tahun Pada orang dewasa, H. influenzae tipe b
berhubungan dengan pneumonia dan penyakit paru-
paru kronik. Strain H. influenzae tanpa-tipe dan
Haemophilus lain dapat menyebabkan sinusitis, otitis,
dan infeksi saluran pernafasan atas. Alkoholik, perokok,
orang yang terinfeksi-HIV, dan penderiita penyakit
paru-paru kronik, memiliki risiko terinfeksi bakteri ini.
Strain penghasil-beta-laktamase, lebih sering terdapat
pada anakanak dibanding pada orang dewasa (Kusnadi,
2003).
6. Neisseria meningitidis
N. meningitidis merupakan bakteri kokus gram-
negatif, diameter 0,6-1,0 (m. Bakteri ini biasanya
terlihat berpasangan dengan sel disebelahnya. Isolat
segar sebagian besar N. meningitidis mempunyai
kapsul. Bakteri ini membentuk sejumlah besar
membran luar yang mengandung-LPS selama
pembelahan, dan vesikula bahan tersebut dilepaskan ke
luar sel. LPS dari meningococcus lebih poten
menginduksi fenomena Shwartzman daripada E. coli
dan S. typhimurium. LPS dilepaskan ke dalam sel
endotelium vaskuler menyebabkan nekrosis vaskuler
dan menimbulkan respon peradangan. Jadi endotoksin
dilibatkan dalam merusak vaskuler, khususnya terlihat
pada lesi kulit dimana dihasilkan berbagai komponen
penyakit.
7. Bordetella pertussis
Terdapat tiga spesies Bordetella : B. pertussis, B.
parapertussis, dan B. bronchiseptica. Hubungan sifat
genetis, fisiologi, dan antigenik serta komponen
isoenzim yang menyebabkan tiga spesies ini
ditempatkan dalam satu genus. Bordetellae merupakan
parasit obligat pada manusia dan hewan. Berbiak di
antara silia sel epitel. Manusia hanya merupakan inang
alami B. pertussis, B. parapertussis, dan, sedangkan B.
bronchiseptica tetap merupakan patogen pada hewan.
Bordetella merupakan bakteri aerob sempurna, tidak
menghasilkan hidrogen sulfida, indol atau
asetilmetilkarbinol. emaglutinin. B. pertussis memiliki
dua hemaglutinin yang memerantarai perlekatan bakteri
ini kepada silia saluran pernafasan manusia.
8. Legionella pneumophila
Dari genus Legionella, Legionella pneumophila
merupakan bakteri penyebab infeksi terbesar (70%)
pada manusia. Terdapat 14 serogrup L. pneumophila
yang berbeda. L. pneumophila merupakan parasit
intraseluler fakultatif dan dapat tumbuh dalam leukosit
manusia juga dalam protozoa. Bakteri ini difagositosis
oleh neutrofil dan makrofag paru-paru, tetapi bertahan
hidup dan tumbuh intraseluler. Penyakit Leginnaire
menyebar luas di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi
secara sporadis, juga pada kelompok epidemik.
Meskipun infeksi terjadi sepanjang tahun, tetapi
sebagian kasus terjadi pada musim panas. Terdapat dua
tipe faktor risiko : berhubungan dengan penderita dan
lingkungan. Perokok, penderita penyakit paru-paru
kronik, dan alkoholik, atau penderita imunosupresif,
memiliki risiko tinggi. Pasien cangkok ginjal dan
membutuhkan dialisis juga mengalami peningkatan
risiko penyakit tersebut. Pria dan wanita memiliki
perbandingan 2,6:1. Sebagian kasus terjadi pada usia 50
tahun atau lebih. Demam pontiac, juga sering terjadi
pada orang yang sehat (Kusnadi, 2003).
9. Acinetobacter
Acinetobacter genus anggota Moraxellaceae
keluarga di urutan Pseudomonadales. Spesies yang
paling penting dari genus ini pada manusia adalah
Acinetobacter baumanii . Organisme ini adalah anggota
dari kelompok spesies fenotipik serupa yang . sering
dikelompokkan bersama di kompleks A.calcoaceticus-
A.baumannii. Dalam pengaturan kesehatan, organisme
ini kelompok yang umumnya terlibat dalam wabah dan
rumah sakit-terkait infeksi. Ada sesekali. laporan
infeksi oportunistik pada individu immunocompromised
disebabkan oleh A. lwoffii. lwoffii dan spesies lainnya.
