Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

( Perbedaan Proses Infeksi berbagai Agen Infeksius dan kondisi yang melemahkan
pertahanan pejamu melawan mikroorganisme)

Dosen Pembimbing : Ns.Yuanita Ananda, M. Kep

DISUSUN OLEH :

Muhammad Usamah 2011311027

Mutia Salsabilla 2011311018

Adinda Tri Kurnia Putri 2011313001

Wulan Umairah 2011312067

Sabilla Khairani 2011311039

Putri Anisa Fazira 2011312019

PROGRAM STUDI KONSEP DASAR KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Kata Pengantar

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ilmu dasar kesehatan 2 dengan judul
“Perbedaan Proses Infeksi berbagai Agen Infeksius dan kondisi yang melemahkan pertahanan
pejamu melawan mikroorganisme” pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini kami
sadar karena kemampuan kami sangat terbatas. Maka makalah ini masih mengandung
banyak kekurangan, untuk itu harapan kami para pembaca bersedia memberi saran dan
pendapat untuk makalah ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,
kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang
tak terhingga. Semoga Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini
besar manfaatnya bagi kita semua.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di


sekelilingnya, sedangkan di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada
permukaan tubuh, di dalam mulut, hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya.
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak penyakit yang telah melanda peradaban
manusia selama berabad-abad. Patogen yang merupakan agen penginfeksi masuk
kedalam tubuh melalui luka kemudian berpoliverasi kedalam tubuh sehingga
menyebabkan infeksi (Pelczar dan Chan, 1986).

Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dengan hospes.


Staphylococcus aureus merupakan patogen mayor pada manusia. Hampir setiap orang
mempunyai tipe infeksi S. aureus selama hidupnya, dengan tingkat keganasan yang
berbeda mulai dari infeksi kulit minor sampai infeksi yang dapat mengancam jiwa
serta setiap jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri ini dan menyebabkan
penyakit dengan tanda-tanda yang khas berupa peradangan, nekrosis dan
pembentukan abses. Abses merupakan sifat khas infeksi S. aureus. Penggunaan
antibiotik dalam terapi terhadap infeksi masih menjadi pilihan utama. Akan tetapi
harus diperhatikan aturan pemakaiannya agar tidak terjadi resistensi bakteri yaitu
bakteri yang lebih kuat dan kebal terhadap antibiotik. Memakan waktu lama dan biaya
besar, hal ini merupakan salah satu konsekuensi dari resistensi bakteri (Sitompul,
2002).

Keberhasilan antibiotik menyembuhkan berbagai penyakit infeksi membuat


dokter dan masyarakat percaya akan kemampuannya membunuh segala macam
kuman. Bahkan kepercayaan itu sering berlebihan. Segala penyakit yang dianggap ada
kemungkinan infeksi diberi terapi antibiotik, apakah itu batuk pilek karena virus atau
karena alergi yang seharusnya tidak perlu antibiotik. Penggunaan secara berlebihan,
penggunaan salah di masyarakat menimbulkan masalah resistensi, percepatan dan
meluasnya resistensi. Masalah resistensi tidak hanya terjadi di negara berkembang,
tetapi juga di negara-negara maju. Tampaknya pola resistensi itu berbeda untuk
daerah yang berbeda, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu
perlu pengamatan yang cermat dan berkesinambungan tentang perkembangan
resistensi agar pengobatan terhadap penyakit infeksi dapat dilakukan secara rasional
dan terhindar dari kegagalan (Zubaidi, 1996).

Beberapa bahaya yang dapat diakibatkan pada pemakaian antibiotik antara lain :
gejala resistensi, alergi dan supra infeksi. Penggunaan antibiotik yang kurang tepat
dapat meningkatkan resistensi, infeksi kronis, bahkan dapat menyebabkan komplikasi
(Kurnia, 2004).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya infeksi pada agen infeksius ?
2. Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius
3. Bagaimana kondisi yang melemahkan pertahanan pejamu melawan mikroorganisme

C. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui proses terjadinya infeksi pada agen infeksius
2. Agar mengetahui Perbedaan proses infeksi berbagai agen infeksius
3. Agar mengetahui Bagaimana kondisi yang melemahkan pertahanan pejamu melawan
mikroorganisme
BAB II
( PEMBAHASAN )

A. Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius

Pejamu memiliki benteng terhadap infeksi yang tersebar di seluruh


jaringandan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Benteng
pertamadiperankan oleh kulit yang utuh, membran mukosa permukaan dan sekret
yangdiproduksi. Contohnya lisozym air mata merusak peptidoglikan dinding bakteri.
Agen penyebab infeksi terdiri dari virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.
Infeksi virus yang menyebabkan penyakit umumnya digolongkan kedalam sistem
organ yang terkena, seperti infeksi virus pernapasan, bentukkelainan klinik yang di
timbulkan seperti virus yang menyebabkan eksastema,dan sifat infeksi infeksi laten
virus. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri sering terjadi bersamaan dengan adanya
rasa sakit, nyeri, atau borok pada bagian tubuh. Ada waktu saat sistem kekebalan
tubuh tidak dapat menyingkirkan suatu infeksi bakteri. Masing-masing faktor
penyebab memiliki karakteristik tersendiri. Jamurmenimbulkan infeksi umumnya
terjadi di kulit. Infeksi jamur lebih cenderungmengenai daerah-daerah yang sering
berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha, dan lengan.
Parasit yang terdiri dari vermes dan protozoa menimbulkan infeksi melalui kontak
langsung maupun tidak langsung. Riketsia menginfeksi dengan masuk ke kulit
manusia melalui gigitannya ataukontak dengan kotoran yang terdapat hewan atau
serangga terinfeksi bakteritersebut kemudian menyebar mengikuti peredaran
darah lalu menginfeksi sel-sel tubuh dan membelah diri di sana. Sedangkan, Clamidia
menginfeksi dengan mencari inang untuk membantu reproduksi parasit karena dia
tidak dapat hidup jika tidak menempel pada inangnya, karena clamidia bersifat parasit
intraselulerobligat (Jawetz, dkk, 2004).