Bakteri dalam genus Acinetobacter secara ketat
aerobik,adalah bakteri gram negatif. Pada pewarnaan
gram, mereka digambarkan sebagai
cocobacilus,.cocobacilus, memiliki bentuk peralihan
antara batang (basil) dan bola (kokus) (1.
Rosenbaum, Patricia RNC, CIC.2010)
Bakteri Acinetobacter sering muncul lebih basil-
seperti selama fase pertumbuhan dan dari cairan.
Mereka sering terlihat berpasangan, dan meskipun
gram negatif, kadang-kadang akan muncul gram
variabel pada satu gram noda. Mereka mudah
berkembang dalam budaya pada standar mikrobiologi
media pada suhu antara 20 dan 30 derajat C Mereka
adalah. nonmotil bakteri oksidase negatif, biasanya
nitrat-negatif, dan non-fermentasi laktosa, meskipun
mereka dapat sebagian fermentasi laktosa ketika
tumbuh pada agar-agar MacConkey.
Genitourinary
Pada pasien dengan urethritis menyerupai
gonorrhea yang resistensi penicillin kadang disalah
artikan sebagai akibat infeksi Acinetobacter. Meskipun
tractus urinarius bagian bawah terdapat kolonisasi
Acinetobacter, namun jarang invasif. Walaupun begitu
ada data yang menunjukkan terjadinya cystitis dan
pyelonephritis pada pasien dengan kateter menetap.
Meningitis
Meningitis oleh karena Acinetobacter jarang
terjadi. Meskipun jika ditemukan berasal dari prosedur
bedah saraf. Meningitis bermanifestasi kasar. Gambaran
rash petechie tampak pada Acinetobacter meningitis.
Jaringan lunak
Acinetobacter dapat menimbulkan cellulitis yang
dihubungkan dengan i.v cateter. Pada luka, trauma, luka
bakar, dan insisi post operasi. Hal ini karena
Acinetobacter dapat tubuh subur pada jaringan dan
benda asing.
Jaringan lain
Acinetobacter dapat menimbulkan infeksi di
seluruh jaringan tubuh. Pada mata dapat menyebabkan
conjungtivitis, endopthalmitis, perforasi kornea oleh
karena kontaminasi contact lens. Endocarditis oleh
karena katup buatan, osteomyelitis, septic arthritis,
abses liver dan pancreas, juga pernah dilaporkan oleh
karena Acinetobacter (Navon-Venezia1, Shiri , Leavit,
Azita and Carmeli, Yehuda.2007).
VIRUS
Beberapa virus dapat menyebabkan penyakit adalah,
1. Influenza
3. Campak
Penyakit ini disebabkan oleh paramyxovirus.
Campak biasanya menyerang anak-anak. Gejala
campak adalah demam tinggi, mengigau, batuk, mata
pedih jika terkena cahaya dan rasa ngilu di seluruh
tubuh. Pada fase inkubasi awal, virus berkembang biak
di saluran pernapasan atas yang menyebabkan gejala
batuk kering dan radang tenggorokkan. Di akhir fase
inkubasi, virus menuju darah dan beredar ke seluruh
bagian tubuh, terutama kulit, sehingga terlihat
bercakbercak merah di kulit. Infeksi virus campak
sering diikuti infeksi sekunder oleh bakteri penyebab
pneumonia dan infeksi telinga.
5. Cacar
6. Hepatitis
Pada penyakit ini, virus menyerang hati penderita
sehingga membengkak, mengakibatkan empedu beredar
ke seluruh tubuh. Akibatnya, kulit dan bola mata
penderita berwarna kuning. Itulah sebabnya penyakit ini
disebut penyakit kuning. Saat ini dikenal ada lima virus
hepatitis yang dapat menginfeksi manusia yaitu virus
yang menyebabkan hepatitis A, B, C, D, dan E.