B. Kondisi yang Melemahkan Pertahanan Pejamu Melawan Mikroorganisme

Kondisi Yang Melemahkan Pertahanan Pejamu Melawan Mikroorganisme


Pejamu atau host adalah semua faktor pada diri manusia yang dapat memengaruhi munculnya
serta terjadinya proses penyakit. Faktor tersebut antara lain :
- Umur
- Nutrisi
- Seks
- Status Kekebalan
- Ras
- Adat Istiadat
- Genetik
- Gaya Hidup
- Pekerjaan
- Psikis
Manusia memiliki karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, yaitu
berupa resistensi, imunitas, maupun infektiousness.

Kondisi yang melemahkan pertahanan paejamu malawan mikroorganisme

1. Sistem kekebalan (sistem imun)


Sistem pertahanan manusia dalam perlindungan terhadap infeksidari makromolekul
asing atau serangan organisme (termasuk virus, bakteri, protozoa, dan parasit).Sistem
kekebalan ini juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain
seperti yang terjadi pada autoimunitas dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
2. Kekebalan terhadap penyebab penyakit infeksi
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
patogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia, yang sifatnya poligenik dan kompleks. Oleh karenanya, respon imun tubuh manusia
terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran
biologispesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk melakukan
proteksi atau perlindungan. Begitu juga respon imun terhadap bakteri ekstraselular ataupun
bakteri intraselularmasing-masingnya mempunyai karakteristik tertentu.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain
untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Manusia dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh,
terutama makrofag dan cukupnya kelengkapan gizi untuk menjaga kesehatan.
Respons pejamu yang terjadi juga tergantung dari jumlah mikroba yang masuk. Mekanisme
pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya meliputi:
- Pertahanan fisik dan kimiawi : seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air mata, air liur, urin, asam
lambung serta lisosom dalam air mata.
- Simbiosis dengan bakteri flora normal : yakni dengan memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme.
- Innate immunity (mekanisme non-spesifik) : seperti sel polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase akut, interferon, sel NK (natural killer)
dan mediator eosinophil.
- Imunitas spesifik : yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara umum
pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus, protozoa, jamur dan beberapa bakteri
intraselular fakultatif terutama membutuhkan imunitas yang diperani oleh sel yang dinamakan
imunitas selular. Sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin membutuhkan imunitas yang
diperani oleh antibody yang dinamakan imunitas humoral. Secara keseluruhan pertahanan
imunologik dan nonimunologik (nonspesifik) bertanggung jawab Bersama dalam
pengontrolan terjadinya penyakit infeksi.
3. Infeksi bakteri ekstraseluler
Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi di luar sel, di
dalamsirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di berbagai jaringan. Bakteri ekstraseluler
biasanya mudah dihancurkan oleh sel fagosit.Pada keadaan tertentu bakteri ekstraseluler tidak
dapat dihancurkan oleh sel fagosit karena adanya sintesis kapsul antifagosit, yaitu kapsul luar
(outercapsule) yang mengakibatkan adesi yang tidak baik antara sel fagosit dengan bakteri,
seperti pada infeksi bakteri berkapsul Streptococcus pneumoniae atau Haemophylus
influenzae. Selain itu, kapsul tersebut melindungi molekul karbohidrat padapermukaan
bakteri yang seharusnya dapat dikenali oleh reseptor fagosit.
4. Infeksi bakteri intraseluler
Merupakan bentuk strategi dari pertahanan bakteri. Bakteri intraseluler terbagi atas
dua jenis, yaitu bakteri intraseluler fakultatif dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah
bakteri yang mudah difagositosis tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis.
Bakteri intraseluler obligat adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan
berkembangbiak di dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat
dijangkau oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respon imun terhadap bakteri
intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraselur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan
infeksi. Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri,
jamur, parasit, riketsia, dan clamidia. Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang
terjadi pada orang sehat, tetapi infeksi pada individu yang sistemnya tidak terganggu,
termasuk infeksi HIV.

B. Saran

Demikian sedikit informasi dari kelompok 1. Tentu masih banyak sekali


kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat
ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing
kami dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami
ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang
berkenan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/408594495/Perbedaan-Proses-Infeksi-Berbagai-Agen-Infeksius
https://id.scribd.com/presentation/379358198/Kondisi-Yang-Melemahkan-Pertahanan-Pejamu-
Melawan-Organisme

Anda mungkin juga menyukai