Hepatitis A dan E tergolong ringan dan dapat pulih
dalam beberapa minggu. Hepatitis B, C, dan D dapat
menyebabkan hepatitis yang kronis yang diderita
selama hidup. Hepatitis A dan E disebarkan melalui
feses dan dapat menginfeksi tubuh melalui air dan
makanan yang tercemar feses penderita. Untuk
mencegah terkena hepatitis A dan E, kita harus menjaga
kebersihan diri dan lingkungan serta makanan dan
minuman yang kita santap. Hepatitis B, C, dan D
ditularkan terutama melalui kontak darah dengan
penderita. Hepatitis D diderita hanya oleh orang yang
terinfeksi virus hepatitis B. Hepatitis B juga dapat
ditularkan melalui kontak seksual dan dari ibu kepada
anak saat persalinan.
7. Polio
8. Gondong
Penyakit gondong disebabkan oleh paramyxovirus
yang hanya memiliki RNA. Paramyxovirus dapat
tumbuh di jaringan otak, selaput otak, pankreas, testis,
glandula parotid, dan hati AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome) adalah penurunan sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV (human
immunodeficiency virus). HIV merupakan golongan
retrovirus yang memiliki 2 molekul RNA. Virus masuk
ke dalam darah, menyerang sel-sel darah putih T4, yaitu
sel darah putih yang berperan menjaga sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tersebut mampu
memproduksi antibodi, yaitu senyawa kimia yang dapat
menawarkan racun penyakit yang masuk ke dalam
tubuh. Jika tubuh terinfeksi HIV, sel T4 akan hancur
sehingga tubuh tidak mampu lagi melawan bibit
penyakit
9. Ebola
11. Rabies
14. SARS
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adams RA. 1989. rinciples of neurology. 4th ed. New York:
McGraw Hill,(81-3 )
Aini, Fitri. 2013. Macam- macam Jenis vaksin dan
Kegunaannya. (Online)
Alifuddin. 2002. Penyakit yang disebabkan Virus MBV
(Monodon baculovirus). Lampung: Fakultas kedokteran
Universitas Lampung.
Ertl HCJ, Xiang Z. 1996. Novel Vaccine Approaches.
Journal of Immunology; 156(10):3579-3582.
Hilleman MR. 1995. DNA Vectors: Precedents and Safety.
Annals New York Academy of Science; 772:1-14.
http://fitriinurraiini.blogspot.com/2013/08/macam-macam-
jenis-vaksi dan-kegunaanya.html. Diakses pada tanggal
2 November 2014
Kusnadi,dkk.2003.Common TextBook MIKROBIOLOGI.
Bandung: JICA.
Navon-Venezia1, Shiri , Leavit, Azita and Carmeli,
Yehuda.2007. High tigecycline resistance in multidrug-
resistant Acinetobacter baumannii. Faculty of Medicine,
Tel Aviv University, Tel Aviv, Israel. (2007) 59, 772
774.
Nirmalasari, Irma. 2012. VIRUS. (Online)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/05
/13/n5im4i-penanganan-merscov- jangan-resahkan-
masyarakat. Diakses pada tanggal 2 November 2014.
Pediatri, sari. 2001. Patofisiologi Infeksi Bakteri pada Kulit
(online), diakses tanggal 29 Oktober 2014
Priyani,nunuk.tanpa tahun.Sejarah Penemuan
Mikroba.Universitas Sumatera Utara
Ridwanas. 2012. Definisi Serum, Vaksin, Jenis Kekebalan
Tubuh dan Pengaruh Bagi Kesehatan. (Online)
http://ridwanaz.com/kesehatan/definisi-serum-vaksin-
jenis-kekebalan-tubuh-dan-pengaruh-bagi-kesehatan/.
Diakses pada tanggal 2 November 2014.
Rosenbaum, Patricia RNC, CIC.2010. Guidelines for the
Elimination of Multidrugresistant Acinetobacter
baumannii Transmission in Healthcare
Settings.Cincinati USA Hospital.2010
Waluyo, Lud. 2012. Mikrobiologi Umum. Universitas
Muhammadiyah Malang